• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS NILAI PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)."

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh:

OCTAVIANA NATASIA SIHITE

0912010199/FE/EM

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

“ANALISIS NILAI PERUSAHAAN FOOD AND BEFERAGES YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan

Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Ekonomi

Pr ogram Studi Manajemen

Diajukan Oleh:

OCTAVIANA NATASIA SIHITE

0912010199/FE/EM

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

(3)

USULAN PENELITIAN

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur

Untuk Menyusun Skr ipsi S-1 Pr ogr am Sudi Manajemen

Diajukan oleh :

OCTAVIANA NATASIA SIHITE

0912010199/FE/EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

“VETERAN” J AWA TIMUR

(4)

Usulan Penelitian

“ANALISISNILAI PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG

TERDAFTARDI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”

Yang diajukan

OCTAVIANA NATASIA SIHITE

0912010199/FE/EM

Telah disetujui untuk diseminarkan oleh

Pembimbing Utama

Dr. Muhadjir Anwar, MM Tanggal : ...

NIP. 196509071991031001

Mengetahui

KETUA PROGRAM STUDI

(5)

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”

Yang diajukan

OCTAVIANA NATASIA SIHITE

0912010199/FE/EM

Telahdiseminar kandan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

Pembimbing Utama

Dr. Muhadjir Anwar, MM Tanggal : ...

NIP. 196509071991031001

Mengetahui

KETUA PROGRAM STUDI

(6)

SKRIPSI

“ANALISISNILAI PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”

Yang diajukan

OCTAVIANA NATASIA SIHITE

0912010199/FE/EM

DisetujuiuntukUjianLisanOleh

Pembimbing Utama

Dr. Muhadjir Anwar, MM Tanggal : ...

NIP. 196509071991031001

Mengetahui

WakilDekan I

(7)

Disusun Oleh :

OCTAVIANA NATASIA SIHITE

0912010199/FE/EM

Telah Diper tahankan Dihadapan dan Diter ima Oleh Tim Penguji Skr ipsi

J ur usan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur

Pada Tanggal

Pembimbing Tim Penguji :

Pembimbing Utama Ketua

Dr. Muhadjir Anwar, M.M Dra. Ec. Malicha

NIP.196509071991031001

Sekretaris

Dr. Muhadjir Anwar, M.M

Anggota

Sulastri Irbayuni, S.E, M.M

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”

J awa Timur Dekan Fakultas Ekonomi

(8)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas

berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul

“Analisis Nilai Perusahaan Food and Beverages yang Ter daftar di Bur sa Efek

Indonesia (BEI)” yang merupakan persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana

Ekonomi Program Studi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya ini dapat terselesaikan.

Menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan penulis untuk menyusun Skripsi

ini sangat terbatas, maka dengan demikian Skripsi ini masih dari kesempurnaan baik

dari segi materi maupun penyusunan bahasa. Oleh karena itu penulis sangat

mengharapkan segala kritik dan masukan dari para pembaca.

Selain itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Dukungan dan bantuan dari

berbagai pihak penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P. selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, S.E., M.M. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, M.M. selaku Ketua Program Studi Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

di Surabaya dan Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu

(9)

5. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya yang telah

memberikan ilmunya selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.

6. Seluruh staff Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur di Surabaya yang telah banyak membantu dalam masa

perkuliahan maupun penyelesaian skripsi.

7. Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan kepada saya dengan

penuh kesabaran, kasih sayang yang tak terhingga juga mendukung saya

untuk menyelesaikan penelitian ini baik moril maupun materiil.

8. Seluruh sahabat, rekan – rekan dan teman – teman saya di Fakultas Ekonomi

UPN “Veteran” Jatim angkatan 2009. Dan kepada seorang spesial dalam

hidup saya yang sangat saya kasihi yang telah memberikan banyak dukungan,

semangat kepada saya untuk menyelesaikan penelitian ini.

Dengan segala kemampuan dan keterbatasannya maka penulis berharap semoga

dengan terselesainya penyusunan skripsi ini akan berguna bagi siapa saja yang

membacanya.

(10)

DAFTAR ISI

2.2.2. Profitabilitas (Profitability)... 20

2.2.3. Keputusan Pendanaan... 23

2.2.4. Teori Struktur Modal………... 27

2.2.4.1. Pengertian Struktur Modal………. 27

2.2.4.2. Agency Theory... 29

2.2.4.3. Signaling Theory... 30

2.2.4.4. Asymmetric Information... 30

(11)

2.3. Kerangka Konseptual... 40

2.4. Hipotesis... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 41

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 41

3.1.1. Variabel Terikat (Dependent Variabel)... 41

3.2.2. Variabel Bebas (Independent Variabel)... 41

3.2. Populasi dan Sampel……... 42

3.2.1. Populasi... 42

3.2.2. Sampel... 43

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 43

3.3.1. Jenis Data... 43

3.3.2. Sumber Data... 44

3.3.3. Teknik Pengumpulan Data... 44

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 45

3.4.1. Teknik Analisis Data... 45

3.4.2. Uji Normalitas... 46

3.4.3. Uji Multikolinieritas... 46

3.4.4. Uji Heterokedastisitas... 47

3.4.5. Uji Autokorelasi... 48

(12)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………..…….………… 54

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian………...……… 54

4.1.1. Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)….…..……… 54

4.1.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)…………...……… 56

4.2. Perkembangan Industri Food and Beverages..………..………...… 57

4.3. Deskripsi Variabel………. 60

4.3.1. Deskripsi Return On Equity…..……….. 60

4.3.2. Deskripsi Debt to Equity Ratio..………. 62

4.3.3. Deskripsi Size…..………..……….. 64

4.3.4. Deskripsi Price to Book Value..……….. 67

4.4. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis………...……….. 69

4.4.1. Uji Outlier………...………. 69

4.4.2. Uji Normalitas………...….. 71

4.4.3. Uji Multikolineritas………...…….. 73

4.4.4. Uji Heteroskedastisitas………..………...… 74

4.4.5. Uji Autokorelasi………..……… 76

4.4.6. Koefisien Determinasi (R2)..………..……… 78

4.5. Pengujian Hipotesis………... 78

4.6. Pembahasan………..………. 80

4.5.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan……...………… 80

4.5.2. Pengaruh Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan……… 82

(13)

DAFTAR PUSTAKA

(14)

ANALISIS NILAI PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG

Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan (tercermin dari harga pasar saham dan nilai arus kas) melaui peningkatan kemakmuran para pemegang saham. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Profitabilitas (ROE), Keputusan Pendanaan (DER) dan Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Nilai Perusahaan (PBV) food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Fenomana dari penelitian ini adalah nilai perusahaan food and beverages di BEI yang mengalami penurunan.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data yang bersumber dari data sekunder yang diambil dari laporan tahunan perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2011 sebanyak 17 perusahaan yang juga digunakan sebagai populasi sekaligus sampel dari penelitian ini. Metode sensus (sampel jenuh) adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini karena sampel yang digunakan adalah semua anggota populasi yang mempunyai jumlah populasi yang kecil yaitu >30 populasi. Metode ini termasuk pada metode non probability sampling. Sedangkan model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Model ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan, berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh bahwa profitabilitas (ROE) berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Keputusan pendanaan (DER) berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan ukuran perusahaan (Size) berpengaruh non signifikan positif terhadap nilai perusahaan.

