• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara LAKIP BNN Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi daripada Dipenjara LAKIP BNN Tahun 2013"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

tas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Badan Narkotika Nasional Tahun 2013.

Azas akuntabilitas seperti yang tertuang dalam TAP MPR Nomor XI Tahun 1998 dan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang bersih dan bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) menyebutkan bahwa penyelenggara negara harus mempertanggungjawabkan hasil akhir setiap program dan kegiatan kepada masyarakat. Hal ini menyiratkan bahwa wujud akuntabilitas dari penyelenggara pemerintahan adalah mempertanggung-jawabkan hasil akhir atau manfaat dari suatu program dan kegiatan yang dapat dirasakan oleh masyarakat. Dengan demikian setiap penyelenggara pemerintahan harus mampu memberikan dan mempertanggungjawabkan manfaat nyata yang bisa dirasakan masyarakat atas setiap pelaksanaan program dan kegiatan.

Akuntabilitas kinerja pada dasarnya merupakan perwujudan kewajiban suatu penyelenggara pemerintahan untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran periodik yang diukur dengan seperangkat indikator kinerja non-keuangan (performance indicators). Tujuan utama akuntabilitas kinerja adalah meningkatkan akuntabilitas publik Instansi Pemerintah dan meningkatkan efisiensi, efektifitas dan produktifitas kinerja organisasi pemerintah serta meminimalkan peluang terciptanya korupsi, kolusi dan nepotisme.

LAKIP Tahun 2013 ini merupakan media pertanggungjawaban keberhasilan dan kegagalan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Tahun 2010 – 2014, yang dilakukan dalam upaya memenuhi Visi “Menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang profesional dan mampu menyatukan dan menggerakkan seluruh komponen masyarakat bangsa dan Negara Indonesia dalam melaksanakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba ”.

(3)

Selama tahun 2013, sejumlah capaian kinerja yang ditargetkan dalam Rencana Kinerja Tahunan telah berhasil dicapai dan sejumlah lainnya belum berhasil dicapai yang kemudian dituangkan ke dalam LAKIP Tahun 2013 ini. LAKIP sendiri merupakan salah satu bagian dari siklus Sistem Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (SAKIP).

Akhirnya, kami berharap agar LAKIP Tahun 2013 ini dapat menjadi media pertanggungjawaban kinerja dan juga menjadi media evaluasi untuk menilai kinerja Badan Narkotika Nasional.

Jakarta, Maret 2014 Kepala Badan Narkotika Nasional

(4)

Ikthisar eksekutif

Amanat Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah menetapkan Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai lembaga pemerintah non kementerian yang berkedudukan di bawah Presiden dan bertanggung jawab kepada Presiden, untuk melaksanakan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika,

Selanjutnya dalam struktur organisasi dan tata kerja BNN diatur melalui Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2010, menetapkan 5 (lima) satuan kerja sebagai pilar utama dalam melaksanakan Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) yaitu Bidang Pencegahan, Bidang Pemberdayaan Masyarakat, Bidang Rehabilitasi, Bidang Pemberantasan serta Bidang Hukum dan Kerjasama.

Dalam Rencana Strategis BNN Tahun 2010-2014 (Reviu) Program P4GN ditetapkan13 (tiga belas) sasaran strategis dengan 21 (duapuluh satu) Indikator Kinerja Utama, dalam laporan ini setiap indikator dianggap berhasil apabila capaiannya di atas 70% dengan uraian sebagai berikut:

Bidang Pencegahan mempunyai 3 sasaran stragegis dengan 4 Indikator Kinerja Utama, Dari 4 (empat) indikator utama, ada 2 yang memenuhi target 2 indikator utama lainnya tidak memenuhi target yang ditetapkan.

Bidang Pemberdayaan Masyarakat mempunyai 2 sasaran strategis dengan 4 Indikator Kinerja Utama. Dari 4 (empat) indikator utama, ada 3 indikator yang mencapai target sedangkan satu indikator lainnya tidak mencapai target.

Bidang Rehabilitasi mempunyai 4 sasaran strategis dengan 6 indikator kinerja utama, dari 6 indikator kinerja yang ditetapkan 3 (tiga) indikator mencapai target, dan 3 (tiga) indikator melebihi target.

Bidang Pemberantasan mempunyai 2 sasaran strategis dengan 5 indikator kinerja utama, dari 5 indikator kinerja ada 4 (empat) yang melebihi target, sedangkan 1 (satu) target tidak mencapai target.

(5)

Bidang Hukum dan Kerjasama mempunyai 2 sasaran strategis dengan 2 indikator kinerja utama. dari 2 indikator kinerja tersebut 1 (satu) indikator melebihi target dan 1 (satu) indikator lainnya tidak tercapai.

Kendala tidak tercapaianya target tersebut disebabkan:

1. Paradigma mengenai pecandu adalah orang sakit dan perlu mendapatkan rehabilitasi masih belum sepenuhnya disepakati oleh lintas aparat penegak hukum (Penyidik, Jaksa, dan Hakim).

2. Belum maksimalnya penerapan UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dikarenakan masih kurangnya pemahaman lintas aparat penegak hukum dalam menerapkan pasal-pasal khususnya Pasal 54, 55, 127 serta peraturan-peraturan pelaksanaan terkait dengan rehabilitasi, baik di tingkat penyidikan, penuntutan sampai kepada putusan pengadilan.

3. Ego sektoral dari masing-masing lintas instansi penegak hukum yang berkeinginan untuk menghukum pecandu, penyalah guna dan korban penyalahguna dengan hukuman penjara.

Adapun langkah-langkah antisipatif untuk memaksimalkan pencapaian target adalah :

1. Peningkatan kerjasama dengan instansi pemerintah terkait lainnya dengan maksud untuk menyamakan persepsi terkait pelaksanaan UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

2. Meningkatkan koordinasi yang lebih intens dengan lintas aparat penegak hukum dan membuat aturan bersama lintas aparat penegak hukum dengan melibatkan Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, dan BNN dalam hal penanganan pecandu narkoba untuk mendapatkan rehabilitasi.

Pagu anggaran BNN tahun 2013 untuk mendukung Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN)

diatas sebanyak Rp. 809.063.717.000,- dengan total realisasi sebesar Rp. 747.090.617.717,-prosentase realisasi keuangan sebesar 92%.

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

IKTHISAR EKSEKUTIF ………. iii

DAFTAR ISI ……….………. v

DAFTAR GRAFIK……… vi

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang ………. 1

B. Dasar Hukum ……… 2

C. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan ……… 3

D. Struktur Organisasi ……… 6

E. Sistematika Penyajian ……….. 7

BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA ……….... 8

A. Perencanaan ………. 8

B. Penetapan Kinerja BNN Tahun 2013 ……… 13

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BNN ……… 17

A. Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2013 ………. 17

B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun 2013 …………... 20

C. Akuntabilitas Keuangan Tahun 2013 ………. 73

BAB IV PENUTUP ……….. 76

LAMPIRAN ………... 78

(7)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Rencana Aksi Kementerian/Lembaga………... 27

Grafik 2 Perbandingan prosentase capaian kinerja Lingkungan

Pendidikan (LP) bebas narkoba Tahun 2012 dan 2013…… 32

Grafik 3 Perbandingan prosentase Capaian Kinerja Lingkungan Kerja

(LK) bebas Narkoba Tahun 2012 dan 2013……….

34

Grafik 4 Perbandingan prosentase jumlah penanam Ganja yang

beralih ke usaha legal produktif Tahun 2012 dan 2013………...

38

Grafik 5 Perbandingan prosentase jumlah compulsary dan voluntary 53

Grafik 6 Persentase residen selesai program rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN………...

55

Grafik 7 Jumlah capaian pengungkapan kasus tindak kejahatan

Narkotika dan Prekursor Narkotika Tahun 2011 – 2013……… 61

Grafik 8 Capaian jumlah tersangka tindak kejahatan Narkotika dan

Prekursor Narkotika yang tertangkap tahun 2011 – 2013….

