• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KECAMATAN MAGERSARI KOTA MOJOKERTO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KECAMATAN MAGERSARI KOTA MOJOKERTO."

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi per syar atan memper oleh Gelar Sar jana pada FISIP UPN “Veter a n” J awa Timur

Oleh : Dwi Setia budi NPM. 0741010009

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

SURABAYA 2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(2)

i Assalamu’alaikum Wr. Wb..

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena dengan Rahmat dan Hidayahnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Par tisipasi Masyar akat Dalam Pr ogr am Wajib Belajar 12 Tahun Di Kecamatan Mager sar i Kota Mojok er to”.

Dengan tersusunnya laporan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya pada Bapak Dr. Slamet Srijono, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, disamping itu penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak DR. Lukman Arif, M.Si selaku Ketua Progam Studi Ilmu Administrasi Negara.

3. Ibu Dra. Susi Harjati,MAP selaku Sekretaris Progam Studi Ilmu Administrasi Negara.

4. Bapak dan ibu dosen yang telah memberi bekal dalam proses belajar mengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

5. Bapak Drs. Budi Sunu HS, M.Si selaku Kepala Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(3)

ii

7. Ibu MD.Lely Kenyo, SH MH selaku bidang penyusunan progam Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan.

8. Bapak dan ibu pegawai Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan.

9. Bapak Achmad Zainudin, S.Sos.MM selaku camat Kecamatan Magersari. 10.Ibu Nanik Lestari, SE selaku Kasi Sosial & Pemberdayaan Masyarakat 11.Bapak dan ibu pegawai Kecamatan Magersari.

12.Kedua Orang Tuaku yang selalu mendukung dalam penyusunan laporan ini. Demikian laporan penyusunan proposal ini semoga dapat bermanfaat bagi rekan-rekan semua. Penulis sadar akan banyaknya kekurangan dalam penyusunan proposal ini maka penulis mengharap saran dan kritik.

Mojokerto, Maret 2012

Penulis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(4)

iii

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... .... viii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Peneitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1 Penelitian Terdahulu ... 10

2.2Landasan Teori ... 12

2.2.1 Kebijakan Publik ... 12

2.2.1.1 Pengertian Kebijakan Publik ... 12

2.2.1.2 Tahap-Tahap Kebijakan Publik ... 14

2.2.1.3 Tujuan Kebijakan ... 16

2.2.1.4 Manfaat Kebijakan ... 17

2.2.2 Konsep Partisipasi ... 18

2.2.2.1 Pengertian Partisipasi ... ... 18

2.2.2.2 Macam-Macam Partisipasi ... 19

2.2.2.3 Tingakatan Partisipasi ... . 19

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(5)

iv

2.2.4. Konsep Partisipasi Masyarakat Dalam

Pembangunan ... 23

2.2.4.1. Pengertian Partisipasi Masyarakat ... . 23

2.2.4.2. Tingkatan Partisipasi Masyarakat ... . 25

2.2.5 Pendidikan ... 27

2.2.5.1 Pengertian Pendidikan ... 27

2.2.5.2 Pengertian Tingkat Pendidikan ... 28

2.2.5.3 Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan ... 30

2.2.5.4 Penjelasan Umum Wajib Belajar ... 31

2.2.5.5 Penyelenggaraan Pendidikan ... 33

2.2.5.6 Kewajiban dan Hak Masyarakat ... .. 35

2.3. Kerangka Berpikir ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Jenis Penelitian ... 37

3.2 Situs Penelitian ... 38

3.3 Fokus Penelitian ... 38

3.4 Sumber Data ... 40

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 41

3.6 Analisis Data ... 44

3.7 Keabsahan Data ... 46

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(6)

v

4.1.1 Visi dan Misi Dinas Pendidikan dan Kecamatan

Magersari ... ... 49

4.1.2 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan dan Kecamatan Magersari ... ... 51

4.1.3 Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendidikan dan Kecamatan Magersari ... ... 54

4.1.4 Komposisi Pegawai Dinas Pendidikan dan Kecamatan Magersari ... ... 69

4.1.5 Lokasi Penelitian Di Kecamatan Magersari ... ... 72

4.1.5.1 Letak dan Luas Wilayah ... 72

4.1.5.2 Kependudukan ... .... 74

4.1.5.3 Kondisi Fisik Sarana sekolah ... ... 78

4.2 Hasil Penelitian ... ... 80

4.2.1 Partisipasi Masyarakat Dalam Wajib Belajar 12 Tahun ... .... 80

4.2.2 Peran Masyarakat Dalam Program Wajib Belajar ... 87

4.3 Pembahasan ... ... 89

4.3.1 Partisipasi Masyarakat Dalam Wajib Belajar 12 Tahun ... ... 89

4.3.2 Peran Masyarakat Dalam Program Wajib Belajar ... 93

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(7)

vi DAFTAR PUSTAKA

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(8)

vii

Kerangka Berpikir ... 36 Gambar 3.1

Analisis Data ... 46 Gambar 4.1

Struktur Organisasi Dinas Pendidikan Dan Kebudayaan ... 52 Gambar 4.2

Struktur Organisasi Kecamatan Magersari ... ... 53

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(9)

viii

Angka putus sekolah di Kota Mojokerto ... ... 7 Tabel 4.1

Komposisi Pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan berdasarkan

Kelamin ... ... 69 Tabel 4.2

Komposisi Pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ... ... 70 Tabel 4.3

Komposisi Pegawai Kecamatan Magersari Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71 Tabel 4.4

Komposisi Pegawai Kecamatan Magersari Berdasarkan Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ... ... 71 Tabel 4.5

Luas Wilayah Kelurahan ... ... 73

Tabel 4.6

Jumlah lingkungan, RW, RT ... ... 74 Tabel 4.7

Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin ... .... 75

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(10)

ix

Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian ... ... 77 Tabel 5.0

Jumlah penduduk usia sekolah ... ... 78 Tabel 5.1

Data Sekolah Dasar dan Sederajat di Kecamatan Magerasari ... 78 Tabel 5.2

Data Sekolah Menengah Pertama di Kecamatan Magersari ... . 79 Tabel 5.3

Data Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Magersari ... .. 79 Tabel 5.4

Data sarana sekolah ... ... 80

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(11)

Penelitian ini didasarkan pada fenomena siswa putus sekolah di Kecamatan Magersari. Hal ini dapat dilihat pada data yang diberikan oleh Dinas Pendidikan yaitu Siswa putus sekolah untuk MI 1 siswa, SMP 10 siswa, SMA 45 siswa, SMK 143 siswa.

Perumusan masalah yang digunakan adalah Bagaimana Partisipasi Masyarakat Dalam Program Wajib Belajar 12 Tahun Di Kecamatan Magersari Kota Mojokerto. Sesuai dengan masalah tersebut maka dapat diketahui tujuan dari penelitian ini adalah Untuk Mengetahui Partisipasi Masyarakat Dalam Program Wajib Belajar 12 Tahun Di Kecamatan Magersari Kota Mojokerto.

Jenis penelitian yang digunakan adalah diskriftif kualitatif. Fokus penelitian adalah 1. Dukungan masyarakat dalam wajar, 2.Peran masyarakat dalam program wajib belajar. Pedoman yang digunakan dalam penelitian ini adalah UU. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP. No. 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar dan Perda. Kota Mojokerto No. 6 Tahun 2007 tentang Sistem Penyelenggaraan Pendididkan.

Yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Pendidikan yang kemudian diwakili oleh Kasi Kurikulum, Kasubag penyusunan program, Camat Magersari yang kemudian diwakilkan oleh Kasi Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, guru SD, guru SMP, guru SMA, masyarakat.