(15)

1.1. Latar Belakang

Laporan keuangan merupakan sumber berbagai macam informasi bagi

investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan

investasi di pasar modal. Pasar modal yang efisien, harga saham mencerminkan

semua informasi yang relefan dan pasar akan bereaksi apabila terdapat informasi

baru. Maka dari itu, setiap tahun perusahaan publik yang terdafar di BEI

berkewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada Bursa

Efek, para investor dan publik. Meningkatnya persaingan usaha dan semakin

rumitnya situasi yang dihadapi oleh perusahaan modern masa kini menuntut ruang

lingkup dan peran seorang manajer keuangan yang semakin luas. Perusahaan

melalui manajer keuangan harus mampu menjalankan fungsinya di dalam

mengelola keuangan dengan benar dan seefisien mungkin. Ukuran yang

digunakan untuk menilai keberhasilan seorang manajer keuangan dalam

mengelola keuangan perusahaan adalah dengan melihat nilai perusahaan. Suatu

keputusan dikatakan benar apabila dapat meningkatkan nilai perusahaan (Husnan,

2000 : 4).

Nilai perusahaan tercermin dari harga saham yang stabil dan dalam jangka

panjang mengalami kenaikan. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi

pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para

(16)

2

pemegang saham juga tinggi. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan

mengharapkan manajer keuangan akan melakukan tindakan terbaik bagi

perusahaan dengan memaksimalkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran

(kesejahteraan) pemilik atau pemegang saham dapat tercapai. (Husnan, 2000 : 7).

Memaksimumkan nilai pasar perusahaan sama dengan memaksimumkan

harga pasar saham. Hal ini dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut :

nilai perusahaan (V=value) adalah hutang (D=debt) ditambah modal sendiri

(E=equity). Jika diasumsikan hutang tetap, nilai perusahaan naik maka modal

sendiri naik. Naiknya modal sendiri akan meningkatkan harga per lembar saham

perusahaan (Setia, 2008 : 4).

Meningkatnya persaingan usaha dan semakin rumitnya situasi yang

dihadapi oleh perusahaan modern masa kini menuntut ruang lingkup dan peran

seorang manajer keuangan yang semakin luas. Perusahaan melalui manajer

keuangan harus mampu menjalankan fungsinya di dalam mengelola keuangan

dengan benar dan seefisien mungkin. Ukuran yang digunakan untuk menilai

keberhasilan seorang manajer keuangan dalam mengelola keuangan perusahaan

adalah dengan melihat nilai perusahaan. Suatu keputusan dikatakan benar apabila

dapat meningkatkan nilai perusahaan (Husnan, 2000 : 4).

Menurut Pujiati dan Widanar (2009), kebijakan pendanaan merupakan

suatu kebijakan yang membahas mengenai sumber dana yang akan digunakan

untuk membiayai suatu investasi yang menyangkut kombinasi yang optimal dari

penggunaan berbagai sumber dana. Disamping itu hutang juga akan menurunkan

(17)

pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Keputusan pendanaan merupakan

salah satu dari ketiga keputusan utama dalam fungsi manajemen keuangan yang

harus dilakukan oleh suatu perusahaan. Pada keputusan ini manajer keuangan

dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari

sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai

kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya yang mencerminkan sebagaian

kebijakan struktur modal (Sutrisno, 2001 : 8 dalam Pujiati dan Widanar, 2009).

Keputusan pendanaan menyangkut keputusan tantang berapa banyak

hutang akan digunakan, dalam bentuk apa hutang dan modal sendiri akan ditarik,

dan kapan akan memperoleh dana-dana tersebut. Apabila pasar modal efisien,

sulit bagi perusahaan untuk memperoleh dana murah, karena semua sekuritas

akan dinilai wajar (fairly priced) (Husnan, 2000 : 270).

Kebijakan pendanaan merupakan suatu kebijakan yang membahas

mengenai sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai suatu investasi

yang menyangkut kombinasi yang optimal dari penggunaan berbagai sumber

dana. Peningkatan hutang sebagai salah satu sumber dana akan menurunkan

besarnya konflik antara pihak institusional dengan manajemen. Disamping itu

hutang juga akan menurunkan excess cash flow yang ada dalam perusahaan

sehingga memungkinkan penekanan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen

(Jensen dan Meckling, 1976 dalam Pujiati dan Widanar, 2009).

Keputusan pendanaan perusahaan menyangkut keputusan tentang bentuk

dan komposisi pendanaan yang akan dipergunakan oleh perusahaan. Secara

(18)

4

dari dalam perusahaan (internal financing). Keputusan tentang external financing

sering disebut sebagai keputusan pendanaan, sedangkan internal financing

menyangkut kebijakan dividen (Husnan, 2000 : 253).

Signally theory, Bhattacarya (1979) dalam Sujoko dan Soebiantoro (2007)

mengemukakan bahwa profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek

perusahaan yang bagus sehingga investor akan merespon positif dan nilai

perusahaan akan meningkat. Pembayaran dividen yang semakin meningkat

menunjukkan prospek perusahaan semakin bagus sehingga investor akan tertarik

untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat.

Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) dari beberapa penelitian yang

dilakukan pada perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam keputusan pendanaan

ditemukan hasil bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung mengikuti

pecking order theory. Sartono (2001) dalam Sujoko dan Soebiantoro (2007) telah

menemukan bahwa pada umumnya para manajer perusahaan di Indonesia

cenderung mengikuti hirarki pendanaan (pecking order theory). Struktur modal

perusahaan diprediksi juga dipengaruhi oleh faktor ekstern dan faktor intern

perusahaan.

Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) secara teoritis, pembiayaan

perusahaan dihadapkan oleh berbagai macam pertimbangan . Salah satu teori yang

mendasari keputusan pendanaan perusahaan adalah pecking order theory. Adanya

kecenderungan perusahaan untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan atas

dasar hirarki risiko (pecking order theory). Pecking order theory adalah salah satu

(19)

mempengaruhi struktur modal perusahaan dengan cara membatasi akses pada

sumber pendanaan dari luar. Myers dan Majluf (1984) dalam Sujoko dan

Soebiantoro (2007) menunjukkan bahwa dengan adanya asimetri informasi,

investor biasanya akan menginterpretasikan sebagai berita buruk apabila

perusahaan mendanai investasinya dengan menerbitkan ekuitas. Dengan

demikian, perusahaan akan lebih memilih mendanai investasinya berdasarkan

suatu urutan resiko.

Ukuran perusahaan atau firm size merupakan ukuran besar kecilnya

perusahaan yang dapat dilihat dari tingkat penjualan, jumlah karyawan dan total

aktivanya yang dimiliki perusahaan. Perusahaan besar yang sudah

well-established akan mudah memperoleh modal dipasar modal dibanding dengan

perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar

memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula. (Sartono, 2002 : 249)

Menurut Riyanto (2001 : 1), bahwa suatu perusahaan besar dengan saham

tersebar sangat luas, perluasan saham akan mempunyai pengaruh yang kecil

terhadap kemungkinan hilang atau tergesernya kontrol dari pihak dominan dari

perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan kecil yang sahamnya akan

mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol

pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian pula

perusahaan besar yang sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani

mengeluarkan saham-saham dalam memenuhi kebutuhan dana dibandingkan

(20)

6

Konflik yang sering muncul dalam suatu perusahaan adalah konflik antara

pihak manajemen perusahaan dengan investor tentang pendanaan. Perusahaan

dengan tingkat pertumbuhan yang pesat, maka pihak manajemennya akan

memilih untuk memperbesar perusahaan dengan mendirikan anak perusahaan.

