• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian pendidikan kewarganegaraan menurut para ahli, dan pengertian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian pendidikan kewarganegaraan menurut para ahli, dan pengertian"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Berdasarkan pada bab II ini peneliti akan menjelaskan mengenai pengertian media pembelajaran menurut para ahli, pengertian Profil Pelajar Pancasila menurut para ahli, pengertian belajar mengajar meurut para ahli, pengertian pendidikan kewarganegaraan menurut para ahli, dan pengertian kemandirian menurut para ahli.

2.1 Media Video

2.1.1 Pengertian Media Video

Berjalannya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, penggunaan media pendidikan, khususnya media video sudah merupakan tuntutan yang mendesak. Hal ini disebabkan sifat pembelajaran yang kompleks. terdapat berbagai tujuan belajar yang sulit dicapai hanya dengan mengandalkan penjelasan guru. Oleh karena itu, agar pembelajaran dapat mencapai hasil yang maksimal diperlukan adanya pemanfaatan media, salah satunya media video.

Video merupakan serangkaian gambar gerak yang disertai suara yang membentuk suatu kesatuan yang dirangkai menjadi alur, dengan pesan-pesan di dalamnya untuk ketercapaian tujuan pembelajaran yang disimpan dengan proses penyimpanan pada media pita atau disk Arsyad (2004).Video merupakan media audio visual yang menampilkan gerak (Sadiman, 2008).

2.1.2 Karakteristik Media Video

Krakteristik media video pembelajaran untuk menghasilkan video pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan efektivitas penggunanya

(2)

12 maka pengembangan video pembelajaran harus memperhatikan karakteristik dan kriterianya. Menurut Cheppy Riyana (2007) Karakteristik video pembelajaran antara lain Clarity of Massage (kejalasan pesan) dengan media video siswa dapat memahami pesan pembelajaran secara lebih bermakna dan informasi dapat diterima secara utuh sehingga dengan sendirinya informasi akan tersimpan dalam memory jangka panjang dan bersifat retensi, kemudian Stand Alone (berdiri sendiri) video yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain, selanjutnya user friendly (bersahabat/akrab dengan pemakainya).Media video menggunakan

bahasa yang sedehana, mudah dimengerti, dan menggunakan bahasa yang umum.

Paparan informasi yang tampil 23 bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan, representasi isi materi harus benar-benar representatif, misalnya materi simulasi atau demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik sosial maupun sain dapat dibuat menjadi media video, visualisasi dengan media materi dikemas secara multimedia terdapat didalamnya teks, animasi, sound, dan video sesuai tuntutan materi.

Materi-materi yang digunakan bersifat aplikatif, berproses, sulit terjangkau berbahaya apabila langsung dipraktikkan, memiliki tingkat keakurasian tinngi, menggunakan kualitas resolusi yang tinggi Tampilan berupa grafis media video dibuat dengan teknologi rakayasa digital dengan resolusi tinggi tetapi support untuk setiap spech sistem komputer Dapat digunakan secara klasikal atau individual. Video pembelajaran dapat digunakan oleh para siswa secara

(3)

13 individual, tidak hanya dalam setting sekolah, tetapi juga dirumah. Dapat pula digunakan secara klasikal dengan jumlah siswa maksimal 50 orang bias dapat dipandu oleh guru atau cukup mendengarkan uraian narasi dari narator yang telah tersedia dalam program.

2.1.3 Kelebihan dan Kelemahan media Video

Dalam setiap media pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekurangan adapun kelebihan Media Video antara lain dapat melatih siswa untuk mengembangkan daya imajinasi yang abstrak, dapat merangsang partisipasi aktif para siswa, menyajikan pesan dan informasi secara serempak bagi seluruh siswa, membangkitkan motivasi belajar mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, terakhir dapat menyajikan laporan-laporan yang aktual dan orisinil yang sulit dengan menggunkan media lain.

