• Tidak ada hasil yang ditemukan

(STUDI MAJELIS TA’LIM NURUL YAKIN DESA PAUH KECAMATAN PAUH KABUPATEN SAROLANGUN JAMBI)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "(STUDI MAJELIS TA’LIM NURUL YAKIN DESA PAUH KECAMATAN PAUH KABUPATEN SAROLANGUN JAMBI) "

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEISLAMAN

(STUDI MAJELIS TA’LIM NURUL YAKIN DESA PAUH KECAMATAN PAUH KABUPATEN SAROLANGUN JAMBI)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Dakwah

Oleh:

FATHUR ROHMAN NIM : UK. 140126

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN

JAMBI

2018

(2)

ii Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fathur Rohman

Nim : UK. 140126

Tempat/TanggalLahir : Pauh/28 November 1995

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Alamat : Desa Pauh Kelurahan Pauh

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul

“Strategi Da’i Dalam Menyampaikan Nilai-nilai Keislaman (Studi Majelis Ta’lim Nurul Yakin Desa Pauh Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun Jambi” adalah benar karya asli saya, kecuali kutipan-kutipan yang telah disebutkan sumbernya sesuai ketentuan yang berlaku di Indonesia dan ketentuan di Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh melalui Skripsi ini.

Demikianah Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Jambi, 15-11-2018 Penulis,

Fathur Rohman UK. 140126

(3)

iii

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

FAKULTAS DAKWAH

Jalan Raya Jambi-Ma. Bulian, Simp. Sungai Duren Telp. (0741) 582020

PENGESAHAN

Skripsi yang ditulis oleh Fathur Rohman NIM UK:140126 dengan judul

”Strategi Da‟i Dalam Menyampaikan Nilai-nilai Keislaman (Studi di Majelis Ta’lim Nurul Yakin Desa Pauh Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun Jambi)”

yang dimunaqasyahkan oleh Sidang Fakultas Dakwah UIN STS Jambi pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 07 November

Jam : 12:30 WIB

Tempat : Ruang Sidang Fakultas Dakwah

Telah diperbaiki sebagaimana hasil sidang Munaqasyah dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam, Konsentrasi dalam bidang keilmuan Penyuluhan Islam pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN STS Jambi.

Jambi, 15 November 2018 TIM PENGUJI

Ketua Sidang : Drs. Sururudin, M.Pd ( )

Sekretaris Sidang : Abdul Rahman, M.Pd.I ( )

Penguji I : Dr. Ratnawati, M.Fil.I ( )

Penguji II : Edi Kusnadi, S.Ag., M.Phil ( )

Pembimbing I : Drs. Syaripuddin, M.Pd.I ( )

Pembimbing II : Mardalina, M.Ud ( )

(4)
(5)

v

ِحَسْفَ ي اوُحَسْفاَف ِسِلاَجَمْلا ِفِ اوُحَّسَفَ ت ْمُكَل َليِق اَذِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي ْمُكَل َُّللَّا ِإَو ۖ

َنيِذَّلاَو ْمُكْنِم اوُنَمآ َنيِذَّلا َُّللَّا ِعَفْرَ ي اوُزُشْناَف اوُزُشْنا َليِق اَذ

ٍتاَجَرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ ريِبَخ َنوُلَمْعَ ت اَِبِ َُّللَّاَو ۖ

“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.1

1Dewan Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Penerbit Jumanatul „Ali-Art, 2006), 543.

(6)

vi

Waktu yang sudah kujalani dengan jalan hidup yang sudah menjadi takdirku, sedih, bahagia, dan bertemu orang-orang yang memberiku sejuta pengalaman

bagiku, yang telah memberi warna-warni kehidupanku.

Kubersujud dihadapan Mu, Engkau berikan aku kesempatan untuk bisa sampai Di penghujung awal perjuanganku, namun aku yakin dan percaya ini bukanlah akhir

dari segala-galanya, tapi ini adalah titik awal kehidupanku dalam menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat, Segala Puji bagi Mu ya Allah,

Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillahirabbil‟alamin, Sujud syukurku kusembahkan kepadamu Ya Allah atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam menjalani kehidupan ini. Semoga keberhasilan ini menjadi satu langkah

awal bagiku untuk meraih cita-cita besarku.

Dalam silah di lima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam..seraya tanganku menadah”.. ya Allah ya Rahman ... Terimakasih telah kau tempatkan aku diantara

kedua malaikatmu yang setiap waktu ikhlas menjagaku,, mendidikku,, membimbingku dengan baik,, ya Allah berikanlah balasan setimpal syurga firdaus

untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari panasnya api nerakamu..

Kupersembahkan Skripsi ini

Untukmu Ayahku (Makawi),,,Ibuku (Rukizah Almarhumah)...Terimakasih....

we always loving you... ( ttd.Anakmu)

Dalam setiap langkahku aku berusaha mewujudkan harapan-harapan yang kalian impikan didiriku, meski belum semua itu kuraih insyaa Allah atas dukungan doa dan restu semua mimpi itu kan terjawab di masa penuh kehangatan

nanti. Untuk itu kupersembahkan ungkapan terimakasihku kepada family Bicik Mis, Pakcik Umar, datukdo sekaligus guru ku, datuk, almarhum nyai, Makning,

adikku Ridho, adikku Putri.

Makasih yaa buat segala dukungan dan do‟anya

Terima kasih kepada Ibuk Mardalina dan bapak Saripuddin yang sudi merelakan waktunya untuk membimbingku dan memberikan saran serta masukan kepada ku.

Hidupku terlalu berat untuk mengandalkan diri sendiri aku tak kuasa tanpa melibatkan bantuan Allah dan orang lain dalam hidup ini

Tak ada tempat terbaik untuk berkeluh kesah selain bersama sahabat-sahabat terbaik..

Terimakasih kuucapkan Kepada Teman KPI, Kawan Posko KKN, Alumni Ponpes Sa‟adatuddaren, Teman-teman FDMCHU, Teman-teman ADDINU

beserta Asatidz dan guru-guruku

Hanya sebuah karya kecil dan untaian kata-kata ini yang dapat

kupersembahkan kepada kalian semua,, Terimakasih beribu terimakasih kuucapkan...

Jatuh berdiri lagi.Kalah mencoba lagi.Gagal Bangkit lagi.

Never give up

(7)

vii

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penomena yang terjadi karena banyaknya Majelis Ta’lim saat ini, khususnya Majelis Ta’lim Nurul Yakin yang berada di Desa Pauh, kegiatan Majelis Ta’lim sangat aktif akan tetapi peneliti ingin melihat strategi apa saja yang dilakukan para da‟i dalam menyelesaikan misi dakwah, kemudian apa dampak dari dakwah Majelis Ta’lim saat ini? Hal ini mendorong penulis ingin melihat kendala apa saja yang di hadapi para da‟i serta strategi dakwah yang tepat untuk kegiatan Majelis Ta’lim dalam hal menyampaikan nilai-nilai keIslaman.

Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian lapangan (field research) dengan kualitatif deskriptif, dengan mendeskripsikan Strategi Da‟i Dalam Menyampaikan Nilai-nilai Keislaman. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling. Pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan dokumentasi dengan teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data.

Hasilnya penulis menemukan bahwa kegiatan Majelis Ta’lim sangat aktif di laksanakan, Strategi Dakwah yang dilakukan da‟i bervariasi, di awali dengan jadwal para da‟i yang tersusun dengan rapi, ada kegiatan sosial seperti menjenguk jama‟ah yang sakit, latihan rebana, praktek memandikan mayyit, sehingga para jamaah tidak merasa bosan dengan kegiatan Majelis Ta’lim, manajemen yang tersusun dengan rapi, pesan dakwah yang disampaikan selalu update, namun yang harus penulis garis bawahi bahwa pesan atau materi dakwah yang da‟i sampaikan selalu berkaitan dengan nilai-nilai Islam, nilai Islam yang di maksud adalah nilai Akhlak, Syari‟at dan Hakikat. Kendala yang dihadapi oleh da‟i antara lain jamaah yang tidak konsisten mengkuti pengajian, adapun kendala lainnya yaitu terbatasnya da‟i yang ada di Desa Pauh, karena usia jamaah Ibu-ibu Majelis Ta’lim diatas 50 tahun maka faktor usia juga merupakan kendala dari para da‟i, strategi dakwah yang tepat untuk kegiatan Majelis Ta’lim di Desa Pauh saat ini adalah meningkatkan kesadaran dari para jamaah agar selalu berperan aktif dalam kegaiatan Majelis Ta’lim, serta saling memahami antar jamaah, agar tercipta ketentraman dalam hidup bermasyarakat karena konteks Islam yang sesungguhnya adalah Rahmatan Lil aalamiin Rahmat bagi sekalian alam.