Hasil kesimpulan dari penelitian adalah angka putus sekolah tidak ada di kecamatan magersari, APM(Angka Partisipasi Murni) untuk SD 119.79%, untuk SMP 105.98% dan SMA 148.63%. APK(Angka Partisipasi Kasar) untuk SD 132.84%, SMP 149.30%, SMA 191.12%. Dan hasil dari PKMBP ini adalah meningkatkan prosentase kelulusan peserta ujian Nasional dan hasil rata-rata nilai ujian Nasional yaitu SD lulus dengan 100%, SMP/MTs lulus 100%, SMA/MA lulus 100%, sedangkan SMK 99,96%,. Masyarakat diikut sertakan dalam perencanaan/pengawasan/pelaksanaan maupun evaluasi terhadap program sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung melalui komite sekolah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(12)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan wajib belajar di Indonesia dimulai dengan wajib belajar sekolah dasar 6 tahun (Wajar 6 Tahun),dan itu telah dicapai pada tahun 1984 dengan mendapat penghargaan dari UNESCO. Kesuksesan tersebut dilanjutkan dengan pelaksanaan Wajar 9 tahun atau sekolah lanjutan tingkat pertama. Pelaksanaan wajib belajar 9 tahun dimulai tahun 1994, ketika Wardiman Djojonegoro menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. (Tilar, 2000). Penyelesaian penuntasan wajib belajar 9 tahun pada awalnya ditetapkan pada tahun 2004. Namun adanya krisis ekonomi sejak tahun 1998 yang berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin, dan karena keterbatasan keuangan negara, maka penuntasan wajib belajar 9 tahun diundur menjadi tahun 2009. Akibat krisis ekomnomi itu jumlah penduduk miskin Indonesia bertambah dari 22 juta pada thaun 1997 menjadi 40 juta jiwa pada tahun 1998. Dampak dari krisis ekonomi tersebut para orang tua murid tidak mampu menyekolahkan anak di Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah Pertama. (Hasanuddin, 2000)

Pada tahun 2000 adalah mulai diberlakukan otonomi daerah di Indonesia. Pemerintah daerah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola pemerintahan didaerah, termasuk pengelolaan pendidikan (PP.25 tahun 2000).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(13)

Penyelenggaraan otonomi daerah harus diartikan sebagai upaya pemberdayaan daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyararakat dalam segala kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Sistem pendidikan harus terus dapat dibina dan dikembangkan, sehingga mampu meningkatkan keunggulan ditengah persaingan yang terus berkembang ketat. Pendidikan nasional dilaksanakan atas dasar pemikiran bahwa masyarakat didaerah merupakan fondasi yang kuat dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia. Melalui jalur pendidikan ini diharapkan dapat memberikan kretifitas dan produktivitas yang sangat berarti, pendidikan merupakan kunci utama pembangunan suatu bangsa. Didalam Mencapai tujuan nasional seperti yang tertuang didalam pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah mempunyai beberapa kebijakan pembangunan dibidang pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa maka dibutuhkan pendidikan bermutu, merata dan efisien, yang mampu mewujudkan, berkembangnya potensi didik agar menjadi masyarakat yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, mandiri, kreatif, inovatif dan bekerja keras, sehingga mampu menghadapi tantangan dan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global. Dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (1) menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak sedangkan pasal 31 ayat (3) menegaskan bahwa Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdakan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. Kebijakan-kebijakan ini menandai bahwa pendidikan telah menjadi prioritas

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(14)

untuk dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun seringkali terjadi hambatan- hambatan, oleh karena itu pendidikan akan menjadi tanggung jawab bersama untuk dapat meningkatkan partisipasi yang aktif dalam pendidikan. Dengan adanya pendidikan yg unggul maka akan membawa perubahan yang terus maju dan dapat bersaing sehat dengan bangsa lain.

Di dalam Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar, pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah daerah. Selanjutnya pada pasal 9 ayat (2) menyatakan bahwa warga negara Indoesia yang berusia 6 (enam) tahun dapat mengikuti program wajib belajar apabila daya tampung satuan pendidikan masih memungkinkan dan didalam ayat (3) warga negara Indonesia yang berusia diatas 15 tahun dan belum lulus pendidikan dasar dapat menyelesaikan pendidikannya sampai lulus atas biaya Pemerintah dan / Pemerintah daerah.

Wajib Belajar (WAJAR) tak cukup hanya 9 tahun seharusnya 12 tahun, tak cukup hanya sekedar keinginan atau pernyataan politik melainkan harus dilaksanakan. Dari undang-undang diatas sudah jelas bahwa warga negara berhak mendapatkan atau memperoleh pendidikan yang dilindungi oleh undang-undang. Namun pada kenyataannya masih banyak anak Indonesia usia sekolah yang belum dapat mengenyam pendidikan. Fenomena tidak mau atau enggan bersekolah ini perlu diantisipasi oleh semua pihak, agar program wajib belajar yang sudah 12 tahun atau program sekolah yang sudah gratis ini tidak menghadapi batu sandungan: penolakan diam-diam atau resistensi masyarakat yang merasakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(15)

bahwa bersekolah hanya membuang-buang umur, tenaga dan pikiran, serta tidak membawa perubahan apa-apa dalam kehidupan dan penghidupan. (sumber: http. /

kahminuin. blogspot. com). Sedangkan kualitas pendidikan di Indonesia sangat

rendah, ini dapat dilihat dari peringkat dunia pada tahun 2010 memperoleh peringkat 108 dari 152 anggota.

(http://ekonomi.kompasiana.com/2011/kualitas-sdm-indonesia-di-dunia).

Dari fenomena yang telah disinggung diatas, sebenarnya telah menunjukan bahwa betapa lemahnya pendidikan di Indonesia, maka wajiblah pemerintah, masyarakat dan keluarga untuk ikut serta dalam menciptakan terobosan-terobosan dalam bentuk program yang dapat memberikan kesempatan kepada anak Indonesia yang belum mengenyam pendidikan dan putus sekolah untuk memproleh pendidikan yang layak.

Peran pemerintah adalah memastikan bahwa mereka mendapatkan pendidikan yang layak dan tidak ada alasan tidak bersekolah karena ketidak tersedianya biaya dari para wali siswa, hal ini tidak boleh terjadi. Pemerintah harus melakukan pendataan bagi siswa sekolah dan melakukan pendampingan yang selanjutnya memastikan mereka (siswa usia sekolah) mendapatkan pendidikan yang layak, ini adalah tanggung jawab pemerintah.

Dalam rangka mempercepat penuntasan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun yang sempat tertunda-tunda akibat krisis ekonomi tahun 1998 dan reformasi. Pemerintah melalui Depdiknas telah melakukan kampanye sekolah gratis, walaupun negara kita masih dilanda krisis ekonomi global 2008. Iklan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(16)

kampanye sekolah gratis sampai dengan SMP dengan selogan, sekolah harus bisa!. Ini adalah kampanye program wajib belajar 9 tahun yang memotifasi semua orang tua agar menyekolahkan anagnya sampai SMP. Karena sekolah SMP sudah gratis, jadi logikanya tidak alasan lagi untuk tidak menyekolahkan anak ke SMP. Keluarga miskin atau tidak mampu sudah bisa menyekolahkan anaknya ke SMP tanpa perlu khawatir dengan biaya pendidikan, karena pemerintah sudah menjamin sekolah SMP sudah gratis.

Program BOS merupakan salah satu kebijakan Menteri Pendidikan Nasional dan diperioritaskan pada peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan dasar yang lebih berkualitas melalui peningakatan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun serta pemberian akses yang lebih basar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang dapat menjangkau layanan pendidikan dasar.

Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka WAJARDIKDA yang bermutu. Secara khusus program ini bertujuan membebaskan pungutan bagi seluruh siswa terhadap biaya operasi sekolah, membebaskan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun baik sekolah negeri maupun swasta dan meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.

