• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini merupakan upaya peneliti dalam mencari perbandingan antara penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan. Pada bagian ini peneliti mencantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. Tujuannya adalah untuk menghindari kesamaan dengan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya. Berikut beberapa penelitian terdahulu terkait dengan tema yang dikaji :

Penelitian yang dilakukan oleh Wicaksono et al (2019) dengan judul “Analisis Usahatani Rumput Odot di Desa Medowo, Kecamatan Kandangan, Kediri”, dengan tujuan penelitian untuk menganalisis biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan usahatani, dan menganalisis R/C ratio usahatani rumput odot di Desa Medowo, Kecamatan Kandangan, Kediri. Metode penelitian menggunakan data kuantitatif. Hasil penelitian diperoleh rata-rata biaya produksi sebesar Rp. 18.244.964 dikonversi menjadi Rp. 17.695.270/ha, rata-rata penerimaan sebesar Rp. 32.946.880 dikonversi menjadi Rp. 31.479.403,81/ha, rata-rata pendapatan diperoleh sebesar Rp -3.549.906 dikonversi menjadi Rp. -2.720.370/ha, dan hasil untuk R/C Ratio diperoleh sebesar 1,8 yang berarti > 1. Dapat disimpulkan bahwa analisis yang dilakukan adalah efisien dan layak untuk diusahakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2019) dengan judul

“Analisis Kelayakan Usahatani Pisang Barangan (Studi kasus : Kelompok tani mekar tani, Kecamatan Biru-biru)”, metode pengambilan sample dengan purposive sampling, dengan tujuan untuk mengetahui apakah produksi usahatani dapat mempengaruhi penerimaan petani. Analisis yang digunakan regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan total biaya sebesar Rp. 12.916.333,- /usahatani/musim, penerimaan Rp. 23.214.000,- /usahatani/musim, dan

(2)

7

keuntungan sebesar Rp. 10.297.667,- sehingga hasil perhitungan kelayakan usahatani, diperoleh nilai R/C Ratio sebesar 1,79725933. Hasil analisis kelayakan tersebut menunjukkan bahwa usahatani pisang barangan layak untuk diusahakan atau memberikan keuntungan dari aspek finansial. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada komoditas, sementara metode analisisnya sama.

Penelitian yang dilakukan oleh Riana (2017) mengenai “Analisis Usahatani Tanaman Pangan Jagung di Kecamatan Juli, Kabupaten Bireuen”, metode pengambilan sample menggunakan purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan total biaya Rp. 4.654.321,- total penerimaan Rp. 6.339.679,- dan keuntungan sebesar Rp. 34.983.351,-. Sehingga dari hasil perhitungan kelayakan usahatani diperoleh R/C Ratio yaitu 1,36 yang menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Pembeda pada penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada komoditas dan lokasi penelitian.

Penelitian oleh Tri et al (2011) mengenai “Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Wortel di Kabupaten Karanganyar” dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analitik yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada masalah-masalah yang ada aktual kemudian disusun dan dianalisis. Dengan hasil penelitian menujukkan rata-rata biaya sebesar Rp. 4.760.703,81,- /usahatani/musim, penerimaan sebesar Rp.12.217.054,26,- /usahatani/musim dan pendapatan sebesar Rp.

7.456.350,45,- dengan nilai efisiensi R/C Ratio 2,75. Jika nilai R/C yang diperoleh lebih besar, maka usahatani sudah efisien dan layak untuk diusahakan. Pembeda pada penelitian ini terletak pada lokasi penelitian dan komoditas penelitian.

Penelitian oleh Panjaitan et al (2014) dengan judul “Analisis Efisiensi Produksi dan Pendapatan Usahatani Jagung (Studi kasus : Desa Kaula, Kecamatan Tigabinanga, Kabupaten Karo)”, tujuan penelitian ini untuk menganalisis tingkat efisiensi produksi usahatani jagung dan

(3)

8

menganalisis jumlah penerimaan dan pendapatan usahatani jagung.

