• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan kuantitatif-struktur aktivitas senyawa vinkadiformina dan turunannya sebagai senyawa antimalaria berdasarkan parameter teoretis hasil perhitungan semiempiris Modified Neglect of Diatomic Overlap [MNDO].

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan kuantitatif-struktur aktivitas senyawa vinkadiformina dan turunannya sebagai senyawa antimalaria berdasarkan parameter teoretis hasil perhitungan semiempiris Modified Neglect of Diatomic Overlap [MNDO]."

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

xvii

INTISARI

Malaria merupakan salah satu penyakit utama yang menjadi penyebab kematian pada daerah beriklim tropis, salah satunya Indonesia. Peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat malaria disebabkan oleh resistensi plasmodia (utamanya P. falciparum) terhadap antimalaria yang umum digunakan. Dibutuhkan antimalaria kelas baru yang dapat mengatasi permasalahan ini. Pengembangan desain senyawa antimalaria baru dapat dilakukan dengan metode analisis hubungan kuantitatif struktur-aktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kuantitatif antara struktur dan aktivitas senyawa vinkadiformina dan turunannya berdasarkan log 1/IC50. IC50 merupakan konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan plasmodia malaria sebanyak 50%.

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental kuasi. Sebagai variabel bebas digunakan 17 deskriptor teoretis (elektronik, sterik, dan hidrofobisitas). Sebagai variabel tergantung digunakan log 1/IC50. Data deskriptor diperoleh dengan perhitungan semiempiris MNDO menggunakan program komputer HyperChem Pro ver.6.0. Data diolah secara statistik menggunakan analisis regresi multivariat metode backward dengan program SPSS 11.0 for Windows.

Analisis statistik menghasilkan 4 model persamaan dan ditunjukkan bahwa model 2 memenuhi kriteria statistik dan dapat dipilih sebagai model persamaan terbaik, dengan persamaan :

log (1/IC50) = 28,8758 + (22,7560qC1) + (14,2669qC2) + (33,7110qC3) + (-27,2900qN) + (-10,0545qC7) + (-1,0678qC8) + (79,9843qC9)

+ ( 0,5394ΔE) + (-0,0067V) + (-0,5904 MR) + (0,7226) + (0,0285 M) + (0,8408 log P)

Model persamaan tersebut dapat digunakan untuk memprediksikan aktivitas antimalaria senyawa-senyawa baru turunan vinkadiformina. Berdasarkan model persamaan terbaik diperoleh 15 senyawa baru turunan vinkadiformina yang memiliki aktivitas antimalaria.

Kata kunci : HKSA, turunan vinkadiformina, MNDO, regresi linier multivariat

(2)

ABSTRACT

Malaria is one of the primary disease that causes deathness in many tropical countries, such as Indonesia. The increasing of morbidity and mortality by malaria is caused by the resistency of plasmodium (primarily P. falciparum) to antimalarial that commonly used. Antimalarial from a new class is needed. Design of antimalarial from new class could be made by using quantitative structure-activity relationship analysis. This research is aimed to know the quantitative relationship between structure and activity of vincadifformine and its derivatives based on log 1/IC50. IC50 is concentration that can inhibit 50% of the malarial plasmodia’s growth.

This research use a quasi experimental design. Seventeen descriptors were used as dependent variabel (electronic, steric, and hydrophobicity). Log 1/IC50 is used as independent variabel. Descriptor data is obtained by semiempirical MNDO calculation using HyperChem Pro ver.6.0 computer programme. Data was analysed statisticaly by multivariate linear regression backward method by using SPSS 11.0 for Windows.

Statistic analysis gave 4 equation models and the second model showned to fulfil the statistic criteria. The second model could be selected as the best equation model.

log (1/IC50) = 28.8758 + (22.7560qC1) + (14.2669qC2) + (33.7110qC3) + (-27.2900qN) + (-10.0545qC7) + (-1.0678qC8) + (79.9843qC9)

+ ( 0.5394ΔE) + (-0.0067V) + (-0.5904 MR) + (0.7226) + (0.0285 M) + (0.8408 log P)

This model can be used to predict the activity of new vincadifformine’s derivatives. There are 15 vincadifformine’s derivatives which could give antimalarial activity based on the best equation model.

Keyword : QSAR, vincadifformine’s derivatives, MNDO, multivariate linier regression

(3)

HUBUNGAN KUANTITATIF STRUKTUR-AKTIVITAS SENYAWA VINKADIFORMINA DAN TURUNANNYA SEBAGAI SENYAWA

ANTIMALARIA BERDASARKAN PARAMETER TEORETIS

HASIL PERHITUNGAN SEMIEMPIRIS

Modified Neglect of Diatomic Overlap (MNDO)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Dominika Anny Yanuarti NIM : 038114129

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2007

(4)

HUBUNGAN KUANTITATIF STRUKTUR-AKTIVITAS SENYAWA VINKADIFORMINA DAN TURUNANNYA SEBAGAI SENYAWA

ANTIMALARIA BERDASARKAN PARAMETER TEORETIS

HASIL PERHITUNGAN SEMIEMPIRIS

Modified Neglect of Diatomic Overlap (MNDO)

Oleh:

Dominika Anny Yanuarti

NIM : 038114129

Skripsi ini telah disetujui oleh

Pembimbing Utama

Tanggal

(Drs. Iqmal Tahir, M.Si.)

Pembimbing Pendamping

Tanggal

(Drs. Mulyono, Apt.)

(5)

iv

Pengesahan Skripsi Berjudul

HUBUNGAN KUANTITATIF STRUKTUR-AKTIVITAS SENYAWA VINKADIFORMINA DAN TURUNANNYA SEBAGAI SENYAWA

ANTIMALARIA BERDASARKAN PARAMETER TEORETIS

HASIL PERHITUNGAN SEMIEMPIRIS

Modified Neglect of Diatomic Overlap (MNDO)

Oleh :

Dominika Anny Yanuarti NIM : 038114129

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi

3. Christine Patramurti, M.Si., Apt. ...

4. Dra. Agnes Nora Iska Harnita, M.Si, Apt. ………..

(6)

Kupersembahkan karya tulis ini kepada Allah Yang Maha Kuasa, yang

berkenan mengulurkan tangan-Nya dengan penuh rahmat padaku,

Kedua orang tua, ketiga kakakku, orang-orang terbaik dalam hidupku ;

Alm. Alloysius Hormat dan M.Y. Sulastri

Aku hanya berjalan, ya..aku berjalan dalam bimbingan-Mu ya Allah.

Aku berpengharapan, ya…aku berpengharapan dalam Kuasa-Mu ya Tuhan.

Biarlah apa yang telah kukerjakan menjadi persembahan hidupku pada-Mu

(7)

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa, karena

berkat rahmat dan kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Kuantitatif Struktur-Aktivitas Senyawa Vinkadiformina dan

Turunannya Sebagai Senyawa Antimalaria Berdasarkan Parameter Teoretis Hasil

Perhitungan Semiempiris Modified Neglect of Diatomic Overlap (MNDO)”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

(S.Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

pihak-pihak yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi ini, antara lain :

1. Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan

pendidikan dan pengajaran kepada penulis.

2. Bapak Drs. Iqmal Tahir, M.Si. selaku pembimbing utama yang telah

memberikan bimbingan, kritik dan saran selama penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Mulyono, Apt. selaku pembimbing pembantu yang berkenan

memberikan bimbingan, pengarahan, kritik dan saran, serta diskusi-diskusi

yang sangat memotivasi penulis.

4. Ibu Christine Patramurti, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang berkenan

meluangkan waktu untuk menguji, memberikan kritik dan saran demi

kesempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Dra. Agnes Nora Iska Harnita, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah

meluangkan waktu untuk menguji, memberikan kritik dan saran yang

memotivasi penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.

(8)

6. Bapak Yuventius Marsidi dan Ibu Yuliana Sukinem, kedua orang tua yang

telah memberikan doa restu dan dukungan moral bagi penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Alm. Alloyisius Hormat dan M.Y. Sulastri yang telah berkenan menjadi

bagian dalam proses kehidupan penulis dan secara tidak langsung menjadi

bagian dalam proses penyusunan skripsi ini.

8. Agustinus Eko Yudiarto, Bertin Asti Maryani, dan Christa Artiningtyas, ketiga

kakakku yang memberikan dukungan moral dan finansial selama penyusunan

skripsi.

9. Nugraha Adi Hartantyo dan Ariyanto, teman-teman seperjuangan yang

bersama-sama mengalami jatuh bangun selama proses penyusunan skripsi.

Menjalani skripsi bersama kalian adalah pengalaman yang sangat berharga.

10.Patric Gagah Sempati yang selalu meluangkan waktu untuk mendengar keluh

kesahku selama menyusun skripsi. Terima kasih telah berada di sampingku

saat aku membutuhkanmu.

11.Teman-teman kelas C angkatan 2003 yang memberikan dorongan dan

semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi. Semoga kebersamaan dan

persahabatan kita tidak akan lekang oleh waktu.

12.Teman-teman di Asrama Putri Canna, terutama Ranti, Diah, Tyas, Shinta, Ina,

dan Wida yang selalu memberikan semangat bagi penulis selama proses

penyusunan skripsi.

13.Teman-teman di Komunitas Lektor Gereja Santo Antonius Kotabaru yang

mendukung penulis secara moral dan spiritual. Terima kasih atas perhatian

(9)

viii

dan pengertian yang telah kalian berikan selama penulis menyelesaikan

skripsi.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih

atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri terhadap kritik

dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap, semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Penulis

(10)

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta,……….

