• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian relevan merupakan penelitian yang hampir sama oleh peneliti lain, penelitian ini mengenai Analisis Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Google Classroom dalam Menghadapi Era New Normal di SMA Muhammadiyah 1 Kota Malang.

1. Aris Fajar Kusumah DKK melakukan penelitian pada tahun 2021 dengan mengambil judul “Penggunaan Google Classroom oleh Siswa da- lam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Masa Pandemi Covid 19”.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat kemudahan akses Google Classroom sebesar (4,11), manfaat yang dirasakan siswa sebesar (3,88), komunikasi dan in- teraksi sebesar (3,83), pengiriman instruksi sebesar (3,87), serta kepuasan siswa sebesar (3,88). Beberapa siswa saling berbagi pengalaman mereka dalam menggunakan Google Classroom. Adapun dari mereka mengatakan bahwa Google Classroom memunculkan pembelajaran yang bersifat fleksibel sehingga mereka bisa berpartisipasi dan melanjutkan tugas mere- ka di kelas ketika berada di luar jam kelas. Bahkan kebanyakan dari siswa yang masih bekerja dan mengunggah tugas mereka hingga larut malam.

Meskipun terdapat temuan positif, akan tetapi dari hasil penelitian menemukan bahwa beberapa siswa jatuh ke dalam masalah besar yaitu kecanduan teknologi media sosial serta mengalami kesulitan untuk men- gontrol diri ke arah pembelajaran yang diharapkan.8 Adapun persamaan penelitian Aris Fajar Kusumah DKK dengan penelitian ini adalah terletak pada topik yang membahas mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Is-

8 Aris Fajar, Oyoh Bariyah, and Khalid Ramdhani, “Penggunaan Google Classroom Oleh Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Masa Pandemic Covid 19,” Ilmu Pendidikan Volume 3 N (2021): 2874.

(2)

9

lam yang menggunakan Google Classroom. Sedangkan perbedaannya ada- lah penelitian Aris Fajar Kusumah DKK meneliti tentang bagaimana dam- pak positif dan negatif penggunaan Google Classroom oleh siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam, metode penelitian Aris Fajar Kusumah DKK adalah penelitian campuran dengan metode explanatory, subjek penelitian Aris Fajar Kusumah DKK adalah 75 siswa kelas VIII, dan lokasinya adalah SMP negeri 2 Telukjambe Timur Kabupaten Kara- wang. Sedangkan penelitian ini meneliti tentang bagaimana efektivitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui Google Classroom dalam menghadapi era new normal di SMA Muhammadiyah 1 Kota Malang, metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, subjek dari penelitian ini adalah siswa dan guru PAI, dan lokasinya di SMA Mu- hammadiyah 1 Kota Malang .

2. Sahliah melakukan penelitian pada tahun 2021 dengan mengambil judul

“Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Google Class- room”. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan aplikasi dalam Google Classroom pembelajaran PAI tergolong sangat efektif dalam membantu dosen dan mahasiswa. Akan tetapi, pembelajaran PAI dengan memanfaatkan aplikasi google classroom mempunyai keunggulan dan juga kelemahan bagi penggunanya, baik dari pihak dosen ataupun dari mahasiswa.9 Adapun persamaan penelitian Sahliah dengan penelitian ini adalah terletak pada topik yang membahas mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang menggunakan Google Classroom dan menggunakan metode kuali- tatif deskriptif. Dan perbedaannya adalah penelitian Sahliah menggunakan subjek dari mahasiswa teknik informatik semester dua dan lokasinya ada- lah Universitas Sumatera Utara (USU). Sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa dan guru PAI dan lokasinya di SMA Muhammadiyah 1 Kota Malang.

9 Sahliah, “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Berbasis Google Classroom,” ANSIRU PAI: Pengembangan Profesi PAI., 2021.