(8)

viii

Segala puji bagi Allah yang maha pengasih dan maha penyayang, atas taufiq dan hidayah-Nya maka penulis dapat meyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik dan benar tanpa ada halangan sedikitpun. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sang suri teladan umat, yang telah membawa umat-Nya kealam yang terang benderang dengan cahaya iman, taqwa dan ilmu pengetahuan.

Perjalanan panjang bercucuran keringat banting tulang siang dan malam.

perjalanan panjang yang melelahkan ini terasa begitu indah akan selalu penulis kenang sebagai bahan candaan untuk anak dan istri diwaktu yang telah ditaqdirkan nanti, suka cita senang dan bahagia semua itu telah dirasakan dalam merampungkan dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Da‟i Dalam Menyampaikan Nilai-nilai Keislaman (Studi Majelis Ta’lim Nurul Yakin Desa Pauh Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun Jambi) untuk mendapat gelar Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah di UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Pencapaian ini adalah titik akhir dengan penuh rasa syukur dan bahagia.

Skripsi ini bukanlah hasil karya dari perjuangan diri sendiri, namun banyak pihak yang turut serta motivasi, bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada mereka, yaitu:

1. Bapak Drs. Saripuddin, M.Pd.I selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Mardalina, S.Ag, M.Ud selaku Dosen Pembimbing II, yang selalu meluangkan waktu dalam membimbing dan memotivasi demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. H. Ahmad Syukri, Ss. MA. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

3. Bapak Drs. Sururuddin M.Pd selaku ketua prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) dan Ibu Mardalina S.Ag,.M.Ud selaku sekretaris prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI).

4. Bapak Samsu S.Ag., M.pd,I., Ph.D, selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, M.Hum selaku wakil dekan I Fakultas Dakwah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

6. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A selaku Rektor UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

7. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi, MA, Ph.D, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd, dan Ibu Dr. Fadhlillah selaku Wakil Rektor I, II, dan III UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

8. Seluruh Dosen Fakultas Dakwah UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

Terimakasih banyak atas ilmu yang telah diberikan semoga dapat menjadi bekal bagi penulis untuk mengaplikasikan ilmu tersebut menjadi suatu ilmu yang bermanfaat didunia dan di akhirat.

(9)

ix UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

10. Kepala perpustakaan UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi beserta stafnya serta kepala perpustakaan wilayah Jambi.

11. Ayah Tercinta Makawi bin Syafri Dan Almarhumah Ibunda tercinta, mak semoga mak tenang dialam sana, doa kami selalu menyertaimu Ibunda tercinta.

12. Teman-teman jurusan KPI, teman-teman seperjuangan di kampus tercinta dan kawan-kawan posko 09 Desa Baru KUKERTA gelombang I 2017, teman- teman Alumni Sa‟adatuddaren, teman-teman FDMCHU, Teman-teman Addinu (Aliansi Da‟i dan Da‟iyah Nusantara), teman-teman marbot masjid, terimakasih sedalam-dalamnya atas semangat dan dukungan kalian, sehingga penulis dapat terus optimis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT melimpahkan ridha dan keberkahan-Nya dalam kehidupan kita.

Jambi,15 November2018 Penulis

Fathur Rohman UK. 140126

(10)

x

HALAMAN JUDUL ... i

NOTA DINAS ... ii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ...viii

DAFTAR ISI ... x

PEDOMAN TRANSLITERASI ...xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

E. KerangkaTeori ... 7

F. Metode Penelitian ... 19

G. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 22

H. Studi Relevan ... 24

BAB II PROFIL DESA PAUH KECAMATAN PAUH KABUPATEN SAROLANGUN A. Sejarah Desa Pauh dan Majelis Ta’lim Nurul Yakin ... 27

B. Letak Geografis Desa Pauh ... 27

C. Sarana dan Prasarana ... 30

D. Struktur Pengurus Majelis Ta’lim Nurul Yakin ... 31

F. Kegiatan Majelis Ta’lim Nurul Yakin ... 35

BAB III KENDALA DA’I DALAM MENYAMPAIKAN NILAI-NILAI KEISLAMAN A. Strategi Da‟i dalam Menyampaikan Nilai-nilai Keislaman ... 43

B. Kendala Da‟i dalam Menyampaikan Pesan Dakwah ... 49

BAB IV STRATEGI APA YANG DILAKUKAN DA’I DALAM MENYAMPAIKAN NILAI-NILAI KEISLAMAN A. Strategi Da‟i untuk Majelis Ta’lim Dalam Menyampaikan Nilai-nilai Keislaman ... 58

B. Strategi dalam Menghadapi Hambatan ... 62

(11)

xi

A. Kesimpulan ... 65 B. Implikasi Penelitian... 66 BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE

(12)

xii A. Alfabet

Arab Indonesia Arab Indonesia

ا ط ṭ

ب B ظ ẓ

ت T ع „

ث Th غ Gh

ج J ف F

ح ḥ ق Q

خ Kh ك K

د D ل L

ذ Dh م M

ر R ن n

ز Z ه h

س S و w

ش Sh ء ,

ص ṣ ي y

ض ḍ

B. Vokal dan Harakat

Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia

َ ا A َﺎ ā ىِا ḭ

َ ا U ى ا á و ا aw

2Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi (Jambi: Fak. Ushuluddin IAIN STS Jambi, 2014), 136-137.

(13)

xiii C. Tā’ Marbūṭah

Transliterasi untuk Tā’ Marbūṭah ini ada tiga macam:

1. Tā’ Marbūṭah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya adalah /h/.

Arab Indonesia

ةَلاص Ṣalāh

ةَاَرم Mir‟āh

2. Tā’ Marbūṭah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah, maka transliterasinya adalah /t/.

Arab Indonesia

ةيبَرتلاَةرازو Wizārat al-Tarbiyah

نمَزلاَةاَرم Mir‟āt al-zaman

3. Tā’ Marbūṭah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah /tan/tin/tun/.

Arab Indonesia

ةئجف

(14)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk beragama muslim terbesar di dunia, di Indonesia sekitar 223,226,484 jiwa menganut agama Islam atau secara prosentase sekitar 87.20% dari jumlah populasi penduduk secara keseluruhan. Dengan kata lain Indonesia meyumbang sekitar 13.11% dari total muslim seluruh dunia.3

Islam merupakan agama yang sempurna, yang diperuntukkan bagi seluruh umat manusia dan memberikan pedoman hidup dalam aspek kehidupan jasmaniah maupun rohaniah, yang terdiri atas ajaran tentang Akhlak, ibadah serta bermuamalah dalam kehidupan bermasyarakat.4

Islam tidak lepas dari dakwah, dan begitu juga dakwah tidak lepas dari Islam, masuknya Islam di Indonesia tidak lepas dari dakwah yang diterapkan oleh salafusholih terdahulu, wali songo misalnya, kesembilan juru dakwah ini oleh orang-orang Jawa dipandang sebagai orang suci dengan panggilan wali, kekasih Allah. Orang-orang Jawa biasa menulis atau menceritakan kisah para wali ini dengan bahasa yang indah dan penuh hormat serta dengan uraian tentang peristiwa-peristiwa di luar kebiasaan yang mereka alami.5

Memasuki dakwah di era modern saat ini, ada banyak da‟i yang menyampaikan materi dakwah dengan strategi yang berbeda beda agar pesan dakwahnya dapat diterima dan dipahami dikalangan masyarakat, Habib Rizieq Shihab dikenal dengan strategi dakwahnya yang keras yang menekankan visi misi amar ma’ruf nahi munkar, Ustad Abdul Somad dikenal dengan dakwahnya yang khas melayu serta lelucon yang menghibur mad‟u sehingga strategi dakwah yang beliau terapkan dapat diterima dikalangan masyarakat, di Provinsi Jambi

3Admin, “Daftar 10 Negara dengan Jumlah Penduduk Muslim Islam Terbesar di Dunia, di akses melalui alamat https://artikel.co.id/2017/08/19/daftar-10-negara-dengan-jumlah-penduduk- muslim-islam-terbesar-di-dunia/, tanggal 15 Januari 2018.

