• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Directed Learning Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Kelas X IPA Di SMA Negeri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Directed Learning Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Kelas X IPA Di SMA Negeri"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Pertama, penelitian oleh Karyani Marlis Halawa dengan judul “Hubungan Antara Self- Directed Learning Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Kelas X IPA Di SMA Negeri 7 Medan” yang terpublikasi dalam Skripsi Universitas Sumatera Utara. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif yang bersifat korelasional dengan teknik pengambilan sampel berjenis systematic random sampling. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara self-directed learning dengan prokrastinasi akademik pada siswa kelas X IPA di SMA Negeri 7 Medan. Hal tersebut dapat diketahui dari analisa data dalam penelitian ini menggunakan korelasi pearson product moment. Hasil perhitungan statistika di peroleh nilai r = -,555 dan nilai signifikansi sebesar

0,000 (p < 0,05). Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama membahas prokrastinasi akademik. Sedangkan perbedaannya penelitian ini berfokus pada self-directed learning sedangkan peneliti berfokus pada efikasi diri.1

Kedua, penelitian oleh M Rizky Mubarok dengan judul “Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Penghafal Al-Qur’an Pondok Pesantren Bani Yusuf Malang” yang terpublikasi dalam skripsi Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Artikel ini membahas mengenai memahami efikasi diri terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa penghafal Al-Qur’an Pondok Pesantren Bani Yusuf (PPBY) Malang. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif dan mengacu pada model skala likert. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut yaitu koefisien korelasi sebesar

1 Karyani Marlis Halawa, “Hubungan Antara Self-Directed Learning Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Kelas x Ipa Di Sma Negeri 7 Medan” (2020), http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/29164.

(2)

12

0,715 pada taraf signifikan 0,000. Sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan prokrastinasi akademik dalam mengerjakan tugas perkuliahan.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama membahas hubungan antara efikasi diri dengan prokrastinasi akademik. Sedangkan perbedaannya penelitian ini targetnya berfokus kepada mahasiswa penghafal Al-Qur’an Pondok Pesantren Bani Yusuf (PPBY) Malang dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti berfokus pada pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 4 Palu kelas 12.2

Ketiga, penelitian oleh Khusnawatul Mudalifah dan Novi Ilham Madhuri dengan judul

“Pengaruh Kontrol Diri dan Efikasi Diri terhadap Prokrastinasi Akademik Dalam Menyelesaikan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Tulungagung” yang terpublikasi dalam jurnal Inovasi Pendidikan Ekonomi (JIPE). Artikel ini menjelaskan tentang pengaruh self-control dan efikasi diri terhadap prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Tulungagung. Pendekatan yang digunakan adalah kuantitatif. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan Simple Random Sampling menggunakan rumus Solvin dengan 53 sampel. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara self-control dan efikasi diri terhadap prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Semester VIII STKIP PGRI Tulungagung. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh yaitu Hasil penelitian menunjukkan beberapa hal. Pertama, nilai t hitung (-4,289)

> t tabel (2,009) dan terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara pengendalian diri terhadap prokrastinasi akademik siswa secara parsial. Kedua, nilai t-hitung (-5,200) > t-tabel

2 M Rizky Mubarok, Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Penghafal Al-Qur’an Pondok Pesantren Bani Yusuf Malang (2020).

(3)

13

(2,009) dan terdapat pengaruh negatif yang signifikan terhadap efikasi diri parsial terhadap prokrastinasi akademik mahasiswa. Ketiga, nilai f-hitung (18,968) > f-tabel (3,18).

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama membahas hubungan antara efikasi diri dengan prokrastinasi akademik. Sedangkan perbedaannya penelitian ini berfokus kepada 2 hal yaitu self-control dan efikasi diri sedangkan peneliti hanya terfokus pada efikasi diri, selain itu penelitian ini ditujukan untuk mahasiswa akhir yang sedang menempuh skripsi sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ditujukan kepada pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 4 Palu kelas 12.3

Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah peneliti paparkan diatas, maka peneliti memvisualisasikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang 1. Nama Peneliti Karyani Marlis Halawa (2020)

Judul Penelitian Hubungan Antara Self-Directed Learning Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Kelas X IPA Di SMA Negeri 7 Medan

Fokus Penelitian Mengetahui hubungan Antara Self-Directed Learning Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Siswa Kelas X IPA Di SMA Negeri 7 Medan

3 Khusnawatul Mudalifah dan Novi Ilham Madhuri, ‘Pengaruh Kontrol Diri Dan Efikasi Diri Terhadap Prokras tinas iAkademik Dalam Menyelesaikan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan EkonomiSTKIP PGRI Tulungagung’, Jurnal Inovasi Pendidikan Ekonomi, 9.2 (2019), 91–98 <https://doi.org/https://doi.org/10.24036/0110052050>.