Ada kelebihan tentu saja ada kelemahan, kelemahan media video antara lain hanya mampu melayani secara baik untuk mereka yang sudah mampu berpikir abstrak, memerlukan peralatan khusus dalam penyajiannya, dan kelas lain terganggu ketika penayangan film berlangsung karena suaranya yang keras dapat menggangu konsentrasi belajar kelas lain.

2.1.4 Tujuan dan Fungsi Media Video

Berdasarkan pengertian media video yakni media yang mempunyai suara, ada gerakan dan bentuk obyeknya dapat dilihat, media ini paling lengkap, maka tujuan dari media video adalah untuk menyajikan informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik mudah dimengerti dan jelas. Informasi akan mudah

(4)

14 dimengerti karena sebanyak mungkin indera, terutama telinga dan mata, digunakan untuk menyerap informasi itu.

Menurut Riyana (2007) media video pembelajaran sebagai bahan ajar bertujuan untuk, memperjelas dan mempermudah penyampaian pesan agar tidak terlalu verbalistis, mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera peserta didik maupun instruktur, dan dapat digunakan secara tepat dan bervariasi.

Penggunaan media video ini selain mempunyai tujuan juga mempunyai fungsi sehingga proses dalam pembelajaran akan sesuai dengan yang diharapkan.

Fungsi-fungsi dari media video adalah sebagai antara lain, dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi siswa kepada isi pelajaran, dapat terlihat dari tingkat keterlibatan emosi dan sikap siswa pada saat menyimak tayangan materi pelajaran yang disertai dengan visualisasi, membantu pemahaman dan ingatan isi materi bagi siswa yang lemah dalam membaca.

2.2 Profil Pelajar Pancasila 2.2.1 Pelajar Pancasila

Pelajar merupakan komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, pelajar dapat ditinjau melalui berbagai pendekatan seperti pendekatan sosial, pendekatan psikologis dan pendekatan edukatif atau pendekatan pedagogis.

Menurut Muhaimin (2005), pelajar dilihat sebagai seseorang “subjek didik” yang mana nilai kemanusian sebagai individu, sebagai makhluk sosial yang mempunyai

(5)

15 identitas moral, harus dikembangkan untuk mencapai tingkatan optimal dan kriteria kehidupan sebagai warga negara yang diharapkan.

Pelajar Pancasila adalah istilah yang diberikan pada siswa yang ada pada jenjang pendidikan di mana pelajar tersebut mengamalkan atau mengoptimalkan nilai-nilai pancasila dengan bertujuan pembentukan karakter sesuai dengan apa yang terkandung dalam nilai pancasila.

2.2.2 Hakikat Profil Pelajar Pancasila

Profil Pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila, dengan enam ciri utama: beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif (sumber:ditpsd.kemendikbud).

2.2.3 Ciri-ciri Profil Pelajar Pancasila

Ciri-ciri Profil Pelajar Pancasila antara lain adalah sebagai berikut:

2.2.3.1 Beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, Pelajar Indonesia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak adalah pelajar yang berakhlak dalam hubungannya dengan Tuhan Yang Maha Esa. Ia memahami ajaran agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahaman tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Ada lima elemen kunci beriman, bertakwa kepada Tuhan YME, dan berakhlak mulia, akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, dan akhlak bernegara.

(6)

16 2.2.3.2 Berkebinekaan global, pelajar indonesia mempertahankan budaya luhur, lokalitas dan identitasnya, dan tetap berpikiran terbuka dalam berinteraksi dengan budaya lain, sehingga menumbuhkan rasa saling menghargai dan kemungkinan terbentuknya dengan budaya luhur yang positif dan tidak bertentangan dengan budaya luhur bangsa. Elemen dan kunci kebinekaan global meliputi mengenal dan menghargai budaya, kemampuan komunikasi interkultural dalam berinteraksi dengan sesama, dan refleksi dan tanggung jawab terhadap pengalaman kebinekaan.

