• Tidak ada hasil yang ditemukan

Deskripsi kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Deskripsi kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA SEMESTER TIGA

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Laurentia Dian Arvita NIM: 081114009

Oleh:

Benediktus Herru Sukoco NIM: 081114039

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA SEMESTER TIGA

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh:

Benediktus Herru Sukoco NIM: 081114039

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

ii

(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Ayunkan langkah pertama. Tuhan akan membantu

anda menyelesaikan langkah selanjutnya….

Banyak rancangan dihati manusia,

tetapi keputusan Tuhan-lah yang terlaksana

Amsal 19:21

Rancangan-Ku yang diberikan kepadamu adalah hari depan

Yang penuh harapan.

Yeremia 29:11

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk:

Kedua orangtua ku: Y.Ch. Mudadi & Kasilda Rokiah

Adikku : Angela Sri & Stefanus Wahyu

Yang senantiasa memberikan kasih, dukungan, dan doa.

Sahabat-sahabatku yang senantiasa setia menemaniku

(6)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 16 Agustus 2013

Penulis

(7)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta:

Nama : Benediktus Herru Sukoco

Nomor Mahasiswa : 081114039

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, karya ilmiah saya yang

berjudul:

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

MAHASISWA SEMESTER TIGA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 beserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis

tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 16 Agustus 2013

Yang menyatakan

(8)

vii

ABSTRAK

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL MAHASISWA SEMESTER TIGA

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013

Benediktus Herru Sukoco Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 dan menyusun usulan topik-topik bimbingan pribadi-sosial mengenai kemampuan komunikasi interpersonal.

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa semesters III Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 61 orang. Instrumen yang digunakan adalah Kuesioner Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal yang disusun oleh peneliti dengan jumlah 45 item. Teknik pengujian reliabilitas menggunakan Split-half Method dengan koefisiensi reliabilitas sebesar 0,947.

(9)

viii

ABSTRACT

THE DESCRIPTION OF INTERPERSONAL COMMUNICATION SKILL OF THE THIRD SEMESTER STUDENTS OF GUIDANCE AND COUNSELING

STUDY PROGRAM FACULTY OF TEACHERS TRAINING AND EDUCATION AT SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA IN

2012/2013 ACADEMIC YEAR

by

Benediktus Herru Sukoco Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This research belongs to a descriptive study which aims at obtaining an overview of interpersonal communication skill of the third semester students of guidance and counseling study program, faculty of teachers training and education at Sanata Dharma University Yogyakarta in 2012/2013 academic year and compiling the suggested topics of personal-social guidance topics related to interpersonal communication skill.

The subject in this study is the third semester students of guidance and counseling study program, faculty of teachers training and education at Sanata Dharma University Yogyakarta in 2012/2013 academic year consisting of 61 people. The instrument used in this research is a questionnaire of interpersonal communication skills level compiled by the researcher himself consisting of 45 items. The test of reliability is using the split-half method with reliability coefficient 0.947.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus atas segala rahmat yang

dilimpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan

Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan berjalan dengan

baik tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah mendukung dan mendampingi

penulis. Oleh karena itu, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih secara

tulus kepada:

1. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., Psi, M.A.., selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan ketulusan hati telah memberikan motivasi,

meluangkan waktu untuk mendampingi penulis selama proses penulisan

skripsi.

3. Bapak dan Ibu dosen di program studi Bimbingan dan Konseling yang telah

mendampingi penulis selama perkuliahan dan membekali penulis dengan

berbagai ilmu pengetahuan yang telah diberikan.

4. Mahasiswa Semester Tiga Tahun Ajaran 2012/2013 Program Studi

(11)

x

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah bersedia meluangkan

waktu dan kesediaannya sebagai responden dalam melaksanakan penelitian.

5. Kedua orangtuaku Bapak Yohanes Mudadi dan Ibu Kasilda Rokiah yang

dengan setia memberikan kasih sayang, semangat, dana, nasehat dan doa

pada penulis.

6. Kedua Adikku Angela Sri H dan Stefanus Wahyu H yang tanpa henti selalu

memberikan motivasi dan doa pada penulis.

7. Paklik Giyanto dan Buklik Marwisah yang dengan setia memberikan kasih

sayang, semangat, dana, nasehat dan doa pada penulis.

8. Sahabat-sahabatku: Dita, Moshe, Judith, Cella, Chandra Ningtyas, Elis,

Dorce, Dian, Diana, Chandra Kristanto, Moyo, Bona, Vita, dan Ocha yang

selalu memberikan dukungan, perhatian, dan bantuan dalam pembuatan

skripsi.

9. Sahabat-sahabatku mahasiswa Bimbingan dan Konseling 2008 yang selalu

memberikan semangat dan perhatian.

10.Sahabat-sahabatku Keluarga Plus : Ardian, Chandra, William, Marlo,

Sonny, Irin dan Mika. Terima kasih atas segala doa dan dukungan kalian

semua.

11.Sahabatku Mas Wahyu dan Mbak Indah terima kasih atas segala doa dan

dukungan kalian berdua.

12.Semua pihak yang sudah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak

(12)

xi

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat

bagi pembaca dan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan bidang

Bimbingan dan Konseling.

Yogyakarta, 15 Agustus 2013

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GRAFIK ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Hakikat Komunikasi Interpersonal ... 11

1. Pengertian Komunikasi ... 13

2. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 13

3. Sifat-sifat Komunikasi Interpersonal ... 15

4. Kemampuan Komunikasi Interpersonal ... 13

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal ... 13

B. Mahasiswa Semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling .. 17

(14)

xiii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Subjek Penelitian ... 23

C. Instrumen Penelitian ... 24

1. Alat Pengumpul Data ... 24

2. Format Pernyataan ... 25

3. Penentuan Skor ... 25

4. Kisi-kisi ... 26

D. Validitas dan Reliabilitas ... 27

1. Validitas ... 27

2. Reliabilitas ... 30

E. Prosedur Pengumpulan Data ... 31

1. Tahap Persiapan ... 31

2. Pengambilan Data Penelitian ... 33

F. Teknik Analisis Data ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN, PEMBAHASAN DAN USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

1. Deskripsi Kemampuan Komunikasi Interpersonal ... 40

2. Hasil Analisis Butir-butir Instrumen Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal ... 42

B. Pembahasan dan Usulan Topik-topik Bimbingan Pribadi-sosial ... 45

BAB V PENUTUP ... 52

A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Kemampuan Komunikasi

Interpersonal ... 26

Tabel 2 Hasil Analisis Item Total Korelation Instrument Tingkat Kemampuan

Komunikasi Interpersonal ... 29

Tabel 3 Norma Katagori Kemampuan Komunikasi Interpersonal ... 35

Tabel 4 Norma Kategorisasi Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling ,

FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Tahun Ajaran 2012/2013 ... 37

Tabel 5 Norma Katagori Skor Item Kemampuan Komunikasi

Interpersonal ... 38

Tabel 6 Norma Kategorisasi Skor Item Skala Kemampuan Komunikasi

Interpersonal Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan

Konseling , FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Tahun Ajaran 2012/2013 ... 39

Tabel 7 Pengolongan Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling ,

FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Tahun Ajaran 2012/2013 ... 41

Tabel 8 Pengolongan Skor Item Skala Tingkat Kemampuan Komunikasi

Interpersonal Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan

Konseling , FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Tahun Ajaran 2012/2013 ... 43

Tabel 9 Usulan Topik-Topik Bimbingan Pribadi Sosial

Untuk Membantu Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

Interpersonal Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan

Konseling , FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(16)

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Penggolongan Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling ,

FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Tahun Ajaran ... 42

Grafik 2 Penggolongan Skor Item Tingkat Kemampuan Komunikasi

Interpersonal Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan

Konseling , FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun ajaran 2012/2013 ... 56

Lampiran 2 Reliabilitas dan Perhitungan Koefisien Korelasi

Uji Coba Kuesioner ... 60

Lampiran 3 : Tabulasi Data Penelitian ... 69

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan definisi operasional

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah mahluk sosial yang berkembang dan senatiasa membutuhkan

orang lain. Manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha menjalin komunikasi

dengan lingkungan di sekitarnya. Selain itu, ada sejumlah kebutuhan di dalam diri

manusia yang hanya dapat dipuaskan melalui komunikasi dengan sesamanya

(Supratiknya, 1995: 9).

