ANALISIS PRODUKTIVITAS PERUSAHAAN MELALUI
PENGUKURAN INDEKS PERFORMANSI PERUSAHAAN
DAN APC
(AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER)
PADA PT. AERO CATERING SERVICE (ACS)
JUANDA – SIDOARJO
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jatim
Oleh :
ERNIETA WIDYANINGTYAS 0742010043
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN”JAWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Produktivitas Perusahaan Melalui Pengukuran Indeks Performansi Perusahaan dan APC (American Productivity Center) pada PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda – Sidoarjo”.
Skripsi ini disusun guna melengkapi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Sosial Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam pelaksanaan penelitian penulisan skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih khususnya kepada Ibu Ir. Lisa Sulistyawati, MM selaku dosen pembimbing yang telah memberikan saran serta pengarahan sehingga penulisan skripsi penelitian ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Hj. Dra. Suparwati, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moral maupun material sehingga dapat terselesaikan skripsi ini.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dari segi teknis maupun segi materi penyusunannya, untuk itu penulis senantiasa bersedia dan terbuka menerima saran maupun kritik yang tentunya bersifat membangun dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk bagi kita semua. Amin.
Surabaya, Mei 2011
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
2.2.4 Penentuan Letak Fasilitas Produksi dalam Pabrik ... 13
2.2.4.1 Macam – Macam Layout ... 14
2.2.5 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Pabrik ... 15
2.2.6 Manajemen Persediaan Bahan ... 16
2.2.7 Pengendalian Bahan (Material Handling)... 18
2.3 Ruang Lingkup Produktivitas ... 19
2.3.1 Pengertian Produktivitas ... 19
2.3.2 Produktivitas Perusahaan ... 20
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas ... 21
2.3.4 Peningkatan Produktivitas ... 23
2.3.5 Pengukuran Produktivitas ... 24
2.3.5.1 Pengertian Pengukuran Produktivitas ... 24
2.3.5.2 Manfaat Pengukuran Produktivitas ... 25
2.3.5.3 Model - Model Pengukuran Produktivitas ... 26
2.3.6 Siklus Produktivitas ... 31
2.3.7 Ruang Lingkup Produktivitas ... 32
2.3.8 Profitabilitas ... 33
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 47
3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 48
3.2.1 Populasi ... 48
3.2.2 Sampel ... 49
3.2.3 Teknik Penarikan Sampel ... 49
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 49
3.3.1 Jenis Data ... 49
3.3.2 Sumber Data ... 50
3.3.3 Pengumpulan Data ... 50
3.4 Teknik Analisis Data ... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 56
4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 56
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 56
4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 57
4.1.3 Lokasi Perusahaan ... 58
4.1.4 Struktur Organisasi ... 59
4.1.5 Wewenang dan Tanggung Jawab ... 60
4.1.6 Tanggung Jawab Manajemen ... 64
4.1.6.1 Komitmen Manajemen ... 64
4.1.6.2 Fokus Terhadap Pelanggan ... 64
4.1.6.3 Kebijakan Mutu dan Keamanan Pangan... 64
4.1.6.4 Sasaran Mutu dan Keamanan Pangan Induk Perusahaan ... 65
4.1.6.5 Sasaran Mutu dan Keamanan Pangan Unit ... 66
4.1.6.6 Perencanaan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 dan Keamanan Pangan ISO 22000 : 2005 (HACCP). ... 66
4.1.7 Tinjauan Manajemen (Management Review)... 66
4.1.7.1 Masukkan Untuk Tinjauan Manajemen ... 67
4.1.7.2 Hasil/Keluaran Dari Tinjauan Manajemen ... 68
4.1.8 Komunikasi ... 68
4.1.8.1 Komunikasi Internal ... 68
4.1.8.2 Komunikasi Eksternal ... 69
4.1.9 Manajemen Sumber Daya ... 69
4.1.9.1 Kompetensi, Kesadaran dan Pelatihan ... 70
4.1.9.2 Infrastruktur ... 71
4.1.10 Panduan Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan . 72 4.1.10.1 Ruang Lingkup Sistem Manajemen Mutu dan Keamanan Pangan ... 72
4.1.11 Proses yang Berkaitan dengan Pelanggan ... 76
4.1.11.1 Tinjauan Terhadap Persyaratan yang Berkaitan dengan Produk ... 76
4.1.11.2 Komunikasi Pelanggan ... 77
4.1.12 Proses Pembelian ... 78
4.1.12.1 Informasi Pembelian ... 78
4.1.12.2 Verifikasi produk yang dibeli ... 79
4.1.13 Withdrawal ... 79
4.1.14 Pengukuran, Analisa dan Perbaikan ... 80
4.1.14.1 Pemantauan dan Pengukuran ... 80
4.1.14.2 Pengendalian Produk yang Tidak Sesuai dan Keluhan Pelanggan ... 81
4.1.14.3 Analisa Data... 81
4.1.14.4 Perbaikan terus menerus ... 82
4.1.15 Jadwal Verifikasi ... 84
4.1.16 Proses Bisnis Aerofood ACS Inflight Catering ... 85
4.1.16.1 Kerangka Pemetaan Proses Bisnis ... 86
4.1.16.2 Proses Pengadaan Barang Operasional ... 87
4.1.16.3 Deskripsi Bahan Baku Catering... 90
4.1.16.4 Order Center ... 95
4.1.16.5 FIFO System ... 96
4.1.16.6 Prosedur Produksi ... 97
4.1.16.7 Handling Catering Supllies and Logistic ... 98
4.1.16.8 Distribution and Limitation Load ... 99
4.1.16.9 Penanganan Limbah Padat dan Cair ... 99
4.2 Penyajian Data ... 101
4.2.1 Data Jumlah Tenaga Kerja ... 101
4.2.2 Data Jumlah Mesin ... 102
4.2.3 Data Jumlah Bahan Baku ... 103
4.3.1 Analisis Produktivitas Parsial ... 106
4.3.1.1 Produktivitas Tenaga Kerja ... 106
4.3.1.2 Produktivitas Mesin ... 107
4.3.1.3 Produktivitas Bahan Baku ... 108
4.3.2 Analisis Produktivitas Total ... 109
4.3.3 Indeks Produktivitas ... 110
4.3.3.1 Indeks Produktivitas Tenaga Kerja ... 110
4.3.3.2 Indeks Produktivitas Mesin ... 111
4.3.3.3 Indeks Produktivitas Bahan Baku ... 111
4.3.3.4 Indeks Performansi (Output – Input) ... 112
4.3.4 Indeks Profitabilitas ... 112
4.4 Pembahasan ... 113
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 115
5.1 Kesimpulan ... 115
5.2 Saran ... 116
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Data Profitabilitas PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda
– Sidoarjo ... 3
Tabel 4.1 Jadwal Verifikasi ... 84
Tabel 4.2 Deskripsi Bahan Baku, Ingredient dan Bahan Kontak dengan Produk ... 90
Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kerja PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda – Sidoarjo ... 101
Tabel 4.4 Jumlah Mesin PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda – Sidoarjo ... 102
Tabel 4.5 Jumlah Bahan Baku PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda – Sidoarjo ... 103
Tabel 4.6 Jumlah Output PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda – Sidoarjo ... 104
Tabel 4.7 Data Input Output PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda – Sidoarjo Periode Bulan Februari dan Maret 2011... 105
Tabel 4.8 Rekapitulasi Data Mengenai Produktivitas Tenaga Kerja ... 106
Tabel 4.9 Rekapitulasi Data Mengenai Produktivitas Mesin ... 107
Tabel 4.10 Rekapitulasi Data Mengenai Produktivitas Bahan Baku ... 108
Tabel 4.11 Rekapitulasi Data Mengenai Produktivitas Total ... 109
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Strategi Peningkatan Produktivitas dan Profitabilitas ... 20
Gambar 2.2 Siklus Produktivitas... 31
Gambar 2.3 Kerangka Berpikir ... 44
Gambar 4.1 Struktur Organisasi ... 59
Gambar 4.2 Bagan Diagram Proses Bisnis Aerofood ACS Inflight Catering ... 85
Gambar 4.3 Kerangka Pemetaan Proses Bisnis ... 86
Gambar 4.4 Proses Pengadaan Barang Operasional (0-15 juta) ... 87
Gambar 4.5 Proses Pengadaan Barang Operasional (15-250 juta) ... 88
Abstraksi
ERNIETA WIDYANINGTYAS, ANALISIS PRODUKTIVITAS
PERUSAHAAN MELALUI PENGUKURAN INDEKS PERFORMANSI PERUSAHAAN DAN APC (AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER) PADA PT. AERO CATERING SERVICE (ACS) JUANDA - SIDOARJO
PT. Aero Catering Service (ACS) adalah salah satu perusahaan catering yang menyediakan jasa makanan dan minuman bagi jasa penerbangan domestik maupun internasional. Salah satu faktor yang menentukan bagi perkembangan perusahaan adalah dengan memperhatikan produktivitas perusahaan yaitu mengendalikan dan menekan banyaknya input yang digunakan seperti tenaga kerja, mesin dan bahan baku untuk memperoleh output yang semaksimal mungkin. Dengan memperhatikan segi kualitas baik harga maupun rasa dari setiap produk yang disajikan kepada costumer airline dapat memberikan prestise tersendiri bagi PT. Aero Catering Service (ACS) sebagai salah satu perusahaan catering jasa penerbangan. Oleh karena itu, dalam kondisi apapun perusahaan selalu menginginkan produktivitasnya tetap tinggi agar diperoleh profitabilitas yang tinggi pula demi kelangsungan hidup perusahaan. Pengukuran produktivitas merupakan suatu cara untuk meningkatkan produktivitas serta menghitung indeks produktivitas agar dapat diketahui indeks profitabilitas yang diperoleh. Dengan menganalisa secara parsial maupun total dari masing – masing input, kita dapat mengetahui penyebab tinggi rendahnya produktivitas perusahaan agar lebih baik di masa mendatang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat produktivitas dari masing – masing input tenaga kerja, mesin dan bahan baku terhadap profitabilitas perusahaan.