(4)

14

Persamaan Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama membahas prokrastinasi akademik pada siswa SMA.

Perbedaan Perbedaannya penelitian ini berfokus pada self- directed learning sedangkan peneliti berfokus pada efikasi diri

Hasil Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan yang negatif antara self-directed learning dengan

prokrastinasi akademik pada siswa kelas X IPA di SMA Negeri 7 Medan.

2. Nama Penelitian M Rizky Mubarok (2020)

Judul Penelitian Pengaruh Efikasi Diri Terhadap Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Penghafal Al-Qur’an Pondok Pesantren Bani Yusuf Malang

Fokus Penelitian Memahami pengaruh efikasi diri terhadap prokrastinasi akademik Mahasiswa Penghafal Al-Qur’an Pondok Pesantren Bani Yusuf Malang

(5)

15

Persamaan Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama membahas hubungan antara efikasi diri dengan prokrastinasi akademik.

Perbedaan Perbedaannya penelitian ini targetnya berfokus kepada mahasiswa penghafal Al-Qur’an Pondok Pesantren Bani Yusuf (PPBY) Malang dan penelitian yang dilakukan oleh peneliti berfokus pada pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 4 Palu kelas 12

Hasil Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut yaitu koefisien korelasi sebesar 0,715 pada taraf signifikan 0,000. Sehingga terdapat hubungan yang signifikan antara efikasi diri dengan prokrastinasi akademik dalam mengerjakan tugas perkuliahan.

3. Nama Penelitian Khusnawatul Mudalifah dan Novi Ilham Madhuri (2019)

Judul Penelitian Pengaruh Kontrol Diri dan Efikasi Diri terhadap Prokrastinasi Akademik Dalam Menyelesaikan Skripsi Mahasiswa Program Studi Pendidikan

(6)

16

Ekonomi STKIP PGRI Tulungagung

Fokus Penelitian Menjelaskan tentang pengaruh self-control dan efikasi diri terhadap prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi STKIP PGRI Tulungagung.

Persamaan Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama membahas hubungan antara efikasi diri dengan prokrastinasi akademik.

Perbedaan Perbedaannya penelitian ini berfokus kepada 2 hal yaitu self-control dan efikasi diri sedangkan peneliti hanya terfokus pada efikasi diri, selain itu penelitian ini ditujukan untuk mahasiswa akhir yang sedang menempuh skripsi sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti ditujukan kepada pembelajaran pendidikan agama Islam di SMA Negeri 4 Palu kelas 12.

Hasil Penelitian Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut mengatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara self-control dan efikasi diri

(7)

17

terhadap prokrastinasi akademik dalam menyelesaikan skripsi pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Semester VIII STKIP PGRI Tulungagung

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian-penelitian tersebut membahas mengenai prokrastinasi akademik yang berhubungan dengan kemampuan siswa.

Keterkaitan dengan penelitian terdahulu dan sekarang memiliki persamaan dalam hal perilaku prokrastinasi akademik yang dialami oleh siswa dan apa yang mempengaruhinya. Dalam hal ini peneliti mengambil penelitian mengenai hubungan prokrastinasi akademik dan efikasi diri siswa.

B. Kerangka Teoretis 1. Efikasi Diri

a. Pengertian Efikasi Diri

Salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau self knowledge yang memiliki pengaruh besar dalam kehidupan manusia sehari-hari yaitu efikasi diri. Hal ini dikarenakan efikasi diri yang ada pada setiap individu akan mempengaruhi dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, termasuk perkiraan berbagai kejadian yang akan dihadapi.