Komunikasi adalah sebuah cara yang digunakan sehari-hari dalam

menyampaikan pesan yang terbentuk melalui sebuah proses yang melibatkan dua

orang atau lebih di mana satu sama lain memiliki peran dalam membuat pesan,

mengubah isi dan makna, merespon pesan tersebut, serta memeliharanya di ruang

publik. Salah satu bentuk komunikasi adalah komunkasi antar pribadi atau

komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang

melibatkan dua orang atau lebih, yang terjadi dalam interaksi tatap muka (Liliweri,

(19)

Berkomunikasi antar pribadi atau secara ringkas komunikasi merupakan suatu

keharusan bagi manusia. Dalam kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari orang

lain. Dalam proses interaksi sosial tersebut ia membutuhkan dan senatiasa menjalin

serta membuka komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Kebutuhan ini tidak

bisa diabaikan karena komunikasi merupakan kebutuhan yang eksistensial bagi

manusia (Supratiknya, 1995: 9).

Melalui komunikasi individu menemukan dirinya, mengembangkan konsep diri

dan menetapkan hubungan dengan dunia di sekitar. Hubungan individu dengan orang

lain akan menentukan kualitas hidup. Komunikasi juga ditujukan untuk

menumbuhkan hubungan sosial yang baik dengan orang lain.

Kemampuan komunikasi antar pribadi dapat terwujud apabila individu

memperhatikan pola hubungan yang timbal balik atau dua arah. Hal ini mengandung

arti bahwa dalam berkomunikasi perlu memperhatikan masing-masing individu yang

melakukan komunikasi. Berusaha benar-benar mengerti orang lain merupakan dasar

berkomunikasi dengan orang lain.

Komunikasi empatik adalah komunikasi yang menunjukan adanya saling

pengertian diantara perilaku komunikasi (Liliweri, 1991: 31). Komunikasi yang

empatik dapat terjadi apabila seseorang terlebih dahulu mengerti orang lain,

memahami karakter dan maksud/tujuan orang lain. Dengan kata lain berusaha

(20)

dipikirkan oleh orang yang sedang hadapi. Ditegaskan juga oleh Supratiknya

(1995:11) bahwa setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda satu sama lain,

maka kemampuan memahami sudut pandang orang lain sangat penting agar individu

dapat berkomunikasi secara baik.

Kemampuan mengembangkan komunikasi antar pribadi merupakan salah satu

keterampilan yang amat diperlukan dalam rangka pengembangan seorang diri guru

bimbingan dan konseling baik secara personal maupun profesional. Tidak peduli

seberapa berbakatnya seseorang atau seberapa hebat seseorang dalam memahami

teori konseling, kesuksesan dalam konseling tidak akan pernah diperoleh tanpa

penguasaan komunikasi interpersonal yang baik.

Keterampilan berkomunikasi bukan merupakan kemapuan yang dibawa sejak

lahir dan juga tidak akan muncul tiba-tiba saat individu memerlukannya. Kerampilan

tersebut harus dipelajari atau dilatih. Komunikasi adalah keterampilan yang paling

penting dalam proses bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konseling

menghabiskan sebagian besar jam layanannya dengan berkomunikasi.

Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling , FKIP, Universitas Sanata

Dharma secara khusus dididik untuk menjadi guru profesional bimbingan dan

konseling khususnya di sekolah, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk mereka

berkerja sebagai konselor diluar sekolah, seperti di rumah sakit, perusahaan, lembaga

(21)

berkomunikasi yang efektif perlu dimiliki oleh mahasiswa prodi BK agar kelak

mereka dapat menjadi seorang konselor yang profesional.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (Depdiknas, 2003) konselor

harus memiliki beberapa kompetensi salah satu kompetensi yang harus dimiliki

adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai

bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan

peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, wali peserta didik

dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu sebagai calon konselor mahasiswa semester

tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 diharapkan memiliki kemampuan yang baik

dalam komunikasi interpersonal.

Penelitian ini ingin mengungkap kemampuan komunikasi interpersonal pada

mahasiswa semester tiga BK dalam kegiatan pendidikan di prodi BK. Penelitian ini

diharapkan dapat membantu dalam mempersiapkan mahasiswa BK menjadi guru

bimbingan dan konseling yang memiliki kemampuan berkomunikasi yang efektif

setelah lulus dari prodi BK. Peneliti memilih mahasiswa semester tiga dengan alasan

mahasiswa angkatan ini sudah hampir menempuh separuh waktu dan masih lama

menjalankan studi di prodi BK sehingga masih banyak waktu untuk melatih

(22)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah penelitian yang muncul dan ingin dicari

tahu jawabannya melalui penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa semester tiga

Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ?

2. Berdasarkan hasil analisis butir-butir instrumen kuesioner kemampuan

komunikasi interpersonal yang tergolong rendah, topik-topik bimbingan

klasikal apa saja yang implikatif diusulkan dan sesuai untuk membantu

meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan:

1. Mendeskripsikan tingkat kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa

semester tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajarn 2012/2013.

2. Mengusulkan topik-topik bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan

mahasiswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal pada

mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP,

(23)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan gambaran mengenai tingkat kemampuan komunikasi

interpersonal mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan dan

Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran

2012/2013.

2. Manfaat praktis

Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan informasi yang berguna dalam bidang pendampingan mahasiswa

demi peningkatan kemampuan komunikasi interpersonal.

E. Definisi Operasional

Berikut ini dijelaskan definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan

dalam penelitian ini

1. Komunikasi interpersonal adalah relasi secara langsung antara satu orang dengan

orang yang lain, saling memberikan informasi serta adanya umpan balik antara

(24)

2. Kemampuan komunikasi interpersonal adalah kesanggupan atau kecakapan

seseorang dalam mengirimkan pesan-pesan sehingga mampu diterima oleh

orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik yang langsung.

Aspek-aspek komunikasi interpersonal dalam penelitian ini meliputi:

keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan sebagai mana diukur

dalam penelitian ini.

3. Mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 adalah

mahasiswa aktif yang terdaftar di Program Studi Bimbingan dan Konseling ,

(25)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini memuat pengertian komunikasi, komunikasi interpersonal, sifat-sifat

komunikasi interpersonal, aspek-aspek kemampuan komunikasi interpersonal, dan

faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan komunikasi interpersonal.

A. Hakikat Komunikasi Interpersonal

1. Pengertian Komunikasi

Secara etimologi, istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio

yang berasal dari kata communis yang berarti sama makna mengenai satu hal. Jadi

komunikasi itu berlangsung apabila antara orang-orang atau peserta yang terlibat

dalam komunikasi terdapat persamaan makna mengenai suatu hal yang di

komunikasikan (Effendi, 1992: 9).