Penulis

(11)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PRAKATA... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

DAFTAR SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG ... xvi

INTISARI... xvii

ABSTRACT... xviii

BAB I PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Permasalahan ... 4

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian... 4

B. Tujuan Penelitian ... 4

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA... 6

A. Malaria ... 6

B. Pengelompokan Senyawa Antimalaria ... 9

(12)

C. Mekanisme Kerja Senyawa Antimalaria ... 18

D. Vinkadiformina ... 22

E. Hubungan Kuantitatif Struktur dan Aktivitas ... 24

F. Kimia Komputasi ... 26

G. Analisis Statistik ... 30

H. Keterangan Empiris... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 35

B. Variabel dan Definisi Variabel... 36

C. Bahan dan Alat Penelitian... 37

1. Bahan penelitian... 37

2. Alat penelitian ... 37

D. Tata Cara Penelitian ... 40

1. Optimasi geometri senyawa vinkadiformina dan turunannya dengan metode MNDO ... 40

a. Penggambaran struktur senyawa... 40

b. Penomoran senyawa ... 41

c. Optimasi geometri... 41

2. Perhitungan sifat kimia fisika molekul senyawa vinkadiformina dan turunannya ... 41

E. Analisa Data dan Hasil... 42

1. Analisis regresi linear multivariat ... 42

2. Analisis kriteria statistik model persamaan matematis ... 42

(13)

xii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Optimasi Geometri Menggunakan Metode Semiempiris MNDO ... 44

B. Perhitungan Sifat Kimia Fisika dengan Metode Semiempiris MNDO... 47

C. Analisis Hasil...49

1. Analisis regresi linear multivariat...49

2. Model persamaan terbaik ... 55

D. Rancangan Senyawa Hipotetik Turunan Vinkadiformina Berdasarkan Model Persamaan Terbaik ... 61

E. Pemilihan dan Rekomendasi Senyawa Turunan Vinkadiformina Untuk Disintesis...62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN... 74

BIOGRAFI PENULIS ... 79

(14)

DAFTAR TABEL

I. Struktur senyawa vinkadiformina dan turunannya ... 38

II. Data aktivitas (log 1/IC50) senyawa vinkadiformina dan turunannya... 40

III. Deskriptor-deskriptor yang digunakan pada analisis HKSA senyawa

vinkadiformina dan turunannya sebagai antimalaria ... 49

IV. Deskriptor-deskriptor pada model persamaan hasil regresi linear multivariat

metode backward... 50

V. Nilai Fhitung/Ftabel model persamaan hasil regresi linear multivariat metode

backward... 51

VI. Nilai R, adjusted R2, dan SE model persamaan hasil regresi linear

multivariat metode backward... 52

VII. Nilai PRESS model persamaan hasil regresi linear multivariat metode

backward... 54

VIII.Perbandingan nilai log 1/IC50 prediksi model persamaan 2 dengan nilai log

1/IC50 eksperimen ... 56

IX. Model rancangan senyawa turunan vinkadiformina berdasarkan model

persamaan terbaik...66

X. Data aktivitas antimalaria (log 1/IC50) model rancangan senyawa turunan

vinkadiformina...68

XI. Nilai log P model rancangan senyawa turunan vinkadiformina, senyawa

vinkadiformina dan turunannya hasil penelitian hasil penelitian Mustofa, dan

klorokuin...69

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

1. Siklus perkembangan plasmodia malaria... 8

2. Struktur kuinakrin HCl... 12

3. Struktur klorokuin ... 13

4. Struktur primakuin ... 14

5. A) proguanil ; B) sikloguanil ... 15

6. Struktur pirimetamin ... 16

7. A) kuinin ; B) kuinidin... 17

8. A) sulfadoksin ; B) dapson... 17

9. Mekanisme aksi klorokuin pada tingkat molekular ... 21

10.Struktur senyawa vinkadiformina ... 22

11.Daerah sensitif senyawa vinkadiformina dan turunannya hasil penelitian Tahir dkk...24

12.Struktur senyawa vinkadiformina dengan penomeran atom tidak mengikuti kaidah tatanama senyawa dan hanya digunakan untuk penelitian ini saja ... 36

13.Senyawa vinkadiformina sebelum dioptimasi ... 45

14.Senyawa vinkadiformina setelah dioptimasi... 46

15.Grafik ukuran prediksi model persamaan 2...56

16.A) struktur indol ; B) cincin kuinolin...58

17.Daerah sensitif senyawa turunan vinkadiformina ...59

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Nilai-nilai parameter elektronik hasil perhitungan metode semiempiris MNDO

... 74

2. Nilai-nilai parameter sterik dan hidrofobisitas hasil perhitungan metode

semiempiris MNDO ... 75

3. Nilai-nilai parameter elektronik, sterik, dan hidrofobisitas seri senyawa baru

turunan vinkadiformina...76

4. Model summary hasil perhitungan metode backward menggunakan

SPSS 11.0 for Windows... 77

5. Tabel ANOVA ... 77

6. Koefisien model persamaan 2 ... 78

(17)

xvi

DAFTAR SINGKATAN DAN ARTI LAMBANG

1. ADN: asam deoksiribonukleat

2. ARN: asam ribonukleat

3. AM1: Austin Model 1

4. CNDO: Complete Neglect of Differential Overlap

5. EHOMO: Highest Occupied Molecular Orbitals Energy

6. ELUMO: Lowest Unoccupied Molecular Orbitals Energy

7. HKSA: Hubungan Kuantitatif Struktur Aktivitas

8. INDO: Intermediate Neglect of Differential Overlap

9. LFER: Linear Free Energy Relationship (hubungan energi bebas linear)

10. log1/IC50: - log konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan

plasmodia sebesar 50%

11. log P: koefisien partisi obat dalam fase air dan fase lipid

12. M: Massa

13. MINDO: Modified Intermediate Neglect of Differential Overlap

14. MNDO: Modified Neglect of Diatomic Overlap

15. MR: Refraktifitas Molar

16. m: jumlah deskriptor dalam persamaan

17. NDDO: Neglect of Diatomic Differential Overlap

18. n: jumlah data

19. PM3: Parameterized Model 3

20. PRESS: Predicted Residual Sum of Squares

21. qC: muatan bersih atom C

22. qN: muatan bersih atom N

23. QSAR: Quantitative Structure Activity Relationship 24. R: koefisien korelasi

25. R2: koefisien determinasi

26. SA: Surface Area (luas permukaan)

27. SE: Standard Error

28. Sig: Signifikansi

29. V: Volume Molekular

30. ZINDO: Zerner Intermediate Neglect of Differential Overlap

31. ΔE: selisih antara ELUMO dan EHOMO

32. µ: Momen Dipol

33. ∂: Polarisabilitas Molekular

34. 2D: dua dimensi

35. 3D: tiga dimensi

(18)

INTISARI

Malaria merupakan salah satu penyakit utama yang menjadi penyebab kematian pada daerah beriklim tropis, salah satunya Indonesia. Peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat malaria disebabkan oleh resistensi plasmodia

(utamanya P. falciparum) terhadap antimalaria yang umum digunakan.

Dibutuhkan antimalaria kelas baru yang dapat mengatasi permasalahan ini. Pengembangan desain senyawa antimalaria baru dapat dilakukan dengan metode analisis hubungan kuantitatif struktur-aktivitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kuantitatif antara struktur dan aktivitas senyawa

vinkadiformina dan turunannya berdasarkan log 1/IC50. IC50 merupakan

konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan plasmodia malaria sebanyak 50%.

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental kuasi. Sebagai variabel bebas digunakan 17 deskriptor teoretis (elektronik, sterik, dan hidrofobisitas). Sebagai variabel tergantung digunakan log 1/IC50. Data deskriptor diperoleh dengan perhitungan semiempiris MNDO menggunakan program

komputer HyperChem Pro ver.6.0. Data diolah secara statistik menggunakan

analisis regresi multivariat metode backward dengan program SPSS 11.0 for Windows.

Analisis statistik menghasilkan 4 model persamaan dan ditunjukkan bahwa model 2 memenuhi kriteria statistik dan dapat dipilih sebagai model persamaan terbaik, dengan persamaan :

log (1/IC50) = 28,8758 + (22,7560qC1) + (14,2669qC2) + (33,7110qC3) +

(-27,2900qN) + (-10,0545qC7) + (-1,0678qC8) + (79,9843qC9)

+ ( 0,5394ΔE) + (-0,0067V) + (-0,5904 MR) + (0,7226) + (0,0285 M) + (0,8408 log P)

Model persamaan tersebut dapat digunakan untuk memprediksikan aktivitas antimalaria senyawa-senyawa baru turunan vinkadiformina. Berdasarkan model persamaan terbaik diperoleh 15 senyawa baru turunan vinkadiformina yang memiliki aktivitas antimalaria.

Kata kunci : HKSA, turunan vinkadiformina, MNDO, regresi linier

multivariat

(19)

xviii

ABSTRACT

Malaria is one of the primary disease that causes deathness in many tropical countries, such as Indonesia. The increasing of morbidity and mortality by malaria is caused by the resistency of plasmodium (primarily P. falciparum) to antimalarial that commonly used. Antimalarial from a new class is needed. Design of antimalarial from new class could be made by using quantitative structure-activity relationship analysis. This research is aimed to know the quantitative relationship between structure and activity of vincadifformine and its derivatives based on log 1/IC50. IC50 is concentration that can inhibit 50% of the malarial plasmodia’s growth.

