AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL DAUN
PAPASAN (Coccinia grandis (L.) Voigt) PADA
TIKUS PUTIH GALUR WISTAR
NASKAH PUBLIKASI
Oleh:
MISS A-ESOH SAWEE K 100 110 144
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
SURAKARTA
1
AKTIVITAS ANTIDIABETES EKSTRAK ETANOL DAUN PAPASAN
(Coccinia grandis (L.) Voigt) PADA TIKUS PUTIH GALUR WISTAR
ANTIDIABETIC ACTIVITIES OF ETHANOLIC EXTRACT IVY GOURD LEAF (Coccinia grandis (L.) Voigt) IN WHITE RATS WISTAR
Miss A-esoh Sawee dan Tanti Azizah Sujono
Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A Yani Tromol Pos 1, Pabelan Kartasura Surakarta 57102
Telp.(0271)717417
ABSTRAK
Diabetes melitus menjadi permasalahan kesehatan dunia karena tingginya morbiditas maupun mortalitas yang ditimbulkan. Daun papasan (Coccinia grandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang mengandung saponin, flavonoid yang memiliki efek menurunkan tekanan darah. penelitian tentang daun papasan (Coccinia grandis) masih sangat terbatas.Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui potensi ekstrak etanol daun papasan terhadap efek penurunan kadar glukosa darah tikus yang diinduksi Aloksan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan penelitian
pre and post test control group design. Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus diinduksi diabetes menggunakan aloksan 150 mg/kgBB secara ip. Dibagi menjadi 5 kelompok hewan uji yaitu kelompok kontrol negatif, kontrol positif, dan 3 kelompok perlakuan dengan tingkatan dosis 50 mg/kgBB, 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB. Pengukuran kadar gula darah pada hari ke-0, ke-4 dan ke-11. Pengukuran kadar glukosa darah menggunakan spektrofotometer visible pada λ= 500 nm. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tiga tingkatan dosis ekstrak daun papasan 50, 100 dan 200 mg/kgBB, mampu menurunkan kadar glukosa darah dengan bermakna setelah diberi perlakuan ekstrak selama 7 hari.
Kata kunci : Coccinia grandis, ekstrak etanol daun papasan, antidiabetes.
ABSTRACT
Diabetes mellitus become a global health problem because of the high morbidity and mortality caused. Gourd leaf (Coccinia grandis) is one of the members Cucurbitaceae containing saponins, flavonoids which have the effect of lowering blood. Research on the leaf gourd (Coccinia grandis) is still very limited. This research aimed to determine the potential of ethanolic extract of leaf gourd to the effects of a decrease in blood glucose levels induced mice Alloxan. This research used experimental methods to study the design of pre and posttest control group design. This study uses 25-induced diabetic rats using alloxan 150 mg/ kg bw ip. Divided into 5 groups of animals that test negative control group, positive control, and 3 groups treated with a dose level of 50 mg / kg, 100 mg / kg and 200 mg / kg. Measurement of blood sugar levels on days 0, 4th and 11th. Measurement of blood glucose levels using visible spectrophotometer λ = 500 nm . The test results showed that the leaf extract three dose levels gourd leaf 50, 100 and 200 mg / kg bw. able to lower blood glucose levels with significantly after treated for 7 days.
2
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM) atau kencing manis telah menjadi masalah kesehatan yang
besar. Dari studi prevalensi global diabetes pada populasi orang dewasa ( berusia 20-79
tahun) pada tahun 2013 telah mencapai 382 juta orang di dunia (IDF, 2013). Diabetes
mellitus disebabkan karena kekurangan hormon insulin yang berfungsi sebagai perubah
glukosa menjadi energi dan mensintesa lemak (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005),
akibatnya glukosa bertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya dieksresikan
lewat kemih (glikosuria) tanpa digunakan. Karena itu, produksi kemih sangat meningkat
dan mengakibatkan mengeluarkan air seni, merasa amat haus, berat badan menurun dan
berasa lelah (Tjay dan Rahardja, 2007).
