vi
ABSTRAK
PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA
Studi Kasus Mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta
Agustinus Degei Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa; (2) pengaruh tingkat penyesuaian diri terhadap prestasi belajar mahasiswa.
Penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Agustus 2008. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 1.873 orang. Jumlah sampel adalah 97 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik proportional random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan model persamaan regresi linear sederhana.
Hasil penelitian menunjukkan: (1) ada pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa (r = 0,687; ρ = 0,000 < α = 0,050); (2) ada pengaruh tingkat penyesuaian diri terhadap prestasi belajar mahasiswa (r = 0,421; ρ = 0,000 < α
vii
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF LEARNING MOTIVATION AND THE LEVEL OF SELF-ADAPTATION TOWARDS THE STUDENTS’ LEARNING
ACHIEVEMENT
A Case of Study towards the Papuan Students in Yogyakarta Special Province
Agustinus Degei Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
The research aims to know: (1) the influence of learning motivation towards the students’ learning achievement; (2) the influence of their level of self-adaptation towards their learning achievement.
The research was carried out in August 2008 in Yogyakarta Special Province, in which the Papuan University students are the samples. The population of the research consists of 1.873 students. The samples consist of 97 students. The writer uses the technique of proportional random sampling. The technique of collecting data is questionnaire. The technique of analyzing data applies the education model of the simple linear regression.
PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA
Studi Kasus Mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
AGUSTINUS DEGEI 011334112
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Moto:
“
“
“
B
B
B
e
e
e
Y
Y
Y
o
o
o
u
u
u
r
r
r
s
s
s
e
e
e
l
l
l
f
f
f
”
”
”
“
“
“
J
J
J
a
a
a
d
d
d
i
i
i
l
l
l
a
a
a
h
h
h
D
D
D
i
i
i
r
r
r
i
i
i
m
m
m
u
u
u
S
S
S
e
e
e
n
n
n
d
d
d
i
i
i
r
r
r
i
i
i
”
”
”
Persembahan:
S
S
e
e
m
m
u
u
a
a
k
k
u
u
p
p
e
e
r
r
s
s
e
e
m
m
b
b
a
a
h
h
k
k
a
a
n
n
u
u
n
n
t
t
u
u
k
k
-
-
M
M
u
u
d
d
a
a
n
n
u
u
n
n
t
t
u
u
k
k
T
T
a
a
n
n
a
a
h
h
P
P
a
a
p
p
u
u
a
a
s
vi
ABSTRAK
PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA
Studi Kasus Mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta
Agustinus Degei Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa; (2) pengaruh tingkat penyesuaian diri terhadap prestasi belajar mahasiswa.
Penelitian ini dilaksanakan pada mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Agustus 2008. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 1.873 orang. Jumlah sampel adalah 97 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik
proportional random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan model persamaan regresi linear sederhana.
vii
ABSTRACT
THE INFLUENCE OF LEARNING MOTIVATION AND THE LEVEL OF SELF-ADAPTATION TOWARDS THE STUDENTS’ LEARNING
ACHIEVEMENT
A Case of Study towards the Papuan Students in Yogyakarta Special Province
Agustinus Degei Sanata Dharma University
Yogyakarta 2008
The research aims to know: (1) the influence of learning motivation towards the students’ learning achievement; (2) the influence of their level of self-adaptation towards their learning achievement.
The research was carried out in August 2008 in Yogyakarta Special Province, in which the Papuan University students are the samples. The population of the research consists of 1.873 students. The samples consist of 97 students. The writer uses the technique of proportional random sampling. The technique of collecting data is questionnaire. The technique of analyzing data applies the education model of the simple linear regression.
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, karena
berkat rahmat dan lindungan-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
dengan judul “PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT
PENYESUAIAN DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA”,
studi kasus pada mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta. Penulisan skripsi
ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan, khususnya Pendidikan Akuntansi di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat selesai tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan
hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak
ix
4. Bapak S. Widanarto P., S.Pd., M.Si., selaku dosen pembimbing, yang dengan
sabar selalu memberikan bimbingan, petunjuk, dukungan, dan masukan dalam
penulisan skripsi ini.
5. Segenap dosen dan staf Program Studi Pendidikan Akuntansi khususnya, dan
Fakultas KIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta umumnya, yang telah
membimbing, mendidik, dan bekerjasama dengan baik selama penulis belajar di
kampus tercinta ini.
6. Ketua Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta, yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian pada
pemondokan mahasiswa-mahasiswi Papua yang sedang kuliah di Daerah
Istimewa Yogyakarta.
7. Teman-teman mahasiswa-mahasiswi Papua se-DIY yang telah bersedia
meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner penelitian dalam penulisan skripsi
ini.
8. Kedua orang tua tercinta (Bapak dan Ibu), terima kasih karena dengan cintanya
aku bisa ada di dunia ini.
9. Romo Gandhi, Romo Ari dan Romo In (Serikat Jesus) yang telah menjadi
sahabat, saudara dan sekaligus menjadi orang tua angkat selama studi di
Yogyakarta. Ad Maiorem Dei Gloriam.
10.Kakakku Engelberth Primus dan adikku Simon Petrus (SPD), terima kasih karena
x
11.Sahabat-sahabatku PAK 2001 antara lain: Pak Tri, Simon Supada, Yohanes Iman
yang akan ketemu lagi di Tanah Papua, Koco, Paijo dan Paijem. Terima kasih
karena bisa menjadi tempat untuk bertukar pikiran tentang studi dan wawasan
tentang kebudayaan Jawa.
12.Teman-teman kosku yang seperti saudaraku sendiri, Ndaru alias Irex (Solo) yang
dengan filosofi “Hiduplah dengan cinta dan kasih, seperti ajaran-Nya ” dan
“Teman adalah saudara dan saudara adalah teman”, Dimas (Jakarta) dengan
filosofi “Semua hal, ada sebab dan akibatnya”, Iwan dengan filosofi “Semua
hal, ada saatnya”, Andi (Papua) dan Niko (Klaten) dengan filosofi “Cinta untuk
semua orang”. Terima kasih karena filosofinya menjadi inspirasi saya.
13.Teman-teman Kolese Le Cocq d’Armandville. Terima kasih atas segala
dukungannya, mari kita bangun Papua dengan pendidikan.
14.Teman-teman IMPIKO di Lesehan UGM Pringwulung yang selalu hadir dengan
humor-humor segar dan diskusi-diskusinya yang tajam dan kritis.
15.Shinta Lola yang memberikan perhatian dan kesabarannya.
16.Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan
pelayanan yang luar biasa, baik dalam peminjaman buku dan skripsi serta mau
menerima masukan-masukan dari saya dengan jiwa besar.
17.Seluruh karyawan Universitas Sanata Dharma baik dari cleaning service, Tukang
Taman/Kebun, Tukang Parkir, Satpam sampai dengan Dekenat dan Rektorat.
xi
18.Akhirnya, kampus tercinta Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
memberi penulis ruang dan waktu untuk belajar dan mengembangkan diri.
19.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
secara langsung maupun tidak langsung berupa apapun kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Yogyakarta, 18 Oktober 2008
Penulis,
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : AGUSTINUS DEGEI
Nomor Mahasiswa : 011334112
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Pengaruh Motivasi Belajar dan Tingkat Penyesuaian Diri Terhadap Prestasi Belajar; Studi Kasus Mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta.