Efikasi diri menurut Myers merupakan perasaan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya berkompeten dan efektif dalam melakukan suatu tugas. Sedangkan menurut Walker dan Debus, efikasi diri berfokus pada kemampuan seseorang untuk dapat

(8)

18

menyelesikan tugas dengan sukses.4 Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa efikasi diri yaitu perasaan yang ada pada setiap individu bahwa dirinya memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya agar dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan dengan efektif dan sukses.

b. Perkembangan Efikasi Diri

Salah satu unsur kepribadian ialah efikasi diri. Efikasi diri merupakan kepribadian yang dapat berkembang yang dapat diamati oleh suatu individu terhadap hasil dari perilaku-perilaku dalam situasi tertentu. Akan tetapi, pemahaman mengenai perilaku manusia dalam situasi apapun membutuhkan pemahaman tentang kesadaran, perilaku dan peristiwa lingkungan.

Teori efikasi memiliki keyakinan terhadap sumber daya pribadi yang menurut Bandura memiliki 6 sumber utama yaitu:

i) Pengalaman Kinerja (Performance Experiences)

Individu yang berhasil dalam aspek tugas, perilaku atau keterampilan memberi harapan yang kuat pada kepercayaan diri sendiri. Sementara individu yang memiliki persepsi kegagalan akan mengurangi tingkat harapan kepercayaan diri.

ii) Pengalaman Orang Lain (Vicarious Experiences)

Pengalaman orang lain dapat mempengaruhi harapan keberhasilan diri ketika orang mengamati perilaku orang lain, melihat apa yang dapat mereka lakukan, mencatat konsekuensi perilaku mereka dan kemudian menggunakan

4 Miftahun Ni’mah Suseno, Pengaruh Pelatihan Komunikasi Interpersonal Terhadap Efikasi Diri Sebagai Pelatih Pada Mahasiswa, ed. Benny Herlena, ke-1. (Yogyakarta: Kementerian Agama Republik Indonesia, 2012): 205.

(9)

19

informasi ini untuk membentuk harapan tentang perilaku mereka sendiri dan konsekuensinya. Namun umumnya pengalaman orang lain memiliki dampak yang lebih lemah terhadap harapan keberhasilan diri daripada pengalaman pribadi langsung.

iii) Pengalaman Imaginal (Imaginal Experiences)

Individu dapat memiliki visualisasi situasi atas peristiwa yang mungkin terjadi yang dapat membangun kepercayaan tentang keefektifan pribadi atau bahkan sebaliknya dengan membayangkan diri mereka sendiri atau orang lain dalam situasi masa depan. Gambaran tersebut dapat diperoleh dari pengalaman nyata.

iv) Persuasi Lisan (Verbal Persuasion)

Potensi persuasi lisan sebagai sumber dari potensial bagi diri sendiri harus dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti keahlian, dapat dipercaya, dan daya tarik dari sumbernya.

v) Antusiasme Fisiologis (Physiological Arousal)

Individu yang memiliki antusiasme fisiologis yang menyenangkan dapat membuat dirinya merasa yakin akan kesanggupannya dalam menghadapi situasi yang sedang atau akan terjadi

vi) Keadaan Emosi (Emotional States)

Emosi atau suasana hati dapat menjadi informasi tambahan tentang efikasi diri, individu akan memiliki kepercayaan diri apabila rasa takut yang dimiliki

(10)

20

diubah kearah lebih positif dibanding negatif. Misalnya, kekhawatiran dan depresi dapat memiliki dampak yang merusak pada diri sendiri. 5

c. Aspek-Aspek Efikasi Diri

Efikasi diri menurut Bandura memiliki tiga dimensi dan tiap individu memiliki perbedaan dengan yang lainnya, tiga dimensi tersebut yaitu:

i) Dimensi Tingkat (Level)

Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas dan kemampuan individu dalam melaksanakan tugasnya. Apabila suatu individu dihadapkan oleh tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka efikasi individu tersebut akan terbatas pada tugas yang dianggap mudah, sedang bahkan sulit, sesuai dengan kemampuan yang dirasakan. Individu akan mencoba menghindari tingkah laku yang di luar batas kemampuannya.

ii) Dimensi Kekuatan (Strenght)

Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya. Individu yang memiliki pengharapan yang lemah akan mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung dan sebaliknya, apabila individu memiliki pengharapan yang kuat akan mendorong individu tetap bertahan dalam usahanya. Dimensi ini memiliki kaitan dengan dimensi level, makin tinggi taraf kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.

iii) Dimensi Generalisasi (Generality)

5 James E Maddux, Self-Efficacy, Adaptation, and Adjustment: Theory, Research, and Application, 1st ed. (Springer US, 1995): 396.

