• Tidak ada hasil yang ditemukan

JurnalParadigmaMultidisipliner (JPM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "JurnalParadigmaMultidisipliner (JPM)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

98

JurnalParadigmaMultidisipliner (JPM)

Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) Dalam Memperbaiki Drainase Di Lingkungan Kota Kebumen

Private City Program (Kotaku) In Drainage Improving In The Environment Of Kebumen City

Gita Monita Kusumaningtyas

Universitas Tidar. Studi Ekonomi Pembangunan gitamonitak@gmail.com

Abstrak

___________________________________________________________________

Penelitian Ini Bertujuan Untuk Menganalisis Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) Dalam Memperbaiki Drainase Di Lingkungan Kota Kebumen . Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan Program KOTAKU terdiri dari 8 indikator yang salah satunya adalah drainase lingkungan.

Pemerintah Kota Kebumen sebagai salah satu kota yang menerima fasilitas program ini khususnya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Kebumen yang juga memfokuskan diri terhadap perbaikan drainase di lingkungan Kota Kebumen. Selama tiga tahun terakhir semenjak 2017 hingga 2019 telah terjadi banjir selama 6 kali, hal ini disebabkan karena tanggul drainase yang jebol akibat tidak mampu menahan luapan air yang ada. Permasalahan tanggul drainase yang jebol ini dikarenakan adanya penumpukan sampah yang berskala besar sehingga menyebabkan banjir dan merugikan beberapa masyarakat.

Kata kunci: program kota tanpa kumuh (kotaku), drainase

Abstract

________________________________________________________________

This Research Aims to Analyze the City without Slums Program (Kotaku) in Improving Drainage in the City of Kebumen. From the results of research conducted, it can be concluded that the KOTAKU Program consists of 8 indicators, one of which is environmental drainage. Kebumen City Government as one of the cities that receives this program facilities, especially the Office of Public Works and Spatial Planning of Kebumen City, which also focuses on improving drainage in the Kebumen City environment. During the last three years since 2017 to 2019 there have been floods for 6 times, this is because the drainage embankment has broken down due to not being able to withstand the overflow of water available. The problem of the broken drainage embankment is due to the large-scale accumulation of garbage that causes flooding and is detrimental to some communities.

Keywords: city program without slums (kotaku), drainage

(2)

99 PENDAHULUAN

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pembangunan ekonomi Kota Kebumen yang mengarah pada Tourism and Agropolitan City yang semakin pesat, hal ini berpotensi memberi dampak pada penurunan kondisi kualitas air. Permasalahan yang mempengaruhi kualitas air pada daerah aliran sungai (DAS) Brantas berupa pencemaran limbah domestik, pencemaran air buangan industri, pencemaran air limbah rumah sakit, pembuangan sampah yang langsung ke badan air dan tingginya penggunaan pupuk kimia pertanian dan masalah pengelolaan serta kesadaran masyarakat. (A. Rahman Hadi, 2012)

Pada tahun 2015, Presiden RI yakni Joko Widodo melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melakukan percepatan peningkatan kualitas infrastruktur diseluruh sektor. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan solusi untuk menjawab tantangan tentang menanggulangi terjadinya banjir dan air menggenang di jalanan serta lingkungan tempat tinggal yang bersih dan sehat. Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merujuk pada target 100%

pencapaian kebutuhan air bersih, 0% kawasan pemukiman kumuh dan 100% lingkungan yang memiliki sanitasi berkatagori baik.

Dalam upaya mensukseskan program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) yang dicanangkan Presiden Jokowi, Pemerintah Kota Kebumen berkontribusi pada permasalahan 100% lingkungan yang bebas dari banjir, salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Kota Kebumen adalah memperbaiki drainase yang ada di seluruh wilayah guna untuk mencegah terjadinya banjir di Kota Kebumen. Perbaikan drainase yang dilakukan oleh pemerintah Kota Kebumen tersebut adalah salah satu indikator dari program KOTAKU.

Banyaknya pariwisata dan pertumbuhan jumlah wisatawan di Kota

Kebumen berpotensi terhadap permasalahan yang terkait dengan drainase, yaitu meningkatnya volume sampah dan air limbah.

Sedangkan di beberapa tempat atau lokasi masih dijumpai adanya saluran drainase yang menjadi tempat pembuangan limbah rumah tangga yang mengakibatkan saluran drainase tersebut tersumbat sehingga tidak mampu menampung curahan air hujan yang menyebabkan genangan ketika hujan tiba.

Berkurangnya air resapan air hujan apabila tidak diantisipasi dapat berpotensi meningkatnya volume air hujan yang harus ditampung drainase lingkungan dan kota sehingga muncul genangan air hujan. Disisi lain, laju perkembangan kawasan perkotaan dengan berbagai fungsi yang semakin kompleks tidak sejalan dengan pembangunan sarana drainase.

Melihat permasalahan tersebut maka Pemerintah Kota Kebumen melakukan tindakan antisipatif dalam mengatasi banjir tersebut, salah satu tindakannya adalah dengan memperbaiki saluran drainase yang dimana drainase merpakan salah satu indikator dari program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU).