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 1 Desember 2008
Yang menyatakan,
xii
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 9
A. Motivasi Belajar ... 9
1. Motivasi ... 9
2. Belajar ... 14
3. Motivasi Belajar ... 18
B. Penyesuaian Diri ... 20
xiii
2. Masalah-Masalah yang Menghambat Penyesuaian Diri ... 21
C. Prestasi Belajar ... 23
D. Kerangka Berpikir ... 25
E. Hipotesis Penelitian... 26
BAB III. METODE PENELITIAN ... 27
A. Jenis Penelitian ... 27
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
1. Tempat Penelitian ... 27
2. Waktu Penelitian ... 27
C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 27
1. Subyek Penelitian ... 27
2. Obyek Penelitian ... 28
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 28
1. Populasi ... 28
2. Sampel ... 28
3. Teknik Penarikan Sampel ... 29
E. Operasionalisasi Variabel ... 29
1. Variabel Penelitian ... 29
2. Defisini Operasional ... 29
F. Teknik Pengumpulan Data ... 30
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 30
1. Instrumen Penelitian ... 30
2. Pengembangan Instrumen ... 31
3. Validitas Instrumen ... 33
a. Validitas Instrumen Motivasi Belajar ... 33
b. Validitas Instrumen Tingkat Penyesuaian Diri ... 35
xiv
H. Teknik Analisis Data... 38
1. Uji Normalitas ... 38
2. Uji Linieritas ... 41
3. Uji Hipotesis ... 42
a. Pengujian Hipotesis I ... 42
1). Menyusun Hipotesis ... 42
2). Menentukan Uji Statistik ... 43
3). Pengambilan Keputusan ... 44
b. Pengujian Hipotesis II ... 45
1). Menyusun Hipotesis ... 45
2). Menentukan Uji Statistik ... 45
3). Pengembilan Keputusan ... 46
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 48
A. Deskripsi Data ... 49
1. Deskripsi Responden ... 49
a. Jenis Kelamin Mahasiswa ... 49
b. Umur Mahasiswa ... 49
c. Pemondokan di Yogyakarta ... 50
d. Asal Daerah dari Papua ... 51
e. Indeks Prestasi Kumulatif ... 52
2. Deskripsi Data ... 53
a. Motivasi Belajar ... 53
b. Tingkat Penyesuaian Diri ... 54
c. Prestasi Belajar ... 56
B. Analisis Data ... 57
1. Uji Prasyarat Analisis ... 57
a. Uji Normalitas ... 57
xv
2. Pengujian Hipotesis ... 59
a. Pengujian hipotesis I ... 59
b. Pengujian hipotesis II ... 61
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63
1. Pengaruh motivasi belajar terhaap prestasi belajar mahasiswa ... 63
2. Pengaruh tingkat penyesuaian diri terhadap prestasi belajar mahasiswa ... 65
BAB V. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN ... 67
A. Kesimpulan ... 67
B. Keterbatasan ... 68
C. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner ... 31
Tabel 3.2 Rangkuman Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar ... 34
Tabel 3.3 Rangkuman Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Penyesuaian Diri ... 35
Tabel 3.4 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 37
Tabel 3.5 Interpretasi ... 41
Tabel 4.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner ... 48
Tabel 4.2 Deskripsi Jenis Kelamin Mahasiswa ... 49
Tabel 4.3 Deskripsi Umur Mahasiswa ... 49
Tabel 4.4 Deskripsi Pemondokan di Yogyakarta ... 50
Tabel 4.5 Deskripsi Asal Daerah dari Papua ... 51
Tabel 4.6 Deskripsi Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) ... 52
Tabel 4.7 Kategori dan Interpretasi Variabel Motivasi Belajar ... 53
Tabel 4.8 Kategori dan Interpretasi Variabel Tingkat Penyesuaian Diri ... 55
Tabel 4.9 Kategori dan Interpretasi Variabel Prestasi Belajar ... 56
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Normalitas Data ... 58
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 73
Lampiran 2 Output Validitas dan Reliabilitas Motivasi Belajar ... 76
Lampiran 3 Output Validitas dan Reliabilitas Tingkat Penyesuaian Diri ... 79
Lampiran 4 Output Data Utama ... 82
Lampiran 5 Output Deskripsi Data ... 96
Lampiran 6 Output Uji Normalitas ... 98
Lampiran 7 Output Uji Linieritas ... 99
Lampiran 8 Output Uji Hipotesis (Regresi Linear Sederhana) ... 102
Lampiran 9 Tabel r ... 104
Lampiran 10 Tabel Sifnifikansi D maksimum ... 105
Lampiran 11 Tabel t ... 106
Lampiran 12 Tabel F ... 107
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pendidikan di Indonesia dewasa ini semakin meningkat dari tahun ke tahun. Laju perkembangan pendidikan tersebut tidak terlepas dari keberhasilan pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah. Pemerintah sejak dini telah berusaha memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, melalui lembaga-lembaga pendidikan dan kebudayaan. Peningkatan kualitas pendidikan ini bagi bangsa Indonesia merupakan suatu keharusan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi. Pada dasarnya pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah berorientasi pada pembangunan manusia Indonesia seutuhnya seperti yang tertuang di dalam GBHN. GBHN menempatkan bidang pendidikan yang beraneka ragam, dari tingkat yang sederhana sampai pada tingkat yang paling kompleks (Soelaiman, 1992:1-3).
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat mengembangkan segenap potensi yang melekat di dalam dirinya yaitu cipta, rasa, karsa, moral dan keterampilan yang pada waktu kelahirannya belum dipolakan dengan baik dan benar (Driyakara : 1986). Pendidikan nasional bangsa Indonesia tertuang di dalam Undang Undang Nomor 2 Tahun 1989 yang di dalamnya dijelaskan tentang sistem pendidikan nasional bangsa Indonesia. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Pengembangan manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik, memiliki kesehatan jasmani dan rohani, mempunyai kepribadian yang mantap serta rasa tanggung jawab besar terhadap masyarakat dan bangsa (Hadari Nawawi dan Mimi Martini : 1994)
Pada dasarnya pendidikan mempunyai manfaat yang sangat besar bagi manusia. Adapun manfaat pendidikan bagi manusia adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, menghantarkan manusia menuju pada perubahan sosial melalui proses interaksi sosial, dan untuk memenuhi tuntutan kejiwaan manusia karena pendidikan baru berakhir sesudah manusia itu mati (Muri Yusuf : 1982). Dengan adanya pendidikan, maka setiap manusia dapat melampaui kedewasaan fisiknya dengan baik. Kedewasaan fisik yang melekat di dalam diri setiap manusia inilah yang akan menghantarkan manusia mencapai taraf keberhasilan dalam bersosialisasi dengan lingkungan di mana dia berada. (Mardiatmaja : 1986).
tetangga sekitar ASEAN (Kompas, 14 April 2004). Hal ini tidak terlepas dari ketidakseriusan pemerintah dalam menerapkan sistem pendidikan yang cocok di Indonesia. Kurikulum pendidikan di Indonesia sering diganti. Muncul anggapan bahwa ganti menteri maka akan ganti pula kurikulum. Maka kita tidak perlu kaget bila sekarang mutu pendidikan kita tertinggal jauh dari negara-negara tetangga kita.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa selama ini pemerintah Indonesia telah berusaha semaksimal mungkin untuk memajukan kehidupan rakyat Indonesia dengan penyelenggaraan pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia dari masyarakat perkotaan sampai masyarakat pedesaan di berbagai pelosok tanah air.
Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibbin Syah : 1995). Tujuan dari penyelenggaraan pendidikan adalah untuk memajukan kehidupan setiap warga negara Indonesia. Menurut Masidjo (1991 : 10), tujuan pendidikan nasional adalah:
Pendidikan dapat berjalan lancar apabila manusia mau belajar secara sungguh-sungguh dan hal itu dapat dicapai bila seseorang memiliki motivasi yaitu suatu alasan yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar guna mencapai tujuan yang diinginkan dari kegiatan belajarnya. Motivasi yang ada pada diri seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti sarana dan fasilitas belajar, keuangan keluarga, lingkungan sekolah, pergaulan dan lingakungan tempat tinggal.
Pelaksanaan pendidikan dapat berjalan melalui jalur formal ataupun non formal. Jalur formal adalah pendidikan melalui tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Umum (SMU) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) serta dapat dilanjutkan dengan menempuh kuliah di tingkat Perguruan Tinggi. Sementara jalur pendidikan non formal, pemerintah menyelenggarakan pendidikan melalui program Kejar Paket A, B dan C sehingga tujuan untuk memajukan pendidikan Indonesia tercapai.
kapitalisasi menuntut sumber daya manusia handal yang mampu berkompetisi dengan tantangan era globalisasi ini.
Hal ini tentunya mendorong pelajar dan mahasiswa dari berbagai daerah mencari sekolah dan perguruan tinggi yang bagus dan bermutu dari segi kualitas. Maka pasti akan dipilih adalah daerah Jawa yang dianggap memiliki Perguruan-perguruan Tinggi yang bagus dan berkualitas dengan sarana prasarana yang mendukung. Tidak ketinggalan banyak pelajar dari ujung timur Indonesia, Papua yang selama ini tidak mendapat perhatian dalam segala bidang termasuk pendidikan datang mencari ilmu di daerah Jawa.
menempuh kuliah di Jawa khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta yang akan berpengaruh terhadap proses perkuliahannya.
Salah satu realita yang sering terjadi di lapangan berdasarkan data dari Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua, bahwa setiap tahun data mahasiswa yang datang ke Daerah Istimewa Yogyakarta lebih banyak jumlahnya daripada mahasiswa yang pulang ke Papua dengan membawa ijazah sarjana. Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, salah satunya adalah lamanya proses perkuliahan yang dilalului oleh seorang mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh motivasi belajar dan tingkat penyesuaian diri mahasiswa dalam mengikuti proses perkuliahan.
Pada saat seseorang memasuki lingkungan yang baru ia diharapkan dapat menyesuaiakan diri dengan lingkungan yang baru tersebut, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosialnya. Penyesuaian diri seorang calon mahasiswa dan mahasiswa di lingkungan yang baru menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Mahasiswa perlu memiliki berbagai keterampilan yang berkaitan dengan proses penyesuaian diri. Keterampilan itu antara lain adalah keterampilan menjalankan tata tertib dan adat-istiadat yang berlaku di daerah tersebut. Juga keterampilan menjalin relasi dengan masyarakat sekitarnya.
B. Batasan Masalah
mempengaruhi kegiatan belajar mahasiswa dan hal itu perpengaruh pada pencapaian hasil study. Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi pada faktor motivasi dan tingkat penyesuaian diri mahasiswa terhadap prestasi belajar.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar mahasiswa Papua terhadap prestasi belajar?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara tingkat penyesuaian diri mahasiswa Papua terhadap prestasi belajar?
D. Tujuan Penelitian
Adapun penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mahasiswa Papua.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian yang dilakukan ini adalah:
1. Memberikan sumbangan pemikiran penulisan ilmiah yang diharapkan dapat berguna untuk meningkatkan kualitas prestasi belajar mahasiswa Papua. 2. Sebagai bahan informasi dan refleksi bagi mahasiswa Papua dalam upaya
meningkatkan prestasi belajar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Motivasi Belajar 1. Motifasi
Motivasi berasal dari kata motif yang artinya daya upaya yang
mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dari kata motif tersebut
dapat diartikan sebagai daya penggerak dalam diri seseorang yang
menyebabkan seseorang itu bertindak untuk mencapai tujuan.
Menurut Mc. Donald seperti dikutip Sardiman, motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap tujuan (Sardiman, 1986:73).
Dari pengertian tersebut terlihat bahwa motivasi merupakan suatu hal yang
kompleks yang mana dalam diri seseorang terjadi perubahan energi yang
kemudian mempengaruhi perasaan dan emosi yang kemudian bertindak
melakukan sesuatu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan
sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau
mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman, 1986:73). Dalam
mengerjakan sesuatu, seseorang perlu memiliki motivasi karena dengan
motivasi yang kuat hasil pekerjaannya akan sesuai dengan keinginannya.
Motivasi dapat pula diartikan sebagai suatu tenaga dorongan atau
alasan kemauan dari dalam yang menyebabkan seseorang berbuat atau
bertindak yang mengarah ke tujuan yang hendak dicapai. Manusia berbuat
atau bertindak sesuatu karena adanya motivasi tertentu yang bekerja dalam
diri orang itu dalam mencapai tujuan. Jadi dalam segala perbuatan terdapat di
satu pihak daya yang mendorong dan di lain pihak tujuan yang dicapai
(Pasaribu dan Simanjuntak, 1983:52).
Motivasi yang ada pada setiap diri seseorang itu memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).
c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal, amoral dan sebagainya).
d. Lebih senang bekerja mandiri.
e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu).
g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu. h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal. (Sardiman, 1986 : 82-83)
Motivasi tidak bisa lepas dari kebutuhan, karena seseorang yang
melakukan sesuatu sedikit atau banyak ada kebutuhan dalam dirinya yang
tujuan dari perbuatan orang tersebut. Motivasi sangat penting bagi seseorang
dalam usahanya untuk mencapai tujuan atau memenuhi kebutuhannnya.
Tanpa motivasi maka suatu tindakan tidak akan bisa menghasilkan suatu hal
seperti yang diinginkan.
Kegiatan manusia tidak akan lepas dari kebutuhan. Kebutuhan itu
timbul karena adanya keadaan yang tidak seimbang, tidak sesuai atau rasa
ketegangan yang menuntut suatu kepuasan (Ngalim Purwanto, 1984:69).
Dalam hal ini ada beberapa kebutuhan yang selalu ingin dipenuhi, yaitu:
kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan
sebagainya; kebutuhan akan cinta dan kasih: kasih, rasa diterima dalam suatu
masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok); dan kebutuhan
untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha
mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi
(Sardiman, 1986:80).
Kebutuhan manusia seperti tersebut di atas setiap saat dapat berubah.
Begitu pula motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan, tentu juga akan
berubah sesuai dengan keinginan manusia.
Motivasi yang ada dalam diri seseorang dapat juga dibedakan menjadi
tiga golongan, yaitu:
1. Kebutuhan-kebutuhan organis, yaitu motif-motif yang
tubuh, seperti: lapar, haus, kekurangan zat pembakar, kebutuhan
bergerak dan beristirahat/tidur.
2. Motif-motif yang timbul sekonyong-konyong (emergency
motives), yaitu motif-motif yang timbul jika situasi menuntut
timbulnya tindakan yang cepat seperti motif berusaha melarikan
diri dari bahaya, berkelahi, mengejar dan berusaha.
3. Motif obyektif, yaitu motif yang diarahkan/ditujukan ke suatu
obyek atau tujuan tertentu dan timbul karena adanya dorongan dari
dalam diri seseorang, seperti motif menyelidiki, menggunakan
lingkungan.