(11)

21

Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya, apakah terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang bervariasi.

2. Prokrastinasi Akademik

a. Pengertian Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi merupakan salah satu bentuk perilaku negatif yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini tentu saja hanya akan membawa kesulitan bagi prokrastinator. Individu yang mengalami kesulitan dalam mengatur batas waktu dan memiliki kecenderungan menunda tugas atau pekerjaan tidak akan menyelesaikan kewajibannya dengan baik, sehingga tugas atau pekerjaan yang dihasilkan jauh dari ekspektasi, tidak kompeten, timbul rasa tidak puas dan kurang maksimal.

Istilah prokrastinasi akademik ditunjukkan pertama kali oleh Brown dan Holzman, prokrastinasi akademik adalah kecenderungan suatu individu untuk menunda-nunda penyelesaian tugas atau pekerjaan6. Menurut Hen dan Goroshit bahwa perilaku menunda tugas merupakan penghalang keberhasilan bagi para akademisi.7 Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa prokrastinasi akademik yaitu suatu kecenderungan yang dilakukan dengan sengaja oleh suatu individu untuk menunda- nunda tugas dalam hal ini tugas yang berhubungan dengan akademik dan jika hal ini berlangsung terus-menerus maka menjadi salah satu penghalang bagi keberhasilan para akademisi.

6 M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S, Teori-Teori Psikologi, ed. Rose Kusumaningratri, Ke-1. (Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2010): 65.

7 Sohrab Abdi Zarrin, Esther Gracia, and Maria Paula Paixão, “Prediction of Academic Procrastination by Fear of Failure and Self-Regulation,” Educational Sciences: Theory and Practice 20, no. 3 (2020): 34–43,

https://eric.ed.gov/?id=EJ1261814.

(12)

22

Akar emosional dari prokrastinasi melibatkan perasaan batin, ketakutan, harapan, ingatan, mimpi, keraguan dan tekanan. Tetapi, individu yang melakukan prokrastinasi tidak menyadari karena mereka menggunakan tindakan prokrastinasi untuk menghindari perasaan tidak nyaman. Akar lain dari prokrastinasi adalah hubungan pelaku prokrastinasi dengan waktu. Orang yang suka menunda tugas sering memiliki khayalan tentang waktu dengan melihatnya sebagai hal yang mengecoh dan dapat diakali.

Orang-orang sering bertanya bagaimana mereka dapat membedakan antara individu yang memang sering melakukan prokrastinasi dan hanya menunda tugas karena mereka tidak punya waktu untuk melakukan semuanya. Salah satu cara yang penting untuk mengetahui hal tersebut yaitu apakah individu tersebut merasa tugas yang diberikan menyusahkan atau tidak. Contohnya yaitu ada beberapa orang yang sangat sibuk dengan berbagai tugas yang dimiliki, mereka hidup dari satu tenggat waktu ke tenggat waktu berikutnya. Namun, ada juga beberapa orang yang menjalani hidupnya dengan santai. Mungkin butuh waktu yang lama bagi mereka untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, tetapi mereka tidak terburu-buru. Terkadang, orang-orang tersebut sengaja memilih untuk menunda-nunda karena tugas tersebut rendah dalam prioritas mereka atau karena mereka ingin memikirkannya sebelum membuat keputusan atau mengambil tindakan. Mereka menggunakan prokrastinasi untuk memberikan diri mereka waktu untuk refleksi agar memperjelas pilihan atau fokus terhadap sesuatu yang dianggap penting.

Orang-orang yang melakukan prokrastinasi menciptakan masalah yang signifikan.