4Haedar Nashir, Islam Syariat, (Bandung: Mizan Pustaka, 2013), 122.

5Abdul Kadir Badjuber, Islam di Indonesia (Sebuah Penelusuran Sejarah Islam di Indonesia), Jakarta: Perpustakaan Dewan Da‟wah, 2008, 50.

(15)

begitu banyak para da‟i dengan strategi dakwah yang berbeda beda yang mampu membawa ketenangan dan kedamaian dikalangan masyarakat yang berbeda-beda ras dan suku.

Keberhasilan dakwah dari strategi seorang da‟i tidak diukur dengan banyaknya jumlah mad‟u yang hadir dan mendengar ketika berceramah, dan juga tidak diukur dengan banyaknya lelucon dan guyonan dalam berdakwah, akan tetapi keberhasilan strategi dakwah dari seorang da‟i ialah apabila materi dakwah yang disampaikan dapat di aplikasikan oleh mad‟u dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam Islam, dasar yang menjadi alat pengukur untuk menyatakan bahwa sifat seseorang itu baik atau buruk, adalah al-Qur‟an dan sunnah.6 Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak dalam Islam adalah agar setiap muslim berbudi pekerti dan bertingkah laku baik dan mulia, sesuai dengan ajaran Islam. Jika diperhatikan lebih jauh, sesungguhnya ibadah-ibadah inti dalam Islam memiliki tujuan pembinaan akhlak mulia.7

Majelis Ta’lim tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar agama Islam, namun juga mampu memberi warna bagi jamaahnya dalam pembinaan solidaritas sosial yang kuat antar umat Islam melalui silaturrahim. Selain itu juga, Majelis Ta’lim bisa memberikan ruang yang cukup lapang dalam menjalankan fungsi rekreasi ruhani melalui nasehat-nasehat dan pesan-pesan moral yang diajarkan para da‟i, Dalam situasi dan kondisi itulah, melalui Majelis Ta’lim akan tertanam yang dapat dipetik oleh semua jamaah yang kemudian mengkondisikan suatu jalinan kebersamaan sebagai hamba-hamba Allah yang sama-sama mempunyai hajat mengisi ruang hati dengan siraman-siraman dakwah Islamiyah serta dapat menanamkan akhlak yang mulia dalam kehidupan bermasyarakat.

Dalam grand tour penelitian ini, Desa Pauh adalah salah satu Desa yang berada di Kabupaten Sarolangun, letak geografis Desa Pauh terbilang strategis, karena melihat dari tata letaknya Desa Pauh sangat ramai penduduk dengan jumlah Rt yang mencapai 25 RT di dalam satu Desa.

6M. Ali Hasan, Tuntunan akhlak, (Jakarta: bulan bintang, 1978), 11.

7Samsul Munir Amin, Ilmu Akhlak, (Jakarta: Amzah, 2016.), 9.

(16)

Majelis Ta’lim Nurul Yakin di Desa Pauh sangat rutin dilaksanakan, bahkan di setiap Rt yang ada di Desa Pauh sudah ada Majelis Ta’lim sendiri. Pada umumnya kegiatan Majelis Ta’lim dilaksanakan di Masjid atau di Mushalla, namun di Desa Pauh kegiatan Majelis Ta’lim diawali dari rumah kerumah, sehingga dengan adanya program tersebut sebagai wadah untuk bersilaturrahmi antar masyarakat di Desa Pauh.8

Kegiatan ceramah agama yang disampaikan para da‟i, isi yang selalu dibahas adalah tentang akhlak, kemudian memerintahkan untuk berbuat baik sesama manusia, dan melarang perbuatan akhlak yang tercela, melakukan penganiayaan terhadap fisik orang tua, mencuri, merampok yang merupakan akhlak yang tercela.

Peneliti Menemukan bahwa tidak terlihat strategi da‟i dalam menyampaikan materi dakwahnya, ada banyak kendala baik dari sisi internal dan eksternal yang dihadapi, strategi yang peneliti maksud disini adalah da‟i di Desa Pauh tidak mempunyai visi misi dalam menyampaikan materi dakwah, salah satu faktornya adalah karena Majelis Ta’lim di Desa Pauh sangat rutin dilaksanakan, akan tetapi tidak terlihat hasil dakwah dari para da‟i terhadap mad‟u yang mendengarkan dakwah tersebut. Dan peneliti menemukan belum terlihat jelas metode dakwah yang mengkhusus, masalah Fiqh Ibadah misalnya, nilai akhlak serta nilai syari‟at.

Namun da‟i yang berceramah selalu berganti-ganti, dan tidak ada komunikasi antara da‟i dalam menyampaikan materi dakwah. sehingga strategi yang diterapkan tidak berjalan sesuai harapan, masalah yang didapatkan dilapangan adalah bahwa ibu-ibu di Desa Pauh tidak dapat merealisasikan pesan dakwah yang disampaikan oleh para da‟i, sehingga dapat menimbulkan masalah dalam menyampaikan nilai-nilai keislaman. Nilai keislaman sangat banyak, akan tetapi peneliti mengambil point-point dari nilai keislaman antara lain syariat, hakikat dan akhlak. Namun penelitian kali ini ditujukan kepada nilai-nilai akhlak.

Dikarenakan masyarakat Pauh Mereka selalu aktif mengikuti Majelis Ta’lim akan tetapi masih banyak yang tidak bertegur sapa dengan tetangga, istri selalu ribut dengan suami, anak tidak patuh dengan orang tua.

8Observasi pada tanggal 13 Januari 2018 di Majelis Ta’lim Nurul Yakin Desa Pauh.

(17)

Setelah melakukan pengamatan lapangan, peneliti menemukan bahwa salah satu faktornya adalah Da‟i yang mengisi ceramah Majelis Ta’lim di Desa Pauh selalu berganti-ganti, ini merupakan salah satu faktor komunikasi dakwah yang tidak efektif, dikarenakan da‟i yang berceramah di Majelis Ta’lim selalu berganti- ganti maka materi dakwah yang disampaikan selalu berubah, sehingga dapat menimbulkan masalah didalam menyampaikan materi dakwah, terutama dalam menanamkan nilai-nilai akhlak.9

Dengan adanya Majelis Ta’lim diharapkan dapat merubah tingkah laku seseorang yang buruk menjadi baik, yang bermusuhan menjadi damai. Namun peneliti menemukan fakta yang sebaliknya, tetangga satu dengan yang lain tidak bertegur sapa, tidak berbakti kepada kedua orang tua, dan yang kaya sombong terhadap yang miskin. Padahal Majelis Ta’lim merupakan sarana dalam hal berinteraksi antar sesama makhluk, agar nilai akhlak dapat terlaksana dan misi dakwah yang sukses dibutuhkan strategi komunikasi da‟i untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Pada umumnya, Kehidupan masyarakat Desa Pauh Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun masih sangat perlu bimbingan keagamaan agar dapat membantu masyarakat yang pemahaman agamanya masih awam sehingga benar- benar memahami ajaran Islam secara baik dan benar terutama dalam upaya membina akhlakul karimah. Dengan adanya Majelis Ta’lim serta dakwah yang yang disampaikan para da‟i diharapkan dapat membantu dalam memperbaiki nilai-nilai keislaman terutama nilai akhlak yakni budi pekerti. Peneliti menemukan bahwa pengajian Majelis Ta’lim sangat rutin dilaksanakan di Desa Pauh, satu minggu satu kali bahkan diadakan pengajian akbar satu bulan satu kali.