Sementara itu menurut Frandsen, jenis-jenis motif ada tiga, yaitu:
a. Cognitive motives (daya penggerak pikiran);
Motif ini menunjukkan pada gejala intrinsic, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berujud proses dan produk mental. Jenis motif seperti ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.
b. Self – expression (ungapan diri);
Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia. Yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini memang diperlukan kreatifitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang itu ada keinginan untuk aktualisasi diri.
c. Self – enchancement (pengembangan diri);
Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. Dalam belajar dapat diciptakan suasana kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk mencapai suatu prestasi.
Motivasi juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motiv-motiv yang menjadi
aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam diri
setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu (Sardiman,
1986:88-89). Sebagai contoh seseorang yang senang membaca, maka ia akan
membaca buku tanpa ada yang menyuruh. Motivasi ini merupakan motivasi
atau keinginan yang muncul dari dalam diri seseorang untuk melakukan
tindakan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya
karena adanya perangsang dari luar (Sardiman. 1986:90). Sebagai contoh
seseorang belajar karena akan ada ujian dengan harapan mendapat nilai yang
baik sehingga dipuji oleh orang tuanya.
Motivasi instrinsik dan ekstrinsik sangat berpengaruh dalam
pencapaian tujuan dari suatu kegiatan seseorang. Meskipun motivasi intrinsik
lebih baik dari motivasi ekstrinsik tetapi motivasi dapat dipakai, misalnya
guru memberi pujian terhadap prestasi siswanya asalkan berdasarkan prestasi
yang nyata.
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi adalah dorongan yang ada pada diri seseorang untuk bertindak sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Tindakan itu bisa menerima ataupun
menolak. Apabila ia menerima maka ia akan melakukan kegiatan itu dengan
2. Belajar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan
serangkaian kegiatan, misalnya membaca, menulis, mengamati dan
mendengarkan. Dalam pengertian luas belajar dapat diartikan sebagai kegiatan
psiko-fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Sementara itu dalam
pengertian sempit belajar dapat diartikan sebagai usaha penguasaan materi
ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya
kepribadian seutuhnya (Sardiman, 1986:22-23).
Menurut Morgan, seperti dikutip Singgih D. Gunarso, belajar dapat
dirumuskan sebagai suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku
sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu (Singgih D. Gunarso,
1984:23). Dapat dikatakan bahwa setiap tingkah laku yang seseorang
perlihatkan merupakan hasil dari orang itu mempelajari baik mengenai
pelajaran-pelajaran sekolah maupun tentang nilai-nilai sosial di masyarakat.
Sementara itu menurut Slamento belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya (Slamento, 1988:2).
Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat
latihan dan pengalaman (Oemar Hamalik; 1990:189). Menurut Gage yang
dikutip oleh Ratna Wilis Dahar belajar dapat didefinisikan sebagai proses
(Ratna Wilis Dahar; 1989:11). Belajar merupakan bagian dari hidup manusia
yang terjadi seumur hidup dan dalam waktu yang tidak ditentukan. Hasil yang
diperoleh dari belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri
siswa yang dapat dilihat dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan,
sikap dan keterampilan. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang
berlangsung terus menerus. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka
ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis
(Slamento; 1988:3). Kecakapan menulis yang ia miliki tersebut akan terus
berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya lebih baik. Jadi belajar
merupakan hasil perkembangan antara sesuatu yang dipelajari dan
orang-orang yang mempelajari untuk memperoleh pengetahuan.
Kegiatan belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor intern
dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan meliputi:
1. Faktor Jasmaniah
Faktor ini ada dua, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh. Kesehatan
merupakan faktor yang penting dalam kegiatan belajar karena bila
kesehatan seseorang terganggu maka kegiatan belajar orang tersebut juga
terganggu. Karena itu seseorang perlu mengusahakan kesehatan badannya
terjamin sehingga ia dapat belajar dengan baik. Sementara itu cacat tubuh
bisa mengikuti kegiatan belajar. Karena itu bagi anak-anak cacat
disediakan sekolah khusus sehingga ia dapat belajar dengan lebih baik.
2. Faktor Psikologis
Faktor ini meliputi intelegensi, perhatian, minat, motif, bakat, kematangan
dan kelelahan. Faktor psikologis sangat berpengaruh bagi kelangsungan
kegiatan belajar. Bila psikologis seseorang dalam keadaan baik misalnya
ia tidak lelah atau ia tertarik untuk belajar maka ia dapat belajar dengan
baik dan dapat mencapai hasil belajar yang tinggi.
Faktor yang kedua adalah faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari
luar individu, yang meliputi:
1. Faktor Keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara
orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga
dan keadaan ekonomi keluarga (Slamento; 1988:62). Orang tua yang tidak
memperhatikan pendidikan anak atau orang tua yang mendidik anaknya
dengan memanjakan anaknya adalah cara yang salah. Dalam hal ini
bimbingan sangat diperlukan dan keterlibatan orang tua sangat
menentukan. Hubungan yang baik antara orang tua dengan anak juga
2. Faktor Sekolah
Faktor ini meliputi metode mengajar, kurikulum, hubungan siswa dengan
siswa, hubungan guru dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan
waktu, serta keadaan gedung.
3. Faktor Masyarakat
Faktor ini meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman
bergaul, bentuk kehidupan masyarakat. Semuanya itu berpengaruh
terhadap belajar anak.
Tujuan dari kegiatan belajar adalah pengumpulan pengetahuan,
penanaman konsep dan kecakapan serta pembentukan sikap dan perbuatan
(Winarno Surakhmand; 1973:61). Dari uraian tujuan belajar di atas menurut
Benyamin Bloom hasil belajar itu meliputi: (1) Kognitif, yang meliputi
pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesa dan evaluasi; (2)
Afektif, yang meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian atau penentuan sikap,
organisasi dan pembentukan pola hidup; (3) Psikomotorik, yang meliputi
persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan yang kompleks, penyesuaian
pola gerakan dan kreatifitas (Masidjo; 1991:13-14).
Pencapaian pengetahuan dalam kegiatan belajar ditandai dengan
kemampuan berpikir. Dengan memiliki kemampuan berpikir maka akan
menambah pengetahuan yang telah dimiliki. Dalam usaha menambah
pengetahuan yang telah dimiliki. Dalam usaha menambah pengetahuan bisa
pengetahuan. Untuk menanamkan konsep, perlu dimiliki keterampilan, baik
keterampilan jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmaniah adalah
keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan
menitikberatkan pada keterampilan gerak dan penampilan dari anggota tubuh
seseorang yang sedang belajar (Sardiman; 1986:29). Sedangkan keterampilan
rohani menyangkut persoalan-persoalan penghayatan dan berpikir serta
kreativitas untuk menyelesaikan suatu masalah dengan mencari jawaban cepat
dan tepat.
Dalam menanamkan sikap peran seorang guru sangat penting. Untuk
itu dibutuhkan kecakapan mengarahkan motivasi dan berpikir dengan tidak
lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh atau model
(Sardiman; 1986:29). Untuk menanamkan sikap dan perilaku yang baik maka
guru juga harus bersikap dan berperilaku yang baik supaya dapat dicontoh
oleh para siswanya.
