1
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan peneliti adalah quasi eksperimen.
Menurut Sugiyono (2015: 114) “Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.” Pada penelitian quasi eksperimen ini melibatkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match. Sementara pada kelas kontrol diajar dengan pembelajaran konvensional yaitu dengan metode diskusi dan ceramah yang biasa dilaksanakan oleh guru.
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan ialah Nonequivalent Control Group Design. Menurut Emzir (2012: 102) “Dengan desain ini, baik kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol dibandingkan, kendati kelompok tersebut dipilih dan ditempatkan tanpa melalui randomisasi.” Sedangkan menurut Sugiyono (2015: 116) “Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.”
Tabel 3. Nonequivalent Control Group Pretest – Posttest Design.
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 - O4
Sumber: Modifikasi Sugiyono (2015: 116) Keterangan:
O1 : Pretest yang diberikan pada kelas eksperimen.
O3 : Pretest yang diberikan pada kelas kontrol.
X : Perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match.
- : Perlakuan dengan pembelajaran konvensional.
O2 : Posttest yang diberikan pada kelas eksperimen.
O4 : Posttest yang diberikan pada kelas kontrol.
2 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini di lakukan di SMPN 21 Pekanbaru yang beralamat di Jalan Soekarno-Hatta pada tanggal 21 Juli 2018 sampai 09 Agustus 2018 semester ganjil tahun ajaran 2018/2019.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2015: 117) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Pekanbaru yang terdiri dari 9 kelas yang berjumlah 389 siswa.
3.4.2 Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono (2015: 118) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Penelitian ini menggambil sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Menurut Sugiyono (2015: 124)
“Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu”. Pertimbangan yang peneliti berikan ialah dengan memperhatikan guru yang mengajar pada dua kelas yang sama. Kelas VIII SMP Negeri 21 Pekanbaru terdiri dari 9 kelas yang diajar oleh 4 guru yang berbeda, diantaranya Guru A mengajar kelas VIII-1, VIII-2, dan VIII-3, Guru B mengajar kelas VIII-4, VIII-5, dan VIII-6, dan Guru C mengajar kelas VIII-7, VIII-8 dan VIII-9. Masing-masing guru mengajar tiga kelas. Dari rekomendasi wakil kepala sekolah, peneliti memilih penelitian di kelas yang di ajar oleh guru B.
Guru B mengajar 3 kelas diantaranya kelas VIII-4, VIII-5, dan VIII-6.
Setiap kelas memiliki karakteristik masing-masing. Dari ketiga kelas tersebut, kelas VIII-4 dan kelas VIII-6 memiliki nilai rata-rata lebih rendah dari pada kelas VIII-5. Siswa di kelas VIII-5 mulai aktif dan nilai ujian semester ganjil lebih tinggi. Melihat kondisi tersebut peneliti memilih kelas VIII-4 dan VIII-6 sebagai sampel penelitian. Kedua kelas tersebut memiliki rentang nilai rata-rata ujian semester ganjil tidak jauh berbeda. Rata-rata hasil ujian siswa kelas VIII-6 lebih
3 rendah dari VIII-4. Dari pertimbangan tersebut guru mata pelajaran menyarankan peneliti memilih kelas VIII-6 sebagai kelas eksperimen dan VIII-4 kelas kontrol.
Adapun jumlah siswa kelas VIII-6 sebanyak 44 orang dan kelas VIII-4 sebanyak 41 orang, sehingga jumlah keseluruhan adalah 85 orang.
3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1 Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran disusun sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang akan dipraktikkan.
3.5.1.1 Silabus
Menurut Trianto (2009: 201) “Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok pembelajaran tertentu yang mencakup strandar kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.”
Silabus menjadi acuan penting dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dalam Permendikbud Nomor 41 Tahun 2007, silabus memuat identitas mata pelajaran, idikator pencapaian kopetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
3.5.1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksanaan Pembelajran (RPP) merupakan kewajiban guru sebelum melaksanakan pembelajaran di kelas. Menurut Trianto (2009: 214)
“Rencana Pelaksanaan Pembelajaran adalah panduan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan.
Skenario kegiatan pembelajaran dikembangkan dari tujuan pembelajaran yang mengacu dari indikator untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi.”
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun untuk satu kali pertemuan atau lebih. Menurut Permendikbut Nomor 41 Tahun 2007, komponen dalam RPP adalah identitas mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajran, kegiatan pembelajran, penilaian hasil belajar dan sumber belajar.
