PETUNJUK PELAKSANAAN
PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) TINGKAT DESA/KELURAHAN
PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU)
TAHUN 2016
PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa i
PETUNJUK PELAKSANAAN
PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) DI TINGKAT KELURAHAN / DESA
Diterbitkan Oleh:
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Cipta Karya –Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah, sehingga penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU) tingkat kelurahan/desa akhirnya dapat diselesaikan.
Tersusunnya Petunjuk Pelaksanaan Program KOTAKU Tingkat kelurahan/desa bermaksud memberikan gambaran tentang bagaimana melaksanakan tahapan penyelenggaraan Program KOTAKU tingkat kelurahan/desa.
Sesuai dengan amanat Undang-‐Undang Dasar 1945 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-‐2019, Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah menetapkan sasaran pembangunan kawasan permukiman yaitu tercapainya pengentasan permukiman kumuh perkotaan menjadi 0 persen pada tahun 2019.
Sebagai satu sub sistem wilayah kabupaten/kota, maka Pemerintah Kelurahan/desa dipandang perlu melakukan hal yang sama secara sinergi dan kolaborasi untuk merumuskan program-‐
program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh di wilayahnya.
Program-‐program tersebut tentunya harus terakomodasi dalam RPJM/RKP Desa, Renstra/Renja Kecamatan yang dilengkapi perencanaan rinci dalam dokumen RPLP. Perencanaan di tingkat Kelurahan/desa tersebut tentunya harus selaras dengan perencanaan tingkat kabupaten/Kota dan merupakan penjabaran dari visi, misi, strategi dan rencana tahapan pelaksanaan program penanganan permukiman kumuh diwilayah Kabupaten/Kota.
Petunjuk Pelaksanaan ini akan menjadi acuan pelaksana program ditingkat Kelurahan/desa yang menjadi lokasi sasaran Program KOTAKU. Ii
Kami harapkan, Petunjuk Pelaksanaan ini dapat dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-‐
baiknya oleh semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan program KOTAKU ditingkat Kelurahan/desa, sehingga pelaksanaan ditingkat Kelurahan/desa dapat mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan.
Jakarta, Desember 2016
Ir. Rina Farida, MT
Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa i
PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa iii
DAFTAR ISI
KEDUDUKAN PETUNJUK PELAKSANAAN | 1 PENGGUNA PETUNJUK PELAKSANAAN | 1
BAB I
PENDAHULUAN 3 1.1. Tujuan | 4
1.2. Strategi Pelaksanaan | 5 1.3. Keluaran | 5
1.4. Prinsip – Prinsip Penataan Permukiman Di Tingkat Kelurahan/Desa | 6 1.5. Lokasi Sasaran | 7
1.6. Ketentuan Pelaksanaan | 7
BAB II
KOMPONEN PROGRAM DI TINGKAT KELURAHAN/DESA | 9
BAB III
TAHAPAN PROGRAM KOTAKU TINGKAT KELURAHAN/DESA | 13 3.1 Tahap Persiapan | 15
3.2. Tahap Perencanaan | 19
3.3. Tahap Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) | 30 3.4. Langkah-‐Langkah Penyusunan Rtplp Kawasan Prioritas Kumuh | 36
3.5. Tahap Penyusunan RTPLP Kawasan Prioritas | 40
3.6. Penyusunan Anggaran Dan Pemasaran Program Penataan Permukiman | 44
3.7. Perumusan Rencana Investasi, Aturan Bersama Dan Rencana Pengelolaan Kawasan | 46 3.8. Rencana Aksi P2BM | 50
3.9. Tahap Pelaksanaan | 51 3.10. Tahap Keberlanjutan | 55
3.11. Kegiatan Menerus Dan Berkala | 58
BAB IV
PERAN PELAKU PROGRAM KOTAKU.TINGKAT KELURAHAN/DESA | 59
PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa 1
KEDUDUKAN PETUNJUK PELAKSANAAN
Petunjuk Pelaksanaan ini merupakan penjabaran dari Pedoman Teknis Program KOTAKU dan merupakan satu kesatuan sub-‐sistem dengan petunjuk pelaksanaan kegiatan di tingkat kabupaten/kota. Isi, ketentuan, tujuan, komponen, tahapan pelaksanaan, mengacu kepada Pedoman Teknis KOTAKU.