Ada beberapa jenis Diabetes Mellitus yaitu DM tipe I, DM tipe II, DM tipe
Gestasional (diabetes di saat kehamilan), dan DM tipe lainnya (Soegondo,dkk., 2005).
Jenis diabetes mellitus yang paling banyak ditemukan adalah DM tipe 2. Penderita diabetes
tipe-2 adanya sekitar 90-99% dari seluruh penderita diabetes (Hartini, 2009). Diabetes
mellitus tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan meningkatnya
gula dalam darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas atau gangguan
fungsi insulin (resistensi insulin) (Depkes, 2005).
Pengobatan yang biasa diberikan pada penderita DM bertujuan untuk
mengendalikan kadar glukosa darah agar selalu berada dalam kondisi normal. Menurut
Murray et al., (1999) pemberian obat antidiabetik oral dapat menurunkan kadar glukosa
darah penderita DM, sedangkan Baraas (1993), menyatakan bahwa pengaturan makanan
dan olahraga juga dapat membantu penyembuhan penderita DM. Salah satu upaya dalam
penanganan diabetes mellitus adalah dengan menggunakan tumbuhan sebagai obat
alternatif. Salah satu tumbuhan yang memiliki efek menurunkan kadar glukosa dalam
darah adalah daun papasan (Ramachandran & Subramaniam 1983).
Papasan adalah suatu tanaman merambat famili Coccinia grandis L. milik familia
Cucurbitaceae umumnya dikenal sebagai Ivy Labu dalam bahasa Inggris, Kovai di Tamil,
Kovakka di Malayalam, Kundru di Hindi. Banyak masyarakat di india dan afrika
memanfaatkan daun papasan sebagai obat diabetes (Ramachandran & Subramaniam 1983).
Menurut penelitian dari U.A Deokateet et al., (2012), daun papasan(Coccinia grandis L )
mempunyai efek aktivitas hambatan enzim glukosa-6-fosfatase dan memiliki aktivitas
antioksidan, yang dapat dikaitkan dengan efek protektif terhadap pada peroksidasi lipid
dan efek meningkatkan pertahanan antioksidan seluler berkontribusi terhadap perlindungan
3 mempunyai efek antiinflamasi, analgesik dan aktivitas antipiretik. Tanaman papasan
mengandung saponin, flavonoid, sterol. Saponin dan flavonoid yang ditemukan
bertanggung jawab untuk aktivitas antidiabetes ( Deokateet et al., 2012),
Sebagian besar penelitian daun papasan dilakukan pada negara India, sedangkan
beberapa negara di Asia Tenggara seperti Indonesia digunakan sebagai sayuran.
Berdasarkan hal tersebut penelitian ini ingin mengetahui aktivitas antidiabetites terhadap
daun papasan yang berasal dari negara Indonesia. Penelitian ini menggunakan tikus wistar
yang diinduksi hiperglikemia dengan pemberian aloksan sebagai model percobaan. Tikus
wistar dipilih sebagai model percobaan karena metabolisme dalam tubuhnya serta rentang
kadar glukosa darah normal yang dimiliki mirip dengan manusia ( Sugiyanto, 1995).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai manfaat ekstrak
etanol daun papasan yang berasal dari negara Indonesia sebagai obat antidiabetes
dikarenakan penelitian tentang daun papasan masih sangat terbatas.
METODE PENELITIAN
A. Kategori dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental, dengan menggunakan
rancangan pre and post test control group design untuk mengetahui potensi ekstrak etanol
daun papasan dalam menurunkan kadar gula darah pada tikus putih.