3. Motivasi Belajar
Untuk mencapai tujuan belajar maka seseorang perlu memiliki
motivasi belajar sehingga ia mau belajar dengan sungguh-sungguh demi
perkembangan dirinya. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal yaitu
mengetahui apa yang akan dipelajari dan memahami mengapa hal tersebut
Motivasi sangat penting dalam hal kegiatan belajar. Menurut
Sardiman, motivasi berfungsi:
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi, guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan kegiatan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus tentau akan melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab tidak serasi dengan tujuan. (Sardiman; 1986:84-85).
Motivasi belajar sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri
siswa yanga menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan belajar
tersebut dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu, maka tujuan yang
dikehendaki oleh siswa tercapai W.S Winkel; 1984:27). Motivasi sangat
diperlukan dalam proses belajar karena dengan memiliki motivasi belajar
seseorang akan mengikuti kegiatan belajar dengan sungguh-sungguh untuk
mencapai tujuan belajar itu.
Dari beberapa uraian di atas, maka motivasi belajar dapat diartikan
sebagai dorongan yang ada dalam diri seseorang yang mendorong seseorang
tersebut mau melakukan kegiatan belajar. Dari kegiatan belajar tersebut maka
akan tampak hasil belajar yang berupa terjadinya perubahan-perubahan
manusia, baik penambahan ilmu pengetahuan juga keterampilan, perubahan
watak, sikap, minat dan penyesuaian dirinya.
B. Penyesuaian Diri
Setiap individu diharapkan dapat mengadakan penyesuaian diri terhadap
diri sendiri dan lingkungan, karena pada dasarnya hidup manusia tidak lepas dari
bantuan, dukungan dan kerja sama dengan orang lain. Dalam berhubungan
dengan orang lain, seseorang perlu menyesuaikan diri terhadap lingkungan
tempat tinggalnya. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh seseorang bertujuan
untuk memenuhi harapan dan tuntutan dari orang lain yang ada di sekitarnya.
Seseorang yang mampu melakukan penyesuaian diri dengan baik dianggap dapat
melakukan penyesuaian sosial terhadap lingkungan. Setiap individu diharapkan
memberikan reaksi yang tepat terhadap peristiwa yang dialaminya, mengatur
emosi, sikap dan tindakannya agar selanjutnya ia dapat mengembangkan dirinya.
Menurut Gerungan, penyesuaian diri sebagai suatu usaha dan kemampuan
individu dalam mengikuti tuntutan perubahan sosial di sekitarnya (A. Mappiere;
1982:156). Penyesuaian adalah mengubah diri sesuai dengan keadaan diri
(Gerungan W.A; 1986:55).
1. Penyesuaian Sosial
Manusia selalu membutuhkan bantuan dan pertolongan dari orang
sosial yang ada. Hubungan yang dilakukan manusia dalam penyesuaian
sosialnya adalah hubungan timbal balik dan saling melengkapi. Hurlock
(1991) menjelaskan, “penyesuaian sosial sebagai keberhasilan seseorang
untuk menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap
kelompok pada khususnya”.
2. Masalah-Masalah yang Menghambat Penyesuaian Diri
Menurut Kusumanto Kusumanegoro (2005) perilaku tidak hanya
tergantung pada dorongan motivasi diri, banyak hambatan dan halangan di
sekitar kita baik yang eksternal (luar diri kita) maupun internal (dalam diri
kita). Jika suatu dorongan atau keinginan manusia dihambat atau dihalangi,
akan timbul stres. Stres dapat dianggap sebagai suatu keharusan untuk
menyesuaikan diri, yang dibebankan pada individu. Keadaan, yang
merupakan kekuatan atau keharusan untuk menyesuaikan diri, dianggap
sebagai stressor yang dapat bersifat internal atau eksternal; biasanya tidak
hanya satu stressor saja yang membebani individu tetapi beberapa stressor
sekaligus. Sikap menyerang (attack), menarik diri (withdrawal) dan sepakat
berdamai (compromise) merupakan tindakan-tindakan yang dapat dianggap
langsung (direct) untuk menghadapi stres, dengan berbuat sesuatu sehingga
situasi aslinya dapat di "lunak"kan (modify) atau di "ubah" (change). Reaksi
menyerang (attack), reaksi agresi (mendobrak atau menyerang) atau reaksi
mencapai kepuasan. Banyak organisme bertindak agresif saat menjumpai
halangan; yang paling sering ialah tindakan memperkuat emosi yang
menjelma menjadi sikap permusuhan. Tetapi hanya sejumlah kecil situasi
stres saja yang dapat diatasi dengan cara demikian. Jika serangan langsung
tidak berhasil, dan frustasi tetap berlangsung, maka frustrasi, rasa tidak
senang dan rasa sakit hati dapat dihubungkan dengan berbagai pribadi atau
objek tertentu. Mereka itu kemudian dapat dijadikan sasaran dan sebab dari
frustasi dan blokade yang dialaminya. Dengan demikian, maka reaksi agresif
(yang semula hanya bersifat aktivitas yang bertambah dan serangan langsung)
kemudian diperkuat menjadi rasa benci. Sikap yang semula hanya berupa
keinginan menyerang dapat ditambah dengan kecenderungan merusak
(destroy). Jika individu merasa diperlakukan tidak adil, tidak disukai, atau
tidak diberi kesempatan maju seperti orang lain (yang dianggap sama dengan
dia), maka ia dapat menaikkan tegangan permusuhan, yang kemudian
menjadi perilaku delinquent (melawan hukum). Pencurian, perampokan,
perusakan, pembakaran, perilaku seksual yang melawan hukum, dan
penyerangan fisik terhadap orang-orang tertentu seringkali merupakan pola
perilaku pembangkang (defiant behavior).
Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap
orang selama tinggal dan hidup bersama orang lain. Seseorang dilahirkan
ada yang kurang pandai dalam penyesuaian diri. Hal ini ditegaskan oleh
Soetoe (1982:62), bahwa:
Tidak ada anak yang dilahirkan dengan sifat pandai menyesuaikan diri atau tidak pandai menyesuaikan diri. Kemampuan seseorang untuk dapat menyesuaikan diri secara fisik, mental dan emosional sering kali dipengaruhi, diarahkan oleh lingkungan tempat ia merasakan dan mengalami perkembangan kemampuannya untuk menyesuaikan diri.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dikatakan bahwa
penyesuaian diri merupakan suatu kebutuhan agar seseorang dapat berhasil untuk
menyesuaikan diri dengan orang lain dan terhadap kelompok serta lingkungan,
sehingga mampu mengikuti tuntutan perubahan sosial di sekitarnya. Jadi,
penyesuaian diri mahasiswa terhadap lingkungan adalah kebutuhan mahasiswa
untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, baik teman, tata nilai
budaya dan kehidupan kesehariannya.
C. Prestasi Belajar
Tingkat kemampuan siswa dalam proses belajar dapat diketahui dari
prestasi belajarnya. Prestasi belajar adalah hasil perubahan kemampuan siswa,
yang meliputi kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik (Sunaryo; 1993:10).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi diartikan sebagai suatu
hasil yang telah dicapai oleh siswa di dalam kegiatan belajar (Poerwodarminto;
1983:360). Prestasi belajar selalu berhubungan erat dengan evaluasi atau
terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilaksanakan di dalam sebuah lembaga
pendidikan (Sudjana; 1990:3).
Menurut Winkel, evaluasi yang dilakukan oleh guru dapat diartikan
sebagai penentu sampai seberapa jauh sesuatu itu menjadi berharga, bermutu,
atau bernilai (Winkel; 1987:313).