Variabel penelitian yang digunakan adalah input tenaga kerja, mesin dan bahan baku terhadap output yang dihasilkan perusahaan dengan menggunakan sampel penelitian yaitu seluruh data masa produksi bulan Februari dan Maret 2011, sumber data diperoleh dari PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda – Sidoarjo. Teknik analisis yang digunakan adalah model pengukuran produktivitas parsial dan produktivitas total, model pengukuran indeks performansi perusahaan Marvin E. Mundel dan profitabilitas dengan model APC (American Productivity Center).
Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat produktivitas parsial dari input tenaga kerja, mesin dan bahan baku mengalami fluktuasi. Produktivitas total mengalami peningkatan dari bulan sebelumnya yang berpengaruh terhadap meningkatnya profitabiltas perusahaan.
Abstract
ERNIETA WIDYANINGTYAS, PRODUCTIVITY ANALISYS BY
PERFORMANCE MEASURING INDEX AND APC (AMERICAN PRODUCTIVITY CENTER) AT PT. AERO CATERING SERVICE (ACS) JUANDA – SIDOARJO
PT. Aero Catering Service (ACS) is one of the catering industry which is food and beverages supply for domestic and international flight. One of the factor to establish for indsutry development is productivity concern with press and handling input as use like labours, machine and materials to get output as useful as possible. With observe price and taste quality side from all of the product offered to costumer airline can give the prestige for PT. Aero Catering Service (ACS) as one of the flight catering industry. Therefore, industry wish for the productivity always high in every condition to get high profit for industry viability. Productivity measurement is one of the way to increase productivity with calculate productivity index to might be find out of profitability index. With partial and total analyzing each of input, we’ll get to know cause of high low industry productivity to be the better one in the future. The research purpose is to find out and productivity level analyzing from each labours, machine and materials input to industry profitability.
Variable as used in research is labours, machine and materials to retained earnings industry output with research sample from all of the data production time in February and March 2011, sources of data get from PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda – Sidoarjo. Analysis technique as used in is partial and total productivity measuring model, industry performance measuring index model Marvin E. Mundel, and profitability with APC (American Productivity Center) model.
Analysis data result refer that partial productivity level from labours, machine and materials input getting fluctuation. Total productivity getting increase from the previous month which is influential to increase industry profitability.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan merupakan salah satu jenis kebutuhan pokok bagi manusia yang
harus terpenuhi. Makanan merupakan prospek bisnis usaha yang menguntungkan.
Usaha produksi makanan dapat juga menunjang kelangsungan hidup manusia dan
membantu berkembangnya perekonomian negara. Dengan memaksimalkan output
perusahaan pada industri makanan dengan menekan input atau sumber daya yang
ada, produktivitas perusahaan akan semakin meningkat. Manfaat peningkatan
produktivitas bagi usaha industri makanan adalah meningkatkan profitabilitas
perusahaan dan mampu bersaing di pasar global.
Usaha catering merupakan perkembangan dari bisnis produksi makanan yang
secara umum dapat dibagi dalam beberapa jenis antara lain catering pesta,
catering penerbangan dan saat ini telah banyak juga penyedia catering diet. Usaha
catering telah berkembang dan merambah hingga ke jasa penerbangan. Dalam
jasa penerbangan, pelayanan kebutuhan akan produksi makanan sangat
diutamakan. Seperti halnya dengan usaha catering lainnya, produk catering
penerbangan ini juga sangat memperhatikan dari segi kualitas maupun kuantitas.
Tujuan utama dari suatu perusahaan adalah mendapatkan profit yang
maksimal, begitu pula dengan PT. Aero Catering Service (ACS) di Juanda -
Sidoarjo. Produktivitas diperlukan bagi perusahaan untuk dapat mengetahui
2
berhasil dihemat. Secara teknis, produktivitas mengandung pengertian mengenai
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan keseluruhan sumber daya yang
telah digunakan selama proses produksi berlangsung, seberapa besar output yang
dapat dihasilkan dengan input yang sedikit. Oleh karena itu, dalam kondisi apapun
perusahaan selalu menginginkan produktivitasnya tetap tinggi, guna memperoleh
profitabilitas perusahaan sehingga mampu menjaga kelangsungan hidup
perusahaan. Untuk itu, perlu dilakukan pengukuran produktivitas pada perusahaan
untuk menilai kinerja perusahaan dan juga untuk memperbaiki produktivitas
perusahaan itu sendiri.
Perusahaan penerbangan Garuda Indonesia kini memiliki Aerowisata
Catering Services, jasa katering terbesar di Indonesia yang mampu memproduksi
hingga ribuan porsi per hari. PT. Aero Catering Service (ACS) merupakan salah
satu unit usaha dari PT. Aerowisata yang juga anak perusahaan Garuda Indonesia
yang bergerak dalam bisnis catering untuk penerbangan. Saat ini, Aerofood ACS
memiliki lebih dari 400 karyawan yang melayani jasa boga kepada 9 maskapai
penerbangan domestik maupun internasional serta menyediakan berbagai layanan
boga lainnya (industrial catering, inflight logistics & distribution services). ACS
telah memperoleh sertifikasi standar halal oleh pihak otoritas di Indonesia dan
Manajemen Mutu ISO 9001 : 2008 juga Keamanan Pangan ISO 22000 : 2005
(HACCP). Aerofood ACS selalu berupaya memposisikan diri dengan kualitas
layanan berstandar internasional yang kreatif, inovatif dan cemerlang sekaligus
3
Produktivitas PT. ACS mengalami fluktuatif dari tahun ke tahun dan
menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam mengimplementasikan tata kelola
perusahaan yang baik. Untuk lebih jelasnya berikut ini merupakan data
profitabilitas perusahaan yang diperoleh PT. Aero Catering Service (ACS) pada
tahun 2005 – 2010 :
Tabel 1.1 Data Profitabilitas
PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda - Sidoarjo Tahun Profitabilitas (Rp)
2005 860000000
Sumber : PT. Aero Catering Service (ACS) Juanda - Sidoarjo
Berdasarkan tabel 1.1 diatas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2010
mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini ditandai dengan
adanya peningkatan profitabilitas perusahaan yang dinilai dari segi efisien dan
efektivitas baik dari tenaga kerja, mesin maupun bahan baku selama proses
produksi berlangsung. Pada tahun 2009, PT. ACS mampu mendapatkan profit
sebesar Rp1,15 miliar dan sempat mengalami penurunan pada tahun 2006 sebesar
740 juta dari tahun produksi 2005 sebesar 860 juta. Dalam meningkatkan
produktivitas perusahaan, baik tenaga kerja, mesin maupun bahan baku
perusahaan ini selain memiliki jiwa profesional tapi juga mempunyai SDM yang
terus mengembangkan kemampuannya sesuai tuntutan pasar.