Dalam menyukseskan program wajib belajar 9 tahun, Pemerintah Pusat mengeluarkan Inpres No.5 Tahun 2006 tentang gerakan percepatan penuntasan wajib belajar 9 tahun. Kebijakan tersebut menuntut agar wajib belajar 9 tahun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(17)

dapat tuntas pada akhir tahun 2008. Dalam Inpres tersebut menjelaskan yaitu meningkatkan presentase peserta didik sekolah 7-15 tahun sekurang-kurangnya 95% di akhir 2008. Dalam hal ini provinsi Jawa Timur telah mencapai APK 99,74%. Pada 2008 Jawa Timur telah merintis Wajar Dikdas 12 tahun, Untuk propinsi yang siap menerapkan program ini dari APBN juga dianggarkan Rp. 100 mililar, sedangkan kabupaten/kota menyiapkan sebesar 80 miliar.

(www.jatim.go.id//fokus kita, data publikasi riil pendidikan di Jawa Timur).

Dari jumlah anggaran sebesar itu, sekaligus membuktikan bahwa pemerintah memandang program ini penting dan perlu dilaksanakan, karena jika tidak, pada persaingan global masyarakat akan tertinggal. Langkah tersebut otomatis dinilai akan meningkatkan kualitas pendidikan.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa pendidikan 9 tahun telah tuntas di Jawa Timur. Kota Mojokerto merupakan salah satu kota yang telah tuntas Wajib Belajar 9 tahun dan selanjutnya memulai menyelenggarakan program wajib belajar 12 tahun. Pernyataan tersebut tertuang dalam Peraturan Daerah kota Mojokerto No 6 Tahun 2007 Tentang Sistem Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 24 ayat (1) yang menjelaskan bahwa Pemerintah kota berkewajiban menyelenggarakan Program Wajib Belajar Pendidikan Menengah 12 (dua belas) Tahun bagi Warga Kota. Kota Mojokerto memiliki dua kecamatan yaitu Kecamatan Magersari dan Kecamatan Prajuritkulon, untuk megetahui sejauh mana perkembangan pendidikan akan dijelaskan sebagai berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(18)

Tabel 1.1

Angka Putus Sekolah Kota Mojoker to No. Kecamatan Jenis Sekolah Jumlah

Sekolah

Jumlah Murid

Putus sekolah

1. Magersari SD/MI 39 9206 1

SMP/MTs 12 5326 10

SMA/MA/SMK 11 7446 188

2. Prajuritkulon SD/MI 28 6668 1

SMP/MTs 6 3538 5

SMA/MA/SMK 10 3752 52

(Sumber: Dinas P&K Kota Mojokerto 2010)

Dari data yang tersaji diatas angka putus sekolah di Kecamatan Magersari lebih banyak dibandingkan dengan kecamatan Prajuritkulon. Siswa putus sekolah di kecamatan Magersari untuk MI 1 siswa, SMP 10 siswa, SMA 45 siswa, SMK 143 siswa. Sedangakan siswa putus sekolah kecamatan Prajuritkulon untuk MI 1 siswa, SMP 3 siswa, MTs 2 siswa, SMA 1 siswa, SMK 51 siswa. Jika dilihat dari data yang tersaji, partisipasi masyarakat untuk menyekolahkan anaknya sangat tinggi tentunya itu semua merupakan suatu fondasi perkembangan sumber daya manusia di kota Mojokerto untuk meningkatkan kemauan masyarakat dalam mengikuti wajib belajar 12 tahun. Dari penjelasan tersebut penulis ingin mengatahui sejauh mana partisipasi masyarakat kecamatan Magersari dalam menuntaskan wajar 12 tahun.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(19)

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengambil judul “ Partisipasi Masyarakat Dalam Program Wajib Belajar 12 Tahun Di Kecamatan Magersari Kota Mojokerto”.

1.2. Per umusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka peneliti ingin merumuskan masalah sebagai berikut:

“ Bagaimana Partisipasi Masyarakat Dalam Program Wajib Belajar 12 Tahun Di Kecamatan Magersari Kota Mojokerto”.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mendiskripsikan Implementasi program wajib belajar 12 tahun yang terdiri dari:

“ Untuk Mengetahui Partisipasi Masyarakat Dalam Program Wajib Belajar 12 Tahun Di Kecamatan Magersari Kota Mojokerto”.

1.4. Kegunanaan Penelitian

1. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Untuk menambah referensi dan litelatur perbendaharaan perpustakaan yang dapat digunakan sebagai kajian untuk penelitian yang sejenis khususnya bagi mahasiswa Jurusan Administrasi Negara.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(20)

2. Bagi Penulis

Untuk menambah ilmu pengetahuan sekaligus menambah wawasan nyata sehingga dapat dijadikan bahan referensi yang berharga bagi peneliti.

3. Bagi Instansi

Penelitian ini dapat memberikan masukan dan menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan dan menentukan kebijakan instansi yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(21)

10 2.1. Penelitian Ter dahulu

(22)

tinggi. Mengenai kebertahanan siswa pada jenjangnya tergolong sangat memuaskan karena

siswa yang drop out pada tingkat SD hanya 0,017%. Sedangkan untuk tingkat SLTP angkaa drop out sebesar 0,007%. Untuk kelulusan ditemui hasil 99,93% untuk SD dan 99,81 untuk SLTP.

Tingginya untuk pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan berkaitan erat dengan kesadaran warga masyarakat akan arti penting tentang pendidikan serta semakin meningkatknya pendapatan keluarga.

2. Ishkak Kadir, Fakultas Teknik Universitas Haluoleo (2009), mengkaji tentang “Tingkat Partisipasi Masyarakat dan Dampak Program

Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP) Terhadap

Peningkatan Pemukiman Masyarakat Kelurahan Kendari Caddi Kota Kendari”. Metode penelitian ini adalah deskripsi-kualitatif, didasarkan pada penelitian rasionalistik-Eksploratif. Analisis yang dibantu oleh kategori, tipologi dan teknik deskripsi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dan tingkat mempengaruhi partisipasi untuk peningkatan kualitas permukiman.

(23)

yang signifikan terhadap peningkatan ekonomi, sosial dan keamanan masyarakat.

2.2. Landasan Teor i

2.2.1. Kebijakan Publik

2.2.1.1. Penger tian Kebijakan Publik

Pengertian Kebijakan Publik menurut Chandler dan Plano dalam Tangkilisan (2003 : 1) adalah pemanfaatan yang strategis terhadap sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau pemerintah.

Dye dalam Islamy (2003 : 18) mendefinisikan kebijakan publik adalah apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.

Menurut Anderson dalam Agustino (2006 : 7) memberikan pengertian tentang kebijakan publik yaitu serangkaian kegiatan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh seorang aktor atau sekelompok aktor yang berhubungan dengan suatu permasalahan atau sesuatu hal yang diperhatikan.

(24)

Nugroho (2003 : 54) mendefinisikan kebijakan publik adalah hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk dikerjakan dan hal-hal-hal-hal yang diputuskan pemerintah untuk tidak dikerjakan atau dibiarkan.

Pengertian kebijakan publik menurut Easton dalam Islamy (2003 : 19) adalah pengalokasian nilai-nilai secara paksa (syah) kepada seluruh anggota masyarakat.

Kemudian definisi kebijakan publik menurut Frederich dalam Soenarko (2000 : 42) adalah suatu arah tindakan yang diusulkan pada seseorang, golongan atau pemerintah dalam suatu lingkungan dengan halangan-halangan dan kesempatan kesempatan, yang diharapkan dapat memenuhi dan mengatasi halangan tersebut didalam rangka mencapai suatu cita-cita atau mewujudkan suatu kehendak serta tujuan tertentu.

Atas dasar pengertian di atas, maka dapat ditemukan elemen yang terkandung dalam kebijakan publik sebagaimana apa yang dikemukakan oleh Anderson dalam islamy yang antara lain mencakup :

1. Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu .

2. Kebijakan berisikan tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat pemerintah.

(25)

4. Kebijakan Publik bersifat positif (merupakan tindakan pemerintah mengenai suatu masalah tertentu) dan bersifat negatif ( keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu).

5. kebijakan Publik (positif), selalu berdasarkan pada peraturan perundangan tertentu yang bersifat memaksa (otoritatif )

Pada dasarnya hakekat kebijakan publik adalah sebagai berikut:

1. Susunan rancangan tujuan dan perhubungan program pemerintah yang berhubungan dengan masalah yang dihadapai masyarakat.