B.Variabel Penelitian
Terdapat 3 variabel uji dalam penelitian ini yaitu;
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis ekstrak etanol daun papasan
2. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah kadar glukosa serum darah tikus
3. Variabel Terkontrol:
a. Hewan Uji : tikus putih jantan galur Wistar berumur 8-12 minggu, sehat dengan
berat badan ±150-250 gram.
b. Metode Penyarian : maserasi.
c. Larutan Penyari : etanol 96%.
d. Tanaman Uji : daun papasan yang muda (Daerah karangasem)
C.Alat Dan Bahan yang Digunakan
1. Alat
Alat yang digunakan untuk pembuatan ekstrak adalah neraca analitik, maserator,
4 cawan porselen, dan waterbath. Alat yang digunakan untuk penanganan hewan uji adalah
timbangan tikus, sonde oral, tabung eppendorf, scalpel no.20, jarum suntik dan spuit
dispossable, mikropipet, blue tip dan yellow tip, kandang tikus, tempat minum tikus, pipet
tetes, sentrifugator, bekker glass, kuvet dan spektrofotometri UV-Vis, vortex (StarDust
FC15), sarung tangan, dan masker
2. Bahan
a. Bahan tumbuhan yang digunakan adalah daun papasan
b. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Wistar berumur 8-12 minggu
dengan berat badan ±150-250 gram.
c. Bahan untuk pengukur kadar glukosa darah GOD-PAP (Glucose Oksidase Phenol
4-Aminoantipirin) dari DSI (Diagnosa Systems Internasional)
d. Bahan kimia yang digunakan adalah reagen kit Glucose, aloksan monohidrat (Sigma
Aldrich), aqua bidestillata / water for injection (WFI)
e. Glibenklamid ( Generik )
f. Pelarut yang digunakan adalah etanol 96%,
D.Jalannya Penelitian
1. Determinasi Daun Papasan
Determinasi tanaman ini adalah untuk menetapkan kebenaran sampel daun papasan
yang berkaitan dengan ciri-ciri makroskopis dengan mencocokkan ciri-ciri morfologi
tanaman terhadap pustaka. Tanaman ini dideterminasi di laboratorium Biologi FKIP
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
2. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Papasan
Sampel dibersihkan dari pengotor, di keringkan dengan oven,.dihaluskan dengan
menggunakan blender sampai diperoleh serbuk daun papasan lalu Sampel lalu ditimbang
Ekstrak dibuat dengan cara maserasi dengan menggunakan etanol 96%. 400 gram
serbuk daun papasan direndam dengan 2,4 litter etanol 96% dengan perbandingan (1:6).
Daun papasan didiamkan selama 3 hari dengan sesekali diaduk. Ekstrak etanol kemudian
disaring menggunakan corong Buchner dan diuapkan menggunakan rotary evaporator.
Kemudian ekstrak etanol yang diperoleh diuapkan pada water bath sehingga diperoleh
ekstrak kental.
5 3. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Papasan
a. Pembuatan Model Tikus Diabetes
Dua puluh lima ekor tikus dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan. Langkah pertama
yang dilakukan adalah mengukur kadar glukosa darah tikus pada hari ke-0 (glukosa darah
pre aloksan) yang sebelumnya tikus dipuasakan dulu selama 16 jam. Pengambilan darah
dilakukan melalui vena lateralis yang terdapat di ekor tikus sebanyak 0,5 mL lalu
ditampung di tabung ependorf dan kemudian disentrifuse menggunakan minispin selama
15 menit dengan kecepatan 12.000 rpm untuk mendapatkan serumnya. Selanjutnya
supernatannya diambil dengan menggunakan mikropipet sebanyak 10 µL dimasukkan ke
dalam kuvet lalu ditambah 1000,0 µL campuran pereaksi DiaSys dan diinkubasi selama
10 menit pada suhu ruang. Kemudian blanko, standar dan sampel dibaca serapannya
menggunakan spektrofotometer visibel λ= 500 nm.
Gambar 1.Reaksi pembentukan warna pada penetapan kadar glukosa darah metode enzimatik (Diasys,1999).
Selanjutnya 25 ekor tikus diinjeksi aloksan monohidrat dengan dosis 150 mg/kg BB
secara intraperitoneal (Sujono dan Munawaroh, 2009). Setelah induksi aloksan 4 jam pada
hari pertama diberikan air gula ( Lenzen, 2008). Setelah 4 hari diukur lagi kadar glukosa
6 pada hari pertama sebelum diberi aloksan. Apabila terjadi kenaikan kadar glukosa darah
tikus yaitu menjadi 200 mg/dL maka tikus dianggap sudah diabetes (Federiuk et al., 2004).