LANDASAN TEORI

Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) Progam KOTAKU merupakan sebuah program nasional yang akan dilaksanakan di 34 provinsi yang tersebar di 269 kabupaten atau kota, pada 11.067 desa atau kelurahan.

Dari 34 provinsi yang tersebar di 269 kabupaten atau kota tersebut, Kota Kebumen yang menjadi tempat magang riset kami merupakan kota yang sedang menjalankan progam KOTAKU. Kota Kebumen merupakan kota wisata yang terkesan sangat indah, namun dibalik keindahan kota tersebut masih terdapat kawasan permukiman kumuh di berbagai tempat.

(3)

100 Perlu kita ketahui bahwa progam KOTAKU ini merupakan progam nasional yang bersifat strategis oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya yang bertujuan untuk mengatasi percepatan penanganan kawasan pemukiman kumuh disetiap daerah. Namun penanganan pemukiman kumuh ini bukan hal yang mudah karena membutuhkan penanganan secara bertahap dan tepat sasaran, selain itu yang menjadi tantangan dari program ini adalah bagaimana pemerintah dapat menggunakan anggaran tersebut secara tepat dan efisien agar pelaksanaan pembangunan pemukiman kumuh disetiap daerah dapat terlaksana.

Pelaksanaan progam pembangunan KOTAKU ini dilaksanakan berdasarkan “Gerakan 100- 01- 100, yaitu 100 persen universal air minum, 0 persen permukiman kumuh, dan 100 persen akses sanitasi layak”. Dari pernyataan tersebut membuktikan bahwa progam ini merupakan progam yang sangat strategis untuk segera menangani permukiman kumuh disetiap daerah.

Secara garis besar, progam KOTAKU ini memiliki tujuan umum, yakni meningkatkan sarana infrastruktur yang layak dan pelayanan dasar di permukiman kumuh perkotaan. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan kondisi permukiman perkotaan yang layak huni, produktif dan berkelanjutan.

Adapun maksud yang terkandung dalam tujuan umum tersebut, yang pertama adalah berkaitan dengan perbaikan akses sarana dan prasarana infrastruktur serta perbaikan fasilitas pelayanan umum, sedangkan yang kedua adalah untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat disetiap daerah.

Oleh karena itu dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat tersebut, perlunya pengembangan secara berkelanjutan sebagai basis untuk membantu masyarakat. (A.

Rahman Hadi, 2012) Drainase

Secara teoritis, drainase ini pada dasarnya berasal dari bahasa inggris yaitu drainage yang mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang atau mengalihkan air.

Drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam konteks pemanfaatan tertentu.

(Nurhapni dan Hani Burhanudin, 2006) Mengacu dari pengertian tersebut, drainase dapat kita pahami sebagai langkah yang dilakukan dalam upaya mengalihkan air yang berlebihan. Dalam hal ini, mengalihkan luapan air yang disebabkan oleh curah hujan tinggi untuk menghindari terjadinya banjir sehingga dibangunnya drainase di kawasan pemukiman tidak lain sebagai pencegah atas terjadinya banjir yang disebabkan oleh luapan air yang tidak terkontrol dengan baik. Namun yang menjadi permasalahannya adalah kebanyakan pembangunan drainase ini seringkali tidak mampu menahan luapan air hujan.

METODE PENELITIAN

Dalam pembahasan penelitian ini, penyusun menggunakan metode empiris yakni yang mengacu pada Tugas dan Fungsi Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) dan partisipasi masyarakat terhadap pengelolaan drainase di Kecamatan Alian dan Kecamatan Sadang Kabupaten Kebumen.

JenisPenelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah yuridis empiris dengan menggunakan pendekatan sosiologis.

Penelitian ini bertitik tolak dari data primer yang diperoleh langsung dari instansi sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan dan data sekunder yang diperoleh dari kepustakaan sebagai data pelengkap sumber data primer. Sumber data sekunder diperoleh dengan melakukan kajian pustaka

(4)

101 seperti buku-buku literature, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, jurnal-jurnal ilmiah, dan sebagainya yang berkaitan dengan materi yang dibahas Data tersebut dapat diperoleh langsung dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Waktu danTempatPenelitian Waktu ; 12 Januari – 12 Februari Tempat ; Kabupaten Kebumen

Target/SubjekPenelitian

Penelitian ini bertitik tolak dari data primer yang diperoleh langsung dari instansi sebagai sumber pertama dengan melalui penelitian lapangan dan data sekunder yang diperoleh dari kepustakaan sebagai data pelengkap sumber data primer.

Data, Instrumen danTeknik Pengumpulan Data

Sumber data sekunder diperoleh dengan melakukan kajian pustaka seperti buku-buku literature, peraturan perundang- undangan, dokumen-dokumen, jurnal-jurnal ilmiah, dan sebagainya yang berkaitan dengan materi yang dibahas Data tersebut dapat diperoleh langsung dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Teknik Analisis Data

Data sekunder diperoleh dengan melakukan kajian pustaka seperti buku-buku literature, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen, jurnal-jurnal ilmiah dan data langsung diperoleh dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh)

Progam KOTAKU merupakan sebuah program nasional yang akan dilaksanakan di 34 provinsi yang tersebar di 269 kabupaten atau kota, pada 11.067 desa atau kelurahan.