2. Apapun yang dipilih untuk dilakukan atau tidak dilakukan pemerintah.

3. Masalah-masalah yang komplek yang dinyatakan dan dilakukan oleh pemerintah.

Dari pengertian diatas disimpulkan bahwa kebijakan negara (public policy) itu adalah: serangkaian tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh pemerintah yang mempunyai tujuan atau berorientasi pada tujuan tertentu demi kepentingan seluruh masyarakat.

2.2.1.2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik

(26)

menurut urutan waktu. Oleh karena itu kebijakan publik dilakukan ke dalam beberapa tahap proses pembuatan kebijakan sebagai berikut :

1) Tahap penyusunan agenda

Para pejabat yang diplih dan di angkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah – masalah ini berkompetensi terlebih dahulu untuk dapat masuk kedalam agenda kebijakan.

2) Tahap formulasi kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan di bahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah – masalah tadi di definisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik.

3) Tahap adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang di tawarkan oleh para perumus kabijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut di adopsi dengan dukungan dari mayoritas legislative, consensus direktur lembaga atau keputusan peradilan.

4) Tahap implementasi kebijakan

(27)

5) Tahap penilaian kebijakan

Pada tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau di evaluasi untuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat telah mampu memecahkan masalah.

2.2.1.3 Tujuan Kebijakan

Ada beberapa tujuan kebijakan menurut Hoogerwerf dalam Soenarko (2000 : 82 ), yaitu :

a) memelihara ketertiban umum (negara sebagai stabilisator)

b) melancarkan perkembangan masyarakat dalam berbagai hal (negara sebagai perangsang, stimulator)

c) menyesuaikan berbagai aktivitas (negara sebagi koordinator)

d) memperuntukkan dan membagi berbagai materi (negara sebagai pembagi, alokator)

Tujuan-tujuan yang demikian itu, tentu saja merupakan tujuan-antara guna untuk mencapai tujuan akhir. Untuk bangsa dan negara Indonesia, tujuan kebijaksanaan itu adalah :

a. memajukan kesejahteraan umum b. mencerdaskan kehidupan bangsa c. ikut melaksanakan ketertiban dunia

(28)

2.2.1.4 Manfaat Kebijakan

Menurut Dye dan Anderson dalam Subarsono (2005 : 4), studi kebijakan publik memiliki tiga mangfaat penting yaitu:

1.Pengembangan ilmu pengetahuan

Dalam konteks ini, ilmuwan dapat menempatkan kebijakan publik sebagai variabel terpengaruh (dependent variable) sehingga berusaha menentukan variabel pengaruhnya (independent variable). Studi ini berusaha mencari variabel-variabel yang dapat mempengaruhi isi dari sebuah kebijakan publik.

2. Membantu para praktisi dalam memecahkan masalah-masalah publik

Dengan mempelajari kebijakan publik para praktisi akan memiliki dasar teoritis tentang bagaimana membuat kebijakan publik yang baik dan memperkecil kegagalan dari suatu kebijakan publik. Sehingga ke depan akan lahir kebijakan publik yang lebih berkualitas yang dapat menopang tujuan pembangunan.

3. Berguana untuk tujuan politik

(29)

dicabut hanya karena alasan kepentingan sesaat dari lawan-lawan politik.

2.2.2Konsep Par tisipasi

2.2.2.1 Penger tian Par tisipasi

Definisi partisipasi menurut tim penyusun kamus bahasa Indonesia (2002:831) perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, peran serta.

Adapun definisi partisipasi menurut Keith Davis dalam Huraerah (2008 : 95) “participation is defined as mental and

emotional involvement of person in group sitiation that encourage

them to contribute to group goals and share responsibility for them”

yang artinya sebagai keterlibatan mental dan emosi orang – orang dalam situasi kelompok yang mendorong mereka untuk menyumbangkan pada tujuan – tujuan kelompok dan sama – sama bertanggung jawab terhadapnya.

Menurut Bhattacharyya dalam Ndraha (1990 : 102) mengartikan partisipasi mengartikan sebagai pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.

(30)

2.2.2.2. Macam-Macam Par tisipasi

Menurut Nelson dalam Ndraha (1990:102) menyebutkan dua macam partisipasi antara lain :

1. Partisipasi horizontal yaitu partisipasi antara sesama warga atau anggota suatu perkumpulan.

2. Partisipasi vertical yaitu partisipasi yang dilakukan oleh bawahan dengan atasan, antar klien dengan patron atau antara masyarakat sebagai suatu keseluruhan.

2.2.2.3. Tingkatan Par tisipasi

Sedangkan menurut Hoofsteede seperti dikutip Khairuddin (1992 : 125) membagi partisipasi menjadi tiga tingkatan, yaitu : a) Partisipasi inisiasi (inisiation participation) adalah partisipasi

yang mengandung inisiatif dari pemimpin desa, baik formal maupun informal, ataupun dari anggota masyarakat mengenai suatu proyek tersebut merupakan kebutuhan – kebutuhan bagi masyarakat.

b) Partisipasi legitimasi (legitimation participation) adalah partisipasi pada tingkat pembicaraan atau pembuatan keputusan tentang proyek tersebut.

(31)

2.2.2.4. Ca ra Menger akkan Par tisipasi

Menurut Paston dalam Ndaraha ( 1990:104 ) perbaikan kondisi hidup masyarakat dan upaya memenuhi kebutuhan masyarakat dapat menggerakkan partisipasi. Agar perbaikan kondisi dan peningkatan taraf hidup masyarakat dapat menggerakkan partisipasi dalam pembangunan, usaha itu adalah :

1. Disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata.

2. Dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban ( response ) yang dikehendaki. 3. Dijadikan motivasi terhadap masyarakat yang berfungsi

membangkitkan tingkah laku ( behavior ) yang dikehendaki secara berlanjut, misalnya partisipasi horizontal.

(32)

2.2.2.5. Faktor -Faktor Yang Mempengar uhi Terja dinya Par tisipasi

Menurut Khairudin ( 2000:126) partisipasi masyarakat terjadi karena:

1. Takut atau terpaksa

Partisipasi yang dilakukan dengan terpaksa atau takut biasanya akibat adanya perintah yang kaku dari atasan, sehingga masyarakat seakan – akan terpaksa untuk melakukan rencana yang telah ditentukan.

2. Ikut – ikutan

Partisipasi ikut – ikutan hanya dorongan oleh rasa solidaritas yang tinggi diantara sesama masyarakat, keikutsertaan mereka bukan karena dorongan hati sendiri, tetapi merupakan perwujudan kebersamaan.

3. Kesadaran

Partisipasi yang timbul karena kehendak dari pribadi masyarakat, hal ini dilandasi oleh dorongan yang timbul dari hati nurani sendiri.

(33)

2.2.3. Konsep Masyar akat

Menurut undang – undang pendidikan No. 20 Tahun 2003, pengertian masyarakat adalah kelompok warga Negara Indonesia yang mempunyai perhatian dan peranan dalam bidang pendidikan.

Menurut Koentjaraningrat dalam Basrowi (2005:39) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

Menurut Pelly dan Menanti dalam Basrowi (2005:39) mengemukakan masyarakat adalah sebagai berikut:

a) Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang memiliki budaya sendiri dan bertempat tinggal didaerah teritorial yang tertentu. Anggota masyarakat itu memiliki rasa persatuan dan menganggap mereka memiliki identitas sendiri.

b) Masyarakat merupakan wadah sosial dan transmisi nilai dan norma dari generasi kegenerasi. Dengan demikian masyarakat adalah salah satu wujud dari kesatuan hidup sosial manusia.

(34)

2.2.4. Konsep Par tisipasi Masyar akat Dalam Pembangunan

2.2.4.1. Penger tian Par tisipasi Masyar akat

Menurut Siagian dalam Ndraha (1990:11) pembangunan sebagai suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, Negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa ( nation building ).

