• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2018 DAFTAR ISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2018 DAFTAR ISI"

Copied!
308
0
0

Teks penuh

(1)

i

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GRAFIK ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi BAB I PENDAHULUAN ... I-1 1.1 Latar Belakang ... I-1 1.2 Dasar Hukum ... I-3 1.3 Hubungan Antardokumen ... I-4 1.4 Maksud dan Tujuan ... I-4 1.5 Sistematika Dokumen RKPD ... I-5 BAB II EVALUASI HASIL CAPAIAN PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN

KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN ... II-1 2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah ... II-1 2.1.1 Aspek Geografis dan Demografis ... II-1 2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah ... II-6 2.1.3 Wilayah Rawan Bencana ... II-9 2.1.4 Kondisi Demografi ... II-10 2.1.5 Aspek Kesejahteraan Masyarakat ... II-14 2.1.6 Aspek Pelayanan Umum ... II-15 2.1.7 Aspek Daya Saing ... II-87 2.1.8 Evaluasi Pencapaian MDGs Provinsi Lampung Tahun 2015 ... II-92 2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD sampai dengan Tahun 2016 dan

Realisasi RPJMD ...II-100 2.2.1 Evaluasi Indikator Kerja Utama Pembangunan Daerah ... II-100 2.3 Permasalahan dan Isu Strategis Pembangunan Daerah ...II-109 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH . III-1 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ... III-1 3.1.1 Kinerja Makro Ekonomi Daerah ... III-4 3.1.2 Kinerja Sosial Ekonomi Daerah ...III-11 3.1.3 Tantangan dan Prospek Perekonomian Daerah ...III-19 3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah ... III-31 3.2.1 Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan ...III-32 3.2.2 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah ...III-35 3.2.3 Arah Kebijakan Belanja Daerah ...III-36 3.2.4 Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah ...III-40 BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH ... IV-1 4.1 TINJAUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL ...IV-1 4.1.1 VISI DAN MISI RPJMN 2015-2019 ... IV-1 4.1.2 STRATEGI DAN AGENDA PRIORITAS RPJMN 2015-2019 ... IV-2 4.1.3 SASARAN POKOK RPJMN 2015-2019 ... IV-5 4.1.4 ARAH KEBIJAKAN UMUM RPJMN 2015-2019 ... IV-6 4.1.5 TEMA, PRIORITAS DAN SASARAN MAKRO PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2018 IV-8

4.2 TINJAUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG 2015-2019 ... IV-10 4.2.1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Starategi dan Arah Kebijakan RPJMD Provinsi Lampung 2015-2019 ... IV-10 4.3 PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2018 ... IV-42 4.3.1 Program Prioritas Daerah ... IV-51 4.3.2 Program Lintas Bidang ... IV-74 4.3.3 Dukungan terhadap Program Strategis Nasional ... IV-80 4.4 PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN PROVINSI LAMPUNG ... IV-88 4.5 Arah Pengembangan Klaster Wilayah Pembangunan ... IV-93

(2)

ii BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH ... V-1

5.1 Program Prioritas Berdasarkan Urusan Pemerintahan sebagaimana Undang-Undang 23 Tahun 2014 ... V-2 5.2 Sinkronisasi Program Prioritas MenurutPrioritas Pembangunan Daerah ... V-7 5.3 Program Prioritas Berdasarkan Perangkat Daerah ... V-34 5.4 Sinkronisasi Program Prioritas Daerah Provinsi Lampung dengan Prioritas

Pembangunan Nasional ... V-36 BAB VI PENUTUP ... VI-1

(3)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel II-1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Luas Wilayah, dan Kepadatan menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2015 --- II-10 Tabel II-2 Pengangguran Terbuka menuru Daerah kota-Desa Provinsi Lampung Agustus 2014

dan Februari – Agustus 2015 --- II-12 Tabel II-3 Angka Partisipasi Kasar menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2013 –

2015 --- II-16 Tabel II-4 Angka Partisipasi Murni menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2013

– 2015 --- II-17 Tabel II-5 Angka Partisipasi Sekolah menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2013 –

2015 --- II-18 Tabel II-6 Kemantapan Jalan Provinsi Tahun 2015 --- II-24 Tabel II-7 Kondisi Jalan Ruas Provinsi, 2011 – 2015 --- II-25 Tabel II-8 Perkembangan Kondisi Jalan Mantap, 2011 – 2015 --- II-25 Tabel II-9 Kondisi Jalan Nasional di Provinsi Lampung, 2015 --- II-27 Tabel II-10 Legalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah se-Provinsi Lampung --- II-29 Tabel II-11 Total Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat, Penumpang, Bagasi, dan Kargo di

Bandar Udara Raden Inten II Tahun 2011 – 2015 --- II-33 Tabel II-12 Jumlah Penduduk Provinsi Lampung Semester II, 2015 --- II-36 Tabel II-13 Jumlah Keluarga Sejahtera menurut Tahapan Kesejahteraan, 2013 – 2015 --- II-38 Tabel II-14 Kinerja Balai Latihan Kerja se-Provinsi Lampung, 2015 --- II-40 Tabel II-15 Realisasi Bidang Ketenagakerjaan, 2015 --- II-40 Tabel II-16 Capaian Kinerja Bidang Koperasi, 2014 – 2015 --- II-41 Tabel II-17 Realisasi Investasi dari Dana Proyek/Perusahaan PMA dan PMDN, 2015 --- II-44 Tabel II-18 Perkembangan Jumlah Investasi dan Proyek PMA dan PMDN, 2011 – 2015 --- II-44 Tabel II-19 Jumlah Pengunjung Museum, 2015 --- II-46 Tabel II-20 Jumlah Sanggar Kesenian, 2015 --- II-46 Tabel II-21 Perolehan Medali Provinsi Lampung pada POPNAS 2015--- II-48 Tabel II-22 Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Meningkatnya Kapasitas dan Akuntabilitas

Kinerja Pelayanan Publik --- II-49 Tabel II-23 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah, 2011 – 2015 --- II-50 Tabel II-24 Peraturan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015 dengan Status/Aspek LegalitasnyaII-50 Tabel II-25 Peraturan Gubernur Lampung Tahun 2015 dengan Status/Aspek Legalitasnya --- II-51 Tabel II-26 Capaian Kinerja Pemberdayaan Desa dan Masyarakat --- II-55 Tabel II-27 Sasaran Kinerja Utama Bidang Komunikasi dan Informasi, 2015 --- II-57 Tabel II-28 Kinerja Ketahanan Pangan Daerah, 2015 --- II-60 Tabel II-29 Analisis Capaian Kinerja Sasaran, 2015 --- II-63 Tabel II-30 Data Penanaman yan Dilakukan pada Tahun 2015 --- II-68 Tabel II-31 Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Meningkatnya Cakupan Pelayanan dan

Kualitas Infrastruktur Energi dan Ketenagalistrikan di Provinsi Lampung --- II-76 Tabel II-32 Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Meningkatnya Sektor Pariwisata terhadap

Perekonomian Daerah --- II-78 Tabel II-33 Jumlah Wisatawan Nusantara dan Mancanegara, 2011 – 2015 --- II-79 Tabel II-34 Produksi Perikanan Budidaya dan Perikanan Tangkap, 2014 – 2015 --- II-79 Tabel II-35 Perbandingan Ekspor Berdasarkan Komoditas Utama --- II-81 Tabel II-36 Ekspor Berdasarkan Komoditas Utama Provinsi Lampung, 2015 --- II-81 Tabel II-37 Ekspor Provinsi Lampung berdasarkan Negara Tujuan, 2015 --- II-82 Tabel II-38 Nilai Impor Provinsi Lampung, 2011 – 2015 (juta US$) --- II-83 Tabel II-39 Neraca Perdagangan Non-migas Provinsi Lampung Januari – Desember 2015 --- II-83 Tabel II-40 Realisasi Pelayanan Tera/Tera Ulan UTTP dan SPBU, 2015 --- II-84 Tabel II-41 Kondisi Ketenagakerjaa Provinsi Lampung, 2011 – 2015 --- II-91 Tabel II-42 Indikator Kinerja dan Target Pembangunan Provinsi Lampung Tahun 2016 --- II-100

(4)

iv Tabel III-1 PDRB Provinsi Lampung Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2011 –

2016(Miliar Rupiah) --- III-4 Tabel III-2 Distribusi PDRB Provinsi Lampung Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 2011 –

2016 --- III-4 Tabel III-3 Distribusi PDRB PRovinsi Lampung Berdasarkan Pengeluaran tahun 2011 – 2016 --- III-5 Tabel III-4 Rasio PMTB terhadap PDRB dan ICOR Provinsi Lampung Tahun 2011 – 2016 --- III-6 Tabel III-5 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung menurut Lapangan Usaha (persen, ADHK