Dari 34 provinsi yang tersebar di 269 kabupaten atau kota tersebut, Kota Kebumen yang menjadi tempat magang riset kami merupakan kota yang sedang menjalankan progam KOTAKU. Kota Kebumen merupakan kota wisata yang terkesan sangat indah, namun dibalik keindahan kota tersebut masih terdapat kawasan permukiman kumuh di berbagai tempat.

Perlu kita ketahui bahwa progam KOTAKU ini merupakan progam nasional yang bersifat strategis oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya yang bertujuan untuk mengatasi percepatan penanganan kawasan pemukiman kumuh disetiap daerah. Namun penanganan pemukiman kumuh ini bukan hal yang mudah karena membutuhkan penanganan secara bertahap dan tepat sasaran, selain itu yang menjadi tantangan dari program ini adalah bagaimana pemerintah dapat menggunakan anggaran tersebut secara tepat dan efisien agar pelaksanaan pembangunan pemukiman kumuh disetiap daerah dapat terlaksana.

Pelaksanaan progam pembangunan KOTAKU ini dilaksanakan berdasarkan “Gerakan 100- 01- 100, yaitu 100 persen universal air minum, 0 persen permukiman kumuh, dan 100 persen akses sanitasi layak”. Dari pernyataan tersebut membuktikan bahwa progam ini merupakan progam yang sangat strategis untuk segera menangani permukiman kumuh disetiap daerah. (http://kotaku.pu.go.id/)

Secara garis besar, progam KOTAKU ini memiliki tujuan umum, yakni meningkatkan sarana infrastruktur yang layak dan pelayanan dasar di permukiman kumuh perkotaan. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan kondisi permukiman perkotaan yang layak huni, produktif dan berkelanjutan.

Adapun maksud yang terkandung dalam tujuan umum tersebut, yang pertama adalah berkaitan dengan perbaikan akses sarana dan prasarana infrastruktur serta perbaikan fasilitas pelayanan umum, sedangkan yang

(5)

102 kedua adalah untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat disetiap daerah.

Oleh karena itu dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat tersebut, perlunya pengembangan secara berkelanjutan sebagai basis untuk membantu masyarakat. (A.

Rahman Hadi, 2012)

Di Kota Kebumen sendiri, wilayah permukiman kumuh yang masih dibawah standar adalah wilayah Alian dan Sadang. Di wilayah Alian sendiri masih adanya jalan- jalan yang berlubang. Seperti hasil observasi yang kami lakukan, kebanyakan jalan yang berlubang disebabkan karena tanggul air drainase yang meluap sehingga menyebabkan banjir, kebanyakan permasalahan banjir ini akan menyebabkan jalan menjadi berlubang dan terkikis. Sedangkan wilayah Sadang masih rentan terhadap permasalahan longsor dimana basis kumuh salah satunya adalah kerentanan terhadap bencana alam. Beberapa masyarakat wilayah Sandang masih kurang paham terhadap bahaya longsor. Pemerintah Kota Kebumen mengantisipasi longsor ini dengan memberikan sosialisasi antisipasi kepada masyarakat terhadap bencana longsor.

Oleh karena itu dengan mengacu dari tujuan umum tersebut, progam KOTAKU memiliki 7+1 indikator kumuh yang wajib dipenuhi sebagai dasar dalam pelaksanaan progam KOTAKU. Indikator tersebut meliputi :

1. Bangunan Gedung 2. Jalan Lingkungan 3. Penyediaan Air Minum 4. Drainase Lingkungan 5. Pengelolaan Air Limbah 6. Pengelolaan Air Limbah 7. Ruang Terbuka Publik 8. Pengamanan Kebakaran Dari beberapa indikator pemukiman kumuh diatas, terdapat salah satu indikator yang menjadi fokus pembahasan peneliti.

Adapaun fokus yang menjadi riset peneliti yakni berkaitan dengan drainase lingkungan.

Setelah melihat bahwa drainase merupakan salah satu indikator diatas, maka perbaikan drainase ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam memperbaiki akses sarana infrastruktur yang rusak karena adanya bencana alam. kerusakan ini biasanya terjadi karena faktor luapan air yang besar yang disebabkan karena curah hujan tinggi, sehingga drainase tersebut tidak mampu untuk menahan luapan air sehinggan tanggul drainase menjadi jebol dan mengakibatkan banjir. Oleh karena itu, dalam riset peneliti kali ini, sebagai bagian dari wujud implementasi progam KOTAKU, peneliti akan membahas tentang upaya Pemerintah khususnya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Kebumen Batu dalam melakukan perbaikan drainase di lingkungan Kota Kebumen.

Pemahamam Mengenai Permasalahan Drainase

Secara teoritis, drainase ini pada dasarnya berasal dari bahasa inggris yaitu drainage yang mempunyai arti mengalirkan, menguras, membuang atau mengalihkan air.

Drainase secara umum didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari usaha usaha untuk mengalirkan air yang berlebihan dalam konteks pemanfaatan tertentu.