Namun perusahaan yang tingkat profitabilitasnya tinggi dan struktur

kepemilikannya besar, manajemen cenderung memilih menggunakan sumber

intern untuk membiayai operasional perusahaan dengan laba ditahan sedangkan

investor menginginkan laba tersebut dibagikan.

Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia

(Gapmmi) mengatakan, investasi sektor makanan untuk PMDN menurun di awal

2012. Di 2010, investasi PMDN di sektor makanan mencapai Rp16,40 triliun.

Turun 106,6 persen menjadi Rp7,94 triliun di 2011. Ketua Umum Gapmmi Adhi

S Lukman mengatakan, investasi PMA pada 2010 mencapai USD1,025 miliar dan

USD1,104 miliar di 2011. "Investor asing agresif merelokasi investasinya ke sini.

Karena, bagaimana pun, biaya berinvestasi di Indonesia masih lebih murah.

Mereka sebenarnya hanya mempertanyakan kepastian regulasi, jaminan pasokan

energi, dan percepatan pembangunan infrastruktur, khususnya pelabuhan," kata

Adhi, Jumat (4/5/2012). Sedangkan investor lokal, kata dia, masih ragu mencari

lokasi investasi yang lebih murah. "Mereka mempertimbangkan besaran upah

tenaga kerja. Sebab, Tangerang dan Bekasi yang merupakan kawasan industri,

justru memiliki tingkat upah tinggi. Jadi, mereka mencari alternatif lokasi ke

daerah lain. Tapi, kan tidak mudah, sehingga terjadi penundaan sedikit,"

(21)

Harry Warga negara mengatakan, investor asing mempunyai modal dan teknologi

dibandingkan investor lokal. "Asing akan masuk di smelter hasil tambang. Karena

mereka punya kepentingan akan materialnya dan mereka punya uangnya dan

teknologinya," kata Harry. Pemerintah, kata dia, sebaiknya mewajibkan investor

asing menggandeng mitra lokal. "Tapi harusnya pengusaha lokal yang didorong

bangun smelternya. Impor kita yang besar sekarang mesin. Artinya investasi

pabrik lagi gencar. Tapi memang masih mendominasi asing yang bangun

industrinya

(http://economy.okezone.com/read/2012/05/04/320/623911/investasi-lokal-di-industri-makanan-anjlok-106-6).

Berikut ini adalah data tentang nilai perusahaan pada perusahaan Food and

Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 sampai dengan

(22)

8

Tabel 1.1 : Price to Book Value Perusahaan Food and Beverage yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011

No Kode Nama Perusahaan 2009 2010 2011

12. PTSP PT. Pioneerindo Gourmet Int ernat ional Tbk

Sumber : Laporan Keuangan 2009-2011 (BEI)

Berdasarkan tabel 1.1. diatas dapat diketahui bahwa nilai perusahaan (PBV)

pada tahun 2009 mencapai angka tertinggi yang telah dicapai oleh PT. Akasha

(23)

Siantar Top, Tbk sebesar 0.81. Pada tahun 2010 yang mencapai PBV tertinggi

adalah PT. Akasha Wira International Tbk sebesar 9.57 dan yang terendah adalah

PT. Sekar Laut Tbk dengan angka 0.82. Dan pada tahun 2011 yang mencapai

PBV tertinggi adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar 14.26 dan yang

terendah adalah PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk sebesar 0.45.

Dari hasil pengumpulan data tersebut menunjukkan bahwa trend nilai

perusahaan pada perusahaan food and beverages cenderung mengalami

penurunan. Hal ini terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor yang

mempengaruhi yaitu : Profitabilitas, Keputusan Pendanaan dan Ukuran

perusahaan.

Signally theory, Bhattacarya (1979) dalam Sujoko dan Soebiantoro (2007)

mengemukukan bahwa profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek

perusahaan yang bagus sehingga investor akan merespon positif dan nilai

perusahaan akan meningkat. Pembayaran dividen yang semakin meningkat

menunjukkan prospek perusahaan semakin bagus sehingga investor akan tertarik

untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat.

Kebijakan pendanaan merupakan suatu kebijakan yang membahas

mengenai sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai suatu investasi

yang menyangkut kombinasi yang optimal dari penggunaan berbagai sumber

dana. Peningkatan hutang sebagai salah satu sumber dana akan menurunkan

besarnya konflik antara pihak institusional dengan manajemen. Disamping itu

(24)

10

sehingga memungkinkan penekanan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen

(Jensen dan Meckling, 1976 dalam Pujiati dan Widanar, 2009).

Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) ukuran perusahaan yang besar

menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan

merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pangsa pasar relatif

menunjukkan daya saing perusahaan lebih tinggi dibanding pesaing utamanya.

Investor akan merespon positif sehingga nilai perusahaan akan meningkat.

Selain itu optimasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan

dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu

keputusan keuagan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan

lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan (Fama dan French, 1998 dalam

Pujiati dan Widanar, 2009).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan Food and

Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

2. Apakah keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan Food

and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan Food

(25)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini berdasarkan pada latar

belakang dan permasalahan yang dikemukakan di atas adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan Food

and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai

perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan

Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

a. Bagi Manajemen Perusahaan

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat unutk memperoleh

informasi dan dijadikan pertimbangan bagi manajemen perusahaan dalam

nilai perusahaan.

b. Bagi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai

informasi tentang perkembangan pasar modal Indonesia dan sebagai

referensi bagi para akademis yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Penelitian Terdahulu

1. Diyah Pujiati dan Erman Widanar (2009) dengan judul “ Pengaruh

Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan

Sebagai Variabel Intervening” yang diambil dari Jurnal Ekonomi Bisnis &

Akuntansi Ventura, Vol.12, No.1, April 2009, halaman 71-86. Dalam

penelitian ini menggunakan beberapa kerangka teoritis dan hipotesis yaitu

: struktur kepemilikan, keputusan keuangan, keputusan investasi,

keputusan pendanaan, kebijakan dividen dan nilai perusahaan. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan pada

nilai perusahaan dengan keputusan keuangan sebagai variabel intervening.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang

terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang tidak termasuk dalam kategori

industri perbankan, lembaga perkreditan, keamanan, dan asuransi. Untuk

periode pengamatan 2005 dengan 2004 dan 2006 sebagai pembanding.

Data dikumpulkan melalui purposive sampling, dan metode statistik yang

digunakan adalah analisis jalur. Hasil pemeriksaan empiris menggunakan

analisis regresi memberikan hasil bahwa:

1) kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap keputusan

investasi, keputusan keuangan dan kebijakan dividen

(27)

3) keputusan investasi, keputusan keuangan dan kebijakan dividen telah

pengaruh terhadap nilai perusahaan

4) kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap keputusan

investasi, keputusan keuangan, tetapi pengaruhnya telah terhadap

kebijakan dividen

5) kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan

6) kepemilikan institusional memiliki pengaruh terhadap nilai

perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening.

2. Sujoko & Ugy Soebiantoro (2007) dengan judul “Pengaruh Struktur

Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan

(Studi emprik pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa

Efek Jakarta)” yang diambil dari Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan ,

Vol.9, No.1, Maret 2007 : 41-48. Dalam penelitian ini sampel yang

digunakan adalah purposive sampling, yaitu sampel yang memiliki kriteria

tertentu dan pengujian dilakukan dengan menggunakan AMOS.