PENGGUNA PETUNJUK PELAKSANAAN
Petunjuk pelaksanaan ini disusun sebagai acuan untuk :
No Pelaku Kegunaan
1. Pelaku tingkat Nasional Acuan Bantuan Teknis
2. Pemerintah Daerah dan Pokja PKP Acuan Bantuan Teknis 3. Camat, Lurah/Kepala Desa, lembaga tingkat kelurahan/desa
dan kecamatan Acuan pelaksanaan
4. BKM/LKM Acuan pelaksanaan
5. TIPP atau Tim Penyusun RPJM Desa Acuan Pelaksanaan 6. Relawan, para pemangku kepentingan lainnya di tingkat kota
dan kelurahan/desa Acuan Pelaksanaan
7. Konsultan tingkat regional dan kota (Tim Korkot dan Fasilitator) Acuan Pelaksanaan
PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa 3
BAB I
PENDAHULUAN
4 PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa 1.1. LATAR BELAKANG
“Kota layak huni, produktif dan berkelanjutan” merupakan tujuan yang akan dicapai melalui Program KOTAKU (Program Kota Tanpa Kumuh). Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut dilakukan serangkaian kegiatan di tingkat kabupaten/kota dan tingkat kelurahan/desa. Program KOTAKU diterjemahkan ke dalam dua kegiatan yaitu peningkatan kualitas permukiman dan pencegahan permukiman kumuh yang dilakukan melalui pendekatan partisipatif. Pendekatan tersebut mempertemukan perencanaan makro (top-‐down) dengan perencanaan mikro (bottom-‐
up). Pemerintah kabupaten/kota memimpin keseluruhan proses kegiatan penanganan tersebut.
Di tingkat kelurahan/desa, masyarakat bekerja bersama dengan pemerintahan kelurahan/desa dan kelompok peduli lainnya berpartisipasi aktif dan turut serta dalam seluruh proses pengambilan keputusan untuk penanganan permukiman kumuh di wilayahnya.
Penanganan permukiman kumuh membutuhkan kolaborasi banyak sektor oleh banyak pihak untuk dapat mengerahkan beragam sumber daya dan dana dari tingkat pusat, provinsi, kota/kabupaten, kelurahan/desa, termasuk pihak swasta, perguruan tinggi dan kelompok peduli lainnya melalui keterpaduan program. Pemerintah kabupaten/kota diharapkan mampu menggalang kolaborasi tersebut dalam peningkatan kualitas permukiman di wilayahnya untuk mewujudkan 0 ha permukiman kumuh hingga tahun 2019.
Sebagai satu kesatuan sub-‐sistem wilayah kabupaten/kota, maka pemerintah kelurahan/desa bersama Badan Keswadayaan Masyarakat/Lembaga Keswadaayaan Masyarakat (BKM/LKM) perlu melakukan hal yang sama secara sinergi dan berkolaborasi untuk merumuskan program pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman di wilayahnya. Program tersebut tentunya harus terintegrasi dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah/Rencana Kerja Pembangunan (RPJM/RKP) Desa atau Rencana Strategis/Rencana Kerja (Renstra/Renja) Kecamatan yang dilengkapi dengan perencanaan rinci dalam dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman/Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP/RTPLP).
Perencanaan di tingkat kelurahan/desa tersebut tentunya harus terkoneksi dengan sistem perencanaan penanganan permukiman kumuh kab/kota dan selaras dengan perencanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kabupaten/kota dan merupakan penjabaran dari visi, misi, strategi dan rencana tahapan pelaksanaan program penanganan permukiman kumuh di wilayah kabupaten/kota.
1.2. TUJUAN
Tujuan program KOTAKU adalah meningkatkan akses terhadap infrastruktur dan pelayanan dasar di permukiman kumuh perkotaan untuk mendukung terwujudnya permukiman perkotaan yang layak huni, produktif dan berkelanjutan. Mengacu pada tujuan tersebut, tujuan antara penyelenggaraan Program KOTAKU tingkat kelurahan/desa adalah terwujudnya peningkatan kualitas hidup1 masyarakat, terutama masyarakat di kawasan permukiman kumuh, dengan penataan permukiman yang layak huni2 dan berkelanjutan melalui peningkatan akses terhadap infrastruktur dan pelayanan dasar di tingkat desa/kelurahan.
1 Peningkatan kualitas hidup mencakup aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan.
2 Layak huni termasuk inklusif, teratur, aman, sehat, dan tangguh baik terhadap perubahan iklim maupun bencana.
PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa 5
1.3. STRATEGI PELAKSANAAN
a. Melakukan pengembangan kapasitas kelembagaan masyarakat, pemerintah kabupaten/kota dan pemerintahan kelurahan/desa dalam mengelola penataan lingkungan permukiman, termasuk pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, secara mandiri dan berkelanjutan;
b. Mendorong terjadinya kolaborasi banyak pihak, berbagai tingkatan, dan banyak sektor antara pemerintah kabupaten/kota termasuk pemerintahan kecamatan dan pemerintahan kelurahan/desa, BKM/LKM, masyarakat dan kelompok peduli terkait penataan lingkungan permukiman, utamanya dalam mewujudkan permukiman yang layak huni, produktif dan berkelanjutan di tingkat desa/kelurahan;
c. Mendorong proses perencanaan dan penganggaran yang partisipatif, berorientasi ruang, responsif gender, tanggap bencana, serta mengarusutamakan pengamanan sosial dan lingkungan3;
d. Mendorong keterpaduan kelembagaan, keterpaduan produk perencanaan, dan keterpaduan penganggaran dari beragam sumber pendanaan untuk penataan lingkungan permukiman di tingkat kelurahan/desa, utamanya penanganan permukiman kumuh;
e. Mendorong terjadinya perubahan sikap dan perilaku masyarakat dan pemerintahan kelurahan/desa dalam mengelola lingkungan permukiman agar layak huni, produktif dan berkelanjutan; dan
f. Meningkatnya kepastian bermukim bagi masyarakat berpenghasilan rendah, utamanya di kawasan permukiman kumuh.