(3)

10

3. Oriza Aditia melakukan penelitian pada tahun 2020 dengan mengambil judul “Penerapan Media Google Classroom di Era Pandemi Covid-19 Pa- da Pembelajaran PAI”. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran PAI pada pem- belajaran online berbasis Google Classroom berjalan kurang maksimal.

Hal ini dilihat dari berbagai macam kendala di dalam pembelajaran terse- but, diantaranya dari kurangnya persiapan dalam fasilitas belajar hingga proses pembelajaran yang masih kurang efektif. Adapun persamaan penelitian Oriza Aditia dengan penelitian ini adalah terletak pada topik yang membahas mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang menggunakan Google Classroom dan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Adapun perbedaannya yaitu subjek dari penelitian Oriza adalah wali kelas, guru PAI, dan siswa dengan lokasinya di SDIT Ibnu Khaldun.

Sedangkan subjek penelitian ini adalah siswa dan guru PAI dan lokasinya di SMA Muhammadiyah 1 Kota Malang.10

4. Eko Purnomo Susanto dan Rahmatullah melakukan penelitian pada ta- hun 2020 dengan mengambil judul “Optimalisasi Pembelajaran Pendidi- kan Agama Islam (PAI) Melalui Google Classroom”. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa optimalisasi pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui Google Classroom, mempunyai pengaruh dalam mempersiapkan kegiatan pem- belajaran pendidikan Agama Islam. Hal ini dapat menjadi bekal yang baik dalam proses memperoleh ilmu pengetahuan (transfer of knowledge).11 Adapun persamaan penelitian Eko Purnomo Susanto dan Rahmatullah dengan penelitian ini adalah terletak pada topik yang membahas mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang menggunakan Google Class- room dan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Sedangkan perbe- daannya yaitu subjek dari penelitian Eko Purnomo Susanto dan Rahmat-

10 Oriza Aditia, “Penerapan Media Google Classroom Di Era Pandemi Covid-19 Pada Pembelajaran PAI,” Jurnal Ilmiah Sosial Teknik Vol. 2, No (2020): 17.

11 Eko Purnomo Susanto and Rahmatullah, “Optimalisasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Melalui Google Classroom,” Jurnal Piwulang Vol. 2 No. (2020): 129.

(4)

11

ullah ini adalah siswa kelas VI yang berlokasi di MI Islamiyah Kota Ma- lang. Sementara subjek penelitian ini adalah siswa dan guru PAI dan lo- kasinya di SMA Muhammadiyah 1 Kota Malang.

5. Pupu Mahpuddin melakukan penelitian pada tahun 2021 dengan mengambil judul “Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Google Classroom”. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian, dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk menunjang ber- hasilnya proses pembelajaran, guru terlebih dahulu menyiapkan kegiatan rancangan pembelajaran, media pembelajaran yang diperlukan, dan setelah itu melakukan evaluasi mengenai proses dan hasil selama pembelajaran berlangsung. Akan tetapi selama pelaksanaannya penggunaan Google Classroom dalam proses pembelajaran PAI muncul beberapa masalah kru- sial, dimana sinyal, jaringan, dan kuota internet menjadi faktor pemicu permasalahan. Di samping beberapa masalah tersebut, Google Classroom sangatlah membantu guru dan siswa di masa pandemi saat ini. Dan Menurut hasil observasi hanya sebesar 65% siswa yang aktif mengikuti pembelajaran PAI melalui Google Classroom.12 Adapun persamaan penelitian Pupu Mahpuddin dengan penelitian ini adalah terletak pada topik yang membahas mengenai pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang berbasis Google Classroom dan menggunakan metode kualitatif deskriptif. Perbedaannya adalah penelitian Pupu Mahpuddin menggunakan subjek penelitian dari guru PAI dan siswa kelas X TKJ yang berlokasi di SMKN 1 Angkasbitung. Sedangkan penelitian ini menggunakan subjek siswa dan guru PAI dan lokasinya di SMA Muhammadiyah 1 Kota Ma- lang.