Ada dua hal prokrastinasi bisa merepotkan. Orang-orang yang menunda-nunda

(13)

23

mungkin menderita konsekuensi internal, perasaan sakit, penyesalan hingga penghukuman diri yang intens dan keputusasaan, beberapa orang mungkin tampak baik-baik saja, tetapi dalam diri mereka merasa sengsara. Mereka merasa frustasi dan marah pada diri mereka sendiri karena menunda-nunda telah mencegah mereka melakukan semua yang mereka pikir mampu mereka lakukan. Selain itu mereka juga menderita konsekuensi eksternal. Terkadang konsekuensi eksternal ini mengejutkan, ada yang ringan seperti telat beberapa menit mengumpulkan tugas. Ada juga yang mengalami konsekuensi yang berat contohnya hingga dikeluarkan dari sekolah.

b. Siklus Prokrastinasi Akademik

Suasana hati pelaku prokrastinasi naik dan turun saat mereka mencoba untuk membuat kemajuan, namun mereka pasti melambat. Ketika mereka memperoleh tugas dan kemudian bekerja untuk menyelesaikannya, mereka akan menjalani serangkaian pemikiran, perasaan dan perilaku yang sangat umum sehingga disebut “siklus penundaan”. Setiap orang memiliki siklus yang berbeda-beda, siklus ini dapat berlangsung selama berminggu-minggu, berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun atau mungkin terjadi begitu cepat dalam hitungan jam.8

i) Saya Akan Mulai Lebih Awal Kali Ini (I’ll Start Early This Time)

Pada awalnya penunda biasanya sangat berharap. Ketika pertama kali diberikan tugas kemungkinan dilakukan dengan cara yang sistematis. Meskipun merasa tidak mampu atau tidak mau memulai sekarang. Namun setelah beberapa waktu berlalu dan menjadi jelas, waktu tidak akan berubah setelah semua arapan berubah menjadi ketakutan.9

8 Burka and Yuen, PROCRASTINATION Why You Do It, What to Do About It Now. 17

9 Ibid.

(14)

24

ii) Aku Harus Segera Memulai (I’ve Got To Start Soon)

Waktu untuk memulai lebih awal telah berlalu dan bayangan dalam mengerjakan tugas telah memudar. Meningkatkan kecemasan dan tekanan bagi individu yang melakukan prokrastinasi. Setelah hampir kehilangan harapan untuk memulai lebih awal, individu tersebut merasa terdorong untuk berusaha melakukan sesuatu dengan segera, tetapi belum sampai pada tenggat waktu sehingga masih ada harapan.10

iii) Bagaimana Jika Saya Tidak Memulai? (What If I Don’t Start?)

Seiring berjalannya waktu dan pelaku prokrastinasi tersebut belum memulai, optimism yang tersisa telah digantikan dengan firasat, membayangkan bahwa individu tersebut tidak akan pernah memulai sehingga memungkinkan untuk memiliki konsekuensi yang akan berdampak besar bagi dirinya. Pada titik ini individu tersebut memiliki banyak pikiran sebagai berikut:

(1) Seharusnya Aku Mulai Lebih Cepat (I Should Have Started Sooner)

Melihat waktu yang telah terbuang dan menyadari bahwa waktu tidak bisa kembali dan menghukum diri sendiri dengan celaan, kemudian menyesali perilaku tersebut dan menyadari jika saja dapat dikerjakan lebih cepat.

(2) Aku Melakukan Segalanya Tapi (Im Doing Everything But)

Pada tahap ini sangat umum bagi para procrastinator untuk melakukan apapun kecuali tugas yang mereka hindari. Tugas-tugas yang mereka hindari sebelumnya tidak menuntut untuk diselesaikan sekarang, namun tetap saja tugasnya belum selesai.

10 Ibid.

(15)

25

(3) Saya Tidak Bisa Menikmati Apapun (I Can’t Enjoy Anything)

Banyak orang yang suka menunda-nunda mencoba untuk mengalikan perhatiannya dengan kegiatan yang menyenangkan dan bermanfaat. Meskipun mereka berusaha keras untuk menikmati diri sendiri, bayangan tugas yang belum selesai akan muncul, sehingga rasa bersalah dan ketakutan akan timbul kembali.