g. Mengembangkan potensi ekonomi lokal sebagai sarana peningkatan penghidupan berkelanjutan;
1.4. KELUARAN
a. Tersusunnya Dokumen Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP) dan Rencana Tindak Penataan Lingkungan Permukiman (RTPLP)4 tingkat kelurahan/desa dan atau antar kelurahan/desa dibawah koordinasi pemerintah kecamatan;
b. Tersusunnya Aturan Bersama (AB), rencana pengelolaan kawasan, termasuk di dalamnya kelembagaan yang mengelola lingkungan permukiman;
c. Terlaksananya pembangunan infrastruktur dan pelayanan dasar sesuai standar pelayanan minimum permukiman5;
d. Menurunnya luas permukiman kumuh menjadi 0 Ha;
e. Terlembaganya Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) yang berfungsi untuk peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh serta pencegahan munculnya kumuh baru di kelurahan/desa; dan
f. Meningkatnya penghasilan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) melalui penyediaan infrastruktur dan kegiatan peningkatan penghidupan masyarakat untuk mendukung pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh.
3 Penjelasan lebih rinci mengenai Pengamanan Sosial dan Lingkungan dapat dilihat pada Buku Petunjuk Teknik Pengamanan Sosial dan Lingkungan
4 Untuk desa, RPLP dan RTPLP menjadi bagian yang dari RPJM Desa dan RKP Desa atau Renstra Kecamatan. Pengertian RPLP dan RTPLP dapat dilihat pada Bab 3 Tahapan Program Kotaku tingkat desa/kelurahan.
5 Standar pelayanan minimum permukiman mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 1 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
6 PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa
1.5. PRINSIP – PRINSIP PENATAAN PERMUKIMAN DI TINGKAT KELURAHAN/DESA
Selain prinsip-‐prinsip yang sudah disebutkan dalam Pedoman Teknis KOTAKU, di bawah ini prinsip-‐prinsip penataan permukiman di tingkat kelurahan/desa:
a. Berorientasi pada pembangunan manusia dan aktifitasnya
Penataan permukiman mengakomodasi pembangunan manusia -‐ masyarakat penghuninya dan kegiatan yang ditimbulkan dalam bermukim. Kegiatan sosial, ekonomi dan lingkungan/infastruktur (SEL) dalam penataan lingkungan permukiman harus berorientasi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat penghuninya.
b. Penataan permukiman berbasis komunitas
Masyarakat kelurahan/desa merupakan salah satu pelaku utama pembangunan tingkat kelurahan/desa. Masyarakat mempunyai hak dan kewajiban untuk seluruh proses pengambilan keputusan berkaitan dengan penataan lingkungan permukimannya, mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, operasi & pemeliharaan, dan keberlanjutan program.
Masyarakat dimampukan untuk berpartisipasi aktif dan bekerja bersama dengan pemerintahan kelurahan/desa, antar pemerintah kelurahan/desa dibawah koordinasi pemerintah kecamatan dan kelompok peduli dalam penataan lingkungan permukimannya.
Masyarakat kelurahan/desa merupakan bagian dari masyarakat kabupaten/kota.
Masyarakat bukan hanya berperan di kawasan prioritas dan tingkat kelurahan/desa, namun juga berperan di tingkat kabupaten/kota. Partisipasi masyarakat di tingkat kelurahan/desa harus dikaitkan dengan kepentingan penataan permukiman antar kelurahan/desa dibawah koordinasi pemerintah kecamatan dan kepentingan di tingkat kabupaten/kota secara menyeluruh dan terpadu.
c. Penataan permukiman kelurahan/desa merupakan urusan bersama
Permukiman kelurahan/desa merupakan bagian dan pembentuk wajah permukiman kabupaten/kota. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, pemerintahan kelurahan/desa dan kecamatan, BKM/LKM, kelompok peduli, serta masyarakat harus aktif berpartisipasi dan bekerja bersama dalam kegiatan penataan lingkungan permukiman tingkat kelurahan/desa tersebut, utamanya penanganan permukiman kumuh. Demikian pula sebaliknya, penataan permukiman tingkat kelurahan/desa atau antar kelurahan/desa merupakan bagian dari penataan permukiman tingkat kabupaten/kota. Seluruh proses kegiatan penataan permukiman yang melibatkan pelaku tingkat kelurahan/desa perlu memperhatikan kepentingan yang lebih luas dari sekedar kelurahan/desanya, yaitu kepentingan wilayah sekitar (antar kelurahan/desa dibawah koordinasi kecamatan) termasuk kepentingan kota/kabupaten.