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa fokus penelitian mereka membahas mengenai dampak positif dan negatif dari penggunaan Google Classroom dalam pembelajaran Pendidikan Agama Is-

12 Pupu Mahpuddin, “Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berbasis Google Classroom,” Jurnal Aksioma Ad-Diniyyah: The Indonesian Journal of Islamic Studies Vol. 9, No (2021): 45–46.

(5)

12

lam bagi siswa maupun guru dan mengenai kendala eksternal yang dihadapi da- lam penggunaan Google Classroom dalam pembelajaran Pendidikan Agama Is- lam. Sedangkan penelitian ini membahas mengenai pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui Google Classroom di era new normal dan apa saja kendala internal dan eksternal yang dihadapi pembelajaran Pendidikan Aga- ma Islam melalui Google Classroom di era new normal, serta bagaimana cara mengatasi kendala-kendala tersebut.

B. Kerangka Teoretis Masalah Penelitian 1. Konsep Pembelajaran

Menurut Moh. Suardi pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dengan peserta didik, dan sumber belajar yang berada pada suatu lingkungan belajar.13 Adapun pengertian pembelajaran menurut M. Andi Setiawan adalah proses perubahan yang dilaksanakan dengan sadar atau- pun disengaja yang berarti merujuk pada adanya suatu kegiatan yang dil- akukan secara sistematis dengan tujuan untuk menciptakan suatu peru- bahan dalam diri peserta didik untuk menuju ke hal yang lebih baik.14 Se- dangkan menurut Sutiah pembelajaran diartikan sebagai pemberdayaan peserta didik yang dilaksanakan dengan melakukan interaksi perilaku pen- didik dan perilaku peserta didik, yang dilakukan baik di dalam kelas mau- pun di luar kelas.15

Berdasarkan berbagai macam pendapat yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar yang dilakukan secara sistematis oleh guru dan siswa dengan cara melakukan interaksi di kelas atau luar kelas dengan tujuan untuk menciptakan peru- bahan dalam diri peserta didik tentunya ke arah yang lebih baik.

13 Moh Suardi, Belajar Dan Pembelajaran (Yogyakarta: Deepublish, 2018).

14 Andi Setiawan, Belajar Dan Pembelajaran (Ponorogo: Uwais Inspirasi Indonesia, 2017).

15 Sutiah, Teori Belajar Dan Pembelajaran (Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2016).

(6)

13 3. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam menurut Nur Ahyat merupakan usaha yang dilakukan secara sadar, yaitu suatu kegiatan untuk melakukan bimb- ingan, pengajaran serta latihan yang dilaksanakan oleh guru Pendidikan Agama Islam secara terencana dan secara sadar yang bertujuan agar dapat menumbuh kembangkan akidah siswa melalui pemberian, pemupukan, dan mengembangkan tingkat pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman siswa tentang agama Islam sehingga siswa mampu menjadi muslim yang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT terus berkembang.16

Menurut Niai Rahmah Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk menanamkan tentang nilai-nilai keislaman kepada siswa, dengan melakukan bimbingan dan pelatihan yang telah direncanakan sebe- lumnya supaya siswa mampu menerapkannya baik sebagai pola pikirnya ataupun digunakan sebagai pedoman hidupnya dengan menjadikan ibadah sebagai tujuan hidupnya.17

Sedangkan menurut Haidar Putra Daulay Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang memiliki tujuan untuk membentuk insan muslim seutuhnya, mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki manusia, baik yang jasmani maupun rohani, dan mengembangkan hubungan yang har- monis setiap insan manusia dengan Allah, manusia, dan alam semesta.18

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah suatu upaya yang dilakukan secara sadar dengan memberikan bimbingan, pengajaran, dan latihan tentang nilai-nilai keislaman, dengan harapan agar siswa dapat bertambah tingkat

16 Nur Ahyat, “Metode Pembelajaran Pendidikan Islam,” Manajemen Dan Pendidikan Islam Vol.4, No. (2017): 30.

17 Niai Rahmah, “Pemikiran Abraham Harold Massglow Tentang Motivasi Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Pendidikan Islam” (2017).

