• Tidak ada hasil yang ditemukan

PS4RK Tafsir Ayat Alquran Tentang Distr

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PS4RK Tafsir Ayat Alquran Tentang Distr"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

Tafsir Ayat

Distribusi Kekayaan

Diajukan Sebagai Tugas Kelompok Mata Kuliah Tafsir Ayat-Ayat Iqtishadi

Pada Prodi Perbankan Syari‟ah Semester IV NR

Oleh: Kelompok 4

Nanda Junika

NIM. 16632011

Hengky Ternando

NIM. 15632005

Yayan Mustofa

NIM. 13632028

Kenny Lianita

NIM. 13632035

Dosen: Hardivizon, M.Ag

Prodi Perbankan Syari‟ah Jurusan Syari‟ah dan Ekonomi Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(2)

2 BAB I

PENDAHULUAN

Islam sebagai system hidup (way of life) dan merupakan agama yang universal sebab memuat segala aspek kehidupan baik yang terkait dengan aspek

ekonomi, social, politik dan budaya. Seiring dengan maju pesatnya kajian tentang

ekonomi islam dengan menggunakan pendekatan filsafat dan sebagainya

mendorong kepada terbentuknya suatu ekonomi berbasis keislaman yang terfokus

untuk mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang di ilhami oleh

nilai-nilai islam. Adapun bidang kajian yang terpenting dalam perekonomian adalah

bidang distribusi. Distribusi menjadi posisi penting dari teori ekonomi mikro baik

dalam ekonomi islam maupun kapitalis sebab pembahasan dalam distribusi ini

tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi belaka. Tetapi juga aspek social dan

politik sehingga menjadi perhatian bagi aliran pemikir ekonomi islam dan

konvensional sampai saat ini. Salah Satu Pendistribusian kekayaan dalam islam

yaitu zakat, infak dan sedekah.

Menunaikan zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib

dilaksanakan oleh seorang muslim untuk meringankan beban penderitaan kaum dhu‟afa, fakir miskin, dan untuk mengentaskan orang-orang lemah serta untuk mejuwudkan apa yang disebut dengan prinsip keperdulian sosial. Zakat

diberlakukan bagi mereka yang telah memiliki harta sampai nishab (batas

terendah wajibnya zakat) dan telah lewat atas kepemilikan harta tersebut (satu

tahun bagi harta simpanan dan niaga), atau saat hasil pertanian telah tiba.

Di samping itu pemberian zakat dapat merekat tali kasih sehingga tidak

timbul ketegangan atau gejolak di tengah-tengah masyarakat yang sering terjadi di

antara orang-orang kaya dengan orang-orang miskin. Zakat adalah ibadah yang

memiliki dua dimensi: vertikal (ibadah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah) dan

horizontal (sebagai kewajiban kepada sesama manusia).

Berkenaan dengan zakat, QS. Al-Baqarah Ayat 267, QS. At-Taubah Ayat

60 dan 103 menjelaskan tentang implementasi zakat dalam Islam, Melalui

makalah ini akan dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan zakat yang

(3)

3 BAB II

PEMBAHASAN

Islam merupakan agama yang multi-dimensional. Islam memberikan

pandangan, keyakinan dan jalan hidup bagi umat manusia agar mampu mengatasi

segala masalah di dunia, dan mengantarkanya kepada kehidupan kekal bahagia di

akhirat kelak. Ekonomi Islam tujuannya untuk kesejahteraan masyarakat bersama.

Maka dari itu harta jangan beredar di antara orang-orang kaya saja seperti firman Allah di

bawah ini:

Artinya: Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.

:supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu.

Dalam konteks inilah Islam memberikan tekanan pada keseimbangan

kehidupan, yakni memandang kehidupan di dunia sama pentingnya dengan

kehidupan di akhirat kelak. Selain itu, Islam pun memandang kehidupan individu

sama pentingnya dengan pembangunan kehidupan sosial, mencari nafkah untuk

kehidupan dunia sama pentingnya dengan pergi ke masjid untuk beribadah. Islam

(4)

4 seseorang sudah berhasil mendapatkan harta maka harus diingat bahwa di dalam

harta itu terdapat hak yang harus diberikan kepada mereka yang kurang beruntung

dan terjerat dalam kemiskinan.1 Seperti dalam firman Allah swt:

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami keluarkan dari bumi untukmu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan darinya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS. Surat Al-Baqarah [2] : 267)

: Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk

lalu kamu nafkahkan darinya,

Menurut ibnu katsir ayat ini menjelaskan tentang dorongan untuk

menafkahkan harta yang baik-baik di jalan Allah. Yakni janganlah engkau

berpaling dari harta yang halal dan kemudian sengaja mengambil harta yang

haram, lalu kalian berinfak darinya. Allah swt. memerintahkan hamba-hamba-Nya

yang beriman untuk berinfak. Dan yang dimaksud disini adalah shadaqah. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu „Abbas, “Yaitu sebagian dari rizki mereka yang baik-baik dari apa yang mereka usahakan, dan juga buah-buahan serta

tanaman yang Dia tumbuhkan dari bumi untuk kalian.” 2

1

Hj. Umrotul Khasanah, M.Si., Manajemen Zakat Modern, (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2010),

hal 2

2

(5)

5 Allah swt. tidak butuh kepada Nya, sedangkan setiap

makhluk-nya adalah furqara’ (membutuhkan-Nya). Karunia-Nya amatlah luas dan apa

yang ada pada-Nya tidak akan pernah habis. Maka barangsiapa yang bershadaqah

dengan hasil dari usaha yang baik, hendaklah ia tahu bahwa Allah SWT. Maha

Kaya yang pemberian-Nya amat luas, Maha Mulia dan Maha Dermawan, dan Dia

akan membalas semua itu serta melipatgandakanya dengan kelipatan yang bnyak

bagi orang yang meminjamkan kepada Rabb yang tidak membutuhkan (Allah Ta‟ala) dan tidak berbuat zhalim.3

Dengan demikian Islam adalah agama yang menawarkan pandangan hidup

seimbang dan terpadu untuk mengantarkan pada kebahagiaan hidup melalui

akualisasi keadilan sosio-ekonomi dan persaudaraan dalam masyarakat. Di sisi

lain, islam juga mempunyai misi untuk menegakkan keharmonisan antara

kebutuhan moral dan material. Islam pun menyampaikankan ajaran bahwa untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus bekerja keras supaya terhindar

dari kemiskinan dan dapat mencukupi kebutuhan darinya, dan lebih lanjut agar

dapat mengeluarkan zakat serta sedekah.

Dalam prinsip Islam, kekayaan harus menyandang sistem kesejahteraan

yang betumpu pada zakat sebagai bentuk syukur atas segala anugerah dari Tuhan.

Selain sebagai sarana untuk menyucikan jiwa dan harta, zakat juga merupakan tip

bagi jaminan perlindungan, pengembangan dan pengaturan peredaran serta

distribusi kekayaan.4

Pendistribusian kekayaan melalui beberapa instrumen keuangan yang

disyariatkan oleh Islam, diantaranya zakat, sedekah, infak, wakaf, dan hadiah.

Instrumen keuangan ini ada yang bersifat wajib dan ada pula yang sukarela.

Dalam arti seseorang mengeluarkan hartanya untuk diberikan kepada orang lain

tanpa ada timbal balik. Zakat merupakan refleksi kepedulian terhadap sesama

muslim dan menjadi ikatan sosial kemanusiaan, semua itu berpotensi dapat

membangun persatuan di tengah umat. Oleh karena itu bagi setiap orang yang

dikenakan kewajiban untuk mengeluarkan zakat, maka wajib atasnya untuk

membayarkannya. Begitu juga hendaknya ada di antara manusia yang bergerak

3

Ibid. Hal 46

4 Hj. Umrotul Khasanah, M.Si

(6)

6 untuk mengumpulkan dan membagikannya sesuai aturan dalam Islam.

Pengumpulan zakat ini juga telah dilaksanakan pada masa Rasululullah SAW.

Beliau melibatkan petugas negara dalam mengumpulkan serta membagikan zakat.

Hal ini lebih populer disebut dengan al-Amil atau amil zakat.5 Adapun yang bersifat wajib adalah zakat. 6 seperti firman Allah swt.:

Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka. Dengan zakat itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka dan berdo’alah untuk mereka.