d. Berkeadilan dan berpihak pada yang terabaikan/terpinggirkan
Penataan Permukiman untuk seluruh wilayah kelurahan/desa. Prioritas penanganan permukiman kumuh dilakukan sebagai bagian dalam penataan permukiman. Prioritas dilakukan dengan memperhatikan prinsip berkeadilan, berpihak pada yang terabaikan/terpinggirkan (marginal), serta memperhatikan kelompok rentan. Misalnya saat seleksi dan penentukan lokasi prioritas penanganan permukiman kumuh dilakukan berdasarkan kriteria kebutuhan dan bukan prinsip pemerataan dengan bagi rata program.
Kelompok rentan, miskin, perempuan, anak dan pemuda harus dilibatkan dalam seluruh
PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa 7 proses pengambilan keputusan penataan Permukiman, terutama mereka yang tinggal di Permukiman kumuh.
e. Bijaksana memanfaatan sumber daya yang memperhatikan masa depan
Penataan lingkungan permukiman bukan hanya untuk menjawab persoalan yang ada saaat ini (problem solving), namun juga untuk merencanakan agar masa depan lingkungan Permukiman layak huni secara berkelanjutan (visioner). Beragam sumber daya perlu baik yang ada saat ini maupun di masa yang akan datang perlu dikelola secara bijaksana dengan terus menumbuhkan iklim kreatifitas agar tumbuh beragam inovasi dalam penataan Permukiman yang layak huni tersebut.
f. Optimalisasi swadaya masyarakat dan kerelawanan
Masyarakat berhak dan bertanggung jawab berpartisipasi dalam penataan permukimannya.
Rasa memiliki terhadap permukimannya perlu terus dibangun secara menerus agar dapat menggalang swadaya dan kerelawanan masyarakat. Membangun dari dalam masyarakat dikedepankan dalam seluruh proses kegiatan KOTAKU.
1.6. LOKASI SASARAN
a. Lokasi penataan permukiman mencakup seluruh kelurahan/desa yang menjadi lokasi sasaran Program KOTAKU.
b. Lokasi sasaran penerima Bantuan Dana Investasi (BDI) untuk peningkatan kualitas permukiman kumuh akan diatur secara terpisah melalui surat penetapan lokasi dari Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman.
1.7. KETENTUAN PELAKSANAAN
a. Adanya komitmen pemerintahan kelurahan/desa/kecamatan, masyarakat, dan BKM/LKM untuk mengsinergikan program dan kegiatan prioritas penanganan permukiman kumuh dalam RPJM/RKP Desa, Renstra/Renja Kecamatan dan dengan perencanaan tingkat kabupaten/kota;
b. Kelembagaan BKM/LKM yang berfungsi dengan baik6.
c. Pemerintah kelurahan/desa bersama BKM/LKM memfungsikan Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP) yang sudah ada atau membentuk TIPP baru untuk memfasilitasi perencanaan penanganan permukiman kumuh di bawah koordinasi Pokja PKP kabupaten/kota ;
d. Perencanaan berorientasi pada pencapaian visi (dengan segala kendala dan potensi yang dimiliki), bukan hanya pemecahan masalah penanganan permukiman kumuh yang ada saat ini.
e. Bagi kelurahan/desa yang termasuk dalam kategori kumuh, kegiatan penanganan permukiman kumuh harus menjawab kebutuhan dasar masyarakat berpenghasilan rendah, seperti peningkatan kualitas pelayanan lingkungan, sarana dan prasarana serta kebutuhan untuk penghidupan yang berkelanjutan;
6 Untuk kelurahan/desa yang belum memiliki BKM/LKM akan difasilitasi oleh tim faskel sesuai rekomendasi Pemerintah Kab/Kota dengan pembiayaan dari APBD
8 PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa
f. Melibatkan masyarakat lokasi sasaran sebagai pelaku utama dalam proses pengambilan keputusan di setiap tahapan pembangunan partisipatif mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan/pengelolaan dan pemeliharaan.
PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa 9
BAB II
KOMPONEN PROGRAM DI TINGKAT KELURAHAN/DESA
10 PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa
Sesuai dengan Pedoman Teknis Program KOTAKU, komponen program di tingkat kelurahan/desa terdiri dari:
1. Pengembangan kelembagaan dan kebijakan
Pengembangan kelembagaan di tingkat kelurahan/desa yang terkait penataan permukiman, utamanya adalah agar beragam lembaga dan sektor yang terkait dapat bekerja bersama dalam platform kolaborasi untuk pencapaian tujuan program serta visi Permukiman tingkat kelurahan/desa. Iklim bekerja bersama yang kondusif perlu diciptakan secara internal di tingkat kelurahan/desa maupun eksternal yaitu antar kelurahan/desa, dengan pelaku tingkat kecamatan dan pelaku tingkat kota/kabupaten. BKM/LKM, lurah/kades dan lembaga lain tingkat kelurahan/desa memegang peranan penting dalam bekerja bersama untuk melaksanakan Program KOTAKU.
Untuk melaksanakan tahapan program KOTAKU di tingkat kelurahan/desa dibangun lembaga-‐
lembaga sesuai dengan kebutuhan. Lembaga tersebut dapat memampukan yang sudah ada atau membentuk baru. Untuk tahap perencanaan program, dibangun Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP) untuk mengelola dan mengkoordinasikan seluruh proses tahapan perencanaan partisipatif penataan Permukiman tingkat kelurahan/desa. TIPP dapat membuat beragam kelompok kerja beranggotakan relawan sesuai dengan kebutuhan tahapan kegiatan program.
Unit-‐unit pengelola kegiatan yang sudah ada (misalnya UPL, UPS, UPK) bekerja bersama dengan TIPP untuk melaksanakan hasil perencanaan.
Dalam penanganan Permukiman kumuh seringkali dijumpai isu-‐isu yang cukup rumit dan kompleks untuk diselesaikan di tingkat kelurahan/desa, misalnya isu lahan. Isu tersebut perlu diselesaikan dengan bekerja bersama dengan pihak terkait di luar kelurahan/desa dengan bantuan teknis dari Pokja PKP dan bimbingan teknis dari konsultan. Kajian-‐kajian cepat dapat dilakukan oleh masyarakat bersama pemerintah kabupaten/kota untuk mengetahui akar penyebab masalah dan alternative penyelesaian/scenario. Isu-‐isu yang muncul di tingkat kelurahan/desa dapat menjadi masukan atau umpan balik bagi kebijakan tingkat kabupaten/kota, provinsi, atau nasional.
2. Integrasi perencanaan dan pengembangan kapasitas untuk pemerintah kecamatan, pemerintah kelurahan/desa, BKM/LKM, dan masyarakat.
RPLP dan RTPLP yang disusun oleh masyarakat harus diintegrasikan dengan perencanaan pembangunan reguler di tingkat kelurahan/desa, yaitu RPJM Desa dan RKP/Renstra Kelurahan/Kecamatan. Demikian pula, RPLP dan RTPLP harus mengacu dan terkoneksi dengan rencana tingkat kabupaten/kota terkait Permukiman yaitu: Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KP-‐KP), Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detail Tata Ruang, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) serta dokumen perencanaan sektoral lain tingkat kota/kabupaten yang terkait penataan permukiman.
Sinergi pembiayaan penataan Permukiman tingkat kelurahan/desa harus dilakukan agar program lebih efisien dan pembiayaan dari swadaya masyarakat merupakan hal pertama yang harus digalang. Beragam sumber daya pembiayaan lainnya yang berasal dari dana desa, APBD, APBN, dll perlu digalang demi tercapainya tujuan program.
PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa 1 1 Forum konsultasi tingkat kabupaten/kota adalah media atau ruang yang dikoordinasikan oleh Pokja PKP/tim teknis agar seluruh rangkaian program di tingkat masyarakat sinergis dengan tingkat kabupaten/kota. Forum digunakan sebagai media untuk memastikan bahwa RPLP dan RTPLP sesuai dengan beragam rencana kabupaten/kota khususnya dengan RP2KPKP dan memudahkan akses pendanaan dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.
Jadwal kegiatan program tingkat kelurahan/desa disesuaikan dengan jadwal dan kebutuhan tahapan rencana pembangunan reguler dan musrenbang tingkat kelurahan/ desa, kecamatan, dan kabupaten/kota.
Peningkatan kapasitas dilakukan secara menerus selama masa program. Materi peningkatan kapasitas disesuaikan dengan kebutuhan setiap pelaku dalam melaksanakan program. Setiap tahapan kegiatan program KOTAKU dimulai dengan peningkatan kapasitas, misalnya pelatihan, coaching, on the job training, dll. Demikian pula sosialisasi selalu dilakukan di awal dan akhir setiap tahapan kegiatan. Peningkatan kapasitas diberikan kepada BKM/LKM, pemerintah kelurahan/desa, TIPP, UPL-‐UPS-‐UPK, KSM, TAPP, masyarakat, dan kelompok lainnnya oleh tim faskel, tim korkot, pemda, Pokja PKP/tim teknis, dan pelaku lain.