18 Haidar Putra, Kapita Selekta (Pendidikan Islam Di Indonesia) (Medan: Perdana Publishing, 2012).

(7)

14

keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT, pengetahuan keis- lamannya, berakhlakul karimah, serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan Hadits.

3. Pelaksanaan Google Classroom

Google Classroom adalah platform milik perusahaan Google yang dapat dipergunakan untuk proses belajar mengajar secara daring dan gra- tis. Google Classroom menawarkan sebuah fitur yang efisien, mudah digunakan, dan membantu guru untuk mengelola tugas dan materi.

Dengan Google Classroom, guru dapat membuat kelas, mendistribusikan tugas, memberikan nilai, mengirim saran/kritikan, dan melihat semuanya di satu tempat.19

Menurut Yuyut DKK Google Classroom adalah layanan gratis yang diciptakan oleh Google untuk sekolah yang bertujuan untuk mem- bantu menyederhanakan, mendistribusikan serta mampu melakukan penilaian tugas tanpa melalui kertas.20

Sedangkan menurut Amalia Hapsari dan Heri Pamungkas Google Classroom merupakan salah satu platform yang dapat diakses secara gratis guna memudahkan dosen pada saat pembelajaran e-learning. Di samping itu, Google Classroom menyajikan beragam keuntungan untuk pengguna setianya. Google Classroom dapat digunakan secara mudah oleh penggun- anya melalui handphone atau laptop, serta mampu menciptakan peluang yang sama bagi semua siswa dan siswa mampu belajar lebih banyak mengenai literasi internet melalui platform ini.21

Berdasarkan pendapat-pendapat yang telah dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Google Classroom layanan platform milik

19 Kenneth Pinandhito, DKK, How I Use Google Classroom as a Teacher and Student (Solusi Belajar Mengajar Dari Rumah) (Sukabumi: CV Jejak, anggota IKAPI, 2020).

20 DKK Yuyut, Eksistensi PJJ Di Tengah Pandemi Antologi Esai Jilid 2 (Yogyakarta: Yayasan Lembaga Gumun Indonesia, 2021).

21Amalia Hapsari and Pamungkas Heri, “Pemanfaatan Google Classroom Sebagai Media Pembelajaran Online Di Universitas Dian Nuswantoro,” WACANA Vol 18, No (2019): 225.

(8)

15

perusahaan besar Google yang dapat diakses secara gratis melalui hand- phone atau laptop yang digunakan untuk memudahkan proses pembelaja- ran e-learning, diantaranya; membantu menyederhanakan, mendistri- busikan, mengelola tugas dan materi, menilai tugas tanpa kertas, dan mengirim saran atau kritikan.

Berikut ini adalah langkah-langkah mengoperasikan Google Class- room, diantaranya:

a. Membuka website milik Google selanjutnya masuk ke dalam laman Google Classroom. Yang paling penting, pastikanlah bahwa anda sudah memiliki akun Google Apps for Education. Bukalah classroom.google.com dan selanjutnya klik masuk.

b. Memilih apakah anda seorang guru atau siswa, selanjutnya mem- buat kelas atau bergabung ke kelas tersebut.

c. Apabila anda merupakan administrator Google Apps, anda juga dapat menemukan informasi lebih banyak mengenai bagaimana cara mengaktifkan dan menonaktifkan layanan di akses ke kelas.

d. Apabila anda menjadi guru, maka guru dapat menambahkan siswa secara langsung atau membagikan kode untuk siap bergabung dengan kelasnya. Kondisi ini berarti sebelum guru membagikan kode kelas, guru tersebut saat di sekolah sudah memberitahukan kepada siswanya bahwa guru akan menggunakan Google Class- room untuk pembelajaran dengan syarat masing-masing siswa te- lah memiliki akun email pribadi dengan menggunakan nama lengkap siswa tersebut.

