KARYA TULIS ILMIAH LITERATURE REVIEW
KEAKURATAN KODING PENYAKIT THYPOID FEVER BERDASARKAN ICD-10
DISUSUN OLEH:
DWI JUMRIANI ASTI NIM: 17 03 123
YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
MAKASSAR 2020
KARYA TULIS ILMIAH LITERATURE REVIEW
KEAKURATAN KODING PENYAKIT THYPOID FEVER BERDASARKAN ICD-10
Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma 3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Disusun dan diajukan oleh
DWI JUMRIANI ASTI NIM. 17.03.123
YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
MAKASSAR 2020
KARYA TULIS ILMIAH LITERATURE REVIEW
KEAKURATAN KODING PENYAKIT THYPOID FEVER BERDASARKAN ICD-10
Disusun dan diajukan oleh DWI JUMRIANI ASTI
NIM. 1703123 Menyetujui Tim Pembimbing
Pembimbing I
Lilik Meilany, SSt, M.Kes
Pembimbing II
H. Sumardin Makka, SKM,M.Kes
Mengetahui,
Ketua Program Studi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan
Syamsuddin, A.Md.PK. SKM. M.Kes
i
KARYA TULIS ILMIAH LITERATURE REVIEW
KEAKURATAN KODING PENYAKIT THYPOID FEVER BERDASARKAN ICD-10
Disusun dan diajukan oleh DWI JUMRIANI ASTI
NIM. 1703123
Telah dipertahankan di depan tim penguji pada tanggal 04 Desember 2020 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Menyetujui Tim Pembimbing
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Lilik Meilany, SSt, M.Kes H. Sumardin Makka, SKM,M.Kes
Ketua STIKES Panakkukang Makassar
Ketua Program Styudi D3 Rekam Medis Dan Informasi Kesehatan
Dr. Ns makkasau, M.Kes. M.EDN Syamsuddin, A.Md.PK. SKM. M.Kes
ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI
karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Ujian Komprehensif Program Studi D3 Perekkam Medis dan Informasi Kesehatan STIKES Panakkukang Makassar, pada tanggal 04 Desember 2020
Makassar 04 Desember 2020 Tim Penguji
Penguji 1 : Lilik Meilany, SSt, M.Kes ( )
Penguji 2 : H. Sumardin Makka, SKM,M.Kes ( )
Penguji 3 : Drs. JB. Lande, M.Min ( )
iii
SURAT PERNYATAAN KARYA TULIS ILMIAH Yang bertanda tangan dibawah ini saya:
Nama : DWI JUMRIANI ASTI Nim : 17.03.123
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Judul Karya Tulis Ilmiah ini sebagai berikut:
KEAKURATAN KODING PENYAKIT THYPOID FEVER BERDASARKAN ICD-10
Merupakan Karya Tulis Ilmiah yang kami buat sendiri dan bukan merupakan bagian dari karya tulis ilmiah orang lain. Bilamana ternyata pernyataan ini tidak benar, kami sanggup menerima sanksi akademik yang ditetapkan oleh STIKES Panakkukang Makassar
Mengetahui Makassar, 04 Desember 2020 Ketua prodi D3 RMIK yang membuat pernyataan
Syamsuddin, A.Md.PK. SKM. M.Kes DWI JUMRIANI ASTI NIK. 093.152.02.04.025 NIM . 17.03.123
Materai Rp.6000,-
iv ABSTRAK
DWI JUMRIANI ASTI : LITERATURE REVIEW KEAKURATAN KODING PENYAKIT THYPOID FEVER BERDASARKAN ICD-10
PEMBIMBING : LILIK MEILANY dan H.SUMARDIN MAKKA (xii + 35 Halaman + 5 Tabel + 5 Lampiran)
Latar Belakang: Keakuratan kode diagnosis utama thypoid fever pada dokumen rekam medis dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu anamnesa, hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnosa utama.