Sejalan dengan pengertian di atas, maka evaluasi/penilaian berfungsi
sebagai:
1. Alat mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional. Dimana dengan
adanya fungsi ini maka penilaian harus mengacu kepada rumusan-rumusan
tujuan instruksional.
2. Umpan balik (feed back) bagi perbaikan proses belajar-mengajar. Perbaikan
dilakukan dalam hal tujuan instruksional, dimana di dalamnya meliputi
kegiatan belajar siswa, strategi belajar guru dan lain-lainnya.
3. Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya.
Dalam laporan tersebut dikemukakan kemampuan dan kecakapan belajar
siswa dalam berbagai bidang studi dalam bentuk nilai-nilai prestasi yang
dicapainya.
Maka dengan kata lain, terdapat hubungan yang erat antara
evaluasi/penilaian dan prestasi belalar. Karena dengan adanya evaluasi/penilaian
yang dilakukan maka dapat digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan seseorang
D. Kerangka Berpikir
Prestasi belajar yang diperoleh mahasiswa dipengaruhi oleh motivasi
mahasiswa dalam belajar. Motivasi merupakan daya penggerak dari dalam diri
mahasiswa untuk melakukan kegiatan belajar. Selain sebagai daya penggerak
motivasi juga berfungsi untuk mengarahkan dan memperkuat tingkah laku
mahasiswa. Motivasi yang mendorong mahasiswa untuk belajar terbagai menjadi
dua, yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
Mahasiswa yang belajar atas kemauannya sendiri akan melakukan
kegiatan secara sungguh-sungguh. Kegiatan belajar dalam hal ini meliputi belajar
di kampus, perpustakaan, kos/kontrakan. Mahasiswa dengan sukarela mau belajar
untuk mencapai hasil belajar yang tinggi. Sedangkan mahasiswa yang belajar atas
dorongan dari luar diri mahasiswa tidak akan belajar sunguh-sunguh. Sebagai
contoh mahasiswa belajar karena ada tugas dari dosen atau karena akan ada ujian.
Motivasi sangat penting dalam proses belajar mengajar untuk mencapai
hasil belajar yang baik, karena motivasi diperlukan untuk membangun dan
meningkatkan keinginan para mahasiswa untuk lebih tekun dalam belajar.
Penyesuaian diri mahasiswa juga diperlukan dalam mengikuti proses
perkuliahan di tempat baru. Penyesuaian diri termasuk pada lingkungan tempat
tinggal, lingkungan tempat belajar atau kuliah. Penyesuaian diri yang baik akan
membuat mahasiswa menjadi nyaman dalam belajar sedangkan penyesuaian diri
siapapun di tempat baru, sehingga proses perkuliahan yang sedang dijalani akan
terganggu dan hal ini berpengaruh terhadap hasil prestasi belajar.
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka dapat
diajukan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar mahasiswa Papua
terhadap prestasi belajar.
2. Ada pengaruh yang signifikan antara tingkat penyesuaian diri mahasiswa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah studi kasus, yaitu suatu penelitian
yang mendalam mengenai unit sosial tertentu yang menghasilkan gambaran yang
berlaku untuk jangka waktu tertentu, karena mengumpulkan data dan analisis data
yang dilakukan pada waktu tertentu. Studi kasus pada dalam penelitian ini adalah
mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di pemondokan seperti asrama-asrama,
kos-kosan dan kontrakan-kontrakan yang dihuni oleh mahasiswa-mahasiswi yang
berasal dari Papua dan sedang menempuh kuliah di Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2008.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subyek menurut Suharsimi (1990:130) adalah benda, hal atau orang
tempat variabel penelitian melekat. Mereka berperan sebagai pemberi
informasi yang berhubungan dengan obyek penelitian. Subyek dalam
penelitian ini adalah mahasiswa Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah motivasi, penyesuaian diri dan
prestasi belajar.
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang dapat terdiri dari,
manusia, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa sebagai sumber
data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Wasito,
1997:49)
Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Papua yang ada di
Dearah Istimewa Yogyakarta yang berjumlah 1.873 orang, yang terdiri dari
Wamena 215 orang, Jayapura 132 orang, Biak 134 orang, Serui 158 orang,
Nabire 253 orang, Paniai 82 orang, Manokwari 138 orang, Sorong 192 orang,
Fak-fak 197 orang, Timika 182 orang dan Merauke 190 orang.
2. Sampel
Untuk menentukan jumlah sampel digunakan menurut pendapat
Suharsimi (2006:134) yang menyatakan bahwa apabila populasi lebih dari
100, maka jumlah yang diambil sebanyak 10% - 15%. Dalam penelitian ini,
a. Peneliti memiliki keterbatasan dalam waktu, tenaga dan dana.
b. Wilayah pengamatan relatif sempit yaitu wilayah Daerah Istimewa
Yogyakarta.
c. Risiko yang harus ditanggung peneliti kecil.
3. Teknik Penarikan Sampel
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel 5% dari jumlah
populasi sebesar 1873 yakni 94 sampel. Untuk mengantisipasi kekurangan
pengembalian sampel, maka kuesioner disebar berjumlah 97 dan semuanya
kembali.
E. Operasionalisasi Variabel
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu motivasi
belajar dengan tingkat penyesuaian diri, dan satu variabel terikat yaitu
prestasi belajar mahasiswa.
2. Definisi Operasional
Definisi operasional dari ketiga variabel di atas adalah:
a. Motivasi belajar diartikan keinginan dalam diri mahasiswa untuk secara
aktif mengikuti kegiatan belajar baik di kampus dan perpustakaan dan
juga di asrama atau pemondokan.
b. Penyesuaian diri diartikan sebagai suatu usaha dan kemampuan
c. Prestasi belajar yang dimaksud adalah hasil dari kegiatan belajar yang
berupa IPK dari transkrip nilai mahasiwa.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kuantitatif angka dipakai sebagai data yang digunakan
untuk alat ukur penelitian. Untuk memperoleh data penelitian ini digunakan
instrumen berupa kuesioner dan dokumentasi. Untuk memperoleh data motivasi
belajar dan tingkat penyesuaian diri digunakan kuesioner dengan skala Likert
dengan skor berurutan 5,4,3,2 dan 1. Sedangkan untuk memperoleh data prestasi
belajar mahasiswa digunakan dokumentasi berupa nilai IPK dari transkrip nilai
semester ganjil pada tahun akademik 2007/2008. Pengumpulan data dilaksanakan
selama 1 minggu dari tanggal 2 sampai dengan 8 Agustus 2008.
G. Teknik Pengujian Istrumen
1. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini alat pengukur data memakai kuesioner yang
berisi pertanyaan-pertanyaan dan alternatif jawaban. Data yang diperoleh
dinamakan data interval. Data interval menunjukkan adanya jarak antara data
yang satu dengan yang lain, jadi interval artinya jarak (Arikunto; 2003:360).
Untuk mendapatkan data yang dapat dipercaya dan
Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel dilakukan uji coba alat
pengukur data.