63

Grafik 9 Jumlah capaian sel jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika yang terungkap Tahun 2011 – 2013 ………...

64

Grafik 10 Jumlah capaian nilai asset yang disita dari tersangka

kejahatan peredaran gelap Narkoba Tahun 2012–2013….

66

Grafik 11 Perbandingan Mou dan tindak lanjutnya Tahun 2012 – 2013 72

Grafik 12 Realiasi anggaran Program Dukungan Manajemen dan

Teknis Lainnya………...

73

Grafik 13 Realiasi Anggaran Program Pencegahan dan

Pemberantasan Peredaran Gelap Narkoba………

74

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Perkembangan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba yang sangat mengkhawatirkan. Berdasarkan hasil penelitian BNN bekerjasama dengan Puslitkes UI Tahun 2011 tentang Survei Nasional Perkembangan

Penyalahgunaan Narkoba di Indonesia, diketahui bahwa angka prevalensi

penyalahguna Narkoba di Indonesia telah mencapai 2,2% atau sekitar 3,7 - 4,7 juta orang dari total populasi penduduk (berusia 10 - 59 tahun). Saat ini di Indonesia ditemukan 26 (dua puluh enam) zat baru yang mengandung Narkoba dan belum diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

Dengan kondisi tersebut di atas, BNN melakukan berbagai upaya dalam rangka Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran gelap Narkoba (P4GN) di Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan adalah penguatan kelembagaan BNN sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Di tingkat Provinsi, Badan Narkotika Nasional telah meningkatkan peran BNNP di 33 Provinsi dan 75 BNN Kabupaten/Kota. Seiring dengan perkembangan situasi permasalahan Narkoba, maka pada tahun 2013 BNN mendapat penambahan 25 satuan kerja baru di tingkat Kabupaten/Kota.

Di bidang pencegahan melalui diseminasi informasi dan advokasi, bidang pemberdayaan masyarakat melalui pemberdayaan alternative dan peningkatan peran serta masyarakat, bidang rehabilitasi melalui penguatan lembaga rehabilitasi instansi pemerintah, komponen masyarakat dan melakukan pembinaan pascarehabilitasi, bidang pemberantasan melalui pelaksanaan intelijen berbasis teknologi, penyidikan jaringan peredaran gelap narkotika alami, penyidikan jaringan peredaran gelap narkotika sintetis, penyidikan jaringan peredaran gelap psikotropika dan prekursor, pelaksanaan interdiksi wilayah udara, laut, darat dan lintas darat, pelaksanaan penindakan dan pengejaran serta perawatan tahanan, barang bukti, penyidikan dan pengelolaan aset serta bidang hukum dan kerjasama melalui hubungan kerja

(9)

sama baik dalam negeri maupun luar negeri serta melaksanakan penataan produk hukum dan pelayanan bantuan hukum.

Disamping diperkuat dengan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden, untuk melibatkan seluruh instansi pemerintah pusat dan daerah dalam pelaksanaan program P4GN, diperkuat dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (Jakstranas P4GN) Tahun 2011 – 2015.

Inpres tersebut menugaskan kepada seluruh pimpinan kementerian/ lembaga/instansi pusat dan daerah, berperan serta melakukan program P4GN sesuai dengan fungsi yang ada pada kementerian/lembaga/instansi masing-masing.

Dengan berakhirnya Tahun Anggaran 2013, BNN sebagai lembaga pemerintah yang telah menggunakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), berkewajiban melaporkan Akuntabilitas Kinerja ke Presiden melalui Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ini disusun sebagai akuntabilitas kinerja atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BNN. Hal tersebut sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

B. Dasar Hukum.

1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. 3. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor

XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

(10)

4. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

5. Peraturan Presiden RI Nomor 23 tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional.

6. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

7. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 3 Tahun 2010 tentang Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional.

8. Peraturan Kepala Badan Narkotika Nasional Nomor 4 Tahun 2010 tentang Organisasi Tata Kerja Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika Nasional Kabupaten/Kota.

C. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan.

1. Kedudukan.

Badan Narkotika Nasional (BNN) adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dan BNN dipimpin oleh seorang Kepala.

2. Tugas.

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan nasional mengenai pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

b. Mencegah dan memberantas penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

c. Berkoordinasi dengan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

(11)

d. Meningkatkan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkotika, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat.

e. Memberdayakan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba; f. Memantau, mengarahkan, dan meningkatkan kegiatan masyarakat

dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

g. Melakukan kerjasama bilateral dan multilateral, baik regional maupun internasional, guna mencegah dan memberantas peredaran gelap Narkoba.

h. Mengembangkan laboratorium narkotika dan prekursor Narkotika. i. Melaksanakan administrasi penyelidikan dan penyidikan terhadap

perkara penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

j. Membuat laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas dan wewenang.

3. Fungsi.

Dalam melaksanakan tugasnya, BNN menyelenggarakan fungsi: a. Penyusunan dan perumusan kebijakan nasional di bidang P4GN. b. Penyusunan, perumusan dan penetapan norma, standar, prosedur

dan kriteria P4GN.

c. Penyusunan perencanaan, program dan anggaran BNN.

d. Penyusunan dan perumusan kebijakan teknis pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerja sama di bidang P4GN

e. Pelaksanaan kebijakan nasional dan kebijakan teknis P4GN di bidang Pencegahan, Pemberdayaan Masyarakat, Pemberantasan, Rehabilitasi, Hukum dan Kerja Sama.

(12)

f. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang P4GN kepada instansi vertikal di lingkungan BNN.

g. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat dalam rangka penyusunan dan perumusan serta pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN.

h. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi di lingkungan BNN.

i. Pelaksanaan fasilitasi dan pengoordinasian wadah peran serta masyarakat.

j. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan penyalahgunaan peredaran gelap Narkoba;

k. Pelaksanaan pemutusan jaringan kejahatan terorganisasi di bidang Narkoba;

l. Pengoordinasian instansi pemerintah terkait maupun komponen masyarakat dalam pelaksanaan rehabilitasi dan penyatuan kembali ke dalam masyarakat serta perawatan lanjutan bagi penyalahgunaan dan / atau pecandu Narkoba.

m. Pengoordinasian peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial pecandu Narkoba yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat.

n. Peningkatan kemampuan lembaga rehabilitasi penyalahgunaan dan/atau pecandu Narkoba berbasis komunitas terapeutik atau metode lain yang teruji keberhasilannya.

o. Pelaksanaan penyusunan, pengkajian, dan perumusan peraturan perundang-undangan serta pemberian bantuan hukum di bidang P4GN.

p. Pelaksanaan kerja sama nasional, regional, dan internasional di bidang P4GN.

(13)

q. Pelaksanaan pengawasan fungsional terhadap pelaksanaan P4GN di lingkungan BNN.

r. Pelaksanaan koordinasi pengawasan fungsional instansi pemerintah terkait dan komponen masyarakat di bidang P4GN. s. Pelaksanaan penegakkan disiplin, kode etik pegawai BNN, dan

kode etik profesi penyidik BNN.

t. Pelaksanaan pendataan dan informasi nasional, penelitian dan pengembangan, dan pendidikan dan pelatihan di bidang P4GN. u. Pelaksanaan pengujian Narkoba.

v. Pengembangan laboratorium uji Narkoba.

w. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan nasional di bidang P4GN.

4. Kewenangan.

Kewenangan BNN secara umum terlihat secara implisit pada tugasnya, namun kewenangan yang dikhususkan oleh undang-undang adalah tugas dalam melaksanakan pemberantasan jaringan sindikat Narkoba, BNN berwenang melakukan penyelidikan dan penyidikan.

D. Struktur Organisasi.

Struktur Organisasi sebagaimana disebut dalam Peraturan Presiden RI Nomor 23 tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional adalah sebagai berikut:

1. Kepala BNN. 2. Sekretariat Utama.

3. Deputi Bidang Pencegahan.

4. Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat. 5. Deputi Bidang Pemberantasan.