Menurut Raharjo dalam Ndraha (1990:149) partisipasi masyarakat adalah sebagai usaha untuk menggali, menggerakkan dan mengerahkan dana dan daya (dari) masyarakat dalam rangka mensukseskan program – program pemerintah.

Pentingnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program – program pembangunan dikemukakan oleh Ndraha (1990:107) dalam buku pembangunan masyarakat mempersiapkan masyarakat tinggal landas sebagai berikut :

(35)

2. Peningkatan taraf hidup masyarakat diusahakan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan peningkatan swadaya masyarakat, dan juga sebagai usaha menggerakkan partisipasi masyarakat.

3. Partisipasi masyarakat dapat meningkatkan upaya peningkatan taraf hidup masyarakat.

4. Antara partisipasi masyarakat dengan kemampuannya berkembang secara mandiri terdapat hubungan yang erat sekali, ibarat dua sisi mata uang, tidak dapat dipisahkan tetapi dapat dibedakan. Masyarakat yang berkemampuan demikian bisa membangun desa dengan atau tanpa partisipasi vertical dengan pihak lain.

5. Kemampuan masyarakat untuk berkembang secara mandiri dapat ditumbuhkan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi partisipasi masyarakat dalam pembangunan desanya.

(36)

Kemudian, dengan mengutip beberapa pendapat ahli barat menurut Ndraha dalam Huraerah (2008:96) menyimpulkan, partisipasi masyarakat meliputi kegiatan sebagai berikut:

a) Partisipasi dalam melalui kontak dengan pihak lain (contac change) sebagai satu diantara titik awal perubahan sosial.

b) Partisipasi dalam memperhatikan/ menyerap dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima (menaati, menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya).

c) Partisipasi dalam perencanaan pembangunan, termasuk pengambilan keputusan (penetapan rencana).

d) Partisipasi dalam pelaksanaan operasional pembangunan.

e) Partisipasi dalam menerima, memelihara, dan mengembangkan hasil pembangunan (participation in benefit).

f) Partisipasi dalam menilai hasil pembangunan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi adalah bentuk kesadaran untuk membantu mewujudkan tujuan yang telah direncanakan. Partisipasi bukan hanya dalam pelaksanaan saja tetapi meliputi kegiatan pengambilan keputusan, penyusunan program, dan menikmati hasil dari pelaksanaan program tersebut.

2.2.4.2. Tingkatan Par tisipasi Masyar akat

(37)

partisipasi. Menurut Asia Development Bank ( ADB ) seperti yang dikutip Soegijoko dalam Huraerah ( 2008 : 100-102 ), tingkatan partisipasi ( dari yang terendah sampai tertinggi ) sebagai berikut : 1. Berbagai informasi bersama ( sosialisasi ).

2. Pemerintah yang menyebarluaskan informasi tentang program yang akan direncanakan atau sekedar memberikan informasi mengenai keputusan yang dibuat dan mengajak warga untuk melaksanakan keputusan tersebut.

3. Konsultasi / mendapatkan umpan balik

Pemerintah meminta saran dan kritik dari masyarakat sebelum sesuatu keputusan ditetapkan.

4. Kolaborasi / membuat keputusan bersama

Masyarakat bukan sebagai penggagas kolaborasi, tetapi masyarakat dilibatkan untuk merancang dan mengambil keputusan bersama, sehingga peran masyarakat secara signifikan dapat mempengaruhi hasil atau keputusan.

5. Pemberdayaan / kendali

(38)

Dari ketiga tahapan partisipasi tersebut, partisipasi inisiasi mempunyai kadar yang lebih tinggi dibandingkan partisipasi legitimasi dan eksekusi. Masyarakat tidak hanya sekedar menjadi objek pembangunan saja, tetapi bisa menentukan dan mengusulkan segala sesuatu rencana yang akan dilaksanakan.

2.2.5. Pendidikan

2.2.5.1. Penger tian Pendidikan

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,ahlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Dewey dalam kartini (1990 : 5) pendidikan adalah segala sesuatu bersamaan dengan pertumbuhan; pendidikan sendiri tidak punya tujuan akhir dibalik dirinya.

(39)

Menurut Purwanto (2007:10) pendidikan adalah usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan atau merupakan pemimpin yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak dalam pertumbuhan agar berguna bagi diri sendiri dan masyarakat.

Berdasarkan beberapa definisi diatas maka dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa pendidikan adalah gejala insasi yang fundamental dalam kehidupan manusia untuk menghantar anak manusia kedunia peradaban. Pendidikan juga merupakan usaha untuk menuntun peserta didik agar mampu belajar mengenali jati dirinya yang unik, bisa bertahan hidup, dan mampu memiliki wawasan dan ketrampilan.

2.2.5.2. Penger tian Tingkat Pendidikan

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 17, tingkat pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

1. Pendidikan Dasar

(40)

2. Pendidikan Menengah

Pendidikan menengah merupakan pendidikan lanjutan pendidikan dasar yang terdiri dari pendidikan umum dan pendidikan menengah kejuruan berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat, pelaksanaan wajib belajar ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

3. Pendidikan Tinggi

Pendidikan tinggi merupakan tingkat pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, spesialis, doktor yang diselenggarakan dengan sistem terbuka dan dapat berbentuk akademik politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas yang berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, melenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademik politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas berikut ini adalah definisinya:

a) Akademik merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan vokasi dalam satu cabang atau sebagai cabang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni tertentu.

(41)

c) Sekolah tinggi merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan atau vokasi dalam lingkup satu disliplin ilmu tertentu dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakanpendidikan profesi.

d)Institut merupakan perguruan tinggi yang meyelenggarakan pendidikan akademik dan atau pendidikan vokasi dalam kelompokdisiplin ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi. e) Universitas merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan

pendidikan akademik dan atau pendidikan vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, atau seni jika memenuhi syarat dapat menyelenggarakan pendidikan profesi

f) Syarat dan tata pendidrian, struktur perguruan tinggi dan penyelenggaraan pendidikan tinggi ditetapkan denganperaturan pemerintah.

2.2.5.3. Pr insip Penyelenggar aan Pendidikan

Berdasarkan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan, dalam BAB III pasal 4 menjelaskan prinsip penyelenggaran pendidikan sebagai berikut:

(42)

tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

2. Pendidikan diselenggarakan berdasarkan satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multi makna. 3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses

pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung selama hayat.

4. Pendidikan dilaksanakan dengan memberikan keteladanan, membangun kemauan,dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangankan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap masyarakat.

6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaran dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

2.2.5.4. Penjelasan Umum Wajib Belajar

(43)

1. Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah.

2. Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta sekolah yang menengah pertama (SMP) dan madrasah tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yan sederajat.

3. Sekolah Dasar selanjutnya disebut SD adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar.

4. Madrasah Ibtidaiyah yang selanjutnya disebut MI adalah satu bentuk satuan pendididkan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum dengan kekhasan agama islam pada jenjang pendidikan dasar, di dalam pembinaan Menteri Agama.

5. Sekolah Menengah Pertama yang selanjutnya disebut SMP adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan dasar sebgai lanjutan dari SD, MI, atau bentuk lain sederajat. 6. Madarasah Tsanawiyah yang selanjutnya disebut MTs adalah salah

(44)

islam pada jenjang pendidikan dasar sebagai lanjutan SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat, didalam pembinaan Menteri Agama. 7. Program paket A adalah program pendidikan dasar jalur non

formal yang setara SD.

8. Program paket B adalah program pendidikan dasar jalur non formal yang setara SMP

9. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat.

10.Pemerintah daerah adalah pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten atau pemerintah kota.

11.Menteri adalah menteri yang menangani urusan pemerintah dibidang pendidikan nasional.