Tujuannya adalah agar dapat membina dan mendidik akhlak yang mulia yang dicontohkan oleh Rasulallah SAW. Namun peneliti belum menemukan strategi dakwah apa saja yang disampaikan oleh seorang da‟i dalam rangkaian acara Majelis Ta’lim tersebut terutama dalam membina dan mendidik insan yang berakhlakul karimah, sehingga para mad‟u belum merasakan efek dari dakwah Majelis Ta’lim itu sendiri.

9Observasi pada tanggal 13 Januari 2018 di Majelis Ta’lim Nurul Yakin Desa Pauh.

(18)

Tujuan yang ingin dicapai orang-orang berakhlak mulia adalah kebahagian yang dapat dirasa serta di nikmati, dan inilah yang dikehendaki oleh Imam Al- Ghazali ketika mengatakan, “ tujuan akhlak adalah supaya amal yang dikerjakan menjadi enak dan nikmat untuk mengerjakannya.”10

Oleh karena itu dibutuhkan strategi yang matang oleh para da‟i dalam menyampaikan misi dakwahnya, didalam surah an-Nahl ayat 125 terlihat jelas misi dari dakwah.

Sebagaimana firman Allah:















































“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845] dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan- Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”

(QS. An-Nahl: 125)11

Didalam kitab tafsir Al-mishbah Prof, Dr Quraish Shihab mengatakan, ajaklah manusia menyeru kepada jalan Tuhan mu dengan cara yang terbaik, dengan hikmah, nasehat yang baik dan bantahlah mereka, yakni siapapun yang menolak atau meragukan ajaran Islam bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Itulah tiga metode dakwah yang engkau tempuh menghadapi manusia yang beraneka ragam peringkat kecendrungannya, serta jangan hiraukan cemoohan atau tuduhan yang tidak mendasar kaum musyrikin, dan serahkan urusanmu dan urusan mereka kepada Allah karena sesungguhnya tuhanmu yang selalu membimbing dan berbuat baik kepadamu Dia-lah (Allah) yang lebih mengetahui dari siapapun yang menduga tahu tentang siapa yang bejat jiwanya sehingga tersesat dari jalan-nya dan Dia-lah saja juga yang lebih mengetahui orang-orang yang sesat jiwanya sehingga mereka mendapat petunjuk.12

10Ibid., 6.

11Departmen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Bandung: Sygma Creative Media Group, 2014), 224.

12Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2010), 124.

(19)

Merujuk pada latar belakang diatas dan mengingat pentingnya dakwah yang harus terlaksana, serta lembaga yang harus memiliki suatu strategi yang baik dalam menjalani misi dakwah yang sukses, agar mad‟u yang menjadi objek dakwah dapat merasakan serta memahami apa yang disampaikan oleh seorang da‟i, tentu harus ada strategi serta tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan dalam menyampaikan nilai-nilai keislaman. Hal ini yang membuat peneliti tertarik mengambil penelitian Di Desa Pauh Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun dengan mengangkat Judul Skripsi: ”Strategi Da’i Dalam Menyampaikan Nilai- nilai Keislaman (Study Majelis Ta’lim Nurul Yakin Di Desa Pauh Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun Jambi)”

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi pokok permasalahan penelitian saya kali ini adalah Bagaimana Strategi Da‟i masyarakat Desa Pauh Kecamatan Pauh Kabupaten Sarolangun dalam Menyampaikan Nilai-nilai Keislaman? Yang dirumuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian:

1. Bagaimana Da‟i Dalam Menyampaikan Nilai-nilai KeIslaman?

2. Kendala Da‟i Dalam Menyampaikan Nilai-nilai Keislaman?

3. Strategi apa yang dilakukan Da‟i Dalam Menyampaikan Nilai-nilai Keislaman?

C. Batasan Masalah

Sehubungan dengan banyaknya Majelis Ta’lim di Desa Pauh maka penelitian ini dibatasi pada lingkup bahasan Strategi Da‟i dalam Menyampaikan Nilai-nilai Keislaman, yaitu nilai Akhlak. Desa Pauh Kecamatan Pauh, yang bertempat di Majelis Ta’lim Nurul Yakin Rt 04 Desa Pauh Kecamatan Pauh, agar sesuai dengan tujuan dan untuk menghindari terjadinya penyimpangan serta meluasnya masalah yang akan dibahas.

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini secara umum diusahakan untuk mencapai serta mengetahui bagaimana Strategi Dakwah Majelis Ta’lim Dalam Menyampaikan Nilai-nilai

(20)

Keislaman Di Desa Pauh, Kecamatan Pauh. Lebih khusus penelitian ini ditujukan pula untuk:

1. Mengetahui bagaimana Da‟i dalam menyampaikan Nilai-nilai Keislaman.

2. Mengetahui Apa saja kendala Da‟i dalam Menyampaikan Nilai-nilai keislaman.

3. Mengetahui strategi apa saja yang dilakukan da‟i dalam menyampaikan Nilai- nilai keislaman.

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: pertama manfaat akademisi secara umum diharapkan dapat memperkaya kajian tentang strategi dakwah Majelis Ta’lim dalam menyampaikan nilai-nilai keislaman sekarang dan selanjutnya. Kedua manfaat praktis agar dapat menjadi bahan masukan bagi para pengurus ataupun da‟i mengenai strategi berdakwah melalui Majelis Ta’lim dalam hal menyampaikan nilai-nilai keislaman.13

E. Kerangka Teori

Lebih jauh ada beberapa defenisi terminologis yang perlu digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1) Strategi

a. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari kata yunani strategia yang berarti ilmu perang atau panglima perang. Berdasarkan pengertian ini, maka strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang, angkatan darat atau laut. Secara umum sering di kemukakan bahwa strategi merupakan suatu tehnik yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan.14

Dalam kamus besar bahasa indonesia strategi adalah ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa-bangsa untuk melaksanakan kebijaksanan tertentu dalam perang dan damai. Yang di anggap berkaitan

13Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi,(Jambi: Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi, Edisi Revisi 2016), 56.

14Iskandarwassid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung, PT.

Remaja Rosdakarya Offset, 2010), 2.

(21)

langsung dengan pengertian strategi dalam pengajaran bahasa ialah bahwa strategi dalam pengajaran bahasa adalah bahwa strategi merupakan rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.15

Sedangkan pengertian strategi secara istilah sebagaimana yang dikemukakan oleh Onong Uchjana Efendy, Strategi adalah cara-cara dimana suatu perusahaan atau kegiatan yang akan berjalan lancar kearah tujuan yang sudah direncanakan terlebih dahulu strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.16

Ahmad S. Adnaputra, M.A., M.S., pakar humas dalam naskah workshop berjudul PR Strategi, mengatakan bahwa arti strategi adalah bagian terpadu dari suatu rencana (plan), sedangkan rencana merupakan produk dari suatu perencanaan (planning) yang pada akhirnya perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari proses manajemen.17

Selain itu, Syarif Usman mengungkapkan bahwa strategi sebagai kebijaksanaan dalam menggerakkan insan membimbing seluruh potensi (kekuatan, daya, dan kemampuan) bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.18

b. Tahapan strategi

Di dalam sebuah strategi, diperlukan adanya tahapan-tahapan untuk menjalankan strategi, diantaranya yaitu19:

15Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Modern English Press, 1995), 234.

16Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2013), 32.

17Rosadi Ruslan, Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2007), 133.

18Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indoenesia dan Pembangunan Dalam Islam, (Jakarta: Firma Djakarta, Tanpa Tahun), Cet Ke-I, 6.

19Fred R David, Manajemen Strategi Konsep,(Jakarta: Prenhalindo, 2002), 03.

(22)

1) Perumusan Strategi

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah merumuskan strategi yang dilakukan. Sudah termasuk didalamnya adalah pembangunan tujuan, mengenai dan ancaman eksternal, menetapkan kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputusan dalam proses kegiatan.