Berdasarkan analisis dan pembahasan dari penelitian Sujoko & Ugi

Soebiantoro (2007) menunjukkan bahwa variabel profitabilitas

mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai

perusahaan. Sedangkan leverage mempunyai pengaruh negatif dan

signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini belum memberikan

informasi seberapa jauh kepemilikan perusahaan publik di Indonesia bisa

(28)

14

perusahaan publik yang diamati dalam penelitian ini juga belum

mengamati kepemilikan oleh pemilik asing. Penelitian mendatang perlu

memasukkan kepemilikan oleh investor asing agar kita bisa mengamati

bagaimana pelaksanaan good corporate governance dalam perusahaan

publik. Analisa good corporate governance dalam penelitian ini juga

hanya didasarkan pada data sekunder.

3. Yuke Prabansari dan Hadri Kusuma (2005) dengan judul “Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public di

Bursa Efek Jakarta” yang diambil dari Sinergi, Kajian Bisnis dan

Manajemen, Edisi Khusus on Finace, 2005 : 1-15. Penelitian ini bertujuan

untuk menguji apakah ukuran perusahaan, resiko bisnis, pertumbuhan

aktiva, profitabilitas dan struktur kepemilikan berpengaruh terhadap

struktur modal perusahaan. Dari pengujian terhadap

perusahaan-perusahaan menufakturing yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta

disimpulkan bahwa ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva, profitabilitas

san struktur kepemilikan berpengaruh positif sementara resiko bisnis

berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan secara signifikan.

4. Endang Sri Utami (2009) berjudul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi

Struktur Modal Perusahaan”, Fenomena, Maret 2009 : 39-47, ISSN

1693-4296. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ukuran

perusahaan, risiko bisnis, tingkat pertumbuhan, struktur aset, dan

profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan

(29)

bahwa ukuran perusahaan, resiko bisnis, tingkat pertumbuhan, struktur

modal perusahaan manufaktur di BEI. Sebuah parsial analisis data

menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak mempengaruhi struktur

modal perusahaan manufaktur di BEI. Struktur aset memiliki efek pasa

struktur modal perusahaan manufaktur di BEI. Profitabilitas memiliki efek

pada struktur modal perusahaan manufaktur di BEI.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah nilai sekarang (present value) dari aliran kas yang

diharapkan akan diterima dimasa mendatang baik dari hutang maupun ekuitas.

Hutang akan menghasilkan aliran kas berupa bunga pinjaman, sedangkan modal

akan menghasilkan dividen.

Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek,

salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan karena harga pasar saham

perusahaan mencerminkan penilaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang

dimiliki. Menurut Horne (1998) dalam Pujiati dan Widanar (2009) “value is

represented by the market price of the company’s common stock which in turn, is

a function of the firm’s investment, financing and dividen decision.“ Harga pasar

saham menunjukkan penilaian sentral dari seluruh pelaku pasar, harga pasar

saham bertindak sebagai barometer kinerja manajemen perusahaan.

Menurut Husnan (2000 : 4), nilai perusahaan adalah cerminan tingkat

(30)

16

perusahaan tersebut go public maka nilai perusahaan dicerminkan oleh harga

saham perusahaan tersebut.

Meningkatnya persaingan usaha dan semakin rumitnya situasi yang

dihadapi oleh perusahaan modern masa kini menuntut ruang lingkup dan peran

seorang manajer keuangan yang semakin luas. Perusahaan melalui manajer

keuangan harus mampu menjalankan fungsinya di dalam mengelola keuangan

dengan benar dan seefisien mungkin. Ukuran yang digunakan untuk menilai

keberhasilan seorang manajer keuangan dalam mengelola keuangan perusahaan

adalah dengan melihat nilai perusahaan. Suatu keputusan dikatakan benar apabila

dapat meningkatkan nilai perusahaan (Husnan, 2000 : 4).

Rasio price to book mengaitkan harga saham dengan laba dan dengan nilai

buku per saham. Nilai buku per saham menentukan harga pasar saham yang

bersangkutan. Oleh karena itu, sebelum investor memutuskan untuk membeli atau

menjual saham, mereka harus memperhatikan nilai buku per saham yang

bersangkutan dan membandingkan dengan harga yang ditawarkan. Nilai buku per

saham mencerminkan nilai perusahaan dan nilai perusahaan tercermin pada nilai

kekayaan bersih ekonomis dimilikinya (Halim, 2003 : 16).

Pengertian nilai perusahaan menurut Husnan (2000 : 7) sebagai berikut :

“nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli

apabila perusahaan tersebut dijual”. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di

pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator

(31)

Memaksimumkan nilai pasar perusahaan sama dengan memaksimumkan

harga pasar saham. Hal ini dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut :

nilai perusahaan (V=value) adalah hutang (D=debt) ditambah modal sendiri

(E=equity). Jika diasumsikan hutang tetap, nilai perusahaan naik maka modal

sendiri naik. Naiknya modal sendiri akan meningkatkan harga per lembar saham

perusahaan. Jika harga per lembar saham naik, pemegang saham akan senang

karena bertambah makmur. Memaksimumkan harga saham tidak sama dengan

memaksimumkan keuntungan (profit) perusahaan. Jika sekedar ingin

meningkatkan keuntungan perusahaan, manajemen perusahaan dapat menerbitkan

saham baru untuk memperoleh tambahan dana yang kemudian diinvestasikan

untuk mendapatkan tambahan keuntungan. Tapi jika keuntungan tambahan yang

diperoleh lebih rendah, penghasilan per lembar saham justru akan menurun (Setia,

2008 : 4).

Pada prinsipnya, seperti yang dikatakan oleh Van Horne (2005 : 4) bahwa

harga pasar saham merupakan ukuran indeks presentasi perusahaan, yaitu

seberapa jauh manajemen telah berhasil mengelola perusahaan perusahaan untuk

mendapatkan laba dimasa mendatang atas nama pemegang saham. Pemegang

saham yang tidak puas dengan presentasi manajemen akan menjual sahamnya dan

akan menanamkannya diperusahaan lain. Jika hal ini dilakukan oleh para

pemegang saham, maka ini akan merupakan kekuatan pasar yang akan

menurunkan harga pasar saham perusahaan, dengan kata lain rasio ini

(32)

18

lalu dan prospeknya dimasa depan. Rasio price to book value membandingkan

harga saham dengan nilai buku ekuitas.

Tujuan pokok yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah

memaksimumkan profit, pandangan ini semakin lama telah bergeser akibat

kelemahan-kelemahan yang ditemui dalam tujuan ini (Sartono, 2001 : 7 dalam

Pujiati dan Widanar, 2009). Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:

1) Standar ekonomi mikro dengan memaksimalkan profit adalah bersifat statis

karena tidak memperhatikan dimensi waktu, sehingga tidak ada perbedaan

antara profit dalam jangka pendek maupun panjang.

2) Pengertian profit itu sendiri, apakah memaksimumkan jumlah profit secara

nominal ataukah tingkat profit.

3) Menyangkut risiko yang berkaitan dengan setiap alternatif keputusan,

memaksimumkan profit tanpa mempertimbangkan risiko yang akan terjadi

adalah suatu kesalahan fatal.

4) Memaksimukan profit bisa saja dilakukan dengan menanamkan dana hasil

penjualan saham melalui deposito, namun pemegang saham akan meminta

tingkat keuntungan yang lebih besar dari tingkat deposito atas risiko yang

lebih besar, sehingga harga pasar menurun akibatnya nilai perusahaan akan

menurun pula.

