SKRIPSI
Diajukan Oleh:
OCTAVIANA NATASIA SIHITE
0912010199/FE/EM
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
“ANALISIS NILAI PERUSAHAAN FOOD AND BEFERAGES YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syar atan
Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Ekonomi
Pr ogram Studi Manajemen
Diajukan Oleh:
OCTAVIANA NATASIA SIHITE
0912010199/FE/EM
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
USULAN PENELITIAN
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Untuk Menyusun Skr ipsi S-1 Pr ogr am Sudi Manajemen
Diajukan oleh :
OCTAVIANA NATASIA SIHITE
0912010199/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” J AWA TIMUR
Usulan Penelitian
“ANALISISNILAI PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG
TERDAFTARDI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”
Yang diajukan
OCTAVIANA NATASIA SIHITE
0912010199/FE/EM
Telah disetujui untuk diseminarkan oleh
Pembimbing Utama
Dr. Muhadjir Anwar, MM Tanggal : ...
NIP. 196509071991031001
Mengetahui
KETUA PROGRAM STUDI
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”
Yang diajukan
OCTAVIANA NATASIA SIHITE
0912010199/FE/EM
Telahdiseminar kandan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
Dr. Muhadjir Anwar, MM Tanggal : ...
NIP. 196509071991031001
Mengetahui
KETUA PROGRAM STUDI
SKRIPSI
“ANALISISNILAI PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”
Yang diajukan
OCTAVIANA NATASIA SIHITE
0912010199/FE/EM
DisetujuiuntukUjianLisanOleh
Pembimbing Utama
Dr. Muhadjir Anwar, MM Tanggal : ...
NIP. 196509071991031001
Mengetahui
WakilDekan I
Disusun Oleh :
OCTAVIANA NATASIA SIHITE
0912010199/FE/EM
Telah Diper tahankan Dihadapan dan Diter ima Oleh Tim Penguji Skr ipsi
J ur usan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur
Pada Tanggal
Pembimbing Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Dr. Muhadjir Anwar, M.M Dra. Ec. Malicha
NIP.196509071991031001
Sekretaris
Dr. Muhadjir Anwar, M.M
Anggota
Sulastri Irbayuni, S.E, M.M
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”
J awa Timur Dekan Fakultas Ekonomi
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas
berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul
“Analisis Nilai Perusahaan Food and Beverages yang Ter daftar di Bur sa Efek
Indonesia (BEI)” yang merupakan persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana
Ekonomi Program Studi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya ini dapat terselesaikan.
Menyadari sepenuhnya bahwa kemampuan penulis untuk menyusun Skripsi
ini sangat terbatas, maka dengan demikian Skripsi ini masih dari kesempurnaan baik
dari segi materi maupun penyusunan bahasa. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan segala kritik dan masukan dari para pembaca.
Selain itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P. selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, S.E., M.M. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur di Surabaya.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, M.M. selaku Ketua Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
di Surabaya dan Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu
5. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur di Surabaya yang telah
memberikan ilmunya selama menempuh pendidikan di bangku kuliah.
6. Seluruh staff Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur di Surabaya yang telah banyak membantu dalam masa
perkuliahan maupun penyelesaian skripsi.
7. Kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan kepada saya dengan
penuh kesabaran, kasih sayang yang tak terhingga juga mendukung saya
untuk menyelesaikan penelitian ini baik moril maupun materiil.
8. Seluruh sahabat, rekan – rekan dan teman – teman saya di Fakultas Ekonomi
UPN “Veteran” Jatim angkatan 2009. Dan kepada seorang spesial dalam
hidup saya yang sangat saya kasihi yang telah memberikan banyak dukungan,
semangat kepada saya untuk menyelesaikan penelitian ini.
Dengan segala kemampuan dan keterbatasannya maka penulis berharap semoga
dengan terselesainya penyusunan skripsi ini akan berguna bagi siapa saja yang
membacanya.
DAFTAR ISI
2.2.2. Profitabilitas (Profitability)... 20
2.2.3. Keputusan Pendanaan... 23
2.2.4. Teori Struktur Modal………... 27
2.2.4.1. Pengertian Struktur Modal………. 27
2.2.4.2. Agency Theory... 29
2.2.4.3. Signaling Theory... 30
2.2.4.4. Asymmetric Information... 30
2.3. Kerangka Konseptual... 40
2.4. Hipotesis... 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 41
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel... 41
3.1.1. Variabel Terikat (Dependent Variabel)... 41
3.2.2. Variabel Bebas (Independent Variabel)... 41
3.2. Populasi dan Sampel……... 42
3.2.1. Populasi... 42
3.2.2. Sampel... 43
3.3. Teknik Pengumpulan Data... 43
3.3.1. Jenis Data... 43
3.3.2. Sumber Data... 44
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data... 44
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis... 45
3.4.1. Teknik Analisis Data... 45
3.4.2. Uji Normalitas... 46
3.4.3. Uji Multikolinieritas... 46
3.4.4. Uji Heterokedastisitas... 47
3.4.5. Uji Autokorelasi... 48
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………..…….………… 54
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian………...……… 54
4.1.1. Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)….…..……… 54
4.1.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)…………...……… 56
4.2. Perkembangan Industri Food and Beverages..………..………...… 57
4.3. Deskripsi Variabel………. 60
4.3.1. Deskripsi Return On Equity…..……….. 60
4.3.2. Deskripsi Debt to Equity Ratio..………. 62
4.3.3. Deskripsi Size…..………..……….. 64
4.3.4. Deskripsi Price to Book Value..……….. 67
4.4. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis………...……….. 69
4.4.1. Uji Outlier………...………. 69
4.4.2. Uji Normalitas………...….. 71
4.4.3. Uji Multikolineritas………...…….. 73
4.4.4. Uji Heteroskedastisitas………..………...… 74
4.4.5. Uji Autokorelasi………..……… 76
4.4.6. Koefisien Determinasi (R2)..………..……… 78
4.5. Pengujian Hipotesis………... 78
4.6. Pembahasan………..………. 80
4.5.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan……...………… 80
4.5.2. Pengaruh Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan……… 82
DAFTAR PUSTAKA
ANALISIS NILAI PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES YANG
Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan (tercermin dari harga pasar saham dan nilai arus kas) melaui peningkatan kemakmuran para pemegang saham. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Profitabilitas (ROE), Keputusan Pendanaan (DER) dan Ukuran Perusahaan (Size) terhadap Nilai Perusahaan (PBV) food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Fenomana dari penelitian ini adalah nilai perusahaan food and beverages di BEI yang mengalami penurunan.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data yang bersumber dari data sekunder yang diambil dari laporan tahunan perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2009-2011 sebanyak 17 perusahaan yang juga digunakan sebagai populasi sekaligus sampel dari penelitian ini. Metode sensus (sampel jenuh) adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini karena sampel yang digunakan adalah semua anggota populasi yang mempunyai jumlah populasi yang kecil yaitu >30 populasi. Metode ini termasuk pada metode non probability sampling. Sedangkan model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Model ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan, berdasarkan pengujian hipotesis diperoleh bahwa profitabilitas (ROE) berpengaruh signifikan positif terhadap nilai perusahaan. Keputusan pendanaan (DER) berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai perusahaan. Sedangkan ukuran perusahaan (Size) berpengaruh non signifikan positif terhadap nilai perusahaan.