6. Deputi Bidang Rehabilitasi.

7. Deputi Bidang Hukum dan Kerja Sama. 8. Inspektorat Utama.

(14)

9. Instansi Vertikal.

STRUKTUR ORGANISASI BADAN NARKOTIKA NASIONAL

E. Sistematika Penyajian.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) di bidang P4GN ini disusun dengan sistimatika sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan.

Bab II Perencanaan dan Penetapan Kinerja. Bab III Akuntabilitas Kinerja BNN.

Bab IV Penutup. SETTAMA ITTAMA BNNP KEPALA BNNK/KOTA DEPUTI BIDANG PENCEGAHAN DEPUTI BIDANG DAYAMAS DEPUTI BIDANG BERANTAS DEPUTI BIDANG REHABILITASI DEPUTI BIDANG HUKUM & KERMA

PUS LITDATIN

(15)

Lampiran-Lampiran.

BAB II

PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

A. Perencanaan.

Perencanaan merupakan salah satu proses manajemen dalam upaya melakukan perubahan atau perbaikan terhadap suatu keadaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses manajemen tersebut Badan/Instansi melakukan berbagai upaya seperti : analisis kebijakan dan rancangan dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada dan yang mungkin timbul dalam organisasi tersebut. BNN sebagai lembaga pemerintah dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsi telah menetapkan sasaran strategis yang ingin dicapai dalam 5 tahun ke depan. Perencanaan Strategis tersebut meliputi visi, misi, tujuan dan sasaran, serta cara pencapaian tujuan dan sasaran. Dalam bab ini diuraikan tentang Rencana Strategi (Renstra) BNN Tahun 2010-2014 (reviu) dan Penetapan Kinerja BNN tahun 2013.

BNN sebagai Lembaga Pemerintah Non Kementerian memiliki tugas, fungsi dan wewenang di bidang P4GN, yang bertujuan meningkatkan daya tangkal (imunitas) masyarakat guna mewujudkan masyarakat Indonesia bebas dari penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Tujuan tersebut telah ditetapkan dalam sasaran strategis pada Rencana Strategis (Renstra) BNN tahun 2010-2014 (reviu). Renstra (reviu) BNN tahun 2010-2014 menjadi pedoman pelaksanaan program dan kegiatan BNN yang dilaksanakan oleh seluruh Satuan Kerja di lingkungan BNN.

(16)

Badan Narkotika Nasional sebagai focalpoint dalam penanganan permasalahan penyalahgunaan Narkoba di Indonesia memiliki visi, misi, sasaran strategi dan arah kebijakan dan strategi BNN sebagai berikut:

1. Visi.

Untuk mewujudkan visi tersebut Badan Narkotika Nasional menetapkan misi Organisasi sebagai berikut :

2. Misi.

Sebagai penjabaran atau penerapan dari pernyataan visi dan misi tersebut di atas, Badan Narkotika Nasional menetapkan tujuan dalam periode 2010-2014 sebagai berikut :

T1 : Peningkatan daya tangkal (imunitas) masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan Narkoba.

T2 : Peningkatan peran serta masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

T3 : Peningkatan angka pemulihan penyalahgunaan dan/atau pecandu Narkoba dan pengurangan angka relapse.

T4 : Peningkatan pemberantasan sindikat jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

“Menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang profesional dan mampu menyatukan dan menggerakan seluruh komponen masyarakat, bangsa dan negara Indonesia dalam melaksanakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.”

“Bersama instansi pemeritah terkait dan komponen masyarakat, bangsa, dan negara melaksanakan pencegahan, pemberdayaan masyarakat, pemberantasan, rehabilitasi, hukum dan kerja sama di bidang pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba"

(17)

T5 : Peningkatan kualitas produk hukum dan kerjasama di bidang pecegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

T6 : Penguatan tata kelola pemerintahan di lingkungan Badan Narkotika Nasional.

4. Sasaran Strategis.

BNN menetapkan sasaran strategis pada periode 2010 – 2014 sebagai derivasi dari masing-masing tujuan di atas. Sasaran-sasaran strategis tersebut sebagai berikut:

a. Sasaran Strategis pada T1 adalah:

T1S1 : Meningkatnya siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

T1S2 : Meningkatnya siswa menengah, mahasiswa dan pekerja sebagai kader anti Narkoba yang memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

T1S3 : Meningkatnya peranan instansi pemerintah dan swasta dalam mendukung pelaksanaan Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba.

b. Sasaran Strategis tujuan pada T2 adalah:

T2S1 : Terciptanya lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja bebas Narkoba.

T2S2 : Terciptanya lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan dan pedesaan bebas Narkoba.

(18)

T3S1 : Meningkatnya pelayanan wajib lapor pecandu narkoba. T3S2 : Meningkatnya kemampuan lembaga rehabilitasi yang

telah sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM).

T3S3 : Meningkatnya penyalahguna dan/atau pecandu Narkoba yang mengikuti terapi dan rehabilitasi.

T3S4 : Meningkatnya pelaksanaan program pascarehabilitasi penyalahguna dan/atau pecandu narkoba.

d. Sasaran Strategis tujua pada T4 adalah:

T4S1 : Meningkatnya pengungkapan tindak kejahatan peredaran gelap Narkoba.

T4S2 : Meningkatnya penyitaan Narkoba illegal di pintu masuk (bandara, pelabuhan, dan border land).

e. Sasaran Strategis tujuan pada T5 adalah:

T5S1 : Meningkatnya pemberan bantuan hukum di bidang penyalahguna Narkoba.

T5S2 : Meningkatnya tindak lanjut pelaksanaan MoU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan non pemerintah dalam dan luar negeri.

f. Sasaran Strategis tujuan pada T6 adalah:

T6S1 : Terlaksananya perencanaan dan penganggaran yang terpadu, berbasis kinerja, dan berkerangka pengeluaran jangka menengah di lingkungan BNN. T6S2 : Terlaksananya layanan sistem komunikasi informasi

kelembagaan, administrasi kelembagaan, dan penyediaan dan pengelolaan barang milik negara/ SIMAK BMN.

T6S3 : Terlaksananya tata kelola organisasi dan profesionalisme pegawai BNN.

(19)

T6S4 : Terlaksananya sistem dan prosedur pembukuan dan pelaporan keuangan sesuai Sistem Akuntansi Pemerintah/SAP.

T6S5 : Terlaksananya penelitian dan pengelolaan data informasi.

T6S6 : Terlaksananya pengawasan dan pengendalian akuntabilitas kinerja dan keuangan.

T6S7 : Terlaksananya pelayanan pengujian sampel Narkoba untuk kepentingan pro justisia.

4. Arah Kebijakan dan Strategi BNN

Dalam rangka mendukung pencapaian sasaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap II tahun 2010-2014, arah kebijakan dan strategi BNN adalah sebagai berikut:

a. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Strategi yang dilakukan dengan cara membangun dan meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba.

b. Melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba. Strategi yang dilakukan dengan cara mendorong peran serta masyarakat dalam menciptakan lingkungan bebas Narkoba.

c. Memfasilitasi penyediaan sarana terapi dan rehabilitasi bagi penyalahguna dan/atau pecandu Narkoba. Strategi yang dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan pelayanan terapi dan rehabilitasi bagi penyalahguna dan/atau pecandu Narkoba.

d. Memberantas sindikat jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba baik dari Luar maupun Dalam Negeri. Strategi yang

(20)

dilakukan dengan cara memetakan dan mengungkap sindikat jaringan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba serta menyita aset pelaku tindak kejahatan Narkoba.

e. Meningkatkan tata kelola pemerintahan di Lingkungan Badan Narkotika Nasional. Strategi yang dilakukan dengan cara membangun budaya organisasi yang menjunjung tinggi Good

Governance di lingkungan Badan Narkotika Nasional.