Berdasarkan kelemahan tersebut maka nilai perusahaan akan bergeser

menjadi bentuk memaksimumkan tujuan perusahaan melalui peningkatan

kemakmuran para pemegang saham (maximization wealth of stockholders),

(33)

meningkat. Dengan meningkatnya harga saham maka nilai perusahaan juga akan

ikut meningkat.

Nilai perusahaan pada perusahaan publik ditentukan oleh pasar saham,

sedangkan nilai perusahaan yang sahamnya tidak diperdagangkan kepada publik

juga sangat dipengaruhi oleh pasar yang sama (Sartono, 2001 : 8 dalam Pujiati

dan Widanar, 2009).

Menurut J. Keown, Scott, dan Martin (2004: 849) dalam Pujiati dan

Widanar (2009), terdapat variabel-variabel kuantitatif yang dapat digunakan

untuk memperkirakan nilai suatu perusahaan, antara lain:

a. Nilai buku

Nilai buku merupakan jumlah aktiva dari neraca dikurangi kewajiban

yang ada atau modal pemilik. Nilai buku tidak menghitung nilai pasar dari

suatu perusahaan secara keseluruhan karena perhitungan nilai buku

berdasarkan pada data historis dari aktiva perusahaan.

b.Nilai pasar perusahaan

Nilai pasar saham adalah suatu pendekatan untuk memperkirakan nilai

bersih dari suatu bisnis. Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas

dan secara luas diperdagangkan, maka pendekatan nilai dapat dibangun

berdasarkan nilai pasar. Pendekatan nilai merupakan suatu pendekatan yang

paling sering digunakan dalam menilai perusahaan besar, dan nilai ini dapat

(34)

20

c. Nilai apprasial

Perusahaan yang berdasarkan appraiser independent akan mengijinkan

pengurangan terhadap goodwill apabila harga aktiva perusahaan meningkat.

Goodwill dihasilkan sewaktu nilai pembelian perusahaan melebihi nilai buku

aktivanya.

d.Nilai arus kas yang diharapkan

Nilai ini dipakai dalam penilaian merger atau akuisisi. Nilai sekarang

dari arus kas yang telah ditentukan akan menjadi maksimum dan harus

dibayar oleh perusahaan yang ditargetkan (target firm), pembayaran awal

kemudian dapat dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari

merger. Nilai sekarang (present value) adalah arus kas bebas dimasa yang

akan datang.

2.2.2. Pr ofitabilitas (Profitability)

Menurut Harahap (2009 : 304-306) rasio rentabilitas atau disebut juga

profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui

semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal,

jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating ratio.

Terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas ini yang dapat dikemukakan

sebagai berikut :

1. Margin laba (Profit Margin), yaitu angka yang menunjukkan berapa

(35)

penjualan. Rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan

perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.

2. Asset Turn Over/Return On Asset (ROA), adalah rasio yang

menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.

Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva

dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.

3. Return On Investment/Return On Equity (ROE), adalah rasio yang

menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari

modal pemilik. Semakin besar semakin bagus.

4. Return On Total Asset (ROTA), adalah rasio yang menunjukkan

berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai

aktiva.

5. Basic Earning Power (BEP), adalah rasio yang menujukkan

kemempuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba

sebelum diurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva.

Semakin besar rasio semakin baik.

6. Earning Per Share (EPS), adalah rasio yang menunjukkan berapa

besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba.

7. Contribution Margin (CP), adalah rasio yang menunjukkan

kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi

biaya-biaya tetap atau biaya-biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio

ini kita dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya

(36)

22

Profitabilitas merupakan salah satu kemampulabaan. Menurut Sugiyarso

dan Winarni (2005 : 118), profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan

memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun

model sendiri. Rasio ini menunjukkan pengukuran efektivitas manajemen dalam

memanfaatkan sumber dananya untuk menghasilkan keuntungan yang merupakan

hasil kegiatan atas penggunaan modal yang diinestasikan dalam keseluruhan

aktiva. Jika suatu erusahaan mempunyai tingkat modal sendiri yang tinggi maka

akan mengurangi ketergantungan hutangnya, karena perusahaan dalam membiayai

kegiatan operasinya menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan.

Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan

dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Myers

(1984) dalam Taswan (2008) menyatakan bahwa manajer mempunyai pecking

order didalam menekan laba sebagai pilihan pertama, diikuti oleh pembiayaan

dengan hutang, kemudian dengan equity. Dengan demikian terdapat hubungan

negatif dengan debt ratio.

Pecking order theory adalah salah satu teori yang mendasarkan pada

asimetri informasi. Asimetri informasi akan mempengaruhi struktur modal

perusahaan dengan cara membatasi akses pada sumber pendanaan dari luar. Myers

dan Majluf (1984) dalam Sujoko dan Soebiantoro (2007) menunjukkan bahwa

dengan adanya asimetri informasi, investor biasanya akan menginterpretasikan

sebagai berita buruk apabila perusahaan mendanai investasinya dengan

menerbitkan ekuitas. Dengan demikian, perusahaan akan lebih memilih mendanai

(37)

2.2.3. Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilikan berbagai alternatif

sumber dana yang ada sehingga diperoleh kombinasi yang dapat meminimalkan

biaya yang timbul berkaitan dengan aktivitas perusahaan.

Menurut Husnan (2000 : 253), “keputusan pendanaan adalah keputusan

yang menyangkut tentang bentuk dan komposisi pembiayaan yang dipergunakan

perusahaan”, pada dasarnya sumber dana perusahaan dapat berasal dari internal

dan eksternal perusahaan.

Sumber dana internal yaitu sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan

sendiri di dalam perusahaan, misalnya cadangan penyusutan, keuntungan yang

tidak dibagi, dan lain-lain, sedangkan sumber dana eksternal adalah sumber dana

yang berasal dari luar perusahaan, antara lain dari tambahan penyertaan modal,

emisi saham baru, penerbitan obligasi kredit dari perbankan dan pinjaman dari

pihak ketiga lainnya.

Keputusan pendanaan menyangkut keputusan tentang berapa banyak

hutang akan digunakan, dalam bentuk apa hutang dan modal sendiri akan ditarik

dan kapan akan memperoleh dana-dana tersebut. Apabila pasar modal efisien,

sulit bagi perusahaan untuk memperoleh dana murah, karena semua sekuritas akan

dinilai wajar (fairly priced) (Husnan, 2004 : 260).

Riyanto (2001) berpendapat, pemilihan sumber dana adalah suatu hal yang

perlu diperhatikan karena susunan dari kewajiban dan modal berpengaruh pada

risiko dan nilai perusahaan, dengan semakin besar kewajiban maka risiko

(38)

24

besar, kemungkinan kebangkrutan terjadi bila arus kas perusahaan tidak dapat

memenuhi pembayaran bunga dan pokok pinjaman.

Masalah penarikan dana (raising of fund) dianggap menarik karena setiap

dana yang digunakan pasti mempunyai biaya yang sering disebut dengan biaya

dana (cost of fund). Jika menggunakan dana yang berasal dari utang, jelas dana itu

mempunyai biaya, minimal sebesar dari tingkat bunga, tetapi jika menggunakan

modal sendiri (equity capital), maka masih harus mempertimbangkan oppurtunity

cost bagi modal sendiri yang dimaksud (Moeljadi, 2006 : 236).