1.1. Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan sumber berbagai macam informasi bagi
investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
investasi di pasar modal. Pasar modal yang efisien, harga saham mencerminkan
semua informasi yang relefan dan pasar akan bereaksi apabila terdapat informasi
baru. Maka dari itu, setiap tahun perusahaan publik yang terdafar di BEI
berkewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan tahunan kepada Bursa
Efek, para investor dan publik. Meningkatnya persaingan usaha dan semakin
rumitnya situasi yang dihadapi oleh perusahaan modern masa kini menuntut ruang
lingkup dan peran seorang manajer keuangan yang semakin luas. Perusahaan
melalui manajer keuangan harus mampu menjalankan fungsinya di dalam
mengelola keuangan dengan benar dan seefisien mungkin. Ukuran yang
digunakan untuk menilai keberhasilan seorang manajer keuangan dalam
mengelola keuangan perusahaan adalah dengan melihat nilai perusahaan. Suatu
keputusan dikatakan benar apabila dapat meningkatkan nilai perusahaan (Husnan,
2000 : 4).
Nilai perusahaan tercermin dari harga saham yang stabil dan dalam jangka
panjang mengalami kenaikan. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi
pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para
2
pemegang saham juga tinggi. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan
mengharapkan manajer keuangan akan melakukan tindakan terbaik bagi
perusahaan dengan memaksimalkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran
(kesejahteraan) pemilik atau pemegang saham dapat tercapai. (Husnan, 2000 : 7).
Memaksimumkan nilai pasar perusahaan sama dengan memaksimumkan
harga pasar saham. Hal ini dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut :
nilai perusahaan (V=value) adalah hutang (D=debt) ditambah modal sendiri
(E=equity). Jika diasumsikan hutang tetap, nilai perusahaan naik maka modal
sendiri naik. Naiknya modal sendiri akan meningkatkan harga per lembar saham
perusahaan (Setia, 2008 : 4).
Meningkatnya persaingan usaha dan semakin rumitnya situasi yang
dihadapi oleh perusahaan modern masa kini menuntut ruang lingkup dan peran
seorang manajer keuangan yang semakin luas. Perusahaan melalui manajer
keuangan harus mampu menjalankan fungsinya di dalam mengelola keuangan
dengan benar dan seefisien mungkin. Ukuran yang digunakan untuk menilai
keberhasilan seorang manajer keuangan dalam mengelola keuangan perusahaan
adalah dengan melihat nilai perusahaan. Suatu keputusan dikatakan benar apabila
dapat meningkatkan nilai perusahaan (Husnan, 2000 : 4).
Menurut Pujiati dan Widanar (2009), kebijakan pendanaan merupakan
suatu kebijakan yang membahas mengenai sumber dana yang akan digunakan
untuk membiayai suatu investasi yang menyangkut kombinasi yang optimal dari
penggunaan berbagai sumber dana. Disamping itu hutang juga akan menurunkan
pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. Keputusan pendanaan merupakan
salah satu dari ketiga keputusan utama dalam fungsi manajemen keuangan yang
harus dilakukan oleh suatu perusahaan. Pada keputusan ini manajer keuangan
dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari
sumber-sumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai
kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya yang mencerminkan sebagaian
kebijakan struktur modal (Sutrisno, 2001 : 8 dalam Pujiati dan Widanar, 2009).
Keputusan pendanaan menyangkut keputusan tantang berapa banyak
hutang akan digunakan, dalam bentuk apa hutang dan modal sendiri akan ditarik,
dan kapan akan memperoleh dana-dana tersebut. Apabila pasar modal efisien,
sulit bagi perusahaan untuk memperoleh dana murah, karena semua sekuritas
akan dinilai wajar (fairly priced) (Husnan, 2000 : 270).
Kebijakan pendanaan merupakan suatu kebijakan yang membahas
mengenai sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai suatu investasi
yang menyangkut kombinasi yang optimal dari penggunaan berbagai sumber
dana. Peningkatan hutang sebagai salah satu sumber dana akan menurunkan
besarnya konflik antara pihak institusional dengan manajemen. Disamping itu
hutang juga akan menurunkan excess cash flow yang ada dalam perusahaan
sehingga memungkinkan penekanan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen
(Jensen dan Meckling, 1976 dalam Pujiati dan Widanar, 2009).
Keputusan pendanaan perusahaan menyangkut keputusan tentang bentuk
dan komposisi pendanaan yang akan dipergunakan oleh perusahaan. Secara
4
dari dalam perusahaan (internal financing). Keputusan tentang external financing
sering disebut sebagai keputusan pendanaan, sedangkan internal financing
menyangkut kebijakan dividen (Husnan, 2000 : 253).
Signally theory, Bhattacarya (1979) dalam Sujoko dan Soebiantoro (2007)
mengemukakan bahwa profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek
perusahaan yang bagus sehingga investor akan merespon positif dan nilai
perusahaan akan meningkat. Pembayaran dividen yang semakin meningkat
menunjukkan prospek perusahaan semakin bagus sehingga investor akan tertarik
untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat.
Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) dari beberapa penelitian yang
dilakukan pada perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam keputusan pendanaan
ditemukan hasil bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia cenderung mengikuti
pecking order theory. Sartono (2001) dalam Sujoko dan Soebiantoro (2007) telah
menemukan bahwa pada umumnya para manajer perusahaan di Indonesia
cenderung mengikuti hirarki pendanaan (pecking order theory). Struktur modal
perusahaan diprediksi juga dipengaruhi oleh faktor ekstern dan faktor intern
perusahaan.
Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) secara teoritis, pembiayaan
perusahaan dihadapkan oleh berbagai macam pertimbangan . Salah satu teori yang
mendasari keputusan pendanaan perusahaan adalah pecking order theory. Adanya
kecenderungan perusahaan untuk menentukan pemilihan sumber pendanaan atas
dasar hirarki risiko (pecking order theory). Pecking order theory adalah salah satu
mempengaruhi struktur modal perusahaan dengan cara membatasi akses pada
sumber pendanaan dari luar. Myers dan Majluf (1984) dalam Sujoko dan
Soebiantoro (2007) menunjukkan bahwa dengan adanya asimetri informasi,
investor biasanya akan menginterpretasikan sebagai berita buruk apabila
perusahaan mendanai investasinya dengan menerbitkan ekuitas. Dengan
demikian, perusahaan akan lebih memilih mendanai investasinya berdasarkan
suatu urutan resiko.
Ukuran perusahaan atau firm size merupakan ukuran besar kecilnya
perusahaan yang dapat dilihat dari tingkat penjualan, jumlah karyawan dan total
aktivanya yang dimiliki perusahaan. Perusahaan besar yang sudah
well-established akan mudah memperoleh modal dipasar modal dibanding dengan
perusahaan kecil. Karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar
memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula. (Sartono, 2002 : 249)
Menurut Riyanto (2001 : 1), bahwa suatu perusahaan besar dengan saham
tersebar sangat luas, perluasan saham akan mempunyai pengaruh yang kecil
terhadap kemungkinan hilang atau tergesernya kontrol dari pihak dominan dari
perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan kecil yang sahamnya akan
mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol
pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian pula
perusahaan besar yang sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani
mengeluarkan saham-saham dalam memenuhi kebutuhan dana dibandingkan
6
Konflik yang sering muncul dalam suatu perusahaan adalah konflik antara
pihak manajemen perusahaan dengan investor tentang pendanaan. Perusahaan
dengan tingkat pertumbuhan yang pesat, maka pihak manajemennya akan
memilih untuk memperbesar perusahaan dengan mendirikan anak perusahaan.