Komunikasi terjadi karena adanya kesamaan makna antara komunikator dan

komunikan. Kesamaan dalam komunikasi tidak hanya kesamaan makna tetapi tujuan

dan maksud sehingga komunikasi bisa tetap terus berlangsung. Selain itu komunikasi

juga melibatkan pikiran perasaan dan tingkah laku. Rahmat (2000: 10), menyatakan

bahwa komunikasi sangat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran

manusia, komunikasi itu memiliki arti yang luas dan tidak hanya sebatas pada bahasa,

(26)

Menurut Rahmat (2000: 21), komunikasi ada dua bentuk yaitu komunikasi

verbal dan non verbal. Dalam komunikasi verbal bahasa adalah alat yang utama,

sedangkan dalam komunikasi non verbal dibutuhkan interpretasi dari ekspresi wajah,

gerak tubuh dan tangan, postur tubuh, suara, dan pola bicara.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi bukan hanya

penyampaian pesan antara satu orang dengan orang lain tetapi mencakup makna atau

isi dari komunikasi dan isyarat- isyarat yang terdapat dalam komunikasi tersebut.

Komunikasi adalah penyampaian pesan antara satu orang dengan orang lain dalam

situasi tatap muka, baik secara verbal maupun non verbal, dengan tujuan untuk

mendapatkan informasi atau menyampaikan pesan kepada orang lain.

2. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Menurut De Vito (1995) Komunikasi interpersonal adalah pengiriman

pesan-pesan dari seseorang dan diterima orang lain atau sekelompok orang dengan efek dan

umpan balik langsung. Ditambahkan juga oleh Efendy (dalam Liliweri 1991)

komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan seorang

komunikan. Rogers (dalam Liliweri 1991) mengemukakan bahwa komunikasi antar

pribadi merupakan komunikasi dari mulut kemulut yang terjadi dalam interaksi tatap

muka dengan beberapa pribadi.

komunikasi interpersonal dapat mengungkap apa yang ada dalam pikiran dan

(27)

tercapai. Komunikasi interpersonal berlangsung karena antara satu orang dan orang

lainnya saling memerlukan informasi sehingga terjadi umpan balik langsung.

Komunikasi interpersonal akan efektif apabila antara kedua belah pihak ada umpan

balik.

Komunikasi interpersonal adalah kemampuan individu untuk senantiasa menjalin

komunikasi dan interaksi secara mendalam terhadap individu lain, agar selalu dalam

keadaan seimbang, sehingga muncul keakraban diantara kedua belah pihak dan

menumbuhkan rasa pengertian serta emosional yang tepat diantara keduanya saat

melakukan interaksi yang berupa komunikasi interpersonal. Komunikasi

interpersonal dianggap paling efektif untuk mengubah sikap pendapat dan prilaku

seseorang, karena sifatnya dialogis berupa percakapan umpan balik yang bersifat

langsung.

Menurut Rahmat (2000: 150), komunikasi interpersonal disebut efektif apabila

pertemuan antara komunikator dan komunikan merupakan hal yang menyenangkan,

dengan kata lain perasaan senang yang muncul akibat dari komunikasi interpersonal

yang menyebabkan pelaku dari komunikasi tersebut saling terbuka, gembira, santai,

dan lain sebagainya atau sebaliknya apabila komunikasi interpersonal berjalan tidak

menyenangkan pelaku komunikasi akan merasa tegang, resah, tidak enak, serta

(28)

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi

interpersonal adalah pengiriman pesan antar individu satu dengan individu lain untuk

mendapatkan informasi dan mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran, perasaan

sehingga terjalin hubungan yang lebih baik.

3. Sifat-sifat Komunikasi Interpersonal

Ada beberapa sifat komunikasi interpersonal (Liliweri, 1991: 31-39) diantaranya:

a. Komunikasi interpersonal melibatkan perilaku verbal dan non verbal.

Komunikasi interpersonal biasanya berlangsung dengan tatap muka

sehingga aksi dan reaksi verbal maupun non verbal terdengar dan terlihat,

tanda-tanda verbal dapat diwakili dalam menyebut kata-kata,

mengungkapkan baik lisan maupun tulisan, sedangkan tanda-tanda non

verbal terlihat dalam ekspresi wajah, gerak dan lain-lain.

b. Komunikasi interpersonal melibatkan perilaku spontan. Orang dapat

mengatakan apa yang ada didalam benaknya kemudian mewujudkan

melalui lisan, perilaku spontan dilakukan secara tiba-tiba, serta merta

untuk menjawab suatu rangsangan dari luar tanpa berpikir terlebih dahulu.

c. Komunikasi interpersonal sebagai suatu proses yang berkembang.

Komunikasi interpersonal sebenarnya tidak statis tetapi bersifat dinamis,

pada saat terlibat komunikasi interpersonal manusia tidak sadar bahwa

(29)

menukar pengalamannya, memberi suatu informasi, menukar ide-ide dan

pengetahuannya.

d. Komunikasi interpersonal harus melibatkan umpan balik dan hubungan

interaksi. Komunikasi interpersonal harus ditandai dengan adanya umpan

balik. Umpan balik tersebut harus bersifat pribadi menyatu pada respon

verbal maupun non verbal dari seseorang komunikator maupun

komunikan secara bergantian umpan balik tidak mungkin ada apa bila

tidak terdapat interaksi yang menyertainya.

e. Komunikasi interpersonal menunjukan adanya suatu tindakan yang nyata.

Pelaku komunikasi interpersonal harus mampu, sama-sama mempunyai

kegiatan aksi dan tindakan nyata, sehingga memberikan tanda bahwa

mereka berkomunikasi, hal ini mengandung makna bahwa komunikasi

interpersonal tidak hanya memperhatikan sebab datangnya suatu pesan

keakibatnya, namun lebih dari itu harus benar-benar memperhatikan

seluruh proses komunikasi interpersonal.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sifat komunikasi terdiri dari:

komunikasi interpersonal melibatkan perilaku verbal dan non verbal, komunikasi

interpersonal melibatkan perilaku spontan, komunikasi interpersonal sebagai proses

(30)

hubungan interaksi, komunikasi interpersonal menunjukan adanya suatu tindakan

yang nyata.

4. Aspek-aspek Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Kemampuanan komunikasi interpersonal dapat diukur dari tingkat penyampaian

pesan dimana secara lebih jauh mampu mempengaruhi orang lain yang diajak

berkomunikasi. Kemampuan komunikasi interpersonal juga dapat dilihat, dengan

tetap terjaganya hubungan yang terjalin.

De Vito (1995) berpendapat ada beberapa aspek dalam komunikasi

interpersonal agar komunikasi dapat berjalan dengan baik yaitu:

a. Keterbukaan

Kualitas keterbukaan dalam komunikasi interpersonal ada tiga hal.

Pertama, kesadaran untuk membuka diri, kesediaan untuk memberikan

informasi tentang diri. Membuka diri berarti juga membagikan kepada orang

lain perasaan-perasaan yang dimiliki.