Hal ini menuntut kemampuan petugas koding untuk membaca diagnosis dengan benar, memahami terminologi medis dan berkomunikasi secara efektif dan efisien. Oleh karena itu, seluruh diagnosis dan hasil laboratorium yang tertulis dalam dokumen rekam medis pasien harus dikode secara akurat dan tepat, termasuk penyakit thypoid fever. Tujuan: Mengetahui presentase koding penyakit thypoid fever, Metodologi: Pencarian artikel menggunakan database Google scholar untuk menemukan artikel menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi kemudian dilakukan review. Hasil: 3 jurnal yang diteliti terkait koding penyakit thypoid fever masih dalam kategori baik dimana ketiga jurnal menunjukkan presentase koding (>90%). Kesimpulan: pada penelitian ini presentase keakuratan koding penyakit thypoid fever lebih tinggi dibandingkan koding yang tidak akurat meskipun demikian adapun penyebab dari adanya koding yang masih tidak akurat adalah karena faktor tenaga medis (tulisan dokter yang tidak jelas dan sulit dibaca) koding/koder (masih kurangnya ketelitian koder) kelengkapan rekam medis ( rekam medis yang tidak lengkap) dan kebijakan (tidak adanya sop dalam pengkodean).
Kata Kunci: keakuratan kode penyakit thypoid fever
v ABSTRACT
DWI JUMRIANI ASTI: LITERATURE REVIEW IN ACCURACY OF THYPOID FEVER DISEASE BASED ON ICD-10
SUPERVISOR: LILIK MEILANY and H. SUMARDIN MAKKA (xii + 35 Pages + 5 Tables + 5 Attachments)
Background: The accuracy of the main diagnosis code for typhoid fever in medical record documents is influenced by several factors, namely the history, laboratory examination results and main diagnoses. This requires the coding officer 's ability to read diagnoses correctly, understand medical terminology and communicate effectively and efficiently. Therefore, all diagnoses and laboratory results written in the patient's medical record document must be accurately and accurately coded, including typhoid fever. Objective: To determine the percentage coding for typhoid fever.
Methodology: Search for articles using the Google scholar database to find articles using inclusion and exclusion criteria and then conduct a review. Results: 3 journals studied related to coding for typhoid fever were still in the good category where the three journals showed the percentage of coding (>
90%). Conclusion: in this study the percentage of the accuracy of typhoid fever coding was higher than the inaccurate coding, even though the cause of the inaccurate coding was due to factors of medical personnel (the doctor's writing was unclear and difficult to read) accuracy of coders) completeness of medical records (incomplete medical records) and policies (absence of soup in coding).
Keywords: code accuracy of typhoid fever
vi PRAKATA
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji sykur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, karena atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Literature Review keakuratan koding penyakit thypoid fever berdasarkan ICD-10 ”.
Dalam penyusunan tugas akhir ini tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alami, namun berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak secara moral maupun materil. Oleh karena itu, semua kesulitan dan hambatan dapat teratasi.
Penghargaan dan terima kasih yang kepada kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Aswan dan Ibunda Muliati yang telah melahirkan penulis, menjadi inspirasi, yang senantiasa mendoakan keselamatan dan keberhasilan serta orang tua kedua saya yaitu kakek dan nenek tercinta Saparuddin dan Sitti Aral dan juga keluarga yang selalu mendukung disetiap perjuangan penulis. Rasa terimakasih pula yang tak terhingga kepada Ibu Lilik Meilany, SSt,M.Kes dan bapak H. Sumardin Makka, SKM, M.Kes selaku pembimbing I dan Pembimbing II yang senantiasa membimbing, mengarahkan penulis dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah.
vii
Semoga kita senantiasa tetap dalam lindungan Allah SWT. Dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Bapak H. Sumardin Makka, SKM, M.Kes selaku Ketua Yayasan Perawat Sulawesi Selatan.
2. Bapak DR. Ns. Makkasau, M.Kes selaku Ketua STIKES Panakkukang Makassar 3. Bapak Syamsuddin, A.Md.PK, SKM, M.Kes selaku Ketua Prodi D3
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan STIKES Panakkukang Makassar
4. Seluruh Staf dan para dosen Prodi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan STIKes Panakkukang Makassar.
5. Ibu Herawati, S.Kom selaku orang tua di tanah rantau yang selalu mendukung dan membantu selama perkuliahan hingga penyusunan karya tulis ilmiah ini.
6. Kak Islawati, Kadir,A.Md,.B.Ing.,SKM yang telah memberikan saran dan masukkan selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.