Namun perusahaan yang tingkat profitabilitasnya tinggi dan struktur
kepemilikannya besar, manajemen cenderung memilih menggunakan sumber
intern untuk membiayai operasional perusahaan dengan laba ditahan sedangkan
investor menginginkan laba tersebut dibagikan.
Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia
(Gapmmi) mengatakan, investasi sektor makanan untuk PMDN menurun di awal
2012. Di 2010, investasi PMDN di sektor makanan mencapai Rp16,40 triliun.
Turun 106,6 persen menjadi Rp7,94 triliun di 2011. Ketua Umum Gapmmi Adhi
S Lukman mengatakan, investasi PMA pada 2010 mencapai USD1,025 miliar dan
USD1,104 miliar di 2011. "Investor asing agresif merelokasi investasinya ke sini.
Karena, bagaimana pun, biaya berinvestasi di Indonesia masih lebih murah.
Mereka sebenarnya hanya mempertanyakan kepastian regulasi, jaminan pasokan
energi, dan percepatan pembangunan infrastruktur, khususnya pelabuhan," kata
Adhi, Jumat (4/5/2012). Sedangkan investor lokal, kata dia, masih ragu mencari
lokasi investasi yang lebih murah. "Mereka mempertimbangkan besaran upah
tenaga kerja. Sebab, Tangerang dan Bekasi yang merupakan kawasan industri,
justru memiliki tingkat upah tinggi. Jadi, mereka mencari alternatif lokasi ke
daerah lain. Tapi, kan tidak mudah, sehingga terjadi penundaan sedikit,"
Harry Warga negara mengatakan, investor asing mempunyai modal dan teknologi
dibandingkan investor lokal. "Asing akan masuk di smelter hasil tambang. Karena
mereka punya kepentingan akan materialnya dan mereka punya uangnya dan
teknologinya," kata Harry. Pemerintah, kata dia, sebaiknya mewajibkan investor
asing menggandeng mitra lokal. "Tapi harusnya pengusaha lokal yang didorong
bangun smelternya. Impor kita yang besar sekarang mesin. Artinya investasi
pabrik lagi gencar. Tapi memang masih mendominasi asing yang bangun
industrinya
(http://economy.okezone.com/read/2012/05/04/320/623911/investasi-lokal-di-industri-makanan-anjlok-106-6).
Berikut ini adalah data tentang nilai perusahaan pada perusahaan Food and
Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 sampai dengan
8
Tabel 1.1 : Price to Book Value Perusahaan Food and Beverage yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011
No Kode Nama Perusahaan 2009 2010 2011
12. PTSP PT. Pioneerindo Gourmet Int ernat ional Tbk
Sumber : Laporan Keuangan 2009-2011 (BEI)
Berdasarkan tabel 1.1. diatas dapat diketahui bahwa nilai perusahaan (PBV)
pada tahun 2009 mencapai angka tertinggi yang telah dicapai oleh PT. Akasha
Siantar Top, Tbk sebesar 0.81. Pada tahun 2010 yang mencapai PBV tertinggi
adalah PT. Akasha Wira International Tbk sebesar 9.57 dan yang terendah adalah
PT. Sekar Laut Tbk dengan angka 0.82. Dan pada tahun 2011 yang mencapai
PBV tertinggi adalah PT. Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar 14.26 dan yang
terendah adalah PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk sebesar 0.45.
Dari hasil pengumpulan data tersebut menunjukkan bahwa trend nilai
perusahaan pada perusahaan food and beverages cenderung mengalami
penurunan. Hal ini terjadi karena disebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi yaitu : Profitabilitas, Keputusan Pendanaan dan Ukuran
perusahaan.
Signally theory, Bhattacarya (1979) dalam Sujoko dan Soebiantoro (2007)
mengemukukan bahwa profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek
perusahaan yang bagus sehingga investor akan merespon positif dan nilai
perusahaan akan meningkat. Pembayaran dividen yang semakin meningkat
menunjukkan prospek perusahaan semakin bagus sehingga investor akan tertarik
untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat.
Kebijakan pendanaan merupakan suatu kebijakan yang membahas
mengenai sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai suatu investasi
yang menyangkut kombinasi yang optimal dari penggunaan berbagai sumber
dana. Peningkatan hutang sebagai salah satu sumber dana akan menurunkan
besarnya konflik antara pihak institusional dengan manajemen. Disamping itu
10
sehingga memungkinkan penekanan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen
(Jensen dan Meckling, 1976 dalam Pujiati dan Widanar, 2009).
Menurut Sujoko dan Soebiantoro (2007) ukuran perusahaan yang besar
menunjukkan perusahaan mengalami perkembangan sehingga investor akan
merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pangsa pasar relatif
menunjukkan daya saing perusahaan lebih tinggi dibanding pesaing utamanya.
Investor akan merespon positif sehingga nilai perusahaan akan meningkat.
Selain itu optimasi nilai perusahaan yang merupakan tujuan perusahaan
dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi manajemen keuangan, dimana satu
keputusan keuagan yang diambil akan mempengaruhi keputusan keuangan
lainnya dan berdampak pada nilai perusahaan (Fama dan French, 1998 dalam
Pujiati dan Widanar, 2009).
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
permasalahan yang muncul dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan Food and
Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
2. Apakah keputusan pendanaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan Food
and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan Food
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini berdasarkan pada latar
belakang dan permasalahan yang dikemukakan di atas adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan Food
and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai
perusahaan Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan
Food and Beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
a. Bagi Manajemen Perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat unutk memperoleh
informasi dan dijadikan pertimbangan bagi manajemen perusahaan dalam
nilai perusahaan.
b. Bagi Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai
informasi tentang perkembangan pasar modal Indonesia dan sebagai
referensi bagi para akademis yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Penelitian Terdahulu
1. Diyah Pujiati dan Erman Widanar (2009) dengan judul “ Pengaruh
Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan: Keputusan Keuangan
Sebagai Variabel Intervening” yang diambil dari Jurnal Ekonomi Bisnis &
Akuntansi Ventura, Vol.12, No.1, April 2009, halaman 71-86. Dalam
penelitian ini menggunakan beberapa kerangka teoritis dan hipotesis yaitu
: struktur kepemilikan, keputusan keuangan, keputusan investasi,
keputusan pendanaan, kebijakan dividen dan nilai perusahaan. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh struktur kepemilikan pada
nilai perusahaan dengan keputusan keuangan sebagai variabel intervening.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta yang tidak termasuk dalam kategori
industri perbankan, lembaga perkreditan, keamanan, dan asuransi. Untuk
periode pengamatan 2005 dengan 2004 dan 2006 sebagai pembanding.
Data dikumpulkan melalui purposive sampling, dan metode statistik yang
digunakan adalah analisis jalur. Hasil pemeriksaan empiris menggunakan
analisis regresi memberikan hasil bahwa:
1) kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap keputusan
investasi, keputusan keuangan dan kebijakan dividen
3) keputusan investasi, keputusan keuangan dan kebijakan dividen telah
pengaruh terhadap nilai perusahaan
4) kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap keputusan
investasi, keputusan keuangan, tetapi pengaruhnya telah terhadap
kebijakan dividen
5) kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan
6) kepemilikan institusional memiliki pengaruh terhadap nilai
perusahaan dengan kebijakan dividen sebagai variabel intervening.