2.2.3.3 Bergotong royong, pelajar indonesia memiliki kemampuan bergotong- royong, yaitu kemampuan untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Elemen-elemen dari bergotong royong adalah kolaborasi, kepedulian, dan berbagi.

2.2.3.4 Mandiri dan bernalar kritis, pelajar indonesia merupakan pelajar mandiri, yaitu pelajar yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya.

Elemen kunci dari mandiri terdiri dari kesadaran akan diri bernalar kritis, Pelajar yang bernalar kritis mampu secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkannya.

Elemen-elemen dari bernalar kritis adalah memperoleh dan memproses informasi dan gagasan, menganalisis dan mengevaluasi penalaran, merefleksi pemikiran dan proses berpikir, dan mengambil Keputusan.

(7)

17 2.2.3.5 Kreatif, Pelajar yang kreatif mampu memodifikasi dan menghasilkan sesuatu yang orisinal, bermakna, bermanfaat, dan berdampak. Elemen kunci dari kreatif terdiri dari menghasilkan gagasan yang orisinal serta menghasilkan karya dan tindakan yang orisinal.

(sumber:ditpsd.kemendikbud) 2.3 Kemandirian

2.3.1 Pengertian karakter kemandirian

Kemandirian berasal dari kata mandiri, dalam bahasa Jawa berarti berdiri sendiri. Kemandirian dalam arti psikologis dan mentalis mengandung pengertian keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain. Kemampuan demikian hanya mungkin dimiliki jika seseorang berkemampuan memikirkan dengan seksama tentang sesuatu yang dikerjakannya atau diputuskannya, baik dalam segi-segi manfaat atau keuntungannya maupun segi-segi negatif dan kerugian yang akan dialaminya. Kemandirian bertitik tolak pada paradigma yang menyatakan bahwa setiap individu atau kelompok bertanggung jawab atas kehidupannya sendiri.

Stein dan Book menyatakan bahwa kemandirian merupakan kemampuan untuk mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri dalam berfikir dan bertidnak serta tidak bergantung pada orang lain secara emosional.

Jika ditinjau dari perspektif psikologis, menurut Luther kemandirian pada dasarnya berawal dari adanya rasa kemandirian diri (self-efficacy) atau persepsi seseorang tentang seberapa baik individu dapat menangani suatu masalah yang muncul. Kemandirian sebagai salah satu aspek yang ingin dicapai tidak akan

(8)

18 muncul secara tiba-tiba, tetapi perlu dilatih dan membutuhkan proses yang panjang. Salah satu upaya untuk mencapainya adalah menciptakan suasana kondusif yang memungkinkan anak mengembangkan kemandirian tersebut.

Kemandirian bukan hanya sekedar mandiri dalam arti sempit, melainkan juga dalam arti luas yaitu bagaimana anak mengalami dan melakukan kegiatan sosial.

Menurut Bathi (2007), kemandirian merupakan perilaku yang aktivitasnya diarahkan kepada diri sendiri, tidak banyak mengharapkan bantuan dari orang lain, dan bahkan mencoba memecahkan masalahnya sendiri. Witherington dalam Spencer mengemukakan bahwa perilaku kemandirian ditunjukkan dengan adanya kemampuan untuk mengambil inisiatif, kemampuan mengatasi masalah serta keinginan untuk mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Sedangkan Lindzey dan Aronson (2009) menyatakan bahwa orang-orang yang mandiri menunjukkan inisiatif, berusaha untuk mengejar prestasi, menunjukkan rasa percaya diri yang besar, secara relatif jarang mencari perlindungan dari orang lain serta mempunyai rasa ingin menonjol. Mandiri adalah sikap yang mampu mengurus kehidupannya sendiri dan tidak menjadi beban orang lain. Sikap mandiri bukan sikap egois atau hidup sendiri, melainkan sikap bersedia dan mampu membangun kehidupan sendiri dalam rangka kebersamaan.

