DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA SEMESTER TIGA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2012/2013
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Laurentia Dian Arvita NIM: 081114009
Oleh:
Benediktus Herru Sukoco NIM: 081114039
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA SEMESTER TIGA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2012/2013
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Benediktus Herru Sukoco NIM: 081114039
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Ayunkan langkah pertama. Tuhan akan membantu
anda menyelesaikan langkah selanjutnya….
Banyak rancangan dihati manusia,
tetapi keputusan Tuhan-lah yang terlaksana
Amsal 19:21
Rancangan-Ku yang diberikan kepadamu adalah hari depan
Yang penuh harapan.
Yeremia 29:11
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:
Kedua orangtua ku: Y.Ch. Mudadi & Kasilda Rokiah
Adikku : Angela Sri & Stefanus Wahyu
Yang senantiasa memberikan kasih, dukungan, dan doa.
Sahabat-sahabatku yang senantiasa setia menemaniku
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Agustus 2013
Penulis
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta:
Nama : Benediktus Herru Sukoco
Nomor Mahasiswa : 081114039
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah saya yang
berjudul:
DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL
MAHASISWA SEMESTER TIGA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 16 Agustus 2013
Yang menyatakan
vii
ABSTRAK
DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA SEMESTER TIGA
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2012/2013
Benediktus Herru Sukoco Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2013
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 dan menyusun usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial mengenai kemampuan komunikasi interpersonal.
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semesters III Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 61 orang. Instrumen yang digunakan adalah Kuesioner Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal yang disusun oleh peneliti dengan jumlah 45 item. Teknik pengujian reliabilitas menggunakan Split-half Method dengan koefisiensi reliabilitas sebesar 0,947.
viii
ABSTRACT
THE DESCRIPTION OF INTERPERSONAL COMMUNICATION SKILL OF THE THIRD SEMESTER STUDENTS OF GUIDANCE AND COUNSELING
STUDY PROGRAM FACULTY OF TEACHERS TRAINING AND EDUCATION AT SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA IN
2012/2013 ACADEMIC YEAR
by
Benediktus Herru Sukoco Sanata Dharma University
Yogyakarta 2013
This research belongs to a descriptive study which aims at obtaining an overview of interpersonal communication skill of the third semester students of guidance and counseling study program, faculty of teachers training and education at Sanata Dharma University Yogyakarta in 2012/2013 academic year and compiling the suggested topics of personal-social guidance topics related to interpersonal communication skill.
The subject in this study is the third semester students of guidance and counseling study program, faculty of teachers training and education at Sanata Dharma University Yogyakarta in 2012/2013 academic year consisting of 61 people. The instrument used in this research is a questionnaire of interpersonal communication skills level compiled by the researcher himself consisting of 45 items. The test of reliability is using the split-half method with reliability coefficient 0.947.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus atas segala rahmat yang
dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan
Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan
baik tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan mendampingi
penulis. Oleh karena itu, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih secara
tulus kepada:
1. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi, M.A.., selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati telah memberikan motivasi,
meluangkan waktu untuk mendampingi penulis selama proses penulisan
skripsi.
3. Bapak dan Ibu dosen di program studi Bimbingan dan Konseling yang telah
mendampingi penulis selama perkuliahan dan membekali penulis dengan
berbagai ilmu pengetahuan yang telah diberikan.
4. Mahasiswa Semester Tiga Tahun Ajaran 2012/2013 Program Studi
x
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah bersedia meluangkan
waktu dan kesediaannya sebagai responden dalam melaksanakan penelitian.
5. Kedua orangtuaku Bapak Yohanes Mudadi dan Ibu Kasilda Rokiah yang
dengan setia memberikan kasih sayang, semangat, dana, nasehat dan doa
pada penulis.
6. Kedua Adikku Angela Sri H dan Stefanus Wahyu H yang tanpa henti selalu
memberikan motivasi dan doa pada penulis.
7. Paklik Giyanto dan Buklik Marwisah yang dengan setia memberikan kasih
sayang, semangat, dana, nasehat dan doa pada penulis.
8. Sahabat-sahabatku: Dita, Moshe, Judith, Cella, Chandra Ningtyas, Elis,
Dorce, Dian, Diana, Chandra Kristanto, Moyo, Bona, Vita, dan Ocha yang
selalu memberikan dukungan, perhatian, dan bantuan dalam pembuatan
skripsi.
9. Sahabat-sahabatku mahasiswa Bimbingan dan Konseling 2008 yang selalu
memberikan semangat dan perhatian.
10.Sahabat-sahabatku Keluarga Plus : Ardian, Chandra, William, Marlo,
Sonny, Irin dan Mika. Terima kasih atas segala doa dan dukungan kalian
semua.
11.Sahabatku Mas Wahyu dan Mbak Indah terima kasih atas segala doa dan
dukungan kalian berdua.
12.Semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
xi
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca dan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan bidang
Bimbingan dan Konseling.
Yogyakarta, 15 Agustus 2013
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GRAFIK ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Definisi Operasional ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. Hakikat Komunikasi Interpersonal ... 11
1. Pengertian Komunikasi ... 13
2. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 13
3. Sifat-sifat Komunikasi Interpersonal ... 15
4. Kemampuan Komunikasi Interpersonal ... 13
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal ... 13
B. Mahasiswa Semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling .. 17
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23
A. Jenis Penelitian ... 23
B. Subjek Penelitian ... 23
C. Instrumen Penelitian ... 24
1. Alat Pengumpul Data ... 24
2. Format Pernyataan ... 25
3. Penentuan Skor ... 25
4. Kisi-kisi ... 26
D. Validitas dan Reliabilitas ... 27
1. Validitas ... 27
2. Reliabilitas ... 30
E. Prosedur Pengumpulan Data ... 31
1. Tahap Persiapan ... 31
2. Pengambilan Data Penelitian ... 33
F. Teknik Analisis Data ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL ... 40
A. Hasil Penelitian ... 40
1. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Interpersonal ... 40
2. Hasil Analisis Butir-butir Instrumen Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal ... 42
B. Pembahasan dan Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-sosial ... 45
BAB V PENUTUP ... 52
A. Kesimpulan ... 52
B. Saran ... 52
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Kemampuan Komunikasi
Interpersonal ... 26
Tabel 2 Hasil Analisis Item Total Korelation Instrument Tingkat Kemampuan
Komunikasi Interpersonal ... 29
Tabel 3 Norma Katagori Kemampuan Komunikasi Interpersonal ... 35
Tabel 4 Norma Kategorisasi Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling ,
FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Tahun Ajaran 2012/2013 ... 37
Tabel 5 Norma Katagori Skor Item Kemampuan Komunikasi
Interpersonal ... 38
Tabel 6 Norma Kategorisasi Skor Item Skala Kemampuan Komunikasi
Interpersonal Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan
Konseling , FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Tahun Ajaran 2012/2013 ... 39
Tabel 7 Pengolongan Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling ,
FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Tahun Ajaran 2012/2013 ... 41
Tabel 8 Pengolongan Skor Item Skala Tingkat Kemampuan Komunikasi
Interpersonal Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan
Konseling , FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Tahun Ajaran 2012/2013 ... 43
Tabel 9 Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial
Untuk Membantu Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Interpersonal Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan
Konseling , FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1 Penggolongan Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling ,
FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Tahun Ajaran ... 42
Grafik 2 Penggolongan Skor Item Tingkat Kemampuan Komunikasi
Interpersonal Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan
Konseling , FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun ajaran 2012/2013 ... 56
Lampiran 2 Reliabilitas dan Perhitungan Koefisien Korelasi
Uji Coba Kuesioner ... 60
Lampiran 3 : Tabulasi Data Penelitian ... 69
1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan definisi operasional
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah mahluk sosial yang berkembang dan senatiasa membutuhkan
orang lain. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha menjalin komunikasi
dengan lingkungan di sekitarnya. Selain itu, ada sejumlah kebutuhan di dalam diri
manusia yang hanya dapat dipuaskan melalui komunikasi dengan sesamanya
(Supratiknya, 1995: 9).