2. Sujoko & Ugy Soebiantoro (2007) dengan judul “Pengaruh Struktur
Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan
(Studi emprik pada perusahaan manufaktur dan non manufaktur di Bursa
Efek Jakarta)” yang diambil dari Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan ,
Vol.9, No.1, Maret 2007 : 41-48. Dalam penelitian ini sampel yang
digunakan adalah purposive sampling, yaitu sampel yang memiliki kriteria
tertentu dan pengujian dilakukan dengan menggunakan AMOS.
Berdasarkan analisis dan pembahasan dari penelitian Sujoko & Ugi
Soebiantoro (2007) menunjukkan bahwa variabel profitabilitas
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan. Sedangkan leverage mempunyai pengaruh negatif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini belum memberikan
informasi seberapa jauh kepemilikan perusahaan publik di Indonesia bisa
14
perusahaan publik yang diamati dalam penelitian ini juga belum
mengamati kepemilikan oleh pemilik asing. Penelitian mendatang perlu
memasukkan kepemilikan oleh investor asing agar kita bisa mengamati
bagaimana pelaksanaan good corporate governance dalam perusahaan
publik. Analisa good corporate governance dalam penelitian ini juga
hanya didasarkan pada data sekunder.
3. Yuke Prabansari dan Hadri Kusuma (2005) dengan judul “Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur Go Public di
Bursa Efek Jakarta” yang diambil dari Sinergi, Kajian Bisnis dan
Manajemen, Edisi Khusus on Finace, 2005 : 1-15. Penelitian ini bertujuan
untuk menguji apakah ukuran perusahaan, resiko bisnis, pertumbuhan
aktiva, profitabilitas dan struktur kepemilikan berpengaruh terhadap
struktur modal perusahaan. Dari pengujian terhadap
perusahaan-perusahaan menufakturing yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta
disimpulkan bahwa ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva, profitabilitas
san struktur kepemilikan berpengaruh positif sementara resiko bisnis
berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan secara signifikan.
4. Endang Sri Utami (2009) berjudul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Struktur Modal Perusahaan”, Fenomena, Maret 2009 : 39-47, ISSN
1693-4296. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ukuran
perusahaan, risiko bisnis, tingkat pertumbuhan, struktur aset, dan
profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan
bahwa ukuran perusahaan, resiko bisnis, tingkat pertumbuhan, struktur
modal perusahaan manufaktur di BEI. Sebuah parsial analisis data
menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak mempengaruhi struktur
modal perusahaan manufaktur di BEI. Struktur aset memiliki efek pasa
struktur modal perusahaan manufaktur di BEI. Profitabilitas memiliki efek
pada struktur modal perusahaan manufaktur di BEI.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah nilai sekarang (present value) dari aliran kas yang
diharapkan akan diterima dimasa mendatang baik dari hutang maupun ekuitas.
Hutang akan menghasilkan aliran kas berupa bunga pinjaman, sedangkan modal
akan menghasilkan dividen.
Nilai perusahaan pada dasarnya dapat diukur melalui beberapa aspek,
salah satunya adalah harga pasar saham perusahaan karena harga pasar saham
perusahaan mencerminkan penilaian investor keseluruhan atas setiap ekuitas yang
dimiliki. Menurut Horne (1998) dalam Pujiati dan Widanar (2009) “value is
represented by the market price of the company’s common stock which in turn, is
a function of the firm’s investment, financing and dividen decision.“ Harga pasar
saham menunjukkan penilaian sentral dari seluruh pelaku pasar, harga pasar
saham bertindak sebagai barometer kinerja manajemen perusahaan.
Menurut Husnan (2000 : 4), nilai perusahaan adalah cerminan tingkat
16
perusahaan tersebut go public maka nilai perusahaan dicerminkan oleh harga
saham perusahaan tersebut.
Meningkatnya persaingan usaha dan semakin rumitnya situasi yang
dihadapi oleh perusahaan modern masa kini menuntut ruang lingkup dan peran
seorang manajer keuangan yang semakin luas. Perusahaan melalui manajer
keuangan harus mampu menjalankan fungsinya di dalam mengelola keuangan
dengan benar dan seefisien mungkin. Ukuran yang digunakan untuk menilai
keberhasilan seorang manajer keuangan dalam mengelola keuangan perusahaan
adalah dengan melihat nilai perusahaan. Suatu keputusan dikatakan benar apabila
dapat meningkatkan nilai perusahaan (Husnan, 2000 : 4).
Rasio price to book mengaitkan harga saham dengan laba dan dengan nilai
buku per saham. Nilai buku per saham menentukan harga pasar saham yang
bersangkutan. Oleh karena itu, sebelum investor memutuskan untuk membeli atau
menjual saham, mereka harus memperhatikan nilai buku per saham yang
bersangkutan dan membandingkan dengan harga yang ditawarkan. Nilai buku per
saham mencerminkan nilai perusahaan dan nilai perusahaan tercermin pada nilai
kekayaan bersih ekonomis dimilikinya (Halim, 2003 : 16).
Pengertian nilai perusahaan menurut Husnan (2000 : 7) sebagai berikut :
“nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli
apabila perusahaan tersebut dijual”. Bagi perusahaan yang menerbitkan saham di
pasar modal, harga saham yang diperjualbelikan di bursa merupakan indikator
Memaksimumkan nilai pasar perusahaan sama dengan memaksimumkan
harga pasar saham. Hal ini dapat dijelaskan secara sederhana sebagai berikut :
nilai perusahaan (V=value) adalah hutang (D=debt) ditambah modal sendiri
(E=equity). Jika diasumsikan hutang tetap, nilai perusahaan naik maka modal
sendiri naik. Naiknya modal sendiri akan meningkatkan harga per lembar saham
perusahaan. Jika harga per lembar saham naik, pemegang saham akan senang
karena bertambah makmur. Memaksimumkan harga saham tidak sama dengan
memaksimumkan keuntungan (profit) perusahaan. Jika sekedar ingin
meningkatkan keuntungan perusahaan, manajemen perusahaan dapat menerbitkan
saham baru untuk memperoleh tambahan dana yang kemudian diinvestasikan
untuk mendapatkan tambahan keuntungan. Tapi jika keuntungan tambahan yang
diperoleh lebih rendah, penghasilan per lembar saham justru akan menurun (Setia,
2008 : 4).
Pada prinsipnya, seperti yang dikatakan oleh Van Horne (2005 : 4) bahwa
harga pasar saham merupakan ukuran indeks presentasi perusahaan, yaitu
seberapa jauh manajemen telah berhasil mengelola perusahaan perusahaan untuk
mendapatkan laba dimasa mendatang atas nama pemegang saham. Pemegang
saham yang tidak puas dengan presentasi manajemen akan menjual sahamnya dan
akan menanamkannya diperusahaan lain. Jika hal ini dilakukan oleh para
pemegang saham, maka ini akan merupakan kekuatan pasar yang akan
menurunkan harga pasar saham perusahaan, dengan kata lain rasio ini
18
lalu dan prospeknya dimasa depan. Rasio price to book value membandingkan
harga saham dengan nilai buku ekuitas.
Tujuan pokok yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah
memaksimumkan profit, pandangan ini semakin lama telah bergeser akibat
kelemahan-kelemahan yang ditemui dalam tujuan ini (Sartono, 2001 : 7 dalam
Pujiati dan Widanar, 2009). Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:
1) Standar ekonomi mikro dengan memaksimalkan profit adalah bersifat statis
karena tidak memperhatikan dimensi waktu, sehingga tidak ada perbedaan
antara profit dalam jangka pendek maupun panjang.