This research use a quasi experimental design. Seventeen descriptors were used as dependent variabel (electronic, steric, and hydrophobicity). Log

1/IC50 is used as independent variabel. Descriptor data is obtained by

semiempirical MNDO calculation using HyperChem Pro ver.6.0 computer programme. Data was analysed statisticaly by multivariate linear regression backward method by using SPSS 11.0 for Windows.

Statistic analysis gave 4 equation models and the second model showned to fulfil the statistic criteria. The second model could be selected as the best equation model.

log (1/IC50) = 28.8758 + (22.7560qC1) + (14.2669qC2) + (33.7110qC3) +

(-27.2900qN) + (-10.0545qC7) + (-1.0678qC8) + (79.9843qC9)

+ ( 0.5394ΔE) + (-0.0067V) + (-0.5904 MR) + (0.7226) + (0.0285 M) + (0.8408 log P)

This model can be used to predict the activity of new vincadifformine’s derivatives. There are 15 vincadifformine’s derivatives which could give antimalarial activity based on the best equation model.

Keyword : QSAR, vincadifformine’s derivatives, MNDO, multivariate linier

regression

(20)

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang Penelitian

Malaria merupakan penyakit utama yang menjadi penyebab kematian

pada daerah beriklim tropis. Di Indonesia beban terbesar dari penyakit malaria ada

di provinsi-provinsi bagian timur yaitu Papua, Maluku, dan Gorontalo yang

merupakan daerah endemik penyakit malaria. Menurut Survei Kesehatan Rumah

Tangga tahun 2001, diperkirakan angka kematian spesifik akibat malaria di

Indonesia adalah 11 per 100.000 untuk laki-laki dan 8 per 100.000 untuk

perempuan (Anonim, 2004). Penyebab utama meningkatnya morbiditas dan

mortalitas akibat malaria adalah peningkatan resistensi parasit malaria terhadap

antimalaria yang umum digunakan, misalnya klorokuin. Kondisi terparah dengan

tingkat resistensi yang tinggi terhadap klorokuin terjadi pada malaria yang

disebabkan oleh Plasmodium falciparum (Rosenthal, 2003).

Peningkatan resistensi parasit terhadap antimalaria memunculkan

kebutuhan akan antimalaria dari kelas baru. Vinkadiformina adalah suatu senyawa

yang dikenal memiliki aktivitas hipotensif (Duke, 1992), namun Mustofa (2001)

telah berhasil menguji aktivitasnya sebagai antimalaria. Mustofa telah mensintesis

16 senyawa vinkadiformina dan turunannya dan menguji aktivitas antimalaria

senyawa-senyawa tersebut terhadap P. falciparum yang tergolong resisten

terhadap klorokuin yaitu FcM29-Kamerun dan P. falciparum yang sensitif

terhadap klorokuin yaitu sel Nigerian (Tahir dkk, 2005). Hasil sintesis dan

(21)

2

pengujian aktivitas antimalaria vinkadiformina, membuka jalan bagi

pengembangan dan desain senyawa vinkadiformina dan turunannya sebagai

antimalaria baru.

Pengembangan dan desain senyawa antimalaria baru dapat dilakukan

dengan berbagai metode, salah satunya dengan analisis Hubungan Kuantitatif

Struktur-Aktivitas (HKSA). Metode ini dapat mengurangi faktor trial and error

dalam sintesis obat baru. Analisis HKSA vinkadiformina sebagai antimalaria

pernah dilakukan oleh Tahir dkk (2005). Dalam penelitiannya, Tahir dkk

menganalisis HKSA 16 senyawa vinkadiformina dan turunannya yang telah diuji

aktivitasnya terhadap P. falciparum yang sensitif terhadap klorokuin (sel

Nigerian), oleh Mustofa. Dengan metode semiempiris Austin Model 1 (AM1),

Tahir dkk berhasil memperoleh model persamaan terbaik yang dapat

menggambarkan hubungan kuantitatif struktur senyawa vinkadiformina dan

turunannya dengan aktivitasnya sebagai antimalaria. Model persamaan yang

diperoleh oleh Tahir dkk memperlihatkan bahwa parameter teoretis berupa

parameter elektronik dan sterik memberikan pengaruh yang besar terhadap

aktivitas antimalaria (log 1/IC50).

Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis HKSA 16 senyawa

vinkadiformina dan turunannya hasil sintesis Mustofa dengan menggunakan

metode semiempiris yang berbeda dengan metode yang digunakan oleh Tahir dkk,

yaitu metode semiempiris Modified Neglect of Diatomic Overlap (MNDO).

Pemilihan metode semiempiris MNDO didasarkan pada kecepatan metode ini

(22)

semiempiris yang lain seperti AM1 dan Parameterized Model 3 (PM3). Dalam

perancangan senyawa baru, dimungkinkan desain senyawa dalam jumlah yang

banyak. Oleh karena itu, penggunaan metode yang cepat dalam perhitungan

menjadi hal yang perlu dipertimbangkan. Metode semiempiris MNDO merupakan

metode yang dapat melakukan perhitungan yang cepat dan kasar. Namun

demikian, belum tentu perhitungan yang cepat dan kasar tersebut tidak dapat

menghasilkan model persamaan terbaik yang mampu menggambarkan hubungan

kuantitatif struktur-aktivitas senyawa vinkadiformina dan turunannya sebagai

senyawa antimalaria. Belum tentu pula, rancangan senyawa berdasarkan model

persamaan terbaik dari perhitungan metode semiempiris MNDO menghasilkan

aktivitas antimalaria yang lebih rendah daripada rancangan senyawa yang

didasarkan pada model persamaan terbaik hasil perhitungan metode semiempiris

AM1 atau PM3. Dalam penelitian ini diharapkan perhitungan dengan

menggunakan metode semiempiris MNDO dapat memberikan model persamaan

terbaik yang menggambarkan hubungan kuantitatif struktur senyawa

vinkadiformina dan turunannya melalui parameter teoretis yang meliputi

parameter elektronik, sterik, dan hidrofobisitas, terhadap aktivitasnya sebagai

antimalaria. Aktivitas antimalaria didasarkan pada log 1/IC50. IC50 merupakan

(23)

4

1. Permasalahan

Dari latar belakang di atas muncul permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan kuantitatif antara struktur dan aktivitas senyawa

vinkadiformina dan turunannya sebagai senyawa antimalaria berdasarkan

parameter teoretis hasil perhitungan semiempiris MNDO?

2. Bagaimana struktur senyawa hipotetik turunan vinkadiformina yang memiliki

aktivitas antimalaria berdasarkan model persamaan terbaik?

2. Keaslian penelitian

Telah dilakukan penelitian mengenai hubungan kuantitatif

struktur-aktivitas senyawa vinkadiformina dan turunannya sebagai antimalaria oleh Tahir

dkk (2005). Dalam penelitian tersebut digunakan 16 senyawa vinkadiformina dan

turunannya beserta data log 1/IC50 hasil penelitian Mustofa (2001). Tahir dkk

(2005) menggunakan metode semiempiris AM1 dalam menghitung parameter

teoretis struktur senyawa vinkadiformina dan turunannya hingga ditemukan model

persamaan terbaik yang menggambarkan HKSA senyawa vinkadiformina dan

turunannya sebagai antimalaria. Penelitian ini menggunakan 16 senyawa yang

digunakan Tahir dkk, namun metode yang digunakan berbeda yaitu metode

semiempiris MNDO.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

hubungan antara struktur dan aktivitas senyawa vinkadiformina dan turunannya

(24)

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam sintesis senyawa

baru turunan vinkadiformina dan pengujian aktivitas antimalaria senyawa tersebut

baik secara in vitro maupun in vivo.

B. Tujuan Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan hubungan kuantitatif antara

struktur dan aktivitas senyawa vinkadiformina dan turunannya sebagai

senyawa antimalaria berdasarkan parameter teoretis hasil perhitungan

semiempiris MNDO.

2. Penelitian ini juga bertujuan untuk menggambarkan struktur hipotetik

senyawa turunan vinkadiformina yang memiliki aktivitas antimalaria

(25)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Malaria

Malaria merupakan suatu penyakit plasmodia yang disebabkan oleh

protozoa, yaitu Plasmodium sp., yang masuk ke dalam tubuh tuan rumah (host)

melalui gigitan nyamuk Anopheles betina (Siswandono dan Soekardjo, 1995).

Pada manusia, spesies yang menyebabkan infeksi adalah P. falciparum, P.vivax,

P. malariae, dan P. ovale. Malaria tersian, yang diakibatkan oleh P. vivax adalah

bentuk penyakit malaria yang paling umum. Bentuk malaria tersian yang paling

berat, disebut tersian ganas, disebabkan oleh P. falciparum. Serangan oleh

spesies-spesies ini lebih jarang dibandingkan dengan P. vivax. Malaria quartan,

dengan tingkat keganasan menengah, disebabkan oleh serangan P. malariae.

Malaria macam ini lebih jarang terjadi daripada tersian ganas. P. ovale

mengakibatkan bentuk penyakit malaria yang jarang, yang disebut malaria tersian

ovale. Malaria macam ini dalam banyak hal mirip dengan malaria tersian atau

malaria P. vivax (Kier dan Roche, 1996).