2010) --- III-7 Tabel III-6 III-9

Tabel III-7 Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2016 (Ribu Jiwa) --- III-12 Tabel III-8 Tingkat Pengangguran Terbuka Indonesia dan Lampung Tahun 2011 – 2016

(Persen) --- III-13 Tabel III-9 Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Wilayak Kota-Desa Provinsi Lampung

Tahun 2013 – 2015 --- III-14 Tabel III-10 Kontribusi PDRB Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung terhadap Total PDRB

Tahun 2011 – 2015 (Persen) --- III-15 Tabel III-11 PDRB Per Kapita Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung Tahun 2011 – 2015 (Juta

Rupiah) --- III-16 Tabel III-12 Persentase Penduduk yang Bekerja di Provinsi Lampung Berdasarkan Kelompok

Usaha Tahun 2014 – 2015 --- III-18 Tabel III-13 Beberapa Sasaran Kinerja Ekonomi dan Sosial Ekonomi Provinsi Lampung --- III-30 Tabel III-14 Realisasi Pendapatan Daerah tahun 2012 – 2016 (Juta Rupiah) --- III-32 Tabel III-15 Rasio PAD terhadap PDRB Provinsi Lampung Tahun 2012 – 2018 (Juta Rupiah) -- III-34 Tabel III-16 Realisasi dan Proyeksi Pendapatan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2014 – 2017

(Juta Rupiah)--- III-34 Tabel III-17 Realisasi Tahun 2012 – 2016, Target 2017 dan Proyeksi Tahun 2018 Belanja

Daerah Provinsi Lampung (Juta Rupiah) --- III-39 Tabel III-18 Realisasi Pembiayaan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015 – 2016, Target Tahun

2017 dan Proyeksi Tahun 2018 --- III-42 Tabel IV-1 IV-10

Tabel IV-2 Sasaran Makro rencana kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Lampung Tahun 2018 --- IV-42 Tabel IV-4 Prioritas Pembangunan Provinsi Lampung Bidang Infrastruktur Tahun 2017 --- IV-52 Tabel IV-5 Prioritas Pembangunan Provinsi Lampung Bidang Investasi Tahun 2017 --- IV-54 Tabel IV-6 Prioritas Pembangunan Provinsi Lampung Bidang Reformasi Birokrasi Tahun 2017IV-56 Tabel IV-7 Prioritas Pembangunan Provinsi Lampung Bidang Pertanian Tahun 2017 --- IV-63 Tabel IV-8 Prioritas Pembangunan Provinsi Lampung Bidang Kesehatan Tahun 2017 --- IV-68 Tabel IV-9 Prioritas Pembangunan Provinsi Lampung Bidang Pendidikan Tahun 2017 --- IV-71 Tabel IV-3 Korelasi Program Pembangunan Provinsi Lampung dalam Merespon Program MDGsIV-80 Tabel IV-4 Pilar Pembangunan Pangan Gizi beserta Program/Kegiatan Tahun 2017 --- IV-85 Tabel IV-5Sasaran Makro RPJMDProvinsi Lampung 2015-2019 --- IV-100

(5)

v

DAFTAR GRAFIK

Grafik II-1 Tingkat Pengangguran Terbuka Lampung dan Indonesia Tahun 2011 – 2015 --- II-12 Grafik II-2 Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung

2015 --- II-13 Grafik II-3 Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Kerja, Agustus 2015--- II-13 Grafik II-4 Pertumbuhan Ekonomi Lampung dan Indonesia Tahun 2010 – 2015 --- II-14 Grafik II-5 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung, 2014 --- II-15 Grafik II-6 Angka Melek Huruf Provinsi Lampung, Tahun 2010 – 2015 --- II-16 Grafik II-7 Angka Melek Huruf menurut Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung, 2015 --- II-16 Grafik II-8 Angka Harapan Hidup menurut Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung dan

Indonesia, 2015 --- II-19 Grafik II-9 Distribusi Angka Case Notification Rate (CNR) Tuberkolusis di Antara 100.000

Penduduk menurut Kabupaten/Kota, 2015 --- II-21 Grafik II-10 Disttribusi Angka Kesakitan Malaria Positif per 1.000 Penduduk menurut

Kabupaten/Kota, 2015 --- II-23 Grafik II-11 Distribusi Angka Case Notification Rate (CNR) Tuberkolusis di antara 100.000

Penduduk menurut Kabupaten/Kota, 2015 --- II-24 Grafik II-12 Perbandingan Kondisi Jalan Mantap dan Tidak Mantap, 2011 – 2015 --- II-26 Grafik II-13 Perbandingan Kondisi Jalan menurut Tingkat Kerusakan, 2011 – 2015 --- II-26 Grafik II-14 Kondisi Jalan Nasional di Provinsi Lampung, 2011 – 2015 --- II-27 Grafik II-15 Proporsi Rumah Tangga terhadap Akses Air Minum Layak, 2015 --- II-28 Grafik II-16 Proporsi Rumah Tangga terhadap Akses Sanitasi Layak menurut Kabupaten/Kota,

2015 --- II-28 Grafik II-17 Proporsi Rumah Tangga Kumuh menurut Kabupaten/Kota, 2015 --- II-29 Grafik II-18 Pasangan Usia Subur Semua Cara menurut Kabupaten/Kota, 2015 --- II-37 Grafik II-19 Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, 2012 – 2015 --- II-39 Grafik II-20 Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial, 2012 – 2015 --- II-39 Grafik II-21 Perkembangan Jumlah Investasi PMA dan PMDN, 2011 – 2015--- II-44 Grafik II-22 Perkembangan Jumlah Proyek PMA dan PMDN, 2011 – 2015 --- II-45 Grafik II-23 Komposisi PAD Provinsi Lampung, 2015 --- II-49 Grafik II-24 Jumlah Pengunjung Perpustakaan Daerah Provinsi Lampung, 2010 – 2015 --- II-60 Grafik II-25 Indeks Demokrasi Indonesia Lampung, 2009 – 2014 --- II-62 Grafik II-26 Produksi Padi dan Persentasenya terhadap Indonesia, 2010 – 2015 --- II-64 Grafik II-27 Produksi Kedelai dan Persentasenya terhadap Indonesia, 2010 – 2015 --- II-64 Grafik II-28 Produksi Jagung dan Persentasenya terhadap Indonesia 2010 – 2015 --- II-64 Grafik II-29 Jumlah Nilai Ekspor Provinsi Lampung, 2011 – 2015 --- II-80 Grafik II-30 Jumlah Pendapatan Tera dan Tera Ulang UTTP, 2012 – 2015 --- II-85 Grafik III-1 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Provinsi Lampung Tahun 2011 – 2016 --- III-7 Grafik III-2 PDRB per Kapita Indonesia dan Provinsi Lampung Tahun 2011- 2016 (ADHB, Juta

Rupiah) --- III-10 Grafik III-3 Inflasi Provinsi Lampung Tahun 2011 – 2016 (Persen) --- III-11 Grafik III-4 Persentase Penduduk Miskin Indonesia dan Lampung Tahun 2012 – 2016 --- III-11 Grafik III-5 Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Lampung dan Indonesia Tahun 2011 –

2016(Persen) --- III-13 Grafik III-6 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Lampung dan Indonesia Tahun 2011 – 2016III-14 Grafik III-7 Indeks Williamson Provinsi Lampung --- III-16 Grafik III-8 Indeks Gini Provinsi Lampung dan Indonesia Tahun 2012 – 2016 --- III-17 Grafik III-9 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Lampung Tahun 2015 – 2016 --- III-19 Grafik III-10 Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2012 – 2016 (Juta Rupiah)--- III-33 Grafik III-11 Realisasi PAD Tahun 2012 – 2016 (Juta Rupiah) --- III-34 Grafik III-12 Komposisi Belanja Tak Langsung (BTL) dan Belanja Langsung (BL) APBD Provinsi

Lampung Tahun 2012 – 2018 (Persen) --- III-40

(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar I-1 Skema Hubungan Dokumen Perencanaan Nasional dan Daerah --- I-4 Gambar II-1 Peta Wilayah Administrasi Provinsi Lampung --- II-2 Gambar II-2 Piramida Penduduk Provinsi Lampung, 2015 --- II-11 Gambar II-3 Proyeksi Piramida Penduduk Provinsi Lampung, 2034 (Bonus Demografi) --- II-11 Gambar IV-1 Strategi Pembangunan Nasional --- IV-4 Gambar IV-2 StrukturAMPL --- IV-83 Gambar IV-3Peta Rencana Pola Ruang Provinsi Lampung --- IV-89 Gambar IV-4 Pemetaan Zonasi Perwilayahan Pembangunan di Provinsi Lampung ke dalam 3 (Tiga)

Klaster WIlayah --- IV-94 Gambar IV-5 Pemetaan Zonasi Pembangunan dan Pengembangan Wilayah Provinsi Lampung IV-95

(7)

I-1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 23 Tahun 20014 tentang Pemerintahan Daerah, dinyatakan bahwa pemerintah daerah wajib menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

Proses penyusunan RKPD Provinsi Lampung Tahun 2018 mencakup pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan, yaitu: pendekatan politik, teknokratik, partisipatif, bawah-atas (bottom-up), dan atas-bawah (top-down); dengan deskripsi sebagai berikut:

Proses perencanaan dengan pendekatan politik dilakukan dengan mempertimbangkan masukan yang tertuang pada Pokok-pokok Pikiran DPRD Provinsi Lampung dalam penyusunan RKPD Tahun 2018.