2) Implementasi Strategi

Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan maka langkah berikutnya melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dari unit, tingkat dan anggota organisasi. Dalam pelaksanaan strategi, maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan. Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditampakkan melalui penetapan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan dan organisasi.

c. Evaluasi Strategi

Tahap yang terakhir dari menyusun strategi adalah evaluasi strategi.

Evaluasi strategi sangat diperlukan karena keberhasilan yang dicapai dapat diukur kembali untuk menetapkan tujuan berikutnya. Evaluasi menjadi tolak ukur strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai. Ada tiga macam kegiatan mendasar untuk mengevaluasi starategi, yaitu20:

1) Meninjau faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi dasar strategi.

Adanya perubahan yang ada akan menjadi suatu hambatan dalam mencapai tujuan, begitu pula dengan faktor internal yang diantaranya strategi tidak

20Ibid., 04.

(23)

efektif atau hasil implementasi yang buruk dapat berakibat buruk pula bagi hasil yang akan dicapai.

2) Mengukur prestasi (membandingakan dengan kenyataan). Proses dapat dilakukan dengan menyelidiki penyimpangan dari rencana, mengevaluasi prestasi individual, dan menyimak yang dibuat kearah pencapaian sasaran yang dinyatakan. Kriteria untuk mengevaluasi strategi harus dapat diukur dan mudah dibuktikan. Kriteria yang meramalkan hasil lebih penting dari pada kriteria yang mengungkapkan yang terjadi.

Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana. Dalam hal ini tidak harus berarti bahwa strategi yang ada yang ditinggalkan atau harus merumuskan strategi yang baru. Tindakan korektif diperlukan bila tindakan atau hasil yang ditetapkan tidak sesuai dengan apa yang dibayangkan semula atau pencapaian yang diharapkan.

2) Strategi Dakwah

Islam sebagai agama Universal telah berkembang ke berbagai penjuru dunia, tidak lain karena adanya dakwah Islamiyyah. Perkembangan dakwah Islam dari masa ke masa mengalami pasang surut, akan tetapi jika mengamati perjalanan historis dakwah Islam, kita akan sampai pada suatu kesimpulan bahwa perkembangan dakwah Islam berjalan dengan menakjubkan.

Tersebarnya agama Islam ke berbagai pelosok dunia disebabkan oleh berbagai faktor, baik sosial, politik maupun agama, akan tetapi di samping itu, satu faktor yang paling kuat dan menentukan adalah kemauan dan kegiatan yang tidak kenal lelah dari para muballigh Islam yang dengan Nabi sendiri sebagai contohnya, telah berjuang mengajak orang-orang kafir masuk Islam.21

1. Dakwah Islam Memerlukan Strategi

Strategi dakwah artinya metode, siasat, taktik atau manuver yang digunakan dalam aktivitas dakwah. Untuk mencapai keberhasilan dakwah Islam secara maksimal, maka diperlukan berbagai faktor penunjang, diantaranya adalah strategi dakwah yang tepat sehingga dakwah Islam mengena sasaran.22

21Samsul Munir Arifin, Ilmu Dakwah, (Jakarta, Amzah 2009), 106.

22Ibid., 107.

(24)

Strategi yang digunakan dalam usaha dakwah haruslah memperhatikan beberapa Asas Dakwah, diantaranya adalah:

1. Asas Filosofis: asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses aktivitas dakwah.

2. Asas kemampuan dan keahlian Da‟i: asas ini menyangkut pembahasan mengenai kemampuan dan profesionalisme da‟i sebagai subjek dakwah.

3. Asas sosiologis: asas ini membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah. Misalnya politik pemerintah setempat, mayoritas agama disuatu daerah, filosofis sasaran dakwah, sosiokultural dakwah dan lain sebagainya.

4. Asas psikologis: asas ini membahas yang erat hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da‟i adalah manusia, begitu pula sasaran dakwahnya yang memiliki karakter unik dan berbeda satu sama lain. Pertimbangan-pertimbangan masalah psikologis harus diperhatikan dalam proses pelaksaan dakwah.23

3) Majelis Ta’lim

Secara etimologi, perkataan Majelis Ta’lim diambil dari kata bahasa arab, yang terdiri dari dua kata yaitu, ) سلجم ( Majelis dan ) ميلعت ( Ta’lim. Majelis artinya tempat duduk. Ta’lim diartikan dengan pengajaran,24 dengan demikian secara bahasa Majelis Ta’lim adalah tempat untuk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam.

Secara terminologi pengertian Majelis Ta’lim sebagaimana dirumuskan pada musyawarah Majelis Ta’lim DKI Jakarta adalah, lembaga pendidikan Islam non formal yang memiliki kurikulum tersendiri, diselenggarakan secara berkala dan teratur, dan diikuti oleh jamaah yang relatif banyak bertujuan untuk membina dan mengembangkan hubungan yang santun dan serasi antara manusia dengan Allah SWT. Kemudian antara manusia dengan lingkungannya, dalam rangka membina masyarakat yang bertaqwa kepada Allah SWT.25

23Ibid., 108.

24Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Surabaya:

Pustaka Progressif, 2002), 202

25Khairul,“MakalahMajelisTa‟lim”diaksesmelaluialamathttp://hairulcupang.blogspot.co.id/

2015/07/makalah-majelis-talim.html tanggal 28 Mei 2018, jam 10:23 WIB

(25)

4) Pengertian Da’i a. Defenisi Da’i

Kata da‟i berasal dari bahasa Arab bentuk mudzakar (laki-laki) yang berarti orang yang mengajak, kalau muanas (perempuan) disebut da‟iyah.26 Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, da‟i adalah orang yang pekerjaannya berdakwah, pendakwah: melalui kegiatan dakwah para da‟i menyebarluaskan ajaran Islam. Dengan kata lain, da‟i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak langsung, melalui lisan, tulisan, atau perbuatan untuk mengamalkan ajaran-ajaran Islam atau menyebarluaskan ajaran Islam, melakukan upaya perubahan kearah kondisi yang lebih baik menurut Islam.

Da‟i dapat diibaratkan sebagai seorang guide atau pemandu terhadap orang- orang yang ingin mendapat keselamatan hidup dunia dan akhirat. Dalam hal ini da‟i adalah seorang petunjuk jalan yang harus mengerti dan memahami terlebih dahulu mana jalan yang boleh dilalui dan yang tidak boleh dilalui oleh seorang muslim, sebelum ia memberi petunjuk jalan kepada orang lain. Ini yang menyebabkan kedudukan seorang da‟i di tengah masyarakat menempati posisi penting, ia adalah seorang pemuka (pelopor) yang selalu diteladani oleh masyarakat di sekitarnya.27

Segala perbuatan dan tingkah laku dari seorang da‟i akan dijadikan tolak ukur oleh masyarakatnya. Da‟i akan berperan sebagai seorang pemimpin di tengah masyarakat walau tidak pernah dinobatkan secara resmi sebagai pemimpin.

Kemunculan da‟i sebagai pemimpin adalah kemunculan atas pengakuan masyarakat yang tumbuh secara bertahap. Oleh karena itu, seorang da‟i harus selalu sadar bahwa segala tingkah lakunya selalu dijadikan tolak ukur oleh masyarakatnya sehingga ia harus memiliki kepribadian yang baik.

b. Kepribadian Seorang Da’i

Da‟i dalam prespektif ilmu komunikasi dapat dikategorikan sebagai komunikator yang bertugas menyebarkan dan menyampaikan informasi-informasi

26Enjang AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah: Pendekatan Filosofis Dan Praktis, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), 73.

27Ibid., 76.