3. Perbaikan infrastruktur tersier atau infrastruktur lingkungan dan pelayanan tingkat kelurahan/desa termasuk dukungan untuk penghidupan berkelanjutan di kawasan permukiman kumuh kelurahan/desa.
Berdasarkan RPLP dan RTPL, kegiatan sosial, ekonomi, dan infrastruktur dilaksanakan di tingkat kelurahan/desa. Dana untuk pelaksanaan kegiatan dalam RPLP dan RTPLP tersebut berasal dari beragam sumber daya. Salah satu sumber untuk pelaksanaan program infrastruktur tersier atau lingkungan dan pelayanan tingkat kelurahan/desa termasuk dukungan untuk penghidupan berkelanjutan di permukiman kumuh kelurahan/desa adalah dari dana Bantuan Dana Investasi (BDI). Jenis bantuan dana, mekanisme seleksi lokasi, besaran dana, mekanisme pencairan dan pemanfaatan dana akan ditentukan kemudian disesuaikan dengan sumber pendanaan.
4. Dukungan pelaksanaan dan bantuan teknis.
Program KOTAKU di tingkat kelurahan/desa mendapatkan dukungan teknis dari pemerintah kabupaten/kota, termasuk Pokja PKP dan/atau tim teknis, dan tim konsultan, yaitu terdiri dari tim fasilitator, tim coordinator kota, konsultan regional dan nasional. Pemerinta kabupaten/kota dapat merekrut tenaga ahli dan/atau konsultan untuk membantu program KOTAKU di tingkat kelurahan/desa. Pokja PKP/tim teknis perlu bekerja sama dengan beragam individu/lembaga/institusi untuk menggalang keahlian yang dibutuhkan, misalnya dengan perguruan tinggi. Masyarakat pun dapat merekrut sendiri beragam tenaga ahli yang dibutuhkan dalam penataan permukiman kelurahan/desa
5. Dukungan untuk kondisi darurat bencana.
Seluruh proses penataan Permukiman di tingkat kelurahan/desa harus mengarusutamakan pengelolaan risiko bencana tingkat mikro kelurahan/desa dan tingkat makro skala kabupaten/kota. Misalnya, dalam RPLP dan RTPLP harus memuat analisis risiko bencana, rencana pengelolaan risiko bencana, termasuk rencana kontinjensi tingkat kelurahan/desa yang dibuat untuk lokasi dengan kerentanan bencana tertentu yang sinkron dengan rencana
12 PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa
pengelolaan resiko bencana tingkat kabupaten/kota (regional). Kesiapsiagaan dan mitigasi bencana dibangun selama program KOTAKU. Jika terjadi bencana, tahap tanggap darurat dan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana dilakukan dengan semangat membangun yang lebih baik.
PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa 1 3
BAB III
TAHAPAN PROGRAM KOTAKU TINGKAT KELURAHAN/DESA
14 PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa
Program KOTAKU di tingkat kelurahan/desa dan kecamatan mempunyai tahapan siklus program yang sinergis dengan program pembangunan regular tingkat kelurahan/desa dan kecamatan serta berkoordinasi dengan program tingkat kabupaten/kota.
Untuk mewujudkan tujuan program berikut tahapan pelaksanaan di tingkat kelurahan/desa adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan 2. Tahap Perencanaan 3. Tahap Pelaksanaan 4. Tahap Keberlanjutan
Tahapan tersebut dapat berulang secara dalam kurun waktu tertentu mengikuti tahapan kegiatan perencanaan pembangunan regular.
Secara detail tahapan kegiatan di tingkat kelurahan/desa sebagai berikut:
Diagram 1
Tahapan kegiatan tingkat kelurahan/desa
PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa 15
3.1 . TAHAP PERSIAPAN
Pada tahapan ini beberapa kegiatan akan dilakukan, yaitu sosialisasi awal di tingkat kelurahan/desa, Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM), serta pembangunan kelembagaaan perencanaan partisipatif tingkat desa/kelurahan.
1. Sosialisasi Awal dan Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)
Tabel 1. Kegiatan Tahap Rangkaian Sosialisasi Awal dan Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)
Tujuan 1. Terlaksananya sosialisasi awal kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh tingkat kelurahan/desa.
2. Tergalangnya relawan dan agen sosialisasi untuk membantu masyarakat dalam kegiatan penataan permukiman, terutama penanganan permukiman kumuh, tingkat kelurahan/desa dalam rangka mewujudkan kawasan permukiman layak huni dan berkelanjutan.
3. Terbangunnya kepedulian masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan penataan permukiman kelurahan/desa melalui program KOTAKU.
4. Menggalang komitmen untuk melaksanakan kegiatan pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh di wilayah desa/kelurahan sampai 2019 untuk mencapai 0 ha permukiman kumuh.