▪ Untuk menjaring aspirasi pemangku kepentingan pembangunan sejak tahap awal perencanaan, baik dalam perspektif pendekatan perencanaan secara teknokratik maupun partisipatif ; substansi RKPD yang disusun oleh Pemerintah Daerah diperkaya pula dengan informasi berupa saran/masukan yang dihimpun dari kelompok akademisi, asosiasi profesi, pelaku dunia usaha, kalangan pers, serta perwakilan organisasi kemasyarakatan dan pemangku kepentingan pembangunan lainnya ; yang dilakukan melalui pelaksanaan Forum Konsultasi Publik RKPD Tahun 2018. Dengan demikian, produk perencanaan yang akan dihasilkan oleh pemerintah daerah diharapkan telah pula memenuhi prinsip-prinsip pelaksanaangood governance.

Penyusunan RKPD merupakan kesatuan rangkaian dari proses pendekatan perencanaan pembangunan secara bawah-atas (bottom-up), dimulai dari: Musrenbang tingkat desa/kelurahan dan Kecamatan, Musrenbang kabupaten/kota se-Provinsi Lampung, Musrenbang Provinsi Lampung hingga Musrenbang Nasional; bertujuan untuk menyerap aspirasi dan penyampaian usulan kegiatan pembangunan pada masing-masing lingkup pemerintahan yang dilaksanakan secara berjenjang.

Dalam hal proses pendekatan perencanaan secara atas- bawah (top-down), penyusunan RKPD Provinsi Lampung Tahun 2018 juga dipaduserasikan dengan prioritas dan sasaran pembangunan nasional yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2018 dengan memperhatikan peraturan maupun kebijakan nasional lainnya.

(8)

I-2 Penyusunan RKPD mempunyai kedudukan, peran, dan fungsi yang strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, dimana:

1. Secara substansial, RKPD memuat arah kebijakan ekonomi dan keuangan daerah, rencana program, kegiatan, indikator kinerja, pagu indikatif, kelompok sasaran, lokasi kegiatan, dan prakiraan maju, berdasarkan urusan yang merupakan kewenangan pemerintah daerah yang akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam periode 1 (satu) tahun;

2. Secara normatif, RKPD menjadi dasar penyusunan Kebijakan Umum APBD (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) yang akan diusulkan oleh Kepala Daerah untuk disepakati bersama dengan DPRD sebagai landasan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (R-APBD);

3. Secara operasional, RKPD memuat arahan untuk peningkatan kinerja pemerintahan di bidang pelayanan dan pemberdayaan masyarakat serta pembangunan daerah yang menjadi tanggung jawab masing-masing Kepala SKPD dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang ditetapkan dalam Rencana Kerja SKPD; dan

4. Secara faktual, RKPD menjadi tolok ukur untuk menilai capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam merealisasikan program dan kegiatan guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Sebagaimana diketahui, tahun 2018 merupakan tahun ke-4 pelaksanaan RPJMD Provinsi Lampung 2015-2019 dan RPJMN 2015-2019 merupakan momentum untuk memacu pencapaian visi dan misi pembangunan daerah maupun nasional dalam mengembangkan sektor-sektor produktif yang dapat memperkuat kemandirian masyarakat, yang pada akhirnya dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mempersempit ketimpangan antar kelompok dan antar wilayah.

Disatu sisi, untuk menjaga kesinambungan perencanaan pembangunan, RKPD Provinsi Lampung Tahun 2018 disusun dengan mencermati capaian pembangunan pada tahun sebelumnya serta mempertimbangkan permasalahan dan tantangan yang diperkirakan terjadi pada tahun perencanaan. Disisi yang lain, dalam rangka menjaga konsistensi dan sinergi pencapaian target pembangunan daerah dan nasional, prioritas pembangunan Provinsi Lampung Tahun 2018 juga diarahkan pada dukungan terhadap pencapaian target pembangunan nasional.

Perpaduan dari berbagai tinjauan tersebut selanjutnya dituangkan menjadi Prioritas Pembangunan Provinsi Lampung Tahun 2018, yang meliputi bidang pembangunan : 1) Infrastruktur Konektivitas; 2) Pendidikan dan Pembinaan Mental; 3)

(9)

I-3 Kesehatan; 4) Pertanian dan Kelautan; 5) Pengentasan Kemiskinan; 6) Iklim Investasi dan Pariwsata; 7) Industri, Koperasi dan UMKM; 8) Kamtibmas dan Reformasi Birokrasi.

Keseluruhan prioritas pembangunan tersebut selanjutnya diimplementasikan dalam Rencana Program dan Kegiatan Pembangunan Provinsi Lampung Tahun 2018.

1.2 Dasar Hukum

1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;

2. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

3. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025;

5. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;

6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;

7. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;

12. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;

13. Peraturan Presiden Nomor ... Tahun 2017 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011;

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2017 tentang Penyusunan, Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2018;

(10)

I-4 17. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Lampung Tahun 2005-2025;

18. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung Tahun 2009-2029;

19. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 6 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Lampung Tahun 2015- 2019;

20. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Peragkat Daerah Provinsi Lampung.

1.3 Hubungan Antardokumen

Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah, yang terdiri atas RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, dan Renja SKPD. Perencanaan pembangunan daerah juga mengintegrasikan pelaksanaan layanan dasar kepada masyarakat dan rencana pemanfaatan ruang/wilayah dengan rencana pembangunan daerah.

Gambar I-1

Skema Hubungan Dokumen Perencanaan Nasional dan Daerah

1.4 Maksud dan Tujuan

Secara substansi, dokumen Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Lampung Tahun 2018 memuat deskripsi tentang gambaran umum daerah, capaian sasaran pembangunan sebelumnya, arah kebijakan pembangunan ekonomi dan keuangan daerah, rencana program, kegiatan, kelompok sasaran, lokasi kegiatan, indikator kinerja,

(11)

I-5 pagu indikatif, prakiraan maju, berdasarkan urusan dan kewenangan pemerintah daerah yang akan dilaksanakan pemerintahan daerah dalam kurun waktu 1 (satu) tahun mendatang. Seluruh uraian dalam RKPD tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan kesinambungan pencapaian sasaran dan prioritas pembangunan sebagaimana telah ditetapkan dalam RPJMD Provinsi Lampung yang disinergikan dengan RPJMN Tahun 2015-2019 dan RKP Tahun 2018.

Adapun tujuan penyusunan RKPD adalah:

1) Mengoptimalkan ruang bagi seluruh pemangku kepentingan (stake holder) untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan pembangunan daerah.

2) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya pembangunan secara efisien, efektif berkeadilan dan berkelanjutan.

3) Memberikan arah dan pedoman kepada semua SKPD di lingkungan Pemerintah Provinsi Lampung dalam melaksanakan tugas dan fungsi dalam rangka pencapaian visi dan misi pembangunan Pemerintah Provinsi Lampung berdasarkan prioritas pembangunan daerah.

4) Mewujudkan integrasi, sinkronisasi dan sinergi pembangunan baik antar daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintahan maupun antar tingkat pemerintahan.

5) Mewujudkan keterkaitan dan konsistensi tahapan dan mekanisme antara perencanaan dan penganggaran, dimana RKPD merupakan pedoman bagi Pemerintah Provinsi Lampung dalam menyusun Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Tahun 2018 yang diusulkan oleh Gubernur Lampung untuk disepakati bersama dengan DPRD Provinsi Lampung sebagai landasan penyusunan Rancangan APBD Provinsi Lampung Tahun 2018.

6)

Menyediakan satu bahan tolok ukur untuk melakukan pengendalian, pengawasan dan evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka perwujudan kesejahteraan masyarakat.