Kedua, kesadaran untuk bereaksi secara jujur menanggapi pesan dari

orang lain. Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada umumnya

merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Dalam berkomunikasi

individu diharapkan untuk bereaksi secara terbuka terhadap apa yang

(31)

Ketiga, kesadaran untuk memiliki dan mengakui perasaan dan gagasan

yang timbul. Hal ini mengacu pada keberanian seseorang untuk mau

memiliki dan mengakui perasaan dan gagasan yang ditunjukan kepada

individu lain, ia juga mau bertangung jawab atas pikiran dan perasaannya.

b. Empati

Komunikasi interpersonal yang baik perlu didukung oleh sikap empati

dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Empati diartikan sebagai “ikut

merasakan”. Berempati dengan seseorang berarti ikut merasakan apa yang

dirasakan oleh orang lain . Dalam berempati seseorang memiliki perasaan

yang sama dengan kondisi yang dialami orang lain.

Cara yang dapat digunakan untuk berempati adalah dengan menahan

godaan untuk mengevaluasi, menilai, menafsirkan, dan mengkritik. Dengan

makin mengenal seseorang, keinginannya, pengalamannya, kemampuannya,

ketakutannya, makin mampu kita melihat apa yang di lihat orang itu, dan

merasakan seperti apa yang dirasakannya

c. Sikap mendukung

Sikap mendukung dapat diperlihatkan dengan cara :

1) Bersikap deskriptif bukan evaluatif.

Sikap deskriptif dapat dipahami sebagai sikap yang tidak

(32)

dalam mengungkapkan perasaannya, sehingga orang tidak malu dan tidak

akan merasa dirinya menjadi bahan kritikan terus-menerus.

2) Spontanitas

Seseorang yang spontan dalam komunikasinya akan terus terang serta

terbuka dalam mengutarakan pikirannya biasanya bereaksi dengan cara yang

sama dan terbuka.

3) Profesionalisme

Bersikap profesional berarti bersikap tentatif dan memiliki

kemampuan untuk berfikir secara terbuka, mampu menerima pandangan

yang berasal dari orang lain dan bersedia untuk mengubah dirinya kalau

perubahan itu dipandang perlu.

d. Sikap positif

Sikap positif dalam komunikasi interpersonal dikomunikasikan dengan cara:

1) Menyatakan sikap positif

Komunikasi interpersonal akan terbina jika orang memiliki sikap

positif terhadap diri mereka sendiri. Orang yang merasa positif dengan

dirinya sendiri akan mengisyaratkan perasaan ini kepada oran lain, yang

selanjutnya akan merefleksikan perasaan positif ini.

(33)

Dorongan yang diberikan dapat berupa verbal seperti pujian, atau non

verbal seperti senyuman atau anggukan kepala. Dorongan positif pada

umumnya berbentuk pujian atau penghargaan, dan terdiri atas perilaku yang

biasanya diharapkan, dinikmati dan dibanggakan. Dorongan positif ini

mendukung citra pribadi seseorang dan membuat seseorang merasa lebih

baik.

e. Kesetaraan

Komunikasi Interpersonal akan lebih baik apa bila suasananya setara.

Artinya, harus ada pengakuaan secara diam-diam bahwa kedua belah

pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing

individu mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Dalam

suatu hubungan antar pribadi ditandai oleh kesetaraan, ketidak

sependapatan dan konflik lebih dilihat sebagai upaya untuk memahami

perbedaan yang pasti ada ketimbang sebagai suatu kesempatan untuk

menjatuhkan pihak lain.

Kesetaraan tidak mengharuskan seseorang untuk menerima dan

menyetujui begitu saja semua perilaku verbal dan non verbal pihak lain.

Kesetaraan berarti penerimaan terhadap pihak lain atau memberikan

(34)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal

yang baik dapat terjalin bila dalam proses komunikasi yang dilakukan terdapat

keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesetaraan diantara pelaku

komunikasi. Peneliti menggunakan aspek-aspek di atas dalam menyusun alat

ukur tingkat kemampuan komunikasi interpersonal.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Lunandi (1989) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

komunikasi antar pribadi, yaitu:

a. Citra diri

Setiap manusia memiliki gambaran tertentu mengenai dirinya sendiri,

status sosial, kelebihan, dan kekurangannya. Gambaran itu menjadi penentu

bagi caranya berbicara, menjadi penyaring bagi apa yang dilihatnya,

penilaiannya terhadap segala yang berlangsung di sekitarnya. Citra diri

menentukan persepsi dan ekspresi seseorang. Citra diri sebagai orang yang

lemah akan terlihat pada komunikasinya dengan orang lain. Sukar berbicara

bebas, sulit menyatakan isi hati dan pikiran.

Manusia belajar menciptakan citra diri yang dimiliki melalui

hubungan dengan orang lain, terutama manusia lain yang penting bagi dirinya.

Melalui kata-kata atau komunikasi tanpa kata dari orang lain ia mengetahui

(35)

Sukses komunikasi interpersonal banyak tergantung pada kualitas citra

diri yang kita miliki. Bila seseorang memiliki citra diri yang positif, ia akan

menjadi lebih terbuka dan menghargai perbedaan dengan orang lain sehingga

komunikasi akan terasa lebih menyenangkan.

b. Citra pihak lain

Citra pihak lain juga menentukan cara dan kemampuan orang untuk

berkomunikasi. Umumnya orang lain memiliki gambaran tersendiri tentang

diri seseorang dan dengan gambaran tersebut mereka berkomunikasi. Citra

diri dan citra pihak lain memiliki perpaduan yang kuat untuk menentukan

gaya dan ciri seseorang ketika berkomunikasi. Misalnya, seorang ayah yang

memiliki citra anaknya sebagai manusia ingusan yang tak tahu apa-apa, maka

ia akan cenderung bertingkah laku otoriter: mengatur, melarang,

mengharuskan

c. Lingkungan fisik

Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain.

Setiap tempat memiliki norma sendiri yang harus dihormati.

Lingkungan-lingkungan fisik memberikan batasan manusia untuk berperilaku. Seseorang

mungkin akan lebih banyak berbisik ketika berada di tempat beribadah, lebih

suka berteriak ketika berada di rumah sendiri.

d. Lingkungan sosial

Lingkungan sosial ikut berperan menentukan tingkah laku dan cara

(36)

di sebuah hotel berbintang tentu akan berbeda dengan pakaian yang ia

gunakan ketika menghadiri pesta pernikahan pembantu tetangganya. Untuk

mencapai komunikasi yang efektif, seseorang harus memiliki kepekaan

terhadap lingkungan di mana ia berada, membedakan lingkungan yang satu

dengan yang lainnya.

e. Kondisi

Orang tidak selamanya berada pada kondisi puncak. Secara fisik orang

kadang-kadang merasa letih, lesu. Ketika seseorang berada pada kondisi yang

penuh semangat, ia akan punya kecenderungan untuk cermat dalam memilih

kata-kata, peka terhadap perasaan pihak lain yang menerima komunikasi.

Selain kondisi fisik, kondisi emosi juga menjadi faktor penentu. Orang yang

sedang marah cenderung bersikap keras, ucapannya tajam, persepsinya

cenderung negatif dan kurang peduli pada maksud pihak lain.

f. Bahasa tubuh

Komunikasi tidak hanya dikirimkan atau terkirim melalui medium

kata-kata yang diucapkan. Badan manusia juga merupakan medium

komunikasi. Melalui gerakan tubuh, gerakan mata, ekspresi wajah, kecepatan,

dan volume suara orang lain menafsirkan pesan apa yang ingin dikirimkan

lawan bicara. Agar komunikasi yang dijalin menjadi lebih efektif, maka harus

diusahakan pesan yang dikirimkan secara verbal haruslah diikuti gerakan

nonverbal yang tepat. Jika seseorang mengatakan bahwa ia senang bertemu

(37)

yang langsung, melihat-lihat ke sekelilingnya seakan-akan mencari orang lain

orang ini mengirimkan pesan yang bertentangan.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi

komunikasi interpersonal adalah citra diri, citra pihak lain, lingkungan fisik,

lingkungan sosial, kondisi, dan bahasa tubuh.