Siklus perkembangan plasmodia malaria dalam nyamuk Anopheles dan

tubuh manusia serta tempat kerja obat antimalaria dapat dilihat pada gambar 1.

Saat nyamuk Anopheles betina menggigit manusia, nyamuk mengeluarkan

sporozoit ke dalam pembuluh darah kapiler. Sporozoit kemudian dibawa oleh

darah ke dalam hati untuk bermultiplikasi dan membentuk schizont jaringan. Ini

adalah tahap pre-eritrositik atau jaringan primer. Setelah 5-16 hari, schizont pecah

(26)

sambil melepaskan ribuan merozoit yang menginfeksi sel darah merah untuk

membentuk schizont dan memulai tahap eritrositik (DiPalma, 1990 ; Neal, 1997).

Pada infeksi yang disebabkan oleh P. vivax dan P. ovale (bukan P. falciparum),

beberapa schizont dalam hati membentuk schizont jaringan sekunder dan berada

dalam keadaan dorman (disebut hipnozoit). Jaringan sekunder akan pecah

beberapa bulan kemudian, sehingga menyebabkan kambuhnya penyakit (Neal,

1997). Pada tahap terbentuknya schizont, pasien tidak mengalami gejala. Keadaan

ini bertahan hingga schizont pecah, dan melepaskan kembali merozoit beserta

pirogen ke dalam darah. Secara klinis, tahap ini ditandai dengan gejala demam,

kemudian menggigil. Gejala demam terjadi karena adanya pirogen yang

dilepaskan ke dalam darah, sedangkan gejala menggigil terjadi karena tubuh

berusaha menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Beberapa merozoit yang kembali

dilepaskan, akan menginfeksi sel darah merah untuk membentuk schizont,

sedangkan beberapa merozoit yang lain akan mengalami perkembangan seksual

menjadi gametosit jantan dan gametosit betina (DiPalma, 1990). Bentuk gametosit

yang terhisap oleh nyamuk Anopheles betina, mengalami pertumbuhan menjadi

zigot dalam lambung nyamuk. Zigot berkembang membentuk oosit (strukturnya

bulat dan berada di dinding luar lambung). Oosit kemudian berkembang menjadi

sporozoit dan dilepaskan ke dalam rongga perut nyamuk, lalu berpindah ke

kelenjar ludah. Dari kelenjar ludah, sporozoit siap dipindahkan dan menginfeksi

manusia yang digigit oleh nyamuk Anopheles betina (siklus berjalan kembali)

(27)

8

masuk melalui gigitan nyamuk

awal Tropozoit

akhir Tropozoit

Oosit pecah Sporozoit pada

kelenjar ludah

Sporozoit Schizont jaringan primer

Schizont jaringan sekunder/laten (P.vivax dan P.ovale)

Schizont dikembangkan dalam sel hati Oosit tumbuh pada

dinding lambung masuk ke sel darah

merah

Siklus seksual pada nyamuk

Mature Gametosid

jantan

Siklus aseksual pada manusia

Gambar 1. Siklus perkembangan plasmodia malaria

(28)

B. Pengelompokan Senyawa Antimalaria

Berdasarkan perkembangan dan siklus kehidupan plasmodia yang

dipengaruhi dan indikasi klinis antimalaria tersebut, maka antimalaria dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

1. antimalaria untuk pencegahan kausal

Antimalaria kelompok ini menghancurkan bentuk jaringan primer

plasmodia dan merozoit di hati, mulai dari tahap infeksi eritrositik, kemudian

mencegah invasi eritrosit dan penyebaran infeksi ke nyamuk Anopheles. Contoh

antimalaria kelompok ini adalah klorguanid, pirimetamin, dan primakuin

(Siswandono dan Soekardjo, 1995). Klorguanid atau nama lainnya adalah

proguanil, merupakan prototipe dari kelompok ini. Klorguanid telah digunakan

secara luas untuk pencegahan kausal malaria yang disebabkan oleh P. falciparum.

Antimalaria ini mengalami masalah resistensi, namun tetap memberikan proteksi

jika dikombinasikan dengan obat lain. Meskipun primakuin juga memiliki

aktivitas terhadap P. falciparum, antimalaria ini memiliki potensi toksik yang

tinggi dan digunakan untuk aplikasi klinis yang lain (Tracy dan Webster, 2001).

2. antimalaria untuk mencegah kekambuhan

Antimalaria ini bekerja pada bentuk schizont di jaringan laten, jaringan

sekunder atau hipnozoit dari P. vivax dan P. ovale di sel hati. Contoh antimalaria

kelompok ini adalah primakuin dan pirimetamin (Siswandono dan Soekardjo,

1995). Kelompok antimalaria ini digunakan untuk pencegahan terminal dan untuk

penyembuhan radikal dari infeksi malaria kambuhan. Primakuin adalah

(29)

10

menyembuhkan infeksi eritrositik dari jaringan sekunder plasmodia (Tracy dan

Webster, 2001).

3. antimalaria untuk pencegahan klinis dan penyembuhan supresif

Menurut Korolkovas dan Burckhalter (1976), antimalaria dapat

memberikan efek sebagai supresi atau pencegahan klinis, yaitu pencegahan dari

gejala klinis dengan bekerja pada bentuk aseksual plasmodia dalam darah. Kerja

ini dapat bersifat sementara atau permanen. Antimalaria kelompok ini bekerja

terhadap merozoit pada fase eritrositik aseksual dari plasmodia malaria dan

mengganggu schizogoni eritrositik ke bawah, sehingga serangan klinis tidak

terjadi. Antimalaria ini juga digunakan dalam terapi penyembuhan supresif untuk

eliminasi plasmodia secara lengkap. Kecuali primakuin, hampir semua antimalaria

yang digunakan secara klinis dikembangkan aktivitasnya terhadap fase aseksual

plasmodia. Berdasarkan masa kerjanya kelompok antimalaria ini dibagi menjadi

dua, yaitu :

a. schizontosida yang bekerja secara cepat

Contoh : amodiakuin, artemisinin, klorokuin, kuinin, kuinidin, meflokuin, dan

atovaquon

b. schizontosida yang bekerja secara lambat

Contoh : pirimetamin, klorguanid, sikloguanil pamoat, sulfonamida, dan

sulfon

(30)

4. gametositosida

Antimalaria kelompok ini menghancurkan bentuk eritrositik seksual

(gametosit) dari plasmodia malaria sehingga mencegah penyebaran plasmodia ke

nyamuk Anopheles (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Klorokuin dan kuinin

memiliki aktivitas gametosidal terhadap P. vivax, P. ovale, dan P. malariae,

primakuin aktif terhadap gametosit dari P. falciparum (Siswandono dan

Soekardjo, 1995; Tracy dan Webster, 2001).

5. sporozoitosida

Antimalaria kelompok ini mampu membunuh sporozoit segera setelah

masuk dalam darah sesudah gigitan nyamuk. Waktu antimalaria ini untuk bekerja

sangat singkat oleh karena sporozoit secara cepat masuk ke sel hati sehingga

banyak antimalaria kurang efektif terhadap bentuk sporozoit tersebut. Contoh

antimalaria kelompok ini adalah klorguanid, pirimetamin, dan primakuin

(Siswandono dan Soekardjo, 1995).

6. sporontosida

Antimalaria kelompok ini bekerja pada tubuh nyamuk malaria yang

menginfeksi tuan rumah yaitu dengan mencegah pembentukan oosit dan

sporozoit. Contoh : pirimetamin, klorguanid, dan primakuin (Siswandono dan

(31)

12

Berdasarkan struktur kimianya, antimalaria dibagi menjadi 8 kelompok,

yaitu turunan 9-aminoakridin, 4-aminokuinolin, 8-aminokuinolin, biguanida,

diaminopiridin, kuinolinometanol, sulfonamida, dan sulfon.

1. Turunan 9-aminoakridin

Contoh turunan 9-aminoakridin adalah kuinakrin-HCl yang bekerja

sebagai schizontosida eritrositik, sekarang jarang digunakan sebagai antimalaria

karena tersedia obat yang lebih aktif dengan toksisitas lebih rendah (Siswandono

dan Soekardjo, 1995). Kuinakrin bersifat tumorigenik dan mutagenik dan juga

telah digunakan sebagai obat sklerosis. Kuinakrin merupakan suatu pewarna

akridin, sehingga senyawa ini dapat menyebabkan diskolorisasi kuning pada kulit

dan urin (Block, 2004).

N Cl

Gambar 2. Struktur kuinakrin HCl

2. 4-aminokuinolin

Turunan 4-aminokuinolin mempunyai aktivitas antimalaria yang lebih

tinggi dibanding kuinin atau 9-aminoakridin. Toksisitasnya relatif rendah

(Siswandono dan Soekardjo, 1995). Secara umum, klorokuin dan 4-aminokuinolin

yang lain, tidak efektif terhadap plasmodia eksoeritrosit. Klorokuin tidak dapat

mencegah kekambuhan pada malaria yang disebabkan oleh P. vivax dan P. ovale

(32)

Dari turunan 4-aminokuinolin, klorokuin menunjukkan aktivitas yang

optimal (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Klorokuin memiliki struktur yang

mirip turunan 8-aminokuinolin yang sudah tidak digunakan lagi, yaitu pamakuin

dan pentakuin. Klorokuin memiliki rantai samping yang sama seperti kuinakrin,

tetapi berbeda pada cincin kuinolin dan residu metoksi yang tidak dimiliki oleh

kuinakrin. Gugus amin tersier pada cincin kuinolin sangat penting berperan dalam

aktivitasnya sebagai antimalaria (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Atom klorin

pada posisi 7 dari cincin kuinolin juga memiliki pengaruh yang sangat besar

terhadap aktivitas antimalaria yang ditimbulkan, baik pada manusia maupun avian

(Tracy dan Webster, 2001).