1.5 Sistematika Dokumen RKPD

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Lampung Tahu 2018 disusun dengan sistematika sebagai berikut:

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menjelaskan tentang latar belakang penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Lampung Tahun 2018

1.2. Dasar Hukum

(12)

I-6 Menjelaskan peraturan perundang-undangan yang menjadi acuan dalam menyusun Rencana Kerja Pembangunan (RKPD) Provinsi Lampung Tahun 2018

1.3. Hubungan Antardokumen

Menjelaskan tentang keterkaitan penyusunan dokumen Rencana Kerja Pembangunan (RKPD) Provinsi Lampung Tahun 2018 dengan dokumen perencanaan lainnya

1.4. Maksud dan Tujuan

Menjelaskan maksud dan tujuan penyusunan dokumen Rencana Kerja Pembangunan (RKPD) Provinsi Lampung Tahun 2018

1.5. Sistematika

Menjelaskan sistematika dokumen Rencana Kerja Pembangunan (RKPD) Provinsi Lampung Tahun 2018

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah

Menjelaskan tentang data capaian pembangunan Provinsi Lampung berdasarkan Aspek Geografi dan Demografi, Aspek Kesejahteraan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum dan Aspek Daya Saing Daerah

2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program/Kegiatan RKPD Tahun Lalu dan Tahun Berjalan serta Realisasi RPJMD

Menjelaskan realisasi, hasil capaian program dan kegiatan yang direncanakan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Provinsi Lampung sampai dengan tahun 2015 serta persandingan pencapaian indikator Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah(RPJMD) Provinsi Lampung Tahun 2015- 2019

2.3 Permasalahan dan Isu Strategis Pembangunan Daerah

Menjelaskan permasalahan pembangunan daerah yang berhubungan dengan prioritas dan sasaran pembangunan daerah serta isu strategis penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

Menjelaskan tinjauan pembangunan ekonomi nasional dan Provinsi Lampung hingga tahun 2016, serta arah kebijakan, tantangan dan proyeksi pembangunan ekonomi tahun 2017 dan tahun 2018

3.2 Arah Kebijakan Keuangan Daerah

(13)

I-7 Menjelaskan arah kebijakan pendapatan, belanja dan pembiayaan pembangunan tahun 2018

PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4.1 Tinjauan Kebijakan Nasional

Menjelaskan kebijakan Nasional berdasarkan RPJMN 2015-2019 dan RKP Tahun 2018

4.2 Tujuan dan Sasaran Pembangunan

Menjelaskan tujuan dan sasaran, strategi dan arah kebijakan pembangunan berdasarkan misi pembangunan yang telah ditetapkan dalam RPJMD Provinsi Lampung Tahun 2015-2019

4.3 Prioritas Pembangunan

Menjelaskan prioritas pembangunan Provinsi Lampung Tahun 2018 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN

Menjelaskan rincian program dan kegiatan prioritas RKPD Tahun 2018, indikator dan target program dan kegiatan, lokasi, pagu indikatif dan prakiraan maju pelaksanaan kegiatan berdasarkan urusan yang merupakan kewenangan pemerintah daerah.

PENUTUP

Berisi rangkuman singkat dan penegasan tentang pelaksanaan RKPD Tahun 2018

(14)

II-1

BAB II EVALUASI HASIL CAPAIAN PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN

PEMERINTAHAN

2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1 Aspek Geografis dan Demografis 2.1.1.1 Karakteristik Lokasi dan Wilayah

Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Lampung tanggal 18 Maret 1964. Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan 103040’’ (BT) Bujur Timur sampai 105050’’ (BT) Bujur Timur dan 3045’’ (LS) Lintang Selatan sampai 6045’’ (LS) Lintang Selatan. Provinsi Lampung meliputi areal daratan seluas 35.288,35 km (Lampung dalam angka, BPS, 2013) termasuk 132 pulau di sekitarnya dan lautan yang berbatasan dalam jarak 12 mil laut dari garis pantai ke arah laut lepas. Luas perairan laut Provinsi Lampung diperkirakan lebih kurang 24.820 km (atlas Sumberdaya Pesisir Lampung, 1999). Panjang garis pantai Provinsi Lampung lebih kurang 1.105 km, yang membentuk 4 (empat) wilayah pesisir, yaitu Pantai Barat (210 km), Teluk Semangka (200 km), Teluk Lampung dan Selat Sunda (160 km), dan Pantai Timur (270 km).

Provinsi Lampung dengan ibukota Bandar Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 Km2 termasuk 188 pulau yang terletak pada bagian paling ujung Tenggara Pulau Sumatera. Secara geografis Provinsi Lampung terletak pada 1030 40’ – 1050 50’ Bujur Timur;

serta antara 60 45’ – 30 45’ Lintang Selatan.

Batas administratif wilayah Provinsi Lampung adalah:

➢ Sebelah utara dengan Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu

➢ Sebelah selatan dengan Selat Sunda

➢ Sebelah timur dengan Laut Jawa

➢ Sebelah barat dengan Samudera Indonesia

Secara administratif Provinsi Lampung dibagi ke dalam 15 (lima belas) kabupaten/kota yang terdiri atas:

1. Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa.

2. Kabupaten Tanggamus dengan ibukota Kota Agung.

3. Kabupaten Lampung Selatan dengan ibukota Kalianda.

4. Kabupaten Lampung Timur dengan ibukota Sukadana.

5. Kabupaten Lampung Utara dengan ibukota Kotabumi.

(15)

II-2 6. Kabupaten Lampung Tengah dengan ibukota Gunung Sugih.

7. Kabupaten Tulang Bawang dengan ibukota Menggala.

8. Kabupaten Way Kanan dengan ibukota Blambangan Umpu.

9. Kabupaten Pesawaran dengan ibukota Gedung Tataan.

10. Kabupaten Pringsewu dengan ibukota Pringsewu.

11. Kabupaten Mesuji dengan ibukota Mesuji.

12. Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan ibukota Panaragan 13. Kabupaten Pesisir Barat dengan ibukota Krui.

14. Kota Bandar Lampung.

15. Kota Metro.

Untuk mengetahui wilayah administrasi Provinsi lampung dapat dilihat pada peta di bawah ini:

Gambar II-1

Peta Wilayah Administrasi Provinsi Lampung

2.1.1.2 Kondisi Topografi

Menurut kondisi topografi, Provinsi Lampung dapat dibagi ke dalam 5 (lima) satuan ruang, yaitu:

(16)

II-3 a. Daerah berbukit sampai bergunung, dengan ciri khas lereng-lereng yang curam atau terjal dengan kemiringan berkisar 25% dan ketinggian rata-rata 300 m di atas permukaan laut (dpl). Daerah ini meliputi Bukit Barisan, kawasan berbukit di sebelah timur Bukit Barisan, serta Gunung Rajabasa.

b. Daerah berombak sampai bergelombang, yang dicirikan oleh bukit-bukit sempit, kemiringan antara 8% hingga 15%, dan ketinggian antara 300 meter sampai 500 meter d.p.l. Kawasan ini meliputi wilayah Gedong Tataan, Kedaton, Sukoharjo, dan Pulau Panggung, Adirejo, dan Bangunrejo.

c. Dataran alluvial mencakup kawasan yang sangat luas meliputi Lampung Tengah hingga mendekati pantai sebelah timur. Ketinggian kawasan ini berkisar antara 25 hingga 75 meter d.p.l., dengan kemiringan 0% hingga 3%.

d. Rawa pasang surut di sepanjang pantai timur dengan ketinggian 0,5 hingga 1 meter d.p.l.

e. Daerah aliran sungai yaitu Tulang Bawang, Seputih, Sekampung, Semangka, dan Way Jepara.

Sebagian besar lahan di Provinsi Lampung merupakan kawasan hutan yaitu mencapai 1.004.735 Ha (28,47%) dari luas daratan Provinsi Lampung. Selain itu merupakan daerah perkebunan (20,92%); tegalan/ladang (20,50%); daerah pertanian, dan perumahan.

2.1.1.3 Kondisi Hidrologi

Sumberdaya air (tawar) di Provinsi Lampung tersebar di 5 (lima) daerah River Basin.

Bagian terbesar dari hulu sungai ini berada di Kabupaten Lampung Barat, sebagian Lampung Utara, dan sebagian Tanggamus. Daerah River Basin ini meliputi:

1. Daerah River Basin Tulang Bawang terletak di utara hingga ke arah barat, melewati wilayah Kabupaten Lampung Utara dan Way Kanan dengan luas River Basin 10.150 Km² dan panjang 753,5 Km dengan 9 cabang anak sungai membentuk pola aliran dendritik yang merupakan ciri umum sungai-sungai di Lampung. Kepadatan (density) pola aliran sebesar 0,07 dan frekuensi pola aliran 0,0009.

2. Daerah River Basin Seputih terletak di bagian tengah wilayah bagian barat Lampung Tengah ke arah Metro dan Lampung Timur. Luas River Basin 7.550 Km², panjang 965 Km, memiliki 14 cabang sungai, density pola aliran 0,13 dan frekuensi pola aliran 0,0019.