Metode Lokakarya, sosialisasi massal, diskusi, serta metode inovatif yang disepakati di tingkat kelurahan/desa
Proses 1. Sosialisasi awal kota/kabupaten. Pemerintah kota/kabupaten termasuk pemerintah kecamatan melakukan sosialisasi awal kepada pemerintah kelurahan/desa dan BKM/LKM mengenai program KOTAKU.
2. Perancangan pesan sosialisasi. Lurah/kades, camat dan BKM/LKM difasilitasi tim fasilitator merancang pesan, media, dan saluran komunikasi yang tepat untuk melakukan rangkaian kegiatan sosialisasi awal program KOTAKU. Kegiatan ini didahului oleh kegiatan Pemetaan Sosial oleh Unit Pengelola Sosial (UPS) dan BKM/LKM untuk mengetahui tokoh kunci, potensi agen sosialisasi, pesan, media, dan saluran yang paling sesuai untuk melakukan sosialisasi Program KOTAKU.
3. Sosialisasi awal kelurahan/desa atau antar kelurahan/desa.
Lurah/kades, camat dan BKM/LKM mengundang masyarakat untuk hadir dan berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan sosialisasi awal. Sosialisasi awal KOTAKU dilakukan melalui berbagai media dan saluran mulai dari tingkat akar rumput sampai tingkat kelurahan/desa. Kelompok rentan, miskin, perempuan, anak dan kelompok muda harus dilibatkan dalam
16 PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa kegiatan ini.
4. Penggalangan relawan7 dan agen sosialisasi. Relawan adalah pelopor-‐
pelopor penggerak dari masyarakat yang mengabdi tanpa pamrih, ikhlas, peduli dan memiliki komitmen kuat dalam mewujudkan permukiman layak huni dan berkelanjutan. Adapun Relawan Teknik dibentuk dari para relawan yang memiliki keahlian khusus di bidang Prasarana dan Sarana Umum (PSU) untuk memastikan kualitas PSU yang dibangun oleh masyarakat (KSM/panitia pelaksana) sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Relawan yang ada secara langsung menjadi relawan dan agen sosialisasi permukiman. UPS mengelola kegiatan penggalangan tersebut dan menjadi coordinator relawan dan agen sosialisasi selama program KOTAKU. Tata cara penggalangan dan koordinasi relawan dan agen sosialisasi disepakati oleh BLM/LKM dan Lurah/Kades.
5. Rembug Kesiapan Masyarakat. Lurah/kades dan BKM/LKM melakukan lokakarya tingkat kelurahan/desa untuk membangun kepedulian seluruh pelaku menyukseskan kegiatan penataan permukiman, utamanya penanganan permukiman kumuh; pengumuman relawan yang mendaftar;
dan pernyataan komitmen keikutsertaan dalam program KOTAKU.
Komitmen tersebut antara kesediaan untuk i) komitmen menurunkan luas permukiman kumuh menjadi 0 ha kumuh pada tahun 2019; ii) partisipasi aktif seluruh pelaku kelurahan/desa; iii) adanya relawan dan agen sosialisasi; iv) swadaya; iv) mengikuti seluruh tahapan Program KOTAKU;
dan v) lainnya.
6. Sosialisasi hasil RKM. Sosialisasi hasil RKM tingkat Kelurahan/Desa melalui berbagai media dan saluran.
Keluaran 1. Peta sosial
2. Masyarakat mengetahui adanya kegiatan KOTAKU 3. Daftar relawan dan agen sosialisasi
4. Berita acara komitmen untuk berpartisipasi dalam Program KOTAKU Pelaksana 1. Lurah/Kepala Desa
2. BKM/LKM
3. Unit Pengelola Sosial (UPS)
Peserta BPD, LPM, PKK, Karang taruna, RT/RW, relawan, warga Narasumber Pokja PKP, Pemda, Camat
Fasilitator Tim Fasilitator
7 Relawan dapat berpartisipasi di seluruh tahapan Program KOTAKU atau pada tahapan tertentu yang menjadi keahlian, kesediaan atau komitmennya. Misalnya, relawan untuk Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP)
PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa 17 2. Pembangunan Kelembagaaan Perencanaan Partisipatif Penataan Lingkungan Permukiman
tingkat Desa/Kelurahan8
Tabel 2. Kegiatan Tahap Pembangunan Kelembagaaan Perencanaan Partisipatif Penataan Lingkungan Permukiman tingkat Desa/Kelurahan
Tujuan 1. Terlaksananya review kelembagaan di tingkat kelurahan/desa yang bertanggungjawab untuk merencanakan penataan permukiman secara partisipatif.
2. Berfungsinya lembaga perencanaan partisipatif permukiman yang ada di kelurahan/desa atau membentuk Tim Inti Perencanaan Partisipatif (TIPP) baru bagi kelurahan/desa yang belum memiliki lembaga tersebut.
3. Terlaksananya penguatan kapasitas lembaga perencana/TIPP, lurah/kades, dan BKM/LKM untuk memberikan peningkatan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam memfasilitasi perencanaan partisipatif penataan lingkungan permukiman.