2) Pengertian profit itu sendiri, apakah memaksimumkan jumlah profit secara
nominal ataukah tingkat profit.
3) Menyangkut risiko yang berkaitan dengan setiap alternatif keputusan,
memaksimumkan profit tanpa mempertimbangkan risiko yang akan terjadi
adalah suatu kesalahan fatal.
4) Memaksimukan profit bisa saja dilakukan dengan menanamkan dana hasil
penjualan saham melalui deposito, namun pemegang saham akan meminta
tingkat keuntungan yang lebih besar dari tingkat deposito atas risiko yang
lebih besar, sehingga harga pasar menurun akibatnya nilai perusahaan akan
menurun pula.
Berdasarkan kelemahan tersebut maka nilai perusahaan akan bergeser
menjadi bentuk memaksimumkan tujuan perusahaan melalui peningkatan
kemakmuran para pemegang saham (maximization wealth of stockholders),
meningkat. Dengan meningkatnya harga saham maka nilai perusahaan juga akan
ikut meningkat.
Nilai perusahaan pada perusahaan publik ditentukan oleh pasar saham,
sedangkan nilai perusahaan yang sahamnya tidak diperdagangkan kepada publik
juga sangat dipengaruhi oleh pasar yang sama (Sartono, 2001 : 8 dalam Pujiati
dan Widanar, 2009).
Menurut J. Keown, Scott, dan Martin (2004: 849) dalam Pujiati dan
Widanar (2009), terdapat variabel-variabel kuantitatif yang dapat digunakan
untuk memperkirakan nilai suatu perusahaan, antara lain:
a. Nilai buku
Nilai buku merupakan jumlah aktiva dari neraca dikurangi kewajiban
yang ada atau modal pemilik. Nilai buku tidak menghitung nilai pasar dari
suatu perusahaan secara keseluruhan karena perhitungan nilai buku
berdasarkan pada data historis dari aktiva perusahaan.
b.Nilai pasar perusahaan
Nilai pasar saham adalah suatu pendekatan untuk memperkirakan nilai
bersih dari suatu bisnis. Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas
dan secara luas diperdagangkan, maka pendekatan nilai dapat dibangun
berdasarkan nilai pasar. Pendekatan nilai merupakan suatu pendekatan yang
paling sering digunakan dalam menilai perusahaan besar, dan nilai ini dapat
20
c. Nilai apprasial
Perusahaan yang berdasarkan appraiser independent akan mengijinkan
pengurangan terhadap goodwill apabila harga aktiva perusahaan meningkat.
Goodwill dihasilkan sewaktu nilai pembelian perusahaan melebihi nilai buku
aktivanya.
d.Nilai arus kas yang diharapkan
Nilai ini dipakai dalam penilaian merger atau akuisisi. Nilai sekarang
dari arus kas yang telah ditentukan akan menjadi maksimum dan harus
dibayar oleh perusahaan yang ditargetkan (target firm), pembayaran awal
kemudian dapat dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari
merger. Nilai sekarang (present value) adalah arus kas bebas dimasa yang
akan datang.
2.2.2. Pr ofitabilitas (Profitability)
Menurut Harahap (2009 : 304-306) rasio rentabilitas atau disebut juga
profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui
semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal,
jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga operating ratio.
Terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas ini yang dapat dikemukakan
sebagai berikut :
1. Margin laba (Profit Margin), yaitu angka yang menunjukkan berapa
penjualan. Rasio ini semakin baik karena dianggap kemampuan
perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
2. Asset Turn Over/Return On Asset (ROA), adalah rasio yang
menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.
Semakin besar rasio ini semakin baik. Hal ini berarti bahwa aktiva
dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
3. Return On Investment/Return On Equity (ROE), adalah rasio yang
menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila diukur dari
modal pemilik. Semakin besar semakin bagus.
4. Return On Total Asset (ROTA), adalah rasio yang menunjukkan
berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai
aktiva.
5. Basic Earning Power (BEP), adalah rasio yang menujukkan
kemempuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba
sebelum diurangi bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva.
Semakin besar rasio semakin baik.
6. Earning Per Share (EPS), adalah rasio yang menunjukkan berapa
besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba.
7. Contribution Margin (CP), adalah rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi
biaya-biaya tetap atau biaya-biaya operasi lainnya. Dengan pengetahuan atas rasio
ini kita dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya
22
Profitabilitas merupakan salah satu kemampulabaan. Menurut Sugiyarso
dan Winarni (2005 : 118), profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun
model sendiri. Rasio ini menunjukkan pengukuran efektivitas manajemen dalam
memanfaatkan sumber dananya untuk menghasilkan keuntungan yang merupakan
hasil kegiatan atas penggunaan modal yang diinestasikan dalam keseluruhan
aktiva. Jika suatu erusahaan mempunyai tingkat modal sendiri yang tinggi maka
akan mengurangi ketergantungan hutangnya, karena perusahaan dalam membiayai
kegiatan operasinya menggunakan modal sendiri yang dimiliki perusahaan.
Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Myers
(1984) dalam Taswan (2008) menyatakan bahwa manajer mempunyai pecking
order didalam menekan laba sebagai pilihan pertama, diikuti oleh pembiayaan
dengan hutang, kemudian dengan equity. Dengan demikian terdapat hubungan
negatif dengan debt ratio.
Pecking order theory adalah salah satu teori yang mendasarkan pada
asimetri informasi. Asimetri informasi akan mempengaruhi struktur modal
perusahaan dengan cara membatasi akses pada sumber pendanaan dari luar. Myers
dan Majluf (1984) dalam Sujoko dan Soebiantoro (2007) menunjukkan bahwa
dengan adanya asimetri informasi, investor biasanya akan menginterpretasikan
sebagai berita buruk apabila perusahaan mendanai investasinya dengan
menerbitkan ekuitas. Dengan demikian, perusahaan akan lebih memilih mendanai
2.2.3. Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan berkaitan dengan pemilikan berbagai alternatif
sumber dana yang ada sehingga diperoleh kombinasi yang dapat meminimalkan
biaya yang timbul berkaitan dengan aktivitas perusahaan.
Menurut Husnan (2000 : 253), “keputusan pendanaan adalah keputusan
yang menyangkut tentang bentuk dan komposisi pembiayaan yang dipergunakan
perusahaan”, pada dasarnya sumber dana perusahaan dapat berasal dari internal
dan eksternal perusahaan.
Sumber dana internal yaitu sumber dana yang dibentuk atau dihasilkan
sendiri di dalam perusahaan, misalnya cadangan penyusutan, keuntungan yang
tidak dibagi, dan lain-lain, sedangkan sumber dana eksternal adalah sumber dana
yang berasal dari luar perusahaan, antara lain dari tambahan penyertaan modal,
emisi saham baru, penerbitan obligasi kredit dari perbankan dan pinjaman dari
pihak ketiga lainnya.
Keputusan pendanaan menyangkut keputusan tentang berapa banyak
hutang akan digunakan, dalam bentuk apa hutang dan modal sendiri akan ditarik
dan kapan akan memperoleh dana-dana tersebut. Apabila pasar modal efisien,
sulit bagi perusahaan untuk memperoleh dana murah, karena semua sekuritas akan
dinilai wajar (fairly priced) (Husnan, 2004 : 260).
Riyanto (2001) berpendapat, pemilihan sumber dana adalah suatu hal yang
perlu diperhatikan karena susunan dari kewajiban dan modal berpengaruh pada
risiko dan nilai perusahaan, dengan semakin besar kewajiban maka risiko
24
besar, kemungkinan kebangkrutan terjadi bila arus kas perusahaan tidak dapat
memenuhi pembayaran bunga dan pokok pinjaman.