7. Semua teman-teman kelas EXC17ED (RMIK C 17) yang selalu saling memberikan semangat dan juga saling membantu selama perkuliahan sampai penyusunan karya tulis ilmiah ini.
viii
8. Terkhusus untuk Sahabatku Riska, Marsya, Dina, Evlin sebagai teman seperjuangan yang selalu ada dan juga selalu memberikan motivasi dan semangat selama masa perkuliahan hingga saat ini dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Makassar, 24 Oktober 2020
Dwi Jumriani Asti
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dan rancangan penelitian yang berjudul “Literature Review: keakuratan koding penyakit thypoid fever berdasarkan ICD-10 ”.
Berbagai hambatan dan kesulitan ditemui oleh penulis dalam proses penyusunan proposal ini, namun berkat usaha dan kerja keras serta bimbingan dan arahan dari berbagai pihak pada akhirnya proposal ini dapat diselesaikan.
Dengan kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan proposal dan rancangan penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu masukan dan berupa saran dan kritik yang membangun dari para penguji maupun pembaca akan sangat membantu. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan proposal ini. Semoga proposal dan rancangan penelitian ini dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu.
Makassar, September 2020 Penulis
Dwi Jumriani Asti
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN ABSTRAK (Bahasa Indonesia) ... v
HALAMAN ABSTRACT (Bahasa Inggris) ... vi
PRAKATA ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Kajian tentang keakuratan diagnosis utama thypoid fever dan faktor yang memepengaruhinya ... 6
B. Kajian tentang ICD-10 ... 10
xi
C. Kajian tentang Koding ... 11
D. Kajian tentang Aturan Reseleksi ... 14
BAB III METODE PENELITIAN ... 17
A. Desain Penelitian ... 17
B. Pencarian Literature Review ... 17
1. Kata Kunci ... 17
2. Database pencarian ... 17
3. Strategi pencarian ... 18
4. Kriteria inklusi dan ekslusi ... 18
5. Sintesis hasil literature ... 19
6. Daftar jurnal yang memenuhi kriteria ... 20
7. Ekstarksi Data ... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 24
A. HASIL ... 24
B. PEMBAHASAN ... 32
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN ... 37
B. SARAN ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 40
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Strategi Pencarian Literature Review ... 18
Tabel 3.2 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 19
Tabel 3.3 Ekstraksi Data ... 21
Tabel 4.1 Karakteristik data literature ... 24
Tabel 4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidak akuratan koding penyaki thypoid fever berdasarkan ICD-10 ... 29
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Menurut Permenkes RI No. 269/ Menkes/ Per/ III/ 2008 tentang Rekam Medis, rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Proses pengkodean diagnosis pasien di rumah sakit menggunakan buku ICD-10 (international statistical classification of dissease and related health problems tenth revision) yang penggunaanya diberlakukan sejak
dikeluarkannya keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 50/MENKES/SK/I/1998 tentang klasifikasi statistik internasional mengenai penyakit. Oleh karena itu, seluruh diagnosis dan hasil laboratorium yang tertulis dalam dokumen rekam medis pasien harus dikode secara akurat dan tepat, termasuk penyakit thypoid fever.
Keakuratan kode diagnosis utama thypoid fever pada dokumen rekam medis dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu anamnesa, hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnosa utama. Hal ini menuntut kemampuan petugas koding untuk membaca diagnosis dengan benar, memahami terminologi medis dan berkomunikasi secara efektif dan efisien
2
dengan berbagai pihak khususnya dokter yang bertanggung jawab terhadap pasien dan petugas laboratorium pemeriksaan penunjang (Hatta. G 2010).
Berdasarkan Ditjen Pelayanan Medis DepKes RI (2005) sepuluh penyakit terbanyak pasien rawat inap di indonesia, penyakit thypoid fever berada pada peringkat kedua dengan jumlah kasus 18.116 dengan proporsi 3,15% Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo, thypoid fever ada diurutan kedua daftar 10 penyakit terbesar dengan jumlah pasien sekitar 481 pasien.