B. Penetapan Kinerja BNN Tahun 2013

Penetapan Kinerja merupakan tekad dan janji kinerja tahunan yang akan dicapai, antara pimpinan instansi pemerintah/unit kerja yang menerima amanah/tanggung jawab dengan pihak yang memberikan amanah/ tanggung jawab kinerja. Penetapan Kinerja merupakan suatu janji kinerja yang akan diwujudkan oleh seorang pejabat penerima amanah, sekaligus sebagai pimpinan organisasi atau instansi kepada atasan langsungnya. Penetapan Kinerja berisikan sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang akan dicapai melalui program yang ada pada lembaga/instansi yang bersangkutan. Adapun Penetapan Kinerja / Perjanjian Kerja BNN Tahun 2013 sebagaimana tabel di bawah ini :

Penetapan Kinerja BNN Tahun 2013 Kementerian/Lembaga : Badan Narkotika Nasional

Tahun Anggaran : 2013

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

2013 Program/Kegiatan 1 2 3 4 5 1. Meningkatnya siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran tentang bahaya % siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang telah mengikuti penyuluhan memiliki sikap menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba 90% Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

(21)

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

2013 Program/Kegiatan

1 2 3 4 5

2. Meningkatnya siswa, mahasiswa, dan pekerja

sebagai kader anti narkoba yang memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba % kader siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang telah mengikuti pelatihan memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba 90% 3. Meningkatnya peranan instansi pemerintah dan swasta dalam mendukung pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba % peningkatan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Impelementasi Inpres12/2011) 10% % peningkatan Instansi Swasta yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Impelementasi Inpres12/2011) 10% 4. Terciptanya lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja % peningkatan lingkungan pendidikan (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba

10% Program

Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan

(22)

bebas narkoba % peningkatan

lingkungan kerja bebas narkoba

10% dan Peredaran Gelap Narkoba

No. Sasaran

Strategis Indikator Kinerja

Target 2013 Program/Kegiatan 1 2 3 4 5 5. Terciptanya lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan dan pedesaan bebas narkoba

Jumlah penanam ganja yang beralih ke usaha legal produktif 65 Orang Jumlah lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan yang bebas narkoba 3 Lingkungan Masyarakat Perkotaan 6. Meningkatnya Pelayanan Wajib Lapor Pecandu Narkoba

Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program Wajib Lapor di BNN (Pusat Rehabilitasi BNN dan Kantor BNN Pusat) 250 Orang Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba 7. Meningkatnya kemampuan lembaga rehabilitasi yang telah sesuai standar pelayanan minimal (SPM) Jumlah lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/SPM 26 LRIP Jumlah lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/SPM 30 LRKM 8. Meningkatnya penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti terapi dan rehabilitasi

Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang mengikuti program Terapi dan Rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN 700 Orang % Penyalah guna dan/atau pecandu 60% (138

(23)

narkoba yang

menyelesaikan seluruh program terapi dan rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN

Orang)

No. Sasaran

Strategis Indikator Kinerja

Target 2013 Program/Kegiatan 1 2 3 4 5 9. Meningkatnya pe-laksanaan prog-ram pascarehabi-litasi penyalahgu-na dan/atau pecandu narkoba

Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program pascarehabilitasi 660 (Tambling, Sebaru, Makassar, Wakatobi, Samarinda) 10. Meningkatnya pengungkapan tindak kejahatan peredaran gelap narkoba Jumlah kasus peredaran gelap narkoba yang terungkap 100 Kasus (64 Pusat + 30 Prov@1 + 3 Prov@2) Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Jumlah tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba yang ditangkap 206 Tersangka (170 Pusat + 30 Prov @1 + 3 Prov@2 ) Jumlah sel jaringan

peredaran gelap narkoba yang terungkap 15 Sel Jaringan (18 Pusat + 33 Prov@1) Jumlah nilai aset yang

disita dari tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba 32,6 Milyar 11. Meningkatnya penyitaan narkoba illegal di pintu masuk (bandara, pelabuhan, dan border land)

Jumlah nilai narkoba ilegal yang disita di bandara, pelabuhan, dan border land

58 Milyar 12. Meningkatnya pemberian bantuan hukum di Bidang Penyalahgunaan Narkoba

Jumlah orang yang mendapatkan pelayanan hukum di bidang P4GN 60 Orang Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba 13. Meningkatnya tindaklanjut pelaksanaan MOU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan non-pemerintah Persentase tindaklanjut pelaksanaan MOU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan non-pemerintah Dalam dan Luar

50% Program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

(24)

Dalam dan Luar Negeri

Negeri

Jumlah Anggaran BNN Tahun 2013 : Rp. 1.154.503.064.000,-

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA BNN

A. Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2013.

Penetapan Kinerja BNN tahun 2013 menetapkan 13 (tiga belas) sasaran strategis yang akan dicapai, dengan indikator kinerja utama sebanyak 21 (duapuluh satu) indikator. Dari 21 (duapuluh satu) indikator utama tersebut dapat disimpulkan 5 (lima) indikator tidak tercapai, 8 (delapan) indikator tercapai dan 8 (delapan) melebihi target yang ditetapakan. Disamping itu, BNN juga melakukan berbagai kegiatan pendukung dalam rangka meningkatkan akuntabilitas kinerja.

Berikut ini dijelaskan realisasi pencapaian 13 (tiga belas) sasaran strategis tahun 2013, serta penjelasan hasil capaian 21 (dua puluh satu) Indikator Kinerja Utama (IKU), yang diuraikan sebagai berikut :

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target 2013 Realisasi 2013 Capaian (%) 1 2 3 4 5 6 1. Meningkatnya siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba

% siswa menengah,

mahasiswa dan pekerja yang telah mengikuti penyuluhan memiliki sikap menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba

90% 85% 94%

2. Meningkatnya siswa, mahasiswa, dan pekerja sebagai kader anti narkoba yang memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba

% kader siswa menengah, mahasiswa dan pekerja yang telah mengikuti pelatihan memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan

peredaran gelap narkoba

90% 74% 82%

3. Meningkatnya peranan instansi pemerintah dan swasta dalam

mendukung pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba

% peningkatan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan

pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Impelementasi

Inpres12/2011)

10% 2,5% 25%

% peningkatan Instansi

(25)

kebijakan pencegahan dan pemberantasan

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Impelementasi

Inpres12/2011)

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target 2012 Realisasi 2012 Capaian (%) 1 2 3 4 5 6 4. Terciptanya lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja bebas narkoba % peningkatan lingkungan pendidikan (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba

10% 9,5% 95%

% peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba

10% 8,9% 89% 5. Terciptanya lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan dan pedesaan bebas narkoba

Meningkatnya Pelayanan Wajib Lapor Pecandu Narkoba

Jumlah penanam ganja yang beralih ke usaha legal produktif 65 Orang 52 Orang 80% Jumlah lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan yang bebas narkoba 3 Lingkungan Masyarakat Perkotaan 0 0% 6. Meningkatnya Pelayanan Wajib Lapor Pecandu Narkoba

Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program Wajib Lapor di BNN (Pusat Rehabilitasi BNN dan Kantor BNN Pusat)

250 Orang 263 Orang 105%

7. Meningkatnya kemampuan lembaga rehabilitasi yang telah sesuai standar pelayanan minimal (SPM)

Jumlah lembaga rehabilitasi instansi pemerintah yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/SPM

26 LRIP 26 LRIP 100%

Jumlah lembaga rehabilitasi komponen masyarakat yang beroperasi sesuai standar pelayanan minimal/SPM 30 LRKM 30 LRKM 100% 8. Meningkatnya penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti terapi dan rehabilitasi

Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba (teratur pakai dan pecandu) yang mengikuti program Terapi dan Rehabilitasi di lembaga rehabilitasi BNN

700 Orang 1.184 Orang

121%

% Penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang menyelesaikan seluruh program terapi dan rehabilitasi di lembaga

60% (138 Orang)

(26)

rehabilitasi BNN

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target 2012 Realisasi 2012 Capaian (%) 1 2 3 4 5 6 9. Meningkatnya pelak-sanaan program pascarehabilitasi penyalahguna dan/atau pecandu narkoba