Moeljadi (2006 : 236) juga berpendapat bahwa biaya atau dana itu

biasanya bervariasi antara dana yang satu dan dana lainnya, ada yang mahal dan

ada pula yang murah. Oleh karena itu, masalah pemilihan jenis dana yang akan

digunakan memerlukan pertimbangan yang cukup matang. Artinya, penentuan

jenis dana yang akan digunakan mempunyai dampak langsung terhadap

pencapaian tujuan perusahaan. Memang diakui bahwa masih ada teori yang

mengatakan bahwa keputusan pendanaan tidak akan mempengaruhi nilai

perusahaan, tetapi suatu teori hanya akan berlaku apabila asumsi-asumsinya dapat

dipenuhi.

Pengaturan antara perpaduan sumber modal mana yang akan diambil,

maka diperlukan suatu pertimbangan-pertimbangan tertentu dari perusahaan. Oleh

sebab itu, kebijakan pendanaan merupakan suatu kebijakan yang membahas

mengenai sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai suatu investasi

(39)

Brigham dan Houston (2001 : 40) dalam Prabansari dan Kusuma

mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas

investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang

tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan

dengan dana yang dihasilkan secara internal. Semakin tinggi keuntungan yang

diperoleh berarti semakin rendah kebutuhan dana eksternal (hutang) sehingga

semakin rendah pula struktur modalnya.

Moeljadi (2006 : 236), berpendapat bahwa terdapat tiga sumber dana yang

bersifat jangka panjang, yakni (1) penerbitan saham baru, (2) penerbitan obligasi,

dan (3) laba ditahan. Pendanaan yang bersumber pada penerbitan saham dan

obligasi baru sering disebut sebagai pendanaan ekstern (external financing),

sedangkan yang bersumber pada laba ditahan disebut sebagai pendanaan intern

(internal financing). Keputusan pendanaan akan menyangkut penentuan

kombinasi berbagai sumber dana yang pada dasarnya akan dibagi menjadi dua:

a. Yang berhubungan dengan pendanaan ekstern yang akan mengarah pada

pengambilan keputusan mengenai struktur modal, yakni menentukan

proporsi antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Hal ini akan

nampak pada debt to equity ratio perusahaan tersebut.

b. Yang berhubungan dengan pendanaan intern yang diaplikasikan menurut

penentuan kebijakan deviden yang digambarkan melalui dividend payout

ratio.

Moeljadi (2006 : 236) juga mengatakan bahwa penentuan keputusan yang

(40)

26

perusahaan. Dalam teori keuangan tradisional dinyatakan bahwa tujuan

perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran atau kekayaan para pemegang

saham atau pemilik. Dengan keputusan pendanaan yang optimal secara teoritis

akan dapat mengarah pada peningkatan kemakmuran atau kekayaan pemegang

saham.

Moeljadi (2006 : 244) berpendapat, terdapat tiga teori utama yang

menjelaskan tujuan perusahaan memaksimumkan kemakmuran atau kekayaan

pemegang saham. Ketiga teori itu berupaya menjelaskan suatu permasalahan yang

menanyakan bagaimana struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai

perusahaan. Ketiga teori tersebut dijelaskan sebagai berikut :

1. Teori tradisional (teori klasik) yang menyatakan bahwa ada struktur modal

yang dapat memaksimumkan nilai pasar perusahaan dengan cara

meminimumkan biaya modal rata-rata (average cost of capital). Salah satu

versi teori ini seperti yang dikembangkan oleh Ezra Salomon. Salomon

mengatakan bahwa struktur modal yang optimal terjadi apabila kelebihan

debt/equity ratio di atas average cost of capital, dan dikatakan minimum.

2. Teori yang dikembangkan oleh Modigliani dan Miller (1958)

mengasumsikan bahwa pasar modal bersifat sempurna dan tidak ada pajak.

Dalam teori ini Modigliani dan Miller (MM) menyatakan bahwa nilai

perusahaan dan posisi kemakmuran pemegang saham tidak dipengaruhi

oleh struktur modal.

3. Teori yang juga dikembangan oleh Modigliani dan Miller (1963), dimana

(41)

memaksimumkan nilai perusahaan dan posisi kemakmuran pemegang

saham.

2.2.4. Teori Struktur Modal

2.2.4.1. Pengertan Struktur Modal

Menurut Riyanto (2010 : 22) struktur modal adalah pembelanjaan

permanen dimana mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang

dengan modal sendiri. Apabila struktur finansiil tercermin pada keseluruhan

pasiva dalam neraca, maka struktur modal hanya tercermin pada utang jangka

panjang dan unsur-unsur modal sendiri, dimana kedua golongan tersebut

merupakan dana permanen atau dana jangka panjang. Dengan demikian maka

struktur modal hanya merupakan sebagaian saja dari struktur finansiil.

Menurut Munawir (2001 : 19) dalam Prabansari dan Kusuma (2009)

adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang ditunjukkan dalam pos

modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang

dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. Sumber dari modal

adalah apa yang dapat dilihat berupa hutang lancar, hutang jangka panjang dan

modal sendiri. Moda menggambarkan hak pemilik atas perusahaan, yang timbul

sebagai akibat penanaman (investasi) yang dilakukan oleh pemilik atau para

pemilik.

Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2001 : 5) struktur modal

adalah bauran dari hutang, saham preferen, dan saham biasa. Sedangkan Husnan

(42)

28

asing dengan modal sendiri. Struktur modal menurut Ikatan Akuntansi Indonesia

(2002 : 5) adalah penentuan kebijakan struktur keuangan akan berkait dengan

struktur modal. Struktur modal dalam perusahaan berkaitan erat dengan investasi

sumber dana yang akan menyangkut sumber dana yang akan digunakan untuk

membiayai proyek investasi tersebut. Sumber dana tersebut pada dasarnya terdiri

dari penerbitan saham (equity financing), penerbit obligasi (debt financing) dan

laba ditahan (retained earning). Penerbitan saham dan obligasi sering disebut

dengan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan atau external financing

sedang laba untuk laba ditahan sering disebut juga dengan retained earning atau

sumber dana sebagai pembelajaran yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri

atau internal financing.

Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan

mengenai pembelanjaan perusahaan. Struktur modal tersebut tercermin pada

hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri, dimana kedua golongan

tersebut merupakan dana permanen atau jangka panjang.

Struktur modal yang optimal pada suatu perusahaan merupakan gabungan

dari utang dan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan pada saat

tertentu, manajemen perusahaan menetapkan struktur modal yang ditargetkan,

yang mungkin sudah merupakan struktur yang optimal, meskipun target tersebut

bisa berubah dari waktu ke waktu (Brigham dan Weston, 1990 : 180 dalam

Prabansari dan Kusuma, 2005). Meskipun secara teoritis kita dapat menentukan

struktur modal yang optimal, dalam praktiknya kita dapat mengestimasi struktur

(43)

struktur modal yang optimal dalam rentang tertentu (Brigham dan Weston, 1990 :

181 dalam Prabansari dan Kusuma, 2005).

2.2.4.2. AgencyTheory

Teori yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976

(Horne dan Wachowicz, 1998 : 482 dalam Prabansari dan Kusuma, 2005),

manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemlik perusahaan.

Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka

sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan

fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang

memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen,

pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat

diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang

disebut dengan biaya agensi (agency theory). Biaya agensi menurut Horne dan

Wachowicz (1998 : 482) dalam Prabansari dan Kusuma (2005) adalah biaya-biaya

yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa

manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan

dengan kreditor dan pemegang saham.