Kompetensi SDM di perusahaan perlu ditingkatkan untuk bisa memberikan
4
yang sangat bersentuhan dengan aspek manusia dan pelayanan yang diberikannya.
Dengan dapur berkelas internasional dan fasilitas serta peralatan penguji makanan
yang berteknologi tinggi, Aerofood ACS menyediakan makanan yang disesuaikan
dengan standar kualitas yang tinggi dari maskapai domestik dan internasional.
Berdasarkan latar belakang tersebut ditetapkan judul “Analisis
Produktivitas Perusahaan Melalui Pengukuran Indeks Performansi
Perusahaan dan APC (American Productivity Center) pada PT. Aero Catering
Service (ACS) Juanda – Sidoarjo”.
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah produktivitas parsial dari produktivitas tenaga kerja,
produktivitas mesin, produktivitas bahan baku (beras, sayur dan ikan) pada
PT. Aero Catering Service (ACS) di Juanda – Sidoarjo?
2. Bagaimanakah produktivitas total perusahaan dari penggunaan dari input –
input produksi pada PT. Aero Catering Service (ACS) di Juanda – Sidoarjo ?
3. Bagaimanakah peningkatan indeks produktivitas perusahaan pada PT. Aero
Catering Service (ACS) di Juanda – Sidoarjo?
4. Berapa besar tingkat profitabilitas yang diperoleh perusahaan pada PT. Aero
5
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menganalisis produktivitas parsial perusahaan
berdasarkan produktivitas tenaga kerja, produktivitas mesin, produktivitas
bahan baku (beras, sayur dan ikan) pada PT. Aero Catering Service (ACS) di
Juanda – Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis produktivitas total perusahaan dari
penggunaan input – input produksi pada PT. Aero Catering Service (ACS) di
Juanda – Sidoarjo.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis peningkatan indeks produktivitas
perusahaan pada PT. Aero Catering Service (ACS) di Juanda – Sidoarjo.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis tingkat profitabilitas yang diperoleh
perusahaan pada PT. Aero Catering Service (ACS) di Juanda – Sidoarjo.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai
manajemen produktivitas.
2. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau saran bagi
manajemen perusahaan yang akan melakukan keputusan dalam meningkatkan
produktivitas perusahaan di masa yang akan datang serta sebagai referensi
penelitian yang akan datang dengan materi yang berhubungan dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Manajemen Produksi
Kegiatan-kegiatan manajemen produksi dan operasi tidak hanya menyangkut
pemrosesan atau manufacturing berbagai barang saja, akan tetapi dalam
kenyataannya berkembang pula perusahaan-perusahaan lain yaitu dibidang jasa
seperti asuransi, transportasi, bisnis perbankan dan berbagai bidang jasa lainnya.
Manajemen produksi menurut Sofyan Assauri ( 2004 : 12 ) adalah kegiatan
untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber-sumber daya alat
dan sumber-sumber daya dana serta bahan secara efektif dan efisien untuk
menciptakan dan menambah kegunaan suatu barang atau jasa. Dengan pengertian
ini, maka dalam istilah manajemen tercakup semua kegiatan atau aktivitas yang
menghasilkan barang atau jasa, serta kegiatan-kegiatan yang mendukung atau
menunjang usaha untuk menghasilkan barang atau jasa tersebut.
Manajemen menurut Handoko ( 2000 : 3 ) merupakan usaha-usaha
pengelolaan secara optimal penggunaan faktor-faktor produksi dalam proses
transformasi bahan mentah dan tenaga kerja menjadi berbagai produk dan jasa.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen
produksi merupakan proses kegiatan untuk mengadakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordiansian dari produksi serta proses
7
2.1.1 Fungsi Dasar Manajemen Produksi
Menurut Ahyari ( 2001 : 27 ) membagi empat fungsi dasar manajemen
prdouksi, yaitu :
1. Perencanaan (Planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan
sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan
perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan
tersebut.
2. Pengorganisasian (Organizing) dilaukan dengan tujuan membagi suatu
kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian
dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan,
siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikerjakan
dan siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut.
3. Pengarahan (Directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar
semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi.
4. Pengevaluasian (Evaluating) adalah proses pengawasan dan pengendalian
performa untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dalam hal ini dituntut untuk
dapat memecahkan masalah yang terdapat dalam kegiatan operasional agar
8
2.1.2 Tujuan Manajemen Produksi
Menurut Sukanto ( 2000 : 2 ) adalah memproduksi atau mengatur produksi
barang dan jasa dalam jumlah kualitas harga, waktu serta tempat tertentu sesuai
dengan kebutuhan konsumen.
Sedangkan tujuan manajemen produksi menurut Assauri ( 2004 : 23 ) adalah
kegiatan atau usaha yang dilakukan dengan menggunakan peralatan, sehingga
masukan atau input dapat diolah menjadi pengeluaran yang berupa barang atau
jasa yang akhirnya dapat dijual kepada para konsumen untuk memungkinkan
perusahaan dapat memperoleh keuntungan.
Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen
produksi ialah memproduksi atau mengatur barang dan jasa dalam jumlah
kualitas, harga, waktu serta dampak yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
2.2 Pengertian Produksi
Produksi adalah semua kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan
suatu barang atau jasa, dengan memanfaatkan sumber-sumber produksi yang
tersedia.
Produksi adalah setiap kegiatan atau usaha manusia untuk membuat dan
mengolah barang atau jasa dagangan untuk mempertinggi kuantitas manusia dan
kuantitas suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia (Ms.
9
2.2.1 Fungsi Produksi
Empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi adalah :
1. Proses pengolahan, merupakan metode atau tekhnik yang digunakan
untuk pengolahan masukan ( input ).
2. Jasa - jasa penunjang merupakan sarana yang berupa pengorganisasian
yang perlu untuk penetapan teknik dan metode yang akan dijalankan
sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien.
3. Perencanaan merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisaian dari
kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar
waktu atau periode tertentu.
4. Pengendalian atau pengawasan merupakan fungsi untuk menjamin
terlaksananya kegiatan sesuai dengan yang direncanakan sehingga
maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan ( input )
pada kenyataanya dapat dilaksanakan.
2.2.2 Tipe Proses Produksi
Tipe proses produksi ditinjau dari arus bahan mentah sampai menjad barang
jadi dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu :
1. Proses produksi terus menerus ( lini / continous process ) atau urutan
yang selalu sama dalam pelaksanaan proses produksi, pada umumnya
produk yang dihasilkan bersifat homogen ( satu macam ) dan tidak
10
2. Proses produksi yang terputus – putus ( intermintent process ) yaitu
proses produksi yang arus prosesnya ada dalam perusahaan tidak selalu
sama, pada umumnya produk yang dihasilkan bersifat heterogen ( lebih
dari satu macam ) dan tergantung pada spesifikasi yang diminta
pembeli.
2.2.3 Pengawasan Produksi
Sofyan Assauri ( 2001 : 147 ) menyatakan tentang arti dari pengawasan
produksi merupakan untuk mengkoordinasi aktivitas pengerjaan atau
pengelolaan agar waktu penyelesaian yang telah ditentukan terlebih dahulu
dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
Adapun pengawasan yang perlu dilaksanakan didalam pengendalian
produksi sebagai berikut :
1. Pengawasan Proses Produksi
Yaitu menentukan kapan waktu terselesaikannya proses produksi yang
benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Pengawasan Bahan Baku
Merupakan faktor yang sangat penting keterlambatan penyediaan bahan
baku mengakibatkan proses produksi perusahaan mengalami kemacetan.
3. Pengawasan Tenaga Kerja
Dipergunakan sebagai mengawasi tenaga kerja didalam melaksanakan
pekerjaan di bagian produksi agar dapat berkonsentrasi pada produk
11
4. Pengawasan Biaya Produksi
Tanpa adanya pengendalian dalam biaya produksi maka akan menjadi
pemborosan yang menyebabkan cost product menjadi tinggi sehingga
pada akhirnya akan mempengaruhi harga penjualan dan menempatkan
perusahaan didalam posisi persaingan.