Sesungguhnya do’amu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah

Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.(QS. Surat At-Taubah [9]: 103)

: Ambillah (Wahai Muhammad), zakat dari

sebagian harta mereka

: Dan berdo‟alah untuk mereka

: Sesungguhnya do‟a kamu itu

: (Menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka

Dalam Penafsiran M. Quraish Shihab menjelaskan mereka yang mengakui

dosanya sewajarnya dibersihkan dari noda, dan karena sebab utama ketidakikutan

mereka ke medan juang adalah ingin bersenang-senang dengan harta yang mereka

miliki, atau disebabkan karena hartalah yang menghalangi mereka berangkat,

maka ayat ini memberikan tuntunan tentang cara memberisihkan diri, dan untuk

itu Allah swt. memerintahkan Nabi saw. mengambil harta mereka untuk

disedekahkan kepada yang berhak. Salah satu cara pengampunan-Nya adalah

melalui sedekah dan pembayaran Zakat. Selanjutnya mereka di dorong untuk

5 HENDRIANTO, Hendrianto. Kepuasan Muzakki Terhadap Kualitas Pelayanan Zakat Pada BAZ

(Badan Amil Zakat) Kabupaten Kerinci. AL-FALAH : Journal of Islamic Economics, [S.l.], v. 1, n. 2, p. 163-186, dec. 2016. ISSN 2548-3102. Available at:

<http://journal.staincurup.ac.id/index.php/alfalah/article/view/99/48>. Date accessed: 28 apr. 2017.

6 Hardivizon, M.Ag.,

(7)

7 bertaubat baik setelah meninggalkan amal-amal buruk dan agar selalu

berprasangka baik kepada Allah swt.7

Ayat ini dalam konteks uraian tentang Abu Lubabah dan rekan-rekannya,

namun ia berlaku umum. Demikian juga walau redaksi ayat ini tertuju kepada

Rasul saw. namun ia pun bersifat umum, yakni perintah ini ditujukan kepada siapa

pun yang menjadi penguasa. Karena itu, ketika sekelompok orang pada masa

Sayyidina Abu Bakar ra. enggan membayar zakat dengan dalih bahwa perintah ini

hanya ditujukan kepada Rasul saw., dan bukan kepada selain beliau, Sayyidina

Abu Bakar ra. menolak dalih tersebut dan ketika mereka brkras enggan membayar

zakat, beliau memerangi kelompok pembangkang itu.

Beberapa ulama memahami perintah ayat ini sebagai perintah wajib atas

penguasa untuk memungut zakat. Tetapi, mayoritas ulama memahaminya sebagai

perintah sunnah. Ayat ini juga menjadi alasan bagi ulama untuk menganjurkan

para penerima zakat agar mendoakan setiap yang memberinya zakat dan

menitipkannya untuk disalurkan kepada yang berhak.

Sama halnya dengan penafsiran Ibnu Katsir, ia menjelaskan bawa ayat ini

tentang perintah mengambil zakat serta penjelasan tentang manfaatnya. Allah

memerintahkan Rasul-Nya agar mengambil dari harta benda mereka zakat untuk

membersihkan dan menyucikan mereka denganya. Ini berlaku umum, meskipun

sebagian ahli tafsir mengembalikkan dhamir (kata ganti) kepada orang-orang yang

telah mengakui dosa mereka dan mencampuradukkan amal shalih mereka dengan

amal buruk mereka. 8

Berdasarkan tindakan Abu Bakar ini, para ulama berpendapat bahwa

penguasa seharusnya memungut zakat dari orang-orang juga seharusnya memberikan hukum ta‟zir kepada orang-orang muslim yang enggan berzakat.9

Pensucian adalah pembersihan total terhadap harta dan penambahan

padanya. Maksudnya, peningkatan dan keberkahan pada harta, yatu Allah SWT.

menjadikan pengurangan yang terjadi lantaran dikeluarkannya sebagian harta

7

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2000) hal. 706

8 Tim Pustaka Ibnu Katsir,

Shahih Ibnu Katsir Jilid 4, (Jakarta: Pustaka Ibnu Katsir, 2014) hal. 303

9

(8)