Jumlah penyalah guna dan/atau pecandu narkoba yang mengikuti program pascarehabilitasi 660 (Tambling, Sebaru, Makassar, Wakatobi, Samarinda) 660 Orang 100% 10. Meningkatnya pengungkapan tindak kejahatan peredaran gelap narkoba

Jumlah kasus peredaran gelap narkoba yang terungkap 100 Kasus (64 Pusat + 30 Prov@1 + 3 Prov@2) 165 Kasus 165%

Jumlah tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba yang ditangkap 206 Tersangka (170 Pusat + 30 Prov @1 + 3 Prov@2) 420 Tersangka 204%

Jumlah sel jaringan peredaran gelap narkoba yang terungkap 15 Sel Jaringan (18 Pusat + 33 Prov@1) 34 Sel Jaringan 66,7%

Jumlah nilai aset yang disita dari tersangka kejahatan peredaran gelap narkoba

32,6 Milyar 49.466.401 .122

152%

11. Meningkatnya penyi-taan narkoba illegal di pintu masuk (ban-dara, pelabuhan, dan border land)

Jumlah nilai narkoba ilegal yang disita di bandara, pelabuhan, dan border land

58 Milyar 262.870.02 2.500 453,2% 12. Meningkatnya pemberian bantuan hukum di Bidang Penyalahgunaan Narkoba

Jumlah orang yang mendapatkan pelayanan hukum di bidang P4GN 60 Orang 35 Orang 58% 13. Meningkatnya tin-daklanjut pelaksana-an MOU pelaksana-antara BNN dengan organisasi pemerintah dan non-pemerintah Dalam dan Luar Negeri

Persentase tindaklanjut pelaksanaan MOU antara BNN dengan organisasi pemerintah dan non-pemerintah Dalam dan Luar Negeri

50% 84% 168%

Guna mengetahui lebih jauh tentang capaian kinerja yang telah dilakukan BNN selama kurun waktu tahun 2013, perlu dilakukan evaluasi dengan cara melakukan analisis yang berkaitan dengan pencapaian kinerja tahun berjalan. Analisis dilakukan dengan menyajikan perkembangan capaian, baik dalam bentuk narasi maupun tabel atau grafik. Capaian kinerja

(27)

tahun 2013 merupakan kelanjutan capaian periode tahun sebelumnya, dan capaian ini merupakan arah untuk capaian pada periode selanjutnya, sebagaimana yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja BNN.

B. Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja Tahun 2013.

Guna mengetahui lebih jauh terkait dengan capaian kinerja BNN Tahun 2013, BNN melakukan pengukuran capaian kinerja melalui pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program P4GN ke 15 provinsi dengan pertimbangan karakteristik provinsi yang menjadi lokasi monitoring memiliki kerawanan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dan telah aktif melakukan program P4GN. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dibatasi pada data primer. Sedangkan untuk mendapat data primer digunakan kuesioner yaitu pertanyaan tertutup, semi tertutup, dan terbuka. Sampel dalam penelitian ini melibatkan 838 orang, ini artinya semua populasi diteliti dengan menggunakan sensus. Mereka yang menjadi sampel mewakili Pelajar, Mahasiswa, Guru/Dosen, TNI/PNS, Polri, Pegawai Swasta, Tokoh Masyarakat/Tokoh Agama/LSM, dan Pengelola Pusat Rehabilitasi. Data yang didapat sebelum diolah dilakukan editing dan coding, hasil coding dimasukkan dalam program SPSS-16. Hasil perumusan atas pelaksanaan survey tersebut dijadikan sebagai data pembanding dalam evaluasi capaian kinerja setiap sasaran dan indikator kinerja utama program P4GN dengan uraian sebagai berikut :

1.

Sasaran : Meningkatnya siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran tentang bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui indikator kinerja utama berikut ini :

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

1. % siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang telah mengikuti penyuluhan memiliki

(28)

sikap menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba

Yang dimaksud dengan sikap menolak mencoba menyalahgunakan narkoba adalah setelah para peserta mengikuti penyuluhan, selanjutnya mereka mempunyai perilaku yang mengarah tidak mencoba menyalahgunakan narkoba dengan norma pengukurannya dilihat dari kriteria sebagai berikut:

a. Perbandingan antara hasil pre test dan post test yang diberikan kepada peserta kegiatan.

b. Peserta berkeinginan menyebarluaskan informasi bahaya penyalahgunaan narkoba kepada keluarga dan lingkungan terdekat. Hasil yang diperoleh berdasarkan norma di atas adalah sebagai berikut: a. Secara kelembagaan BNN mengalami kesulitan untuk mengumpulkan

data yang berkaitan dengan hasil pre test dan post test yang dilakukan oleh perwakilan BNN di daerah, dikarenakan kurang lengkapnya Satuan Kerja (Satker) pelaksana BNN di kewilayahan mengirimkan data laporan hasil pre test dan post test, meskipun BNN telah menyediakan sarana pelaporan melalui aplikasi pelaporan rencana aksi. Data yang tersedia merupakan hasil pelaporan dari Satker BNN tingkat pusat yaitu dari 22.139 orang yang mengikuti penyuluhan tentang P4GN menghasilkan 18.700 orang (84%) dari seluruh peserta mengalami peningkatan pemahaman tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. (Sumber : rekapitulasi hasil pre test dan post test).

b. Sedangkan untuk mengukur capaian kinerja BNN di daerah difokuskan pada segmen siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja sesuai dengan target dan dilakukan penilaian atas hasil pelaksanaan survey terhadap 493 orang yang pernah mengikuti sosialisasi P4GN dengan hasil 475 orang (96,35%) memiliki sikap menolak terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Hasil survey belum merupakan ukuran mutlak terkait dengan capaian tersebut, tetapi bila dikaitkan antara hasil pre test dan post test telah menggambarkan adanya keberhasilan capaian indikator ini. Kemudian hasil capaian tersebut belum dapat dibandingkan dengan capaian tahun 2012,

(29)

dikarenakan terjadinya perbedaan indikator kinerja antara Renstra BNN 2010-2014 dengan Renstra Reviu di tahun 2012).

c. Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi program P4GN diperoleh gambaran dari 493 orang responden terdapat 475 orang (96,35%) diantaranya mengatakan telah menyampaikan materi bahaya narkoba kepada keluarga dan teman.

Oleh karena data belum diperoleh secara lengkap terkait dengan capaian kinerja sesungguhnya, maka langkah berikutnya, BNN perlu melakukan pendataan secara lengkap dan menyeluruh dari tingkat pusat hingga kewilayah.

Adapun formula perhitungan capaian indikator sebagai berikut : No. Indikator Kinerja

Utama Formula Hasil Perhitungan Keterangan

1. % siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang telah mengikuti penyuluhan memiliki sikap meno-lak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba = (Σ tolak/Σ Peserta)*100% =(19.175/22.632)*100% =85% -Σ Tolak = Jumlah peserta yang memiliki sikap menolak menolak penyalahgunaan & peredaran gelap narkoba -Σ Peserta = Jumlah peserta keseluruhan

Sumber Data : Dokumen Deputi Bidang Pencegahan BNN dan Laporan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan P4GN Tahun 2013

2.

Sasaran : Meningkatnya siswa, mahasiswa, dan pekerja sebagai kader anti narkoba yang memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui indikator kinerja utama berikut ini :

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

1. % siswa menengah, mahasiswa, dan peker-ja yang telah mengikuti pelatihan memiliki keterampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba

90% 74% 82%

Sasaran strategis tersebut di atas dengan indikator kinerjanya adalah prosentase siswa menengah, mahasiswa, dan pekerja yang telah mengikuti pelatihan memiliki ketrampilan menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba dengan target capaian di tahun 2013 sebesar 90%. Target

(30)

yang ditetapkan merupakan keseluruhan peserta yang mengikuti pelatihan kader anti narkoba.