2. Pengembangan Instrumen
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Kuesioner
NOMOR BUTIR VARIABEL SUB
VARIABEL
SUB SUB
VARIABEL INDIKATOR
+ -
Motivasi Belajar
Instrinsik Motivasi dari
diri sendiri
• Jadwal belajar
• Mencatat hal-hal yang penting • Senang dan tidak bosan
mendengarkan penjelasan dosen • Merasa malu bertanya pada
teman
• Keinginan untuk mencapai cita-cita dengan belajar
• Pantang menyerah terhadap soal yang sulit
• Merasa cukup pandai dalam mata kuliah di kampus • Senang bila bila dosen
memberikan soal yang sulit • Berupaya untuk mengerjakan
semua soal/PR dari dosen • Bertanya tentang materi yang
tidak dimengerti
• Menyimak dengan seksama penjelasan dari dosen
• Berusaha datang ke kampus tiap hari
• Membaca dan memahami buku
mata kuliah
• Mengabaikan tugas-tugas kampus
• Kegiatan kuliah di kampus hanya untuk memperoleh ijazah • Menyukai rutinitas kegiatan
kuliah di kampus
1 2 3 4 5,6,7 8 9 10 11 12 13 14 15 18 16 17
Ekstrinsik Motivasi dari
luar diri
• Tertantang melihat teman lain berprestasi
• Dukungan dosen dalam belajar
19
Penyesuaian Diri
Penyesuain Sosial
Di kampus • Merasa tersaingi bila teman memakai pakaian lebih baik dari saya
• Merasa iri dan rendah diri bila melihat teman yang cakep • Berteman dengan semua orang
tanpa memandang status dan budaya
• Tidak menyukai kegiatan keorganisasian
• Lebih suka menyendiri di kampus
• Membagi kegembiraan saya bersama teman-teman • Bersikap kasar dan membuat
teman menjauhi saya
• Membenci teman yang mengejek saya 4 8 2 3 6 7 18 19
Di luar
kampus
• Membeli pakaian baru yang sedang ‘trend’
• Menghabiskan waktu luang dengan berkumpul bersama-sama teman
• Mematuhi aturan-aturan dalam kelompok
• Mudah bergaul dengan siapa saja • Tertarik berkumpul dengan
orang-orang yang belum dikenal • Menghindari acara-acara yang
diikuti banyak orang
• Membantu orang lain dengan tulus
• Sopan terhadap orang yang lebih tua
• Menghormati kepentingan pribadi teman dekat
• Sulit bergaul dengan teman yang berjenis kelamin lain
• Berusaha terlibat dalam urusan pribadi orang lain
• Mudah gugup bila berbicara di hadapan banyak orang
3. Validitas Instrumen
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen
yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur (Arikunto;
1989:359). Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim, validitas berkenaan dengan
ketepatan alat ukur terhadap konsep yang akan diukur, sehingga betul-betul
mengukur apa yang seharusnya diukur (Arikunto; 1989:219). Validitas
instrumen dilakukan untuk mengetahui validitas dari soal yang akan dipakai,
maka perlu dilakukan uji coba. Teknik yang dipakai untuk mengetahui
validitas tiap soal adalah dengan rumus korelasi product moment dengan
angka kasar, yaitu:
(
)( )
(
)
{
∑
∑
−∑
∑
}
{
∑
∑
−( )
∑
}
− = 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N xy rrxy = Korelasi product moment
N = Jumlah responden X = Nilai setiap item variabel Y = Nilai total variabel
a. Validitas Instrumen Motivasi Belajar
Uji validitas untuk tiap item bertujuan untuk mengetahui dukungan
setiap item terhadap skor total. Hasil uji coba validitas instrumen motivasi
belajar dengan soal 20 butir ada 13 butir soal yang valid sedangkan 7 butir
soal gugur yaitu soal nomor 1, 4, 15, 16, 17, 18 dan 20.
Untuk mengetahui validitas instrumen (kuesioner) terlebih dahulu
validitas dicari koefisien validitas yang diperoleh dengan jalan
mengkorelasikan skor yang ada dengan skor total. Setiap item pertanyaan
dalam kuesioner dikatakan valid apabila rhitung lebih besar daripada rtabel,
dengan menggunakan taraf signifikansi 5%. Uji validitas menggunakan
sejumlah sampel berukuran n = 45 dan 20 item kuesioner yang dijawab
oleh responden dengan dk = n-2 (dk = 45-2 = 43), sehingga r tabel (0,05;43)
= 0,196. Untuk menentukan apakah instrumen ini valid atau tidak maka
ketentuanya sebagai berikut:
Tabel 3.2
Rangkuman Hasil Uji Validitas Variabel Motivasi Belajar
No. Item rhitung rtabel Keterangan
1 0,179 0,196 Tidak Valid
2 0,321 0,196 Valid 3 0,256 0,196 Valid
4 -0,098 0,196 Tidak Valid
5 0,440 0,196 Valid 6 0,317 0,196 Valid 7 0,545 0,196 Valid 8 0,357 0,196 Valid 9 0,315 0,196 Valid 10 0,435 0,196 Valid 11 0,476 0,196 Valid 12 0,487 0,196 Valid 13 0,360 0,196 Valid 14 0,304 0,196 Valid
15 0,172 0,196 Tidak Valid
16 0,201 0,196 Tidak Valid
17 0,161 0,196 Tidak Valid
18 0,118 0,196 Tidak Valid
19 0,464 0,239 Valid
b. Validitas Instrumen Tingkat Penyesuaian Diri
Uji validitas untuk tiap item bertujuan untuk mengetahui dukungan
setiap item terhadap skor total. Hasil uji coba validitas instrumen
penyesuaian diri dengan soal 20 butir ada 7 butir soal yang valid
sedangkan 13 butir soal gugur yaitu soal nomor 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13,
14, 15, 17, 19 dan 20.
Untuk mengetahui validitas instrumen (kuesioner) terlebih dahulu
item instrumen di ujicobakan pada 45 responden. Dalam pengujian
validitas dicari koefisien validitas yang diperoleh dengan jalan
mengkorelasikan skor yang ada dengan skor total. Setiap item pertanyaan
dalam kuesioner dikatakan valid apabila rhitung lebih besar daripada rtabel,
dengan menggunakan taraf signifikansi 5%. Uji validitas menggunakan
sejumlah sampel berukuran n = 45 dan 20 item kuesioner yang dijawab
oleh responden dengan dk = n-2 (dk = 45-2 = 43), sehingga r tabel (0,05;43)
= 0,196. Untuk menentukan apakah instrumen ini valid atau tidak maka
ketentuanya sebagai berikut:
Tabel 3.3
Rangkuman Hasil Uji Validitas Variabel Tingkat Penyesuaian Diri
No. Item rhitung rtabel Keterangan
1 0,212 0,196 Valid 2 0,197 0,196 Valid 3 0,316 0,196 Valid
4 0,138 0,196 Tidak Valid
5 0,162 0,196 Tidak Valid
7 0,338 0,196 Valid
8 -0,141 0,196 Tidak Valid
9 0,090 0,196 Tidak Valid
10 0,137 0,196 Tidak Valid
11 0,156 0,196 Tidak Valid
12 -0,022 0,196 Tidak Valid
13 0,267 0,196 Tidak Valid
14 -0,111 0,196 Tidak Valid
15 -0,167 0,196 Tidak Valid
16 0,410 0,196 Valid
17 0,193 0,196 Tidak Valid
18 0,239 0,196 Valid
19 0,017 0,239 Tidak Valid
20 0,083 0,239 Tidak Valid
4. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas berhubungan dengan hal kepercayaan. Reliabilitas alat
ukur adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang
diukurnya (Sudjana; 1989:120). Pengujian reliabilitas digunakan rumus Alpha
Cronbach dengan taraf signifikansi 5% (Suharsimi Arikunto, 1990:236).