Komunikasi adalah sebuah cara yang digunakan sehari-hari dalam
menyampaikan pesan yang terbentuk melalui sebuah proses yang melibatkan dua
orang atau lebih di mana satu sama lain memiliki peran dalam membuat pesan,
mengubah isi dan makna, merespon pesan tersebut, serta memeliharanya di ruang
publik. Salah satu bentuk komunikasi adalah komunkasi antar pribadi atau
komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang
melibatkan dua orang atau lebih, yang terjadi dalam interaksi tatap muka (Liliweri,
Berkomunikasi antar pribadi atau secara ringkas komunikasi merupakan suatu
keharusan bagi manusia. Dalam kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari orang
lain. Dalam proses interaksi sosial tersebut ia membutuhkan dan senatiasa menjalin
serta membuka komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Kebutuhan ini tidak
bisa diabaikan karena komunikasi merupakan kebutuhan yang eksistensial bagi
manusia (Supratiknya, 1995: 9).
Melalui komunikasi individu menemukan dirinya, mengembangkan konsep diri
dan menetapkan hubungan dengan dunia di sekitar. Hubungan individu dengan orang
lain akan menentukan kualitas hidup. Komunikasi juga ditujukan untuk
menumbuhkan hubungan sosial yang baik dengan orang lain.
Kemampuan komunikasi antar pribadi dapat terwujud apabila individu
memperhatikan pola hubungan yang timbal balik atau dua arah. Hal ini mengandung
arti bahwa dalam berkomunikasi perlu memperhatikan masing-masing individu yang
melakukan komunikasi. Berusaha benar-benar mengerti orang lain merupakan dasar
berkomunikasi dengan orang lain.
Komunikasi empatik adalah komunikasi yang menunjukan adanya saling
pengertian diantara perilaku komunikasi (Liliweri, 1991: 31). Komunikasi yang
empatik dapat terjadi apabila seseorang terlebih dahulu mengerti orang lain,
memahami karakter dan maksud/tujuan orang lain. Dengan kata lain berusaha
dipikirkan oleh orang yang sedang hadapi. Ditegaskan juga oleh Supratiknya
(1995:11) bahwa setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda satu sama lain,
maka kemampuan memahami sudut pandang orang lain sangat penting agar individu
dapat berkomunikasi secara baik.
Kemampuan mengembangkan komunikasi antar pribadi merupakan salah satu
keterampilan yang amat diperlukan dalam rangka pengembangan seorang diri guru
bimbingan dan konseling baik secara personal maupun profesional. Tidak peduli
seberapa berbakatnya seseorang atau seberapa hebat seseorang dalam memahami
teori konseling, kesuksesan dalam konseling tidak akan pernah diperoleh tanpa
penguasaan komunikasi interpersonal yang baik.
Keterampilan berkomunikasi bukan merupakan kemapuan yang dibawa sejak
lahir dan juga tidak akan muncul tiba-tiba saat individu memerlukannya. Kerampilan
tersebut harus dipelajari atau dilatih. Komunikasi adalah keterampilan yang paling
penting dalam proses bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling
menghabiskan sebagian besar jam layanannya dengan berkomunikasi.
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling , FKIP, Universitas Sanata
Dharma secara khusus dididik untuk menjadi guru profesional bimbingan dan
konseling khususnya di sekolah, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk mereka
berkerja sebagai konselor diluar sekolah, seperti di rumah sakit, perusahaan, lembaga
berkomunikasi yang efektif perlu dimiliki oleh mahasiswa prodi BK agar kelak
mereka dapat menjadi seorang konselor yang profesional.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (Depdiknas, 2003) konselor
harus memiliki beberapa kompetensi salah satu kompetensi yang harus dimiliki
adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai
bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, wali peserta didik
dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu sebagai calon konselor mahasiswa semester
tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 diharapkan memiliki kemampuan yang baik
dalam komunikasi interpersonal.
Penelitian ini ingin mengungkap kemampuan komunikasi interpersonal pada
mahasiswa semester tiga BK dalam kegiatan pendidikan di prodi BK. Penelitian ini
diharapkan dapat membantu dalam mempersiapkan mahasiswa BK menjadi guru
bimbingan dan konseling yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif
setelah lulus dari prodi BK. Peneliti memilih mahasiswa semester tiga dengan alasan
mahasiswa angkatan ini sudah hampir menempuh separuh waktu dan masih lama
menjalankan studi di prodi BK sehingga masih banyak waktu untuk melatih
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian yang muncul dan ingin dicari
tahu jawabannya melalui penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa semester tiga
Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ?
2. Berdasarkan hasil analisis butir-butir instrumen kuesioner kemampuan
komunikasi interpersonal yang tergolong rendah, topik-topik bimbingan
klasikal apa saja yang implikatif diusulkan dan sesuai untuk membantu
meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan:
1. Mendeskripsikan tingkat kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa
semester tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajarn 2012/2013.
2. Mengusulkan topik-topik bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan
mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal pada
mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP,
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Memberikan gambaran mengenai tingkat kemampuan komunikasi
interpersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan dan
Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran
2012/2013.
2. Manfaat praktis
Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan informasi yang berguna dalam bidang pendampingan mahasiswa
demi peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal.
E. Definisi Operasional
Berikut ini dijelaskan definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan
dalam penelitian ini
1. Komunikasi interpersonal adalah relasi secara langsung antara satu orang dengan
orang yang lain, saling memberikan informasi serta adanya umpan balik antara
2. Kemampuan komunikasi interpersonal adalah kesanggupan atau kecakapan
seseorang dalam mengirimkan pesan-pesan sehingga mampu diterima oleh
orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.
Aspek-aspek komunikasi interpersonal dalam penelitian ini meliputi:
keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan sebagai mana diukur
dalam penelitian ini.
3. Mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 adalah
mahasiswa aktif yang terdaftar di Program Studi Bimbingan dan Konseling ,
8
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini memuat pengertian komunikasi, komunikasi interpersonal, sifat-sifat
komunikasi interpersonal, aspek-aspek kemampuan komunikasi interpersonal, dan
faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi interpersonal.
A. Hakikat Komunikasi Interpersonal
1. Pengertian Komunikasi
Secara etimologi, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio
yang berasal dari kata communis yang berarti sama makna mengenai satu hal. Jadi
komunikasi itu berlangsung apabila antara orang-orang atau peserta yang terlibat
dalam komunikasi terdapat persamaan makna mengenai suatu hal yang di
komunikasikan (Effendi, 1992: 9).
Komunikasi terjadi karena adanya kesamaan makna antara komunikator dan
komunikan. Kesamaan dalam komunikasi tidak hanya kesamaan makna tetapi tujuan
dan maksud sehingga komunikasi bisa tetap terus berlangsung. Selain itu komunikasi
juga melibatkan pikiran perasaan dan tingkah laku. Rahmat (2000: 10), menyatakan
bahwa komunikasi sangat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran
manusia, komunikasi itu memiliki arti yang luas dan tidak hanya sebatas pada bahasa,
Menurut Rahmat (2000: 21), komunikasi ada dua bentuk yaitu komunikasi
verbal dan non verbal. Dalam komunikasi verbal bahasa adalah alat yang utama,
sedangkan dalam komunikasi non verbal dibutuhkan interpretasi dari ekspresi wajah,
gerak tubuh dan tangan, postur tubuh, suara, dan pola bicara.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi bukan hanya
penyampaian pesan antara satu orang dengan orang lain tetapi mencakup makna atau
isi dari komunikasi dan isyarat- isyarat yang terdapat dalam komunikasi tersebut.
Komunikasi adalah penyampaian pesan antara satu orang dengan orang lain dalam
situasi tatap muka, baik secara verbal maupun non verbal, dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi atau menyampaikan pesan kepada orang lain.
2. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Menurut De Vito (1995) Komunikasi interpersonal adalah pengiriman
pesan-pesan dari seseorang dan diterima orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan
umpan balik langsung. Ditambahkan juga oleh Efendy (dalam Liliweri 1991)
komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang
komunikan. Rogers (dalam Liliweri 1991) mengemukakan bahwa komunikasi antar
pribadi merupakan komunikasi dari mulut kemulut yang terjadi dalam interaksi tatap
muka dengan beberapa pribadi.
komunikasi interpersonal dapat mengungkap apa yang ada dalam pikiran dan
tercapai. Komunikasi interpersonal berlangsung karena antara satu orang dan orang
lainnya saling memerlukan informasi sehingga terjadi umpan balik langsung.
Komunikasi interpersonal akan efektif apabila antara kedua belah pihak ada umpan
balik.
Komunikasi interpersonal adalah kemampuan individu untuk senantiasa menjalin
komunikasi dan interaksi secara mendalam terhadap individu lain, agar selalu dalam
keadaan seimbang, sehingga muncul keakraban diantara kedua belah pihak dan
menumbuhkan rasa pengertian serta emosional yang tepat diantara keduanya saat
melakukan interaksi yang berupa komunikasi interpersonal. Komunikasi
interpersonal dianggap paling efektif untuk mengubah sikap pendapat dan prilaku
seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan umpan balik yang bersifat
langsung.
Menurut Rahmat (2000: 150), komunikasi interpersonal disebut efektif apabila
pertemuan antara komunikator dan komunikan merupakan hal yang menyenangkan,
dengan kata lain perasaan senang yang muncul akibat dari komunikasi interpersonal
yang menyebabkan pelaku dari komunikasi tersebut saling terbuka, gembira, santai,
dan lain sebagainya atau sebaliknya apabila komunikasi interpersonal berjalan tidak
menyenangkan pelaku komunikasi akan merasa tegang, resah, tidak enak, serta
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi
interpersonal adalah pengiriman pesan antar individu satu dengan individu lain untuk
mendapatkan informasi dan mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran, perasaan
sehingga terjalin hubungan yang lebih baik.
3. Sifat-sifat Komunikasi Interpersonal
Ada beberapa sifat komunikasi interpersonal (Liliweri, 1991: 31-39) diantaranya:
a. Komunikasi interpersonal melibatkan perilaku verbal dan non verbal.
Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung dengan tatap muka
sehingga aksi dan reaksi verbal maupun non verbal terdengar dan terlihat,
tanda-tanda verbal dapat diwakili dalam menyebut kata-kata,
mengungkapkan baik lisan maupun tulisan, sedangkan tanda-tanda non
verbal terlihat dalam ekspresi wajah, gerak dan lain-lain.
b. Komunikasi interpersonal melibatkan perilaku spontan. Orang dapat
mengatakan apa yang ada didalam benaknya kemudian mewujudkan
melalui lisan, perilaku spontan dilakukan secara tiba-tiba, serta merta
untuk menjawab suatu rangsangan dari luar tanpa berpikir terlebih dahulu.
c. Komunikasi interpersonal sebagai suatu proses yang berkembang.
Komunikasi interpersonal sebenarnya tidak statis tetapi bersifat dinamis,
pada saat terlibat komunikasi interpersonal manusia tidak sadar bahwa
menukar pengalamannya, memberi suatu informasi, menukar ide-ide dan
pengetahuannya.
d. Komunikasi interpersonal harus melibatkan umpan balik dan hubungan
interaksi. Komunikasi interpersonal harus ditandai dengan adanya umpan
balik. Umpan balik tersebut harus bersifat pribadi menyatu pada respon
verbal maupun non verbal dari seseorang komunikator maupun
komunikan secara bergantian umpan balik tidak mungkin ada apa bila
tidak terdapat interaksi yang menyertainya.
e. Komunikasi interpersonal menunjukan adanya suatu tindakan yang nyata.
Pelaku komunikasi interpersonal harus mampu, sama-sama mempunyai
kegiatan aksi dan tindakan nyata, sehingga memberikan tanda bahwa
mereka berkomunikasi, hal ini mengandung makna bahwa komunikasi
interpersonal tidak hanya memperhatikan sebab datangnya suatu pesan
keakibatnya, namun lebih dari itu harus benar-benar memperhatikan
seluruh proses komunikasi interpersonal.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sifat komunikasi terdiri dari:
komunikasi interpersonal melibatkan perilaku verbal dan non verbal, komunikasi
interpersonal melibatkan perilaku spontan, komunikasi interpersonal sebagai proses
hubungan interaksi, komunikasi interpersonal menunjukan adanya suatu tindakan
yang nyata.
4. Aspek-aspek Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Kemampuanan komunikasi interpersonal dapat diukur dari tingkat penyampaian
pesan dimana secara lebih jauh mampu mempengaruhi orang lain yang diajak
berkomunikasi. Kemampuan komunikasi interpersonal juga dapat dilihat, dengan
tetap terjaganya hubungan yang terjalin.