N

Gambar 3. Struktur klorokuin

3. 8-aminokuinolin

Turunan 8-aminokuinolin aktif terhadap bentuk eksoeritrositik

plasmodia malaria yang disebabkan oleh P. vivax dan P. malariae. Mempunyai

aktivitas gametositosida, tetapi tidak aktif terhadap bentuk plasmodia eritrositik.

Turunan ini menimbulkan toksisitas lebih besar dibanding turunan

4-aminokuinolin (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Primakuin adalah turunan

(33)

14

tidak digunakan sebagai profilaksis. Spektrum aktivitasnya paling sempit bila

dibandingkan dengan antimalaria yang lain (Block, 2004).

Pada struktur turunan 8-aminokuinolin, rantai samping yang terdiri dari

4 atom C dan amin aromatik yang merupakan amin sekunder memberikan

aktivitas antimalaria yang optimal. Gugus 6-metoksi mempunyai aktivitas optimal

meskipun batas keamanannya rendah, dan kemungkinan dapat diganti dengan

atom hidrogen atau gugus hidroksi (Siswandono dan Soekardjo, 1995).

N

Gambar 4. Struktur primakuin

4. Biguanida

Turunan biguanida merupakan schizontosida eksoeritrositik dan

eritrositik terhadap P. falciparum dan P. vivax. Toksisitasnya relatif ringan

(Siswandono dan Soekardjo, 1995). Turunan biguanida mempunyai mekanisme

kerja yang sama dengan pirimidin. Turunan ini tidak aktif, dan baru menjadi aktif

setelah tersiklisasi pada saat metabolisme menjadi suatu turunan dihidro-s-triazin

yang mirip dengan pirimetamin dan bagian pteridin senyawa asam folat.

Transformasi hayati ini digambarkan dengan proguanil. Proguanil akan

dimetabolisme menjadi sikloguanil dan metabolit inilah yang aktif sebagai

antimalaria. Sikloguanil sendiri tersedia dalam bentuk garam pamoat. Senyawa

(34)

N N

bentuk eksoeritrositik dan eritrositik P. falciparum dan P. vivax. Resistensi

terhadap senyawa ini sering terjadi (Kier dan Roche, 1996).

A B

Gambar 5. A) proguanil ; B) sikloguanil

5. Diaminopirimidin

Antimalaria yang merupakan turunan dari diaminopirimidin adalah

pirimetamin dan trimetoprim. Pirimetamin digunakan sebagai pencegahan malaria

(Korolkovas dan Burckhalter, 1976). Pirimetamin merupakan schizontosida darah

lepas lambat yang memiliki efek in vivo yang mirip dengan proguanil.

Pirimetamin memiliki potensi antimalaria yang lebih besar karena langsung

bekerja pada plasmodia, dan waktu paruhnya lebih lama daripada sikloguanil,

bentuk aktif proguanil. Berbeda dengan proguanil, pirimetamin tidak

menunjukkan efektivitas yang berarti terhadap bentuk hepatik dari P. falciparum.

Pada dosis terapetis, pirimetamin tidak dapat melakukan eradikasi terhadap

jaringan sekunder P. vivax atau gametosit dari spesies plasmodia malaria (Tracy

dan Webster, 2001).

(35)

16

6. Turunan kuinolinometanol

Turunan kuinolinometanol terdapat pada tanaman Chinchona Sp.,

terutama pada bagian kulit kayu atau korteks. Korteks kina yang diperdagangkan

mengandung alkaloid kuinin 5%, kuinidin 0,1%, sinkonin 0,3%, dan sinkonidin

0,4% (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Bagian kuinolinometanol menjadi

penting dalam obat-obat sintetik. Turunan kuinolinometanol bekerja pada

merozoit eritrositik. Senyawa-senyawa ini tidak menyembuhkan secara tuntas,

tetapi mengurangi gejala. Kuinin digunakan pada pengobatan malaria yang

plasmodiumnya telah resisten terhadap zat-zat lain, misalnya klorokuin (Kier dan

Roche, 1996). Stereoisomer kuinin yaitu kuinidin, memiliki potensi yang lebih

besar sebagai antimalaria, tetapi kuinidin juga lebih toksik. Kuinin bersifat

mematikan terhadap semua bentuk schizont plasmodium dan gametosit P. vivax

dan P. malariae tetapi tidak untuk gametosit P. falciparum. Sekarang, spektrum

aktivitas kuinin terlalu sempit untuk penggunaan pencegahan malaria (Block,

2004).

Kuinin memiliki cincin kuinolin yang dihubungkan dengan cincin

kuinuklidin melalui jembatan alkohol. Cincin kuinolin mengandung gugus

metoksi, sedangkan cincin kuinuklidin mengikat gugus vinil. Kuinidin memiliki

struktur yang serupa dengan kuinin. Perbedaannya dengan kuinin terletak pada

(36)

N

7. Turunan sulfonamida dan sulfon

Turunan ini jarang digunakan dalam bentuk tunggal sebagai antimalaria,

biasanya dikombinasi dengan pirimetamin dan digunakan untuk pengobatan

infeksi P. falciparum yang sudah kebal terhadap klorokuin. Contoh turunan

sulfonamida yang dapat digunakan sebagai antimalaria adalah sulfadoksin,

sulfametoksipiridazin, sulfametopirazin, sulfisoksazol. Contoh sulfon yang

digunakan sebagai antimalaria adalah asedapson dan dapson (Siswandono dan

Soekardjo, 1995).

A B

(37)

18

C. Mekanisme Kerja Senyawa Antimalaria

Beberapa mekanisme aksi antimalaria telah diusulkan. Dahulu postulat

Schonhofer merupakan mekanisme aksi malaria yang telah diterima secara luas.

Schonhofer mengatakan bahwa aktivitas antimalaria membutuhkan struktur

kuinolin yang mudah dioksidasi menjadi bentuk kuinoid. Hipotesis ini sekarang

tidak digunakan lagi sejalan dengan penelitian bahwa 5,6-kuinon ternyata tidak

terbukti sebagai bentuk aktif antimalaria aminokuinolin (Korolkovas dan

Burckhalter, 1976).

Antimalaria memiliki berbagai mekanisme aksi. Pada tingkat molekular,

antimalaria beraksi dengan menghambat enzim yang terlibat dalam biosintesis

prekursor asam deoksiribonuklease (ADN) atau membentuk kompleks molekular

dengan ADN, sehingga memblok sintesis ADN dan asam ribonuklease (ARN)

plasmodia dengan menghambat polimerasi ADN dan ARN (Korolkovas dan

Burckhalter, 1976).

Turunan 9-aminoakridin, 4-aminokuinolin, dan kuinolinometanol

menunjukkan efek schizontisid yang cepat dengan dua mekanisme. Mekanisme

kerja ketiga turunan ini melibatkan lisosom (vakuola makanan) plasmodia yang

terdapat dalam sel darah merah (Block, 2004). Bentuk aseksual plasmodia malaria

dapat tumbuh dalam sel darah merah dengan mencerna hemoglobin dalam

vakuola makanan yang bersuasana asam. Hemoglobin merupakan nukleoprotein

bagi plasmodia. Proses pencernaan hemoglobin menghasilkan radikal bebas dan

heme (ferriprotoporphyrin IX) sebagai produk yang sangat reaktif. Dalam proses

(38)

kemudian berpolimerisasi menjadi pigmen malaria yang inaktif dan tidak larut.

Pigmen ini dinamakan hemozoin. Turunan 9-aminoakridin, 4-aminokuinolin, dan

kuinolinometanol merupakan schizontosida darah yang bertindak sebagai basa

lemah yang terkonsentrasi dalam vakuola makanan plasmodia yang bersuasana

asam (Tracy dan Webster, 2001). Senyawa-senyawa ini kemudian mengalami

protonasi, meningkatkan pH intravakuolar, dan terjebak di dalam vakuola

makanan karena pori-pori membran vakuola juga bermuatan positif. Kondisi ini

mempertahankan keberadaan senyawa-senyawa turunan 9-aminoakridin,

4-aminokuinolin, dan kuinolinometanol dalam hemoglobin penderita (Block, 2004).

Dengan keberadaan senyawa-senyawa tersebut dalam hemoglobin penderita,

maka aktivitas peroksidatif heme akan terhambat dan polimerisasi nonenzimatik

heme menjadi hemozoin terganggu (Tracy dan Webster, 2001). Heme yang masih

reaktif akan merusak membran plasmodia dan/ atau sel darah merah secara

oksidatif, sehingga membran mengalami lisis (Block, 2004).