4. Terbangunnya komitmen dan rencana kerja lembaga perencana/TIPP untuk melaksanakan program KOTAKU dengan sepenuh hati, mencurahkan kapasitas dan sumber daya dalam memfasilitasi perencanaan partisipatif.
Metode Rangkaian diskusi, lokakarya, dan pelatihan/coaching, dan kegiatan inovatif lain Proses 1. Sosialisasi pembangunan lembaga. Melakukan sosialisasi untuk
pembangunan lembaga perencanaan permukiman tingkat kelurahan/desa.
Kegiatan ini dapat dilakukan bersamaan dengan sosialisasi awal. Dalam sosialisasi dijelaskan mengenai peran dan fungsi lembaga. Tujuan sosialisasi adalah:
a. agar seluruh pihak memahami pentingnya lembaga perencanaan permukiman tingkat kelurahan/desa; serta
b. membangkitkan kesadaran warga peduli dan memiliki keterampilan di bidang permukiman untuk bergabung dan terlibat aktif dalam perencanaan permukiman.
2. Review kelembagaan. Melakukan review kelembagaan di tingkat kelurahan/desa yang bertanggungjawab untuk merencanakan penataan permukiman secara partisipatif. Review dilakukan untuk mengetahui apakah sudah ada lembaga yang mempunyai peran tersebut dengan memfungsikan lembaga yang ada9 atau harus membentuk TIPP baru. Selanjutnya baik lembaga yang sudah ada atau lembaga yang dibentuk baru secara generik
8 Tahapan Review Kelembagaaan dapat diselenggarakan bersamaan dengan Lokakarya sosialisasi awal dan RKM
9 Untuk status administrasi desa, Review Kelembagaan dapat mengkaji Tim Penyusun RPJM Desa yang ada sudah apakah memenuhi syarat, komitmen dan kapasitas sebagai perencana permukiman tingkat desa.
18 PETUNJUK PELAKSANAAN | Program KOTAKU Tingkat Kelurahan/Desa akan disebut sebagai TIPP.
3. Penggalangan relawan sebagai anggota TIPP10. Melakukan identifikasi warga dan pendaftaran/penjaringan relawan yang memiliki potensi untuk terlibat dalam TIPP. Sebaiknya dalam melakukan identifikasi warga/relawan perlu diperhatian keahlian yang dimilikinya misalnya keahlian membuat peta, infrastruktur, menyusun dokumen perencanaan, pembukuan, dll;
4. Pembangunan TIPP. Bagi kelurahan/desa yang belum memiliki TIPP dilkukan pembentukan TIPP, sedangkan bagi kelurahan/desa yang sudah memiliki TIPP, maka dilakukan review untuk melengkapi kekurangannya.
TIPP dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada masyarakat. TIPP dikukuhkan oleh BKM/LKM dan Lurah/Kades. Anggota TIPP terdiri dari unsur kecamatan, kelurahan/desa, BKM/LKM, relawan, dan kelompok masyarakat termasuk kelompok perempuan. TIPP harus memperhatikan keseimbangan komposisi anggota perempuan dan laki-‐laki serta mengikutsertakan kelompok rentan sebagai anggotanya.
5. Peningkatan kapasitas TIPP. Tim fasilitator bersama UPS melakukan rangkaian pelatihan/coaching untuk TIPP, lurah/kades dan BKM/LKM mengenai perencanaan partisipatif. Pelaku tingkat kota (Pokja PKM, city changer, dll) dapat menjadi narasumber dalam kegiatan ini.
6. Penyusunan rencana kerja Program KOTAKU. TIPP menyusun rencana kerja untuk program KOTAKU tingkat kelurahan/desa dan rencana kerja terinci perencanaan partisipatif tingkat kelurahan/desa. Rencana kerja tersebut harus diketahui oleh lurah/kades dan disepakati oleh BKM/LKM.
Perlu diperhatikan bahwa rencana kerja Program KOTAKU sebaiknya mengikuti jadwal perencanaan pembangunan regular tingkat kelurahan/desa.
Keluaran 1. TIPP siap memfasilitasi pelaksanaan perencanaan partisipatif di kelurahan/desa;
2. TIPP memiliki pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan memfasilitasi kegiatan perencanaan partisipatif;
3. Rencana kerja program KOTAKU tingkat kelurahan/desa dan rencana kerja terinci perencanaan partisipatif tingkat kelurahan/desa.
Pelaksana 1. Lurah/Kepala Desa 2. BKM/LKM
3. UPS Peserta TIPP
Narasumber Pokja PKP, Pemda, Camat, City Changer Fasilitator Tim Fasilitator
10 Tahapan ini dapat dilakukan bersamaan dengan tahap penggalangan relawan dan agen sosialisasi saat sosialisasi awal.