5. Pengawasan Kualitas Produk
Sebelum proses berlangsung produk diteliti terlebih dahulu agar produk
yang dihasilkan bermutu tinggi.
6. Pemeliharaan
Peralatan yang setiap hari dipakai untuk proses produksi harus
membutuhkan pemeliharaan yang baik ( lebih insentif ) agar tidak
mengalami kemacetan dalam proses produksi. Perawatan pada cetakan
(matras), pembersihan cetakan, melihat fasilitas dalam proses produksi
yang perlu adanya perbaikan.
2.2.3.1 Fungsi Pengawasan Produksi
Sofyan Assauri ( 2001 : 149 ) mengatakan untuk dapat menjalankan
pengawasan dengan sempurna dan efektif, maka pengawasan produksi yang
dilakukan hendaknya mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Routing
Adalah fungsi yang menentukan dan mengatur urutan kegiatan pekerjaan
12
dipersiapkan untuk diproses menjadi barang jadi. Routing ini merupakan
dasar dari fungsi scheduling dan dispatching.
2. Loading
Adalah penentuan dan pengaturan muatan pekerjaan ( work load ) pada
masing – masing pusat pekerjaan ( work centre ) sehingga dapat
ditentukan berapa lama waktu yang diperlukan pada setiap operasi tanpa
adanya penundaan atau keterlambatan ( time delay ). Loading merupakan
dasar penetuan scheduling.
3. Scheduling
Merupakan pengkoordinasian tentang waktu dalam kegiatan berproduksi
sehingga dapat diadakan pengalokasian bahan – bahan baku dan bahan –
bahan pembantu serta kelengkapan kepada fasilitas – fasilitas atau bagian
– bagian pengolahan dalam pabrik pada waktu yang telah ditentukan.
4. Dispatching
Meliputi pelaksanaan dari semua rencana dan pengaturan dalam bidang
routing dan scheduling. Sebagian besar kegiatan dalam dispatching ini
terdiri dari penyampaian perintah kepada bagian pengolahan yang
dilakukan sesuai dengan schedul dan urutan pekerjaan yang telah
ditentukan. Apabila segala sesuatu telah ditentukan dan pemuatan
(loading) pekerjaan ke operasi telah dimulai, maka petugas pengawasan
produksi bertanggung jawab memberitahukan kepada petugas operasi
mengenai :
13
b. Waktu penyelesaian yang direncanakan.
c. Laporan penilaian perkembangan dari pekerjaan tersebut.
5. Follow Up
Adalah fungsi penelitian dan pengecekan terhadap semua aspek yang
mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi. Follow up ini mencakup usaha -
usaha untuk mendapatkan bahan baku yang tidak tersedia tetapi dibutuhkan,
mencari supplier yang paling baik untuk mendapatkan bahan - bahan baku
tersebut, juga meneliti mesin - mesin dan peralatan yang diperlukan serta
mengenai penjualan apakah hasilnya baik atau buruk. Kesemuannya itu
dilakukan dengan tujuan agar hal - hal tersebut tidak mengganggu
kelancaran didalam produksi.
2.2.4 Penentuan Letak Fasilitas Produksi dalam Pabrik
Layout fasilitas produksi merupakan keseluruhan bentuk dan
penempatan fasilitas – fasilitas yang diperlukan di dalam proses produksi. Di
dalam berproduksi diperlukan peralatan – peralatan, perlengkapan –
perlengkapan, mesin – mesin atau fasilitas – fasilitas produksi. Fasilitas –
fasilitas tersebut harus diatur sesuai dengan kebutuhan proses produksi
sehingga hasil produksi dapat di produksi dengan jumlah dan kualitas yang
sesuai, dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan dengan biaya yang
minim. Perencanaan layout pabrik merupakan pemilihan secara optimum
14
penyimpanan dan fasilitas servis, bersama – sama dengan penentuan bentuk
gedung pabriknya.
Jadi tujuan pengaturan layout fasilitas yang baik itu adalah :
1. Memaksimimkan pemanfaatan peralatan pabrik.
2. Meminimumkan kebutuhan tenaga kerja.
3. Mengusahakan agar aliran bahan dan produk itu lancar.
4. Meminimumkan hambatan pada kesehatan.
5. Meminimumkan usaha membawa bahan.
6. Memaksimumkan pemanfaatan ruang yang tersedia.
7. Memaksimumkan keluwesan menghindari hambatan operasi dan tempat
yang terlalu padat.
8. Memberikan kesempatan berkomunikasi bagi para karyawan dengan
menempatkan mesin dan proses secara benar.
9. Memaksimumkan hasil produksi.
2.2.4.1 Macam – Macam Layout
Jenis atau macam layout dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Layout proses atau fungsional ( Process / Fungtional Layout )
Dalam layout proses mesin – mesin dan peralatan – peralatan yang
mempunyai fungsi yang sama dikelompokkan dan ditempatkan dalam
15
2. Layout produk atau garis ( Product / Line Layout )
Didalam layout produk mesin – mesin dan perlengkapan – perlengkapan
disusun berdasarkan urutan operasi yang diperlukan bagi produk yang
dibuat.
3. Layout kelompok ( Group Layout )
Layout kelompok memisahkan daerah serta sekelompok mesin yang
membuat serangkaian komponen yang memerlukan pemprosesan yang
sama.
2.2.5 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Pabrik
1. Lingkungan Masyarakat
Kesediaan masyarakat suatu daerah dalam menerima konsekuensi baik
positif maupun negatif didirikannya suatu pabrik di daerah tersebut.
2. Sumber Daya Alam
Biaya produksi akan sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya harga
bahan. Harga bahan tersebut dipengaruhi oleh pendistribusian bahan ke
pabrik, sehingga apabila suatu pabrik terletak jauh dari sumber daya
alam maka akan semakin tinggi pula biaya pengangkutan dan
pendistribusiannya.
3. Sumber Daya Manusia
Tersedianya tenaga baik terdidik ataupun tenaga terlatih yang cukup
banyak merupakan factor yang penting. Didalam penentuan lokasi
16
kemungkinan tersedianya tenaga – tenaga di sekitar daerah yang akan
dipilih sebagai alternatif lokasi pabrik.
4. Pasar
Seperti halnya bahan dasar biaya distribusi perlu ditambahkan pula pada
harga barang – barang jadi. Apakah produk itu merupakan barang yang
harus dijual kepada konsumen yang sangat luas ataukah hanya akan di
jual kepada sebagian kecil masyarakat. Pendistribusian dan transportasi
barang – barang hasil produksi tersebut dari pabrik pada konsumen perlu
diperhatikan lokasi yang tepat.
2.2.6 Manajemen Persediaan Bahan
Menurut Agus Ahyari ( 2002 : 149 ) perlunya persediaan bahan baku di
dalam perusahaan digunakan untuk tidak memperlambat pelaksanaan proses
produksi. Bahan baku didatangkan dari pabrik. Di dalam pembelian suatu
bahan baku tidak dapat dibeli atau didatangkan secara satu per satu dalam
jumlah unit yang diperlukan pada saat bahan tersebut akan dipergunakan
untuk proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan dalam beberapa
17
2.2.6.1 Fungsi Persediaan Bahan
1. Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman bahan baku yang
dibutuhkan oleh perusahaan. Seandainya terjadi keterlambatan maka
perusahaan dapat memanfaatkan persediaan yang ada sambil menunggu
bahan baku y ang dikirim dari pemasok.
2. Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga
harus dikembalikan.
3. Untuk menyimpan bahan baku yang dihasilkan disimpan dalam gudang,
sebab akan menghindari naiknya harga bahan baku yang mengikuti arus
kenaikan valuta asing.
4. Mempertahankan stabilitas produk dan menjamin kelancaran arus
produksi.
5. Mencapai produk yang seoptimal mungkin sesuai keinginan perusahaan
yang dapat diterima konsumen.
2.2.6.2 Jenis – Jenis Persediaan Bahan
1. Batch Stock / Lot Size Inventory yaitu persediaan yang diadakan karena
kita membeli atau membuat barang dalam jumlah yang dibutuhkan pada
saat itu.