Kemandirian merupakan kemampuan penting dalam hidup seseorang yang perlu dilatih sejak dini. Seseorang dikatakan mandiri jika dalam menjalani kehidupan tidak tergantung kepada orang lain khususnya dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Kemandirian juga ditunjukkan dengan adanya kemampuan

(9)

19 mengambil keputusan serta mengatasi masalah. Dengan demikian setiap anak perlu dilatih untuk mengembangkan kemandirian sesuai kapasitas dan tahapan perkembangannya.

2.3.2 Ciri - ciri Kemandirian

Menurut Covey (dalam Rika 2017) menegaskan bahwa kemandirian memiliki ciri-ciri, diantarnya, secara fisik mampu bekerja sendiri, secara mental dapat berpikir sendiri, secara kreatif mampu mengekspresikan gagasannya dengan cara yang mudah dipahami, secara emosional kegiatan yang dilakukannya dipertanggung jawabkan sendiri

2.3.3 Aspek-aspek Kemandirian

Menurut Mu’tadin (2002) kemandirian dalam konteks individu memiliki aspek yang lebih luas dari sekedar aspek fisik, yaitu: aspek emosi ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosi, asek ekonomi ditunjukkan dengan kemampuan mengatur ekonomi dan tidak tergantung kebutuhan ekonomi pada orang tua, aspek intelektual ditunjukkan dengan kemampuan mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dan aspek sosial ditunjukan dengan kemempuan berinteraksi pada orang lain.

Aspek-aspek kemandirian diantaranya, kebebasan, merupakan hak asasi bagi setiap manusia, begitu juga seorang anak. Anak cenderung akan mengalami kesulitan untuk mengembangkan kemampuan dirinya dan mencapai tujuan hidupnya, bila tanpa kebebasan. Perwujudan kemandirian seseorang dapat dilihat dalam kebebasannya membuat keputusan, inisiatif, merupakan suatu ide yang diwujudkan ke dalam bentuk tingkah laku. Perwujudan kemandirian seseorang

(10)

20 dapat dilihat dalam kemampuannya untuk mengemukakan ide, berpendapat, memenuhi kebutuhan sendiri dan berani mempertahankan sikap, percaya diri, merupakan sikap individu yang menunjukkan keyakinan bahwa dirinya dapat mengembangkan rasa dihargai. Perwujudan kemandirian anak dapat dilihat dalam kemampuan untuk berani memilih, percaya akan kemampuannya dalam mengorganisasikan diri dan menghasilkan sesuatu yang baik.

Tanggung Jawab, merupakan aspek yang tidak hanya ditujukan pada diri anak itu sendiri tetapi juga kepada orang lain. Perwujudan kemandirian dapat dilihat dalam tanggung jawab seseorang untuk berani menanggung resiko atas konsekuensi dari keputusan yang telah diambil, menunjukkan loyalitas dan memiliki kemampuan untuk membedakan atau memisahkan antara kehidupan dirinya dengan orang lain di dalam lingkungannya.

Ketegasan Diri, merupakan aspek yang menunjukkan adanya suatu kemampuan untuk mengandalkan dirinya sendiri. Perwujudan kemandirian seseorang dapat dilihat dalam keberanian seseorang untuk mengambil resiko dan mempertahankan pendapat meskipun pendapatnya berbeda dengan orang lain 2.3.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi kemandirian

Menurut Santrock (2001) faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian dan membentuk kemandirian adalah Lingkungan keluarga (internal) dan masyarakat (eksternal) yang akan membentuk kepribadian seseorang termasuk kemandirian.

(11)

21 2.3.4.1 Faktor internal

Faktor internal merupakan semua pengaruh yang bersumber dari dalam diri anak itu sendiri, seperti keadaan keturunan dan konstitusi tubuhnya sejak dilahirkan dengan segala perlengkapan yang melekat padanya. Faktor internal terdiri dari, Faktor Peran Jenis Kelamin, secara fisik anak laki-laki dan wanita tampak jelas perbedaan dalam perkembangan kemandiriannya.