B. Mahasiswa Semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling

Menurut Peraturan Akademik Unversitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Universitas.

Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling adalah peserta didik

yang terdaftar dan belajar pada Program Studi Bimbingan dan Konseling,

Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Mahasiswa semester III pada Program Studi Bimbingan dan

Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagian besar berusia 19-20 tahun.

Mereka berasal dari berbagai daerah yang memiliki budaya yang

berbeda-beda.

Menurut buku pedoman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, para mahasiswa bimbingan dan

konseling dididik untuk menjadi guru bimbngan dan konseling yang

(38)

bekal yang dapat dikembangkan untuk menjadi tenaga professional dalam

bidang pendidikan, pelatihan, pengembangan sumber daya manusia, serta

pemberian berbagai macam layanan bimbingan, termasuk konseling di luar

sekolah, seperti rumah saki, panti sosial, asrama, dan industri.

Menurut buku pedoman Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, bekal yang diberikan kepada

mahasiswa berupa kemampuan untuk menyelengarakan layanan bimbingan,

termasuk konseling dengan memanfaatkan dinamika kelompok dan

menggunakan pendekatan belajar eksperiensial; dan bekal kemampuan untuk

merancang dan melaksankan kegiatan bimbingan diluar jam sekolah,

termasuk kegiatan akhir pekan, seperti retret, rekoleksi, pengembangan

konsep diri dan pelatihan keterampilan komunikasi antar pribadi.

Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling dipersiapkan

untuk menjadi konselor di sekolah yang harus memiliki beberapa kompetensi

pertama, kompetensi pedagogik, kedua kompetensi kepribadian, ketiga

kompetensi profesional dan keempat kompetensi sosial. (Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003, Depdiknas, 2003)

Mahasiswa semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling

telah menempuh beberapa mata kuliah antara lain Pendidikan Agama,

Pendidikan Pancasila, Teologi Moral, Pengantar Pendidikan, Dasar-dasar BK,

Psikologi Remaja, Psikologi Belajar dan Pembelajaran, Manajemen Sekolah,

(39)

Pemahaman Perilaku, Perilaku Sosial, Perkembangan Anak, Perkembangan

Orang Dewasa dan Lanjut Usia, Psikologi Konseling, Psikologi Pendidikan,

Perilaku Kognitif, Perilaku Abnormal, Antropobiologi, Komunikasi Antar

Pribadi, Dinamika Kelompok, BK Pribadi Sosial, dan BK Perkembangan.

Mahasiswa semester III tahun akademik 2012/2013 pada Program

Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yoyakarta

idealnya telah memiliki Kompetensi yang tinggi di bidang Bimbingan dan

Konseling, di sertai dengan kemampuan yang baik dalam berkomunikasi antar

pribadi, sebagai bekal untuk menjadi seorang guru bimbingan dan konseling

(40)

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian, antara lain

jenis penelitian, subyek penelitian, instrument penelitian, dan teknik pengumpulan

data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk melukiskan variabel

atau kondisi nyata dalam suatu situasi (Furchan, 2005: 447). Penelitian deskriptif

dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian

dilakukan. Sifat deskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh

gambaran mengenai tingkat kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa ,

sehingga dengan hasil penelitian yang diperoleh dapat ditentukan pula

topik-topik bimbingan klasikal yang sesuai dengan kebutuhan.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Mahasiswa semester tiga Program Studi

Bimbingan dan Konseling , FKIP, Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran

(41)

C. Instrumen Penelitian

1. Alat Pengumpul Data

Pada penelitian ini alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian

berupa kuesioner yang berpedoman pada teknik penyusunan skala model

Likert. Kuesioner adalah sekumpulan daftar pernyataan tertulis yang diberikan

kepada subjek penelitian (Furchan, 2005: 249). Item-item dalam kuesioner ini

dibuat berdasarkan aspek-aspek kemampuan komunikasi interpersonal

meliputi: keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan, dan kesamaan (De

Vito: 1995). Aspek-aspek tersebut nantinya yang akan dikembangkan menjadi

pernyataan-pernyataan dalam kuesioner.

Penelitian ini menggunakan kuesioner bentuk tertutup agar lebih efisien

dan praktis dari segi pelaksanaan dan analisis. Kuesioner ini terbagi menjadi

dua bagian yaitu bagian pertama memuat tentang identitas subjek, tujuan

kuesioner, dan petunjuk kuesioner; bagian kedua memuat

pernyataan-pernyataan tentang tingkat kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa

semester tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 . Kuesioner penelitian

(42)

2. Format Pernyataan

Pada penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner yang sifatnya

tertutup, yang mana dalam kuesioner tersebut terdiri dari beberapa item

pernyataan dengan menggunakan empat alternatif jawaban (genap).

Penyajian pilihan jawaban dengan menggunakan empat alternatif jawaban

ditempuh untuk menghindari central tendency effect atau dapat disebut juga

sebagai kecenderungan responden untuk memilih jawaban tengah atau

netral. Adapun alternatif jawaban yang disediakan adalah “SS (Sangat

Sesuai)”, “S (Sesuai)”, “KS (Kurang Sesuai)”, dan “TS (Tidak Sesuai)”.

3. Penentuan Skor

Penentuan skor untuk setiap jawaban dari masing-masing item

pernyataan adalah:

a. Untuk pernyataan yang bersifat favorable terhadap aspek penerimaan

diri, jawaban “SS (Sangat Sesuai)” diberi skor 4, “S (Sesuai)” diberi skor

3, “KS (kurang Sesuai)” diberi skor 2, dan “TS (Tidak Sesuai)” diberi

skor 1.

b. Untuk pernyataan yang bersifat unfavorable terhadap aspek kepercayaan

diri, jawaban “SS (Sangat Sesuai)” diberi skor 1, “S (Sesuai)” diberi skor

2, “KS (kurang Sesuai)” diberi skor 3, dan “TS (Tidak Sesuai)” diberi

(43)
[image:43.612.107.528.179.624.2]

4. Kisi-kisi Kuesioner

Tabel 1

Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Komunikasi Interpersonal

No Aspek Indikator Item

Favorabel

Item

Unfavorabel

1 Keterbukaan a. Berani membuka diri 1,11 6,16

15

b. Berani mengungkapkan

pendapat secara jujur 21,31 26,36

c. Berani mengakui perasaan yang ditujukan

kepada orang lain 41,50 46

d. Berani bertangung jawab atas pikiran dan perasaan

yang dilontarkan 55,56 53,54

2 Empati

a. Memahami cara berpikir

orang lain 2,12 7

11

b. Mendengarkan pendapat

orang lain 22,32 17,27

c. Merasakan perasaan yang

orang lain rasakan 42,51 37,47

3 Dukungan

a. Mendukung pendapat

teman 3,13 8,18

10

b. Spontanitas 23 28

c. Profisionalisme 33,43 38,48

4 Kepositifan

a. Memiliki sikap positif

terhadap diri sendiri 4,14 9,19

11

b. Menerima sikap orang

lain 24,34 29

c. Berani memberikan pujian terhadap lawan

bicara 44,52 39,49

5 Kesetaraan

a. Mampu menghargai

pendapat orang lain 5,15,25 10,20,30

9

b. Mampu memahami

perbedaan 35,45 40

(44)

D. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan

suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2008).