Mekanisme kerja kedua dari senyawa turunan 9-aminoakridin,

4-aminokuinolin, dan kuinolinometanol melibatkan sistem cincin datar yang

dimiliki oleh senyawa-senyawa tersebut. Cincin datar yang dimiliki oleh turunan

4-aminokuinolin dan kuinolinometanol adalah cincin kuinolin, sedangkan cincin

datar yang dimiliki oleh turunan 9-aminoakridin adalah cincin akridin. Sistem

cincin datar memungkinkan senyawa-senyawa tersebut dapat berinterkalasi di

antara pasangan basa dobel heliks ADN. Perhitungan orbital molekul

menunjukkan bahwa senyawa-senyawa tersebut, terutama dalam bentuk

(39)

20

(Lowest Unoccupied Molecular Orbital) rendah (antara 0 dan -0,5β), sedang

pasangan basa guanin dan sitosin mempunyai nilai energi HOMO (Highest

Occupied Molecular Orbital) tinggi (+0,487β). Kondisi ini memungkinkan

terjadinya kompleks transfer muatan antara cincin datar senyawa-senyawa

tersebut dengan pasangan basa guanin dan sitosin, sehingga terbentuk kompleks

obat-ADN. Kompleks obat-ADN diperkuat dengan adanya ikatan rantai samping

senyawa-senyawa tersebut dengan gugus fosfat pada salah satu helaian dobel

heliks ADN. Rantai samping kuinolinometanol yang berikatan dengan gugus

fosfat adalah cincin kuinuklidin, sedangkan rantai samping 9-aminoakridin dan

4-aminokuinolin yang berikatan dengan gugus fosfat adalah atom nitrogen

terprotonasi. Selain ikatan rantai samping dengan gugus fosfat, kompleks

obat-ADN juga diperkuat dengan adanya ikatan hidrogen dengan molekul basa purin

yaitu adenin (DiPalma, 1990). Dengan terbentuknya kompleks obat-ADN, maka

transkripsi dan translasi ADN menjadi ARN akan terhambat. Hal ini akan

berpengaruh terhadap sintesis ADN dan ARN (DiPalma, 1990). Interkalasi dan

ikatan ionik yang terjadi antara klorokuin (senyawa turunan 4-aminokuinolin)

dengan ADN diperlihatkan pada gambar 13.

Turunan 8-aminokuinolin yaitu primakuin bekerja dengan mengganggu

mitokondria plasmodia (Block, 2004). Primakuin mengganggu transpor elektron,

sehingga menyebabkan perusakan oksidatif pada sistem enzim mitokondrial.

Proses ini mengakibatkan mitokondria plasmodia menggembung dan mengalami

vakuolisasi. Dalam hal ini mitokondria penderita tidak terganggu. Primakuin juga

(40)

mengalami pematangan (DiPalma, 1990). Primakuin dapat diubah menjadi

elektrofil yang bekerja sebagai mediator oksidasi-reduksi (Tracy dan Webster,

2001). Hal ini menyebabkan perusakan oksidatif pada elektron asam nukleat

dalam gametosit. Dengan demikian primakuin dapat digunakan untuk mencegah

penyebaran malaria (DiPalma, 1990). Selain bekerja dengan mengganggu transpor

elektron, primakuin juga bekerja dengan berinterkalasi di antara pasangan basa

ADN plasmodia, sama seperti turunan 9-aminoakridin, 4-aminokuinolin, dan

kuinolinometanol (Korolkovas dan Burckhalter, 1976).

A = adenine T = thymine G = guanine C = cytosine P = phosphate R = deoxyribose

Gambar 9. Mekanisme aksi klorokuin pada tingkat molekular

(Korolkovas dan Burckhalter,1976)

Turunan biguanida dan diaminopirimidin, mempunyai aktivitas

antimalaria karena menghambat secara selektif enzim dihidrofolat reduktase yang

(41)

22

plasmodia. Penghambatan ini mempengaruhi biosintesis plasmodia terutama

pembentukan basa purin, pirimidin, dan ADN. Meskipun turunan ini tidak bekerja

secara selektif terhadap enzim plasmodia, tetapi dapat mengikat enzim

dihidrofolat reduktase lebih kuat dibanding isoenzim pada penderita. Efek

pemblokan ini tidak berbahaya bagi penderita karena asam folinat yang

diperlukan dipasok dari luar melalui makanan (Siswandono dan Soekardjo, 1995).

Turunan sulfonamida dan sulfon dapat menghambat secara selektif

enzim dihidropteroat sintetase, yang mengkatalisis kondensasi ester pirofosfat dari

2-amino-4-okso-6-hidroksimetildihidropteridin dengan asam p-aminobenzoat

dengan asam dihidropteroat. Hambatan ini menyebabkan kematian plasmodia

(Siswandono dan Soekardjo, 1995).

D. Vinkadiformina

N H

N

O O

Gambar 10. Struktur senyawa vinkadiformina

Vinkadiformina adalah salah satu indol alkaloid yang terkandung dalam

tanaman Aspidosperma pyrifolium dan A. megalocarpon yang merupakan

tanaman tradisional Amerika dan digunakan sebagai antimalaria (Mustofa, 2001).

(42)

hipoglikemik, dan simpatolitik (Anonim, 1996). Kuehne dkk (1978) dalam jurnal

mengenai studi biomimetik sintesis alkaloid memaparkan bahwa vinkadiformina

dapat disintesis dari tetrahydro-β-carboline melalui secodine intermediate.

Penelitian terhadap senyawa indol alkaloid dari tanaman bergenus

Aspidosperma pernah dilakukan oleh Mitaine-Offer dkk (2002). Dalam penelitian

tersebut Mitaine-Offer dkk mengkombinasikan senyawa indol alkaloid

berkerangka dasar aspidospermane (dari A. pyrifolium dan A. Megalocarpon)

dengan klorokuin, kemudian menguji aktivitas antimalarianya terhadap P.

falciparum yang sensitif klorokuin dan P. falciparum yang resisten klorokuin.

Dari penelitian tersebut diperoleh hasil yang menyatakan bahwa terdapat

sinergisme dari kedua senyawa yang dikombinasikan, sehingga dihasilkan efek

antimalaria yang merupakan kumulasi dari aktivitas antimalaria senyawa yang

dikombinasi.

Pada tahun 2001, Mustofa telah berhasil mensintesis 16 senyawa turunan

vinkadiformina. Mustofa kemudian menguji aktivitas biologis yang lain dari

vinkadiformina, yaitu sebagai antimalaria. Senyawa-senyawa tersebut diuji

aktivitas antimalarianya terhadap P. falciparum yang tergolong resisten terhadap

klorokuin yaitu FcM29-Kamerun dan P. falciparum yang sensitif terhadap

klorokuin yaitu sel Nigerian (Tahir dkk, 2005).

Enambelas senyawa turunan vinkadiformina hasil sintesis Mustofa

beserta data aktivitas antimalaria (log 1/IC50) terhadap P. falciparum yang sensitif

terhadap klorokuin yaitu sel Nigerian, digunakan oleh Tahir dkk (2005) dalam

(43)

24

antimalaria. Data struktur dan aktivitas senyawa turunan vinkadiformina hasil

sintesis dan uji oleh Mustofa dapat dilihat pada tabel 1. Parameter teoretis berupa

parameter elektronik dan sterik dari keenambelas struktur senyawa merupakan

variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel tergantung yang berupa log

1/IC50. IC50 merupakan konsentrasi yang dapat menghambat pertumbuhan

plasmodia malaria sebanyak 50%. Dengan menggunakan metode AM1, Tahir dkk

(2005) menemukan 10 model persamaan matematis HKSA terpilih yang

kemudian diolah secara statistik hingga ditemukan model persamaan terbaik yang

dapat menggambarkan hubungan kuantitatif struktur dan aktivitas senyawa

turunan vinkadiformina sebagai antimalaria.

Model persamaan terbaik yang dihasilkan dari penelitian Tahir dkk

menyatakan bahwa deskriptor-deskriptor yang mempengaruhi aktivitas

antimalaria vinkadiformina dan turunannya adalah muatan bersih, momen dipol,

ELUMO, EHOMO, polarisabilitas molekular, dan luas permukaan. Daerah sensitif

yang diduga memberi sumbangan pengaruh terhadap kuantitas aktivitas

antimalaria, berdasarkan penelitian Tahir dkk digambarkan di bawah ini.

Gambar 11. daerah sensitif senyawa vinkadiformina dan turunannya hasil penelitian Tahir dkk

N H

E. Hubungan Kuantitatif Struktur dan Aktivitas

Penggunaan pendekatan mencoba-coba dalam usaha menemukan obat

(44)

ditinggalkan dalam bidang rancangan obat dan diusahakan penggunaan

pendekatan yang rasional. Informasi tentang turunan struktur molekul senyawa

yang dapat mengubah hasil uji eksperimental, menguraikan tentang hubungan

antara struktur dan aktivitas biologis (Sardjoko, 1993).

Hubungan struktur dan sifat adalah pendefinisian empiris kualitatif dan

kuantitatif antara sruktur molekul dengan sifat yang teramati. Hubungan struktur

dan sifat yang dikaji belakangan ini selalu merupakan hubungan matematika

secara kuantitatif. Jika sifat digambarkan sebagai aktivitas biologis-misalnya

aktivitas obat-maka dikenal sebagai hubungan kuantitatif struktur dan aktivitas

(HKSA atau QSAR = Quantitative Structure Activity Relationship) (Pranowo,

2004). Tujuan HKSA adalah untuk memprediksikan hubungan antara deskripsi

kuantitatif dari sifat-sifat fisika senyawa dan respon sistem biologis. Respon dapat

berupa perhitungan Ki inhibitor dalam pengujian enzim, pED50 dari agonis

reseptor, atau hanya pembuktian apakah suatu senyawa aktif atau inaktif secara

biologis (Davis, 1994). Tujuan lain dari HKSA adalah untuk menentukan struktur

senyawa yang dapat menghasilkan ikatan optimum dengan reseptor, dan untuk

mendesain satu seri senyawa untuk memaksimalkan informasi berkaitan dengan

struktur untuk aktivitas dari sejumlah kecil senyawa uji (Block, 2004).