2. Fluctuation Stock yaitu sebagai persediaan yang diadakan untuk
menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat
diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk
18
3. Anticipation Stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan berdasarkan pola musiman
yang terdapat satu tahun untuk menghadapi penggunaan penjualan serta
permintaan meningkat.
2.2.7 Pengendalian Bahan (Material Handling)
Material Handling adalah suatu seni dan ilmu untuk memindahkan,
membungkus dan menyimpan bahan – bahan dalam segala bentuk.
Tujuan dari pemindahan bahan ini adalah mencapai pemindahan bahan
– bahan yang tertib dan teratur dengan memenuhi syarat yang telah
ditentukan dan yang lebih penting lagi adalah mencapai biaya yang rendah.
Penurunan biaya material handling dapat diusahakan dengan cara :
1. Pengurangan jumlah dan jarak pengangkutan.
2. Pengurangan waktu yang dibutuhkan didalam pengangkutan bahan.
3. Pemilihan alat pengangkutan bahan yang tepat.
Keuntungan yang diperoleh :
1. Menekan biaya pengendalian bahan – bahan.
2. Memperlancar perpindahan bahan – bahan.
3. Pemanfaatan luas ruang secara maksimal.
4. Mengurangi kerusakan bahan.
19
2.3 Ruang Lingkup Produktivitas
2.3.1 Pengertian Produktivitas
Produktivitas menurut Heizer dan Render (2005) adalah perbandingan
antara output (barang dan jasa) dibagi input (sumber daya seperti tenaga kerja dan
modal).
Menurut Kisdarto Atmosoeprapto (2000 : 1) menyatakan produktivitas
adalah perbandingan antara keluaran (output) yang dicapai dengan masukan
(input) yang diberikan. Produktivitas juga merupakan hasil dari pengelolaan
masukan dan pencapaian sasaran. Efektivitas dan efisiensi yang tinggi akan
menghasilkan produktivitas yang tinggi pula.
Produktivitas diartikan sebagai tingkatan efisiensi dalam memproduksi
barang-barang atau jasa-jasa. Produktivitas juga dapat diartikan sebagai
perbandingan ukuran harga bagi masukan dan hasil serta perbedaan antara
kumpulan jumlah pengeluaran dan pemasukan yang dinyatakan dalam satu-satuan
unit.
Dari beberapa definisi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa
produktivitas adalah perbandingan antara output/keluaran dibanding
input/masukan dengan menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan secara
20
2.3.2 Produktivitas Perusahaan
Gambar 2.1 Strategi Peningkatan Produktivitas dan Profitabilitas
Produktivitas perusahaan membangun suatu industri yang memperhatikan
secara terfokus pada aspek – aspek kualitas, efektivitas dan efisiensi pemanfaatan
sumber daya (input) dalam memproduksi output. Efektivitas adalah merupakan
derajat pencapaian tujuan output dari sistem produksi dan efisiensi adalah ukuran
yang menunjuk sejauh mana sumber-sumber daya digunakan dalam proses
produksi untuk menghasilkan output. Indikator dari keberhasilan sistem industri
dipantau melalui pengukuran produktivitas dan profitabilitas secara terus –
menerus, dimana pengukuran produktivitas memberikan informasi mengenai
masalah internal sedangkan pengukuran profitabilitas memberikan informasi
mengenai masalah eksternal perusahaan pada industri sejenis yang menghasilkan Peningkatan profitabilitas melalui atraksi dan
loyalitas pelanggan
Peningkatan produktivitas melalui siklus produktivitas (efektivitas/efisiensi)
21
produk serupa serta meningkatkan daya saing dari produk yang dihasilkan di
pasar global yang kompetitif. Dengan membangun aspek-aspek tersebut dapat
meningkatkan produktivitas perusahaan serta dapat meningkatkan profitabilitas
melalui atraksi dan loyalitas pelanggan.
Vincent Gaspersz menyatakan hubungan antara profitabilitas dan
produktivitas. “Jika perusahaan memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi
sedangkan tingkat produktivitasnya rendah, maka yang akan terjadi adalah tingkat
profitabilitas tidak akan berlanjut dalam jangka panjang, dalam jangka panjang
produktivitas yang rendah akan menggerogoti keuntungan perusahaan”.
Profitabilitas merupakan konsep finansial yang diperoleh dengan mengurangi nilai
penjualan dengan nilai biaya. Karena dinyatakan dalam nilai (rupiah) maka nilai
profitabilitas sangat dipengaruhi oleh variabel harga. Pada umumnya faktor yang
menentukan tingkat harga berada diluar kontrol perusahaan.
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Menurut Vincent Gasperz (2000 : 9) ada 5 faktor produktivitas yang umum
yaitu :
1. Tenaga Kerja.
Operasi sistem produksi membutuhkan intervensi manusia dan orang-orang
yang terlibat dalam proses sistem produksi yang dianggap sebagai input
22
2. Modal.
Operasi sistem produksi membutuhkan modal untuk berbagai macam fasilitas
peralatan, mesin-mesin produksi, bangunan pabrik, gudang dan lain-lain yang
dapat membantu jalannya proses produksi.
3. Bahan baku.
Bahan baku diperlukan agar sistem produksi dapat menghasilkan produk
yang akan dihasilkan oleh perusahaan.
4. Mesin.
Di dalam melakukan produksi untuk menghasilkan output, dibutuhkan
mesin-mesin yang dapat memudahkan pekerjaan manusia.
5. Informasi.
Informasi mengenai kebutuhan atau keinginan pelanggan, kuantitas
permintaan pasar, harga produk di pasar dan lain-lain sangat dibutuhkan bagi
perusahaan dalam mengembangkan produktivitasnya.
Sedangkan menurut Ahmad Tohardi (2002 : 452) bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dari perekonomian atau
industri-industri secara keseluruhan.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas organisasi, unit-unit usaha
atau pabrik secara individual.
23
2.3.4 Peningkatan Produktivitas
Menurut Vincent Gasperz (2000 : 85), program peningkatan produktivitas
berkaitan dengan gerakan ke arah efisiensi produktif total adalah titik yang
memenuhi dua kondisi yang memuaskan seperti :
1. Untuk setiap bauran masukan tertentu dapat menghasilkan keluaran dalam
jumlah tertentu, dalam arti tidak ada kelebihan pemakaian masukan untuk
menghasilkan keluaran tersebut meskipun mungkin harga satu unit kondisi ini
disebabkan oleh hubungan teknik yaitu technical efficiency.
2. Dengan menggunakan bauran masukan tertentu yang memuaskan
sebagaimana kondisi pertama, bauran dengan banyak yang paling rendah
yang dipilih. Kondisi ini disebabkan oleh hubungan relatif harga masukan
yaitu price efficiency.
Peningkatan produktivitas menurut Vincent Gasperz (2000 : 89) dapat
dicapai melalui :
a. Menggunakan masukan dalam jumlah yang lebih sedikit untuk menghasilkan
keluaran dalam jumlah yang sama.
b. Menghasilkan keluaran yang lebih baik dengan masukan yang sama.
Dari beberapa penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa kenaikan
produktivitas tenaga kerja belum tentu akan mempengaruhi kenaikan produksi,
produksi bisa saja tetap dan bisa juga meningkat. Peningkatan usaha untuk
meningkatkan produktivitas bertujuan meningkatkan hasil dan perbaikan untuk
24
produktivitas antara lain : meningkatkan daya saing, profitabilitas, menarik
investasi dan menciptakan lapangan pekerjaan.
2.3.5 Pengukuran Produktivitas
2.3.5.1 Pengertian Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang penting di
semua tingkatan ekonomi dan merupakan satu cara untuk meningkatkan
produktivitas. Dalam setiap kegiatan, masing-masing mempunyai manfaat
pengukuran produktivitas sendiri-sendiri.
Menurut Heizer dan Render (2005) Pengukuran produktivitas dapat
dilakukan secara produktivitas faktor tunggal dan produktivitas secara
multifaktor. Produktivitas faktor tunggal menggambarkan perbandingan satu
sumber daya (input) terhadap barang dan jasa yang dihasilkan (output).
Produktivitas multifaktor menggambarkan perbandingan banyak atau seluruh
sumber daya (input) terhadap barang dan jasa yang dihasilkan (output).