De Vito (1995) berpendapat ada beberapa aspek dalam komunikasi
interpersonal agar komunikasi dapat berjalan dengan baik yaitu:
a. Keterbukaan
Kualitas keterbukaan dalam komunikasi interpersonal ada tiga hal.
Pertama, kesadaran untuk membuka diri, kesediaan untuk memberikan
informasi tentang diri. Membuka diri berarti juga membagikan kepada orang
lain perasaan-perasaan yang dimiliki.
Kedua, kesadaran untuk bereaksi secara jujur menanggapi pesan dari
orang lain. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya
merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Dalam berkomunikasi
individu diharapkan untuk bereaksi secara terbuka terhadap apa yang
Ketiga, kesadaran untuk memiliki dan mengakui perasaan dan gagasan
yang timbul. Hal ini mengacu pada keberanian seseorang untuk mau
memiliki dan mengakui perasaan dan gagasan yang ditunjukan kepada
individu lain, ia juga mau bertangung jawab atas pikiran dan perasaannya.
b. Empati
Komunikasi interpersonal yang baik perlu didukung oleh sikap empati
dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Empati diartikan sebagai “ikut
merasakan”. Berempati dengan seseorang berarti ikut merasakan apa yang
dirasakan oleh orang lain . Dalam berempati seseorang memiliki perasaan
yang sama dengan kondisi yang dialami orang lain.
Cara yang dapat digunakan untuk berempati adalah dengan menahan
godaan untuk mengevaluasi, menilai, menafsirkan, dan mengkritik. Dengan
makin mengenal seseorang, keinginannya, pengalamannya, kemampuannya,
ketakutannya, makin mampu kita melihat apa yang di lihat orang itu, dan
merasakan seperti apa yang dirasakannya
c. Sikap mendukung
Sikap mendukung dapat diperlihatkan dengan cara :
1) Bersikap deskriptif bukan evaluatif.
Sikap deskriptif dapat dipahami sebagai sikap yang tidak
dalam mengungkapkan perasaannya, sehingga orang tidak malu dan tidak
akan merasa dirinya menjadi bahan kritikan terus-menerus.
2) Spontanitas
Seseorang yang spontan dalam komunikasinya akan terus terang serta
terbuka dalam mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang
sama dan terbuka.
3) Profesionalisme
Bersikap profesional berarti bersikap tentatif dan memiliki
kemampuan untuk berfikir secara terbuka, mampu menerima pandangan
yang berasal dari orang lain dan bersedia untuk mengubah dirinya kalau
perubahan itu dipandang perlu.
d. Sikap positif
Sikap positif dalam komunikasi interpersonal dikomunikasikan dengan cara:
1) Menyatakan sikap positif
Komunikasi interpersonal akan terbina jika orang memiliki sikap
positif terhadap diri mereka sendiri. Orang yang merasa positif dengan
dirinya sendiri akan mengisyaratkan perasaan ini kepada oran lain, yang
selanjutnya akan merefleksikan perasaan positif ini.
Dorongan yang diberikan dapat berupa verbal seperti pujian, atau non
verbal seperti senyuman atau anggukan kepala. Dorongan positif pada
umumnya berbentuk pujian atau penghargaan, dan terdiri atas perilaku yang
biasanya diharapkan, dinikmati dan dibanggakan. Dorongan positif ini
mendukung citra pribadi seseorang dan membuat seseorang merasa lebih
baik.
e. Kesetaraan
Komunikasi Interpersonal akan lebih baik apa bila suasananya setara.
Artinya, harus ada pengakuaan secara diam-diam bahwa kedua belah
pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing
individu mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam
suatu hubungan antar pribadi ditandai oleh kesetaraan, ketidak
sependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami
perbedaan yang pasti ada ketimbang sebagai suatu kesempatan untuk
menjatuhkan pihak lain.
Kesetaraan tidak mengharuskan seseorang untuk menerima dan
menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan non verbal pihak lain.
Kesetaraan berarti penerimaan terhadap pihak lain atau memberikan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal
yang baik dapat terjalin bila dalam proses komunikasi yang dilakukan terdapat
keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesetaraan diantara pelaku
komunikasi. Peneliti menggunakan aspek-aspek di atas dalam menyusun alat
ukur tingkat kemampuan komunikasi interpersonal.
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Lunandi (1989) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
komunikasi antar pribadi, yaitu:
a. Citra diri
Setiap manusia memiliki gambaran tertentu mengenai dirinya sendiri,
status sosial, kelebihan, dan kekurangannya. Gambaran itu menjadi penentu
bagi caranya berbicara, menjadi penyaring bagi apa yang dilihatnya,
penilaiannya terhadap segala yang berlangsung di sekitarnya. Citra diri
menentukan persepsi dan ekspresi seseorang. Citra diri sebagai orang yang
lemah akan terlihat pada komunikasinya dengan orang lain. Sukar berbicara
bebas, sulit menyatakan isi hati dan pikiran.
Manusia belajar menciptakan citra diri yang dimiliki melalui
hubungan dengan orang lain, terutama manusia lain yang penting bagi dirinya.
Melalui kata-kata atau komunikasi tanpa kata dari orang lain ia mengetahui
Sukses komunikasi interpersonal banyak tergantung pada kualitas citra
diri yang kita miliki. Bila seseorang memiliki citra diri yang positif, ia akan
menjadi lebih terbuka dan menghargai perbedaan dengan orang lain sehingga
komunikasi akan terasa lebih menyenangkan.
b. Citra pihak lain
Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang untuk
berkomunikasi. Umumnya orang lain memiliki gambaran tersendiri tentang
diri seseorang dan dengan gambaran tersebut mereka berkomunikasi. Citra
diri dan citra pihak lain memiliki perpaduan yang kuat untuk menentukan
gaya dan ciri seseorang ketika berkomunikasi. Misalnya, seorang ayah yang
memiliki citra anaknya sebagai manusia ingusan yang tak tahu apa-apa, maka
ia akan cenderung bertingkah laku otoriter: mengatur, melarang,
mengharuskan
c. Lingkungan fisik
Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain.
Setiap tempat memiliki norma sendiri yang harus dihormati.
Lingkungan-lingkungan fisik memberikan batasan manusia untuk berperilaku. Seseorang
mungkin akan lebih banyak berbisik ketika berada di tempat beribadah, lebih
suka berteriak ketika berada di rumah sendiri.
d. Lingkungan sosial
Lingkungan sosial ikut berperan menentukan tingkah laku dan cara
di sebuah hotel berbintang tentu akan berbeda dengan pakaian yang ia
gunakan ketika menghadiri pesta pernikahan pembantu tetangganya. Untuk
mencapai komunikasi yang efektif, seseorang harus memiliki kepekaan
terhadap lingkungan di mana ia berada, membedakan lingkungan yang satu
dengan yang lainnya.
e. Kondisi
Orang tidak selamanya berada pada kondisi puncak. Secara fisik orang
kadang-kadang merasa letih, lesu. Ketika seseorang berada pada kondisi yang
penuh semangat, ia akan punya kecenderungan untuk cermat dalam memilih
kata-kata, peka terhadap perasaan pihak lain yang menerima komunikasi.