Pada survey pendahuluan di Rumah sakit Umum Daerah Kabupaten Sukoharjo ditemukan ketidakakuratan kode diagnosa utama thypoid fever sebanyak 2 dokumen rekam medis dari 15 dokumen rekam medis yang diambil secara acak.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan terhadap 10 dokumen rekam medis diagnosis typhoid fever menunjukkan ketidakakuratan diagnosa utama sebesar 20% . Ketidaktepatan tertinggi terdapat pada penulisan diagnosis thypoid sebanyak 41 dokumen (26,11%). Persentase keakuratan kode diagnosis typhoid fever sebesar 80,90% sedangkan ketidakakuratan kode diagnosis typhoid fever sebesar 19,10%. Ketidakakuratan paling banyak disebabkan karena salah pada karakter keempat sebanyak 22 dokumen.
3
Mengingat pentingnya ketepatan dalam menentukan diagnosa utama pasien sehingga menghasilkan informasi yang tepat dan juga sebagai salah satu untuk mengontrol kualitas dibagian koding rekam medis maka dalam penulisan tugas akhir ini peneliti ingin membahas dengan mengangkat judul
“LITERATUR REVIEW KEAKURATAN KODING PENYAKIT THYPOID FEVER BERDASARKAN
ICD-10”
4
B. Rumusan Masalah
Mengetahui apa saja yang mempengaruhi ketidak akuratan koding penyakit thypoid fever berdasarkan ICD-10.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor keakuratan koding penyakit thypoid fever berdasarkan ICD-10.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya presentase kode diagnosis thypoid fever
b. Diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi keakuratan
koding thypoid fever.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis
a. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan juga memperluas wawasan dalam ilmu rekam medis khususnya klasifikasi penyakit dan tindakan.
b. Bagi Institusi
Sebagai bahan masukan untuk penelitian selanjutnya sekaligus sebagai referensi yang dapat menambah keilmuan rekam medis khususnya koding.
5
2. Manfaat Praktis a. Bagi Rumah Sakit
Memberikan informasi untuk evaluasi rumah sakit mengenai keakuratan kode diagnosa utama penyakit thypoid fever berdasarkan ICD-10.
b. Bagi PMIK
Memberikan informasi bagi penulis lainnya sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengaplikasikan pengetahuannya mengenai keakuratan kode diagnosa utama penyakit thypoid fever berdasarkan ICD-10.
6 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Ketidak akuratan Kode Diagnosa Utama Thypoid Fever dan Faktor yang Mempengaruhinya
1. Definisi keakuratan kode
Akurat dan akurasi memiliki kesamaan arti yaitu kecermatan, ketelitian, ketepatan. Pengertian kode adalah tanda (kata-kata, tulisan) yang disepakati untuk maksud tertentu (untuk menjamin kerahasiaan berita pemerintah) kumpulan peraturan yang bersistem, kumpulan prinsip yang bersistem (Depdiknas, 2001).
Dalam pengkodean diagnosis yang akurat, komplet dan konsisten akan menghasilkan data yang berkualitas. Keakuratan dalam pemberian kode diagnosis merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh tenaga perekam medis, kualitas data yang terkode merupakan hal penting bagi kalangan tenaga personel Manajemen Informasi Kesehatan.
Keakuratan data diagnosis sangat krusial di bidang manajemen data klinis, penagihan kembali biaya, beserta hal-hal lain yang berkaitan dengan asuhan dan pelayanan kesehatan (Hatta dalam Maimun et al., 2018)
7
Menurut Kasim dalam Hatta dalam Ulfa et al (2017) untuk menghasilkan pengkodean yang akurat maka proses pengkodean harus dimonitor untuk beberapa elemen sebagai berikut.
1. Konsisten bila dikode oleh petugas berbeda kode tetap sama (reliability)
2. Kode tepat sesuai diagnosis dan tindakan (validity) 3. Mencakup semua diagnosis dan tindakan yang ada di
rekam medis (completeness) 4. Tepat waktu (timeliness)
teori menurut Hatta, 2016 bahwa standar pengukuran kinerja pengkodean secara kualitatif dinyatakan tepat apabila >84% dan disebut terbaik apabila 100%.
2. Diagnosis
Pengertian diagnosis menurut Hatta dalam Maryati (2016) di bagi menjadi dua, yaitu:
a. Diagnosis utama atau kondisi utama adalah suatu diagnosis / kondisi yang menyebabkan pasien memperoleh perawatan atau pemeriksaan yang ditegakkan pada akhir episode pelayanan dan bertanggung jawab atas kebutuhan sumber daya pengobatanya.