Masalah penarikan dana (raising of fund) dianggap menarik karena setiap
dana yang digunakan pasti mempunyai biaya yang sering disebut dengan biaya
dana (cost of fund). Jika menggunakan dana yang berasal dari utang, jelas dana itu
mempunyai biaya, minimal sebesar dari tingkat bunga, tetapi jika menggunakan
modal sendiri (equity capital), maka masih harus mempertimbangkan oppurtunity
cost bagi modal sendiri yang dimaksud (Moeljadi, 2006 : 236).
Moeljadi (2006 : 236) juga berpendapat bahwa biaya atau dana itu
biasanya bervariasi antara dana yang satu dan dana lainnya, ada yang mahal dan
ada pula yang murah. Oleh karena itu, masalah pemilihan jenis dana yang akan
digunakan memerlukan pertimbangan yang cukup matang. Artinya, penentuan
jenis dana yang akan digunakan mempunyai dampak langsung terhadap
pencapaian tujuan perusahaan. Memang diakui bahwa masih ada teori yang
mengatakan bahwa keputusan pendanaan tidak akan mempengaruhi nilai
perusahaan, tetapi suatu teori hanya akan berlaku apabila asumsi-asumsinya dapat
dipenuhi.
Pengaturan antara perpaduan sumber modal mana yang akan diambil,
maka diperlukan suatu pertimbangan-pertimbangan tertentu dari perusahaan. Oleh
sebab itu, kebijakan pendanaan merupakan suatu kebijakan yang membahas
mengenai sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai suatu investasi
Brigham dan Houston (2001 : 40) dalam Prabansari dan Kusuma
mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas
investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang
tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan
dengan dana yang dihasilkan secara internal. Semakin tinggi keuntungan yang
diperoleh berarti semakin rendah kebutuhan dana eksternal (hutang) sehingga
semakin rendah pula struktur modalnya.
Moeljadi (2006 : 236), berpendapat bahwa terdapat tiga sumber dana yang
bersifat jangka panjang, yakni (1) penerbitan saham baru, (2) penerbitan obligasi,
dan (3) laba ditahan. Pendanaan yang bersumber pada penerbitan saham dan
obligasi baru sering disebut sebagai pendanaan ekstern (external financing),
sedangkan yang bersumber pada laba ditahan disebut sebagai pendanaan intern
(internal financing). Keputusan pendanaan akan menyangkut penentuan
kombinasi berbagai sumber dana yang pada dasarnya akan dibagi menjadi dua:
a. Yang berhubungan dengan pendanaan ekstern yang akan mengarah pada
pengambilan keputusan mengenai struktur modal, yakni menentukan
proporsi antara hutang jangka panjang dan modal sendiri. Hal ini akan
nampak pada debt to equity ratio perusahaan tersebut.
b. Yang berhubungan dengan pendanaan intern yang diaplikasikan menurut
penentuan kebijakan deviden yang digambarkan melalui dividend payout
ratio.
Moeljadi (2006 : 236) juga mengatakan bahwa penentuan keputusan yang
26
perusahaan. Dalam teori keuangan tradisional dinyatakan bahwa tujuan
perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran atau kekayaan para pemegang
saham atau pemilik. Dengan keputusan pendanaan yang optimal secara teoritis
akan dapat mengarah pada peningkatan kemakmuran atau kekayaan pemegang
saham.
Moeljadi (2006 : 244) berpendapat, terdapat tiga teori utama yang
menjelaskan tujuan perusahaan memaksimumkan kemakmuran atau kekayaan
pemegang saham. Ketiga teori itu berupaya menjelaskan suatu permasalahan yang
menanyakan bagaimana struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai
perusahaan. Ketiga teori tersebut dijelaskan sebagai berikut :
1. Teori tradisional (teori klasik) yang menyatakan bahwa ada struktur modal
yang dapat memaksimumkan nilai pasar perusahaan dengan cara
meminimumkan biaya modal rata-rata (average cost of capital). Salah satu
versi teori ini seperti yang dikembangkan oleh Ezra Salomon. Salomon
mengatakan bahwa struktur modal yang optimal terjadi apabila kelebihan
debt/equity ratio di atas average cost of capital, dan dikatakan minimum.
2. Teori yang dikembangkan oleh Modigliani dan Miller (1958)
mengasumsikan bahwa pasar modal bersifat sempurna dan tidak ada pajak.
Dalam teori ini Modigliani dan Miller (MM) menyatakan bahwa nilai
perusahaan dan posisi kemakmuran pemegang saham tidak dipengaruhi
oleh struktur modal.
3. Teori yang juga dikembangan oleh Modigliani dan Miller (1963), dimana
memaksimumkan nilai perusahaan dan posisi kemakmuran pemegang
saham.
2.2.4. Teori Struktur Modal
2.2.4.1. Pengertan Struktur Modal
Menurut Riyanto (2010 : 22) struktur modal adalah pembelanjaan
permanen dimana mencerminkan perimbangan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri. Apabila struktur finansiil tercermin pada keseluruhan
pasiva dalam neraca, maka struktur modal hanya tercermin pada utang jangka
panjang dan unsur-unsur modal sendiri, dimana kedua golongan tersebut
merupakan dana permanen atau dana jangka panjang. Dengan demikian maka
struktur modal hanya merupakan sebagaian saja dari struktur finansiil.
Menurut Munawir (2001 : 19) dalam Prabansari dan Kusuma (2009)
adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh perusahaan yang ditunjukkan dalam pos
modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang
dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. Sumber dari modal
adalah apa yang dapat dilihat berupa hutang lancar, hutang jangka panjang dan
modal sendiri. Moda menggambarkan hak pemilik atas perusahaan, yang timbul
sebagai akibat penanaman (investasi) yang dilakukan oleh pemilik atau para
pemilik.
Sedangkan menurut Brigham dan Houston (2001 : 5) struktur modal
adalah bauran dari hutang, saham preferen, dan saham biasa. Sedangkan Husnan
28
asing dengan modal sendiri. Struktur modal menurut Ikatan Akuntansi Indonesia
(2002 : 5) adalah penentuan kebijakan struktur keuangan akan berkait dengan
struktur modal. Struktur modal dalam perusahaan berkaitan erat dengan investasi
sumber dana yang akan menyangkut sumber dana yang akan digunakan untuk
membiayai proyek investasi tersebut. Sumber dana tersebut pada dasarnya terdiri
dari penerbitan saham (equity financing), penerbit obligasi (debt financing) dan
laba ditahan (retained earning). Penerbitan saham dan obligasi sering disebut
dengan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan atau external financing
sedang laba untuk laba ditahan sering disebut juga dengan retained earning atau
sumber dana sebagai pembelajaran yang berasal dari dalam perusahaan itu sendiri
atau internal financing.
Struktur modal merupakan masalah penting dalam pengambilan keputusan
mengenai pembelanjaan perusahaan. Struktur modal tersebut tercermin pada
hutang jangka panjang dan unsur-unsur modal sendiri, dimana kedua golongan
tersebut merupakan dana permanen atau jangka panjang.