Validitas menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa

yang seharusnya diukur (Furchan, 2005: 295). Secara singkat menurut

Nurgiyantoro (2003: 338) dapat dikatakan bahwa validitas alat penelitian

mempersoalkan apakah alat itu dapat mengukur apa yang akan diukur.

Validitas yang diperiksa dalam penelitian ini adalah validitas isi (content

validity). Validitas isi adalah validitas yang mempertanyakan bagaimana

kesesuaian antara instrumen dengan tujuan dan deskripsi masalah yang

akan diteliti (Nurgiyantoro, 2003: 339). Kualitas instrumen penelitian ini

diperiksa dengan validitas isi (content validity), mengingat penyusunan

instrumen dilakukan oleh peneliti sendiri berdasarkan konsep tertentu

yang dioperasionalkan pada kisi-kisi sesuai dengan aspek-aspek

konstruknya yang dijabarkan dalam indikator-indikator atribut(isi) setiap

aspek,dan perumusan item untuk setiap muatan isi indikator.

Pemeriksaan keterpenuhan validitas isi didasarkan pada

pertimbangan yang dilakukan ahli (expert judgment), guna menelaah

secara logis kesesuaian dan ketepatan rumusan setiap butir pernyataan

(45)

tujuan danisi/kandungan indikator atributnya sebagaimana dikonstruk

dalam kisi-kisi instrumen, sehingga dapat dinyatakan baik (Nurgiyantoro,

2003: 340). Dalam hal ini, expert judgment dilakukan A. Setyandari

S.Pd., S.Psi., Psikolog, M.A. selaku dosen pembimbing skripsi dan

Pankrasius Olak, SSCC.

Metode yang digunakan untuk uji validitas dengan metode

Person atau menggunakan teknik Product Moment yaitu dengan

mengkorelasikan skor butir pada kuesioner dengan skor totalnya. Adapun

rumusannya sebagai berikut:

rxy = �∑ −

(∑ )(∑ )

�∑ �− ∑ �− ∑

Keterangan:

rxy = Kuesioner korelasi validitas item

X = Skor item tertentu yang akan diuji validitasnya

Y = Skor total aspek yang memuat item yang diuji validitasnya

N = Jumlah responden

Pada penelitian ini proses penghitungan taraf validitas

dilakukan dengan cara memberi skor terlebih dahulu pada setiap item

dan mentabulasikan ke dalam penelitian. Untuk mengetahui valid atau

tidaknya suatu item ditentukan oleh koefisien validitasnya sendiri.

Cronbach (Azwar, 1999:103) mengatakan koefisien validitas < 0,30

(46)

sampai dengan 0,50 telah dapat memberikan kontribusi yang baik.

Berdasarkan patokan tersebut dapat diartikan bahwa apabila suatu nilai

korelasinya > 0,30, maka item tersebut dapat dikatakan valid.

Sebaliknya jika suatu nilai korelasinya kurang dari < 0,30, maka item

tersebut dapat dikatakan tidak valid. Dari hasil perhitungan uji coba

yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari 56 item, ada 11 item

yang koefisien validitasnya < 0,30. Sedangkan sisanya 45 item

termasuk ke dalam item yang valid karena koefisien validitasnya >

0,30. Item-item yang sudah gugur tidak dipakai kembali dalam

pengambilan data yang sesungguhnya. Pada proses perhitungan

validitas instrumen peneliti menggunakan teknik Product Moment

dengan bantuan SPSS (Statistic Program for Social Sciences) versi

16.0. Adapun hasil analisis dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 2

Hasil analisis Intem Total Korelation Instrumen Kemampuan Komunikasi Interpersonal

No

Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal

Item

Valid Tidak valid

1 Keterbukaan 11,16,21,31,36,41,46,50,54,55,56 1,6,26,53 15

2 Empati 2,7,17,22,27,32,42,47,51 12,37 11

3 Dukungan 3,8,18,23,28,33,38,43 13,48 10

4 Kepositifan 4,9,14,19,24,29,39,44,,49,52 34 11

5 Kesamaan 5,15,20,25,35,40,45 10,30 9

(47)

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada pengertian apakah sebuah

instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari

waktu ke waktu (Nugiyantoro, 2009:341). Jadi kata kunci untuk syarat

kualifikasi suatu instrumen pengukur adalah konsistensi, keajegan

atau tidak berubah-ubah.

Sedangkan menurut Azwar (2003: 83) reliabilitas adalah

konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna

kecermatan pengukuran. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisiensi

reliabilitas yang angkanya berbeda dalam rentang dari 0 sampai 1,00.

Semakin tinggi koefisiensi reliabilitas mendekati 1,00 berarti semakin

tinggi reliabilitasnya (Azwar, 2007: 96). Pemberian arti terhadap

koefisiensi reliabilitas yang diperoleh dilakukan dengan cara

[image:47.612.103.533.236.592.2]

membandingkannya dengan nilai r Product Moment (Pearson) dalam

tabel statistik atas taraf signifikan 5%.

Pengujian teknik reliabilitas ini ditempuh dengan

menggunakan metode belah dua Spearmen and Brown (Split-half

method). Metode belah dua yang digunakan berdasarkan urutan item

yang bernomor gasal dan genap. Proses perhitungan taraf reabilitas

alat ukur ini dilakukan dengan cara memberi skor pada masing-masing

(48)

gasal dijadikan belahan pertama (X) dan skor bernomor genap

dijadikan belahan kedua (Y). Setelah memberi skor pada

masing-masing belahan, selanjutnya hasil koefisien korelasi tersebut

dikorelasikan menggunakan formula korelasi dari Spearman-Brown.

Proses perhitungan Item Total Correlation dengan menggunakan

bantuan SPSS versi 16.0. Hasil analisis yang telah dilakukan

menghasilkan koefisien reabilitas sebesar 0.947.

untuk mempertegas status tingkat reliabilitas kuesioner tersebut

digunakan kriteria Guilford (Guilford, dalam Masidjo, 2006) yang

menetapkan koefisien ≥ 0,70 – < 0,90 sebagai (reliabilitas) tinggi dan

koefisien ≥ 0,90 – 1.00 sebagai (reliabilitas) sangat tinggi berdasarkan

hasil penghitungan dan setelah dikoreksi dengan rumus

Spearman-Brown, maka diperoleh koefisiensi reliabilitas sebesar 0.947. ini

termasuk kualitas sangat tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa alat yang digunakan adalah reliabel. Uji perhitungan reliabilitas

dapat dilihat di lampiran 2.

E. Prosedur Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan

a. Penyusunan Kuesioner

1) Penyusunan kuesioner kemampuan komunikasi interpersonal

(49)

kemampuan komunikasi interpersonal menurut De Vito yang

sebelumnya telah diidentifikasi.

2) Setelah mengidentifikasi aspek-aspek kemampuan komunikasi

interpersonal, langkah berikutnya adalah merumuskan

indikator-indikator dari setiap aspek.

3) Indikator-indikator yang telah dirumuskan kemudian

dikonsultasikan kepada dosen pembimbing untuk dikoreksi.