8
b. Diagnosis Sekunder, Komorbiditas, dan Komplikasi
1) Diagnosis sekunder adalah diagnosis yang menyertai diagnosis utama pada saat pasien masuk atau yang terjadi selama episode pelayanan.
2) Komorbiditas adalah penyakit yang menyertai diagnosis utama atau kondisi pasien saat masuk dan membutuhkan pelayanan / asuhan khusus setelah masuk dan selama rawat.
3) Komplikasi adalah penyakit yang timbul dalam masa pengobatan dan memerlukan pelayanan tambahan sewaktu episode pelayanan, baik yang disebabkan oleh kondisi yang ada atau muncul sebagai akibat dari pelayanan yang diberikan kepada pasien..
Macam-macam diagnosa utama antara lain : a. Principal diagnosis
Adalah diagnosis yang ditegakkan setelah dikaji, terutama bertanggung jawab menyebabkan admission pasien ke rumah sakit
b. Other diagnosis
Diagnosis selain principal diagnosis yang menggambarkan suatu kondisi dimana pasien mendapatkan pengobatan, atau dimana dokter mempertimbangkan kebutuhan-
9
kebutuhan untuk memasukannya dalam pemeriksaan kesehatan lebih lanjut.
c. Complication
Suatu diagnosis yang menggambarkan suatu kondisi yang muncul setelah dimulainya observasi dan perawatan dirumah sakit yang mempengaruhi perjalanan penyakit pasien atau asuhan medis.
3. Thypoid Fever
Thypoid fever adalah suatu penyakit pada kasus yang menimbulkan
gejala-gejala sistematik yang disebabkan oleh salmonella typhi, paratyphi type A, B, C penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi (kumalla, 1998).
Demam thypoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 1 minggu gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (mansjoer, 2001)
10
Berdasarkan Anggraini et al (2017) terdapat beberapa faktor penting yang mempengaruhi keakuratan Koding diantaranya yaitu :
1. Tenaga medis
2. Petugas koding atau koder
3. Kelengkapan dokumen rekam medis 4. Kebijakan
5. sarana dan prasarana B. Kajian tentang ICD-10
1. Pengertian ICD-10
ICD-10 adalah singkatan internasional classification statstical of disease and related health problem-10 revision. Dimana ICD-10 ini
digunakan untuk klasifikasi penyakit dan masalah kesehatan lain yang terekam dalam berbagai jenis rekaman vital dan kesehatan. Pada praktiknya ICD telah menjadi standar internasional klasifikasi diagnosis untuk semua tujuan epidemiologi umum dan manajemen kesehatan.
2. Tujuan ICD
Tujuan penyusunan ICD-10 adalah sebagai berikut :
a. Untuk mempermudah perekaman yang sistematis, untuk keperluan analisis interpretasi dan komparasi data morbiditas maupun mortalitas yang dikumpulkan dari berbagai daerah pada saat yang berlainan.
11
b. Untuk menerjemahkan diagnosis penyakit dan masalah kesehatan lainnya dari kata-kata menjadi kode alfanumerik, yang memudahkan penyimpanan, retrival, dan analisis data.
C. Kajian tentang koding 1. Pengertian koding
Menurut Anggraini dalam Pratami & Siswati (2015) Koding adalah proses Pengklasifikasian data dan penentuan kode (sandi) nomor / alfabet / numerik untuk mewakilinya. Diagnosis pasien (ICD) terdiri dari nama penyakit, proses penyakit, causa penyakit, dan masalah terkait kesehatan.
Koding diagnosis harus dilaksanakan dengan presisi (sesuai dengan aturan ICD-10), akurat (sesuai dengan proses hasil akhir produk), dan tepat waktu (sesuai episode pelayanan).
Kegiatan pengkodean adalah pemberian penetapan kode dengan menggunakan huruf dan angka atau kombinasi antara huruf dan angka yang mewakili komponen data. Kegiatan yang dilakukan dalam koding meliputi kegiatan pengkodean diagnosis dan pengkodean tindakan medis. Tenaga rekam medis sebagai koder bertanggungjawab atas keakuratan kode. (Budi, 2011)
12
2. Tujuan koding
Koding merupakan fungsi yang cukup penting dalam jasa pelayanan informasi kesehatan. Data klinis yang terkode dibutuhkan untuk meretreive informasi guna kepentingan asuhan pasien, penelitian,
peningkatan informasi pelayanan, perencanaan dan manajemen sumber daya, serta untuk mendapatkan yang sesuai bagi jasa pelayanan kesehatan yang diberikan.