(26)

dari sumber (source) melalui saluran yang sesuai (chanel) pada komunikan (receiver). Untuk menjadi komunikator yang baik dituntut adanya kredibilitas yang tinggi yaitu suatu tingkat kepercayaan yang tinggi padanya dari komunikannya. Komunikator yang baik adalah komunikator yanag mampu menyampaikan informasi atau pesan (message) kepada komunikan sesuai dengan yang diinginkan.28

Adapun kredibilitas yang dimiliki da‟i tidaklah tumbuh dengan sendirinya, melainkan harus dibina dan terus dikembangkan. Seorang da‟i yang berkredibilitas tinggi adalah seorang yang mempunyai kompetensi di bidang yang ingin ia sebarkan, mempunyai jiwa yang tulus dalam beraktifitas, senang terhadap pesan-pesan yang ia miliki, berbudi luhur serta mempunyai status yang cukup walau tidak harus tinggi. Dari sana berarti seorang da‟i yang ingin memiliki kredibilitas tinggi harus berupaya membentuk dirinya dengan sungguh-sungguh.

Dari penjelasan di atas, menunjukkan bahwa di antara aspek yang mampu membangun kredibilitas adalah aspek yang berkaitan dengan kepribadian, sebuah sifat hakiki pada seorang da‟i.29

Kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang da‟i terbagi menjadi dua yaitu kepribadian yang bersifat rohaniah dan jasmaniah. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut:

1) Kepribadian Yang Bersifat Rohaniah

Kriteria kepribadian yang baik sangat menentukan keberhasilan dakwah, karena pada hakikatnya berdakwah tidak hanya menyampaikan teori, tapi juga harus memberikan teladan bagi umat yang diseru. Keteladanan jauh lebih besar pengaruhnya daripada kata-kata, hal ini sejalan dengan ungkapan hikmah

“kenyataan itu lebih menjelaskan dari ucapan”. Klasifikasi kepribadian da„i yang bersifat rohaniah mencangkup sifat, sikap, dan kemampuan diri pribadi da‟i.

28Enjang AS dan Aliyudin, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah: Pendekatan Filosofis Dan Praktis, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), 74.

29Faizah dan Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2009, cet. II), 90.

(27)

Ketiga masalah tersebut mencangkup keseluruhan kepribadian yang harus dimiliki.30

Sifat-Sifat Da‟i:31

a) Beriman dan bertakwa kepada Allah SWT b) Ahli taubat

c) Ahli Ibadah

d) Amanah dan Shidiq.

e) Pandai bersyukur

f) Tulus ikhlas dan tidak mementingkan pribadi g) Ramah dan penuh pengertian

h) Tawaddu (rendah hati) i) Sederhana dan jujur j) Tidak memiliki sifat egois k) Sabar dan tawakal

l) Memiliki jiwa toleran m) Sifat terbuka (demokratis) n) Tidak memiliki penyakit hati o) Istiqamah

p) Raja‟ dan Hub q) Sifat antusias 2) Sikap Seorang Da‟i

Sikap dan tingkah laku da‟i merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan dakwah, masyarakat sebagai suatu komunitas sosial lebih cenderung menilai karakter dan tabiat seseorang dari pola tingkah laku keseharian yang dapat dilihat dan didengar. Memang benar ungkapan para ulama bahwa “Lihatlah apa yang dikatakan dan janganlah melihat siapa (orang) yang mengatakan”, namun alangkah baiknya jika tingkah laku dan sikap da‟i juga merupakan cerminan dari

30Ibid., 97.

31Ibid., 91.

(28)

perkataannya. Di antara sikap-sikap ideal yang harus dimilki oleh para da‟i adalah:32

a) Berakhlak mulia, dalam kata lain, memiliki budi pekerti yang mulia dalam seluruh perkataan dan perbuatannya.

b) Menjadi teladan atau figur, kreatif inovatif, dan memotivasi secara positif.

c) Disiplin dan bijaksana, menepati seluruh norma agama dan masyarakat dan melakukan sesuatu penuh pemikiran dan pertimbangan yang matang.

d) Wara‟ dan berwibawa. Sikap wara‟ adalah menjauhkan perbuatan-perbuatan yang kurang berguna dan mengindahkan amal shaleh, sikap ini dapat menimbulkan kewibawaan seorang da‟i. Sebab kewibawaan merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang untuk percaya menerima suatu ajakan.33

e) Berpandangan luas

f) Berpengetahuan yang cukup

Dalam arti memiliki pengetahuan yang memadai mengenai segala hal yang berhubungan dengan dakwahnya. Untuk menjadikan pesan dakwah sampai secara tepat kepada mad‟u, seorang da‟i juga harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang semua hal yang berhubungan dengan mad‟u baik bahasa, tradisi, psikologis, budaya, dan temperamen (emosional) mad‟u.

5) Nilai-nilai Keislaman

a. Pengertian Nilai Keislaman

Pada dasarnya konsep umum yang ada dimasyarakat kita tentang istilah nilai merupakan konsep ekonomi. Hubungan suatu komoditi atau jasa dengan barang yang mau dibayarkan seseorang untuk memunculkan konsep nilai.

Sedangkan makna spesifikasi nilai dalam ekonomi adalah segala sesuatu yang diinginkan dan diminta oleh manusia yang dapat memenuhi kebutuhan, maka barang itu mengandung nilai.34

Akan tetapi makna nilai dalam pembahasan ini berbeda dengan konsep nilai dalam bidang ekonomi dan karena pembahasan ini berobjek pada manusia dan

32Ibid., 98.

33Ibid., 98.

34Anshari Endang Saifuddin Wawasan Islam, (Gema Insani, Jakarta: 2004), 50.

(29)

perilakunya, maka kita akan berbicara mengenai hal-hal yang dapat membantu manusia dan perilakunya agar dapat lebih bernilai dalam sudut pandang islam.

Menurut Zakaria Derajat, mendefenisikan nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran dan perasaan, keterikatan atau perilaku.

Kalau defenisi nilai merupakan suatu keyakinan atau identitas secara umum, maka penjabarannya dalam bentuk formula, peraturan atau ketentuan pelaksanaannya disebut norma. Dengan kata lain norma sebagai penjabaran dari nilai sesuai dengan sifat dan tata nilai.

Adapun defenisi nilai yang benar dan dapat diterima secara universal menurut Linda dan Ricard Erye adalah sesuatu yang menghasilkan perilaku dan perilaku berdampak positif baik yang menjalankan maupun bagi orang lain.

Adapun nilai-nilai apabila ditinjau dari sumbernya, maka dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:

1) Nilai Ilahi

Nilai Ilahi adalah nilai yang bersumber dari al-Qur‟an dan Hadist.

2) Nilai Insani

Nilai Insani adalah nilai yang tumbuh dan berkembang atas kesepakatan manusia. Nilai insani akan terus berkembang kearah yang lebih maju dan lebih tinggi.35

b. Landasan Nilai-nilai Keislaman

Landasan atau dasar nilai-nilai keislaman dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu:

1) Dasar pokok, yakni meliputi Al-qur‟an dan Hadist a) Al-Qur‟an

Menurut Abdul Khallaf Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat Jibril kepada hati Rasulullah SAW dengan lafazd bahasa Arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah bagi Rasulullah atas kerasulannya dan

35Ibid., 53.

(30)

menjadi pedoman bagi manusia dengan penunjuknya serta beribadah bagi yang membacanya.

b) Sunnah

As-sunnah adalah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasulullah SAW, yang dimaksud dengan pengakuan itu adalah kejadian atau perbuatan orang lain yang dilihat oleh Rasulullah SAW dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatan itu terjadi.36

c. Ruang Lingkup Ajaran Islam 1. Aqidah

Manusia lahir ke alam dunia dalam keadaan sempurna. Di samping diberi akal dan kesempurnaan jasmani, manusia juga memiliki fitrah ketuhanan. Ruh sang pencipta menjadi aspek penting yang menyebabkan manusia menjadi sempurna dan terhormat. Karena itu sering kita dengar bahwa manusia adalah mahluk yang suci.