(Nurhapni dan Hani Burhanudin, 2006) Mengacu dari pengertian tersebut, drainase dapat kita pahami sebagai langkah yang dilakukan dalam upaya mengalihkan air yang berlebihan. Dalam hal ini, mengalihkan luapan air yang disebabkan oleh curah hujan tinggi untuk menghindari terjadinya banjir sehingga dibangunnya drainase di kawasan pemukiman tidak lain sebagai pencegah atas terjadinya banjir yang disebabkan oleh luapan air yang tidak terkontrol dengan baik. Namun yang menjadi permasalahannya adalah kebanyakan pembangunan drainase ini

(6)

103 seringkali tidak mampu menahan luapan air hujan.

Adapun permasalahan banjir yang telah terjadi di Kota Kebumen, yakni telah terjadi 6 kali bencana banjir di Kota Kebumen selama dua tahun terakhir. Padahal, secara geografis Kota Kebumen berada diketinggian 700 meter di atas permukaan laut. Puluhan rumah berdampak akibat permasalahan ini, kerugian yang ditaksir pun mencapai ratusan juta. Hal ini biasanya terjadi karena debit air yang meluap sangat tinggi sehingga drainase tidak dapat menahan beban tingginya luapan air tersebut. Berdasarkan dari informasi tersebut, disamping karena faktor luapan air yang tinggi, hal ini juga disebabkan karena masih minimnya kesadaran masyarakat akan membuang sampah. Banyaknya sampah yang ditemukan menumpuk diwilayah tersebut membuktikan bahwa tanggul drainase jebol dan menyebabkan banjir karena tidak mampu menahan sampah yang begitu banyak.

Dari data tersebut menunjukkan bahwa Kota Kebumen telah mengalami banjir sebanyak 6 kali setelah tiga tahun terakhir, terhitung mulai tahun 2017 hingga 2019. Hal ini biasanya terjadi karena debit air yang meluap sangat tinggi sehingga drainase tidak dapat menahan beban tingginya luapan air tersebut. Berdasarkan dari informasi tersebut, disamping karena faktor luapan air yang tinggi, hal ini juga disebabkan karena masih minimnya kesadaran masyarakat akan membuang sampah. Banyaknya sampah yang ditemukan menumpuk diwilayah tersebut membuktikan bahwa tanggul drainase jebol dan menyebabkan banjir karena tidak mampu menahan sampah yang begitu banyak.

Gambar

Peristiwa Banjir di Kota Kebumen Tanggal 16 Januari 2019

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dimitri Fairizi tentang

“Analisis dan Evaluasi Saluran Drainase Pada Kawasan Perumnas Talang Kelapa Di Subdas Lambidaro Kota Palembang” dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa berdasarkan survey yang ia lakukan, kebanyakan kondisi drainase tidak lagi memadai untuk mengalirkan debit air yang ada. Hal ini disebabkan oleh banyaknya sampah pada saluran drainase yang ada dan banyak teradi pendangkalan di saluran drainase tersebut.

Dari penelitian Dimitri Farizi tersebut, salah satu penyebab banjir yang juga terjadi di Kota Palembang adalah karena kondisi drainase yang sudah tidak memadai, artinya kondisi drainase tersebut sudah mengalami kerusakan sehingga drainase tidak bisa lagi menahan lebih lama luapan air hujan.

Disamping itu penyebab saluran drainase ini meluap karena terjadi penumpukan sampah di saluran drainase tersebut sama halnya dengan yang terjadi di Kota Batu. (Dimitri Farizi, 2015)

Analisis Hasil Riset Mengenai Kebijakan Program KOTAKU dalam Memperbaiki Drainase di Lingkungan Kota Kebumen

Untuk menganalisis implementasi kebijakan program KOTAKU dalam memperbaiki drainase di lingkungan Kota Kebumen ini mengacu pada teori Edward III sebagai tolak ukur keberhasilan dalam pelaksanaan program ini. Dalam pendekatan yang dikemukakan oleh Edward III, terdapat empat variabel yang sangat menentukan

(7)

104 keberhasilan implementasi suatu kebijakan, yaitu:

1. Komunikasi

Berdasarkan riset peneliti mengenai implementasi program ini, upaya pemecahan masalah dalam melakukan perbaikan drainase di Kota Kebumen ini juga dilakukan melalui komunikasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dimana dua lembaga ini merupakan implementor dari program yang sedang berjalan. Membangun sebuah komunikasi diantara dua pihak ini merupakan hal penting agar tujuan kebijakan yang telah dirumuskan berjalan seperti semestinya. Pihak Dinas PUPR sebagai penggerak program ini juga melakukan kolaborasi dengan masyarakat. Dalam hal ini Dinas PUPR membentuk sebuah komunikasi dengan masyarakat melalui proses sosialisasi.

Proses komunikasi dengan masyarakat dilakukan melalui sosialisasi forum, dimana perwakilan dari setiap RT ditiap kelurahan akan melakukan forum dengan pihak Bappeda dan kemudian mereka akan menyampaikan sarana dan prasarana apa saja yang kurang diwilayah mereka, jika permasalahan tersebut memang membutuhkan bantuan dari pihak Pemerintah maka Pemerintah akan turun membenahkan sarana dan infrastruktur yang rusak, namun jika masih bisa ditangani sendiri oleh masyarakat maka masyarakat Pemerintah tidak akan terlibat. (Leo Agustino, Dasar-Dasar Kebijakan Publik. ALFABETA.