Menunjukkan jumlah penerimaan sebesar Rp. 2.709.525.00,- dengan jumlah biaya produksi sebesar Rp. 1.513.197.460,00 sehingga diperoleh total pendapatan bersih dari usahatani sebesar Rp. 1.196.327.540,00,- dan untuk pendapatan per ha diperoleh sejumlah Rp. 9.650.915,94. Nilai R/C yang diperoleh 1,79 yang berarti > 1, maka usahatani jagung tersebut menguntungkan dan layak untuk diusahakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Margi & Balkis (2016) dengan judul

“Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Padi Sawah (Studi kasus : Desa Kota Bangun, Kecamatan Kota Bangun)”, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui pendapatan efisiensi usahatani padi di Desa Kota Bangun. Dengan diperoleh hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya produksi diperoleh sebesar Rp. 6.050.819,00. Jumlah penerimaan sebesar Rp. 23.770.900,00. Sedangkan untuk pendapatan diperoleh dengan jumlah Rp. 17.720.081,00. Nilai R/C Ratio sebesar 3,87 yang berarti pada usahatani ini dapat dinyatakan efisien dan layak untuk diusahakan.

Perbedaan dari penelitan ini dengan penelitian yang akan dilakukan ada pada jenis komoditas dan lokasi tempat penelitian.

Penelitian oleh Maulidah & Pratiwi (2010) dengan judul “Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Anggur Prabu Bestari di Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo”, bertujuan untuk menganalisis biaya produksi, pendapatan, dan penerimaan usahatani, menganalisis kelayakan finansial usahatani berdasarkan B/C Ratio, NPV, IRR, dan payback period, dan menganalisis sensitivitas usahatani terhadap perubahan biaya produksi, harga produk dan jumlah produksi. Hasil analisis diperoleh besaran biaya produksi rata-rata Rp.33.235.153,18/Ha/tahun, biaya penerimaan Rp. 50.781.645,09/Ha/tahun, pendapatan rata-rata petani sebesar Rp. 17.526.036,91/Ha/tahun, dan nilai Net B/C sebesar 1,85; NPV sebesar Rp. 54.192,293,31; IRR sebesar 28,67%; dan payback period selama 5 tahun 4 bulan. Sedangkan, analisis sensitivitas dilakukan

(4)

9

terhadap beberapa kondisi : pertama, kenaikan biaya produksi sebesar 10%

pada tingkat suku bunga bank 14% menghasilkan: nilai Net B/C ratio sebesar 1,49; NPV sebesar Rp. 34.737.561,31; IRR sebesar 23,09%.

Sedangkan untuk jangka waktu pengembalian modal investasi menjadi 5 tahun 9 bulan. Hasil itu menunjukkan bahwa usahatani anggur Prabu Bestari masih layak untuk dikembangkan. Kemudian, penurunan penerimaan akibat penurunan harga sebesar 15% menghasilkan: Net B/C sebesar 1,25; NPV sebesar Rp. 16.881.351,32; IRR sebesar 17,93%

dengan payback. Maka dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa usahatani anggur dinilai layak untuk diusahakan karena menguntungkan (profitable).

Penelitian oleh Sulistyanto et al (2013) dengan judul “Analisis Kelayakan Usahatani Tanaman Padi di Kecamatan Sebangki Kabupaten Landak”. Dari hasil penelitian diperoleh total biaya sebesar Rp 1.621.618,57,- /Usahatani/Tahun. Penerimaan rata-rata adalah sebesar Rp 2.859.375,00 /Usahatani/Tahun dan pendapatan rata-rata usahatani adalah sebesar Rp2.484.625,09/Usahatani/Tahun sedangkan keuntungan rata-rata usahatani petani responden adalah sebesar Rp 1.237.756,44/Usahatani /Tahun. Hasil Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan usahatani tanaman padi, diperoleh nilai R/C ratio sebesar 1,82 dan nilai B/C ratio sebesar 1,58. Hal ini berarti untuk setiap Rp 1,- yang dikeluarkan petani akan memberikan keuntungan sebesar Rp 1,82 dan Rp 1,58. Sesuai dengan kriteria kelayakan yang diperoleh yaitu R/C ratio dan B/C ratio > 1, maka usahatani layak untuk diusahakan atau menguntungkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Istanto et al (2022) dengan judul

“Analisis Kelayakan Usahatani Ubi Kayu (Manihot Esculenta) Dengan Sistem Kemitraan di Kecamatan Limbangan Kabupaten Kendal”. Dari hasil penelitian diperoleh biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp.