Tujuan sistem pengukuran produktivitas adalah untuk menghitung
perbaikan produktivitas memungkinkan perusahaan menentukan kemampuan
mereka untuk memproduksi output yang sama jumlahnya atau lebih banyak.
Adapun menurut Mulyadi (2001 : 466) pengukuran produktivitas dilakukan
dengan perubahan produktivitas sehingga dapat dilakukan terhadap usaha untuk
25
2.3.5.2 Manfaat Pengukuran Produktivitas
Pengukuran produktivitas dalam suatu organisasi perusahaan menurut
Vincent Gasperz (2000 : 24,25) antara lain :
1. Perusahaan dapat menilai efisiensi konversi sumber dayanya, agar dapat
meningkatkan produktivitas melalui efisiensi penggunaan sumber-sumber
daya itu.
2. Perencanaan sumber-sumber daya akan lebih efektif dan efisien melalui
pengukuran produktivitas, baik dalam perencanaan jangka pendek maupun
jangka panjang.
3. Tujuan ekonomis dan non ekonomis dari perusahaan dapat diorganisasikan
kembali dengan cara memberikan prioritas tertentu yang dipandang dari sudut
produktivitas.
4. Perencanaan target tingkat produktivitas di masa mendatang dapat
dimodifikasi kembali berdasar informasi pengukuran tingkat produktivitas
sekarang.
5. Strategi untuk meningkatkan produktivitas dapat ditentukan berdasarkan
perbedaan antara tingkat produktivitas yang direncanakan dengan tingkat
yang diukur.
6. Pengukuran produktivitas perusahaan akan menjadi informasi yang
bermanfaat dalam membandingkan tingkat produktivitas di antara perusahaan
dalam industri sejenis serta bermanfaat pula untuk informasi produktivitas
26
7. Pengukuran produktivitas akan memberikan informasi yang bermanfaat
dalam mengevaluasi perkembangan dan efektivitas dari perbaikan
terus-menerus yang dilakukan perusahaan itu.
8. Pengukuran produkivitas akan memberikan motivasi kepada orang-orang
untuk secara terus-menerus melakukan perbaikan dan juga akan
meningkatkan kepuasan kerja.
9. Aktivitas perundingan bisnis secara kolektif dapat diselesaikan secara
rasional apabila telah tersedia ukuran-ukuran produktivitas.
2.3.5.3 Model-Model Pengukuran Produktivitas
1. Produktivitas Parsial
Adalah produktivitas dari salah satu masukan yang secara khusus diukur
dengan menghitung rasio dari output terhadap input tunggal.
Produktivitas Parsial =
Input dapat berupa berupa tenaga kerja, produksi, modal dan mesin. Jika
output dan input diukur dalam kualitas fisik maka ukuran ini disebut pengukuran
produktivitas operasional (operational productivity measure). Sedangkan jika
keluaran dan masukan diukur dalam nilai uang maka ukuran ini disebut
pengukuran produktivitas keuangan (financial productivity measure).
Kelebihan dari pengukuran produktivitas parsial menurut Mulyadi (2001 :
468) adalah :
a. Memungkinkan para manajer untuk memusatkan usahanya pada penggunaan
27
b. Ukuran operasional parsial lebih mudah digunakan untuk menilai kinerja
produktivitas karyawan operasional.
c. Untuk kepentingan pengendalian operasional, seringkali standart kinerja yang
digunakan bersifat jangka pendek.
Pengukuran produktivitas parsial juga memiliki kelemahan yaitu :
a. Ukuran parsial yang digunakan secara terpisah atau tidak dihubungkan
dengan ukuran-ukuran lainnya dapat menyesatkan.
b. Penurunan produktivitas salah satu jenis masukan kemungkinan diperlukan
untuk menaikkan produktivitas masukan yang lain.
2. Produktivitas Faktor Total
Merupakan rasio output bersih (net output) terhadap banyaknya input modal
dan tenaga kerja yang digunakan. Output bersih merupakan selisih dari output
total dengan jumlah peralatan dan jasa yang dibeli.
Produktivitas Faktor Total =
= –
Keuntungan pengukuran produktivitas faktor total adalah :
1. Data dari perusahaan relatif mudah diperoleh.
2. Dapat dianalisa dari sudut pandang ekonomi karena menyangkut keadaan
28
Sedangkan keterbatasan pengukuran produktivitas faktor total adalah :
1. Tidak banyak berpengaruh terhadap input bahan baku dan energi.
2. Sulit bagi pihak manajemen untuk menganlisa hubungan nilai tambah output
dengan efisiensi produktivitas, karena nilai tambah yang dihasilkan bisa saja
disebabkan oleh adanya peningkatan biaya produksi.
3. Tidak cocok bila biaya-biaya material merupakan bagian yang cukup besar
dari biaya total produk dimana pengaruh yang besar dari input material tidak
langsung ditunjukkan dalam pengukuran produktivitas ini.
4. Hanya input tenaga kerja dan modal yang dipertimbangkan dalam input
faktor total.
3. Produktivitas Total
Menurut Vincent Gasperz (2000 : 33) adalah merupakan rasio dari output
total terhadap input total.
Produktivitas Total =
Ukuran produktivitas total dapat digunakan untuk menilai seluruh masukan.
Adapun kelebihan dari pengukuran produktivitas total adalah :
a. Memperhitungkan semua output dan faktor-faktor input yang kuantitatif.
b. Mudah dihubungkan dengan total biaya.
Pengukuran produktivitas total juga mempunyai kelemahan yaitu :
a. Data pada tingkat produksi dan langganan relatif sulit diperoleh kecuali
29
b. Baik pengukuran produktivitas parsial maupun produktivitas total tidak
mempertimbangkan keberadaan faktor input maupun output yang tidak
tampak.
4. Model Produktivitas Mundel.
Model ini dikemukakan pertama kali oleh Marvin E. Mundel pada tahun
1978. Mundel ini merupakan salah satu model pengukuran produktivitas total
yang memakai pendekatan angka indeks. Yaitu :
a. IP =
b. IP =
Dimana :
IP = indeks produktivitas.
AOMP = output agregat untuk periode yang diukur.
AOBP = output agregat untukperiode dasar.
RIMP = input-input periode yang diukur.
RIBP = input-input untuk periode dasar.
5. Model Produktivitas APC (The American Productivity Center Model).
Model APC biasanya digunakan untuk mengukur produktivitas total
perusahaan. Pusat produktivitas Amerika (The American Productivity Center =
APC) telah mengemukakan ukuran produktivitas yang didefinisikam melalui
30
Profitabilitas =
=
=
Dalam pengukuran produktivitas model APC (The American Produvtivity
Center), kuantitas output dan input untuk setiap periode waktu digunakan dengan
harga-harga periode dasar agar memperoleh indeks produktivitas. Setelah
mengetahui indeks produktivitas dan indeks perbaikan harga, indeks profitabilitas
dapat ditentukan dengan menggunakan formula berikut :
IPF = IP
Dimana :
IPF = indeks profitabilitas
IP = indeks produktivitas
IPH = indeks perbaikan harga
Dalam model APC, biaya-biaya per unit tenaga kerja, material dan energi
ditentukan berdasarkan penyudutan (depresiasi) total ditambah keuntumgan
relatif terhadap aset total (aset total + modal kerja) yang digunakan. Dengan
demikian input modal untuk suatu periode waktu tertentu dihitung berdasarkan
formula berikut :
Input Modal = (Depresiasi pada periode itu) + (ROA periode dasar x asset
31
2.3.6 Siklus Produktivitas
Perusahaan yang ingin meningkatkan produktivitasnya memerlukan
beberapa usaha secara formal. Program produktivitas formal dalam perusahaan
harus didasarkan pada suatu konsep yang disebut Siklus Produktivitas.