2016. Hal. 136-141) 2. Sumber Daya

Berdasarkan riset yang kami lakukan, bahwa dalam rangka untuk melakukan pemecahan permasalahan ini membutuhkan SDM yang memang berkompeten dibidangnya, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Kebumen merupakan salah satu dinas yang menangani permasalahan secara teknis terutama berkaitan dengan permasalahan drainase.

Tidak hanya Dinas PUPR melainkan ada tenaga ahli yang juga yang dibutuhkan dalam perbaikan drainase seperti ini, berdasarkan hasil wawancara kami disebutkan bahwa tenaga ahli dalam perbaikan drainase adalah tukang batu yang dimana mereka adalah pekerja buruh yang ditugaskan oleh Dinas PUPR untuk melakukan perbaikan drainase.

Adapun fasilitas sarana pendukung yang digunakan untuk melakukan kegiatan program ini yaitu sarana dan prasarana seperti alat berat. Alat berat yang digunakan ini adalah sebuah excavator. Penggunaan alat ini dipergunakan untuk perbaikan drainase yang berskala besar, artinya jika kerusakan drainase tersebut dikatakan parah, maka alat ini dipergunakan untuk mempermudah dalam menyelesaikan perbaikan drainase tesebut.

Informan kami, Bapak Ikhsan selaku Kepala Bagian Pembangunan Drainase Kota Kebumen, mengatakan bahwa jika dalam perbaikan ini tidak memungkinkan untuk diselesaikan dengan tenaga manusia, maka dalam peneyelesaian pekerjaan tersebut dapat dibantu dengan alat berat seperti excavator.

3. Disposisi atau Sikap dari Pelaksana Kebijakan

Sikap para pelaksana kebijakan, dalam hal ini Kementerian PUPR yang memiliki kebijakan program strategis dalam melakukan percepatan pembangunan kawasan kumuh yakni program KOTAKU, yang berkomitmen unuk mengatasi permukiman kumuh ini secara berkelanjutan dan tepat sasaran mengingat pelaksanaan progam ini memutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Program KOTAKU merupakan sasaran dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015- 2019, sangat tidak memungkinkan jika dalam jangka waktu lima tahun ini Indonesia terbebas dari permasalahan kumuh. Setelah program ini terselesaikan di tahun 2019 tentu

Pemerintah Kota Kebumen tetap akan melakukan keberlanjutan terhadap

(8)

105 permasalahan ini mengingat masih banyaknya desa yang perlu ditangani karna keterbatasan anggaran.

Pada perbaikan sarana infrastruktur drainase yang juga merupakan indikator progam KOTAKU, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Kebumen juga berkomitmen untuk selalu melakukan perbaikan dan pemeliharaan drainse di lingkungan Kota Kebumen agar tidak terjadi kembali hal-hal seperti permasalahan banjir.

Bahkan pada saat melakukan wawancara dengan Kepala Bagian Drainase, Dinas PUPR sebagai salah satu lembaga yang menangani kebutuhan masyarakat sebisa mungkin akan melakukan perbaikan jika ada saluran drainase yang jebol atau rusak. Tidak hanya itu, Dinas PUPR juga akan terus melakukan kontrol dan pemeliharaan terhadap saluran drainase sehingga kejadian banjir yang pernah ada tidak terjadi lagi hal ini juga dilakukan agar masyarakat tidak lagi mengeluh akan permasalahan banjir. Namun, tidak hanya sikap dari pelaksana kebijakan yang harus diperhatikan tetapi juga sikap dan sifat dari masyarakat yang harus dirubah karena permasalahan ini bukanlah permasalahan yang disebabkan oleh Dinas PUPR melainkan karena sikap dan sifat masyarakat yang terkadang kurang peduli dengan membuang sampah ditempat yang tidak seharusnya.

4. Struktur Birokrasi

Mengenai strukur birokrasi yang ada di Dinas PUPR Kota Kebumen dimana Dinas PUPR selaku birokrasi pemerintahan yang memiliki tugas dan wewenang dalam melakukan perbaikan sarana infrastruktur drainase ini, juga melakukan kerjasama dengan masyarakat. Terbentuknya pola hubungan antara lembaga pemerintah dengan masyarakat dengan cara kerjasama menjalankan program ini. Alasan mengapa pihak Dinas PUPR bekerja sama dengan masyarakat karena dalam prosesnya program ini tentu melibatkan masyarakat, selain

membantu dalam hal perbaikan drainase juga memberikan edukasi kepada masyarakat agar tidak lagi melakukan hal-hal yang dapat membuat tanggul drainase jebol dan menyebabkan banjir.

Dalam hal ini, Pemerintah Kota Kebumen tidak hanya berfokus pada satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) melainkan melibatkan beberapa OPD lainnya.