4 3.5.1.3 Lembar Kerja Siswa (LKS)
Menurut Trianto (2009: 222) “ Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah. LKS berfungsi untuk membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran, membantu siswa menambah informasi tentang materi pembelajaran yang dipelajari melalui kegiatan belajar yang sistematis.” Berdasarkan pernyataan di atas, maka penyusunan LKS perlu dirancang dengan baik sehingga dapat membantu siswa dalam menyelesaikan masalah pembelajaran.
3.6 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes tertulis berupa pretest dan postest dalam bentuk soal uraian dan lembar keterlaksanaan. Tes ini dilakukan untuk mengevaluasi efek pembelajaran yang terkait dengan hasil belajar matematika siswa setelah mengikuti pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Kooperatif teknik Make a Match.
Purwanto (2008: 28) menyatakan bahwa:
“Pretest, yaitu tes yang diberikan sebelum pengajaran dimulai dan bertujuan untuk mengetahui sampel dimana penguasaan siswa terhadap bahan pengajaran (pengetahuan dan keterampilan) yang akan diajarkan, yang bertujuan untuk melihat sampai mana keefektifan pengajaran.
Sedangkan post-test, yaitu tes yang diberikan pada setiap akhir program suatu pengajaran, yang bertujuan untuk mengetahui sampai dimana pencapaian siswa terhadap bahan pengajaran (pengetahuan dan keterampilan) setelah mengalami suatu kegiatan belajar”.
Penyusunan soal diawali dengan membuat kisi-kisi soal, membuat naskah soal, membuat alternatif jawaban, dan pedoman penskoran. Lembar keterlaksanaan digunakan untuk melihat terlaksana atau tidaknya model kooperatif teknik Make a Match dalam proses pembelajaran. Lembar keterlaksanaan berisi langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match yang dibuat oleh peneliti dan diisi oleh pengamat.
5 3.7 Teknik Pengumpulan Data
3.7.1 Tes
Menurut Arikunto (2013: 139) “Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.”
Menurut Sudjana (2009: 35) “Tes pada umumnya digunakan untuk menilai dan mengukur hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif berkenaan dengan penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran”.
Pada tes ini digunakan untuk mendapatkan hasil data pembelajaraan matematika siswa sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Lembar tes pada penelitian ini terdiri dari pretest dan posttest.
Pretest dilakukan untuk mengukur kemampuan awal matematika siswa sebelum diberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol. Posttest dilakukan untuk mengukur kemampuan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol.
3.8 Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2015: 333) “Dalam penelitian kuantitatif, teknik analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal”.
3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Sugiyono (2015: 207-208) “Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”. Data yang dideskripsikan merupakan data yang diperoleh dari pengukuran pada variabel- variabel penelitian (variabel terikat) yaitu hasil belajar matematika. Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan hasil belajar matematika.
6 Analisis statistik deskriptif juga digunakan untuk menggambarkan hasil belajar siswa tentang rata-rata kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan rumus:
𝑋̅ =
∑ 𝑓∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖𝑖 (Sudjana, 2009: 67)
Keterangan:
𝑋 ̅ = Rata-rata
𝑓𝑖 = Frekuensi nilai untuk 𝑥𝑖 yang bersesuaian 𝑥𝑖 = Nilai ujian
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis lembar keterlaksanaan pembelajaran. Lembar keterlaksanaan digunakan untuk melihat berhasil atau tidaknya penelitian. Cara untuk mendapatkan hasil pengamatan dari lembar keterlaksanaan adalah sebagai berikut:
1. Tabulasi data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dengan memberikan skor 1 jika kegiatan terlaksana dan 0 jika tidak terlaksana.
2. Memberikan perhitungan untuk mendapatkan persentase keterlaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan. Rumus yang digunakan sebagai berikut:
𝑃𝑟𝑒𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 × 100%
3. Kriteria penelitian keterlaksanaan kegiatan pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 4. Kriteria Keterlaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Interval Kriteria
0% - 20% Sangat Lemah
21% - 40% Lemah
41% - 60% Cukup
61% - 80% Kuat
81% - 100% Sangat Kuat
Sumber: Riduwan (2012: 15)
4. Menentukan persentase rata-rata keterlaksanaan kegiatan pembelajaran untuk semua pertemuan, kemudian membandingkannya berdasarkan kriteria penilaian keterlaksanaan kegiatan.
7 5. Analisis persentase rata-rata dengan mendeskripsikan hasil presentase
dengan kriteria penilaian keterlaksanaan kegiatan pembelajaran.
3.8.2 Analisis Statistik Inferensial
Teknik statistik inferensial merupakan teknik pengolahan data yang memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan, berdasarkan hasil penelitiannya pada sejumlah sampel terhadap suatu populasi yang lebih besar.