Selanjutnya 25 ekor tikus ini dibagi dalam 5 kelompok perlakuan sebagai berikut:
Kelompok I : Diberi CMC- Na 0,5 % (kontrol negatif)
Kelompok II : Diberi glibenklamid 0,5 mg/kg BB (kontrol positif) per oral.
Kelompok III : Diberi ekstrak 50 mg/kg BB per oral.
Kelompok IV : Diberi ekstrak 100 mg/kg BB per oral.
Kelompok V : Didiberi ekstrak 200 mg /kg BB per oral.
Selanjutnya setelah tujuh hari diberi perlakuan, kadar glukosa darah tikus diukur
kembali untuk dibandingkan dengan kadar glukosa darah setelah diberi aloksan pada hari
keempat sesuai dengan Gambar 2.
E.Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Farmasi Klinik Fakultas
Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta
F.Data Analisis
Data dianalisis dengan membandingkan 3 titik pengambilan darah terhadap tikus
yaitu glukosa awal pada hari ke-0, glukosa setelah induksi aloksan pada hari keempat, dan
glukosa akhir pada hari kesebelas ( 7 hari setelah perlakuan ekstrak ) . Data yang diperoleh
berupa kadar glukosa darah yang selanjutnya dihitung rata-rata beserta standar viasinya
untuk membanding kadar glukosa darah sebelum dan setelah induksi aloksan serta
melihat perubahan kadar glukosa darah setelah diberi perlakuan berupa variasi konsentrasi
7
Gambar 2. Skema pengujian aktivitas antidiabetes ekstrak daun papasan.
Keterangan :
1. GD1 adalah kadar gula darah tikus sebelum diinjeksi dengan aloksan (gula darah pre aloksan)
2. GD2 adalah kadar gula setelah diinjeksi dengan aloksan (gula darah post aloksan)
3. GD3 adalah kadar gula darah setelah diberi perlakuan selama 7 hari (gula darah akhir).
GD1 hari ke-0
Induksi Aloksan dosis 150 mg/kg BB secara ip
Kontrol (-) Kontrol (+) Kelompok III Kelompok IV Kelompok V
GD2 hari ke 4 yang kadar glukosa darahnya ±200 mg/dL
Diberi
GD3 diperiksa pada hari 11 (7 hari setelah perlakuan )
Diuji statistik
8
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Uji Aktivitas Antidiabetes
Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan galur Wistar yang dibagi
menjadi 5 kelompok perlakuan. Kelompok pertama dan kedua merupakan kelompok
kontrol yaitu kontrol positif dan kontrol negatif sedangkan kelompok ketiga, keempat, dan
kelima adalah kelompok perlakuan dosis.
Pengujian antidiabetes ekstrak etanol daun papasan ini menggunakan aloksan
monohidrat sebagai zat diabetogenik. tikus diinjeksi aloksan monohidrat dengan dosis 150
mg/kg BB secara intraperitoneal. Aloksan adalah molekul kecil yang menyerupai glukosa
dan mengikat transporter glukosa GLUT-2 dalam sel beta dan hati. Aloksan terurai cepat
dalam larutan air untuk menghasilkan radikal bebas yang kuat. Karena sel-sel beta
memiliki pertahanan yang relatif lemah terhadap stres oksidatif (Lenzen et al., 1996), dan
sangat sensitif terhadap gratis kerusakan dimediasi radikal. Aloksan menghasilkan
superoksida dan hidroksil radikal dan cepat menginduksi kematian sel nekrotik pada sel
beta dalam waktu 48 jam pasca injeksi. Aloksan dapat menginduksi diabetes melitus tipe 1
pada hewan uji (Leiter and Schile,2013). Setelah induksi aloksan 4 jam pada hari pertama
diberikan air gula. Setelah 4 hari diukur lagi kadar glukosa darahnya (glukosa darah post
aloksan ), untuk melihat apakah tikus sudah hiperglikemik.