Gambar 2.2 Siklus Produktivitas
Sumber : Productivity Engineering and Management, Vincent Gasperz. 2000
Sebuah perusahaan memulai program produktivitas dengan pengukuran
tingkat produktivitas. Setelah tingkat produktivitas diketahui, akan dievaluasi
sejauh mana hasil yang telah dicapai sampai saat ini dan dari evaluasi ini akan
dapat diketahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat
produktivitas. Dari hasil evaluasi tersebut akan direncanakan langkah-langkah
untuk mencapai tingkat produktivitas yang lebih baik untuk jangka pendek
maupun jangka panjang. Untuk mencapai sasaran itu, perbaikan produktivitas
perlu dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Siklus ini
berlangsung terus-menerus selama program produktivitas dalam perusahaan. Pengukuran
Perencanaan
32
2.3.7 Ruang Lingkup Produktivitas
Ada 4 ruang lingkup produktivitas yaitu :
1. Ruang Lingkup Nasional.
Memandang negara secara keseluruhan. Disini diperhitungkan faktor-faktor
secra sederhana seperti buruh, kapital, manajemen bahan mentah dan
sumber-sumber lainnya sebagai keluaran yang memperngaruhi barang.
2. Ruang Lingkup Industri.
Disini faktor-faktor yang mempengaruhi dan berhubungan dikelompokkan
dalam kelompok industri yang sama. Misalnya baja, minyak, pendidikan dan
sebagainya.
3. Ruang Lingkup Perusahaan atau Organisasi.
Dalam suatu perusahaan ada pengaruh antar faktor. Produksi yang dibuat atau
dihasilkan dapat diukur / dihubungkan dengan perusahaan lainnya untuk
mengetahui efisiensi perusahaan tersebut.
4. Ruang Lingkup Perorangan.
Ditentukan oleh lingkungan serta ketersediaan alat, proses dan perlengkapan.
Disini timbul faktor baru yang tidak dapat dikelompokkan dimana individu
termasuk pengaruh dengan kelompok lain dan alasan mengapa seseorang
33
2.3.8 Profitabilitas
Brigham dan Houston (2001 : 197) menyatakan bahwa profitabilitas adalah
hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Sartono (2001 : 119)
berpendapat bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Dengan demikian bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan
dengan analisa profitabilitas ini. Rasio profitabilitas merupakan perbandingan
antara laba perusahaan dengan investasi atau ekuitas yang digunakan untuk
memperoleh laba tersebut. Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dalam hubungannya dengan penjualan, total
aktiva, maupun modal sendiri. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan semakin
tinggi efisiensi perusahaan tersebut dalam memanfaatkan fasilitas perusahaan
(John . 2005).
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan
operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis
fundamental perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator
kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga
merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek
perusahaan di masa yang akan datang. Dari sini permasalahannya menyangkut
efektifitas manajemen dalam menggunakan total aktiva maupun aktiva bersih
seperti yang tercatat dalam neraca. Efektifitas dinilai dengan menghubungkan laba
bersih – yang didefinisikan dengan berbagai cara – terhadap aktiva yang
34
analisis yang memberikan gambaran lebih, walaupun sifat dan waktu dari nilai
yang ditetapkan pada neraca cenderung menyimpangkan hasilnya. Bentuk paling
mudah dari analisis profitabilitas adalah menghubungkan laba bersih (pendapatan
bersih) yang dilaporkan terhadap total aktiva di neraca.
2.4 Input atau Masukan Sistem Produksi
Untuk melaksanakan proses produksi dalam perusahaan, diperlukan adanya
beberapa input atau masukan untuk sistem produksi dalam perusahaan yang
bersangkutan. Menurut Ahyari (2002 : 98) beberapa input atau masukan yang
diperlukan untuk sistem produksi dalam perushaan antara lain adalah bahan baku
yang dipergunakan perusahaan tersebut, tenaga kerja yang diperlukan, dana yang
tersedia untuk modal kerja, terutama dalam hal ini adalah guna pembiayaan bahan
baku serta tenaga kerja dan hal-hal lain yang diperlukan dalam sistem produksi
termasuk bahan pembantu, perlengkapan/peralatan serta mesin mesin yang
digunakan selama proses produksi berlangsung.
Sedangkan menurut Lalu Sumayang (2000 : 11), input atau masukan sistem
produksi disebut juga sumber-sumber daya sebagai faktor-faktor produksi yang
dapat berupa bahan baku, tenaga kerja, modal, mesin, peralatan, perlengkapan,
fasilitas dan informsi. Bahkan pada produksi jasa, pelanggan dapat juga berfungsi
sebagai input perusahaan. Beberapa cara menurunkan input :
1. Meningkatkan efisiensi staf dan mesin.
2. Pengadaan material/komponen yang lebih murah.
35
4. Menyederhanakan proses.
Input yang diperlukan dalam meningkatkan produktivitas perusahaan antara
lain :
1. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dimaksud adalah seluruh karyawan yang bekerja selama
proses produksi berlangsung antara lain karyawan bagian pembelian bahan
baku, karyawan pada saat proses pengolahan produk, karyawan pada bagian
perawatan peralatan, dan beberapa karyawan/tenaga kerja yang ikut serta
dalam meningkatkan produktivitas perusahaan. Setiap tenaga kerja dituntut
untuk dapat memaksimalkan hasil keluaran/output dengan penggunaaan
bahan baku yang tersedia dan meminimalisasi waktu sedikit mungkin.
Semakin banyak keluaran/output yang dihasilkan oleh setiap tenaga kerja
dengan waktu yang singkat, maka semakin besar pula keuntungan yang
diperoleh perusahaan.
2. Mesin
Penggunaan mesin di dalam setiap proses produksi sangat perlu diperhatikan.
Karena mesin dapat membantu atau mempermudah tenaga kerja manusia
dalam proses pembuatan produksi. Agar mesin dapat berfungsi dengan
selama proses produksi berlangsung, harus dilakukan perawatan agar tidak
menyebabkan terjadinya kerusakan bahkan pengkaratan pada mesin tersebut.
Jam kerja mesin harus disesuaikan dengan proses produksi yang akan
36
memproduksi suatu barang dalam jangka waktu yang pendek dengan jumlah
yang dihasilkan lebih banyak dan kualitas yang lebih baik.
3. Bahan Baku
Bahan baku merupakan salah satu input dalam proses produksi. Bahan baku
merupakan salah satu sistem produksi agar dapat menghasilkan suatu produk
atau output. Kualitas bahan baku harus tetap dijaga agar tidak merusak
hasil/output yang diproduksi oleh perusahaan. Selain itu harus diperhatikan
dari segi berat, warna dan bau pada setiap pembelian bahan baku hingga
proses produksi berlangsung. Pengolahan bahan baku harus sesuai dengan
standart yang telah ditetapkan oleh perusahaan agar dapat memberikan hasil
yang terbaik hingga dapat membantu meningkatkan produktivitas perusahaan.
Bahan baku yang digunakan antara lain beras, sayur dan ikan yang
merupakan bahan baku utama dalam usaha catering.
2.5 Output atau Keluaran Sistem Produksi
Pada umumnya, keluaran (output) dari sistem produksi adalah barang dan
jasa yang merupakan hasil dari kegiatan produksi dalam perusahaan. Produk dan
jasa dalam perusahaan tersebut tidak menyimpang dari produk dan jasa yang telah
direncanakan dalam sistem produksi perusahaan, sehingga pelaksanaan dari
kegiatan yang sudah mempunyai pola tertentu dimana pola tersebut sudah terdapat
dalam sistem produksi perusahaan. Ahyari (2002 : 103)
Beberapa cara meningkatkan output :
37
2. Menambah tenaga kerja atau jam kerja dengan asumsi penambahan biaya
kurang dari penambahan tenaga kerja atau jam kerja.
3. Memperbaiki proses (mesin atau alat).
4. Mempercepat proses dengan peningkatan metode.
Sedangkan menurut Lalu Sumayang (2000 : 11), output atau keluaran
sistemproduksi dapat berupa produk yang dihasilkan oleh proses konversi juga
dapat berupa barang atau jasa pelayanan. Secara umum produk barang dan jasa
dapat dibedakan melalui beberapa kriteria berikut ini :
1. Barang adalah suatu yang nyata, sehingga dapat disimpan, dipindahkan dan
diubah-ubah, sedangkan jasa pelayanan adalah sesuatu yang tidak nyata,
hanya dapat dirasakan oleh orang/konsumen yang menikmatinya.
2. Jasa diproduksi dan dikonsumsi pada waktu yang bersamaan.
3. Produk jasa mudah basi sehingga mempersulit perencanaan kapasitas dan
inventory.
4. Mutu pada produk jasa hanya dapat dibuktikan setelah pelanggan
menggunakan jasa tersebut.