Ruh ketuhanan menjadi satu simpul yang mengikat manusia sebagai mahluk yang memiliki bibit ketuhanan, mengakui dan meyakini bahwa Allah SWT adalah satu-satunya sang pencipta dan sang penguasa alam. Ikatan kesadaran dan keyakinan terhadap Tuhan yang satu ini adalah inti dari ibadah.37

Akidah secara bahasa (etimologi) biasa dipahami sebagai ikatan, simpul perjanjian yang kuat dan kokoh. Ikatan dalam pengertian ini merujuk pada makna dasar bahwa manusia sejak azali telah terikat dengan satu perjanjian yang kuat untuk menerima dan mengakui adanya sang pencipta yang mengatur dan menguasai dirinya, yaitu Allah SWT. Selain itu akidah juga mengandung cakupan keyakinan terhadap yang ghaib, seperti malaikat, surga, neraka dan sebagainya.

Ikatan dan perjanjian ini sekaligus menunjukkan adanya unsur ruh ketuhanan, fitrah kebertuhanan dalam diri manusia. Dalam nada yang bersifat dialogis, Al-Qur‟an menggambarkan adanya ikatan, serah terima pengakuan antara Allah dan mahluk. Pada satu sisi Allah meminta kesaksian dan pengakuan terhadap Allah sebagai satu-satunya sembahan bagi manusia. Pada sisi yang lain,

36Zakiah Derajat, Dasar dasar Agama Islam, (Jakarta: bulan bintang 1984), 224.

37Mahfud Rois, AL-ISLAM Pendidikan Islam, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011), 9.

(31)

manusia tanpa adanya unsur pemaksaan dari siapapun telah mengucap janji suci ketika masih dalam rahim kaum ibu untuk menerima dan mengakui Allah sebagai sembahannya.

“Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka manusia menjawab, “ Ya kami bersaksi bahwa Engkau adalah tuhan kami.” (QS. AL-A‟raf [7]: 172)

2. Syariat

Secara etimologis, syariat berarti jalan ketempat pengairan, atau jalan pasal yang diturut atau tempat mengalir air disungai. Di beberapa ayat didalam al- qur‟an ditemukan kata syariat (misalnya QS. Al-maidah [5] 48) yang mengandung arti jalan yang jelas yang membawa kepada kemenangan, yaitu agama yang ditetapkan untuk manusia. Bagi siapapuan yang mengikuti jalan yang jelas (agama) Allah SWT, niscaya ia akan sampai ditempat mengalirnya air sehingga jiwanya menjadi bersih.

Syariat merupakan aturan-aturan Allah yang dijadikan referensi oleh manusia dalam menata dan mengatur kehidupannya baik dalam kaitannya dengan hubungan antar manusia dengan Allah SWT, hubungan antar manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Syariat tidak hanya suatu hukum positif yang konkrit, tetapi juga suatu kumpulan nilai dan kerangka bagi kehidupan keagamaan muslim. Sementara fikih mencakup hukum-hukum syariat secara spesifik tetapi syariat itu sendiri juga mencakup ajaran ajaran etika dan spiritual yang tidak bersifat hukum secara khusus walaupun hukum itu tidak pernah terpisah dari moral dalam islam.38

Ruang lingkup syariat secara umum dapat dikategorikan ke dua aspek, yaitu aspek ibadah dan aspek muamalah.

3. Akhlak

Ruang lingkup ajaran islam yang ketiga adalah akhlak. Akhlak merupakan refleksi dari tindakan nyata atau pelaksanaan akidah dan syariat. Kata akhlak sacara bahasa merupakan bentuk jamak dari kata khulukun yang berarti budi pekerti, perangai, tabiat, adat dan tingkah laku. Sedangkan secara terminologi

38Ibid., 22.

(32)

akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara terbaik dan tercela, baik itu berupa perkataan maupun perbuatan manusia, lahir dan batin.

Akhlak berarti budi pekerti atau perangai. Dalam berbagai literatur islam, akhlak diartikan sebagai, (1) pengetahuan yang menjelaskan arti baik dan buruk, tujuan perbuatan, serta pedoman yang harus diikuti. (2) pengetahuan yang menyelidiki perjalanan hidup manusia sebagai parameter perbuatan dan ihwal kehidupannya. (3) sifat permanen dalam diri seorang yang melahirkan perbuatan secara mudah tanpa membutuhkan proses berfikir. (4) sekumpulan nilai yang menjadi pedoman berperilaku dan berbuat.

Akhlak memiliki wilayah garapan yang berhubungan dengan perilaku manusia dari sisi baik dan buruk sebagimana halnya etika dan moral. Akhlak merupakan seperangkat nilai keagamaan yang harus direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan keharusan, siap pakai, dan bersumber dari wahyu ilahi.

Ruang lingkup diatas memiliki hubungan integratif: keterkaitan satu dengan yang lain. Akidah berhubungan erat dengan dengan syariat dan akhlak. Akidah merupakan pernyataan yang menunjukkan keimaman seseorang, syariat merupakan jalan yang dilalui oleh seseorang untuk menuju kepada implementasi akidah, sedangkan akhlak merupakan refleksi empiris dari eksternalisasi kualitas batin (iman) seseorang dalam berbagai aspek kehiduapan.39

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan penelitian

Kajian terhadap Strategi Dakwah Majelis Ta’lim Dalam Mengembangkan Nilai-nilai Keislaman Di Desa Pauh, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Jambi. Menggunakan metode kualitatif. Bergantung pada pengamatan manusia.

Dengan alasan memiliki latar alami (the natural setting), bersifat deskriptif, lebih memperhatikan proses daripada hasil, dan menganalisa data secara induktif. Di mana makna menjadi hal yang esensial.

39Ibid., 96.

(33)

Penelitian lebih jauh Didekati Dalam Bidang Proses Mengembangkan Nilai- nilai Keislaman untuk mengamati aktifitas mad’u (yang menerima pesan dari da‟i) dalam strategi dakwah Majelis Ta’lim yang disampaikan oleh para da‟i. Dalam prosesnya penulis akan mengarahkan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif eksplanatoris ini untuk menjelaskan apa yang terjadi secara lengkap, sedangkan eksplanatoris untuk menjawab mengapa dan bagaimana suatu peristiwa terjadi.

Artinya penelitian ini diupayakan untuk menggambarkan fakta yang diinterpretasi secara tepat dan teruji.

2. Setting Dan Subjek Penelitian

Setting penelitian adalah Majelis Ta’lim, Desa Pauh, Kecamatan Pauh, Kabupaten Sarolangun, Jambi. Pemilihan penelitian didasarkan atas pertimbangan rasional bahwa Majelis Ta’lim Nurul Yakin di Desa Pauh berkembang cukup maju dibandingkan Majelis Ta’lim lain yang berada di Kelurahan Pauh lainnya.

Subjek penelitian berpusat pada segenap tenaga pada Majelis Ta’lim meliputi Pimpinan, Tokoh Masyarakat, Pembina, Da‟i yang bertugas dan Anggota Majelis Ta’lim. Mengingat subjek yang baik adalah subjek yang terlibat aktif, cukup mengetahui, memahami, atau berkepentingan dengan aktifitas yang akan diteliti, serta memiliki waktu untuk memberikan informasi yang benar.40

3. Sumber Dan Jenis Data

Sumber dari penelitian ini terdiri dari, manusia, situasi/peristiwa, dan dokumentasi. Sumber data manusia berbentuk perkataan maupun tindakan orang yang bisa memberikan data melalui wawancara. Sumber data suasana/peristiwa berupa suasana yang bergerak (peristiwa) ataupun diam (suasana), meliputi ruangan, suasana, dan proses.

Jenis data yang digunakan meliputi data primer dan data sekunder. data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama (first hand) melalui observasi atau wawancara lapangan. Dalam hal ini data yang diinginkan adalah praktik strategi dakwah Majelis Ta’lim. Sementara data sekunder adalah

40Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi,(Jambi: Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi, Edisi Revisi 2016), 60-61.

(34)

data yang diperoleh dari sumber kedua berupa dokumentasi serta peristiwa yang bersifat lisan dan tertulis.