Dalam perkembangan kemandirian, anak laki-laki biasanya lebih aktif dari pada anak perempuan, Faktor Kecerdasan atau Intelegensi, anak yang memiliki intelegensi yang tinggi akan lebih cepat menangkap sesuatu yang membutuhkan kemampuan berpikir, sehingga siswa yang cerdas cenderung cepat dalam membuat keputusan untuk bertindak, dibarengi dengan kemampuan menganalisis yang baik terhadap resiko-resiko yang akan dihadapi. Intelegensi berhubungan dengan tingkat kemandirian siswa, artinya semakin tinggi intelegensi seorang siswa maka semakin tinggi pula tingkat kemandiriannya, Faktor Perkembangan, kemandirian akan banyak memberikan dampak yang positif bagi perkemangan siswa. Oleh karena itu, guru perlu mengajarkan kemandirian sesuai dengan kemampuan perkembangan siswa.

2.3.4.2 Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan pengaruh yang berasal dari luar dirinya, sering pula dinamakan faktor lingkungan. Lingkungan kehidupan yang dihadapi anak sangat mempengaruhi perkembangan kepribadiannya, baik dalam segi-segi negatif maupun positif. Biasanya jika lingkungan keluarga, sosial dan masyarakatnya baik, cenderung akan berdampak positif dalam hal kemandirian

(12)

22 anak terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupan.

Faktor eksternal terdiri dari Faktor Pola Asuh, untuk bisa mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga serta lingkungan sekitarnya, untuk itu orang tua dan respon dari lingkungan sosial sangat diperlukan bagi anak untuk setiap perilaku yang telah dilakukannya, Faktor Sosial Budaya, merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan anak, terutama dalam bidang nilai dan kebiasaan-kebiasaan hidup akan membentuk kepribadiannya, termasuk pula dalam hal kemandiriannya, terutama di Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya yang beragam, Faktor Lingkungan Sosial Ekonomi, faktor sosial ekonomi yang memadai dengan pola pendidikan dan pembiasaan yang baik akan mendukung perkembangan siswa menjadi mandiri.

2.4 Penelitian Terdahulu

Berikut adalah tabel penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No Judul Penelitian Penulis

Persamaan dan Perbedaan Hasil Penelitian

1. Pengaruh Penggunaan media Pembelajaran Video Terhadap hasil belajar Siswa Mata Pelajaran KBGT

Yayuk Sulistio Rini, Hanesman (2019)

Persamaan penelitian ini adalah variabel pengaruh penggunaan pembelajaran video, Sedangkan perbedaan nya adalah pada variabel hasil belajar

(13)

23 2. Pengaruh pembelajaran video

tutorial terhadadap prestasi belajar

Lis Parida, Bambang Sahono, Johanes Sapri (2019)

Persamaan penelitian ini adalah penggunaan pembelajaran video ,Sedangakan perbedaan nya adalah pengaruh terhadap prestasi belajar

3. Pengaruh penggunaan video pembelajaran terhadap motivasi belajar menjahit gaun pada siswa kelas X jurusan tata busana di SMK Diponegoro

Marinda Yuni Asari (2017)

Persamaan penelitian ini penggunaan video pembelajaran, sedangkan perbedaan nya adalah pada pengaruh motivasi belajar menjahit.

4. Pengaruh penggunaan media pembelajaran cideo terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi

Defina sari (2018)

Persamaan pada penelitian ini penggunaan Variabel X yaitu penggunaan media pembelajaran video sedangkan perbedaannya adalah pada variable Y yaitu motivasi belajar siswa.

2.5 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah suatu alur dalam penelitian yang digambarkan dalam bentuk diagram atau skema yang sederhana dimana untuk menggambarkan analisis penelitian keseluruhan yang dilakukan oleh peneliti.