Menurut Horne dan Wachowicz (1998 : 482 dalam Prabansari dan

Kusuma, 2005), salah satu pendapat dalam teori agensi adalah siapapun yang

menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang timbul pasti merupakan tanggungan

pemegang saham. Contohnya pemegang obligasi, mengantisipasi biaya

pengawasan, membebankan bunga yang lebih tinggi. Semakin besar peluang

(44)

30

perusahaan bagi pemegang saham. Biaya pengawasan berfungsi sebagai diisensif

dalam penerbitan obligasi, terutama dalam jumlah yang besar. Jumlah

pengawasan yang diminta oleh pemegang obligasi akan meningkat seiring dengan

meningkatnya jumlah obligasi yang beredar.

2.2.4.3. Signaling Theory

Menurut Brigham dan Gapenski (1999 : 36 dalam Prabansari dan Kusuma,

2005) signaling theory adalah suatu tindakan yang diambil manajemen

perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen

memandang prospek perusahaan. dalam Brigham dan Gapenski (1999 : 36) dalam

Prabansari dan Kusuma (2005), perusahaan dengan prospek yang menguntungkan

akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal

baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang

melebihi terget struktur modal yang normal.

Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung

untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan

umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang

prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan

penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan

menurun karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang

kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.

2.2.4.4. Asymmetric Information

Menurut Atmaja (2008 : 261 dalam Prabansari dan Kusuma, 2005) pada

(45)

teori tentang informasi yang tidak simetris. Asymetric information adalah kondisi

dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Karena

asymmetric information, manajemen perusahaan tahu lebih banyak tentang

perusahaan dibanding investor di pasar modal. Jika manajemen perusahaan ingin

memaksimumkan nilai untuk memegang saham saat ini, (current stockholder),

bukan pemegang saham baru, maka ada kecenderungan bahwa : 1) Jika

perusahaan memiliki prospek yang cerah, manajemen tidak menerbitkan saham

baru tapi menggunakan laba ditahan (supaya prospek cerah tersebut dapat

dinikmati current stockholder), dan 2) Jika prospeknya kurang baik, manajemen

menerbitkan saham baru untuk memperoleh dana. Ini akan mengunguntungkan

current stockholder karena tanggung jawab mereka berkurang. Masalahnya adalah

para investor tahu kecenderungan ini sehingga mereka melihat penawaran

cenderung turun jika saham baru diterbitkan. Ini menyebabkan biaya modal

sendiri (cost of equity) menjadi tinggi, WACC (rata-rata tertimbang biaya modal)

semakin tinggi dan nilai perusahaan cenderung turun. Hal ini mendorong

perusahaan untuk menerbitkan obligasi atau berhutang daripada menerbitkan

saham baru.

Menurut Brigham dan Gapeski (1999 : 35 dalam Prabansari dan Kusuma,

2005) asymmetric information adalah situasi dimana manajer memiliki informasi

yang berbeda mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

Asimetri informasi ini terjadi karena pihak manajemen mempunyai informasi

yang lebih banyak daripada para pemodal (Husnan, 1996 : 35 dalam Prabansari

(46)

32

bahwa saham saat ini sedang overvalue (terlalu mahal). Kalau hal ini yang

diperkirakan terjadi, maka manajemen tentu akan berpikir untuk lebih baik

menawarkan saham baru, salah satu kemungkinannya adalah harga saham saat ini

sedang terlalu mahal atau sesuai dengan persepsi pihak manajemen. Sebagai

akibat para pemodal akan menawar harga saham baru tersebut dengan harga yang

lebih rendah. Karena itu emisi saham baru akan menurunkan harga saham.

2.2.4.5. Pecking Order Theory

Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1961,

sedangkan penanaman pecking order theory dilakukan oleh Meyers (1984) dalam

Prabansari dan Kusuma (2005) berdasarkan asumsi tentang perilaku keuangan

perusahaan secara singkat teori ini menyatakan bahwa :

a. Perusahaan lebih menyukai pendanaan dari sumber internal.

b. Perusahaan menyesuaikan target pembayaran dividen dengan peluang

investasi.

c. Kebijakan dividen bersifat sticy, flutktuasi profitabilitas dan peluang

investasi berdampak pada aliran kas internal bisa lebih besar atau lebih

kecil dari pengeluaran investasi.

d. Bila dana eksternal dibutuhkan, perusahaan memilih sumber dana dari

hutang karena dipandang lebih aman dari ekuitas. Ekuitas merupakan

pilihan terakhir sebagai sumber dana untuk memenuhi kebutuhan

(47)

Menurut Ross, et.al (2002) yang dikutip oleh Setiawan (2006) dalam

Prabansari dan Kusuma (2005), terdapat implikasi dari pecking order theory,

yaitu :

1. Tidak ada tingkat leverage yang ditarget oleh perusahaan. berbeda dengan

trade-off theory, dalam pecking order theory tidak terdapat tingkat

leverage yang ditargetkan perusahaan. Masing-masing perusahaan

menentukan tingkat leveragenya berdasarkan kebutuhan finansialnya,

bukan berdasarkan target yang ingin dicapai. Jika perusahaan

menggunakan hutang dalam jumlah sedikit bukan berarti target

leveragenya rendah melainkan karena kebutuhan dana eksternalnya rendah

dikarenakan dana sumber internal yang dimilikinya besar.

2. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan menggunakan hutang yang

rendah. Perusahaan yang mampu menghasilkan laba yang tinggi akan

kurang membutuhkan pembiayaan dari luar. Akibatnya, perusahaan

tersebut akan mempunyai tingkat hutang yang rendah. Hal ini berbeda

dengan implikasi trade-off theory, yang menyatakan bahwa semakin tinggi

profitabilitas perusahaan semakin besar kapasitasnya untuk menggunakan

hutang sehingga akan cenderung memperbesar hutangnya untuk

memperoleh manfaat penghematan pajak.

3. Perusahaan menyukai financial slack. Packing order theory didasarkan

pada asumsi sulitnya kinerja mendapatkan pembiayaan dengan harga yang

masuk akal. Investor yang skeptis (curiga) berpirkir bahwa harga saham

(48)

34

sehingga hal ini akan menyebabkan harga saham turun. Karena itu,

perusahaan terlebih dahulu akan menggunakan hutang. Namun demikian,

perusahaan hanya dapat menggunakan pembiayaan dari uang sebelum ia

menghadapi kesulitan finansial. Oleh karena itu, perusahaan menyukai

financial slack yaitu kondisi dimana perusahaan mempunyai jumlah kas

internal yang besar sehingga tidak tergantung pada pembiayaan eksternal.

Mengacu pecking order theory, perusahaan lebih memilih menggunakan

dana internalnya sebagai alternatif awal untuk memenuhi kebutuhan investasi, hal

ini untuk mereduksi masalah dan biaya yang menyertai pendanaan eksternal, yaitu

adanya berbagai perjanjian dengan kreditor yang dapat membatasi keputusan

pendanaan perusahaan dimasa mendatang. Serta adanya kecenderungan harga

saham lama turun ketika perusahaan melakukan emisi saham baru.

Suad Husnan (1996 :352) sebagaimana diutip oleh Anggraini (2008)

dalam Prabansari dan Kusuma (2005), hal ini menyebabkan karena penerbitan

saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer khawatir kalau

penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para pemodal,

dan membuat harga saham akan turun. Hal ini disebabkan antara lain oleh

kemungkinan adanya informasi asimetrik antara pihak manajemen dengan pihak

pemodal.