Hal ini dikarenakan setiap OPD memiliki penanganan tersendiri. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagai salah satu OPD yang juga menangani permasalahan kumuh di Kota Kebumen lebih memfokuskan diri terhadap penanganan drainase dan jalan.

Adapun OPD lain yang terlibat dalam penanganan program KOTAKU ini yakni Dinas Perumahan, Permukiman dan Pertanahan yang menangani permasalahan dari segi sanitasi dan Dinas Sosial yang menangani permasalahan sosial karena terdapat beberapa permasalahan yang ditimbulkan dari segi sosial. Setiap lembaga birokrasi mempunyai tugas dan wewenang masing-masing dalam menjalankan programnya.

Faktor pendorong dan penghambat Implementasi Kebijakan Program KOTAKU dalam Memperbaiki Drainase di Lingkungan Kota Kebumen

Terdapat beberapa faktor penghambat yang dihadapi ketika program dijalankan yaitu;

Permasalahan pertama yang sering dihadapi Pemerintah adalah anggaran dimana terhambatnya tupoksi mereka karena anggaran tersebut harus dibagi kepada beberapa desa lainnya sehingga anggaran yang ada tidak mencukupi, padahal banyak titik tertentu yang lebih butuh penanganan untuk memperbaiki saluran drainase. Dari table dibawah dapat disimpulkan bahwa terdapat ketimpangan anggaran di Kota Kebumen

(9)

106 Tabel Anggaran Dana

PEMBANGUNAN SALURAN DRAINASE/GORONG-GORONG

TAHUN 2019 Pembangunan saluran drainase/gorong - gorong Prembun - Kabekelan (Terusan)

1,000,000,000

Pembangunan saluran drainase/gorong - gorong depan polsek Pejagoan

450,000,000

Pembangunan Drainase 5 UPTD di Wilayah Kabupaten Kebumen

750,000,000

Pembangunan

Drainase Desa Klirong Kecamatan Klirong

200,000,000

Pembangunan Drainase Desa Karangjambu Kecamatan Sruweng

100,000,000

Pembangunan Drainase Desa Watbuwono Kecamatan Klirong

200,000,000

Pembangunan

Drainase Pasar Alian 337,000,000 Pembangunan

Drainase Kecamatan Sadang

30,000,000

Konsultan Supervisi Pembangunan Saluran Drainase / Gorong- gorong Paket 2

30,000,000

Konsultan Supervisi Pembangunan Saluran Drainase / Gorong- gorong Paket 3

25,000,000

Konsultan Perencana Pembangunan Saluran Drainase / Gorong- gorong Paket 1

45,500,000

Konsultan Perencana Pembangunan Saluran Drainase / Gorong- gorong Paket 2

33,250,000

Faktor kedua karena kesadaran masyarakat yang masih kurang akan penanganan permasalahan permukiman kumuh, ego masyarakat yang masih tinggi dan kultur masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungannya. Masyarakat lebih berfokus pada pekerjaan dimana kebanyakan dari mereka memiliki mata pencaharian sebagai petani dan pendidikan mereka yang juga rendah sehingga tidak mempedulikan lingkungan dimana hal itu menjadikan kebiasaan bagi masyarakat.

Gambar .

Drainase Pasar Alian terdapat sedimentasi sampah dan tanah

Namun menurut Mazmanian (dalam Wahab, 2008: 69) terdapat 3 faktor keberhasilan suatu implementasi yaitu karakteristik dari masalah, karakteristik dari kebijakan, dan faktor lingkungan.

Berdasarkan masing – masing faktor tersebut, terdapat indikator yang nantinya akan dikaji dalam implementasi program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU).

Pertama, Masalah yang terjadi dalam pengimplementasian program KOTAKU Faktor karakteristik masalah yang terkait dengan program ini yaitu tingkat kesulitan teknis dari masalah yang ada, tingkat kemajemukan kelompok sasaran, dan cakupan perubahan perilaku masyarakat yang diharapkan. Kesulitan teknis dari pengimplementasian program

(10)

107 KOTAKU adalah kurangnya partisipasi masyarakat secara aktif pada saat proses pendataan kawasan lingkungan dikarenakan kurangnya sosialisasi dari pihak pemerintah terkait adanya program KOTAKU.

Selanjutnya adalah tingkat kemajemukan kelompok sasaran, di dalam pengimplementasian program KOTAKU terdapat 5 program yang dilaksanakan di kawasan Kota Kebumen. Program tersebut dialokasikan secara menyeluruh dengan skala prioritas sesuai kondisi dan kebutuhan. Menyadari masyarakat Kota Kebumen yang heterogen maka pihak pelaksana juga mensikapi kemajemukan kelompok sasaran. Hal ini memberi arti bahwa program KOTAKU diterapkan dengan melihat kemajemukan kelompok sasaran. Selanjutnya adalah cakupan perilaku masyarakat yang diharapkan dalam pengimplementasian program KOTAKU. Di Kota Kebumen terdiri dari masyarakat yang heterogen yang menyebabkan perbedaan pola berpikir antara satu dengan yang lainnya. Selain memiliki pola pemikiran yang berbeda juga memiliki tingkat kesibukan yang berbeda yang berpengaruh terhadap partisipasi dalam berlangsungnya program KOTAKU.