Kadar glukosa darah tikus pada beberapa kelompok perlakuan (Tabel 1 dan gambar
3) menunjukkan hasil pengukuran kadar glukosa darah pada hari ke-0, ke-4 dan ke-11
pada kelima kelompok perlakuan. Terlihat variasi kenaikan dan penurunan kadar glukosa
darah pada hari ke-0, hari ke-4 dan hari ke-11, hal ini dikarenakan perbedaan respon yang
dihasilkan dari masing-masing individu hewan percobaan terhadap kerusakan sel beta
pankreas yang disebabkan oleh zat penginduksi diabetes. Pada kelompok kontrol negatif
yang diberi dengan CMC- Na 0,5 %, hasil pengamatan pada hari ke-4 (259,6± 44,34
mg/dL) dan hari ke-11 (266,2± 47,07 mg/dL), menunjukkan bahwa tidak terjadi penurunan
kadar glukosa darah karena CMC- Na 0,5 % yang merupakan suspending agent, sehingga
tidak memiki efek menurunkan kadar glukosa darah setelah tikus mengalami
hiperglikemik.
Sebaliknya pada kelompok kontrol positif yang diberi glibenklamid, terjadi
penurunan kadar glukosa darah yang sangat signifikan, penurunan kadar glukosa darah
terjadi setelah hari ke-11 (113,4± 12,91 mg/dL) dibandingkan hari ke-4 (251,2±
19,92mg/dL). Hal ini terjadi karena efek glibenklamid sebagai salah satu obat golongan
9
Tabel 1. Kadar glukosa darah tikus pada berbagai kelompok perlakuan
Kelompok (glibenklamide 0.5 mg/kg BB
124 241 122 daun papasan 50 mg/kg BB
99 253 72 daun papasan 100 mg/kg BB
155 342 98 daun papasan 200 mg/kg BB
111 248 92 110 225 103 154 291 153 148 225 103 95 223 71
X ± SD 123,6±25,89 242,4±29,04 104,4±30,14
Gambar 3. Grafik penurunan kadar glukosa darah tikus tiap kelompok perlakuan
Penurunan kadar glukosa darah juga terjadi pada kelompok perlakuan ekstrak.
Untuk kelompok dosis 50 mg/kg BB, kadar glukosa darah pada hari ke-4 adalah 237,8±
12,3 mg/dL sedangkan untuk hari ke-11 adalah 112±40,18 mg/dL. Untuk kelompok dosis
10 kelompok adalah 253±69,69 mg/dL dan 242,4±29,04 mg/dL sedang glukosa darah pada hari
ke-11 adalah 85,8±11,9 mg/dL dan 104,4±30,14 mg/dL. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak
etanol daun papasan memiliki efek hipoglikemik.
Menurut penelitian yang berasal dari negara India, yang dilakukan oleh Al-Amin et
al., (2013), ekstrak etanol daun papasan dengan dosis 25 mg/kg BB. Kadar glukosa darah
pada hari ke-4 adalah 238.1±1.2 mg/dL dan untuk hari ke-11 adalah 111.78±11.2mg/dL.