Selain kondisi fisik, kondisi emosi juga menjadi faktor penentu. Orang yang
sedang marah cenderung bersikap keras, ucapannya tajam, persepsinya
cenderung negatif dan kurang peduli pada maksud pihak lain.
f. Bahasa tubuh
Komunikasi tidak hanya dikirimkan atau terkirim melalui medium
kata-kata yang diucapkan. Badan manusia juga merupakan medium
komunikasi. Melalui gerakan tubuh, gerakan mata, ekspresi wajah, kecepatan,
dan volume suara orang lain menafsirkan pesan apa yang ingin dikirimkan
lawan bicara. Agar komunikasi yang dijalin menjadi lebih efektif, maka harus
diusahakan pesan yang dikirimkan secara verbal haruslah diikuti gerakan
nonverbal yang tepat. Jika seseorang mengatakan bahwa ia senang bertemu
yang langsung, melihat-lihat ke sekelilingnya seakan-akan mencari orang lain
orang ini mengirimkan pesan yang bertentangan.
Dari uraian di atas disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi
komunikasi interpersonal adalah citra diri, citra pihak lain, lingkungan fisik,
lingkungan sosial, kondisi, dan bahasa tubuh.
B. Mahasiswa Semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling
Menurut Peraturan Akademik Unversitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Universitas.
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling adalah peserta didik
yang terdaftar dan belajar pada Program Studi Bimbingan dan Konseling,
Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
Mahasiswa semester III pada Program Studi Bimbingan dan
Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagian besar berusia 19-20 tahun.
Mereka berasal dari berbagai daerah yang memiliki budaya yang
berbeda-beda.
Menurut buku pedoman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, para mahasiswa bimbingan dan
konseling dididik untuk menjadi guru bimbngan dan konseling yang
bekal yang dapat dikembangkan untuk menjadi tenaga professional dalam
bidang pendidikan, pelatihan, pengembangan sumber daya manusia, serta
pemberian berbagai macam layanan bimbingan, termasuk konseling di luar
sekolah, seperti rumah saki, panti sosial, asrama, dan industri.
Menurut buku pedoman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, bekal yang diberikan kepada
mahasiswa berupa kemampuan untuk menyelengarakan layanan bimbingan,
termasuk konseling dengan memanfaatkan dinamika kelompok dan
menggunakan pendekatan belajar eksperiensial; dan bekal kemampuan untuk
merancang dan melaksankan kegiatan bimbingan diluar jam sekolah,
termasuk kegiatan akhir pekan, seperti retret, rekoleksi, pengembangan
konsep diri dan pelatihan keterampilan komunikasi antar pribadi.
Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling dipersiapkan
untuk menjadi konselor di sekolah yang harus memiliki beberapa kompetensi
pertama, kompetensi pedagogik, kedua kompetensi kepribadian, ketiga
kompetensi profesional dan keempat kompetensi sosial. (Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003, Depdiknas, 2003)
Mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling
telah menempuh beberapa mata kuliah antara lain Pendidikan Agama,
Pendidikan Pancasila, Teologi Moral, Pengantar Pendidikan, Dasar-dasar BK,
Psikologi Remaja, Psikologi Belajar dan Pembelajaran, Manajemen Sekolah,
Pemahaman Perilaku, Perilaku Sosial, Perkembangan Anak, Perkembangan
Orang Dewasa dan Lanjut Usia, Psikologi Konseling, Psikologi Pendidikan,
Perilaku Kognitif, Perilaku Abnormal, Antropobiologi, Komunikasi Antar
Pribadi, Dinamika Kelompok, BK Pribadi Sosial, dan BK Perkembangan.
Mahasiswa semester III tahun akademik 2012/2013 pada Program
Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yoyakarta
idealnya telah memiliki Kompetensi yang tinggi di bidang Bimbingan dan
Konseling, di sertai dengan kemampuan yang baik dalam berkomunikasi antar
pribadi, sebagai bekal untuk menjadi seorang guru bimbingan dan konseling
23
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian, antara lain
jenis penelitian, subyek penelitian, instrument penelitian, dan teknik pengumpulan
data.
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan variabel
atau kondisi nyata dalam suatu situasi (Furchan, 2005: 447). Penelitian deskriptif
dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian
dilakukan. Sifat deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh
gambaran mengenai tingkat kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa ,
sehingga dengan hasil penelitian yang diperoleh dapat ditentukan pula
topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai dengan kebutuhan.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah Mahasiswa semester tiga Program Studi
Bimbingan dan Konseling , FKIP, Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran
C. Instrumen Penelitian
1. Alat Pengumpul Data
Pada penelitian ini alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian
berupa kuesioner yang berpedoman pada teknik penyusunan skala model
Likert. Kuesioner adalah sekumpulan daftar pernyataan tertulis yang diberikan
kepada subjek penelitian (Furchan, 2005: 249). Item-item dalam kuesioner ini
dibuat berdasarkan aspek-aspek kemampuan komunikasi interpersonal
meliputi: keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan (De
Vito: 1995). Aspek-aspek tersebut nantinya yang akan dikembangkan menjadi
pernyataan-pernyataan dalam kuesioner.
Penelitian ini menggunakan kuesioner bentuk tertutup agar lebih efisien
dan praktis dari segi pelaksanaan dan analisis. Kuesioner ini terbagi menjadi
dua bagian yaitu bagian pertama memuat tentang identitas subjek, tujuan
kuesioner, dan petunjuk kuesioner; bagian kedua memuat
pernyataan-pernyataan tentang tingkat kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa
semester tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 . Kuesioner penelitian
2. Format Pernyataan
Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner yang sifatnya
tertutup, yang mana dalam kuesioner tersebut terdiri dari beberapa item
pernyataan dengan menggunakan empat alternatif jawaban (genap).
Penyajian pilihan jawaban dengan menggunakan empat alternatif jawaban
ditempuh untuk menghindari central tendency effect atau dapat disebut juga
sebagai kecenderungan responden untuk memilih jawaban tengah atau
netral. Adapun alternatif jawaban yang disediakan adalah “SS (Sangat
Sesuai)”, “S (Sesuai)”, “KS (Kurang Sesuai)”, dan “TS (Tidak Sesuai)”.