(4) Saya Harap Tidak Ada Yang Mengetahuinya (I Hope No One Finds Out) Seiring berjalannya waktu dan tidak ada yang dilakukan, para procrastinator mulai merasa malu. Mereka tidak ingin ada yang mengetahui kesulitan mereka, jadi mereka mencari cara untuk menutupinya.11

iv) Masih Ada Waktu (There’s Still Time)

Meskipun procrastinator merasa bersalah dan malu, mereka masih memiliki harapan bahwa masih ada waktu untuk menyelesaikan tugas.12

v) Ada Yang Salah Denganku (There’s Something Wrong With Me)

Pada tahap ini, procrastinator mulai merasa putus asa. Niat untuk memulai lebih awal tidak berhasil. Kekhawatiran untuk menyelesaikan tugas digantikan oleh ketakutan yang lebih menakutkan, mereka mengatakan bahwa ada yang salah pada diri mereka. Mereka merasa bahwa mereka kekurangan sesuatu yang mendasar yang dimiliki orang lain seperti disiplin diri, keberanian, otak atau keberuntungan.13

vi) Pilihan Terakhir (The Final Choice: Not To Do Or To Do) (1) Tidak Dilakukan (Not To Do)

11 Ibid.

12 Ibid.

13 Ibid.

(16)

26

a. Saya Tidak Tahan Dengan Ini (I Can’t Stand This)

Ketegangan menjadi tidak tertahankan, waktu menjadi sangat singkat sehingga tugas tampaknya sama sekali tidak mungkin dilakukan dalam beberapa menit atau jam tersisa, procrastinator tidak bisa menahan perasaan lalu berpikir bahwa mereka sudah tidak tahan lagi dan melarikan diri.

b. Mengapa Repot-Repot (Why Bother)

Procrastinator akan melihat pada waktu yang tersisa dan memutuskan sudah terlambat untuk melakukannya kali ini. Mereka akan berfikir bahwa upaya apapun tidak akan menyelesaikan tugas yang sudah ditunda, maka untuk apa mereka repot-repot mengerjakannya, lalu mereka menyerah

(2) Yang Harus Dilakukan (Sampai Akhir Yang Pahit)

a. Saya Tidak Bisa Menunggu Lebih Lama Lagi ( I Can’t Wait Any Longer) Tekanan pada tahap ini sangat besar sehingga tidak tahan menunggu satu menit lagi. Batas waktu sangat dekat dan terasa menyakitkan sehingga akhirnya lebih buruk untuk tidak melakukan apa- apa daripada mengambil tindakan.

b. Ini Tidak Buruk. Mengapa Saya Tidak Memulai Lebih Awal? (This Isn’t So Bad. Why Didn’t I Start Sooner?)

Sekalipun sulit, menyakitkan atau membosankan, setidaknya tugas yang telah diberikan sudah selesai dan menyadari bahwa tugas tersebut tidak terlalu sulit dan itu melegakan, bahkan mereka akan menikmatinya.

(17)

27

c. Selesaikan Saja (Just Get It Done)

Pada tahap ini waktu sudah sangat dekat, tidak ada waktu luang tersisa dan mereka berpacu dengan waktu untuk menyelesaikannya. Focus mereka tidak lagi pada seberapa baik mereka mengerjakannya tetapi apakah mereka dapat menyelesaikannya sama sekali.14

vii) Saya Tidak Akan Pernah Menunda-Nunda Lagi (I’ll Never Procrastinate Again) Ketika tugas akhirnya dikumpulkan atau selesai, procrastinator akan merasa lega dan kelelahan. Ini merupakan cobaan yang sulit namun berakhir, procrastinator akan memutuskan untuk tidak perna terjebak dalam siklus itu lagi dan berpikir untuk menyelesaikan tugas lebih awal, lebih teratur, tetap sesuai jadwal dan dapat mengendalikan kecemasan diri. Keyakinan itu akan teguh sampai ada tugas berikutnya.15

c. Ciri-Ciri Prokrastinasi Akademik

Ferrari menyatakan bahwa prokrastinasi akademik dapat dinyatakan dalam indikator yang dapat diamati, adapun ciri-cirinya yaitu:

i) Penundaan Untuk Memulai Dan Menyelesaikan Tugas

Seseorang yang sudah diberikan perintah untuk mengerjakan tugas, selayaknya harus segera diselesaikan dengan baik. Namun saat diberikann tugas

14 Ibid.

15 Ibid.

(18)

28

tersebut timbul rasa ingin menunda karena berbagai alasan pribadi, seolah-olah telah lupa bahwa telah diberikan tugas atau pekerjaan.