3. Daerah River Basin Sekampung terletak di sebagian besar wilayah Kabupaten Tanggamus, Lampung Tengah, Lampung Selatan bagian Utara, hingga ke arah timur. Luas River Basin ini mencapai 5.675 Km² dengan panjang 623 Km dan memiliki 12 cabang sungai. Pola aliran mencapai kepadatan 0,11 dan frekuensinya mencapai 0,021.

4. Daerah River Basin Semangka terletak di wilayah Kabupaten Tanggamus bagian selatan dan barat ke arah pantai Selat Sunda bagian barat. Luas River Basin ini 1.525 Km² dengan

(17)

II-4 panjang 189 Km, memiliki 8 cabang sungai, kepadatan (density) pola aliran 0,12 dan frekuensi pola aliran 0,0052.

5. Daerah River Basin Way Jepara terletak di Kabupaten Lampung Timur dengan luas 800 Km², dan panjang sungai mencapai 108,5 Km, memiliki 3 cabang sungai, pola aliran dengan kepadatan (density) 0,14 serta frekuensi 0,0038.

Secara hidrogeologi, di Provinsi Lampung terdapat 7 (tujuh) cekungan air tanah, yaitu cekungan air tanah Kalianda, cekungan air tanah Bandar Lampung, cekungan air tanah Metro – Kotabumi, cekungan air tanah Talang Padang, cekungan air tanah Kota Agung, cekungan air tanah Gedong Meneng dan cekungan air tanah Danau Ranau. Dalam rangka konservasi air tanah terdapat beberapa zona pemanfaatan air tanah, yaitu:

a. Zona Aman Potensi Tinggi (ZONA I) b. Zona Aman Potensi Sedang (ZONA II) c. Zona Aman Potensi Kecil (ZONA III) d. Zona Imbuh / Resapan (ZONA IV) e. Zona Bukan CAT

2.1.1.4 Kondisi Klimatologi

Provinsi Lampung terletak di bawah katulistiwa 5° Lintang Selatan beriklim tropis- humid dengan angin laut lembah yang bertiup dari Samudera Indonesia dengan dua musim angin setiap tahunnya, yaitu bulan November hingga Maret angin bertiup dari arah Barat dan Barat Laut, dan bulan Juli hingga Agustus angin bertiup dari arah Timur dan Tenggara.

Kecepatan angin rata-rata tercatat sekitar 5,83 km/jam. Suhu udara rata-rata berkisar antara 260C - 280C, dengan suhu maksimum sebesar 330C dan minimum sebesar 200C. Kelembaban udara di beberapa stasiun pengamatan menunjukkan kisaran antara 75% - 95%. Sedangkan rata-rata curah hujan tahun sebesar 168,95 mm/bulan.

2.1.1.5 Penggunaan Lahan

Pola pemanfaatan ruang pada kawasan lindung pada garis besarnya akan mencakup 6 (enam) fungsi perlindungan sebagai berikut:

a. Kawasan hutan lindung yang tersebar di Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Barat, Lampung Tengah, Tanggamus, dan Way Kanan.

b. Kawasan yang berfungsi sebagai suaka alam untuk melindungi keanekaragaman hayati, ekosistem, dan keunikan alam. Termasuk dalam kawasan ini adalah cagar alam Kepulauan Krakatau, kawasan Bukit Barisan yang membentang dari Utara ke Selatan termasuk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Way Kambas, Taman Hutan Rakyat di sekitar Gunung Betung, Gunung Rajabasa dan kawasan perlindungan satwa Rawa Pacing dan Rawa Pakis, serta ekosistem mangrove dan rawa di pantai Timur dan Selatan.

(18)

II-5 c. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya, terutama berkaitan dengan fungsi hidrologis untuk pencegahan banjir, menahan erosi dan sedimentasi, serta mempertahankan ketersediaan air. Kawasan ini berada pada ketinggian diatas 1.000 mdpl dengan kemiringan lebih dari 40%, bercurah hujan tinggi, atau mampu meresapkan air kedalam tanah. Termasuk dalam kawasan ini adalah sebagian besar kawasan Bukit Barisan bagian timur dan barat yang membentang dari utara ke selatan, Pematang Sulah, Kubu Cukuh, dan kawasan hutan lainnya. Berdasarkan hasil analisis, luas total dari kawasan perlindungan daerah di bawahnya hingga tahun 2029 adalah 687,37 Km2

d. Kawasan rawan bencana yang berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, longsor, banjir, tsunami dan sebagainya. Termasuk dalam kawasan ini adalah bencana tanah longsor (Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Pesawaran, dan Kabupaten Lampung Selatan), kebakaran hutan (Kabupaten Mesuji, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Lampung Timur), tsunami dan gelombang pasang (sepanjang pesisir pantai wilayah Provinsi Lampung), dan banjir (tersebar di Kota Bandar Lampung, Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Tulang Bawang, Kota Metro, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Lampung Selatan). Berdasarkan hasil analisis, luas total dari kawasan rawan bencana adalah 4.411,04 Km2

e. Kawasan perlindungan setempat yang berfungsi melindungi komponen lingkungan tertentu dan kegiatan budidaya. Fungsi ini berlaku secara setempat di sempadan sungai, sempadan pantai, sekitar mata air, dan sekitar waduk/danau untuk melindungi kerusakan fisik setempat, seperti Bendungan Batu Tegi, Bendungan Way Rarem, Bendungan Way Umpu, Bendungan Way Jepara dan Bendungan Way Bumi Agung. Berdasarkan hasil analisis, luas total dari kawasan perlindungan setempat adalah 355,83 Km2

f. Kawasan perlindungan laut/zona inti di wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (PPK) adalah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan wilayah pesisir dan PPK secara berkelanjutan. Konservasi pesisir dan laut sangat terkait dengan ekosistem pesisir dan laut, yaitu ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove.

Arahan pola ruang untuk kegiatan budidaya mencakup arahan pemanfaatan kawasan hutan, kawasan pertanian, serta kawasan non-pertanian. Penentuan bagi arahan pemanfaatan ruang untuk kegiatan budidaya didasarkan pada pertimbangan berikut:

a. Kesesuaian lahan, yang merupakan hasil penilaian terhadap kemampuan daya dukung lahan terhadap penggunaan lahan tertentu bila kegiatan atau penggunaan lahan yang

(19)

II-6 dikembangkan tersebut memilki produktivitas optimal dengan masukan (input) yang minimal. Seluruh wilayah Provinsi Lampung memiliki kesesuaian untuk berbagai aktivitas pertanian.

b. Potensi pengembangan, yang merupakan hasil penilaian ekonomi terhadap potensi pengembangan budidaya tertentu. Pemanfaatan kawasan budidaya direncanakan sesuai dengan upaya desentralisasi ruang bagi pengembangan wilayah dan potensi lokal, baik sektor primer, sekunder, maupun tersier. Berdasarkan kecenderungan perkembangan hingga tahun 2009, sektor primer merupakan sektor ekonomi potensial hampir di seluruh wilayah Provinsi Lampung sesuai dengan potensi wilayah.

Pengelolaan kawasan lindung di pulau-pulau kecil dan pesisir dilakukan melalui kegiatan pariwisata bahari, industri perikanan, pertanian organik dan peternakan.

2.1.2 Potensi Pengembangan Wilayah

Dari aspek geografis, Provinsi Lampung mempunyai posisi yang strategis di ujung selatan Pulau Sumatera, sehingga menjadi gerbang baik dari arah Pulau Sumatera maupun dari arah Pulau Jawa. Agar posisi yang strategis tersebut dapat berdampak optimal bagi kepentingan daerah dan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Provinsi Lampung Tahun 2010 menerbitkan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung Tahun 2009-2029.