Kedua, Masalah konten dan konteks kebijakan yang terjadi dalam pengimplementasian program KOTAKU yang meliputi kejelasan isi kebijakan dan alokasi sumber daya. Program KOTAKU meliputi perbaikan infrastuktur yang dinilai tidak layak berdasarkan 7 parameter kumuh, yaitu dilihat dari kondisi bangunan gedung, indikator jalan lingkungan, penyediaan air minum, drainase, pengelolaan air limbah, kondisi pengelolaan sampah, dan proteksi kebakaran. Berdasarkan tujuh parameter pemukiman kumuh tersebut maka terbentuk sebuah program KOTAKU

dengan 7 kegiatan. Setelah diadakan survey dan pendataan wilayah di Kota Kebumen, terdapat 5 program yang diimplementasikan di Kota Kebumen, yaitu perbaikan kondisi bangunan gedung untuk pemenuhan kebutuhan rumah layak huni, perbaikan jalan lingkungan untuk pemenuhan kualitas lingkungan, penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat, pemberian fasilitas pengelolaan sampah untuk pemenuhan pemeliharaan lingkungan, dan penyediaan proteksi kebakaran untuk pemenuhan penyedia sarana kebakaran.

Program KOTAKU mendapatkan dana dari APBN sebesar 17,2 milyar di tahun 2017.

Dana tersebut digunakan sebagai pendukung pekerjaan proyek yang dilakukan di masing – masing Kecamatan.

Selain sumber daya finansial juga dibutuhkan sumber daya manusia sebagai penunjang keberhasilan implementasi yang terdiri dari pihak masyarakat dan aparat pemerintahan.

Ketiga, Masalah kondisi lingkungan dalam pengimplementasian program KOTAKU Kondisi lingkungan yang dimaksudkan dalam pengimplementasian program KOTAKU adalah keadaan masyarakat sebagai penerima program sekaligus aktor yang memberikan dukungan terhadap berjalannya program KOTAKU. Kondisi masyarakat yang mayoritas sebagai pegawai di berbagai bidang, memberi dampak negative terhadap pelaksanaan program KOTAKU sehingga menjadi rendah karena harus membagi waktu bekerja dan gotong royong pembangunan program di wilayahnya. Hal ini juga diperparah dengan minimnya sosialisasi terhadap masyarakat sehingga sebagian besar masyarakat menjadi kurang peduli terhadap sebuah program yang ada di kawasan pemukiman tempat mereka tinggal. Konsekuensi dari kurangnya

(11)

108 sosialisasi program KOTAKU sehingga sebagian masyarakat lebih memilih fokus bekerja dibandingkan ikut dalam pembangunan pemukiman di daerahnya.

Hanya ada sebagian masyarakat yang mau meluangkan waktunya untuk turut terlibat dalam program KOTAKU di daerahnya.

Target atau Fokus Yang Dicapai

Target yang ingin dicapai dalam program riset ini adalah mengetahui implementasi kebijakan program KOTAKU dalam memperbaiki sarana drainase di lingkungan Kota Kebumen. Berikut poin penting yang dicapai yaitu:

 Terciptanya kerjasama antara

pemerintah dengan

masyarakat.

 Program ini secara tidak langsung memberikan edukasi kepada masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan agar tidak lagi terjadi hal-hal seperti banjir yang nantinya akan merugikan masyarakat sendiri.

Manfaat Kegiatan Program KOTAKU

Manfaat kegiatan program tanpa kumuh dibagi menjadi dua yaitu manfaat secara fisik, dan manfaat non fisik . manfaat program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) yaitu:

Manfaat Secara Fisik

Berbagai program yang telah memberikan manfaat dalam masyarakat miskin di Kelurahan Bende yakni program perbaikan sarana dan prasarana, drainase, dan sanitasi.

Berdasarkan diungkapkan oleh kepala bidang drainase yaitu manfaat program KOTAKU di Kota Kebumen bagi masyarakat yakni semakin berkurangnya kawasan kumuh.

Pembangunan lingkungan fisik berupa

perbaikan jalan setapak dan perbaikan saluran air serta program-program lainnya Program tersebut sangat dirasakan manfaatnya oleh mayarakat karena sebelumnya lingkungan mereka bila musim hujan banyak terlihat genangan air, sehingga terlihat lingkungan mereka kurang bersih, menyebabkan banyak masyarakat yang mengeluh. Dengan adanya program KOTAKU, keluhan dapat teratasi.

Jalan setapak yang sebelumnya berlumpur jika musim hujan, saat ini keadaannya sudah menjadi lebih baik.