Menurut Sugiyono (2015: 209) “Statistik inferensial, (sering juga disebut statistik induktif atau statistik probabilitas), adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi.” Analisis inferensial digunakan untuk menganalisis hasil belajar matematika siswa secara umum dengan rumus-rumus statistika untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol normal dan memiliki keragaman (varians) yang sama maka digunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Langkah langkah analisis statistik inferensial sebagai berikut:
3.8.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut Sugiyono (2014: 80) langkah-langkah untuk menguji normalitas data adalah sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah kelas interval, jumlah kelas ditetapkan 6 karena sesuai dengan bidang yang ada pada kurva normal baku.
2. Menentukan panjang kelas interval.
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠 = 𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟−𝐷𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 6 (𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙)
3. Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi, sekaligus tabel penolong untuk menghitung harga Chi Kuadrat hitung.
4. Menghitung 𝑓ℎ (Frekuensi yang diharapkan)
Cara menghitung 𝑓ℎ didasarkan pada presentasi luas setiap bidang kurva normal dikalikan jumlah data observasi (jumlah individu dalam sampel).
5. Memasukkan harga-harga 𝑓ℎ ke dalam tabel kolom 𝑓ℎ, sekaligus menghitung harga-harga ((𝑓0− 𝑓ℎ)2 dan (𝑓0−𝑓ℎ)
2
𝑓ℎ . Harga (𝑓0−𝑓ℎ)
2 𝑓ℎ
adalah merupakan harga Chi Kuadrat (𝑥2) hitung.
6. Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel.
Bila harga Chi Kuadrat Hitung lebih kecil dari pada Harga Chi
8 Kuadrat Tabel, maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih besar dinyatakan tidak normal.
3.8.2.2 Uji Homogenitas varians
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui sama atau tidaknya varians dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Homogenitas varians dapat diuji dengan menguji postes kelas eksperimen dan kelas kontrol yang telah berdistribusi normal. Hipotesis pengujian homogenitas varians yaitu:
𝐻0 ∶ 𝑆12 = 𝑆22 , maka varians kedua kelas homogen.
𝐻1 : 𝑆12 ≠ 𝑆22 , maka varians kedua kelas tidak homogen.
Keterangan:
𝑆12 : varians hasil belajar kelas eksperimen 𝑆12 : varians hasil belajar kelas kontrol
Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan rumus statistik uji F dengan rumus sebagai berikut:
𝐹 = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 (Sudjana, 2009: 250) Untuk menghitung varians dapat menggunakan rumus berikut:
𝑆2 = 𝑛 ∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖2−(∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖)
2
𝑛(𝑛−1) (Sudjana, 2009: 95)
Keterangan:
𝑆2 : Varians
𝑥𝑖 : Nilai yang diperoleh siswa pada kelas sampel 𝑛 : Jumlah sampel
Dengan menggunakan taraf nyata 𝛼 = 0,05, maka kriteria pengujian homogenitas adalah dengan cara membandingkan nilai 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, H0 ditolak dan H1 diterima maka varians kedua kelas tidak homogen maka menggunakan uji – t’. Sebaliknya, jika 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐹𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dan H0
diterima dan H1 ditolak maka varians kedua kelas homogen.
3.8.2.3 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata (Uji – t)
Uji kesamaan dua rata-rata (Uji – t) digunakan untuk melihat perbedaan dari dua kelas yang diteliti, yaitu dengan membandingkan rata-rata hasil belajar matematika siswa.
9 1) Hipotesis untuk pengujian data pretest (Uji dua pihak)
𝐻
0∶ 𝜇
1= 𝜇
2:
Tidak terdapat perbedaan antara rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas kontrol.
𝐻
1∶ 𝜇
1≠ 𝜇
2:
Terdapat perbedaan antara rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa kelas kontrol.Kriteria:
H0 diterima, jika
−𝑡
1− 12 𝛼
< 𝑡 < 𝑡
1− 12 𝛼, dimana
𝑡
1−12 𝛼 didapat dari distribusi t dengan 𝑑𝑘 = (𝑛1+ 𝑛2− 2) dan peluang
1 − 𝑡
1− 12𝛼
,
dengan taraf nyata 𝛼 = 0,05.H0 ditolak, jika t memiliki harga-harga lainnya.2) Hipotesis untuk pengujian data posttest (Uji satu pihak)
𝐻0 ∶ 𝜇1 ≤ 𝜇2 ∶ Tidak terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
𝐻1 ∶ 𝜇1 > 𝜇2 ∶ Terdapat perbedaan antara hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Kriteria:
H0 diterima, jika
𝑡 < 𝑡
1−12 𝛼 . H0 ditolak, jika t memiliki harga lainya.