2.2.5.5. Penyelanggaraan Pendidikan

Dalam Peraturan Daerah Kota Mojokerto No 6 tahun 2007 Bab II menjelaskan bahwa penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan dengan memperhatikan azas kemandirian, keunggulan, kebersamaa, keadilan, non dikriminasi, dan partisipatif. Peraturan Daerah tentang sistem Penyelenggaraan Pendidikan bertujuan untuk memberikan pelayanan terhadap:

a. Penyelenggaraan pendidikan yang efektif, efisien, dan partisipatif; b. Pemerataan kesempatan pendidikan, bagi anak usia wajib belajar

(45)

c. Peningkatan mutu pembelajaran dan lulusan tenaga pendidik/kependidikan, dan sarana prasarana serta pengelolaan satuan pendidikan berbasis sekolah/madrasah;

d. Relevansi antara angka transisi, angka partisipasi murni, dan manfaat lulusan terhadap dunia usaha dan dunia industri;

e. Transparansi anggaran pendidikan, dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan secara keseluruhan.

Lingkup penyelenggaraan pendidikan dalam peraturan daerah ini meliputi:

a. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang meliputi jalur formal dan non formal:

1. Jalur formal meliputi Taman kanak-kanak / Raudatul Athfal (TK/RA);

2.Jalur non formal Taman Penitipan Anak (TPA) dan kelompok bermain (KB).

b. Pendidikan dasar diselenggarakan pada Sekolah Dasar (SD) / Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Paket A atau bentuk lain yang sederajat terdiri dari 6 tingkat dan sekolah Menengah Pertama (SMP) / Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Paket B atau bentuk lain yang sederajat terdiri dari 3 tingkat.

(46)

d. Pendidikan jarak jauh meliputi pendidikan SMP terbuka dan SMA terbuka;

e. Pendidikan Khusus dan layanan khusus berbentuk meliputi sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB), Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMALB) dan skolah Khusus lainnya;

f. Pendidikan non formal atau pendidikan luar sekolah meliputi Paket A, Paket B, Paket C, Lembaga Khusus, lembaga pelatihan, Kelompok belajar dan pusat kegiatan belajar termasuk TPQ, Diniyah dan pondok pesantren dan sejenisnya; g. Pendidikan informal adalah pendidikan yangdilakukan oleh

keluarga dan atau diselenggarakan oleh lingkungan.

2.2.5.6. Kewajiban dan Hak Masyar akat

Dalam Peraturan Daerah Kota Mojokerto No 6 tahun 2007, kebijakan pemerintah kota dalam hal ini yang dilaksanakan oleh dinas merujuk pada pasal 26 yang menjelaskan tentang kewajiban dan hak masyarakat, berikut isinya:

1. Masyarakat berkewajiban mendukung penyelenggaraan program wajib belajar;

(47)

2.3. Ker angka Ber pikir

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Sumber: UU. No. 20 Tahun 2003, PP. No. 47 Tahun 2008 dan Perda. Kota Mojokerto No. 6 Tahun 2007.

UUD 1945 Pasal 31

UU NO. 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Wajib belajar 12 tahun tercapai

Peran masyarakat dalam program wajib belajar.

Pasal 26 ayat 2. Dukungan masyarakat dalam

program wajib belajar.

Pasal 26 ayat 1.

PP. No. 47 Tahun 2008

Tentang Wajib Belajar

Perda. Kota Mojokerto No. 6 Tahun 2007.

(48)

37 3.1. J enis Penelitian

Dalam suatu penelitian ilmiah, sangat diperlukan suatu metode penelitian yang sesuai dengan pokok permasalahan dan tujuan yang diteliti, dengan maksud agar diperoleh data yang relevan dengan permasalahan penelitian tersebut. Adapun metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sedang definisi kualitatif itu sendiri, menurut Bogdan dan taylor dalam Moleong (2007 : 4) dikatakan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut harus holistik (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan.

Di dalam penelitian kualitatif tidak dijumpai analisis data yang bersifat statistik, seperti yang terdapat dalam penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini peneliti ingin mempelajari dan mengamati Implementasi Program Wajib Belajar 12 (Dua Belas) Tahun Di Kecamatan Magersari Kota Mojokerto. Dengan melihat hal tersebut, maka jenis penelitian yang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(49)

digunakan adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan fenomenologis.

Sedangkan yang dikatakan penelitian dengan pendekatan fenomenologis menurut Moleong (2007 : 17) adalah berusaha memahami arti peristiwa dan kait-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu. Yang ditekankan ialah aspek subjektif dari perilaku orang peneliti berusaha masuk ke dalam dunia para subjek yang ditelitinya sedemikian rupa sehingga mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari.

3.2. Situs Penelitian

Situs penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh data. Dalam penelitian ini yang menjadi lokasi penelitian adalah Kecamatan Magersari Kota Mojokerto. Alasan kenapa Kecamatan Magersari dijadikan situs penelitian: angka putus sekolah di kecamatan Magersari lebih banyak di bandingkan dengan kecamatan Prajuritkulon. Angka putus sekolah di kecamatan Magersari untuk MI 1 siswa, SMP 10 siswa, SMA 45 siswa, SMK 143 siswa. Sedangkan di kecamatan Prajuritkulon MI 1 siswa, SMP 5 siswa, SMA 1 siswa, SMA 51 siswa.

3.3. Fokus Penelitian

Penentuan fokus penelitian diperlukan dalam membantu pelaksanaan penelitian, jika penelitian ditentukan tepat sesuai dengan tujuan dan masalah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(50)

penelitian, maka penelitian yang dilakukan akan terarah dan berhasil dengan baik.

Menurut Moleong ( 2007 : 94 ) menyatakan bahwa ada dua maksud tertentu yang ingin peneliti capai dalam merumuskan masalah penelitian dengan jalan memanfaatkan fokus. Pertama, fokus dapat membatasi studi, jadi dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inkuiri sehingga peneliti tidak perlu kesana kemari untuk mencari subjek penelitian. Kedua, penetapan fokus itu berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusi – eksklusi atau kriteria masuk – keluar suatu informasi yang baru diperoleh di lapangan. Jadi, dengan penetapan yang jelas dan mantap, seorang peneliti dapat membuat keputusan yang tepat tentang data yang dikumpulkan dan mana yang tidak perlu dijamah atau mana yang akan dibuang.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah :

1. Dukungan masyarakat dalam wajar, sesuai pasal:

Pasal 26 ayat 1 menjelaskan bahwa masyarakat mendukung penyelenggaraan program wajib belajar, yaitu dengan mengikut sertakan anak usia 7 (tujuh) sampai dengan 18 (delapan belas) tahun untuk mengikuti program wajib belajar 12 (dua belas) tahun.

a) APK dan APM b) Angka Putus sekolah

c) Jumlah usia sekolah dan daya tampung sekolah

d) Program – program yang diberikan baik oleh Pemerintah/Kecamatan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(51)

2. Peran masyarakat dalam program wajib belajar, sesuai pasal:

Pasal 26 ayat 2 menjelaskan bahwa masyarakat berperan serta dalam: a) Perencanaan suatu kegiatan dimana masyarakat diikut sertakan

dalam perencanaan program belajar mengajar siswa.

b) Pelaksanaan suatu kegiatan dimana masyarakat diikut sertakan dalam pelaksanaan program belajar mengajar siswa.

c) Pengawasan suatu kegiatan dimana masyarakat diikut sertakan dalam pengawasan program belajar mengajar siswa.

d) Evaluasi suatu kegiatan dimana masyarakat diikut sertakan dalam mengevaluasi program belajar mengajar siswa.

3.4. Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2007 ; 157), sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah berasal dari informan yang berupa kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sumber data adalah tempat penelitian dapat menemukan data dan informasi yang diperlukan berkenaan dengan penelitian ini yang diperlukan melalui informasi, peristiwa dan dokumen.