3. Penentuan Skor
Penentuan skor untuk setiap jawaban dari masing-masing item
pernyataan adalah:
a. Untuk pernyataan yang bersifat favorable terhadap aspek penerimaan
diri, jawaban “SS (Sangat Sesuai)” diberi skor 4, “S (Sesuai)” diberi skor
3, “KS (kurang Sesuai)” diberi skor 2, dan “TS (Tidak Sesuai)” diberi
skor 1.
b. Untuk pernyataan yang bersifat unfavorable terhadap aspek kepercayaan
diri, jawaban “SS (Sangat Sesuai)” diberi skor 1, “S (Sesuai)” diberi skor
2, “KS (kurang Sesuai)” diberi skor 3, dan “TS (Tidak Sesuai)” diberi
4. Kisi-kisi Kuesioner
Tabel 1
Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Komunikasi Interpersonal
No Aspek Indikator Item
Favorabel
Item
Unfavorabel ∑
1 Keterbukaan a. Berani membuka diri 1,11 6,16
15
b. Berani mengungkapkan
pendapat secara jujur 21,31 26,36
c. Berani mengakui perasaan yang ditujukan
kepada orang lain 41,50 46
d. Berani bertangung jawab atas pikiran dan perasaan
yang dilontarkan 55,56 53,54
2 Empati
a. Memahami cara berpikir
orang lain 2,12 7
11
b. Mendengarkan pendapat
orang lain 22,32 17,27
c. Merasakan perasaan yang
orang lain rasakan 42,51 37,47
3 Dukungan
a. Mendukung pendapat
teman 3,13 8,18
10
b. Spontanitas 23 28
c. Profisionalisme 33,43 38,48
4 Kepositifan
a. Memiliki sikap positif
terhadap diri sendiri 4,14 9,19
11
b. Menerima sikap orang
lain 24,34 29
c. Berani memberikan pujian terhadap lawan
bicara 44,52 39,49
5 Kesetaraan
a. Mampu menghargai
pendapat orang lain 5,15,25 10,20,30
9
b. Mampu memahami
perbedaan 35,45 40
D. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas
Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan
suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2008).
Validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa
yang seharusnya diukur (Furchan, 2005: 295). Secara singkat menurut
Nurgiyantoro (2003: 338) dapat dikatakan bahwa validitas alat penelitian
mempersoalkan apakah alat itu dapat mengukur apa yang akan diukur.
Validitas yang diperiksa dalam penelitian ini adalah validitas isi (content
validity). Validitas isi adalah validitas yang mempertanyakan bagaimana
kesesuaian antara instrumen dengan tujuan dan deskripsi masalah yang
akan diteliti (Nurgiyantoro, 2003: 339). Kualitas instrumen penelitian ini
diperiksa dengan validitas isi (content validity), mengingat penyusunan
instrumen dilakukan oleh peneliti sendiri berdasarkan konsep tertentu
yang dioperasionalkan pada kisi-kisi sesuai dengan aspek-aspek
konstruknya yang dijabarkan dalam indikator-indikator atribut(isi) setiap
aspek,dan perumusan item untuk setiap muatan isi indikator.
Pemeriksaan keterpenuhan validitas isi didasarkan pada
pertimbangan yang dilakukan ahli (expert judgment), guna menelaah
secara logis kesesuaian dan ketepatan rumusan setiap butir pernyataan
tujuan danisi/kandungan indikator atributnya sebagaimana dikonstruk
dalam kisi-kisi instrumen, sehingga dapat dinyatakan baik (Nurgiyantoro,
2003: 340). Dalam hal ini, expert judgment dilakukan A. Setyandari
S.Pd., S.Psi., Psikolog, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi dan
Pankrasius Olak, SSCC.
Metode yang digunakan untuk uji validitas dengan metode
Person atau menggunakan teknik Product Moment yaitu dengan
mengkorelasikan skor butir pada kuesioner dengan skor totalnya. Adapun
rumusannya sebagai berikut:
rxy = �∑ −
(∑ )(∑ )
�∑ �− ∑ � �∑ �− ∑ �
Keterangan:
rxy = Kuesioner korelasi validitas item
X = Skor item tertentu yang akan diuji validitasnya
Y = Skor total aspek yang memuat item yang diuji validitasnya
N = Jumlah responden
Pada penelitian ini proses penghitungan taraf validitas
dilakukan dengan cara memberi skor terlebih dahulu pada setiap item
dan mentabulasikan ke dalam penelitian. Untuk mengetahui valid atau
tidaknya suatu item ditentukan oleh koefisien validitasnya sendiri.
Cronbach (Azwar, 1999:103) mengatakan koefisien validitas < 0,30
sampai dengan 0,50 telah dapat memberikan kontribusi yang baik.
Berdasarkan patokan tersebut dapat diartikan bahwa apabila suatu nilai
korelasinya > 0,30, maka item tersebut dapat dikatakan valid.
Sebaliknya jika suatu nilai korelasinya kurang dari < 0,30, maka item
tersebut dapat dikatakan tidak valid. Dari hasil perhitungan uji coba
yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari 56 item, ada 11 item
yang koefisien validitasnya < 0,30. Sedangkan sisanya 45 item
termasuk ke dalam item yang valid karena koefisien validitasnya >
0,30. Item-item yang sudah gugur tidak dipakai kembali dalam
pengambilan data yang sesungguhnya. Pada proses perhitungan
validitas instrumen peneliti menggunakan teknik Product Moment
dengan bantuan SPSS (Statistic Program for Social Sciences) versi
16.0. Adapun hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 2
Hasil analisis Intem Total Korelation Instrumen Kemampuan Komunikasi Interpersonal
No
Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal
Item
∑
Valid Tidak valid
1 Keterbukaan 11,16,21,31,36,41,46,50,54,55,56 1,6,26,53 15
2 Empati 2,7,17,22,27,32,42,47,51 12,37 11
3 Dukungan 3,8,18,23,28,33,38,43 13,48 10
4 Kepositifan 4,9,14,19,24,29,39,44,,49,52 34 11
5 Kesamaan 5,15,20,25,35,40,45 10,30 9
2. Reliabilitas
Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah sebuah
instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari
waktu ke waktu (Nugiyantoro, 2009:341). Jadi kata kunci untuk syarat
kualifikasi suatu instrumen pengukur adalah konsistensi, keajegan
atau tidak berubah-ubah.
Sedangkan menurut Azwar (2003: 83) reliabilitas adalah
konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna
kecermatan pengukuran. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisiensi
reliabilitas yang angkanya berbeda dalam rentang dari 0 sampai 1,00.
Semakin tinggi koefisiensi reliabilitas mendekati 1,00 berarti semakin
tinggi reliabilitasnya (Azwar, 2007: 96). Pemberian arti terhadap
koefisiensi reliabilitas yang diperoleh dilakukan dengan cara
[image:47.612.103.533.236.592.2]membandingkannya dengan nilai r Product Moment (Pearson) dalam
tabel statistik atas taraf signifikan 5%.
Pengujian teknik reliabilitas ini ditempuh dengan
menggunakan metode belah dua Spearmen and Brown (Split-half
method). Metode belah dua yang digunakan berdasarkan urutan item
yang bernomor gasal dan genap. Proses perhitungan taraf reabilitas
alat ukur ini dilakukan dengan cara memberi skor pada masing-masing
gasal dijadikan belahan pertama (X) dan skor bernomor genap
dijadikan belahan kedua (Y). Setelah memberi skor pada
masing-masing belahan, selanjutnya hasil koefisien korelasi tersebut
dikorelasikan menggunakan formula korelasi dari Spearman-Brown.