Pola ruang Provinsi Lampung meliputi:

1. Kawasan Andalan, yaitu adalah bagian dari kawasan budidaya, baik di ruang darat maupun ruang laut yang pengembangannya diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan tersebut dan kawasan di sekitarnya. Bebarapa kawasan andalan yang diproyeksikan, yaitu Mesuji, Bandar Lampung dan Metro, Kotabumi, dan Liwa-Krui;

2. Pola pemanfaatan ruang pada kawasan lindung pada garis besarnya akan mencakup 5 (lima) fungsi perlindungan sebagai berikut:

a. Kawasan Hutan Lindung yang tersebar di Lampung Selatan, Lampung Timur, Lampung Barat, Lampung Tengah, Tanggamus, dan Way Kanan.

b. Kawasan yang berfungsi sebagai suaka alam untuk melindungi keanekaragaman hayati, ekosistem, dan keunikan alam. Termasuk dalam kawasan ini adalah cagar alam Kepulauan Krakatau, kawasan Bukit Barisan yang membentang dari Utara ke Selatan termasuk Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Way Kambas, Taman Hutan Rakyat di sekitar Gunung Betung, Gunung Rajabasa dan kawasan perlindungan satwa Rawa Pacing dan Rawa Pakis, serta ekosistem mangrove dan rawa di pantai Timur dan Selatan.

c. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan dibawahnya, terutama berkaitan dengan fungsi hidrologis untuk pencegahan banjir, menahan erosi dan sedimentasi,

(20)

II-7 serta mempertahankan ketersediaan air. Kawasan ini berada pada ketinggian diatas 1.000 mdpl dengan kemiringan lebih dari 40%, bercurah hujan tinggi, atau mampu meresapkan air kedalam tanah. Termasuk dalam kawasan ini adalah sebagian besar kawasan Bukit Barisan bagian timur dan barat yang membentang dari utara ke selatan, Pematang Sulah, Kubu Cukuh, dan kawasan hutan lainnya.

d. Kawasan rawan bencana yang berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, longsor, banjir, tsunami dan sebagainya. Termasuk dalam kawasan ini adalah bencana tanah longsor (Kabupaten Lampung Utara, Tanggamus, Lampung Barat, Pesawaran, dan Lampung Selatan), kebakaran hutan (Kabupaten Mesuji, Way Kanan, Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Selatan, dan Lampung Timur), tsunami dan gelombang pasang (sepanjang pesisir pantai wilayah Provinsi Lampung), dan banjir (tersebar di, Kabupaten Pesawaran, Mesuji, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung Timur, Pringsewu, Tanggamus, Lampung Barat, Lampung Utara, Lampung Selatan, Kota Bandar Lampung dan Metro).

e. Kawasan perlindungan setempat yang berfungsi melindungi komponen lingkungan tertentu dan kegiatan budidaya. Fungsi ini berlaku secara setempat di sempadan sungai, sempadan pantai, sekitar mata air, dan sekitar waduk/danau untuk melindungi kerusakan fisik setempat, seperti Bendungan Batu Tegi, Bendungan Way Rarem, Bendungan Way Umpu, Bendungan Way Jepara dan Bendungan Way Bumi Agung.

f. Kawasan Perlindungan Laut/Zona inti di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (PPK) adalah kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan pengelolaan Wilayah Pesisir dan PPK secara berkelanjutan.

Konservasi pesisir dan laut sangat terkait dengan ekosistem pesisir dan laut, yaitu ekosistem terumbu karang dan ekosistem mangrove.

3. Rencana Pengembangan Kawasan Lindung, antara lain memantapkan ekosistem Mangrove dan Rawa, pengendalian perambahan hutan, serta alih fungsi hutan yang meliputi wilayah- wilayah sebagai berikut:

a. Kecamatan Cukuh Balak, Wonosobo, dan Pulau Panggung di Kabupaten Tanggamus.

b. Kecamatan Padang Cermin di Kabupaten Pesawaran.

c. Kecamatan Padang Ratu di Kabupaten Lampung Tengah.

d. Kecamatan Sribawono dan Labuhan Ratu di Kabupaten Lampung Timur.

e. Kecamatan Kasui dan Banjit di Kabupaten Way Kanan.

f. Kecamatan Bukit Kemuning dan Tanjung Raja di Lampung Utara.

g. Kecamatan Balik Bukit, Sumberjaya, dan Belalau di Lampung Barat.

4. Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya yaitu arahan pemanfaatan kawasan hutan produksi, kawasan pertanian, serta kawasan non-pertanian yang didasarkan pada:

(21)

II-8 a. Arahan Rencana Kawasan Hutan Produksi

Kawasan budidaya kehutanan meliputi kawasan hutan produktif terbatas (HPT) dan hutan produksi tetap (HP). Hutan Produksi Terbatas terletak di Kabupaten Lampung Barat, sedangkan hutan produksi tetap tersebar di Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Mesuji dan Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupate Pesawaran dan Kabupaten Lampung Selatan.

b. Arahan rencana tanaman pangan lahan kering.

Lahan yang sesuai untuk budidaya tanaman pangan lahan kering meliputi hampir seluruh wilayah tengah dan timur Provinsi Lampung, kecuali disekitar Way Tulang Bawang, daerah pesisir dan bagian selatan Kabupaten Lampung Timur, serta bagian barat Kabupaten Way Kanan dan Lampung Utara.

c. Arahan rencana untuk tanaman pangan lahan basah.

Lahan yang sesuai untuk budidaya tanaman pangan lahan basah meliputi wilayah Tengah dan Timur Provinsi Lampung.

d. Arahan rencana untuk tanaman tahunan (perkebunan).

Lahan yang sesuai untuk budidaya tanaman tahunan meliputi wilayah Tengah dan Timur Provinsi Lampung.

e. Arahan rencana kawasan pertambangan

Pengembangan Kawasan Peruntukan Pertambangan didasarkan pada potensi bahan tambang dan lokasi usaha tambang yang ada di Provinsi Lampung. Sebaran potensi pertambangan di Provinsi Lampung meliputi: Wilayah Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Timur.

f. Arahan Rencana Kawasan Industri

Pengelolaan kawasan industri kecil, terutama industri pengolahan hasil pertanian diarahkan untuk dikembangkan diseluruh kabupaten, yaitu pada lokasi-lokasi di dekat sentra-sentra penghasil sumberdaya. Pola yang akan dikembangkan diarahkan pada bagian tengah provinsi ke arah timur provinsi. Industri besar terutama industri berteknologi tinggi diarahkan untuk dikembangkan di Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Pesawaran.

g. Arahan rencana Kawasan Pariwisata

(22)

II-9 Pengembangan pariwisata di Provinsi Lampung lebih menekankan pada pengembangan pariwisata di kawasan budidaya. Potensi pariwisata di kawasan Lindung, seperti Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBSS), Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dan lain-lain dibahas secara terpisah dalam bahasan Rencana Pengelolaan kawasan Lindung.

h. Arahan rencana Kawasan Permukiman

Kawasan peruntukan permukiman di Provinsi Lampung akan dikembangkan pada kawasan-kawasan yang berada di luar kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan lindung, kawasan hutan dan kawasan rawan bencana serta memiliki daya dukung yang kuat untuk kegiatan permukiman.

Kawasan permukiman diarahkan memiliki akses menuju pusat kegiatan masyarakat di luar kawasan serta memiliki kelengkapan prasarana, sarana, dan utilitas pendukung. Rencana pengembangan permukiman dari tingkat kepadatannya akan diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Kawasan permukiman berkepadatan tinggi akan diarahkan di Kota Bandar Lampung, Kota Metro, Kabupaten Lampung Tengah, dan Kabupaten Pringsewu.

2. Kawasan permukiman berkepadatan sedang akan diarahkan di Kabupaten Pesawaran, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Tulang Bawang.

Kawasan permukiman berkepadatan rendah akan diarahkan di Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Lampung Barat.

2.1.3 Wilayah Rawan Bencana

Kawasan rawan bencana alam terdiri atas daerah yang sering dan berpotensi tinggi mengalami bencana alam seperti banjir, longsor, gerakan tanah/gempa, puting beliung, tsunami dan kebakaran hutan. Kawasan-kawasan rawan bencana tersebut meliputi:

1. Bencana tanah longsor tersebar di Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Tanggamus, Lampung Barat, Pesawaran, dan Lampung Selatan.

2. Untuk kasus kebakaran hutan tersebar di Kabupaten Mesuji, Way Kanan, Lampung Barat, Tanggamus, Lampung Selatan, dan Lampung Timur

3. Bencana tsunami dan gelombang pasang berpotensi terjadi di sepanjang pesisir pantai wilayah Provinsi Lampung, sedangkan bencana banjir tersebar di Kabupaten Pesawaran, Mesuji, Tulang Bawang, Lampung Timur, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Lampung Utara dan Kabupaten Lampung Selatan.

Kawasan rawan bencana alam geologi tersebar diseluruh wilayah Provinsi Lampung yang terjadi akibat aktivitas tektonik pengaruh Sesar Mayor, yaitu Sesar Semangko, dan Sesar Mentawai, dan Sesar Minor, serta aktivitas vulkanik.