Yang dimaksud dengan ketrampilan menolak penyalahgunaan narkoba adalah para kader yang terbentuk melalui pelatihan anti narkoba memiliki pengetahuan dan pemahaman serta terampil menolak ajakan orang lain melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Adapun norma pengukurannya dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut:

a. Perbandingan antara hasil pre test dan post test yang diberikan kepada peserta kegiatan.

b. Peserta yang mengikuti kegiatan P4GN menyadari bahaya narkoba. c. Kader menindaklanjuti dengan cara mensosialisasikan bahaya dan

kebijakan penanganan narkoba kepada anggota masyarakat terdekat. d. Kader menindaklanjuti dengan menyelenggarakan kegiatan yang

mensosialisasikan bahaya dan kebijakan penanganan narkoba. Hasil yang diperoleh berdasarkan norma di atas adalah sebagai berikut: a. Berdasarkan data rekapitulasi hasil pre test dan post test pada kegiatan

pelatihan kader anti narkoba yang dilakukan oleh BNN Pusat, menunjukkan dari 6.378 orang kader yang mengikuti pembentukan kader anti narkoba terdapat 4.847 orang (76%) mengalami peningkatan pemahaman. Sedangkan hasil pre test dan post test pembentukan kader anti narkoba yang dilakukan oleh BNN di kewilayahan tidak terdata secara lengkap. Untuk mengukur capaian kinerja, data pembanding adalah hasil survey pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan P4GN terhadap 493 orang resonden, 248 orang (50%) menyatakan sangat mudah memahami materi P4GN.

b. Pengukuran kesadaran akan bahaya narkoba ditandai dengan responden berkeinginan menjadi penyuluh narkoba, datanya diperoleh dari hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi. Dari 493 orang peserta yang mengikuti kegiatan P4GN yang diundang dan memberikan pendapat sebanyak 452 orang (91,68%) yang menyatakan sikap

(31)

menolak penyalahgunaan narkoba dan berkeinginan menjadi penyuluh narkoba.

c. Data hasil monitoring dan evaluasi program P4GN menunjukkan bahwa para kader yang telah dibentuk, telah menyampaikan materi P4GN kepada keluarga dan teman. Responden yang mengisi kuesioner sebanyak 493 orang responden terdapat 475 orang (96,35%) diantaranya mengatakan telah menyampaikan materi bahaya narkoba kepada keluarga dan teman. Data tersebut menunjukkan bahwa maksud dan tujuan pelaksanaan program P4GN telah berhasil, ini artinya bahwa responden tidak hanya sekedar menyatakan prihatin akan bahaya penyalahgunaan narkoba tetapi mereka sudah melaksanakan upaya yang diharapkan dari pelaksanaan program ini.

Bukti kepedulian masyarakat akan pentingnya pelaksanaan program P4GN, dari tahun ke tahun, semakin meningkat bila dilihat dari permintaan masyarakat maupun lembaga pemerintah lainnya ke BNN untuk menjadi narasumber sosialisasi maupun fasilitasi kegiatan pencegahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di berbagai tempat. Dalam tahun 2013, di tingkat pusat saja terdapat 108 permintaan dari kader anti narkoba dengan jumlah peserta sosialisasi

sebanyak 19.835 orang.

Sebagai upaya untuk mengatasi belum adanya mekanisme pendampingan yang terprogram, dilakukan kontak dengan para kader melalui sosial media pasca pelatihan kader. Hal ini dilakukan sebagai bentuk ikatan dan upaya menjaga kader-kader yang telah dilatih agar tetap saling menjaga komunikasi antar BNN dengan para kader anti narkoba.

Berdasarkan penyajian data tersebut di atas, maka BNN menyadari perlunya diambil langkah-langkah sebagai berikut:

1) Perlu dilakukan pendataan terhadap seluruh peserta yang mendapatkan program P4GN dari tingkat pusat hingga ke wilayah dengan memanfaatkan aplikasi pelaporan yang sudah tersedia.

(32)

2) Pengajuan adanya program pendampingan yang berkelanjutan untuk memonitor tindak lanjut dari para kader anti narkoba pasca pelatihan.

Adapun formula perhitungan capaian indikator sebagai berikut :

No. Indikator Kinerja Utama Formula Hasil Perhitungan Keterangan

1. % siswa menengah, mahasiswa, dan pe-kerja yang telah mengikuti pelatihan memiliki keterampilan menolak penyalah-gunaan dan peredaran gelap narkoba

= (Σ Paham/Σ Peserta)*100% =(5.095/6.871)*100% =74%

-Σ Paham = Jumlah peserta yang me-miliki peningkatan pemahaman dan keterampilan meno-lak menomeno-lak penya-lahgunaan dan peredaran gelap narkoba

-Σ Peserta = Jumlah peserta keseluruhan

Sumber Data : Dokumen Deputi Bidang Pencegahan BNN dan Laporan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan P4GN Tahun 2013

3.

Sasaran : Meningkatnya peranan intansi pemerintah dan swasta

dalam mendukung pelaksanaan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui 2 (dua) indikator kinerja utama yaitu :

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

1. % peningkatan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres 12/2011)

10% 2,5% 25%

2. % peningkatan Instansi Swasta yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres 12/2011)

10% N/A N/A

Dari tabel di atas dapat dijelaskan keterkaitan antara kebijakan pemerintah dengan indikator kinerja utama berikut capaiannya :

(33)

1. Persentase peningkatan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres 12/2011).

Kebijakan pemerintah dalam penanganan masalah penyalah-gunaan dan peredaran gelap narkoba yaitu dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Kebijak-an dKebijak-an Strategi Nasional PencegahKebijak-an dKebijak-an PemberKebijak-antasKebijak-an Penyalah-gunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2011-2015. Yang menugaskan seluruh Menteri/Kepala Lembaga pemerintah untuk mengambil langkah-langkah sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing, dalam rangka pelaksanaan Jakstranas P4GN Tahun 2011 – 2015.

Hal ini dilakukan karena masalah narkoba merupakan ancaman yang sangat serius baik di tingkat dunia maupun di tingkat nasional, yang penanganannya harus melibatkan seluruh komponen masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu perlu diupayakan peningkatan peranan instansi pemerintah dan swasta dalam upaya membasmi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Kaitan antara Inpres dengan Indikator Kinerja, karena dalam Inpres Nomor 12 Tahun 2011, telah ditetapkan kewenangan Kepala BNN yaitu: Kepala BNN melakukan pemantauan dan pengendalian terhadap pelaksanaan Jakstranas P4GN Tahun 2011-2015 dan mengkompilasi laporan untuk disampaikan kepada Presiden.

Pentingnya pendataan rencana aksi tersebut untuk mengetahui peran dari K/L bersama komponen masyarakat lainnya melakukan perlawanan terhadap kejahatan narkoba. Di sisi lain ada beberapa instansi yang sudah melaksanakan P4GN di instansi masing-masing tetapi belum menyusun rencana aksi. Hal tersebut dapat diketahui dari banyaknya permintaan narasumber dari K/L ke BNN untuk pelaksanaan P4GN. Implementasinya berupa sosialisasi, kampanye, peraturan-peraturan internal untuk mencegah pegawai/karyawan melakukan penyalahgunaan narkoba.

(34)

Berdasarkan kompilasi data Tahun 2013 diperoleh data capaian implementasi baik di tingkat Kementerian/Lembaga (K/L) maupun di tingkat Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota sebagai berikut:

1. Dari 119 instansi K/L di tingkat pusat, 49 K/L di antaranya telah menyusun dan melaksanakan rencana aksi,

2. Dari 33 pemerintah provinsi, 26 di antaranya telah menyusun dan melaksanakan rencana aksi,

3. Sedangkan pemerintah daerah kabupaten/kota (Pemda Tk.II), yang telah menyusun dan melaksanakan rencana aksi terdapat 69 Kabupaten/Kota.