Struktur modal yang optimal pada suatu perusahaan merupakan gabungan
dari utang dan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan pada saat
tertentu, manajemen perusahaan menetapkan struktur modal yang ditargetkan,
yang mungkin sudah merupakan struktur yang optimal, meskipun target tersebut
bisa berubah dari waktu ke waktu (Brigham dan Weston, 1990 : 180 dalam
Prabansari dan Kusuma, 2005). Meskipun secara teoritis kita dapat menentukan
struktur modal yang optimal, dalam praktiknya kita dapat mengestimasi struktur
struktur modal yang optimal dalam rentang tertentu (Brigham dan Weston, 1990 :
181 dalam Prabansari dan Kusuma, 2005).
2.2.4.2. AgencyTheory
Teori yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976
(Horne dan Wachowicz, 1998 : 482 dalam Prabansari dan Kusuma, 2005),
manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemlik perusahaan.
Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka
sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melakukan
fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang
memadai. Pengawasan dapat dilakukan melalui cara-cara seperti pengikatan agen,
pemeriksaan laporan keuangan, dan pembatasan terhadap keputusan yang dapat
diambil manajemen. Kegiatan pengawasan tentu saja membutuhkan biaya yang
disebut dengan biaya agensi (agency theory). Biaya agensi menurut Horne dan
Wachowicz (1998 : 482) dalam Prabansari dan Kusuma (2005) adalah biaya-biaya
yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk meyakinkan bahwa
manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan
dengan kreditor dan pemegang saham.
Menurut Horne dan Wachowicz (1998 : 482 dalam Prabansari dan
Kusuma, 2005), salah satu pendapat dalam teori agensi adalah siapapun yang
menimbulkan biaya pengawasan, biaya yang timbul pasti merupakan tanggungan
pemegang saham. Contohnya pemegang obligasi, mengantisipasi biaya
pengawasan, membebankan bunga yang lebih tinggi. Semakin besar peluang
30
perusahaan bagi pemegang saham. Biaya pengawasan berfungsi sebagai diisensif
dalam penerbitan obligasi, terutama dalam jumlah yang besar. Jumlah
pengawasan yang diminta oleh pemegang obligasi akan meningkat seiring dengan
meningkatnya jumlah obligasi yang beredar.
2.2.4.3. Signaling Theory
Menurut Brigham dan Gapenski (1999 : 36 dalam Prabansari dan Kusuma,
2005) signaling theory adalah suatu tindakan yang diambil manajemen
perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen
memandang prospek perusahaan. dalam Brigham dan Gapenski (1999 : 36) dalam
Prabansari dan Kusuma (2005), perusahaan dengan prospek yang menguntungkan
akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal
baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang
melebihi terget struktur modal yang normal.
Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung
untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan
umumnya merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang
prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan
penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan
menurun karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat negatif yang
kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.
2.2.4.4. Asymmetric Information
Menurut Atmaja (2008 : 261 dalam Prabansari dan Kusuma, 2005) pada
teori tentang informasi yang tidak simetris. Asymetric information adalah kondisi
dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Karena
asymmetric information, manajemen perusahaan tahu lebih banyak tentang
perusahaan dibanding investor di pasar modal. Jika manajemen perusahaan ingin
memaksimumkan nilai untuk memegang saham saat ini, (current stockholder),
bukan pemegang saham baru, maka ada kecenderungan bahwa : 1) Jika
perusahaan memiliki prospek yang cerah, manajemen tidak menerbitkan saham
baru tapi menggunakan laba ditahan (supaya prospek cerah tersebut dapat
dinikmati current stockholder), dan 2) Jika prospeknya kurang baik, manajemen
menerbitkan saham baru untuk memperoleh dana. Ini akan mengunguntungkan
current stockholder karena tanggung jawab mereka berkurang. Masalahnya adalah
para investor tahu kecenderungan ini sehingga mereka melihat penawaran
cenderung turun jika saham baru diterbitkan. Ini menyebabkan biaya modal
sendiri (cost of equity) menjadi tinggi, WACC (rata-rata tertimbang biaya modal)
semakin tinggi dan nilai perusahaan cenderung turun. Hal ini mendorong
perusahaan untuk menerbitkan obligasi atau berhutang daripada menerbitkan
saham baru.
Menurut Brigham dan Gapeski (1999 : 35 dalam Prabansari dan Kusuma,
2005) asymmetric information adalah situasi dimana manajer memiliki informasi
yang berbeda mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.
Asimetri informasi ini terjadi karena pihak manajemen mempunyai informasi
yang lebih banyak daripada para pemodal (Husnan, 1996 : 35 dalam Prabansari
32
bahwa saham saat ini sedang overvalue (terlalu mahal). Kalau hal ini yang
diperkirakan terjadi, maka manajemen tentu akan berpikir untuk lebih baik
menawarkan saham baru, salah satu kemungkinannya adalah harga saham saat ini
sedang terlalu mahal atau sesuai dengan persepsi pihak manajemen. Sebagai
akibat para pemodal akan menawar harga saham baru tersebut dengan harga yang
lebih rendah. Karena itu emisi saham baru akan menurunkan harga saham.
2.2.4.5. Pecking Order Theory
Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1961,
sedangkan penanaman pecking order theory dilakukan oleh Meyers (1984) dalam
Prabansari dan Kusuma (2005) berdasarkan asumsi tentang perilaku keuangan
perusahaan secara singkat teori ini menyatakan bahwa :
a. Perusahaan lebih menyukai pendanaan dari sumber internal.
b. Perusahaan menyesuaikan target pembayaran dividen dengan peluang
investasi.
c. Kebijakan dividen bersifat sticy, flutktuasi profitabilitas dan peluang
investasi berdampak pada aliran kas internal bisa lebih besar atau lebih
kecil dari pengeluaran investasi.
d. Bila dana eksternal dibutuhkan, perusahaan memilih sumber dana dari
hutang karena dipandang lebih aman dari ekuitas. Ekuitas merupakan
pilihan terakhir sebagai sumber dana untuk memenuhi kebutuhan
Menurut Ross, et.al (2002) yang dikutip oleh Setiawan (2006) dalam
Prabansari dan Kusuma (2005), terdapat implikasi dari pecking order theory,
yaitu :
1. Tidak ada tingkat leverage yang ditarget oleh perusahaan. berbeda dengan
trade-off theory, dalam pecking order theory tidak terdapat tingkat
leverage yang ditargetkan perusahaan. Masing-masing perusahaan
menentukan tingkat leveragenya berdasarkan kebutuhan finansialnya,
bukan berdasarkan target yang ingin dicapai. Jika perusahaan
menggunakan hutang dalam jumlah sedikit bukan berarti target
leveragenya rendah melainkan karena kebutuhan dana eksternalnya rendah
dikarenakan dana sumber internal yang dimilikinya besar.
2. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan menggunakan hutang yang
rendah. Perusahaan yang mampu menghasilkan laba yang tinggi akan
kurang membutuhkan pembiayaan dari luar. Akibatnya, perusahaan
tersebut akan mempunyai tingkat hutang yang rendah. Hal ini berbeda
dengan implikasi trade-off theory, yang menyatakan bahwa semakin tinggi
profitabilitas perusahaan semakin besar kapasitasnya untuk menggunakan
hutang sehingga akan cenderung memperbesar hutangnya untuk
memperoleh manfaat penghematan pajak.