(23)

II-10 2.1.4 Kondisi Demografi

2.1.4.1 Jumlah Penduduk

Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2010, penduduk Provinsi Lampung berjumlah 7.596.115 jiwa. Bila dibandingkan dengan data hasil sensus 2000 yang tercatat sebesar 6.730.751 jiwa, maka dalam kurun waktu 2000-2010 jumlah penduduk Provinsi Lampung bertambah sebesar 13,42 persen dengan laju pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 1,24 persen. Sesuai proyeksi penduduk yang disusun oleh Badan Pusat Statistik, jumlah Penduduk tersebut meningkat kembali menjadi 8.117.268 jiwa tahun 2015. Dilihat dari distribusi antar-kabupaten/kota, tiga wilayah yaitu Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Timur dan Kota Bandar Lampung tercatat sebagai daerah dengan penduduk terbanyak yang masing-masing berjumlah 1.239.096orang,1.008.797orang, dan 979.287orang. Meskipun memiliki jumlah penduduk terbanyak, namun kepadatan wilayah terbesar berada di Kota Bandar Lampung dan Kota Metro. Sebaran penduduk di Provinsi Lampung setiapkabupaten/kota adalah sebagai berikut:

Tabel II-1

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin, Luas Wilayah, dan Kepadatan menurut Kabupaten/Kota, Tahun 2015

No. Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Luas Wilayah

(Km2) Kepadatan Laki-laki Perempuan Jumlah

1. Lampung Barat 155.804 137.301 293.105 2.142,78 136,79 2. Tanggamus 299.214 274.690 573.904 3.020,64 189,99 3. Lampung Selatan 499.385 473.194 972.579 700,32 1.388,76 4. Lampung Timur 516.079 492.718 1.008.797 5.325,03 189,44 5. Lampung Tengah 630.962 608.134 1.239.096 3.802,68 325,85 6. Lampung Utara 308.083 298.009 606.092 2.725,87 222,35 7. Way Kanan 223.116 209.798 432.914 3.921,63 110,39 8. Tulang Bawang 222.380 207.135 429.515 3.466,32 123,91 9. Pesawaran 219.587 206.802 426.389 2.243,51 190,05 10. Pringsewu 198.304 188.587 386.891 625 619,03 11. Mesuji 102.417 93.265 195.682 2.184,00 89,60 12. Tulang Bawang Barat 135.811 128.901 264.712 1.201,00 220,41 13. Pesisir Barat 78.693 71.197 149.890 2.907,23 51,56 14. Bandar Lampung 493.411 485.876 979.287 296 3.308,40 15. Metro 79.191 79.224 158.415 61,79 2.563,76 Jumlah 4.162.437 3.954.831 8.117.268 34.623,80 234,44

Pada tahun 2015 piramida penduduk Provinsi Lampung (gambar II-2) masih mencirikan piramida ekspansif (piramida penduduk muda) di mana angka kelahiran masih tinggi dan kelompok terbesar adalah penduduk usia muda. Pada gambar II-2 juga dapat dilihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih sedikit dibanding laki-laki.

(24)

II-11 Gambar II-2

Piramida Penduduk Provinsi Lampung, 2015

Gambar II-3

Proyeksi Piramida Penduduk Provinsi Lampung, 2034 (Bonus Demografi)

Pada tahun 2034 piramida penduduk Provinsi Lampung (gambar II-3) menunjukkan adanya perubahan komposisi di mana jumlah penduduk usia produktif semakin bertambah. Ini merupakan pertanda bahwa Provinsi Lampung mengalami bonus demografi. Hal ini sekaligus menunjukkan adanya pergeseran dari piramida ekspansif ke piramida stasioner di mana angka kelahiran dan kematian relatif seimbang dan jumlah penduduk usia dan tua seimbang.

Bonus demografi memberikan keuntungan bagi Provinsi Lampung karena dengan jumlah penduduk usia produktif yang lebih banyak, diharapkan tingkat partisipasi angkatan kerja juga naik dan tingkat pengangguran terbuka bisa ditekan. Selain itu bonus demografi juga mampu mengurangi rasio ketergantungan (depedency ratio).

2.1.4.2 Ketenagakerjaan

Tingkat penggangguran terbuka (TPT) Provinsi Lampung mengalami fluktuasi selama lima tahun terakhir. Pada periode 2011 pengangguran terbuka mencapai 5,78 persen dan terus mengalami penurunan hingga angka 5,14 persen pada tahun 2015. Jika dilihat dari periode 2014, maka TPT Lampung mengalami kenaikan sebesar 0,35 persen. Meski masih berada di bawah rata-rata Indonesia, namun besarnya kenaikan TPT di Provinsi Lampung jauh lebih besar dibanding rata-rata Indonesia yang hanya 0,24 persen. Selama lima tahun tersebut pula TPT Provinsi Lampung tersebut masih berada di bawah rata-rata Indonesia.

(25)

II-12 Grafik II-1

Tingkat Pengangguran Terbuka Lampung dan Indonesia Tahun 2011 – 2015

Meningkatnya persentase kemiskinan di Provinsi Lampung selama periode 2015 dari Februari ke Agustus sebesar 1,70 persen bersumber dari naiknya persentase kemiskinan baik di perdesaan maupun perkotaan. Meski peningkatan persentase pengangguran terbuka di perdesaan lebih kecil yaitu 1,67 persen dibanding perkotaan yang mencapai 2,12 persen, namun secara absolut angka pengangguran di perdesaan lebih besar. Tingginya angka pengangguran di perdesaan berpotensi mendorong terjadi urbanisasi.

Tabel II-2

Pengangguran Terbuka menuru Daerah kota-Desa Provinsi Lampung Agustus 2014 dan Februari – Agustus 2015

Daerah Tempat Tinggal Februari 2015 Agustus 2015 Perubahan Feb – Agt 2015 Absolut

(000) TPT

(%) Absolut

(000) TPT

(%) Absolut

(000) TPT

(%)

Perkotaan 70,00 5,70 82,10 7,82 12,1 2,12

Perdesaan 69,50 2,45 114,80 4,12 45,3 1,67

Total 139,50 3,44 196,90 5,14 57,3 1,70

Di tingkat kabupaten/kota TPT tertinggi berada di Kota Bandar Lampung yang mencapai 8,51 persen. Angka ini selisih 0,89 persen, lebih besar dibanding TPT Kabupaten Lampung Utara yang mencapai 7,62 persen (posisi kedua tertinggi). Ini menunjukkan bahwa TPT di perkotaan juga masih tinggi. Wilayah lain yang berada di atas rata-rata Provinsi Lampung yaitu Pesawaran Tanggamus, Lampung Selatan, dan Tulang Bawang. Kabupaten Tulang Bawang Barat berada di posisi buncit untuk kategori TPT dengan kisaran angka 2,61 persen. Rendahnya TPT di Kabupaten Tulang Bawang Barat bisa dipengaruhi oleh banyak penduduk yang bekerja di perkebunan.

(26)

II-13 Grafik II-2

Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung 2015

BPS pada Agustus 2015 masih menyajikan data besarnya pertanian sebagai sektor yang paling dominan dalam lapangan kerja yang mencapai 49 persen, diikuti oleh sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi sebesar 19 persen. Besarnya sektor perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi mengindikasikan semakin besarnya peluang sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), nonformal, dan jasa-jasa yang merujuk pada sektor pariwisata.

Hal ini merupakan sinyal positif untuk mengurangi ketergantungan sektor pertanian yang cenderung bersifat musiman.

Grafik II-3

Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Kerja, Agustus 2015

(27)

II-14 2.1.5 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.1.5.1 Pertumbuhan Ekonomi

Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang bisa menggambarkan perkembangan kinerja ekonomi suatu daerah selama periode waktu tertentu. Angka ini menunjukkan laju capaian nilai tambah riil daerah yang menggambarkan kemajuan perekonomian yang dihasilkan. Pada tahun 2015 perekonomian Lampung tumbuh sebesar 5,13 persen, menguat 0,05 persen dibanding 2014 yang mencapai 5,08 persen. Angka ini juga lebih besar dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang malah melambat dari 5,02 persen pada tahun 2014 menjadi 4,79 persen. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung juga jauh berada di atas rata-rata Sumatera yang mencapai 3,54 persen. Posisi pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung berada di peringkat ke-empat se-Sumatera setelah Kepulauan Riau, Sumatera Barat, dan Bengkulu. Secara umum pertumbuhan ekonomi di Provinsi Lampung dan Indonesia dapat dilihat pada gambar berikut:

Grafik II-4

Pertumbuhan Ekonomi Lampung dan Indonesia Tahun 2010 – 2015

Secara terinci, pertumbuhan ekonomi Lampung pada triwulan IV-2015 tumbuh 5,33 persen bila dibandingkan tribwulan IV-2014 (y-on-y). Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha kecuali Pertambangan dan Penggalian yang mengalami kontraksi sebesar 0,2 persen.

Konstruksi merupakan lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 14,13 persen, diikuti Informasi dan Komunikasi sebesar 11,41 persen dan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib sebesar 10,06 persen. Struktur perekonomian Lampung pada triwulan IV-2015 didominasi oleh empat lapangan usaha utama yaitu: Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (25,51 persen); Industri Pengolahan (20,83 persen); Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor (11,60 persen) dan Konstruksi (10,14 persen).