Proses perhitungan Item Total Correlation dengan menggunakan
bantuan SPSS versi 16.0. Hasil analisis yang telah dilakukan
menghasilkan koefisien reabilitas sebesar 0.947.
untuk mempertegas status tingkat reliabilitas kuesioner tersebut
digunakan kriteria Guilford (Guilford, dalam Masidjo, 2006) yang
menetapkan koefisien ≥ 0,70 – < 0,90 sebagai (reliabilitas) tinggi dan
koefisien ≥ 0,90 – 1.00 sebagai (reliabilitas) sangat tinggi berdasarkan
hasil penghitungan dan setelah dikoreksi dengan rumus
Spearman-Brown, maka diperoleh koefisiensi reliabilitas sebesar 0.947. ini
termasuk kualitas sangat tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa alat yang digunakan adalah reliabel. Uji perhitungan reliabilitas
dapat dilihat di lampiran 2.
E. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan
a. Penyusunan Kuesioner
1) Penyusunan kuesioner kemampuan komunikasi interpersonal
kemampuan komunikasi interpersonal menurut De Vito yang
sebelumnya telah diidentifikasi.
2) Setelah mengidentifikasi aspek-aspek kemampuan komunikasi
interpersonal, langkah berikutnya adalah merumuskan
indikator-indikator dari setiap aspek.
3) Indikator-indikator yang telah dirumuskan kemudian
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk dikoreksi.
4) Setelah indikator-indikator dikoreksi dosen pembimbing langkah
berikutnya adalah merumuskan pernyataan-pernyataan pada
setiap indikator.
5) Pernyataan-pernyataan yang berhasil dirumuskan
dikonsultasikan kembali kepada dosen pembimbing sebanyak
tiga kali koreksi.
6) Setelah mendapat persetujuan dari dosen pembimbing mengenai
instrument yang disusun, langkah yang dilakukan oleh peneliti
dalam penelitiaan ini adalah meminta surat ijin untuk melakukan
penelitian kepada sekretariat prodi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma.
7) Setelah surat ijin penelitian diterima oleh sekolah, langkah
berikutnya adalah penentuan dan kesepakatan tanggal
pelaksanaan uji coba penelitian sekaligus penelitaian mengingat
2. Pengambilan Data Penelitian
Penelitian di lakuan setelah mendapat persetujuan mengenai
waktu dan tanggal pelaksanaan dari Prodi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada penelitian ini, peneliti
mengambil uji coba kuesioner sekaligus pengambilan data untuk
penelitian. Hal ini dilakukan dikarenakan penelitian ini menggunakan
uji coba terpakai. Pengambilan data untuk penelitian dilakukan pada
hari Jumat 30 November 2012 pukul 09.00-09.30 dan 11.00-11.30.
Pada saat melaksanakan penelitian, peneliti dibantu satu orang
teman untuk membantu dalam membagikan lembar kuesioner.
Sebelum meminta mahasiswa mengisikan kuesioner, peneliti terlebih
dahulu memperkenalkan diri dan memberi penjelasan mengenai
maksud dan tujuan dalam penelitian ini. Setelah memberi penjelasan
peneliti membagikan lembar kuesioner dan menjelaskan petunjuk
pengisian kuesioner. Selain itu peneliti juga memberi kesempatan
kepada mahasiswa untuk menannyakan hal-hal apa yang saja yang
belum jelas berkaitan dengan pengisian kuesioner. Adapun kuesioner
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
memberikan gambaran realitas yang ada tentang bagaimana tingkat
kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa semester tiga Program
Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 . Teknik yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Peneliti memberi skor pada masing-masing item pada setiap kuesioner
yang telah diisi oleh responden dengan mengacu pada skala skor dari
masing-masing alternatif jawaban.
2. Membuat tabulasi data yang dipakai untuk penelitian dengan memberi
skor pada masing-masing item sesuai dengan skala yang sudah
ditentukan yaitu “Sangat Setuju”, “Setuju”, “Tidak Setuju”, dan
“Sangat Tidak Setuju”.
3. Setelah memberi skor pada masing-masing item peneliti
mentabulasikan seluruh data yang telah diperoleh dan memasukan data
ke dalam komputer dengan bantuan Microsoff Excel yang kemudian
diolah juga menggunakan bantuan SPSS versi 16.0 untuk menentukan
validitasnya.
4. Membuat ketegorisasi tingkat penerimaan diri subjek penelitian secara
umum mengacu pada pedoman Azwar (2007: 108) tentang kontinum
interpersonal mahasiswa ke dalam lima kategori yaitu; sangat rendah,
rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Adapun norma ketegori
[image:52.612.102.535.188.603.2]tersebut dapat dilihat pada tabel seperti berikut.
Tabel 3
Norma Kategori Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Perhitungan Kategori
Xitem ≤ µ - 1,5 σ kategori sangat rendah
µ - 1,5 σ < Xitem ≤ µ - 0,5 σ kategori rendah
µ - 0,5 σ < Xitem ≤ µ + 0,5 σ kategori sedang
µ + 0,5 σ < Xitem ≤ µ + 1,5 σ kategori tinggi µ + 1,5 σ < Xitem kategori sangat tinggi
Keterangan:
X maksimum teoritik :Skor teringgi yang mungkin diperoleh subjek penelitian dalam skala.
X minimum teoritik :Skor terendah yang mungkin diperoleh subjek peneliti dalam skala.
σ (standar deviasi) :Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi standar.
µ (mean teoritik) :Rata-rata teoritis dari skor maksimum dan minimum.
5. Mencari norma atau patokan yang akan digunakan dengan mencari X
maksimum teoritik, X minimum teoritik, standar deviasi, dan mean
teoritik. Kategorisasi tingkat kemampuan komunikasi interpersonal
FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran
2012/2013 secara keseluruhan dengan item total 45 diperoleh
perhitungan sebagai berikut.
X maksimum teoritik : 45 x 4 = 180
X minimum teoritik : 45 x 1 = 45
Range : 180 – 45 = 135
σ (standar deviasi teoritik) : 135 : 6 = 22,5
µ (mean teoritik) : (180 + 45) : 2 = 112,5
Penentuan tingkat kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa
semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP,
Universitas Sanata Dharma secara umum dapat dilihat pada tabel 4.