3. Langkah-langkah koding
Adapun langkah-langkah koding adalah sebagai berikut :
Menurut Kasim dalam Hatta dalam Maryati (2016), koding yang sesuai dengan ICD-10 adalah:
1) Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode, dan buka volume 3 Alfabetical Indeks (kamus). Bila pernyataan adalah istilah penyakit atau cidera atau kondisi lain yang terdapat pada Bab I-XIX dan XXI- XXII, lalu gunakan ia sebagai “lead term” untuk dimanfaatkan sebagai panduan menelusuri istilah yang dicari pada seksi 1 indeks (Volume 3). Bila pernyataan adalah penyebab luar (external cause) dari cedera (bukan nama penyakit) yang ada di Bab XX (Volume 1), lihat dan cari kodenya pada seksi II di Indeks (Volume 3).
2) “Lead term” (kata panduan) untuk penyakit dan cedera biasanya merupakan kata benda yang memaparkan kondisi patologisnya.
13
Sebaiknya jangan menggunakan istilah kata benda anatomi, kata sifat atau kata keterangan sebagai kata panduan. Walaupun demikian, beberapa kondisi ada yang diekspresikan sebagai kata sifat atau eponym (menggunakan nama penemu) yang tercantum di dalam indeks sebagai “lead term”.
3) Baca dengan seksama dan ikuti petunjuk catatan yang muncul di bawah istilah yang akan dipilih pada Volume 3.
4) Baca istilah yang terdapat dalam tanda kurung “()” sesudah lead term (kata dalam tanda kurung = modifier, tidak akan mempengaruhi
kode). Istilah lain yang ada di bawah lead term (dengan tanda (-) minus = idem = indent) dapat memengaruhi nomor kode, sehingga semua kata-kata diagnostik harus diperhitungkan).
5) Ikuti secara hati-hati setiap rujukan silang (cross references) dan perintah see dan see also yang terdapat dalam indeks.
6) Lihat daftar tabulasi (Volume 1) untuk mencari nomor kode yang paling tepat. Lihat kode tiga karakter di indeks dengan tanda minus pada posisi keempat yang berarti bahwa isian untuk karakter keempat itu ada di dalam volume 1 dan merupakan posisi tambahan yang tidak ada dalam indeks (Volume 3). Perhatikan juga perintah untuk membubuhi kode tambahan (additional code) serta aturan cara
14
penulisan dan pemanfaatannya dalam pengembangan indeks penyakit dan dalam sistem pelaporan morbiditas dan mortalitas.
7) Ikuti pedoman Inclusion dan Exclusion pada kode yang dipilih atau bagian bawah suatu bab (chapter), blok, kategori, atau subkategori.
8) Tentukan kode yang anda pilih.
9) Lakukan analisis kuantitatif dan kualitatif data diagnosis yang dikode untuk memastikan kesesuaiannya dengan pernyataan dokter tentang diagnosis utama di berbagai lembar formulir rekam medis pasien, guna menunjang aspek legal rekam medis yang dikembangkan.
D. Kajian tentang Aturan Reseleksi Kondisi Utama
Banyak kejadian, masalah keluhan utama yang dicatat oleh dokter tidak konsisten dengan definisi WHO. Dengan kata lain, tidak ada keluhan utama yang telah dispesifikkan. Untuk mengatasi hal tersebut maka WHO telah mengembangkan satu set ketentuan aturan (rules) yag dapat digunakan dan menjamin bahwa kondisi utama yang dipilih dan dikode menggambarkan kondisi yang semata bertanggungjawab bagi satu episode pelayanan. Coder harus terbiasa dengan ketentuan ini dan mampu menggunakannya. Rule reseleksi kondisi utama dibagi menjadi 5 :
1. RULE MB 1
Keluhan sederhana dicatat sebagai keluhan utama, sedangkan keluhan yang lebih signifikan (bermakna) dinyatakan sebagai keluhan
15
tambahan) Ketika kondisi minor atau yang telah berlangsung lama, atau masalah insidental, tercatat sebagai ‘kondisi utama’, sedangkan kondisi yang lebih berarti, relevan dengan pengobatan yang diberikan dan/atau spesialisasi perawatan, tercatat sebagai ‘kondisi lain’, maka yang terakhir ini dipilih kembali sebagai ‘kondisi utama’.