Rumus untuk menguji data pretest dan posttest yaitu uji perbedaan dua rata–rata dengan rumus uji – t dengan rumus sebagai berikut:
a. Jika data berdistribusi normal dan varians populasinya homogen, maka dilakukan uji – t dengan rumus berikut:
𝑡 =
𝑋̅1−𝑋̅2𝑠√1 𝑛1+1
𝑛2
Dengan
𝑆
2=
(𝑛1−1)𝑠12+(𝑛2−1)𝑠22𝑛1+𝑛2−2
(Sudjana, 2009:239) Keterangan:
𝑋̅1 : Rata – rata hasil belajar siswa kelas eksperimen 𝑋̅2 : Rata – rata hasil belajar siswa kelas kontrol 𝑛1 : Jumlah siswa kelas eksperimen
𝑛2 : Jumlah siswa kelas kontrol
𝑠12 : Varians hasil belajar siswa kelas eksperimen
10 𝑠22 : Varians hasil belajar siswa kelas kontrol
𝑠 : Varians gabungan
Selanjutnya membandingkan 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 berdasarkan kriteria berikut:
1. Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti tidak terdapat pengaruh antara hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match terhadap hasil belajar siswa dengan pembelajaran konvensional.
2. Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti terdapat pengaruh antara hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match dan hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran konvensional.
b. Jika varians kedua kelompok tidak homogen, maka yang digunakan adalah Uji - t’.
𝑡
′=
𝑋̅1−𝑋̅2√(𝑠12 𝑛1)+(𝑠22
𝑛2)
dengan
𝑆
2=
(𝑛1−1)𝑠12+(𝑛2−1)𝑠22𝑛1+𝑛2−2
(Sudjana, 2009: 241) Keterangan:
𝑋̅1 : Rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen 𝑋̅2 : Rata-rata hasil belajar siswa kelas kontrol 𝑛1 : Jumlah siswa kelas eksperimen
𝑛2 : Jumlah siswa kelas kontrol
𝑠12 : Varians hasil belajar siswa kelas eksperimen 𝑠22 : Varians hasil belajar siswa kelas kontrol Kriteria pengujian:
H0 diterima jika
−
𝑤1𝑡1+𝑤2𝑡2𝑤1+𝑤2
< 𝑡′ <
𝑤1𝑤1+𝑤2𝑡2𝑤1+𝑤2
. H
0 ditolak untuk harga t’lainnya.
Dengan: 𝑤1 =𝑠12
𝑛1 ; 𝑤2 = 𝑠22
𝑛2 ;
11 𝑡1 = 𝑡 (1 − 1
2 𝛼) , (𝑛1− 1) 𝑡2 = 𝑡 (1 − 1
2 𝛼) , (𝑛2− 1).
Derajat kebebasan (dk) dalam distribusi frekuensi adalah (𝑛1− 1) dan (𝑛2− 1), dan peluang untuk penggunakan daftar distribusi t adalah (1 − 𝛼) dengan 𝛼 = 0,05.
Jika hasil Uji-t menunjukkan perbedaan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol, maka disimpulkan ada pengaruh model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Pekanbaru. Sedangkan jika hasil Uji - t tidak menunjukkan perbedaan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen dengan kelas kontrol, maka disimpulkan tidak ada pengaruh pembelajaran kooperatif teknik Make a Match terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Pekanbaru.
c. Jika data tidak berdistribusi normal dan kedua varians tidak sama (tidak homogen), maka uji yang digunakan adalah Uji Mann-Whitney U (U-test).
Kriteria pengujian untuk U-test adalah:
1. Jika 𝑈 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑈𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka H0 diterima dan H1 ditolak, sehingga tidak terdapat pengaruh antara hasil belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match dan hasil belajar matematika siswa dengan pembelajaran konvensional.
2. Jika 𝑈ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔≤ 𝑈𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga terdapat pengaruh antara hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Make a Match dan hasil belajar matematika dengan pembelajaran konvensional.
𝑈1 = 𝑛1𝑛2+𝑛1(𝑛1+1)
2 − 𝑅1
dan (Sugiyono, 2014: 153)
𝑈1 = 𝑛1𝑛2+𝑛2(𝑛2+1)
2 − 𝑅2
12 Keterangan:
𝑛1 : jumlah sampel 1 𝑛2 : jumlaj sampel 2 𝑈1 : jumlah peringkat 1 𝑈2 : jumlah peringkat 2
𝑅1 : jumlah rangking pada sampel 𝑛1 𝑅2 : jumlah rangking pada sampel 𝑛2
Kedua rumus tersebut digunakan dalam perhitungan untuk mengetahui harga U mana yang lebih kecil. Harga U yang lebih kecil tersebut yang digunakan untuk pengujian dan membandingkan dengan U tabel.