e. Guru dapat memberikan tugas mandiri, materi atau melontarkan fo- rum diskusi melalui laman tugas atau laman diskusi yang nantinya Google Classroom dapat menyimpan secara otomatis materi pada folder di Google Drive.

f. Tidak hanya memberikan tugas, guru juga dapat memberikan pengumuman atau informasi tentang mata pelajaran yang akan di-

(9)

16

pelajari oleh siswa di kelas sesungguhnya ke dalam platform terse- but. Kemudian siswa dapat saling bertanya kepada teman yang lain atau kepada guru dalam kelas tersebut mengenai informasi yang disampaikan oleh guru yang bersangkutan.

g. Siswa dapat mengetahui batas waktu pengumpulan tugas, dan keti- ka mulai mengerjakan hanya cukup dengan sekali klik.

h. Yang terakhir guru dapat mengetahui dengan cepat siapa saja siswa yang belum menyelesaikan tugasnya, serta memberikan saran dan nilai langsung di kelas melalui Google Classroom.22

Adapun keunggulan dari platform Google Classroom, sebagai berikut:

a. Mudah dioperasikan, karena Google Classroom mampu melakukan penyederhanaan antarmuka instruksional serta opsi yang di- pergunakan untuk mengirim tugas dan pelacakan; komunikasi se- luruh kursus yang dilakukan antar individu juga disederhanakan lewat pemberitahuan pengumuman atau berupa email.

b. Hemat waktu, karena Google Classroom memiliki ruang kelas yang dirancang khusus untuk menghemat waktu pembelajaran.

c. Memiliki basis Cloud, karena Google Classroom menawarkan teknologi yang autentik dan profesional yang dapat diaplikasikan dalam lingkungan belajar mengajar.

d. Fleksibel, karena Google Classroom dapat digunakan di berbagai macam kondisi pembelajaran baik pembelajaran offline maupun pembelajaran daring/online.

e. Gratis atau tidak berbayar, karena Google Classroom dapat diakses oleh siapapun secara gratis, dengan syarat pengguna tersebut telah memiliki akun Google sendiri.

22Wiladatus Salamah, “Deskripsi Penggunaan Aplikasi Google Classroom Dalam Proses Pembelajaran,” Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Vol. 4 (3) (2020): 536.

(10)

17

f. Rumah seluler, karena Google Classroom didesain secara khusus agar lebih responsif dan gampang dipergunakan dalam perangkat mobile apa saja.23

Meskipun memiliki banyak keunggulan, Google Classroom juga mem- iliki beberapa kekurangan, diantaranya:

a. Google Classroom khususnya yang berbasis web, mewajibkan penggunanya untuk selalu terhubung dalam jaringan internet.

b. Proses pembelajaran cenderung bersifat individu, sehingga dikha- watirkan mengurangi pembelajaran sosial siswa.

c. Jika siswa tidak mempunyai pikiran yang kritis dan terjadi kesala- han dalam memahami materi maka akan berdampak buruk pada pengetahuannya.

d. Memerlukan beberapa spesifikasi, diantaranya hardware, software, dan yang paling penting jaringan internet yang stabil.24

4. New Normal

Tatanan new normal menurut Afiva adalah transformasi perilaku hidup di masyarakat untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan menerapkan protokol kesehatan sampai ditemukannya vaksin yang dapat menyembuhkan para korban yang terinfeksi Covid-19.25 Menurut Andria Pragholapati istilah new normal adalah proses adaptasi selama Covid-19, dimana manusia akan memiliki kebiasaan baru untuk beradaptasi dengan Covid-19.26 Sedangkan menurut Fina Surya Anggraini

23 Iftakhar, “Google Classroom: What Works and How?,” Education and Social Sciences Vol. 3 (2016): 13.

24 Rahmi Ramadhani, Desain Pembelajaran Matematika Berbasis TIK: Konsep Dan Penerapan (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020).