Grafik 1. Rencana Aksi Kementerian/Lembaga/Pemda

Jika dilihat dari lahirnya kebijakan tersebut telah memasuki tahun ke-3, namun K/L dan Pemerintah Daerah Tk.I dan Tk.II yang telah menyusun dan melaksanakan rencana aksi baru mencapai 22,19%. Ini artinya target penyusunan dan melaksanakan rencana aksi baik di ting-kat K/L, maupun Pemda TK.I dan Pemda Tk.II, kurang sesuai bila dikait-kan dengan jadual pelaksanaan Jakstranas yang ditetapdikait-kan 2011-2015.

Setelah dicermati, ternyata K/L terkendala dalam menyusun dan melaksanakan rencana aksi oleh karena program P4GN dalam RPJMN masih prioritas bidang, sehingga K/L mengalami kesulitan dalam penyusunan anggaran mendukung implementasi Inpres Nomor 12 Tahun 2011.

(35)

Demikian juga halnya pemerintah daerah Tk.I dan Tk.II, mengalami kesulitan menyusun dan melaksanakan rencana aksi oleh karena program P4GN dalam RPJMN masih prioritas bidang, namun demikian Menteri Dalam Negeri telah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2013 tentang Fasilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika.

Dalam peraturan tersebut Mendagri menugaskan para Gubernur dan Bupati/Walikota melakukan fasilitasi pencegahan dan penanggulangan narkotika yang dikoordinasikan oleh kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang membidangi urusan kesatuan bangsa dan politik.

Untuk fasilitasi pelaporan terkait dengan rencana aksi, BNN telah menyediakan aplikasi pelaporan online Inpres Nomor 12 Tahun 2011 dengan halaman website www.inpres12.bnn.go.id. Terkait dengan aplikasi, di tingkat pusat BNN telah melakukan beberapa kali sosialisasi yang melibatkan seluruh Kementerian /Lembaga dan memberikan hak akses masuk ke dalam website tersebut.

Sedangkan indikator kedua adalah upaya menggerakkan instansi swasta melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres 12/2011) sebagai berikut :

2. Persentase peningkatan Instansi Swasta yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres 12/2011).

Arti pentingnya instansi swasta melaksanakan program P4GN dikarenakan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat penyalah-gunaan narkoba di lingkungan pekerja swasta tergolong tinggi. Hal ini diduga sebagai akibat tekanan akan prestasi pekerja yang dibebankan kepada setiap individu karyawan/pekerja. Untuk itu perlu dilakukan upaya peningkatan instansi swasta dalam pelaksanaan program P4GN.

(36)

Secara kelembagaan BNN mengalami kesulitan memonitor pelaksanaan program P4GN di lingkungan instansi swasta, dikarenakan faktor geografis yang begitu luas (dari Sabang sampai Merauke). Namun, telah banyak para pimpinan perusahaan yang mengundang BNN untuk memfasilitasi pelaksanaan P4GN di lingkungan kerja instansi swasta.

Untuk mengetahui gambaran implementasi Inpres Nomor 12 Tahun 2011 di lingkungan instansi swasta, BNN melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program P4GN ke 13 provinsi. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi tersebut diikuti oleh berbagai tingkatan di perusahaan seperti : manager, HRD, security, karyawan, dosen, wartawan, dan wiraswata dengan jumlah responden sebanyak 61 orang. Dari 61 orang responden (100%) menyatakan kesadaran arti pentingnya program P4GN, antara lain keinginan mereka menjadi kader anti narkoba dan ikut berpartisipasi melaksanakan penyuluhan P4GN. Capaian-capaian tersebut di atas menggunakan formula perhitungan berikut ini:

No. Indikator Kinerja Utama Formula Hasil Perhitungan Keterangan

1. % peningkatan Instansi Pemerintah Pusat dan Daerah yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberan-tasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres 12/2011) =(TLI t /PI t* 100%) – (TLI t-1 /PI t-1*100%) =(144/649*100%)-(128/649*100%) =22,2% - 19,7% =2,5%

- TLI = Tindak Lanjut Instansi

- PI = Populasi Instansi - t = pada tahun berjalan - (t-1) = pada tahun

sebe-lumnya

2. % peningkatan Instansi Swasta yang melaksanakan kebijakan pencegahan dan pemberantasan penyalah-gunaan dan peredaran gelap narkoba (Implementasi Inpres 12/2011)

=(TLI t /PI t * 100%) – (TLI t-1 /PI t-1*100%)

N/A - TLI = Tindak Lanjut

Instansi

- PI = Populasi Instansi - t = pada tahun berjalan - (t-1) = pada tahun

sebel-umnya

Sumber Data : Dokumen Deputi Bidang Pencegahan BNN dan Kompilasi Data Rencana Aksi Nasional dan Rencana Aksi Daerah Kebijakan dan Strategi Nasional P4GN Tahun 2011 – 2015

(37)

4.

Sasaran : Terciptanya lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja bebas Narkoba

Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui indikator kinerja utama berikut ini :

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

1. % peningkatan lingkungan pendidikan (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba

10% 9,5% 95%

2. % peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba

10% 8,9% 89%

Dari tabel di atas dapat dijelaskan capaian indikator kinerja utama sebagai berikut :

1. Persentase peningkatan lingkungan pendidikan (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba

Yang dimaksud dengan lingkungan pendidikan (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba adalah berdasarkan hasil test urine/rambut yang dilakukan terhadap sejumlah sample tidak ditemukan penyalahguna narkoba dan ikut berperan menciptakan lingkungan pendidikan bebas dari penyalahgunaan narkoba melalui kegiatan-kegiatan bersama satuan tugas anti narkoba yang dibentuk.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, bila dikaitkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh BNN tahun 2011 bekerja sama dengan Puslitkes UI, diperoleh gambaran bahwa tindak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di lingkungan pendidikan cukup tinggi dan mengkhawatirkan.

Oleh karena itu, BNN menetapkan indikator utama sasaran ini yaitu persentase peningkatan lingkungan pendidikan (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba. Hal tersebut dimungkinkan karena di lingkungan pendidikan terjadi proses yang begitu dinamis sebagai akibat berbagai faktor yaitu : faktor individu, faktor lingkungan, dan faktor sosial budaya.

(38)

Berdasarkan pelaporan dari seluruh satuan kerja BNN, diperoleh data lingkungan pendidikan yang berperan serta menciptakan lingkungan pendidikan bebas narkoba tahun 2013 sejumlah 1.313 lingkungan.

Kriteria lingkungan pendidikan bebas narkoba diukur dengan norma berikut :

a. Perbandingan antara hasil sebelum dan sesudah test urine dan test rambut yang dilakukan secara random terhadap siswa/ mahasiswa, guru/dosen, dan pekerja tidak ditemukan ada yang positif penyalahguna narkoba.

b. Membentuk dan memberdayakan satuan tugas anti Narkoba di lingkungan pendidikan.

c. Satuan Tugas anti narkoba yang terbentuk berperan serta secara aktif menjaga lingkungannya dari penyalahgunaan narkoba.

Berdasarkan norma di atas, dilakukan perhitungan capaian sebagai berikut :

a. Hasil test urine yang dilakukan di lingkungan pendidikan oleh BNN menunjukkan peningkatan dari tahun 2012 yaitu dari 176 lembaga pendidikan yang negatif dari penyalahgunaan narkoba sebanyak 168 lembaga, sedangkan di tahun 2013 dari 220 lembaga pendidikan yang negatif dari penyalahgunaan narkoba sebanyak 184 lembaga pendidikan.

b. Terkait dengan pembentukan satuan tugas anti narkoba di lingkungan pendidikan, BNN belum memiliki data secara lengkap lingkungan pendidikan yang telah memberdayakan satuan tugas anti narkoba di lingkungan pendidikan, meskipun BNN telah menyediakan aplikasi pelaporan rencana aksi.

c. Peran satuan tugas anti narkoba di lingkungan pendidikan belum terdata secara lengkap.