6.897.598, dengan total penerimaan sebesar Rp. 11.971.291, dan pendapatan sebesar Rp. 5.073.694. Biaya, penerimaan dan pendapatan

(5)

10

tersebut diperoleh dari usahatani ubi kayu sistem kemitraan per periode produksi (8-12 bulan) dengan luas lahan yang 3.375 m2. Serta memiliki nilai R/C Ratio sebesar 1,73, nilai BEP unit sebesar 4,331 kg dan memiliki BEP harga sebesar Rp. 922. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani ubi kayu di Kabupaten Kendal layak untuk diusahakan dan mampu untuk dikembangkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Mardika et al (2017) dengan judul

”Analisis Usahatani Ubi Kayu Varietas Gajah (Studi Kasus di Kelompok Tani -Ternak Kerti Winangun, Deesa Bakti, Kabupaten Buleleng).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biaya pendapatan dan penerimaan serta kelayakan dari usahatani. Dari hasil penelitian diperoleh total biaya sebesar Rp. 15.738.424 dan penerimaan sebesar Rp. 47.367.300 sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp. 31.628.876. Untuk nilai R/C ratio usahatani ubi kayu varietas Gajah di Kelompok Tani-Ternak KertiWinagun, Desa Bukti, Kecamatan Kubutambahan sebesar 3,00 yang berarti usahatani ubi kayu Varietas Gajah layak untuk dilanjutkan.

2.2 Tinjauan Agribisnis Bunga Krisan

Sistem Agribisnis ini berkembang pada masyarakat dengan mengacu kepada semua kegiatan dari hulu hingga hilir. Subsistem agribisnis hulu (upstream off-farm agribusiness) ini merupakan sekumpulan kegiatan ekonomi yang dapat menghasilkan sarana produksi seperti pembibitan benih, industri obat-obatan dan penyediaan bahan baku lainnya (Haryo Setiaji 2013). Menurut Pangemanan et al (2011) pemasaran hasil pertanian ini adalah kegiatan bisnis dengan menjual produk komoditas pertanian sesuai kebutuhan yang meliputi perpindahan produk dari produsen ke konsumen.

Bunga krisan atau Chrysanthemum sp adalah jenis tumbuhan berbunga yang banyak ditanam sebagai flora penghias. Habitat asli bunga ini berasal dari china. Menurut Nuryanto (2011) hal ini didasarkan oleh adanya sumber penelitian yang dilakukan oleh para ahli yang menemukan sumber

(6)

11

genetik dari tanaman krisan jenis Chrysanthemum indicum (krisam berbunga kuning), Chrysanthemum daisy (krisan berbunga bulat atau pompom) dan Chrysanthemum morifolium (krisan berbunga ungu dan pink). Semua jenis krisan tersebut adalah termasuk bunga krisan jenis kuno yang pada abad ke-4 di Jepang mulai membudidayakan bunga krisan dan dijadikan simbol kekaisaran Jepan dengan sebutan Queen of The East atau Ratu dari Timur.

Bunga Krisan merupakan bunga yang memiliki mahkota dengan warna beraneka ragam. Tidak ada warna khusus pada bunga krisan. Selain itu pada bentuk bunga krisan juga dibedakan menjadi beberapa golongan yaitu bentuk tunggal yang ditandai dengan adanya 1 kuntum bunga pada setiap tangkainya, bentuk anemone ditandai dengan bentuk yang melebar dan tebal sementara pada susunan mahkota bunga nya berbentuk tunggal karena hanya memiliki satu lapis saja, bentuk pompom yang ditandai dengan bentuk yang bulat dan memiliki mahkota yang mengarah ke semua arah dan berlapis-lapis sehingga menghasilkan bentuk yang melingkar dan tebal, bentuk besar yaitu ditandai dengan ukuran bunga berdiameter besar serta dalam satu kuntum bunga akan tumbuh dan membentuk piringan dasar yang ka menutupi mahkota bunga, dan bentuk dekoratif ditandai dengan bentuknya yang pendek tetapi mahkota akan terlihat panjang pada bagian tepi (Nuryanto, 2011).

