59 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Suku Dayak Ngaju merupakan salah satu etnik Dayak terbesar yang mendiami Provinsi Kalimantan Tengah. Menurut data yang dihimpun oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, saat ini suku Dayak Ngaju bermukim di wilayah Kabupaten Kapuas dan Kabupaten Pulau Pisau, Kabupaten Kota waringin Timur, Kabupaten Barito Selatan dan Kabupaten Barito Timur, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Gunung Mas, Kabupaten Murung Raya, Kabupaten Katingan, dan Kota Palangkaraya.
Suku Dayak Ngaju kaya akan adat dan budayanya. Salah satu dari kebudayaan yang masih bertahan hingga saat ini adalah kesenian Karungut. Karungut merupakan sastra lisan (oral poetry) yang berasal dari kata karunya (bahasa Ngaju Kuno) yang berarti tembang atau nyanyian yang pada awalnya dilagukan tanpa iringan. Seiring perkembangannya Karungut mulai menggunakan instrumen pengiring. Instrumen pengiring pokok dari karungut ada kacapi. Saat ini dalam pementasannya Karungut juga diiringi dengan instrumen tambahan, baik instrumen tradisional khas Kalimantan Tengah maupun instrumen barat.
Karungut dapat menjadi sarana hiburan, penyampaian pesan-pesan moral, maupun sebagai media pendidikan dan pengajaran. Jika dianalisis berdasarkan liriknya Karungut dapat dibagi menjadi 6 (enam) tema, yaitu :
a. Karungut Cinta
b. Karungut Pembangunan Budaya c. Karungut Nasihat atau Himbauan d. Karungut Menidurkan Anak
60
f. Karungut Penyambutan dan Ungkapan Syukur.
Pada awalnya lirik Karungut menggunakan bahasa Sangian atau Sangen, yaitu bahasa Dayak Ngaju kuno. Seiring perkembangannya Karungut menggunakan bahasa Dayak Ngaju sehari-hari yang mudah dimengerti. Lirik Karungut berbentuk puisi yang terdiri dari 4 (empat) baris per bait dan sebagian besar memiliki rima a-a-a-a.
Pencatatan notasi melodi Karungut dalam notasi balok dilakukan setelah selesai menentukan tema-tema Karungut berdasarkan analisis liriknya, serta mengambil contoh 6 (enam) Karungut untuk mewakili tema-tema tersebut. Pencatatan notasi dalam notasi balok didukung oleh rekaman audio yang didapatkan saat melakukan observasi lapangan di Palangkaraya maupun desa Tumbang Manggu.
Setelah melakukan pencatatan notasi melodi Karungut dalam notasi balok penelitian dilanjutkan dengan melakukan analisis struktural komposisi Karungut. Karakteristik Karungut berdasarkan analisis struktural komposisinya antara lain :
1. Berbentuk strophic;
2. Memiliki 2 (dua) frase per bait yang meliputi 4 (empat) bagian berdasarkan baris per baitnya;
3. Dilantunkan dengan iringan instrumen pengiring pokok, yaitu kacapi, maupun dengan instrumen tambahan lainnya, baik instrumen tradisional Kalimantan Tengah maupun instrumen barat;
4. Menggunakan tanda sukat 4/4 (empat per empat);
5. Cengkok biasa dibubuhkan pada suku kata di pertengahan lagu;
6. Memiliki semacam ornamentasi musik barat, yaitu acciaccatura, mordent; 7. Dalam pelantunannya juga menggunakan semacam slide dan triul besar; 8. Memiliki progresi akor i-v-i atau bertahan di akor I saja;
9. Pengembangan pola ritme melodi dalam bait-bait berikutnya disesuaikan dengan jumlah suku kata per bagian di tiap baitnya;
61
La Do Re Mi Sol La
B. Saran
Dalam melakukan penelitian ini peneliti mengalami berbagai kendala, di antaranya adalah keterbatasan dana serta kurangnya data pustaka mengenai suku Dayak Ngaju Kalimantan Tengah dan kesenian Karungut. Minimnya data pustaka dialami peneliti baik di daerah observasi lapangan tempat kesenian Karungut berasal dan berkembang maupun di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga.
Beberapa saran berikut ini ditujukan kepada: 1. Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah
agar lebih memperhatikan dan tetap melestarikan kebudayaan daerah termasuk di dalamnya Karungut serta melakukan pendokumentasian dalam bentuk data pustaka maupun rekaman audio-visual. Pendokumentasian tersebut dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya, sumber acuan untuk pengajaran, dan menjadi aset lokal bagi generasi penerus kebudayaan daerah.
2. Seniman Karungut
Agar terus berkarya, melestarikan dan mendukung pengembangan kesenian Karungut serta turut berperan aktif dalam proses pewarisan kesenian Karungut kepada generasi selanjutnya.
3. Perguruan Tinggi