Diharapkan hasil HKSA akan memberikan pengertian mengenai sifat molekular

yang sangat mempengaruhi aktivitas, dan membuka jalan bagi optimisasi aktivitas

biologis dalam satu seri senyawa (Davis, 1994).

Studi HKSA dapat menggunakan beberapa model, tetapi model yang

(45)

26

(model de novo), dan model yang didasarkan pada mekanika kuantum (Sardjoko,

1993). Pada metode Hansch dikemukakan suatu konsep bahwa hubungan struktur

kimia dengan aktivitas biologis (log 1/C) suatu senyawa dapat dinyatakan secara

kuantitatif melalui parameter-parameter sifat fisika kimia dari substituen yaitu

parameter hidrofob (π), elektronik (σ) dan sterik (Es). Model pendekatan ini

disebut pula model hubungan energi bebas linier (Linear Free Energy

Relationship = LFER), yang dinyatakan melalui persamaan regresi linier berikut:

Log 1/C = a ∑π + b ∑σ + c ∑ Es + d (1)

(Siswandono dan Soekardjo, 1995)

Respon biologis umumnya berupa resiprok (log 1/C). Hal ini dikarenakan dengan

menggunakan resiprok akan diperoleh hubungan yang valid. Dengan

menggunakan resiprok untuk respon biologis akan diperoleh kemiringan garis

regresi (slope) yang positif (Block, 2004).

F. Kimia Komputasi

Metode kimia komputasi sangat membantu dalam penelitian hubungan

kuantitatif struktur dan aktivitas. Dengan aplikasi komputasi, perhitungan sifat

kimia dan fisika suatu senyawa dapat dilakukan dengan mudah.

1. Hyperchem

Program HyperChem merupakan program kimia aplikasi 32 bit yang

dikembangkan oleh Hypercube Inc. HyperChem merupakan program yang mudah

digunakan, fleksibel, dan berkualitas. Dengan menggunakan visualisasi dan

(46)

molekular, menjadikan HyperChem lebih mudah digunakan daripada program

kimia kuantum yang lain (Pranowo, 2004).

Dengan HyperChem dapat dilakukan eksplorasi model energi permukaan

potensial secara klasik atau kuantum dengan single point, optimasi geometri atau

perhitungan dalam mencari keadaan transisi. Perhitungan single point dapat

digunakan untuk menentukan energi molekul dari struktur yang telah ditentukan

(tanpa proses optimasi). Perhitungan optimasi geometri menggunakan algoritma

minimisasi energi untuk mendapatkan struktur yang paling stabil (Pranowo,

2004).

HyperChem merupakan program yang secara teliti dapat digunakan

untuk mengetahui struktur, stabilitas, dan sifat molekul dengan menggunakan

perhitungan mekanika molekular maupun mekanika kuantum. Dalam HyperChem

terdapat metode sederhana untuk menghasilkan struktur molekul 3D. Terdapat 10

jenis metode semiempiris yang dapat digunakan untuk mengoptimasi geometri

suatu senyawa agar diperoleh struktur yang paling stabil. Perhitungan semiempiris

dapat dilakukan pada atom hidrogen sampai xenon, termasuk logam transisi.

Kesepuluh metode semiempiris yang terdapat dalam program HyperChem adalah

Extended Huckel (oleh Hoffman), Complete Neglect of Differential Overlap

(CNDO) dan Intermediate Neglect of Differential Overlap (INDO) (oleh People

dkk), Modified Intermediate Neglect of Differential Overlap (MINDO3), MNDO,

MNDO/d, dan AM1 (oleh Dewar dkk), PM3 (oleh Stewart), Zerner Intermediate

Neglect of Differential Overlap (ZINDO/1) dan ZINDO/s (oleh Zerner dkk).

(47)

28

dengan variasi himpunan basis yang dapat digunakan untuk menentukan sifat

struktur molekul secara akurat (Pranowo, 2004).

2. Metode semiempiris MNDO

Menurut Pranowo (2004), metode semiempiris adalah metode kimia

komputasi yang masih memperhitungkan penyelesaian secara kimia kuantum

sehingga sifat-sifat elektronik masih dapat diturunkan. Metode semiempiris

berdasar pada pendekatan Hartree-Fock. Pendekatan dilakukan terhadap

penyusunan matrik Fock, atau dalam penyederhanaan pada pernyataan energi

sistem. Pendekatan lain dari metode semiempiris adalah hanya

mempertimbangkan elektron valensi. Elektron dalam (core) dihitung sebagai

fungsi tolakan core-core bersama-sama dengan energi tolakan inti (Pranowo,

2004). Metode semiempiris mengurangi biaya komputasi dengan mengurangi

jumlah integral. Metode semiempiris mampu menghitung fungsi gelombang

elektronik, yang dapat digunakan untuk memprediksikan sifat-sifat kimia fisika

yang bervariasi. Metode semiempiris memberikan hasil yang sangat baik jika

informasi eksperimental telah tersedia, tetapi metode ini tidak dapat memprediksi

tipe senyawa yang tidak diketahui sama sekali (Jensen, 1999).

Langkah awal dalam mengurangi masalah komputasi adalah dengan

hanya mempertimbangkan eksplisitas elektron valensi, elektron core dihitung

dengan cara mengurangi muatan inti atau memberikan fungsi untuk memodelkan

tolakan gabungan yang disebabkan oleh elektron core dan nuklei. Hanya set basis

minimum (jumlah minimum fungsi yang dibutuhkan untuk mengakomodasi

(48)

misalnya, memiliki satu fungsi basis, dan semua atom dalam baris kedua dan

ketiga dalam tabel sistem periodik memiliki empat fungsi basis (satu s-dan satu

set p-orbital, px, py, dan pz). Sebagian besar metode semiempiris hanya

menggunakan fungsi s- dan p-, dan fungsi basis diambil sebagai orbital tipe Slater

(Jensen, 1999).

MNDO adalah metode semiempiris orbital molekular (Molecular

Orbital atau MO) self-consistent-field elektron-valensi yang menggunakan basis

minimal dari orbital atomik dan pendekatan integral Neglect of Diatomic

Differential Overlap (NDDO) (Thiel, 2001). Parameterisasi pada MNDO

dilakukan pada variabel atomik, yaitu hanya atom tunggal. MNDO, AM1, dan

PM3 diturunkan dari pendekatan dasar yang sama yaitu NDDO, dan hanya

berbeda pada perlakuan repulsi core-core dan bagaimana parameter ditentukan

(Jensen, 1999). MNDO merupakan metode semiempiris pertama yang digunakan

secara luas untuk analisis struktur organik yang beranekaragam, karena memiliki

hubungan dengan metode optimasi geometri (Lahti, 1998). MNDO mempunyai

tujuh parameter atomik (Uss, Upp, ζ, βs, βp, α) dan satu yang termasuk dalam

perhitungan interaksi multipol (pada dasarnya pemisahan antara titik muatan yang

digunakan untuk menggambarkan dipol), dan tidak ada parameter diatomik.

Integral yang tidak diatur sama dengan nol pada asumsi CNDO dihitung sebagai

interaksi multipol. Parameter atom yang sekarang tersedia adalah untuk atom H,

Li, Be, C, N, O, F, Al, Si, P, S, Cl, Zn, Ge, Br, I, Sn, Hg dan Pb (Pranowo, 2004).

Metode ini baik digunakan untuk geometri dan potensial ionisasi. Cukup

(49)

30

masalah dengan cincin yang kecil dan pasangan elektron yang berdekatan, serta

analisis transisi state (Lahti, 1998). Menurut Jensen (1999), beberapa keterbatasan

dari model MNDO adalah sebagai berikut :

a. molekul yang memiliki banyak halangan sterik, seperti neopentan, sangat

tidak stabil

b. senyawa dengan 4 cincin sangat stabil

c. interaksi yang lemah tidak dapat diprediksi (contohnya pada ikatan hidrogen)

d. molekul hipervalen, seperti sulfoksida dan sulfon, sangat tidak stabil

e. energi aktivasi untuk reaksi memutuskan dan membentuk ikatan sangat tinggi

f. struktur non klasik diprediksi tidak stabil relatif terhadap struktur klasik (misal

kation etil)

g. substituen teroksigenasi pada cincin aromatik out of plane (contohnya

nitrobenzena)

h. ikatan peroksida sangat pendek ~ 0,17 Å

i. sudut C-X-C pada eter dan sulfida sangat besar ~ 9o

G. Analisis Statistik

Dalam penelitian, biasa digunakan model suatu hubungan fungsional

antara peubah. Dengan model tersebut kelakuan sistem yang akan diteliti dapat

dipahami, diterangkan, dikendalikan, dan kemudian diprediksikan. Prediksi

memiliki arti yang khusus yaitu inter- atau ekstrapolasi (Sembiring, 2003).