3. Perusahaan menyukai financial slack. Packing order theory didasarkan
pada asumsi sulitnya kinerja mendapatkan pembiayaan dengan harga yang
masuk akal. Investor yang skeptis (curiga) berpirkir bahwa harga saham
34
sehingga hal ini akan menyebabkan harga saham turun. Karena itu,
perusahaan terlebih dahulu akan menggunakan hutang. Namun demikian,
perusahaan hanya dapat menggunakan pembiayaan dari uang sebelum ia
menghadapi kesulitan finansial. Oleh karena itu, perusahaan menyukai
financial slack yaitu kondisi dimana perusahaan mempunyai jumlah kas
internal yang besar sehingga tidak tergantung pada pembiayaan eksternal.
Mengacu pecking order theory, perusahaan lebih memilih menggunakan
dana internalnya sebagai alternatif awal untuk memenuhi kebutuhan investasi, hal
ini untuk mereduksi masalah dan biaya yang menyertai pendanaan eksternal, yaitu
adanya berbagai perjanjian dengan kreditor yang dapat membatasi keputusan
pendanaan perusahaan dimasa mendatang. Serta adanya kecenderungan harga
saham lama turun ketika perusahaan melakukan emisi saham baru.
Suad Husnan (1996 :352) sebagaimana diutip oleh Anggraini (2008)
dalam Prabansari dan Kusuma (2005), hal ini menyebabkan karena penerbitan
saham baru akan menurunkan harga saham lama. Kedua, manajer khawatir kalau
penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para pemodal,
dan membuat harga saham akan turun. Hal ini disebabkan antara lain oleh
kemungkinan adanya informasi asimetrik antara pihak manajemen dengan pihak
pemodal.
2.2.6. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Firm size merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat
perusahaan. Perusahaan besar yang sudah well-established akan mudah
memperoleh modal dipasar modal dibanding dengan perusahaan kecil. Karena
kemudahan akses tersebut berarti perusahaan besar memiliki fleksibilitas yang
lebih besar pula. (Sartono, 2002 : 249)
Menurut Riyanto (2010 : 1), bahwa suatu perusahaan besar dengan saham
tersebar sangat luas, perluasan saham akan mempunyai pengaruh yang kecil
terhadap kemungkinan hilang atau tergesernya kontrol dari pihak dominan dari
perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan kecil yang sahamnya akan
mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap kemungkinan hilangnya kontrol
pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian pula
perusahaan besar yang sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani
mengeluarkan saham-saham dalam memenuhi kebutuhan dana dibandingkan
dengan perusahaan kecil.
Suatu perusahaan yang mempunyai aset yang besar pada umunya sudah
mencapai tingkat kemapanan sehingga akan memiliki akses yang lebih mudah
untuk masuk ke pasar modal. Sebaliknya, perusahaan baru dengan aset yang
relatif kecil akan mengalami kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal.
Salah satu kemudahan akses yang dimiliki perusahaan besar tersebut adalah biaya
transaksi (transaction cost) yang relatif kecil dibanding aset yang dimiliki.
Besar kecilnya suatu perusahaan dapat mempengaruhi kemampuannya
egoperasikan perusahaan dengan berbagai situasi dan kondisi yang dihadapinya.
Ada kecenderungan bahwa semakin besar perusahaan semakin besar pula jumlah
36
175), bahwa perusahaan yang tumbuh pesat cenderung lebih bayak menggunakan
hutang. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang berukuran besar lebih mudah
memperoleh pinjaman dari pihak eksternal dibanding dengan perusahaan yang
kecil (Setia, 2008 : 124).
Menurut Miswanto dan Husnan (1999 : 33 dalam Prabansari dan Kusuma,
2005), perusahaan besar mempunyai kemudahan akses ke pasar modal. Hal ini
menunjukkan perusahaan besar cenderung lebih sering dibanding perusahaan
kecil untuk beraktivitas di pasar modal. Pasar modal ini digunakan perusahaan
sebagai sarana untuk menarik para calon investor atau calon pemegang saham.
Persaingan dalam pasar modal tersebut mendorong perusahaan untuk dapat
menyediakan informasi yang lebih guna menarik para calon investor. Sebaliknya,
perusahaan kecil terlibat secara signifikan dalam biaya-biaya yang lebih tinggi
daripada perusahaan yang besar dalam melakukan standar akunting rumit atau
mengungkapkan suatu kepentingan (Wolk dan Tearney, 1997 : 273 dalam Sujoko
dan Soebiantoro, 2007). Hal ini menyebabkan terbatasnya aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan kecil karena untuk menghemat biaya yang dikeluarkan.
Akibatnya kurang banyak informasi yang dipublikasikan oleh
perusahaan-perusahaan kecil.
2.2.3. Pengaruh Pr ofitabilitas Ter hadap Nilai Perusahaan
Menurut Husnan (2000 : 317), jika kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba meningkatkan, harga saham akan meningkatkan, dan nilai
Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang baik
sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan
meningkat. Signally Theory, Bhattacarya (1979) dalam Sujoko (2007)
mengemukakan bahwa profitabilitas yang tinggi menujukkan prospek perusahaan
yang bagus sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan
meningkat. Pembayaran dividen yang semakin meningkat menunjukkan prospek
perusahaan semakin bagus sehingga inverstor akan tertarik untuk membeli saham
dan nilai perusahaan akan meningkat.
Hasil penelitian yang dilakukan Sujoko dan Soebiantoro (2007),
profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan. Temuan penelitian ini mendukung signaling theory, Bettachatya
(1979) yang menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai earning yang
semakin meningkat merupakan signal bahwa perusahaan tersebut mempunyai
prospek bagus dimasa yang akan datang.
2.2.4. Pengaruh Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan adalah bentuk memaksimumkan tujuan perusahaan
melalui peningkatan kemakmuran para pemegang saham (maximization wealth of
stockholders), kemakmuran pemegang saham meningkat apabila harga saham
yang dimilikinya meningkat (Sartono, 2001: 8 dalam Pujiati dan Widanar, 2009).
Nilai perusahaan-perusahaan publik ditentukan oleh pasar saham, nilai perusahaan
yang sahamnya tidak diperdagangkan kepada publik juga sangat dipengaruhi oleh
38
Taswan (2003) dalam Pujiati dan Widanar menemukan bahwa variabel
kebijakan hutang berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV).
Peningkatan hutang diartikan oleh pihak luar tentang kemampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban dimasa yang akan datang atau adanya risiko bisnis
yang rendah, hal tersebut akan direspon secara positif oleh pasar (Brigham, 2006
dalam Pujiati dan Widanar (2009). Hal ini senada dengan temuan Jensen (1976)
dalam Pujiati dan Widanar (2009) yang menyatakan bahwa dengan adanya
hutang, maka akan dapat dipakai dalam mengendalikan penggunaan free cash
flow secara berlebihan oleh pihak manajemen.
2.2.5. Pengaruh Ukuran Perusahaan Ter hadap Nilai Perusahaan
Semakin besar perusahaan maka semakin banyak dana yang digunakan
untuk menjalankan operasi perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat
pertumbuhan yang tinggi cenderung membutuhkan dana dari sumber eksternal
yang besar (Brigham dan Houston, 2009 : 46).
Besar kecilnya suatu perusahaan akan sangat berpengaruh pada
pendanaannya. Banyak perusahaan besar akan memperoleh dana dengan
menerbitkan obligasi, yang merupakan surat utang jangka panjang yang dibeli
oleh investor. Beberapa perusahaan besar memilih untuk menerbitkan obligasi
dibandingkan memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan karena tingkat suku
bunganya lebih rendah. Perusahaan kecil yang tidak terkenal tidak akan dapat
menerbitkan obligasi. Bahkan jika mereka dapat menerbitkan obligasi mereka