2.3 Konsep Analisis Usahatani

Ilmu usahatani adalah ilmu tentang bagaimana seorang yang mengusahakan tentang faktor-faktor produksi berupa lahan dana alam sekitarnya agar menjadi manfaat yang sebaik-baiknya (Zaman et al 2020).

Menurut Agustina (2011) ilmu usahatani adalah ilmu terapan yang mengkaji mengenai cara pengelolaan sumber daya secara efisien dan efektif pada suatu usaha pertanian untuk memperoleh hasil produksi yang melimpah. Sebagai ilmu pengetahuan, usahatani merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana metode yang digunakan oleh petani dalam penggunaan faktor-faktor produksi pertanian seperti manajemen, lahan,

(7)

12

teknologi, pupuk, modal, tenaga kerja, benih dan obat pembasmi hama dengan efektif.

Usahatani dapat dikatakan efektif apabila dalam mengelola sumberdaya alam yang tersedia dilakukan dengan semaksimal mungkin, serta dikatakan efisien apabila petani mampu memanfaatkan sumber daya alam agar mendapatkan hasil yang lebih melimpah, sedikit banyaknya jumlah produksi yang dihasilkan maka akan sangat mempengaruhi faktor- faktor produksi (Agustina 2011). Usahatani juga ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara petani dalam menggabungkan beragam faktor- faktor produksi seperti modal, tenaga kerja, dan lahan untuk pedoman mencapai hasil produksi yang lebih maksimal.

2.3.1 Biaya Usahatani

Berdasarkan dalam kategorinya, biaya usahatani dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :

1. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap yaitu biaya yang jumlahnya tidak dapat berubah berapapun besar nilai penjualan atau produksi, atau biaya yang penggunaannya tidak habis dalam proses produksi, contohnya biaya penyusutan alat dan pajak lahan.

2. Biaya Variabel (Variabel Cost)

Biaya variable yaitu biaya keseluruhan yang dihitung dalam jangka waktu tertentu dan digunakan hanya dalam sekali produksi, serta yang besar kecilnya tergantung pada biaya skala produksi, contohnya jumlah benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja.

3. Biaya Usahatani

Biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam membiayai kegiatan usahataninya meliputi contoh nya biaya produksi dan biaya tenaga kerja.

4. Luas lahan

Luas area lahan yang digunakan dalam usahatani.

(8)

13 2.3.2 Pendapatan Usahatani

Dalam upaya meningkatkan pendapatan usahatani, maka harus ada upaya meningkatkan hasil produksi agar dapat memaksimalkan pendapatan. pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya, meliputi pendapatan kotor dan pendapatan bersih.

Pendapatan kotor adalah nilai produsi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik dijual atau dikonsumsi. Sedangkan, untuk pendapatan bersih merupakan selisih antara pendapatan kotor dengan biaya produksi seperti tenaga kerja, bibit dan pestisida. Menurut Pangemanan et al (2011) usahatani adalah upaya untuk memperoleh produksi pertanian, dimana pada akhirnya akan ada nilai dari biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Selisih dari keduanya merupakan pendapat dari usahatani. Secara sistemastis dapat ditulis sebagai berikut, dimana : I = TR – TC

Keterangan :

I = Pendapatan

TR = Total Revenue (Penerimaan) TC = Total Cost (Total Biaya) 2.3.3 Penerimaan Usahatani

Penerimaan Usahatani diperoleh dari perkalian antara nilai produksi yang diperoleh dengan harga jual. Biaya pada penerimaan ini dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (sewa tanah, pembelian alat pertanian) dan biaya tidak tetap (biaya yang dikeluarkan untuk membeli bibit, pupuk, pestisida dan tenaga kerja (Hamid, 2016) . Menurut Sundari (2011) semakin besar luas lahan yang dimiliki oleh petani maka akan semakin besar pula hasil produksi yang diperoleh oleh petani, sehingga penerimaan yang diterima juga akan semakin meningkat.