Adapun jenis data dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi dua jenis data, yaitu:

1) Data Primer

Yaitu data dan informan yang diperoleh secara langsung dari informan atau aktor-aktor pada saat dilaksanakan penelitian ini. Dalam hal ini data

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(52)

dan informasi pelaksanaan program wajib belajar pendidikan menengah 12 tahun diperoleh dari pegawai kecamatan Magersari, Dinas P&K kota Mojokerto, masyarakat, dan lain-lain.

2) Data Sekunder

Yaitu data berupa dokumen-dokumen, laporan-laporan dan arsip-arsip lain yang ada relevansinya dengan penelitian seperti data monografi dan laporan pelaksanaan program.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Bungin (2003 : 129), teknik pengumpulan data adalah bagian instrument pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidak suatu penelitian. Kesalahan penggunaan teknik pengumpulan data jika tidak digunakan semestinya, akan berakibat fatal terhadap hasil – hasil penelitian yang dilakukan.

Data merupakan bagian terpenting dalam penelitian, karena hakekat dari peneliti adalah mencarai data yang nantinya diinterpertasikan dan dianalisis dalam penelitian kebijakan pengumpulan data diperlukan suatu teknik untuk memudahkan dalam upaya-upaya mengumpulkan data di lapangan.

Dalam pengumpulan data, terdapat 3 (tiga) proses kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(53)

1) Proses Memasuki Lokasi (Getting In)

Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti terlebih dahulu menyiapkan sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan administrative maupun permasalahan yang berhubungan dengan setting dan subyek penelitian dan mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi penelitaian, peneliti menempuh pendekatan formal dan informal serta menjalin hubungan yang akrab dengan informan. (Moleong, 2002 : 96)

2) Ketika Berada Di Lokasi Penelitian (Getting Along)

Ketika berada di lokasi penelitian, peneliti melakukan hubungan pribadi dan membangun kepercayaan pada subyek penelitian (informan). Hal ini dilakukan karena merupakan kunci sukses untuk mencapai dan memperoleh akurasi dan komprehensifitas data penelitian. Selain itu, dalam proses ini peneliti berusaha untuk memperoleh informan selengkapnya dari lokasi penelitian (Moleong, 2002 : 88)

3) Pengumpulan Data (Logging The Data)

Ada 3 (tiga) teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data yaitu :

a) Wawancara atau interview

Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2007 : 186), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(54)

Wawancara jenis ini tidak dilaksanakan dengan struktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin memfokus pada permasalahan sehingga informasi yang dikumpulkan cukup mendalam. Kelonggaran semacam ini mampu mendapatkan kejujuran informan untuk memberikan informasi yang sebenarnya, terutama yang berkenaan dengan perasaan, sikap, dan pandangan mereka terhadap pelaksanaan kerjanya. Teknik wawancara semacam ini dilakukan dengan semua informan yang ada pada lokasi peneliti terutama untuk mendapat data valid guna menjawab permasalahan penelitian.

Dalam penelitian ini yang diwawancarai adalah :

1) Kepala Dinas P&K. 2) Camat Magersari.

3) Para Guru(guru SD, SMP, SMA/SMK).

4) Masyarakat(orang tua siswa SD, SMP, SMA/SMK). b) Observasi

Observasi sebagai salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan pengamatan langsung dilapangan dalam rangka memperkuat dan meyakinkan hasil wawancara dan studi dokumenter dengan mencatat segala kejadian dan fenomena yang terjadi selama pengadaan penelitian.

c) Dokumentasi

Untuk melengkapi data-data yang telah diperoleh melalui wawancara ataupun observasi, maka perlu juga digunakan data tertulis yang telah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(55)

ada dan mampu digunakan sebagai pendukung pencapaian tujuan penelitian.

3.6. Analisis Data

Menurut Sugiyono (2005 : 85), analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara catatan laporan, dan dokumen, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melkuakan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka setelah data terkumpul, proses selanjutnya adalah menyederhanakan data yang diproleh kedalam bentuk yang mudah dibaca, dipahami, dan diinterpretasikan yang pada hakekatnya merupakan upaya mencari jawaban atas permasalahan yang ada sesuai dengan tipe penelitian deskriptif kualitatif. Karena itulah data yang diperoleh selanjutnya akan dianalisa secara kualitatif, artinya dari data yang ada dianalisa serinci mungkin dengan jalan mengabstraksikan secara teliti setiap informasi yang diperoleh di lapangan, sehingga diharapkan dapat diperoleh kesimpulan yang memdai.

Menurut Miles dan Huberman (2007 : 16) teknik analisis data kualitatif meliputi tiga unsur alur kegiatan sebagai sesuatu yang terjadi pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk sejajar

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(56)

untuk membangun suatu analisis, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan / verifikasi.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dengan menggunakan model interaktif (interactif model of analysis) yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (2007 : 15-21). Dalam model ini terdapat tiga komponen analisis, yaitu sebagai berikut :

1) Reduksi Data

Reduksi Data diartikan sebagai proses pemilihan, perumusan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisa menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu hingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. Data yang diproleh dari lokasi penelitian atau data di lapangan dalam uraian yang jelas dan lengkap, yang nantinya akan direduksi, dirangkai, difokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan penelitian kemudian dicari tema atau pola (melalui proses penyuntingan, pemberian kode dan pembuatan tabel).

2) Penyajian Data

Penyajian data merupakan sekumpulan informasi yang telah tersusun secara terpadu dan sudah dipahami yang member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan mengambil tindakan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(57)

3) Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Penarikan kesimpulan dilakukan secara terus menerus sepanjang proses penelitian sejak peneliti memasuki lokasi penelitian dan proses pengumpulan data langsung, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari pola, tema, hubungan, persamaan, dan hal-hal yang sering timbul yang dituangkan dalam kesimpulan.

Proses analisis data secara interaktif ini dapat disajikan dalam bentuk skema sebagai berikut :

Gambar 3.1

Analisa Data Kualitatif Model Inter aktif

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Kesimpulan

Sumber : Miles dan Huberman dalam terjemahan tjetjep rohendi rohidi (1992:20)

3.7. Keabsahan Data

Menurut Moleong (2007 : 324), untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada 4 (empat) kriteria yang digunakan, yaitu :

Penyajian Data

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(58)

1) Derajat Kepercayaan (Credibility)

Penerapan kriterium derajat kepercayaan (kredibilitas) pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dari non kualitatif. Kriterium ini berfungsi untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai dan, mempetunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataaan ganda yang sedang diteliti.

2) Keteralihan (transferality)

Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk melakukan penglihan tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk keperluan itu peneliti harus melakukan penelitian kecil untuk memastikan usaha memverifikasi tersebut.

3) Kebergantungan (dependability)

Kebergantungan merupakan substitusi istulah reliabilitas dalam penelitian yang nonkualitatif. Pada cara nonkualitatif yaitu dengan diadakan pengulangan studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya secara esensial sama maka dikatakan reliabilitas ditunjukkan dengan jalan mengadakan replikasi studi. Jika dua atau beberapa kali diadakan pengulangan suatu studi dalam suatu kondisi yang sama dan hasilnya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(59)

secara esensial sama, dikatakan reliabilitasnya tercapai. Hal ini benar sama dengan alamiah yang mengandalkan orang sebagai instrument. Mungkin karena kelebihan, atau karena keterbatasan mengingat sehingga membuat kesalahan-kesalahan. Namun, kekeliruan yang dibuat orang demikian jelas tidak mengubah keutuhan kenyataan yang distudi. Konsep kebergantungan lebih luas daripada reliabilitas. Hal tersebut disebabkan oleh peninjauannya dari segi bahwa konsep itu memperhitungkan segala-galanya, yaitu yang ada pada reliabilitas itu sendiri ditambah faktor-faktor lainnya yang bersangkutan.

4) Kepastian (confirmability)

Kepastian berasal dari konsep objektivitas menurut nonkualitatif. Nonkualitatif menetapkan objektivitas dari segi kesepakatan antar subjek. Disini pemastian bahwa sesuatu itu objektif atau tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa orang atau banyak orang, barulah dapat dikatakan objektif. Hal itu digali dari pengertian bahwa jika sesuatu itu objektif, berarti dapat dipercaya, faktual dan dapat dipastikan .