2. RULE MB 2
Beberapa kondisi dicatat sebagai kondisi utama Kalau beberapa kondisi yang tidak bisa dikode bersamaan tercatat sebagai ‘KU’, dan catatannya menunjukkan bahwa satu di antaranya adalah kondisi utama pada asuhan pasien, pilihlah kondisi tersebut. Kalau tidak, pilih kondisi yang pertama kali disebutkan.
3. RULE MB 3
Kondisi yang dicatat sebagai ‘kondisi utama’ ternyata merupakan gejala dari kondisi yang telah didiagnosis dan diobati Kalau suatu gejala atau tanda (biasanya bisa diklasifikasikan pada Bab XVIII), atau suatu masalah yang bisa diklasifikasikan pada Bab XXI, dicatat sebagai ‘KU’, dan ini jelas merupakan tanda, gejala atau masalah dari kondisi yang telah didiagnosis di tempat lain dan telah dirawat, pilihlah kondisi yang didiagnosis tersebut sebagai ‘KU’.
16
4. RULE MB 4
Bilamana diagnosis yang tercatat sebagai ‘kondisi utama’
menguraikan suatu kondisi secara umum, sedangkan suatu istilah yang bisa memberikan informasi yang lebih tepat mengenai tempat atau bentuk kondisi tersebut tercatat di tempat lain, pilihlah yang terakhir ini sebagai
‘KU’.
5. RULE MB 5
Alternatif Main Diagnosis Bilamana suatu gejala atau tanda dicatat sebagai ‘kondisi utama’ dengan suatu petunjuk bahwa mereka bisa disebabkan oleh suatu kondisi atau kondisi lain, pilihlah gejala tersebut sebagai ‘kondisi utama’. Kalau dua kondisi atau lebih tercatat sebagai pilihan diagnostik untuk kondisi utama, pilihlah kondisi pertama yang tercatat
17 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan Literature Review dengan menggunakan metode kualitatif dengan mengumpulkan beberapa jurnal mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi ketidak akuratan koding penyakit thypoid fever berdasarkan ICD-10. Dari 2 jurnal penelitian yang didapatkan, 1 penelitian menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif, dan 1 penelitian menggunakan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional.
B. Pencarian Literature
1. Kata Kunci
Hal yang paling penting dalam pencarian literature menggunakan database Google Scholar. Keyword yang digunakan adalah “keakuratan kode diagnosa utama typoid fever”.
2. Database Pencarian.
Selain menggunakan kata kunci, hal yang paling penting dalam pencarian Literature adalah database. Database pencarian yang peneliti gunakan yaitu Google Scholar.
18
3. Strategi Pencarian
Strategi dalam pencarian literature ini adalah penggunaan Boolean System yaitu perintah yang digunakan pada mesin pencarian seperti
penggunaan kata AND, OR, NOT.
Tabel 3.1
Strategi pencarian Literature Review
DATABASE STRATEGI PENCARIAN JURNAL
Google Scholar Keakuratan AND ketepatan diagnosa utama thypoid fever
Garuda _
4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi adalah kriteria atau syarat yang harus dipenuhi artikel tersebut agar bisa dijadikan data untuk dilakukan Literature review.
Kriteria eksklusi adalah indikator Ketika itu ditemukan pada artikel tersebut tidak diambil dalam proses literature review. Adapun kriteria inklusi dan kriteria eksklusi pada literature ini yaitu:
19
Tabel 3.2
Kriteria Inklusi Dan Ekslusi
INKLUSI EKSKLUSI
Rekam medis pasien Dampak beban kerja koder terhadap keakuratan kode
Faktor-faktor yang mempengaruhi keakuratan diagnosa utama thypoid fever
Jurnal dalam bentuk yang masih abstrak
5. Sintesis hasil Literature 1. Hasil pencarian Literature
Berdasarkan hasil pencarian jurnal di database yang akan digunakan pada literature ini didapatkan hasil 2 jurnal berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dan juga sudah memenuhi kriteria dan full text.