(39)

Data capaian kinerja tahun 2013 ini jika dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, maka terlihat terjadi peningkatan sebesar 9,5%, sebagaimana tergambar dalam grafik berikut ini :

Grafik 2. Perbandingan Persentase Capaian Kinerja Lingkungan Pendidikan (LP) Bebas Narkoba Tahun 2012 dan 2013

2. Persentase peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba

Yang dimaksud dengan lingkungan kerja bebas narkoba adalah berdasarkan hasil test urine/rambut yang dilakukan terhadap sejumlah

sample tidak ditemukan penyalahguna narkoba dan ikut berperan

menciptakan lingkungan kerja bebas dari penyalahgunaan narkoba melalui kegiatan-kegiatan bersama satuan tugas anti narkoba yang dibentuk.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, bila dikaitkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh BNN tahun 2011 bekerja sama dengan Puslitkes UI, diperoleh gambaran bahwa tindak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di lingkungan kerja cukup tinggi dan mengkhawatirkan.

(40)

Oleh karena itu, BNN menetapkan indikator utama sasaran ini yaitu persentase peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba. Hal tersebut dimungkinkan karena di lingkungan kerja terjadi proses yang begitu dinamis sebagai akibat berbagai faktor yaitu : faktor individu, faktor lingkungan, dan faktor sosial budaya.

Berdasarkan pelaporan dari seluruh satuan kerja BNN, diperoleh data lingkungan kerja yang berperan serta menciptakan lingkungan kerja bebas narkoba tahun 2013 sejumlah 1.301 lingkungan kerja.

Kriteria lingkungan kerja bebas narkoba diukur dengan norma berikut :

a. Perbandingan antara hasil sebelum dan sesudah test urine dan test rambut yang dilakukan secara random terhadap pekerja tidak ditemukan ada yang positif penyalah guna narkoba.

b. Membentuk dan memberdayakan satuan tugas anti Narkoba di lingkungan kerja.

c. Satuan Tugas anti narkoba yang terbentuk berperan serta secara aktif menjaga lingkungannya dari penyalahgunaan narkoba.

Berdasarkan norma di atas, dilakukan perhitungan capaian sebagai berikut :

a. Hasil test urine yang dilakukan di lingkungan kerja oleh BNN menunjukkan peningkatan dari tahun 2012 yaitu dari 272 lingkungan kerja yang negatif dari penyalahgunaan narkoba sebanyak 245 lingkungan kerja, sedangkan di tahun 2013 dari 285 lingkungan kerja, yang negatif dari penyalahgunaan narkoba sebanyak 267 lingkungan kerja.

b. Terkait dengan pembentukan satuan tugas anti narkoba di lingkungan kerja, BNN belum memiliki data secara lengkap lingkungan kerja yang telah memberdayakan satuan tugas anti narkoba di lingkungan kerja, meskipun BNN telah menyediakan aplikasi pelaporan rencana aksi.

(41)

c. Peran satuan tugas anti narkoba di lingkungan kerja belum terdata secara lengkap.

Dari capaian kinerja tahun 2013 ini jika dibandingkan dengan capaian kinerja tahun 2012, maka terlihat terjadi peningkatan sebesar 8,9%, sebagaimana tergambar dalam grafik berikut ini :

Grafik 3. Perbandingan Persentase Capaian Kinerja Lingkungan Kerja (LK) Bebas Narkoba Tahun 2012 dan 2013

Capaian-capaian tersebut di atas menggunakan formula perhitungan berikut ini:

No. Indikator Kinerja

Utama Formula Hasil Perhitungan Keterangan

1. % peningkatan lingkungan kerja (sekolah menengah dan kampus) bebas narkoba =((ΣR t - ΣR t-1) /ΣR t-1*100%) = ((184- 168)/168)*100% = (16/168)*100% = 9,5% - R = Realisasi - t = pada tahun berjalan - (t-1) = pada tahun sebelumnya 2. % peningkatan lingkungan kerja bebas narkoba =((ΣR t - ΣR t-1) /ΣR t-1 *100%) = ((267 -245)/245)*100% = (22/267)*100% = 8,9% - R = Realisasi - t = pada tahun berjalan - (t-1) = pada tahun sebelumnya

Sumber Data : Dokumen Deputi Bidang Pemberdayaan Masyarakat BNN dan dan Laporan Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan P4GN Tahun 2013

(42)

5.

Sasaran : Terciptanya lingkungan masyarakat rawan penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan dan pedesaan bebas Narkoba

Sasaran strategis di atas, diimplementasikan melalui indikator kinerja utama berikut ini :

No. Indikator Kinerja Utama Target Realisasi %

1. Jumlah penanam ganja beralih ke usaha legal produktif

65 Orang 52 Orang 80% 2. Jumlah lingkungan masyarakat rawan

penyalahgunaan dan peredaran gelap di daerah perkotaan yang bebas narkoba

3 Lingkungan Masyarakat Perkotaan

0 0%

Dari tabel di atas dapat dijelaskan capaian indikator kinerja utama sebagai berikut :

1. Jumlah penanam ganja beralih ke usaha legal produktif

Untuk mencapai sasaran tersebut di atas indikator kinerjanya adalah Jumlah penanam ganja yang beralih ke usaha legal produktif dengan target capaian di tahun 2013 sebesar 65 orang dari jumlah keseluruhan penanam yang diinformasikan oleh tokoh masyarakat, imam mukim (kepala dusun) dan Geucik (kepala desa) yang didata dari tahun sebelumnya. Pendataan melalui proses wawancara dan pene-lusuran informasi di lokasi di sela-sela kegiatan pemberdayaan alternatif TA 2013.

Yang dimaksud dengan penanam ganja yang beralih ke usaha

legal produktif adalah para penanam yang berada bermukim di sekitar

desa yang berdekatan dengan lokasi dimana ladang ganja ditemukan, selanjutnya diharapkan para penanam ini memiliki ketertarikan untuk beralih ke usaha legal produktif setelah diberikan program alternative

development (AD) berupa : pembekalan, modal kerja dan bantuan

pengolahan dan bibit tanaman komoditi legal produktif, bimbingan/ penyuluhan, monitoring, evaluasi dengan norma pengukurannya dilihat dari kriteria sebagai berikut:

Gambar

Grafik 1.  Rencana Aksi Kementerian/Lembaga/Pemda
Grafik 2.  Perbandingan  Persentase  Capaian  Kinerja  Lingkungan  Pendidikan (LP) Bebas Narkoba Tahun 2012 dan 2013
Grafik  3.    Perbandingan  Persentase  Capaian  Kinerja  Lingkungan  Kerja  (LK) Bebas Narkoba Tahun 2012 dan 2013
Grafik 4.  Perbandingan  prosentase  jumlah  penanam  ganja  yang  beralih ke usaha legal produktif tahun 2012 dan 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil siklus 1 dari 17 siswa yang mencapai ketuntasan belajar sebanyak 10 siswa( 58,82%) sedangkan siswa yang belum mencapai batas ketuntasan belajar

Hasil pengujian dalam basis data kedipan menunjukkan sistem yang diajukan dapat mendeteksi durasi kedipan mata dengan tingkat keakuratan 99,4% dan 1% false

Masjid Jami Nurul Farah Masjid Al-Islam RS-PELNI Masjid Al-kheir SDN 01,03 petamburan Pos Forkabi 1.. JAKARTA TIMUR Pos FPI. Rusun Petamburan

Metode Economic Order Quantity atau EOQ merupakan metode yang akan digunakan di dalam sistem untuk menentukan kapan Toko Keisya Salon melakukan pemesanan barang

Perubahan bisnis dan ekonomi yang begitu besar dan terjadi hampir di seluruh dunia berpengaruh terhadap dunia kerja maupun lingkungan pekerjaan. Perubahan tidak hanya

Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa penentuan kode diagnosis penyebab kematian harus ditentukan oleh tenaga rekam medis yang sudah terlatih dan paham tentang

Terbatasnya SDM tenaga farmasi Lamanya waktu tunggu pelayanan obat jadi dan waktu tunggu pelayanan obat racikan Belum dilakukannya kuisioner kepuasan penggan terhadap

Perubahan biogas menjadi energi listrik dilakukan dengan memasukkan gas dalam tabung penampungan kemudian masuk ke conversion kit yang berfungsi menurunkan tekanan