8 dengan junlah yang ditetapkan dalam ketentuan zakat sebagai sebab

peningkatan.10

Harta itu wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah memenuhi dua syarat,

yaitu sampai nishab dan sampai haul (telah sampai satu tahun). Syarat pertama berlaku untuk semua jenis harta yang wajib dizakatkan dan syarat yang terakhir

hanya berlaku bagi seluruh hasil usaha selain pertanian atau hasil bumi.11

Zakat bagi muzakki (orang yang berzakat), berfungsi sebagai tathhir dan

tazkiyah. Sebagai tathhir zakat itu menyucikan muzakki dari dosa dan menyucikan hartanya dari kepunyaan orang lain, sebab harta yang sudah sampai nishab zakat di dalamnya ada kepunyaan orang lain. Jika zakatnya dikeluarkan maka harta

menjadi bersih dari kepunyaan orang lain, demikian pula sebaliknya. Zakat

berfungsi sebagai tazkiyah. Sebagai tazkiyah berarti zakat itu ishlah (memberikan kemaslahatan) seperti yang telah disinggung dlam makna mufradat. Kemaslahatan

yang ditimbulkan oleh zakat tidak hanya akan diterima oleh penerima zakat, tetapi

juga kemaslahatan bagi orang yang berzakat. Kemaslahatan bagi orang yang

menerima zakat adalah harta zakat itu sendiri yang dapat mengurangi beban

hidupnya. Sedangkan kemaslahatan bagi orang yang berzakat adalaah ketentuan

dan kenyamanan lahir dan batin. Secara lahir, dia akan disenangi oleh orang

sekitarnya sehingga harta kekayaannya tidak diganggu dan dijarah, paling tidak

oleh masyarakat yang mendapat pembagian zakat darinya. Sebab, mereka merasa

terbantu dengan kehadiran muzakkir tersebut. Dan secara batin, dia akan merasa

lega telah melaksanakan kewajibannya sebagai hamba Allah.

Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk mendo‟akan orang-orang yang

berzakat atau bersedekah agar allah memberikan kebajikan, keberkahan, dan

mengampunkan dosa-dosa mereka. Sebab, doa Rasulullah itu dapat memberikan ketenangan kepada mereka. Mendo‟akan para muzakki ini tentu saja tidak hanya diperintahkan kepada Nabi, tetapi juga diperintahkan kepada para penerima zakat

lainnya.

Rasulullah Muhammad membangun lembaga zakat sebagai sebuah sistem

untuk menciptakan keadilan ekonomi dan distribusi kekayaan sosial. Pada masa

10

Prof. Dr. Wahbah Az-zuhaili. Tafsir Al-Wasith (Al-Fatihah At-Taubah), (Jakarta: Gema Insani,

2012) hal. 806

11

(9)

9 itu, masyarakat Islam merupakan masyarakat yang hidup dalam jalinan

persaudaraan yang kuat dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi berkat

berfungsinya sistem tersebut. Sistm ini diadakan untuk mentrasformasi

masyarakat dengan ketimpangan sosial-ekonomi menjadi masyarakat adil dan

makmur. Sumber-sumber keuangan masyarakat yang terdiri dari zakat, infak,

sodaqoh, pampasan perang (ghanimah), jizyah, kharaj, rikaz, fai‟, bea cukai, serta

waqaf dikelola lewat Bait al-Mal. Sumber-sumber itu terdapat pada para aghniya

(the have) yang disebut sebagai kelompok muzakki, lalu dana yang terhimpun didistribusikan kepada kelompok masyarakat yang berhak (mustahiq) yang terdiri

dari delapan kelompok.

Surat Al-Baqarah [2] ayat 267 dan surat At-Taubah [9] ayat 103 menjadi

dasar hukum tentang kewajiban zakat. Dua ayat tersebut di atas menyatakan

secara umum keharusan berzakat terhadap harta apa saja yang dimiliki.12 Implikasi dari pernyataan hukum bahwa zakat adalah wajib menjadikan posisi

zakat disejajarkan dengan posisi hukum shalat dalam rukun Islam. Dengan kata

lain, melakasanakan shalat sama wajibnya dengan mengeluarkan zakat, hanya saja

shalat merupakan kewajiban individual sedangkan zakat merupakan kewajiban

sosial. Di dalam Al-qur‟an penyebutan zakat selalu diparelelkan dengan shalat,

sehingga sering ditafsirkan dalam suatu hubungan hamba dengan Allah (hablum minallah) sedangkan zakat menyangkut hubungan dengan manusia sekaligus hubungan dengan Allah (hablum minallah wa hablum minannas). Dengan demikian, posisi shalat dan zakat dalam pandangan Islam memegang peranana

sentral sebagai pilar penegak ajaran Islam di muka bumi.13

Adapun pengalokasian zakatdengan ketentuan yang cermat dan jelas

ditetapkan dalam Al-Qur‟an, yaitu:

12

Drs. Abdul Hamid, M.Pd.I., Fikih Zakat, (Rejang Lebong: Lp2 STAIN Curup, 2012), hal. 113

13 Hj. Umrotul Khasanah, M.Si

(10)

10

Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.(QS. At-Taubah [9] : 60)

: Sadaqah (Zakat dan sedekah)

: Hanyalah untuk orang-orang fakir

: Orang-orang Miskin

: Pengurus-pengurus zakat

: Para Mu‟allaf yang di bujuk hatinya

: untuk (memerdekakan) budak

: Orang-orang yang berhutang

: Untuk jalan Allah

: Untuk mereka yang sedang dalam perjalanan

Menurut Tafsir Al-Wasith pada permulan ayat ini, Allah swt. menegaskan

perbatasan alokasi zakat dengan firman-Nya, “Sesungguhnya zakat itu

hanyalah...” makna ayat; zakat wajib hanya menjadi hak umat Islam yang telah

disebutkan dalam ayat ini bukan yang lain. Ini merupakan sanggahan terhadap

orang-orang munafik yang mencela Nabi saw. terkait pembagian zaka, untuk

menjelaskan alokasinya tanpa ada kritikan dari seorang pun tidak pula ada ruang

bagi sanggahan atau pelecehan terhadap Rasul saw. terkait pembagian zakat

wajib. Yaitu, terbatas pada delapan golongan dari umat islam.

Golongan pertama, orang-orang fakir yang kekurangan dan membutuhkan yang tidak mendapatkan kecukupan bagi mereka, serta tidak memiliki apa pun

baik harta maupun penghasilan yang dapat untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan

mereka. Golongan Kedua; orang-orang miskin yang memiliki harta namun kurang dari kecukupan mereka.14

14 Prof. Dr. Wahbah Az-zuhaili.

(11)

11

Golongan Ketiga; orang yang bertugas memungut zakat dari orang-orang yang wajib menunaikan zakat. Mereka adalah petugas administrasi dan

pemungut yang diberi mandar oleh pemimpin yang berwenang untuk menarik dan

tugas yang telah ditetapkan untuk itu. Golongan Keempat; orang-oarang yang hatinya dapat dipengaruhi dan diarahkan, yaitu non-Muslim yang dapat diarahkan

untuk masuk Islam, atau umat Islam yang menunjukkan diri beragama Islam akan

tetapi niat, keyakinan, tekad, dan kemantapan mereka dalam memeluk agama

Islam masih lemah. Maka, mereka diberi bagian dari zakat untuk mengokohkan

dan menguatkan keislaman dan pendirian mereka. Golongan Kelima; budak-budak, atau budak-budak muslim yang sedang dalam proses pemedekaan oleh

dirinya sendiri maupun dengan adanya kesepakatan dengan tuannya untuk

dimerdekakan jika dia menyerahkan sejumlah harta dalam kurun waktu tertentu.

Golongan keenam; orang yang berhutang, maksudnya orang-orang yang dililit hutang dan tidak mampu melunasinya, atau orang-orang yang berhutang

sejumlah harta untuk mendamaikan anatara dua kelompok yang bertikai,

meskipun mereka non muslim. Golongan Ketujuh; Fi sabilillah. dijalan Allah mereka adalah para pejuang yang tidak berhak mendapatkan gaji dari dana yang

di alokasikan untuk menggaji tentara. Mereka diberi bagian untuk keperluan

pembiayaan dalam peperangan meskipun mereka berkecukupan, sebagai

dorongan untuk mereka dalam berjihad. Golongan Kedelapan; Ibnu Sabil, yaitu musafir yang membutuhkan dan kehabisan perbekalan ditengah jalan serta tengah

meninggalkan negerinya, atau yang hendak berpergian dalam ketaatan bukan

kemaksiatan. Naman dia tidak mampu mencapai tuiuannya kecuali dengan

bantuan. Taat mencakup ibadah haji, jihad, ziarah yang dianjurkan, bukan mubah,

seperti olahraga dan rekreasi. Itulah delapan golongan yang berhak mendapat

zakat bukan yang lain.15

15

(12)

12 BAB III

KESIMPULAN

Dalam prinsip Islam, kekayaan harus menyandang sistem kesejahteraan

yang betumpu pada zakat sebagai bentuk syukur atas segala anugerah dari Tuhan.