Sumber utama pertumbuhan ekonomi Lampung Triwulan IV-2015 (y on y) adalah Konstruksi

(28)

II-15 sebesar 1,37 persen, diikuti Industri Pengolahan sebesar 1,34 persen; dan Perdagangan Besar- Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor sebesar 0,49 persen.

Grafik II-5

Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung, 2014

Secara lebih detil, pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota se-Provinsi Lampung cukup bagus karena 12 kabupaten/kota berada di atas rata-rata Provinsi Lampung, sekaligus berada di atas level Indonesia. Gambar juga menunjukkan adanya disparitas cukup mencolok antara Bandar Lampung yang memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi dengan Lampung Timur yang pertumbuhan ekonominya terendah, selisih 4,22 persen.

2.1.6 Aspek Pelayanan Umum

2.1.6.1 Fokus Layanan Urusan Wajib 2.1.6.1.1 Pendidikan

Pembangunan pendidikan di Provinsi Lampung menunjukkan peningkatan selama dua tahun terakhir. Keberhasilan ini bisa dilihat pada peningkatan akses dan kesempatan masyarakat untuk memperoleh pendidikan. Indikator rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas naik dari 7,48 tahun 2014 menjadi 7,50 tahun 2015. Meskipun tidak terlalu signifikan namun peningkatan ini menunjukkan bahwa kesempatan sekolah penduduk semakin besar. Komitmen dan kesadaran semua pihak akan pentingnya bersekolah, perlu terus disosialisasikan agar dalam jangka panjang terwujud sumber daya manusia yang berkualitas.

A. Angka Melek Huruf

Bila melihat data historis dalam kurun 2010-2015, angka melek huruf Provinsi Lampung selama kurun waktu tersebut selalu mengalami

(29)

II-16 peningkatan. Tahun 2010 capaian angka melek huruf Provinsi Lampung tercatat sebesar 99,70% kemudian naik menjadi 99,84% di tahun 2011 dan menjadi 99,86% ditahun 2013 dan 99,87% di tahun 2014, sedangkan capaian di tahun 2015 mencapai 99,88%.

Grafik II-6

Angka Melek Huruf Provinsi Lampung, Tahun 2010 – 2015

Grafik II-7

Angka Melek Huruf menurut Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung, 2015

B. Angka Partisipasi Kasar

Peningkatan akses pendidikan juga diikuti dengan pemertaan kesempatan memperoleh pendidikan yang ditandai dengan meningkatnya Angka Partisipasi Kasar (APK).

Tabel II-3

Angka Partisipasi Kasar menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2013 – 2015

Jenjang

Pendidikan Jenis Kelamin 2013 2014 2015

SD Laki-Laki + Perempuan 110,73 112,74 113,38

Laki-laki 112,54 113,72 112,30

Perempuan 108,97 111,71 114,48

(30)

II-17 Jenjang

Pendidikan Jenis Kelamin 2013 2014 2015

SLTP Laki-Laki + Perempuan 85,47 86,76 100,83

Laki-laki 82,81 84,83 101,89

Perempuan 88,51 88,94 99,72

SMA Laki-Laki + Perempuan 63,81 68,49 73,90

Laki-laki 56,89 67,98 68,03

Perempuan 67,16 69,04 80,64

PT Laki-Laki + Perempuan 18,49 21,58 10,21

Laki-laki 17,85 20,56 8,44

Perempuan 19,22 22,82 12,13

Tabel memperlihatkan bahwa pada tahun 2013, anak yang bersekolah pada jenjang SD sebesar 110,73 persen, artinya partisipasi dan akses penduduk bersekolah SD lebih dari 100 persen karena terdapat anak yang belum mencukupi umur (usia dibawah 7 tahun) sudah bersekolah SD atau anak yangmelebihi umur yang seharusnya (usia lebih dari 12 tahun) masih duduk di bangku SD. Di semua jenjang kecuali SMP, APK perempuan lebih tinggi dibanding APK laki laki, hal ini menunjukkan kecenderungan bersekolah bagi perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki.

C. Angka Partisipasi Murni

Selain APK, peningkatan kualitas pelayanan pendidikan bisa dilihat pada nilai Angka Partisipasi Murni (APM). Data berikut menunjukkan capaian APM Provinsi Lampung:

Tabel II-4

Angka Partisipasi Murni menurut Jenjang Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2013 – 2015

Jenjang

Pendidikan Jenis Kelamin 2013 2014 2015

SD Laki-Laki + Perempuan 97,41 97,98 98,32

Laki-laki 97,49 98,03 97,71

Perempuan 97,32 97,93 98,94

SLTP Laki-Laki + Perempuan 74,96 77,98 78,20

Laki-laki 71,40 75,10 78,92

Perempuan 79,02 81,23 77,44

SMA Laki-Laki + Perempuan 53,48 57,64 58,39

Laki-laki 52,81 56,09 56,49

Perempuan 54,18 57,44 60,57

PT Laki-Laki + Perempuan 14,63 16,55 8,01

Laki-laki 14,29 15,95 6,69

Perempuan 15,01 17,16 9,45

APM disemua jenjang mengalami peningkatan yang cukup signifikan, meskipun terjadi penurunan di beberapa parameter. Seperti halnya dengan

(31)

II-18 APK, APM menurut jenis kelamin mempunyai pola yang sama di semua jenjang.

D. Angka Partisipasi Sekolah

Untuk mengetahui seberapa banyak penduduk usia sekolah yang sudah dapat memanfaatkan fasilitas pendidikan dapat dilihat dari penduduk yang masih sekolah pada umur tertentu yang disebut dengan Angka Partisipasi Sekolah (APS). APS merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan di bidang pendidikan terutama yang berkaitan dengan upaya memperluas jangkauan pelayanan pendidikan.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah angka yang menunjukkan persentase penduduk dalam kelompok usia sekolah tertentu yang masih sekolah, terhadap seluruh penduduk pada kelompok umur usia yang sama. Kelompok umur yang dipakai untuk melihat angka partisipasi sekolah adalah kelompok umur yang ditujukan untuk program wajib belajar pada jenjang pendidikan dasar umur 7-12 tahun dan 13-15 tahun. APS penduduk Provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel II-5

Angka Partisipasi Sekolah menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Tahun 2013 – 2015

Kelompok

Usia Jenis Kelamin 2013 2014 2015

7 – 12 Laki-Laki + Perempuan 99,03 99,56 99,62

Laki-laki 99,04 99,53 99,62

Perempuan 99,02 99,59 99,62

13 – 15 Laki-Laki + Perempuan 91,06 94,01 94,24

Laki-laki 89,09 91,93 93,79

Perempuan 93,30 96,35 94,73

16 – 18 Laki-Laki + Perempuan 64,41 68,75 69,04

Laki-laki 64,67 68,08 67,02

Perempuan 64,14 68,48 71,35

19 – 24 Laki-Laki + Perempuan 16,19 18,57 18,81

Laki-laki 16,10 18,52 16,74

Perempuan 16,29 18,82 21,05

Dari Tabel dapat diketahui bahwa penduduk usia 7-12 tahun pada Tahun 2015 yang masih sekolah sebesar 99,62 persen artinya masih ada 0,38 persen penduduk usia 7-12 tahun yang tidak sekolah. Demikian pula dengan penduduk usia 13-15 yang tidak sekolah sebesar 6,76 persen. Walupun APS 7-12 tahun dan APS 13-15 tahun belum mencapai 100 persen namun secara perlahan menunjukkan peningkatan.

Gambar

Gambar II-1
Tabel II-1
Gambar II-3
Grafik II-3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satunya dengan penggunaan model CORE ( Connecting, Organizing, Reflecting , dan Extending). CORE merupakan model pembelajaran dengan metode diskusi dengan

pengenaan “ sesat” pada sekte-sekte Ghulat, termasuk kategorisasi atas Sab’iyah sebagai salah satu dari sekte-sekte Ghulat; atau Shi > ‘ah yang secara umum disimplifikasi

Dari hasil pengujian penelitian menyatakan bahwa secara bersama-sama terdapat pengaruh signifikan antara motivasi kerja, kepuasan kerja dan keadilan organisasi

4. Guru kelas XII mata pelajaran Bahasa Indonesia SMA Negeri 3 Klaten mengatasi kendala implementasi Kurikulum 2013 dengan upaya sebagai berikut: a) untuk mengatasi keterbatasan

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 28 ayat (3) Undang- Undang Nomor 14 Tahun

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Matematika 2016 ~ Universitas Kanjuruhan Malang | 267 konteks pemecahan masalah; (d) Kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama (Communication and

Artinya: Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk

Sedangkan Syaichu (2013) menyatakan bahwa Inflasi tidak berpengaruh terhadap profitabiltas bank. Terjadi dua pendapat yang bertentangan dalam penelitian – penelitian