25 Rifa Afiva, “PembelajaranDaring Dan Kebijakan New Normal Pemerintah,” LawArXiv Papers, 2020.

26 Andria Pragholapati, “New Normal ‘Indonesia’ After Covid 19,” Nursing Department, Faculty of Sport Education and Health Science, Universitas Pendidikan Indonesia, 2021, 1.

(11)

18

dan Erfandi new normal adalah masa perpindahan dari aktifitas tidak nor- mal ke aktivitas normal setelah adanya pandemi Covid-19.27

Berdasarkan pemaparan-pemaparan diatas dapat disimpulkan bah- wa era new normal adalah masa transisi perilaku hidup masyarakat untuk kembali menjalankan aktivitas normal, akan tetapi dengan memulai kebia- saan baru pada masa pandemi Covid-19 yaitu dengan tetap menerapkan protokol kesehatan di setiap aktivitasnya.

Beberapa panduan dari pemerintah untuk menjalankan kehidupan baru yang dapat diikuti masyarakat, antara lain yaitu:

a. Mencuci tangan setelah beraktivitas di luar.

b. Untuk menghindari menyentuh area wajah.

c. Menerapkan etika sesuai kementerian kesehatan ketika ber- sin maupun batuk.

d. Menggunakan masker saat beraktivitas atau saat bertemu dengan orang lain.

e. Menjaga jarak dengan orang lain untuk menghindari tertu- larnya virus.

f. Melakukan isolasi mandiri saat diketahui kita sakit, teruta- ma jika sakit tersebut memiliki gejala hampir sama dengan Covid-19.

g. Menerapkan pola hidup sehat dengan berolahraga secara teratur, rajin berjemur di bawah sinar matahari, dan men- gonsumsi makanan yang sehat dan bergizi untuk mening- katkan imun tubuh.28

27 Fina Surya and Erfandi, “Implementasi Merdeka Belajar di Era New Normal dan Paradigma Konstruktivisme,” International Conference on Islamic and Social Education Interdisciplinary Vol. 1. No (2020): 278.

28 Muhyiddin, “Covid-19,New Normal Dan Perencanaan Pembangunan Di Indonesia,” The Indonesian Journal of Development Planning Volume IV (2020): 250.

(12)

19 5. Strategi guru

Menurut Sudjana strategi guru merupakan tindakan guru saat melaksanakan rencana mengajar, usaha guru saat melaksanakan rencana mengajar, dalam artian usaha guru dalam menggunakan beberapa variabel pengajaran antara lain tujuan, bahan, metode, alat, dan evaluasi agar ber- pengaruh kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya.29 Strategi guru menurut Rahmah Johar dan Latifah Hanum, strategi guru adalah siasat untuk menggabungkan berbagai macam upaya agar menciptakan suasana pembelajaran yang mampu memotivasi siswa untuk terlibat secara optimal dalam proses pembelajaran.30

Sedangkan menurut Haudi strategi guru adalah suatu rencana tin- dakan atau perbuatan termasuk juga penggunaan metode serta memanfaat- kan berbagai sumber daya dan kekuatan dalam proses pembelajaran.31 Berdasarkan berbagai macam definisi diatas dapat disimpulkan bahwa strategi guru adalah suatu usaha guru dalam menggabungkan berbagai macam (Model, metode, pendekatan dan teknik pembelajaran) agar memo- tivasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran.

Berikut ini jenis-jenis strategi pembelajaran antara lain:

1. Strategi pembelajaran ekspositori

Strategi pembelajaran ekspositori merupakan strategi pem- belajaran yang penyampaian materi dilakukan secara verbal dari seorang guru, dengan tujuan agar siswa mampu menguasai materi yang diajarkan secara optimal. Adapun beberapa langkah dalam menerapkan strategi ini, antara lain;

29 Ricu Sidiq and DKK, Strategi Belajar Mengajar Sejarah: Menjadi Guru Sukses (Medan:

Yayasan Kita Menulis, 2019).