2.2.6. Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Firm size merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat

(49)

perusahaan. Perusahaan besar yang sudah well-established akan mudah

memperoleh modal dipasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Karena

kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang

lebih besar pula. (Sartono, 2002 : 249)

Menurut Riyanto (2010 : 1), bahwa suatu perusahaan besar dengan saham

tersebar sangat luas, perluasan saham akan mempunyai pengaruh yang kecil

terhadap kemungkinan hilang atau tergesernya kontrol dari pihak dominan dari

perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan kecil yang sahamnya akan

mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol

pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian pula

perusahaan besar yang sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani

mengeluarkan saham-saham dalam memenuhi kebutuhan dana dibandingkan

dengan perusahaan kecil.

Suatu perusahaan yang mempunyai aset yang besar pada umunya sudah

mencapai tingkat kemapanan sehingga akan memiliki akses yang lebih mudah

untuk masuk ke pasar modal. Sebaliknya, perusahaan baru dengan aset yang

relatif kecil akan mengalami kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal.

Salah satu kemudahan akses yang dimiliki perusahaan besar tersebut adalah biaya

transaksi (transaction cost) yang relatif kecil dibanding aset yang dimiliki.

Besar kecilnya suatu perusahaan dapat mempengaruhi kemampuannya

egoperasikan perusahaan dengan berbagai situasi dan kondisi yang dihadapinya.

Ada kecenderungan bahwa semakin besar perusahaan semakin besar pula jumlah

(50)

36

175), bahwa perusahaan yang tumbuh pesat cenderung lebih bayak menggunakan

hutang. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang berukuran besar lebih mudah

memperoleh pinjaman dari pihak eksternal dibanding dengan perusahaan yang

kecil (Setia, 2008 : 124).

Menurut Miswanto dan Husnan (1999 : 33 dalam Prabansari dan Kusuma,

2005), perusahaan besar mempunyai kemudahan akses ke pasar modal. Hal ini

menunjukkan perusahaan besar cenderung lebih sering dibanding perusahaan

kecil untuk beraktivitas di pasar modal. Pasar modal ini digunakan perusahaan

sebagai sarana untuk menarik para calon investor atau calon pemegang saham.

Persaingan dalam pasar modal tersebut mendorong perusahaan untuk dapat

menyediakan informasi yang lebih guna menarik para calon investor. Sebaliknya,

perusahaan kecil terlibat secara signifikan dalam biaya-biaya yang lebih tinggi

daripada perusahaan yang besar dalam melakukan standar akunting rumit atau

mengungkapkan suatu kepentingan (Wolk dan Tearney, 1997 : 273 dalam Sujoko

dan Soebiantoro, 2007). Hal ini menyebabkan terbatasnya aktivitas yang

dilakukan oleh perusahaan kecil karena untuk menghemat biaya yang dikeluarkan.

Akibatnya kurang banyak informasi yang dipublikasikan oleh

perusahaan-perusahaan kecil.

2.2.3. Pengaruh Pr ofitabilitas Ter hadap Nilai Perusahaan

Menurut Husnan (2000 : 317), jika kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba meningkatkan, harga saham akan meningkatkan, dan nilai

(51)

Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang baik

sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan

meningkat. Signally Theory, Bhattacarya (1979) dalam Sujoko (2007)

mengemukakan bahwa profitabilitas yang tinggi menujukkan prospek perusahaan

yang bagus sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan

meningkat. Pembayaran dividen yang semakin meningkat menunjukkan prospek

perusahaan semakin bagus sehingga inverstor akan tertarik untuk membeli saham

dan nilai perusahaan akan meningkat.

Hasil penelitian yang dilakukan Sujoko dan Soebiantoro (2007),

profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan. Temuan penelitian ini mendukung signaling theory, Bettachatya

(1979) yang menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai earning yang

semakin meningkat merupakan signal bahwa perusahaan tersebut mempunyai

prospek bagus dimasa yang akan datang.

2.2.4. Pengaruh Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah bentuk memaksimumkan tujuan perusahaan

melalui peningkatan kemakmuran para pemegang saham (maximization wealth of

stockholders), kemakmuran pemegang saham meningkat apabila harga saham

yang dimilikinya meningkat (Sartono, 2001: 8 dalam Pujiati dan Widanar, 2009).

Nilai perusahaan-perusahaan publik ditentukan oleh pasar saham, nilai perusahaan

yang sahamnya tidak diperdagangkan kepada publik juga sangat dipengaruhi oleh

(52)

38

Taswan (2003) dalam Pujiati dan Widanar menemukan bahwa variabel

kebijakan hutang berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV).

Peningkatan hutang diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan

untuk membayar kewajiban dimasa yang akan datang atau adanya risiko bisnis

yang rendah, hal tersebut akan direspon secara positif oleh pasar (Brigham, 2006

dalam Pujiati dan Widanar (2009). Hal ini senada dengan temuan Jensen (1976)

dalam Pujiati dan Widanar (2009) yang menyatakan bahwa dengan adanya

hutang, maka akan dapat dipakai dalam mengendalikan penggunaan free cash

flow secara berlebihan oleh pihak manajemen.

2.2.5. Pengaruh Ukuran Perusahaan Ter hadap Nilai Perusahaan

Semakin besar perusahaan maka semakin banyak dana yang digunakan

untuk menjalankan operasi perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat

pertumbuhan yang tinggi cenderung membutuhkan dana dari sumber eksternal

yang besar (Brigham dan Houston, 2009 : 46).

Besar kecilnya suatu perusahaan akan sangat berpengaruh pada

pendanaannya. Banyak perusahaan besar akan memperoleh dana dengan

menerbitkan obligasi, yang merupakan surat utang jangka panjang yang dibeli

oleh investor. Beberapa perusahaan besar memilih untuk menerbitkan obligasi

dibandingkan memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan karena tingkat suku

bunganya lebih rendah. Perusahaan kecil yang tidak terkenal tidak akan dapat

menerbitkan obligasi. Bahkan jika mereka dapat menerbitkan obligasi mereka

Gambar

Tabel 1.1 : Price to Book Value Perusahaan Food and Beverage yang
Gambar 1.1. Kerangka Konseptual
Tabel 4.1. Data Profitabilitas (ROE) Perusahaan Food and Beverages
Tabel 4.3. Data Ukuran Perusahaan (Size) Perusahaan Food and Beverages Tahun 2009-2011
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kumparan pengirim yang menghasilkan medan magnet kemudian menginduksi (induksi bersama) kumparan penerima dengan syarat kumparan penerima harus berada di area garis

Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu (KPPT) Kota Surakarta diharapkan dapat memberikan pelayanan yang prima kepada mayarakat dalam memberikan pelayanan di bidang

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar yang

Dapat menambahkan wawasan pengetahuan tentang masalah yang diteliti, yaitu berapa besar pengaruh pertumbuhan jumlah SPT Masa PPN yang dilaporkan serta SSP PPN

Jadi, jelas terlihat bahwa untuk dapat meningkatkan tingkat kepuasan mahasiswa dalam pengalaman belajar klinik, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan faktor

Tulisan ini mengkaji mengenai peran sekolah dalam mitigasi bencana, kurikulum kebencanaan di sekolah-seolah beberapa daerah di Indonesia dan juga di dunia, serta kurikulum

Results of the preliminary interpretation of both images showed that features like fallow, built up and wasteland classes in Hyperion image are clearer than LISS-III and Hyperion

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda yang telah dilakukan, maka diperoleh bahwa keempat variabel bebas pada penelitian ini terdapat empat variabel