−
−
=
∑
σ
σ
2 21
1
t b ttk
k
r
Keterangan :rtt = Reliabel instrumen yang dicari
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑
σ
2b = Jumlah varians butir
σ
2t = Varians total
Besarnya r dapat dihitung dengan menggunakan korelasi dengan
tersebut dapat dikatakan reliabel, begitu sebaliknya jika rhitung lebih kecil dari
rtabel maka soal tersebut tidak reliabel.
Berikut ini interprestasi koefisien korelasi nilai r (Sugiyono; 2001:183)
Tabel 3.4
Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,199 Sangat rendah
0,20-0,399 Rendah 0,40-0,599 Sedang 0,60-0,799 Kuat
0,80-1,000 Sangat kuat
Hasil perhitungan menunjukan bahwa koefisien alpha (rhitung) untuk
variabel motivasi belajar sebesar 0,781 dan koefisien alpha (rhitung) untuk
variabel penyesuaian diri sebesar 0,780. Harga rhitung selanjutnya
dibandingkan dengan harga rtabel sebesar 0,60. Mengingat nilai rhitung untuk
variabel motivasi belajar dan variabel penyesuaian diri berada pada taraf
0,60-0,799 maka dapat dikatakan bahwa variabel motivasi belajar dan variabel
penyesuaian diri ini mempunyai taraf reliabilitas kuat.
Dari perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut
sudah dianggap memenuhi kedua persyaratan instrumen yang baik yaitu valid
dan reliabel, sehingga instrumen motivasi belajar dan penyesuaian diri dapat
H. Teknik Analisis Data
Berdasarkan pada permasalahan dan hipotesis yang telah dikemukakan
maka untuk menguji hipotesis yang dinyatakan dalam variabel bebas dan terikat
digunakan Analisis Varians dua jalan. Analisis ini dapat menunjukkan secara
bersama-sama tingkat pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar dan
tingkat penyesuaian diri terhadap prestasi belajar mahasiswa, serta interaksi
antara motivasi belajar dan tingkat penyesuaian diri yang mempengaruhi prestasi
belajar mahasiswa.
Teknik Analisis Varians ini harus memenuhi syarat:
l. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah melakukan pengujian terhadap normal tidaknya
sebaran data yang akan dianalisis. Untuk melakukan uji normalitas digunakan
uji Kolmogorov Smirnov yang statistik ujinya adalah:
Tolak Ho, terima HA jika D ≥ Da
Terima Ho tolak HA jika D < Da
Harga D tabel dicari dari (misalkan level signifikan: a = 0,05):
, 36 , 1 2 1 2 1 05 , 0 n n n n D + + = Keterangan:
Data Tidak Normal
Apabila data tidak berdistribusi normal maka uji statistis yang digunakan
adalah Chi Kuadrat, dengan rumus sebagai berikut :
(
)
2 2 =∑
−h h o f f f χ
Keterangan: χ2 = menguji signifikasi perbedaan frekuensi yang diobservasi
f0 = frekuensi yang diperoleh berdasarkan data
fh = frekuensi yang diharapkan
fh diperoleh dari rumus sebagai berikut
( )( )
N ng nk fh =
Keterangan: nk = jumlah kategori
ng = jumlah golongan
N = jumlah total
Untuk menemukan derajat kebebasan digunakan rumus: db = ( b – 1 ) ( k – 1 )
Harga Chi-kuadrat selanjutnya dibandingkan dengan harga Chi-kuadrat yang
terdapat ditabel. Jika harga χ2 hitung < χ2 tabel, maka Ho diterima, jika harga
χ2
hitung > χ2 tabel, maka Ho ditolak.
Untuk memperoleh fh digunakan rumus:
baris jumlah seluruhnya jumlah kolom jumlah
fh= ×
a. Menemukan statistik uji χ2 dengan derajat kebebasannya df =
(baris-1)(kolom-1). Maka dengan baris sebanyak 10 dan kolom sebanyak 2,
hanya perlu menghitung 9 sel saja dan sel-sel yang lain akan terisi dengan
sendirinya.
b. Berdasar tabel fo dan fh yang ada dapat dihitung χ2 dengan derajat
signifikan 5% serta df =9, maka didapat kesimpulan sebagai berikut :
1) Apabila χ2hitung < χ2tabel, maka Ho diterima.
2) Apabila χ2 hitung >χ2tabel, maka Ho ditolak.
Syarat-syarat Chi-Kuadrat adalah sebagai berikut :
a. Chi-Kuadrat hanya dapat menunjukkan apakah korelasi antara dua gejala
atau lebih signifikan atau tidak.
b. Chi-Kuadrat dapat digunakan untuk menganalisa data yang berwujub
frekuensi.
c. Chi-Kuadratpaling tepat digunakan pada data yang diperoleh dari sampel
dan kategori-kategori yang terpisah satu sama lain.
d. Chi-Kuadratdapat digunakan untuk menilai data kualitatif
Besarnya pengaruh motivasi belajar dan penyesuaian diri terhadap prestasi
belajar, maka digunakan koofisien kontigensi dengan rumus sebagai berikut
(Suharsimi Arikunto,1989:232):
N KK
+ = 2 2
χ χ
Keterangan: KK = koefisien kontigensi
χ2
= harga Chi-kuadrat yang diperoleh
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya, maka perlu membandingkan
hasil KK dengan KKmaks. Rumus KKmaks (Sutrisno Hadi, 2000:357)
pembanding tersebut sebagai berikut :
k k KKmaks
1
− =
Keterangan: KKmaks = harga KK paling besar
k
= jumlah kolomKKmaks merupakan batasan taraf signifikan yang paling besar, semakin dekat
jumlah KK mendekati KKmaks semakin besar tingkat pengaruh yang terjadi
yang telah dihitung dengan Chi-kuadrat.
Tabel 3.5 Interpretasi
No Harga Nilai koefisien Tingkat
Keterhandalan
1 KK maks ≥ 0,80 Sangat tinggi 2 KK maks 0,60 < 0,80 Tinggi 3 KK maks 0,40 < 0,60 Sedang 4 KK maks 0,20 < 0,40 Rendah 5 KK maks < 0,20 Sangat rendah
2. Uji Linearitas
Uji lineritas dilakukan dilakukan untuk mengetahui apakah variabel
independen (X) mempunyai pengaruh yang linear terhadap variabel dependen
(Y). Untuk mengetahui linear tidaknya pengaruh tersebut dapat dilakukan
Ftabel, maka hipotesis model regresi linear ditolak, dan sebaliknya jika Fhitung <
Ftabel, maka hipotesis model regresi linear diterima. Artinya, semua variabel
independen (X) berhubungan secara linear dengan variabel dependen (Y).
Adapun rumus yang digunakan dalam uji lenearitas ini adalah:
F = 2
2
Se SΤ C
Keterangan:
F = Harga bilangan F untuk garis regresi
ST2c = Varians tuna cocok Se2 = Varians kekeliruan
3. Uji Hipotesis
Untuk keperluan pengujian hipotesis ini, digunakan uji statistik
inferensial, yaitu dengan menggunakan regresi sederhana karena didasarkan
pada hubungan fungsional ataupun kausal satu variabel independen dengan
satu variabel dependen. Kriteria penerimaan clan penolakan terhadap hipotesis
didasarkan pada taraf signifrkansi 5%. Analisis data dilakukan dengan
menggunakan program SPSS.
a. Pengujian Hipotesis I
Untuk menguji hipotesis pertama digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menyusun Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ho1 = Tidak ada