30 Rahmah Johar and Latifah Hanum, Strategi Belajar Mengajar: Untuk Menjadi Guru Profesional (Banda Aceh: Syiah Kuala University Press, 2021).

31 Haudi, Strategi Pembelajaran (Solok: Insan Cendekia Mandiri, 2021).

(13)

20 a) Persiapan (preparation)

Tahap ini berkaitan mengenai cara guru untuk mempersiap- kan siswa, agar siap dalam menerima pembelajaran. Hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam tahap ini antara lain;

Guru harus memberikan sugesti yang positif kepada siswa, guru mengemukakan tujuan yang akan dicapai berdasarkan materi yang akan dijelaskan, dan guru membuka ingatan dalam otak siswa seperti menanyakan kembali materi pela- jaran minggu lalu.

b) Penyajian (presentation)

Pada tahap penyajian ini, guru menyampaikan materi kepa- da siswa. Dalam hal menyampaikan materi guru harus me- mahami beberapa hal agar siswa dapat mudah memahami, antara lain; Intonasi suara harus jelas, menjaga kontak mata dengan siswa, menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dan menggunakan beberapa jokes yang menyegarkan agar penyampaian tidak kaku.

c) Menghubungkan (correlation)

Dalam tahap ini, guru menghubungkan materi pembelaja- ran dengan pengalaman siswa atau kehidupan sehari-hari.

Hal ini memungkinkan siswa mudah dalam menangkap keterkaitan materi dengan pengetahuan yang telah dimiliki.

d) Menyimpulkan (generalization)

Tahap menyimpulkan merupakan tahapan untuk memahami ide pokok dari materi pelajaran yang telah dijelaskan oleh guru.

e) Penerapan (application).

Langkah ini merupakan langkah yang sangat penting, dikarenakan guru dapat mengetahui sejauh mana pema- haman siswa mengenai materi yang telah disampaikan.

Teknik yang dilakukan guru dalam tahap ini adalah mem-

(14)

21

berikan tugas atau ulangan yang relevan dengan materi pelajaran yang telah dibahas.32

2. Strategi pembelajaran inkuiri

Strategi pembelajaran inkuiri merupakan strategi pembela- jaran yang melibatkan siswa dalam melaksanakan penyelidikan, pengambilan keputusan mengenai sebuah permasalahan, serta menemukan konsep dan fakta mengenai permasalahan tersebut.

Adapun beberapa langkah dalam strategi ini, antara lain; orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan.33

3. Strategi pembelajaran berbasis masalah

Strategi pembelajaran berbasis masalah merupakan strategi pembelajaran yang memunculkan berbagai macam persoalan da- lam kehidupan sehari-hari siswa untuk dijadikan sebagai sumber dan sarana belajar sebagai usaha untuk memberikan pengalaman siswa dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir secara kritis, memiliki keterampilan dalam memecahkan suatu masalah tanpa mengesampingkan pengetahuan dan konsep yang menjadi tujuan pembelajaran.34

4. Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir

Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir merupakan strategi pembelajaran yang berfokus pada upaya pengembangan kemampuan dalam berpikir siswa, melalui hasil dari telaah fakta-fakta atau pengalaman siswa sebagai sumber un- tuk memecahkan masalah. Tujuan dari strategi pembelajaran ini adalah siswa mampu mengembangkan kemampuannya dalam mengembangkan ide dan gagasan melalui bahasa verbal.35

32 Arin Tentrem Mawati and DKK, Strategi Pembelajaran (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2021).

33 Friska Juliana Purba and DKK., Strategi-Strategi Pembelajaran (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2022).

34 Arie Anang Setyo, Muhammad Fathurahman, and Zakiyah Anwar, Strategi Pembelajaran Problem Based Learning (Makassar: Yayasan Barcode, 2020).