4) Setelah indikator-indikator dikoreksi dosen pembimbing langkah

berikutnya adalah merumuskan pernyataan-pernyataan pada

setiap indikator.

5) Pernyataan-pernyataan yang berhasil dirumuskan

dikonsultasikan kembali kepada dosen pembimbing sebanyak

tiga kali koreksi.

6) Setelah mendapat persetujuan dari dosen pembimbing mengenai

instrument yang disusun, langkah yang dilakukan oleh peneliti

dalam penelitiaan ini adalah meminta surat ijin untuk melakukan

penelitian kepada sekretariat prodi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma.

7) Setelah surat ijin penelitian diterima oleh sekolah, langkah

berikutnya adalah penentuan dan kesepakatan tanggal

pelaksanaan uji coba penelitian sekaligus penelitaian mengingat

(50)

2. Pengambilan Data Penelitian

Penelitian di lakuan setelah mendapat persetujuan mengenai

waktu dan tanggal pelaksanaan dari Prodi Bimbingan dan Konseling

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada penelitian ini, peneliti

mengambil uji coba kuesioner sekaligus pengambilan data untuk

penelitian. Hal ini dilakukan dikarenakan penelitian ini menggunakan

uji coba terpakai. Pengambilan data untuk penelitian dilakukan pada

hari Jumat 30 November 2012 pukul 09.00-09.30 dan 11.00-11.30.

Pada saat melaksanakan penelitian, peneliti dibantu satu orang

teman untuk membantu dalam membagikan lembar kuesioner.

Sebelum meminta mahasiswa mengisikan kuesioner, peneliti terlebih

dahulu memperkenalkan diri dan memberi penjelasan mengenai

maksud dan tujuan dalam penelitian ini. Setelah memberi penjelasan

peneliti membagikan lembar kuesioner dan menjelaskan petunjuk

pengisian kuesioner. Selain itu peneliti juga memberi kesempatan

kepada mahasiswa untuk menannyakan hal-hal apa yang saja yang

belum jelas berkaitan dengan pengisian kuesioner. Adapun kuesioner

(51)

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk

memberikan gambaran realitas yang ada tentang bagaimana tingkat

kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa semester tiga Program

Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 . Teknik yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Peneliti memberi skor pada masing-masing item pada setiap kuesioner

yang telah diisi oleh responden dengan mengacu pada skala skor dari

masing-masing alternatif jawaban.

2. Membuat tabulasi data yang dipakai untuk penelitian dengan memberi

skor pada masing-masing item sesuai dengan skala yang sudah

ditentukan yaitu “Sangat Setuju”, “Setuju”, “Tidak Setuju”, dan

“Sangat Tidak Setuju”.

3. Setelah memberi skor pada masing-masing item peneliti

mentabulasikan seluruh data yang telah diperoleh dan memasukan data

ke dalam komputer dengan bantuan Microsoff Excel yang kemudian

diolah juga menggunakan bantuan SPSS versi 16.0 untuk menentukan

validitasnya.

4. Membuat ketegorisasi tingkat penerimaan diri subjek penelitian secara

umum mengacu pada pedoman Azwar (2007: 108) tentang kontinum

(52)

interpersonal mahasiswa ke dalam lima kategori yaitu; sangat rendah,

rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Adapun norma ketegori

[image:52.612.102.535.188.603.2]

tersebut dapat dilihat pada tabel seperti berikut.

Tabel 3

Norma Kategori Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Perhitungan Kategori

Xitem ≤ µ - 1,5 σ kategori sangat rendah

µ - 1,5 σ < Xitem ≤ µ - 0,5 σ kategori rendah

µ - 0,5 σ < Xitem ≤ µ + 0,5 σ kategori sedang

µ + 0,5 σ < Xitem ≤ µ + 1,5 σ kategori tinggi µ + 1,5 σ < Xitem kategori sangat tinggi

Keterangan:

X maksimum teoritik :Skor teringgi yang mungkin diperoleh subjek penelitian dalam skala.

X minimum teoritik :Skor terendah yang mungkin diperoleh subjek peneliti dalam skala.

σ (standar deviasi) :Luas jarak rentang yang dibagi dalam 6 satuan deviasi standar.

µ (mean teoritik) :Rata-rata teoritis dari skor maksimum dan minimum.

5. Mencari norma atau patokan yang akan digunakan dengan mencari X

maksimum teoritik, X minimum teoritik, standar deviasi, dan mean

teoritik. Kategorisasi tingkat kemampuan komunikasi interpersonal

(53)

FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran

2012/2013 secara keseluruhan dengan item total 45 diperoleh

perhitungan sebagai berikut.

X maksimum teoritik : 45 x 4 = 180

X minimum teoritik : 45 x 1 = 45

Range : 180 – 45 = 135

σ (standar deviasi teoritik) : 135 : 6 = 22,5

µ (mean teoritik) : (180 + 45) : 2 = 112,5

Penentuan tingkat kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa

semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP,

Universitas Sanata Dharma secara umum dapat dilihat pada tabel 4.

Setelah membuat kategorisasi penerimaan diri dan telah

memperoleh hasil perhitungan, langkah selanjutnya yang dilakukan

oleh peneliti adalah mengelompokan persentase skor yang diperoleh

dari setiap kuesioner yang telah diisi oleh subjek. Dari skor yang

muncul, maka dapat diketahui jumlah persentase masing-masing

tingkat kemampuan komunikasi interpersonal mahasiswa semester tiga

Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 secara umum mulai

(54)

Tabel 4

Norma Kategorisasi Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

Perhitungan Skor Kategori

X ≤ µ - 1,5 σ X ≤ 79 Sangat Rendah

µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 0,5 σ 80 < X ≤ 102 Rendah

µ - 0,5 σ < X ≤ µ + 0,5 σ 103 < X ≤ 124 Sedang

µ + 0,5 σ < X ≤ µ + 1,5 σ 125 < X ≤ 146 Tinggi µ + 1,5 σ < X 147< X ≤ 180 Sangat Tinggi

6. Setelah selesai mengkategorisasikan secara umum mengenai tingkat

kemampuan komunikasi interpersonal, peneliti juga

mengkategorisasikan skor untuk item yang menggunakan skala.

Langkah ini ditempuh untuk mengetahi item mana saja yang sudah

baik dan yang kurang baik. Norma kategorisasi skor item kemampuan

komunikasi interpersonal ini berpedoman pada Azwar (2007:108)

yang mengelompokkan ke dalam lima kategorisasi yaitu; sangat

rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Adapun norma

kategorisasi item skala kemampuan komunikasi interpersonal dapat

(55)
[image:55.612.102.521.172.704.2]

Tabel 5

Norma Kategori Skor Item Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Perhitungan Kategori

Xitem ≤ µ - 1,5 σ kategori sangat rendah

µ - 1,5 σ < Xitem ≤ µ - 0,5 σ kategori rendah

µ - 0,5 σ < Xitem ≤ µ + 0,5 σ kategori sedang

µ + 0,5 σ < Xitem ≤ µ + 1,5 σ kategori tinggi

µ + 1,5 σ < Xitem kategori sangat tinggi

Keterangan:

Xitem maksimum teoritik : Skor tertinggi yang mungkin

dicapai item dalam skala.

Xitem minimum teoritik : Skor terendah yang mungkin

diperoleh item dalam skala.

σ (standar deviasi) : Luas jarak rentang yang dibagi

dalam 6 satuan deviasi standar.

µ (item teoritik) : Rata-rata teoritis dari skor item maksimum teoritik dan minimum teoritik.