5. Pada produk barang, terdapat jarak yang jauh dimana antara bagian pemsaran
denganbagian operasi sehingga diperlukan usaha-usaha koordinasi diantara
38
2.6 Definisi Catering
Istilah katering berasal dari bahasa Inggris yaitu catering. Kata cater
mengandung pengertian menyajikan makanan, sedangkan orang yang menyajikan
makanan disebut caterer. Istilah katering merupakan istilah khusus yang
digunakan untuk bisnis yang menawarkan jasa dan penyedia makanan dan
minuman dalam jumlah banyak. Jasa katering biasanya banyak diperuntukkan
dalam berbagai acara besar, antara lain perkawinan, pesta, atau sekadar arisan
keluarga. Definisi tentang katering juga dijelaskan pada beberapa literatur, yaitu:
1. Peraturan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 715/Menkes/SK/V/2003.
Katering (jasa boga) adalah perusahaan atau perorangan yang melakukan
kegiatan pengelolaan makanan yang disajikan di luar tempat usaha atas dasar
pesanan dengan tetap memperhatikan tingkat penyehatan makanan. Kegiatan
pengelolaan makanan yang dilakukan meliputi: penerimaan bahan mentah
atau makanan terolah, pembuatan, pengubahan bentuk (misalnya dari padat
menjadi cair), pengemasan dan pewadahan. Sedangkan tingkat penyehatan
makanan yang dimaksud adalah upaya untuk mengendalikan faktor masakan,
orang serta semua perlengkapan yang dapat atau mungkin menimbulkan
penyakit atau mengganggu kesehatan.
2. Menurut Badan Pusat Statistik (2006)
Katering (jasa boga) adalah kegiatan usaha yang mencakup penjualan
makanan jadi (siap dikonsumsi) yang terselenggara melalui pesanan-pesanan
untuk kantor, perayaan, pesta, seminar, rapat, dan sejenisnya. Biasanya
39
sejenisnya berikut pramusaji yang akan melayani tamu-tamu tersebut. Dalam
hal ini, kelompok jasa boga yang melayani pesawat angkutan udara, tempat
pengeboran minyak, dan lokasi penggergajian kayu termasuk di dalamnya.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, secara umum dapat dijelaskan bahwa
katering hadir dengan tujuan untuk menjawab tuntutan masyarakat akan
kepraktisan. Mereka yang tidak mau direpotkan dalam urusan makanan, penataan
hidangan, hingga setting lokasi acara akan langsung meminta bantuan dari jasa
katering. Katering skala kecil memang hanya menyediakan makanan, tetapi
katering skala menengah atau besar sudah pasti menambahkan pelayanan lain dari
paket kateringnya. Katering pun hadir dalam berbagai format yaitu katering yang
khusus menyediakan kebutuhan makanan dan minuman untuk pesta pernikahan,
acara kantor, arisan, bahkan sekadar permintaan individu.
Menurut sumber Departemen Kesehatan RI sebagaimana tercantum dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 715/Menkes/SK/V/2003 industri jasa boga
dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) golongan utama yaitu :
1. Golongan A atau biasa disebut juga dengan industri jasa boga skala kecil.
Industri jasa boga kecil (golongan A) adalah industri jasa boga yang melayani
kebutuhan masyarakat umum (pesta) pernikahan, ulang tahun dan hajatan
lainnya dengan skala relatif kecil. Jasa boga golongan A dibedakan menjadi
golongan A1, A2 dan A3 yang masing-masing dibedakan atas ukuran
kemampuan menyediakan makanan (porsi), bangunan dapurnya serta
40
2. Golongan B (industri jasa boga skala besar). Industri jasa boga golongan B
(skala besar) adalah jasa boga yang melayani kebutuhan khusus seperti jasa
boga haji, perusahaan, pertambangan, pengeboran minyak, rumah sakit dan
lain-lain. Golongan B ini bisa disebut juga dengan corporate catering.
3. Golongan C (industri jasa boga skala besar sekali atau yang dikenal dengan
industri jasa boga yang melayani angkutan udara (penerbangan).
Industri jasa boga golongan C adalah jasa boga berskala sangat besar yang
melayani kebutuhan alat angkutan umum internasional dan pesawat udara.
2.6.1 Catering Penerbangan
Catering penerbangan merupakan catering makanan pada yang disajikan
kepada penumpang pesawat komersial. Makanan ini disusun oleh layanan
penerbangan catering. Makanan ini sangat bervariasi dalam kualitas dan kuantitas
di perusahaan penerbangan dan kelas perjalanan. Peralatan makanan yang
digunakan berbahan dasar plastik dan logam. Dalam penyajian makanan,
disediakan serbet, pada penumpang kelas pertama diberikan handuk panas
dilengkapi dengan garam dan merica. Sarapan yang biasanya disajikan untuk
penerbangan jarak dekat adalah sereal, kopi atai coklat panas, kue muffin serta
buah – buahan. Sedangkan untuk penerbangan jarak jauh disediakan makanan
seperti pancake, telur goreng, serta makanan tradisional sesuai dengan perusahaan
41
Jenis dan jumlah makanan yang disediakan dalam suatu penerbangan sangat
bervariasi antar maskapai penerbangan. Variasi ini biasanya berkorelasi dengan
harga tiket dan jarak penerbangan. Makanan yang dihidangkan dalam
penerbangan telah disiapkan dalam bentuk siap saji di darat, sehingga dalam
perjalanan pramugari hanya bertugas menghidangkan langsung atau memanaskan
terlebih dahulu sebelum dihidangkan kepada penumpang. Persiapan makanan di
darat dilakukan oleh perusahaan katering yang telah dipilih oleh masing-masing
maskapai. Perusahaan katering tersebut ada yang merupakan perusahaan dalam
grup maskapai penerbangan yang dimaksud atau ada juga yang merupakan
perusahaan lepas yang dikontrak oleh maskapai penerbangan. Kualitas produk
makanan yang dihasilkan pihak katering tentunya menjadi tolok ukur penilaian
maskapai udara sebagai pengguna yang tentunya mencakup rasa, cara
menghidangkan dan keawetan makanan yang dihasilkan.
Ada dua macam penerbangan yaitu :
1. Penerbangan domestik
Kondisi geografis Indonesia yang berupa kepulauan dengan wilayah yang
sangat luas menyebabkan transpor udara menjadi sangat penting. Kondisi ini
menyebabkan jumlah lapangan udara komersial yang ada di wilayah
Indonesia jumlahnya cukup banyak dan bervariasi besarnya tergantung lokasi
daerahnya. Oleh karena itu di setiap kota maskapai penerbangan bekerja sama
dengan perusahaan katering lokal dalam penyediaan makanan untuk
penerbangan yang berasal dari kota yang dimaksud. Sampai saat ini,
42
mendaftarkan diri untuk disertifikasi halal masih sangat terbatas jumlahnya.
Apalagi jika dibandingkan dengan jumlah lapangan udara yang ada di
Indonesia, maka persentasenya menjadi kecil sekali. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa konsumen Muslim belum mendapatkan haknya
mendapatkan jaminan kehalalan produk yang dikonsumsinya. Konsumen
masih harus mencermati apakah makanan ada di hadapannya perlu diragukan
kehalalannya atau tidak. Rendahnya kesadaran perusahaan katering untuk
mensertifikasi produknya disebabkan oleh rendahnya kesadaran bahwa
sertifikat halal merupakan hal penting yang dibutuhkan untuk menjamin
kehalalan produknya, serta didukung rendahnya kesadaran konsumen untuk
menuntut hak mendapatkan jaminan kehalalan atas produk yang
dikonsumsinya. Oleh karena itu perlu adanya dorongan dari konsumen
kepada pihak maskapai penerbangan untuk mensertifikasi katering yang
mensuplai makanan untuk penerbangannya.
2. Penerbangan internasional
Sistem yang dianut dalam penerbangan internasional dalam menyediakan
makanan tidak jauh berbeda dengan penerbangan domestik. Masing-masing
maskapai pada umumnya memilih partner kerjasama di setiap lapangan udara
yang disinggahinya di negara yang berbeda. Kondisi seperti ini dengan
sendirinya menyebabkan kehalalan makanan yang dihidangkan menjadi
sangat perlu dipertanyakan. Pada penerbangan internasional, maskapai udara
biasanya memberikan kesempatan kepada penumpang yang memiliki