Pengambilan keputusan yang penting membawa konsekuensi tentang sekolah dan karier. Umumnya pengambilan keputusan bergantung pada evaluasi diri mengenai kecakapan dan kemampuan dari aspirasi dan harapannya di masa yang akan datang, dan dari masukan-masukan yang diterima oleh remaja dari tugas guru dan teman.16

ii) Keterlambatan Dalam Menyelesaikan Tugas

Setelah menunda tugas yang berikan maka orang yang melakukan prokrastinasi atau prokrastinator akan terkejut setelah menyadari bahwa tugas yang harusnya diselesaikan jauh-jauh hari sudah sangat dekat dan membuat prokrastinator tersebut menghabiskan waktu untuk mempersiapkan diri secara berlebihan. Hal tersebut tidak jarang membuat tugas yang dikerjakan tidak sesuai dengan ekspektasi bahkan tidak selesai

iii) Kesenjangan Waktu Antara Rencana Dan Kinerja Aktual

Setiap individu yang telah diberikan tugas memiliki rencana untuk menyelesaikan tugas pada waktu yang telah mereka tentukan sendiri. Namun ketika saatnya tiba individu tersebut tidak juga mengerjakan tugas yang telah direncanakan sebelumnya yang menyebabkan keterlambatan menyelesaikan tugas.

iv) Melakukan Aktivitas Yang Lebih Menyenangkan

16 Hendrianti Agustiani, Psikologi Perkembangan, ed. Dadi Pakar and Anthon F Susanto, Ke-1. (Bandung: Refika Aditama, 2006): 40.

(19)

29

Melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan. Prokrastinator dengan sengaja meninggalkan tugasnya untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang menyenangkan dan mendatangkan hiburan seperti menonton, menggunakan social media, nongkrong di café dengan teman-teman dll.

d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik

Menurut Steel ada 4 faktor utama yang mendukung seseorang melakukan prokrastinasi17 yaitu :

i) Fenologi Penundaan

Kesenjangan dalam melakukan suatu tindakan, suasana hati dan orang- orang yang melakukan prokrastinasi tetapi tidak berniat untuk melakukan prokrastinasi. Dia berniat untuk menyelesaikan tugasnya tetapi dia menundanya agar tidak terlalu khawatir dan meningkatkan kinerjanya dengan menunda pekerjaannya, tujuannya agar dapat mengerahkan seluruh kemampuannya secara fisik dan kognitif ketika waktu pengumpulan semakin dekat.

ii) Karakteristik Tugas Yang Diberikan

Tingkat kesukaran tugas. Semakin sulit tugas yang diberikan biasanya seseorang cenderung untuk menundanya sampai menemukan solusi atau jawaban dari kesulitan tersebut.

iii) Perbedaan Individu

Menurut Steel ada 4 tipe kepribadian yaitu, neuroticism, extraversion, agreeableness, openness to experience dan conscientiousness. Neuroticism atau neurotisme adalah kecenderungan mengalami reaksi emosi negatif yang

17 Dyla Fajhriani Nasrul, “Academic Procrastination of Students” 05, no. 02 (2020): 132–141.

(20)

30

berlebihan dan sulit kembali normal sesudah emosinya meningkat.18 Emosi negatif yang biasanya dianggap integral dengan sifat ini yaitu kecemasan, ketakutan, lekas marah dan kesedihan.19

Extraversion atau ekstraversi yaitu dimensi yang berkaitan dengan

kenyamanan seseorang ketika berinteraksi dengan orang lain, merupakan pengaruh positif yang memiliki kecenderungan lebih banyak kebahagiaan.20 Mereka lebih mudah bergaul, lebih aktif, kurang introspektif dan sibuk sendiri daripada introvert.21 openness to experience atau keterbukaan dalam menerima pengalaman yaitu dimensi yang mengacu kepada kemampuan untuk berpikir terbuka dan bertoleransi tinggi, dalam hal ini tidak berkolerasi terhadap penundaan. Agreeableness atau mudah bersepakat yaitu kemampuan dalam beradaptasi, memiliki korelasi yang negatif terhadap penundaan.

iv) Demografi

Semakin dewasa suatu individu, maka pengalaman yang diperolehnya semakin banyak, sehingga prokrastinasi hendaknya berkurang.