Setelah membuat kategorisasi penerimaan diri dan telah
memperoleh hasil perhitungan, langkah selanjutnya yang dilakukan
oleh peneliti adalah mengelompokan persentase skor yang diperoleh
dari setiap kuesioner yang telah diisi oleh subjek. Dari skor yang
muncul, maka dapat diketahui jumlah persentase masing-masing
tingkat kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa semester tiga
Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 secara umum mulai
Tabel 4
Norma Kategorisasi Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013
Perhitungan Skor Kategori
X ≤ µ - 1,5 σ X ≤ 79 Sangat Rendah
µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 0,5 σ 80 < X ≤ 102 Rendah
µ - 0,5 σ < X ≤ µ + 0,5 σ 103 < X ≤ 124 Sedang
µ + 0,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ 125 < X ≤ 146 Tinggi µ + 1,5 σ < X 147< X ≤ 180 Sangat Tinggi
6. Setelah selesai mengkategorisasikan secara umum mengenai tingkat
kemampuan komunikasi interpersonal, peneliti juga
mengkategorisasikan skor untuk item yang menggunakan skala.
Langkah ini ditempuh untuk mengetahi item mana saja yang sudah
baik dan yang kurang baik. Norma kategorisasi skor item kemampuan
komunikasi interpersonal ini berpedoman pada Azwar (2007:108)
yang mengelompokkan ke dalam lima kategorisasi yaitu; sangat
rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Adapun norma
kategorisasi item skala kemampuan komunikasi interpersonal dapat
Tabel 5
Norma Kategori Skor Item Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Perhitungan Kategori
Xitem ≤ µ - 1,5 σ kategori sangat rendah
µ - 1,5 σ < Xitem ≤ µ - 0,5 σ kategori rendah
µ - 0,5 σ < Xitem ≤ µ + 0,5 σ kategori sedang
µ + 0,5 σ < Xitem ≤ µ + 1,5 σ kategori tinggi
µ + 1,5 σ < Xitem kategori sangat tinggi
Keterangan:
Xitem maksimum teoritik : Skor tertinggi yang mungkin
dicapai item dalam skala.
Xitem minimum teoritik : Skor terendah yang mungkin
diperoleh item dalam skala.
σ (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi
dalam 6 satuan deviasi standar.
µ (item teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor item maksimum teoritik dan minimum teoritik.
7. Mencari kategorisasi tinggi rendahnya skor item-item secara
keseluruhan dengan menggunakan N = 61. Adapun perhitungannya
dapat dilihat sebagai berikut.
Xitem maksimum teoritik : 61 x 4 = 244
Xitem minimum teoritik : 61 x 1 = 61
Range : 244 – 61 = 183
σ (standar deviasi) : 183 : 6 = 30.5
Setelah melihat peritingan diatas penentuan skor item dapat dilihat
[image:56.612.104.534.235.597.2]pada tabel seperti berikut ini.
Tabel 6
Norma Kategorisasi Skor Item Skala Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013
Perhitungan Skor Kategori
Xitem≤ µ - 1,5 σ Xitem≤ 107 Sangat Rendah
µ - 1,5 σ < Xitem≤ µ - 0,5 σ 108 < Xitem≤ 137 Rendah
µ - 0,5 σ < Xitem≤ µ + 0,5 σ 138 < Xitem≤ 168 Sedang
µ + 0,5 σ < Xitem≤ µ + 1,5 σ 169 < Xitem≤ 198 Tinggi
µ + 1,5 σ≤ Xitem 199 < Xitem≤ 244 Sangat Tinggi
8. Setelah mengetahui hasil perhitungan seperti tabel yang ada di atas,
langkah yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah memasukan
item-item dalam kategorisasi sesuai dengan hasil pemberian skor pada
masing-masing item. Dari penggelompokan item-item tesebut
kemudian dapat diketahui item-item mana saja yang sudah baik dan
item-item yang mana yang belum baik.
9. Setelah mengetahui hasil norma ketegorisasi skor item skala
kemampuan komunikasi interpersonal, maka item-item yang masuk
dalam masing-masing skala kategorisasi akan dibahas dan
40 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat mengenai jawaban atas rumusan masalah penelitian ini yaitu:
“ Bagaimanakah deskripsi tingkat kemampuan komunikasi interpersonal pada
mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling , FKIP,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ” dan usulan topik
-topik bimbingan yang relevan.
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal pada Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran
2012/2013
Berdasarkan data yang terkumpul, dapat diketahui bahwa tingkat
kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa semester tiga Program
Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma,
[image:57.612.106.528.220.593.2]Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 adalah seperti yang disajikan dalam
tabel 7.
Dari tabel 7 tampak bahwa:
a) Tidak ada mahasiswa (0%) yang sangat kurang mampu dan kurang
b) Terdapat 3 mahasiswa (4.9%) yang cukup mampu dalam melakukan
komunikasi interpersonal.
c) Terdapat 43 mahasiswa (70.5%) yang mampu dalam melakukan
komunikasi interpersonal.
d) Terdapat 15 mahasiswa (24.6%) yang sangat mampu dalam melakukan
[image:58.612.101.527.116.611.2]komunikasi interpersonal.
Tabel 7
Penggolongan Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling , FKIP, Universitas
Sanata Dharma Tahun Ajaran 2012/2013
No Rentang Skor
Kategori tingkat kemampuan
komunikasi interpersonal
Jumlah mahasiswa Persentase
1 45-79 Sangat Kurang
Mampu 0 Mahasiswa 0% 2 80-102 Kurang Mampu 0 Mahasiswa 0% 3 103-124 Cukup Mampu 3 Mahasiswa 4.9% 4 125-146 Mampu 43 Mahasiswa 70.5% 5 147-180 Sangat Mampu 15 Mahasiswa 24.6% Jumlah 61 Mahasiswa 100%
Berdasarkan data di atas tampak sebagian besar mahasiswa semester tiga
Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 mampu dalam melakukan
komunikasi interpersonal dan hanya 3 mahasiswa yang cukup mampu
penggolongan tingkat kemampuan komunikasi interpersonal pada
mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 dapat
dilihat dalam bentuk diagram berikut ini:
Diagram Batang 1. Penggolongan Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal pada Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013
2. Hasil Analisis Butir-butir yang Menunjukan Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal
Berdasarkan data yang terkumpul, dapat diketahui butir-butir item
instrumen tingkat kemampuan komunikasi interpersonal sebagian besar
masuk dalam kategori “ mampu dan sangat mampu” adapun data tersebut
dapat dilihat pada tabel 8.
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Sangat Rendah
Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
Jumlah Mahasiswa
Tabel 8
Penggolongan Skor Item Skala Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2012/2013
No Rentang Skor
Kategori skor item tingkat kemampuan
komunikasi interpersonal
Jumlah
Item Persentase No. Item
1 61-107 Sangat Kurang
Mampu 0%
2 108-137 Kurang Mampu 0%
3 138-168 Cukup Mampu 3 7% 23,25,43
4 169-198 Mampu 29 64%
1,3,5,7,8,9, 11,13,14,15, 16,18,19,21, 22,24,26,28, 29,30,31,32, 33,34,35,37, 38,39,40
5 199-244 Sangat Mampu 13 29%
2,4,6,10,12, 17,20,27,36,
41,42,44,45
Jumlah 45 100%
Dari tabel 8 tampak bahwa:
a) Tidak ada item ( 0%) yang menunjukan bahwa mahasiswa sangat
kurang mampu dan kurang mampu melakukan komunikasi
interperso