Manfaat Non Fisik

Pelaksanaan program KOTAKU di Kota Kebumen, ditemukan beberapa keuntungandalam aspek non fisik berupa program-program pengembangan sumber daya manusia. Seperti dipahami bahwa Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam program Kota tanpa Kumuh di samping faktor lain. Oleh karena itu, peningkatan SDM selalu mendapat perhatian dengan baik. Manfaat dalam aspek Sumber Daya Manusiadalam pelaksanaan program kota tanpa kumuh terutama dikalangan masyarakat penerima manfaat.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Salah satu cara untuk mewujudkan sasaran dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PUPR membentuk program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU). Program (KOTAKU) adalah program nasional yang dilaksanakan di 34 provinsi yang tersebar di 269 kabupaten atau kota. Program ini bertujuan untuk meningkatkan atau melakukan perbaikan akses sarana dan prasarana infrastruktur yang layak di masyarakat, hal ini dimaksudkan untuk menciptakan kondisi perkotaan yang layak huni.

(12)

109 Program KOTAKU terdiri dari 8 indikator yang salah satunya adalah drainase lingkungan. Pemerintah Kota Kebumen sebagai salah satu kota yang menerima fasilitas program ini khususnya Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Kebumen yang juga memfokuskan diri terhadap perbaikan drainase di lingkungan Kota Kebumen. Selama tiga tahun terakhir semenjak 2017 hingga 2019 telah terjadi banjir selama 6 kali, hal ini disebabkan karena tanggul drainase yang jebol akibat tidak mampu menahan luapan air yang ada.

Permasalahan tanggul drainase yang jebol ini dikarenakan adanya penumpukan sampah yang berskala besar sehingga menyebabkan banjir dan merugikan beberapa masyarakat.

Dengan adanya kerjasama antar pemerintah dan masyarakat, maka pelaksanaan kebijakan program ini akan semakin cepat tertangani. Tidak hanya itu, secara tidak langsung implementasi program ini akan berjalan secara efektif karena keterlibatan OPD lain yang juga terlibat sesuai dengan permasalahan yang mereka tangani Saran

Pemerintah bersama dengan masyarakat melakukan kerjasama melalui program KOTAKU ini, bersama-sama dalam melakukan perbaikan drainase yang rusak tersebut. Dinas PUPR juga akan terus melakukan kontrol dan pemeliharaan terhadap saluran drainase agar tetap terjaga.

Tidak hanya peran pemerintah yang dibutuhkan melainkan juga peran masyarakat yang sangat penting akan menjaga lingkungannya. Berapapun anggaran yang diberikan untuk melakukan perbaikan drainase tidak akan ada artinya jika tidak didukung oleh kesadaran dan kepedulian masyarakat itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA Jurnal:

Dimitri, Farizi. 2015. Analisis dan Evaluasi Saluran Drainase Pada Kawasan Perumnas Talang Kelapa di Subdas Lambidaro Kota Palembang.

Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan. Volume 3 Nomor 1. Hadi, A. Rahman. 2012.

Perencanaan Program Strategi Sanitasi Kota (Studi Tentang Perencanaan Program-Program Strategi Sanitasi Kota di Kota Batu).Jurnal Ilmiah Administrasi Publik. Volume 13 Nomor 1 hal. 198.

Hani Burhanudin dan Nurhapni. 2006. Kajian Pembangunan Sistem Drainase Berwawan Lingkungan Di Kawasan Perumahan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota. Volume 11 Nomor 1.

Wahab, Abdul; Solichin. 2008. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi keImplementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta : Bumi Aksara.

Anonim. 2010. Master Plan Drainase Kota Mojokerto: Badan Perencanaan Pembangunan Kota Mojokerto.

Mojokerto

S. Hindarko. 2000. Drainase Perkotaan.

Jakarta: Penerbit ESHA

Leo Agustino, Dasar-Dasar Kebijakan Publik.

ALFABETA. 2016. Hal. 136-141

Asiah, Imas (2016). Program Kota Tanpa Kumuh Kalibaru Dulu dan Sekarang.

Direktorat Jenderal Cipta Karya.

(13)

110 Website:

Kerangka Kerja Pengelolaan Lingkungan dan Sosial, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Direktorat Jenderal Cipta Karya - Direktorat

Pengembangan Kawasan

Permukiman, 2016, diakses pada tanggal 11 Maret 2020 .

Kementerian Pekerjaan Umum dan

Perumahan Rakyat

(http://kotaku.pu.go.id/) diakses pada 02 Maret 2020

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan Kolaborasi di Kota Tanjungbalai dimulai pada tahun 2015 di 9 Kelurahan, yaitu Kelurahan Gading, Kelurahan Pasar Baru, Kelurahan Matahalasan, Kelurahan

Masyarakat Kabupaten Sidoarjo sangat menghargai nilai-nilai adat dan budaya yang ada serta terbuka terhadap nilai - nilai positif yang datang dari luar, hal ini membuktikan bahwa

Setiap perusahaan yang memperkerjakan 100 tenaga kerja atau lebih dan atau yang mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi yang

Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) merupakan upaya strategis Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya, dalam rangka meningkatkan peran masyarakat dan

Pemerintah Kabupaten Sidoarjo sangat mendukung inisiatif pemerintah pusat terkait penanganan dan pencegahan permukiman kumuh melalui Program Kota Tanpa Kumuh

PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) TINGKAT DESA/KELURAHAN.. PROGRAM KOTA TANPA

P rogram Kota Tanpa Kumuh(KOTAKU) adalah program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh yang merupakan upaya strategis Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman,

Segenap dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mengajarkan dan