Sedangkan menurut Ferrari prokrastinasi dapat mengganggu dalam dua hal22 yaitu:

(1) Faktor Internal

18 Alwisol, Psikologi Kepribadian, ke-1. (Malang: UMM Press, 2019): 380.

19 David H Barlow et al., “The Origins of Neuroticism” 9, no. 15 (2014): 481.

20 William Pavot, E D Diener, and Frank Fujita, “EXTRAVERSION AND HAPPINESS” I, no. 12 (1990): 1299–

1306.

21 David Watson dan LEE Anna Clark, “EXTRAVERSION AND ITS POSITIVE EMOTIONAL CORE” (1985):

767–793.

22 McCown Wiliam G Ferrari, Joseph R, Johnson Judith L, Procrastination and Task Avoidance: Theory, Research, and Treatment. (New York: Plenum Press, 1995): 79-80.

(21)

31

Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri suatu individu yang mempengaruhi individu tersebut melakukan prokrastinasi. Faktor-faktor tersebut meliputi kondisi fisik individu dan kondisi psikologis individu.

a. Kondisi Fisik Individu

Kondisi fisik individu dan kondisi kesehatan individu turut mempengaruhi seseorang melakukan prokrastinasi, misalnya fatigue.

Fatigue adalah kelelahan.23 Apabila seseorang mengalami fatigue memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk melakukan prokrastinasi daripada yang tidak mengalami fatigue.

b. Kondisi Psikologis Individu

Kondisi psikologis yang dimiliki individu juga mempengaruhi munculnya prokrastinasi.24

(2) Faktor Eksternal

a. Gaya Pengasuhan Orang Tua

Hasil penelitian Ferrari dan Ollivete menemukan bahwa gaya pengasuhan ayah yang otoriter menyebabkan munculnya kecenderungan perilaku prokrastinasi yang kronis pada subjek penelitian anak perempuan.

Sedangkan ayah yang otoritatif menghasilkan anak perempuan yang tingkat prkrastinasinya rendah.

Ibu yang memiliki kecenderungan menghindari prokrastinasi maka akan menghasilkan anak perempuan yang memiliki kecenderungan menghindari prokrastinasi pula.

23 Graham Richards, Psikologi, ed. Jamilla, ke-1. (London: BACA!, 2009).

24 Ferrari, Joseph R, Johnson Judith L, Procrastination and Task Avoidance: Theory, Research, and Treatment. 80

(22)

32 b. Kondisi Lingkungan

Prokrastinasi akademik lebih banyak dilakukan pada kondisi lingkungan yang memiliki pengawasan yang rendah disbanding dengan lingkungan yang penuh pengawasan.25

25 Ibid.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan prokrastinasi akademik pada mahasiswa dalam hal ini terkait dengan penundaan pengerjaan skripsi pada mahasiswa. Responden dalam

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang sangat signifikan antara efikasi diri dan regulasi emosi dengan prokrastinasi akademik siswa SMA. Kesimpulan hubungan efikasi diri

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara efikasi diri dengan prokrastinasi akademik siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Purwodadi. Variabel bebas:

Hubungan antara Konsep Diri Akademik, EFikasi Diri Akademik, Harga Diri dan Prokrastinasi Akademik pada Siswa SMP Negeri di Kota Malang... Academic Procrastination of

Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik Prokrastinasi akademik atau penundaan yang terjadi ini menurut University of Buffalo Counseling Services 2005 dapat disebabkan

Skripsi ini berjudul ” Hubungan self efficacy dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa USU yang sedang menyusun skripsi ” yang diajukan untuk memenuhi

Hipotesis dalam studi ini yaitu terdapat hubungan negatif dan signifikan antara kontrol diri akademik dengan prokrastinasi akademik pada siswa SMA di kota X yang

Hasil analisis menunjukkan adanya hubungan negatif yang sangat signifikan antara efikasi diri dengan prokrastinasi akademik dan terdapat variabel lain yang juga mempengaruhi