4. Metode Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam studi ini menggunakan tiga tehnik yang dilakukan secara berulang-ulang agar keabsahan datanya dapat dipertangggung jawabkan, yaitu:

Pertama pengamatan tidak terlibat, merupakan pengamatan yang dilakukan tanpa keterlibatan peneliti dalam aktivitas yang diamati, peneliti dalam hal ini hanya melakukan satu fungsi, yaitu melakukan pengamatan.41

Metode pengumpulan data melalui pengamatan tidak terlibat dalam penelitian ini dilakukan secara umum berfokus pada metode, praktik, dan dampak dari strategi dakwah Majelis Ta’lim dalam mengembangkan nilai-nilai keislaman Desa Pauh, Kec. Pauh, Kab. Sarolangun, Jambi. Pengamatan dipergunakan untuk mempelajari secara langsung permasalahan yang sedang diteliti sehingga dapat diketahui secara empiris fenomena apa yang terjadi dalam kaitannya dengan persoalan yang dikaji.

Kedua wawancara mendalam merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan melalui cara lisan atau tatap muka antara peneliti dengan sumber data manusia. Sebelum wawancara dilakukan pertanyaan yang telah disiapkan lebih dahulu sesuai dengan penggalian data yang diperlukan dan kepada siapa wawancara tersebut dilakukan. Tehnik wawancara mendalam digunakan untuk mengetahui secara mendalam tentang berbagai informasi yang terkait dengan persoalan yang sedang diteliti kepada pihak-pihak yang dianggap dapat memberikan informasi secara utuh tentang persoalan yang akan dikaji.

Tentu saja informasi dari hasil wawancara yang disuguhkan masih penulis maknai dan memerlukan interpretasi lebih lanjut berdasarkan pemahaman penulis dengan melakukan cross check dengan teori yang ada. Sedangkan jadwal untuk mengadakan indepth interview tidak dibuat sebab akan disesuaikan dengan kesempatan yang ada dan data yang diperlukan. Untuk mengatasi terjadinya bias

41Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi, 64.

(35)

informasi yang diragukan kesahihannya, maka setiap hasil wawancara akan diuji dengan membandingkan bentuk informasi yang diterima informan dengan informasi yang didapat dari informasi lain.

Ketiga, dokumentasi, merupakan metode pengumpulan data melalui data- data dokumenter, berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah. Agenda ataupun jurnal yang dapat memberikan informasi tentang objek yang diteliti. Data dokumentasi yang dimaksud adalah data tentang juru dakwah dan anggota Majelis Ta’lim, serta berbagai data yang dibutuhkan dalam penelitian ini untuk melengkapi data yang diperoleh dari wawancara dan observasi yang didapat.

Ketiga tehnik pengumpulan data di atas digunakan secara simultan dalam penelitian ini, dalam arti digunakan untuk saling melengkapi antara data satu dengan data yang lain. Sehingga data penulis diperoleh memiliki validitas dan keabsahan yang baik untuk dijadikan sebagai sumber informasi.42

5. Metode/Tehnik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan sejak pengumpulan data secara menyeluruh. Data kemudian dicek kembali, secara berulang, dan untuk mencocokkan data yang diperoleh, data disestematiskan dan diinterpretasikan secara logis, sehingga diperoleh data yang absah dan kredibel.

Tehnik analisis data yang digunakan meliputi: data primer, sekunder, maupun sumber-sumber data yang dikumpul, dicatat, serta diklasifikasikan dan dirumus untuk mencari kebenaran yang berhubungan dengn analisis.43 Dari hal tersebut dijadikan bahan untuk penulisan skripsi.

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memperoleh data yang terpercaya dan dapat dipercayai, maka peneliti melakukan tehnik pemeriksaan keabsahan data yang didasarkan atas sejumlah kriteria. Dalam penelitian kualitatif, upaya pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan lewat empat cara yaitu:

42Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi, 66.

43Ibid., 64.

(36)

1. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan dilakukan lewat keikutsertaan peneliti dilokasi secara langsung dan cukup lama, dalam hal upaya mendeteksi dan memperhitungkan penyimpangan yang mungkin mengurangi keabsahan data, karena kesalahan penelitian data (data distortion) oleh peneliti atau responden, disengaja atau tidak disengaja, Distorsi data dari peneliti dapat muncul karena adanya nilai-nilai bawaan dari peneliti atau adanya keterasingan peneliti dari lapangan yang diteliti, sedangkan Distorsi data dari responden, dapat timbul secara tidak sengaja, akibat adanya kesalahpahaman terhadap pertanyaan, atau muncul dengan sengaja, karena responden berupaya memberikan informasi fiktif yang dapat menyenangkan peneliti, ataupun untuk menutupi fakta yang sebenarnya.44

Distorsi data tersebut, dapat dihindari melalui perpanjangan keikutsertaan peneliti dilapangan yang diharapkan dapat menjadikan data yang diperoleh memiliki derajat reabilitas dan viliditas yang tinggi. Perpanjangan keikutsertaan peneliti pada akhirnya juga akan menjadi semacam motivasi untuk menjalin hubungan baik yang saling mempercayai antara responden sebagai objek penelitian dengan peneliti.

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti, rinci. Dan berksinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol dalam penelitian. Faktor-faktor tersebut selanjutnya ditelaah, sehingga peneliti dapat memahami fakor-faktor tersebut. Ketekunan pengematan dilakukan dalam upaya mendapatakan karakteristik data yang benar-benar releven dan terfokus pada objek penelitian. Permasalahan dan fokus penelitian. Hal ini diharapkan pula dapat mengurangi distorsi data yang mungkin timbul akibat keterburuan peneliti untuk menilai suatu persoalaan, ataupun distorsi data yang timbul dari kesalahan responden yang memberikan data yang tidak benar, misalnya berdusta, menipu, dan berpura-pura.

44Ibid., 66-67.

(37)

3. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data pokok, untuk keperluan pengecekan reabilitas data melalui pemeriksaan silang, yaitu lewat perbandingan silang, yaitu lewat perbandingan berbagai data yang diperoleh dari berbagai informan. Terdapat empat macam teknik triangulasi yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik pemeriksaan menggunakan sumber, metode, penytidik dan teori.45

a. Triangulasi sumber merupakan teknik yang dilaksanakan dengan membandingkan dan mengecek kembali derajat suatu informasi yang didapat tersebut.

b. Triangulasi metode merupakan teknik yang dilaksanakan dengan mengecek informasi yang didapatkan bersama dengan metode yang dilakukan.

c. Triangulasi penyidik merupakan teknik yang dilaksanakan dengan jalan memanfaatkan peneliti dan pengamat lainnya dalam mengecek kepercayaan data.

d. Triangulasi teori merupakan teknik yang dilaksanakan dengan melakukan perbandingan terhadap data yang didapatkan.

4. Diskusi Dengan Teman Sejawat

Diskusi merupakan langkah akhir untuk menjamin keabsahan data, peneliti akan melakukan diskusi dengan teman-teman sejawat, guna memastikan bahwa data yang diterima benar-benar nyata dan bukan persepsi sepihak dari peneliti atau informan. Melalui cara tersebut peneliti mengharapkan mendapatkan sumbangan, saran, masukan yang berharga dan konstruktif dalam meninjau orisinalitas data yang didapatkan.46

H. Studi Relevan

Berdasarkan penelusuran penulis, terdapat beberapa karya tulis yang hampir sama dengan peneliti yakni skripsi karya Endah Purnamasari yang berjudul

45Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 300-332.

46Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi, 68.

Referensi

Dokumen terkait

Videre har vi satt opp en sammenligning av antall behandla flokker med antibiotika i henholdsvis hele bransjen, i spesialproduksjoner (produksjon uten bruk av narasin,

Arsitektur Ekologi merupakan arsitektur yang berwawasan lingkungan ekologis, memperhatikan keseimbangan pembangunan antara lingkungan alam sebagai lokasi tapak

[r]

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui indikator alami dari

It is one of important thing for students’ life, because reading gives students’ horizon, reading also makes students increase their knowledge.. Through reading they

(2) Tugas Kepala Seksi Pelayanan Medis mempunyai tugas pokok melaksanakan dan mengoordinasikan pelayanan pengobatan, pemulihan dan tindakan medis, melaksanakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menjelaskan kekuatan dan kelemahan (lingkungan internal) serta peluang dan ancaman (lingkungan eksternal) serta merumuskan