(14)

24 Gambar 1. Kerangka pemikiran

Keberhasilan proses pembelajaran dalam dunia pendidikan dapat tercermin dari peningkatan mutu lulusan yang dihasilkannya. Untuk itu perlu adanya peran aktif seluruh komponen pendidikan terutama siswa yang berfungsi

Media Pembelajaran

Media Audio Media Video Media audio Visual

Mengunaakan media video Profil Pelajar Pancasila

Evaluasi

Ada Pengaruh terhadap kemandirian Tidak ada Pengaruh terhadap kemandirian

Temuan

Kesimpulan dan saran

(15)

25 sebagai input sekaligus calon output dan guru sebagai fasilitator. Dalam proses belajar mengajar guru diharapkan mampu memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh siswa untuk dapat digunakan dalam belajar.

Salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi kemandirian adalah kegiatan belajar yang menarik yaitu dengan menggunakan media pembelajaran Media yang dipilih dapat berupa audio,video maupun audio visual. Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan belajar siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar.

Kegiatan proses pembelajaran guru diharuskan mampu membuat media pembelajaran yang menarik dan dapat dipahami sehingga membantu siswa agar dapat belajar secara optimal dan mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar adalah dengan adanya media pembelajaran yang menarik diantaranya menggunakan media video Profil Pelajar Pancasila.

Media tersebut dapan menjadi acuan dalam pembelajaran dan menjadi tolak ukur apakah ada pengaruh atau tidak dalam karakter kemandirian siswa.

2.6 Asumsi dan Hipotesis 2.6.1 Asumsi

Asumsi adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti harus dirumuskan secara jelas Arikunto (2010). Asumsi adalah pernyataan yang dianggap benar, tujuannya adalah umtuk membantu dan memcahkan masalah yang dihadapi Sugiono (2008). Berdasarkan pengertian tersebut,

(16)

26 maka asumsi yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah banyak siswa yang merasa jenuh dengan pembelajaran yang monoton karena guru kurang mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran.

2.6.2 Hipotesis

Hipotesis dibutuhkan dalam penelitian ini. hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penilitian telah dirumuskan dalam bentuk pertanyaan Sugiono (2012). Berdasarkan teori yang dipaparkan dapat diajukan dua macam hipotesis yaitu:

2.6.2.1 Hipotesis Alternatif (HA) ada pengaruh penggunaan media pembelajaran video Profil Pelajar Pancasila pada pembelajaran PPKn Terhadap Kemandirian Siswa di SMK Muhammadiyah 1 Batu.

2.6.2.2 Hipotesis Nihil (Ho) tidak ada pengaruh penggunaan media pembelajaran video Profil Pelajar Pancasila pada pembelajaran PPKn Terhadap Kemandirian Siswa di SMK Muhammadiyah 1 Batu.

Referensi

Dokumen terkait

Motivasi Intristik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap dari individu sudah ada dorongan untuk

Hurlock (2006) mengemukakan bahwa orang tua yang mendidik anak dengan menggunakan pola asuh otoriter memperlihatkan ciri- ciri sebagai berikut: orang tua menerapkan

Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak usia dini, di antaranya faktor internal (biologis, jenis kelamin, usia, kecerdasan) dan faktor eksternal (pola asuh,

Sumber daya pekerjaan meliputi empat faktor yaitu: otonomi (autonomy), dukungan sosial (social support), bimbingan dari atasan (supervisory coaching), dan

Dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga berperan penting dalam proses kesembuhan pasien stroke yang mana pasien stroke sangat membutuhkan dorongan keluarga

Ambiguitas Peran Konflik Peran Beban Kerja Dukungan Atasan Dukungan Keluarga Iklim Organisasi Demografi Harga Diri Locus Of Control Budaya Organisasi Kepuasan Terhadap

Walaupun anak yang dididik dengan pola asuh ini kebanyakan akan cenderung menjadi implusive (memerlukan dorongan dari orang lain), manja, kurang mandiri, egois, mau menang

Perbaikan terhadap pola asuh Pola asuh yaitu cara pemberian makanan yang dilakukan keluarga yang salah dengan tenggang waktu yang lama atau terus menerus, tidak memberikan ASI