35 Haudi, Strategi Pembelajaran (Solok: Insan Cendekia Mandiri, 2021).

(15)

22 5. Strategi pembelajaran kooperatif

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan strategi pem- belajaran yang diterapkan oleh guru dengan menciptakan kondisi belajar, dimana guru mengatur siswa untuk berinteraksi secara berkelompok.36

6. Strategi pembelajaran kontekstual

Strategi pembelajaran kontekstual merupakan strategi pem- belajaran yang dilakukan guru dengan menghubungkan materi yang diajarkan dengan kondisi dunia yang nyata siswa, sehingga mendorong siswa untuk menciptakan hubungan antara penge- tahuan yang dimiliki dengan kehidupan sehari-harinya, yakni dengan melibatkan 7 komponen pembelajaran yang efektif antara lain; konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan penilaian sebenarnya.37

7. Strategi pembelajaran afektif

Strategi pembelajaran afektif merupakan strategi pembela- jaran yang bukan hanya untuk mencapai pendidikan kognitif saja, akan tetapi juga berfokus pada value atau nilai (baik dan tidak baik) dan sikap (sopan atau tidak sopan) dalam diri siswa yang diukur, oleh karena itu berkaitan dengan kesadaran seseorang yang tumbuh dari dalam.38

6. Kendala Pembelajaran

Kendala pembelajaran adalah sebuah proses belajar mengajar yang dihadapkan pada bermacam permasalahan yang mengganggu, memper- sulit, menperhambat, dan bahkan mengakibatkan kegagalan saat ingin mencapai suatu tujuan pembelajaran.39 Menurut Dimyati dan Mudjiono kendala pembelajaran merupakan hambatan atau kesulitan yang

36 Rahmah Johar and Latifah Hanum, Strategi Belajar Mengajar (Yogyakarta: Deepublish, 2016).

37 Jaka Imam Mahesa, How to Teach Arabic? Metode, Strategi, Evaluasi, Model, Dan Permainan Pengajaran Bahasa Arab (Bogor: Guepedia, 2020).

38 Mahesa.

39 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi (Jakarta: Rineka Cipta, 2015).

(16)

23

menghalangi terjadinya belajar.40 Sedangkan kendala pembelajaran menurut Ahmad Rohani adalah berbagai macam faktor yang menghambat pembelajaran baik dari faktor peserta didik sendiri, faktor guru, faktor keluarga, dan faktor sarana dan prasarana.41

Berdasarkan berbagai macam definisi diatas, maka peneliti me- nyimpulkan bahwa kendala pembelajaran adalah hambatan atau kesulitan yang dihadapi dalam proses pembelajaran yang berasal dari faktor internal dalam diri siswa atau yang berasal dari faktor eksternal baik dari masyara- kat, keluarga, dan lingkungan.

Kendala pembelajaran terdiri dari 2 faktor, yaitu:

1) Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berhubungan dengan apa yang ada dalam diri peserta didik. Dalam faktor internal ini, terbagi atas tiga faktor, yakni faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

2) Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari diri luar pe- serta didik. Adapun faktor eksternal ini, dibagi menjadi tiga faktor antara lain; faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.42

40 Dimyanti and Mudjiono, Belajar Dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2010).

41 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2004).

42 Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi.

Referensi

Dokumen terkait

Dari pendapat para tokoh di atas, dapat disimpulkan tentang karakteristik pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut: a) Siswa membuat keputusan dan

Sedangkan menurut ( sanjaya, 2006) Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila guru menekankan pentingnya usaha bersama disamping usaha secara individual,

yang telah dilakukan oleh lembaga pendidikan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha yang telah dicapai siswa

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sistematis yang digunakan untuk menyusun

Dari beberapa literatur di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya guru pendidikan agama Islam adalah orang yang secara sadar melakukan kegiatan bimbingan,

Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan, prestasi belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai sebagai suatu usaha yang telah dilakukan,

Kegiatan pembelajaran merupakan inti dari pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pengendali utama. Dalam kegiatan pembelajaran dapat dilakukan berbagai metode

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Numbered Head Together NHT adalah bagian dari pembelajaran kooperatif yang menekan pada struktur khusus