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(60)

49

4.1. Gambar an Umum Dinas Pendidikan dan Kecamatan Mager sar i

A. Gambar an Umum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Mojokerto

Dinas pendidikan Kota Mojokerto merupakan lembaga instansi pemerintah yang memberikan pelayanan dibidang pendidikan dan di Kepalai oleh Bapak Drs. Budi Sunu HS, M.Si. Dinas pendidikan Kota Mojokerto terletak di Jl. PB. SUDIRMAN No.40. No telp. 0321 322109.

B. Gambar an Umum Keca matan Mager sar i Kota Mojoker to

Kecamatan Magersari merupakan bagian dari wilayah Kota Mojokerto, Kecamatan Magersari dipimpin oleh seorang yang bernama Bapak Achmad Zainuddin, S.Sos. MM. Kecamatan Magersari terletak di Jl. Empunala No.422, No telp 0321 321987.

4.1.1. Visi dan Misi Dinas Pendidikan dan Kecamatan Mager sar i.

A. Visi dan Misi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Mojoker to

Visi :

“Terwujudnya masyarakat yang cerdas dan berbudaya”.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(61)

Misi:

1. Mewujudkan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan non formal dan informal.

2. Meningkatkan layanan pendidikan yang bermutu.

3. Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan.

4. Meningkatkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan.

5. Memberdayakan peran serta masyarakat dalam melestarikan budaya daerah dan membudayakan olahraga.

B. Visi dan Misi Kecamatan Mager sar i Kota Mojoker to

Visi:

“Terwujudnya peningkatan pelayanan masyarakat yang berkualitas di wilayah Kecamatan Magersari”.

Misi:

1. Mewujudkan peningkatan penyelenggaraan umum;

2. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan umum, peningkatan tertib administrasi kependudukan, keagrarian, dan kehidupan politik dalam negeri.

3. Mewujudkan peningkatan pembangunan perekonomian. 4. Mewujudkan ketrentaman dan ketertiban serta ketaatan

masyarakat pada peraturan yang berlaku.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(62)

5. Mewujudkan program pembinaan dan bantuan kesejahteraan masyarakat melalui bidang pendidikan, keagamaan, kebudayaan, pemuda, dan olahraga serta peranan wanita.

4.1.2.Str uktur Organisasi Dinas dan Kecamatan Mager sar i Kota Mojoker to

Setiap organisasi memiliki struktur departemen atau organisasi, keberadaanya sangat penting bagi kelancaran efektifitas departemen atau organisasi yang bersangkutan. Oleh karena itu Struktur organisasi sangat diperlukan oleh setiap organisasi untuk dapat menciptakan suasana kerja yang harmonis diantara organisasi yang bersifat luwes dan fleksibel sehingga dapat mengatur pembagian kerja agar berjalan sesuai dengan tugas, tanggung jawab dan wewenangnya masing – masing. Adapun sktruktur organisasi Dinas Pendidikan dan Kecamatan Magersari, adalah sebagai berikut:

A. Str uktur Or ganisasi Dinas Pendidikan Kota Mojok er to

Struktur organisasi Dinas Pendidikan dapat dilihat dalam bagan struktur organisasi beserta nama pejabat, sebagai berikut:

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(63)

Gambar 4.1

Str uktur Organisasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

(Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan 2012)

Kasubag Keuangan

Astrid Nuriyanti, Bc.Kn Kepala

Drs. Budi Sunu HS, M.Si

Kasubag Kepeg & umum

Nurhayati, SH MH

Sekretaris Hariyanto,SE

Pengawas

Samsul Hadi, Dpit, Math S

Kasubag Sungram MD.Lely Kenyo, SH MH Kabid Ketenagaan Istibsyaroh, SH

Kasi Tenaga pendidik

Arsi Yaniarti, S.Sos

Kasi Tenaga Kependidikan Suparman, S.Pd Kasi Pengembangan SDM Nurmahanim Kasi Kurikulum

Yuppy Indah S, S.Pd Kasi Sarpras TK/SD

Aliyah Purwaningsih Kasi Kesiswaan

Ndayuk Sumari, S.Pd M,Si

Kasi Kurikulum

Drs. Agus Astono Kasi Sarpras SMP,SMA&SMK Anjianto Kasi Kesiswaan Suparti, S.Sos Kasi Kebudayaan Suntamah Kasi Pemuda&Olah Raga

Heri Priyono, SH Kasi Pend Non

Formal

Dra. Sri Yuli Y, M.Si Kabid Pend TK/SD

Drs. Eko Edy S, M,Si

Kabid Pend SMP,SMA&SMK

Tjatur Susanto, SH

Kabid PNF, Pemdora &Kebudayaan

Witono, S.Sos

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(64)

B. Str uktur Or ganisasi Kecamatan Mager sar i Kota Mojok er to

Struktur organisasi Kecamatan Magersari dapat dilihat dalam bagan struktur organisasi beserta nama pejabat, sebagai berikut:

Gambar 4.2

Str uk tur Organisasi Pemer intahan Kecamatan Mager sar i

(Sumber: Data Kecamatan Magersari 2011)

Camat

Achmad Zainuddin, S.Sos. MM

Sekretaris

Abd. Rachman Tuo MN, S.Sos

Kasi Sosial & Pemberdayaan Masyarakat

Nanik Lestari, SE Kelompok Jabatan

Funsional

Kasubbag Kepegawaian dan

Umum

Yeny Erawati, SE Kasubbag

Penyusunan Program

Erwin Wibowo, ST

Kasubbag Keuangan

Tri Widjayanti, SE. MSi

Kasi Perekonomian, Fisik & Praswil

Lilik Sukariyah,SH Kasi Trantib

Eko Suyatno, SH Kasi Pemerintahan

Ninis hartiningsih, SH

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(65)

4.1.3. Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai Dinas Pendidikan dan Kecamatan Mager sar i Kota Mojoker to

A. Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Mojoker to

1) Kepala Dinas

a. Memimpin pelaksanaan kewenangan daerah dalam bidang pendidikan dasar dan menengah serta tugas pembantuan yang diberikan oleh pemerintah.

b. Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pengendalian diseluruh kegiatan perangkat staf dan pelaksana dinas.

2) Sekretaris

a. Menyelenggarakan pengelolaan penyusunan perencanaan dan program, urusan keuangan, kepegawaian, umum dan mengkoordinasikan secara teknis dan administratif pelaksanaan kegiatan dinas serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

b. Penyusunan rencana kegiatan dan Program Kerja Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Gambar 3.1 Analisa Data Kualitatif Model Interaktif
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Akhir yang berjudul “ RANGKAIAN

(OCB) sebagai perilaku prososial yang terjadi dalam organisasi baik yang.. diberi maupun yang tidak diberi imbalan oleh

Penduduk yang bekerja pada Februari 2012 bertambah sebesar 3,1 juta orang dibanding keadaan Agustus 2011 dan bertambah 1,5 juta orang dibanding keadaan setahun yang lalu..

Andi (2007:25), menjelaskan bahwa “ informasi adalah data yang telah dirangkum atau dimanipulasi dalam bentuk lain untuk tujuan pengambilan..

Bapak Umar selaku bagian pengawas dan produksi mengatakan : “ Pelaksanaan pengendalian kualias produk yang saya lakukan dalam industri ini adalah dengan menerapkan

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memperkuat hipotesis sebelumnya bahwa manusia modern awal berkarakter Australomelanesid memang pendukung budaya dari (1) lapisan

Berdasarkan hasil analisis tersubut dapat di jelaskan bahwa aspek kecakapan kerja dalam kemampuan kerja bagi pegawai sangat di butuhkan sekali bagi kemajuan organisasi terutama

Berdasarkan informasi perolehan skor dan nilai prestasi belajar Peserta diklat dalam penguasaan suatu mata pelajaran, seorang guru dapat memilih Peserta diklat -Peserta