Dan penapisan fitokimia ekstrak daun papasan mengungkapkan adanya berbagai
komponen bioaktif yaitu alkaloid, cardenolida, flavonoid, saponin dan polifenol dan
beberapa sumber lain bahwa daun papasan mengandung beberapa senyawa kimia seperti
resin, alkaloid, flavonoid, asam lemak dan protein (Shivhare, 2013). Deokateet et al.,
(2012), menyebutkan bahwa saponin dan flavonoid yang ditemukan dalam tanaman
papasan diduga bertanggung jawab untuk aktivitas antidiabetes dengan menghambat
aktivitas enzim glukosa-6-fosfatase dan memiliki efek meningkatkan pertahanan
antioksidan seluler yang berkontribusi terhadap perlindungan terhadap kerusakan oksidatif
pada diabetes yang diinduksi streptozotocin. Saponin dan flavonoid yang ditemukan
diduga bertanggung jawab untuk aktivitas antidiabetes. Dan beberapa penelitian lagi
menyebutkan bahwa senyawa alkaloid dan polifenol juga mampu menurunkan kadar gula
darah. Alkaloid bekerja dengan menstimulasi hipotalamus untuk meningkatkan sekresi
Growth Hormone Releasing Hormone (GHRH), sehingga sekresi Growth Hormone (GH)
pada hipotalamus meningkat. Kadar GH yang tinggi akan menstimulan hati untuk
mensekresi Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-1). IGF-1 mempunyai efek dalam
menginduksi hipoglikemia dan menurun glukoneogenesis sehingga kadar glukosa darah
dan kebutuhan insulin menurun (Soewonto, 2001). Polifenol bekerja dengan sebagai
antioksidan dengan cara mencegah terjadi oksidasi yang berlebih sehingga kerusakkan
pada sel β pankreas dapat dicegah dan menjaga kandungan insulin didalamnya (Barbosa,
2007).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun
papasan (Coccinia grandis (L.) Voigt) dosis 50, 100, 200 mg/kgBB mampu menurunkan
kadar glukosa darah tikus galur wistar yang diinduksi aloksan.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut apakah senyawa yang bertanggung jawab
11
DAFTAR ACUAN
Barbosa, D.S. 2007. Green Tea polyphenolic Compounds and Himan Health. Journal of Consumer Protection and Food Sefety, 2, 407-413
Baraas, F, 1993, Mencegah Serangan Jantung Dengan Menekan Kolesterol. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Dalimartha, S., dan Adrian, F, 2012, Makanan & Herbal Untuk Penderita Diabetes Mellitus. Jakarta: Penebar Swadatya. Hal. 5-14, 80-91.
Depkes, 2005, Pharmaceutical Care untuk Penyakit Diabetes Melitus. Murray, R.K., D.K. Granner, P.A. Mayes, and V.W. Rodwell. 1999. Biokimia Harper. Edisi 24. Penerjemah: Hartono, A. Jakarta: EGC
Deokate U.A, S.S. Khadabadi Govt.,2012 , Pharmacophore, Journal Pharmagology And Phythocemistri Of Coccinia Indica, Vol. 3 (3), 179-185,India
DiasTS, 1999, Leaflet Glucose GOD PAP, Diacnostic System (Diasys) Internasional.
Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005 , Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal. 7.
Hartini,S,2009, Diabetes? Siapa Takut!!, Panduan Lengkap Untuk Diabetes ,Keluarganya, Dan Profesional Medis,43,Bandung.
IDF, 2013, Prevalence of Diabetes in the World, 2013. [http:// healthintelligence. drupalgardens.com/content/prevalence-diabetes-world-2013] [Diunduh pada 18 may 2014 pukul 19:49 WIB].
Leiter, E.H. and Schile, A., 2013, Genetic and Pharmacologic Models for Type 1 Diabetes, Curr Protoc Mouse Biol. March 1; 3(1): 9–19
Lenzen S, 2008, The Mechanisme of alloxan and Streptozotocin Induced Diabetes,
Diabetologia, 51, 217
Murray, R.K., D.K. Granner, P.A. Mayes, and V.W. Rodwell. 1999. Biokimia Harper. Edisi 24. Penerjemah: Hartono, A. Jakarta: EGC.
Ramachandran, K & B. Subramaniam ,1983, Scarlet Gourd, Cocciniagrandis, Little- knownTropical Drug Plant. Econ. Bot. 37 (4) : 380-383.
Soegondo, S., Soewondo, P., dan Subekti, I., 2005, Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu, 8-12, Jakarta, Balai Penerbit FKUI.
12 Sugiyanto, 1995. Petunjuk Praktikum Farmasi Edisi IV. Laboratorium Farmasi
dan Taksonomi UGM, pp : 11-12.
Sujono T. A. & Munawaroh, R., 2009, Interaksi Quercetin Dengan Tolbutamid: Kajian Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah Pada Tikus Jantan Yang Dinduksi Aloksan, Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. Vol 10:2, 121-129