7. Mencari kategorisasi tinggi rendahnya skor item-item secara

keseluruhan dengan menggunakan N = 61. Adapun perhitungannya

dapat dilihat sebagai berikut.

Xitem maksimum teoritik : 61 x 4 = 244

Xitem minimum teoritik : 61 x 1 = 61

Range : 244 – 61 = 183

σ (standar deviasi) : 183 : 6 = 30.5

(56)

Setelah melihat peritingan diatas penentuan skor item dapat dilihat

[image:56.612.104.534.235.597.2]

pada tabel seperti berikut ini.

Tabel 6

Norma Kategorisasi Skor Item Skala Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

Perhitungan Skor Kategori

Xitem≤ µ - 1,5 σ Xitem≤ 107 Sangat Rendah

µ - 1,5 σ < Xitem≤ µ - 0,5 σ 108 < Xitem≤ 137 Rendah

µ - 0,5 σ < Xitem≤ µ + 0,5 σ 138 < Xitem≤ 168 Sedang

µ + 0,5 σ < Xitem≤ µ + 1,5 σ 169 < Xitem≤ 198 Tinggi

µ + 1,5 σ≤ Xitem 199 < Xitem≤ 244 Sangat Tinggi

8. Setelah mengetahui hasil perhitungan seperti tabel yang ada di atas,

langkah yang dilakukan peneliti selanjutnya adalah memasukan

item-item dalam kategorisasi sesuai dengan hasil pemberian skor pada

masing-masing item. Dari penggelompokan item-item tesebut

kemudian dapat diketahui item-item mana saja yang sudah baik dan

item-item yang mana yang belum baik.

9. Setelah mengetahui hasil norma ketegorisasi skor item skala

kemampuan komunikasi interpersonal, maka item-item yang masuk

dalam masing-masing skala kategorisasi akan dibahas dan

(57)

40 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat mengenai jawaban atas rumusan masalah penelitian ini yaitu:

“ Bagaimanakah deskripsi tingkat kemampuan komunikasi interpersonal pada

mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling , FKIP,

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ” dan usulan topik

-topik bimbingan yang relevan.

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal pada Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Tahun Ajaran

2012/2013

Berdasarkan data yang terkumpul, dapat diketahui bahwa tingkat

kemampuan komunikasi interpersonal pada mahasiswa semester tiga Program

Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma,

[image:57.612.106.528.220.593.2]

Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 adalah seperti yang disajikan dalam

tabel 7.

Dari tabel 7 tampak bahwa:

a) Tidak ada mahasiswa (0%) yang sangat kurang mampu dan kurang

(58)

b) Terdapat 3 mahasiswa (4.9%) yang cukup mampu dalam melakukan

komunikasi interpersonal.

c) Terdapat 43 mahasiswa (70.5%) yang mampu dalam melakukan

komunikasi interpersonal.

d) Terdapat 15 mahasiswa (24.6%) yang sangat mampu dalam melakukan

[image:58.612.101.527.116.611.2]

komunikasi interpersonal.

Tabel 7

Penggolongan Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Semester III Program Studi Bimbingan dan Konseling , FKIP, Universitas

Sanata Dharma Tahun Ajaran 2012/2013

No Rentang Skor

Kategori tingkat kemampuan

komunikasi interpersonal

Jumlah mahasiswa Persentase

1 45-79 Sangat Kurang

Mampu 0 Mahasiswa 0% 2 80-102 Kurang Mampu 0 Mahasiswa 0% 3 103-124 Cukup Mampu 3 Mahasiswa 4.9% 4 125-146 Mampu 43 Mahasiswa 70.5% 5 147-180 Sangat Mampu 15 Mahasiswa 24.6% Jumlah 61 Mahasiswa 100%

Berdasarkan data di atas tampak sebagian besar mahasiswa semester tiga

Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 mampu dalam melakukan

komunikasi interpersonal dan hanya 3 mahasiswa yang cukup mampu

(59)

penggolongan tingkat kemampuan komunikasi interpersonal pada

mahasiswa semester tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP,

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 dapat

dilihat dalam bentuk diagram berikut ini:

Diagram Batang 1. Penggolongan Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal pada Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013

2. Hasil Analisis Butir-butir yang Menunjukan Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal

Berdasarkan data yang terkumpul, dapat diketahui butir-butir item

instrumen tingkat kemampuan komunikasi interpersonal sebagian besar

masuk dalam kategori “ mampu dan sangat mampu” adapun data tersebut

dapat dilihat pada tabel 8.

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Jumlah Mahasiswa

(60)

Tabel 8

Penggolongan Skor Item Skala Tingkat Kemampuan Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Semester Tiga Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP, Universitas Sanata Dharma Tahun Ajaran 2012/2013

No Rentang Skor

Kategori skor item tingkat kemampuan

komunikasi interpersonal

Jumlah

Item Persentase No. Item

1 61-107 Sangat Kurang

Mampu 0%

2 108-137 Kurang Mampu 0%

3 138-168 Cukup Mampu 3 7% 23,25,43

4 169-198 Mampu 29 64%

1,3,5,7,8,9, 11,13,14,15, 16,18,19,21, 22,24,26,28, 29,30,31,32, 33,34,35,37, 38,39,40

5 199-244 Sangat Mampu 13 29%

2,4,6,10,12, 17,20,27,36,

41,42,44,45

Jumlah 45 100%

Dari tabel 8 tampak bahwa:

a) Tidak ada item ( 0%) yang menunjukan bahwa mahasiswa sangat

kurang mampu dan kurang mampu melakukan komunikasi

interperso

Gambar

Tabel 3 Norma Katagori Kemampuan Komunikasi Interpersonal  ..............
Grafik 2 Penggolongan Skor Item  Tingkat Kemampuan Komunikasi
Tabel 1 Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Komunikasi Interpersonal
tabel statistik atas taraf signifikan 5%.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan hasil analisis perhitungan dari regresi berganda, menunjukkan bahwa pengetahuan (X 5 ) memiliki nilai positif sebesar 1,008. Hal ini menunjukkan bahwa proses

Orokorrean esan dezakegu, errespontsabilitatea izatea ez zela erraza ikasle- entzat, batzutan erabakiak hartzerakoan egoera deserosoak sortzen zirelako, baina beste aldetik,

(skala perusahaan) adalah upaya secara lebih terinci beban atau biaya lingkungan dari aspek apa saja yang secara nyata memang menghasilkan biaya lingkungan. Dengan demikian

menyatakan dengan sesungguh-sungguhnya bahwa skripsi yang berjudul “Pengembangan Tes Objektif Berbasis Digital Mata Pelajaran Pengantar Akuntansi dan Keuangan Materi

Penelitian tentang penggunaan Facebook di antara anggota komunitas DTLS ini bertujuan untuk mengetahui dinamika proses produksi pesan antaranggota, fungsi media

Berdasarkan pada pengalaman kami dan informasi yang ada, diharapkan tidak ada efek yang membahayakan jika ditangani sesuai dengan rekomendasi dan tindakan pencegahan yang sesuai

Hal itu dikarenakan dengan adanya perputaran piutang yang semakin tinggi maka modal yang diinvestasikan dalam piutang akan semakin sedikit, sehingga perusahaan

nengkonsunsi smpai 90% dari produksi nebn yane dihasilta.6aken ftchoetr pada bna dasobilq sebelm alhimya lcpd ke al,nosfct. Pcmanlaalan boheri. nclmotrof pada lanan