Model dapat membantu penentuan hubungan sebab akibat (kausal)

(50)

kuantitatif antara struktur kimia dan aktivitas biologis melalui parameter sifat

kimia fisika, dapat dilakukan perhitungan statistik dengan bantuan komputer,

dengan menggunakan program MICROSTAT, ABSTAT, PCN, QSAR,

MINITAB, STATGRAPH, SPSS atau program yang lain (Siswandono dan

Soekardjo, 1995), namun ada tidaknya hubungan kausal antara peubah tidak dapat

diputuskan dengan hanya menggunakan data statistik. Secara umum, model

merupakan penyederhanaan dan abstraksi dari keadaan alam yang sesungguhnya.

Dalam hal ini model akan selalu berbentuk fungsi dan regresi (Sembiring, 2003).

Salah satu metode statistik yang digunakan dalam analisis HKSA adalah

metode korelasi. Metode ini mengidentifikasi hubungan kuantitatif antara

x-deskriptor dan aktivitas biologis. Hansch pertama kali menggunakan multiple

linear regression (regresi linear multivariat) sebagai metode statistik dalam

HKSA dan metode ini masih digunakan sampai sekarang (Davis, 1994). Regresi

linear multivariat hanya dibatasi untuk jumlah deskriptor kurang dari 20. Dalam

metode ini dianggap bahwa semua deskriptor tidak berkorelasi satu sama lain dan

semua deskriptor memiliki pengaruh yang penting terhadap aktivitas (Davis,

1994). Hal ini dikarenakan data yang digunakan adalah data percobaan

laboratorium yang tidak lagi menggambarkan keadaan alamiah, tetapi telah

dimanipulasi oleh peneliti (Sembiring, 2003).

Regresi linear untuk satu parameter fisika kimia dapat dinyatakan

melalui persamaan sebagai berikut :

Y = aX + b (2)

(51)

32

Regresi linear untuk dua parameter sifat fisika kimia atau lebih dapat dinyatakan

melalui persamaan sebagai berikut :

Y = aX1 + bX2 + cX3 + ....+ d (3)

dimana X1, X2, X3 = parameter – parameter sifat fisika kimia 1, 2, 3 (Siswandono

dan Soekardjo, 1995).

Keabsahan persamaan yang diperoleh dan arti perbedaan parameter yang

digunakan dalam hubungan struktur-aktivitas model Hansch dapat dilihat dengan

beberapa kriteria statistik, antara lain :

1. nilai R (koefisien korelasi)

Nilai R menunjukkan tingkat hubungan antara data aktivitas biologis

dari pengamatan percobaan dengan data hasil perhitungan berdasarkan persamaan

yang diperoleh dari analisis regresi. Koefisien korelasi bernilai mulai dari 0

sampai 1. Dalam penelitian HKSA dicoba dicapai suatu nilai R yang lebih besar

dari 0,9, sebab semakin tinggi nilai R maka semakin baik hubungannya

(Siswandono dan Soekardjo, 1995). Hubungan yang sangat kuat antara variabel

bebas dan variabel tergantung sebenarnya telah tercapai pada nilai R 0,8 sampai

dengan 1 (Anonim, 2006).

2. nilai R2 (koefisien determinasi)

Nilai R2 menunjukkan berapa persen aktivitas biologis yang dapat

dijelaskan hubungannya dengan parameter sifat fisika kimia yang digunakan.

Misalnya suatu hubungan yang mempunyai nilai R = 0,990 berarti dapat

menjelaskan (0,990)2 x 100% = 98% dari variasi antar data (Siswandono dan

(52)

3. nilai Fhitung/Ftabel

Nilai Fhitung menunjukkan kemaknaan hubungan bila dibandingkan

dengan Ftabel. Makin besar nilai Fhitung makin besar derajat kemaknaan hubungan.

Semakin tinggi nilai Fhitung semakin kecil kemungkinan hubungan tersebut adalah

karena kebetulan (Siswandono dan Soekardjo, 1995). Persamaan yang memenuhi

syarat siginifikansi pada tingkat kepercayaan 95% adalah persamaan yang

memiliki nilai Fhitung/Ftabel lebih besar dari 1 atau Fhitung lebih besar daripada Ftabel

(Yuliana, 2005).

4. nilai SE

Nilai SE merupakan simpangan baku yang menunjukkan nilai variasi

kesalahan dalam percobaan (Siswandono dan Soekardjo, 1995).

5. PRESS

Salah satu tujuan pembentukan model ialah untuk prediksi dan salah satu

patokan prediksi yang baik ialah prediksi dengan nilai yang diprediksi sama atau

hampir sama. Nilai PRESS merupakan selisih antara hasil prediksi dengan nilai

yang diprediksi (eksperimen). Model yang baik adalah model yang menghasilkan

PRESS yang kecil dalam kelompok parameter (Sembiring, 2003).

Menurut Hansch, aktivitas biologis dipengaruhi oleh parameter

elektronik, sterik, dan hidrofobisitas dari suatu senyawa (Siswandono dan

Soekardjo, 1995). Berdasarkan konsep ini, maka model persamaan terbaik juga

(53)

34

H. Keterangan Empiris

Penelitian ini dapat menghasilkan model persamaan HKSA terbaik

dengan deskriptor yang ditentukan berdasarkan hasil perhitungan semiempiris

MNDO. Dari model persamaan terbaik ini dapat digambarkan hubungan

kuantitatif struktur senyawa turunan vinkadiformina, melalui parameter teoretis

meliputi parameter elektronik, sterik, dan hidrofobisitas, dengan aktivitas yang

didasarkan pada log 1/IC50. IC50 merupakankonsentrasi yang dapat menghambat

pertumbuhan P. falciparum sebanyak 50%. Berdasarkan model persamaan

terbaik, dapat dirancang senyawa hipotetik yang diprediksi memiliki aktivitas

(54)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis dan bentuk rancangan penelitian

eksperimental kuasi. Penelitian ini dikatakan penelitian eksperimental karena

bahan penelitian yang berupa 16 senyawa vinkadiformina dan turunannya telah

mengalami perlakuan pada penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian Mustofa.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mustofa, vinkadiformina mengalami

modifikasi struktur terutama pada cincin indol. Modifikasi ini menghasilkan satu

seri senyawa vinkadiformina dan turunannya yang kemudian diuji aktivitas

antimalarianya.

Pada penelitian eksperimen murni, pemilihan sampel dilakukan secara

acak, sedangkan pada penelitian ini pemilihan 16 struktur senyawa

vinkadiformina dan turunannya sebagai sampel tidak dapat dilakukan secara acak,

melainkan telah ditetapkan secara pasti. Data aktivitas antimalaria yang diperoleh

merupakan data sekunder. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa bentuk

penelitian ini termasuk dalam rancangan penelitian eksperimental kuasi.

(55)

36

B. Variabel dan Definisi Variabel

1. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah deskriptor-deskriptor yang

mewakili parameter Hansch. Parameter elektronik berupa muatan bersih atom

yaitu qC1, qC2, qC3, qC4, qC5, qN, qC7, qC8, qC9, selisih antara energi Lowest

Unoccupied Molecular Orbitals (ELUMO) dan energi Highest Occupied Molecular

Orbitals Energy (EHOMO), yang disimbolkan dengan ΔE, polarisabilitas molekular

(∂), dan momen dipol (μ). Parameter sterik yang digunakan adalah luas

permukaan (SA), volume (V), refraktivitas molar (MR), dan massa (M).

Parameter hidrofobisitas diwakili oleh log P.

N

Gambar 12. Struktur senyawa vinkadiformina dengan penomeran atom tidak mengikuti kaidah tatanama senyawa dan

hanya digunakan untuk penelitian ini saja

2. Variabel tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah nilai log 1/IC50. Nilai ini

menggambarkan aktivitas senyawa vinkadiformina dan turunannya sebagai

antimalaria yang didasarkan pada konsentrasi yang dapat menghambat

Gambar

Gambar 1. Siklus perkembangan plasmodia malaria
Gambar 2. Struktur kuinakrin HCl
Gambar 3. Struktur klorokuin
Gambar 4. Struktur primakuin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai ini memiliki arti bahwa variasi dari perubahan faktor produksi (modal, tenaga kerja, teknologi), sosial demografi (pengalaman, umur, jumlah anggota rumah

Ia menambahkan bahwa hal ini sejalan dengan program- program pemerintah Kabupaten Bogor yang bertujuan untuk mengurangi sampah dan berharap edukasi pembuatan vertical garden

Menu input data dalam aplikasi sistem informasi rawat inpa ini antara lain menu data pasien, menu data dokter, data kamar, data obat dan biaya fasilitas perawatan..

Hal ini perlu dilakukan dengan berbagai pengaman, dimana fungsi utama peralatan proteksi adalah melepaskan atau memisahkan peralatan yang terganggu dari sistem keseluruhan guna

Penelitian dilakukan di Universitas Telkom dengan objek penelitan pada para pengguna akhir Student Affairs (pengguna akhir dalam penelitian ini yaitu seluruh mahasiswa

Sistem informasi PALTV berbasis web dapat membantu PALTV dalam menyampaikan informasi seperti profil, visi dan misi, logo dan arti logo, manajemen, penghargaan

Bertanggung jawab kepada Rektor selaku Kuasa Pengguna Anggaran melalui Pejabat Pembuat Komitmen atas tercapainya sasaran kinerja masing-masing sub kegiatan yang tetuang

Disamping itu, disebabkan fraksi pasir itu memiliki luas permukaan yang kecil, tetapi memiliki ukuran yang besar, maka fungsiutamanya adalah sebagai penyokong tanah