Secara sistemastis dapat ditulis sebagai berikut, dimana : TR = Q x P

(9)

14 Keterangan :

TR = Penerimaan

Q = Jumlah produk yang dihasilkan P = Harga Produksi (Rupiah) 2.4 Kerangka berpikir

Analisis usahatani ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif. Pada nilai efisiensi dan keuntungan dalam usahatani ini ditentukan oleh nilai produksi yang dihasilkan. Nilai produksi ditentukan dari dua faktor input yaitu biaya benih, biaya pupuk, tenaga kerja dan pajak/sewa lahan. Penerimaan diperoleh dari hasil perkalian dengan harga jual dan pendapatan bersih diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Dalam mengelola usahatani memerlukan modal dan biaya untuk proses produksi, dan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi dan maksimal. Karena itu dalam usahatani diharapkan adanya perubahan peningkatan pendapatan untuk mencapai kesejahteraan petani. Bertujuan untuk menganalisis besaran biaya produksi, penerimaan, pendapatan, dan efisiensi usahatani bunga krisan. Maka, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu pihak terkait untuk pengambilan keputusan di setiap pengeluaran biaya produksi. Kerangka pemikiran dalam penelitian Analisis Usahatani Bunga Krisan dapat dilihat pada Gambar 2.1.

(10)

15

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Analisis Usahatani Bunga Krisan

2.5 Hipotesis

Penelitian ini berdasarkan pada hipotesis yaitu :

1. Diduga usahatani bunga krisan di Desa Sidomulyo, Kecamatan Batu, Kota Batu layak untuk dilakukan oleh para petani bunga krisan.

Usahatani Bunga Krisan

Biaya Variabel Benih, pupuk, pestisida,

tenaga kerja

Biaya Tetap Penyusutan alat, pajak/

sewa lahan

Biaya Total TC = FC + VC

Harga Jual Bunga Potong Krisan (Q)

Penerimaan TR = P x Q

Pendapatan π = TR – TC Efisiensi Usahatani (R/C Ratio = 𝑇𝑅𝑇𝐶

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan teori agency, hubungan manajemen laba dengan ukuran perusahaan dijelaskan bahwa agen (manajemen) perusahaan kecil cenderung akan menaikkan laba di dalam

Pengukuran persepsi menggunakan Skala Likert yang dibedakan atas empat skala sebagai berikut: Skala 1 sangat tidak tepat (STT), Skala 2 tidak tepat (TT), Skala 3 tepat (T),

Pengaruh Audit Tenure, Rotasi Audit, Audit Fee terhadap kualitas audit dengan Komite audit sebagai variabel moderasi (Studi Pada Perusahaan Sektor Keuangan yang Terdaftar

Semakin besar profitabilitas perusahaan menunjukkan kinerja perusahaan yang baik maka dengan laba yang tinggi perusahaan memiliki cukup dana untuk mengumpulkan,

Hasil dari penelitian ini yaitu, Secara umum kinerja keuangan perusahaan periode 2009-2011 yang diukur dengan menggunakan metode EVA berada dalam kondisi yang

Sedangkan Hasil dari penelitian 2 menunjukkan bahwa; Saluran pemasaran yang efisien bagi petani terdapat pada saluran dua, bagi pedagang efisien pemasaran terdapat pada lembaga

a.) Kebutuhan pokok (staples) adalah barang-barang yang dibeli konsumen secara teratur. b.) Barang dadakan (impulse goods) adalah barang yang dibeli tanpa

Faktor yang paling dominan mempengaruhi kepuasan kerja karyawan di The Akmani Legian adalah faktor organisasi dan manajemen dengan nilai eigenvalue 11,031 dan memiliki