Selain sebagai sarana untuk menyucikan jiwa dan harta, zakat juga merupakan tip

bagi jaminan perlindungan, pengembangan dan pengaturan peredaran serta

distribusi kekayaan. Distribusi kekayaan tidak saja bertujuan agar harta itu tidak

beredar di antara orang-orang kaya saja, akan tetapi untuk membantu

meningkatkan kesejahteraan orang-orang yang kekurangan dalam memenuhi

kebutuhnya.

Ekonomi Islam bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat bersama.

Pendistribusian kekayaan melalui beberapa instrumen keuangan yang disyariatkan

oleh Islam, diantaranya zakat, sedekah, infak, wakaf, dan hadiah. Instrumen

keuangan ini ada yang bersifat wajib dan ada pula yang sukarela. Dalam arti

seseorang mengeluarkan hartanya untuk diberikan kepada orang lain tanpa ada

timbal balik. Adapun yang bersifat wajib adalah zakat. Zakat disyariatkan untuk

membersihkan diri dari harta yang mungkin didapat dengan cara yang kurang

wajar, mendorong pemiliknya agar bersyukur kepada Allah atas rezeki yang

diberikan-Nya. Yang berhak menerima zakat dalam ayat ini ada 8 golongan yaitu,

oarang fakir, orang miskin, orang-orang yang menjadi amil zakat, Muallaf, Usaha

untuk membebaskan perbudakan, orang yang berhutang, fi sabilillah, dan ibnu

(13)

13

DAFTAR PUSTAKA

Az-zuhaili, Prof. Dr. Wahbah. 2012. Tafsir Al-Wasith (Al-Fatihah At-Taubah). Gema Insani: Jakarta

Hamid, Drs. Abdul M.Pd.I. 2012. Fikih Zakat. Lp2 STAIN Curup: Rejang Lebong Hardivizon, M.Ag. 2015. Buku Daras Tafsir Ayat-Ayat Ekonomi. LP2 STAIN

Curup: Rejang Lebong

HENDRIANTO, Hendrianto. Kepuasan Muzakki Terhadap Kualitas Pelayanan Zakat Pada BAZ (Badan Amil Zakat) Kabupaten Kerinci. AL-FALAH :

Journal of Islamic Economics, [S.l.], v. 1, n. 2, p. 163-186, dec. 2016.

ISSN 2548-3102. Available at: <http://journal.staincurup.ac.id/index.php/ alfalah/article/view/99/48>. Date accessed: 28 apr. 2017.

Khasanah, Hj. Umrotul M.Si. 2010. Manajemen Zakat Modern. UIN-MALIKI PRESS: Malang

Shihab, M. Quraish. 2000. Tafsir Al-Mishbah. Lentera Hati: Jakarta

Tim Pustaka Ibnu Katsir. 2014. Shahih Ibnu Katsir Jilid 2. Pustaka Ibnu Katsir: Jakarta

Tim Pustaka Ibnu Katsir. 2014. Shahih Ibnu Katsir Jilid 4. Pustaka Ibnu Katsir: Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

yang sudah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “Pengembangan Aplikasi Pengendali Distribusi LPG

SUSUNAN KEPENGURUSAN UNIT KEROHANIAN KRISTEN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG..

[r]

Ide yang baik tanpa teknik yang mantap tidak akan menghasilkan komposisi yang baik, sebaliknya dengan teknik yang mantap setidaknya akan menghasilkan komposisi

Berdasarkan hasil penelitian kelompok ansambel kontrabas BASSAURUS di Institut Seni Indonesia Yogyakarta, tata kelola konser yang dilakukan oleh kelompok ansambel

Suatu pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak menjamin negara tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan rakyat memilih sendiri secara

Tugas staff ATM dan IT adalah melaksanakan pelayanan kepada nasabah menyangkut penggunaan ATM, dan menjaga agar system jaringan online, dan senantiasa ada untuk melayani kebutuhan

Dalam pendekatan seperti ini konselor eksistensial secara simultan berpendapat bahwa masa sekarang dan yang akan datang lebih penting bagi penemuan kembali (recovery)