2. Daftar jurnal yang Memenuhi Kriteria
a. Analisis keakuratan kode diagnosis utama thypoid fever berdasarkan ICD-10 Pada pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Sukoharjo.
b. Hubungan Ketepatan Penulisan Terminologi Medis Dengan Keakuratan Kode Diagnosis Typhoid Fever Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.
20
c. Kajian penulisan diagnosis dokter dalam penentuan kode diagnosis lembar ringkasan masuk dan keluar di Rumah Sakit Umum Daerah kabupaten Wonogiri.
21
6. Ekstraksi Data
Tabel 3.3
Ekstraksi data jurnal penelitian
No Nama peneliti (Author) Th.
Judul Desain
penelitian
Presentase ketidak akuratan koding
sampel Faktor-faktor yang
mempengaruhi ketidak
akuratan koding Septina
multisari, Sri sugiarsi, Nurifa’atul masudah awaliah (2015)
Analisis keakuratan kode diagnosis utama thypoid fever
berdasarkan ICD-10 Pada pasien rawat inap di RSUD Kabupaten SUKOHARJO
Deskriptif dengan pendekatan retrospektif
2,56% 15 ketidaktelitian
petugas dalam melakukan kodefikasi penyakit
typhoid fever, karena ada berkas rekam medis yang berisi
keterangan tambahan yang tidak terbaca petugas, dan juga tulisan dokter tidak jelas atau tidak terbaca serta ketidaktelitian petugas dalam membaca keterangan
22
tambahan yang ada di dalam berkas rekam medis.
Lailatul Rahma (2015)
Hubungan ketepatan penulisan terminologi medis dengan keakuratan kode diagnosis thypoid fever pasien rawat inap
Analitik dengan pendekatan cross sectional
19,10%. 140 penulisan terminologi medis yang kurang tepat pengejaannya serta petugas coder yang kurang teliti dalam
membaca hasil laboratorium.
Sri Mariyati (2016)
Kajian penulisan diagnosis dokter dalam penentuan kode diagnosis lembar ringkasan masuk dan keluar di Rumah sakit umum daerah kabupaten WONOGIRI
Deskriptif dengan pendekatan retrospektif
19,2% 82 Petugas koding yang kurang teliti dalam memilih lead term
berdasarkan penulisan diagnosis akan mengakibatkan kode tidak akurat
23 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
1. Presentase koding penyakit thypoid fever Tabel 4.1
Presentase koding penyakit thypoid fever No Nama penulis
(tahun)
Nama jurnal (vol,No)
Judul Hasil Penelitian
Sumber data 1. Septina
multisari,
sri sugiarsi, nurifa’atul masudah awaliah (2015)
APIKES Mitra Husada Karanganyar
Analisis keakuratan kode diagnosis utama thypoid fever berdasarkan ICD-10 pada pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Sukoharjo
Keakuratan kode diagnosis utama thypoid fever adalah 78 (97,44%) dokumen rekam medis dan ketidak akuratan kode diagnosis utama sebesar 2 (2,56%) dokumen rekam medis.
Google scholar
2.
Lailatul Rahma (2015)
Hubungan ketepatan penulisan terminologi medis dengan keakuratan kode
Presentase keakuratan kode diagnosis thypoid fever sebesar 80,90%
Google scholar
24
diagnosis thypoid fever pasien rawat inap
sedangkan ketidak akuratan kode diagnosis thypoid fever sebesar 19,10%.
3. Sri Mariyati (2016)
APIKES Mitra Husada
Kajian penulisan diagnosis dokter dalam penentuan kode diagnosis lembar ringkasan masuk dan keluar di rumah sakit daerah kabupaten Wonogiri
Keakuratan kode diagnosis sebesar 101 lembar ringkasan masuk dan keluar (80,8%) dan ketidak akuratan kode diagnosis sebesar 24 lembar ringkasan masuk dan keluar (19,2%).
Google scholar
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa Keakuratan kode diagnosis utama thypoid fever adalah 78 (97,44%) dokumen rekam medis dan ketidak akuratan kode diagnosis utama sebesar 2 (2,56%) dokumen terdapat pada jurnal [1].
25
Penelitian yang menunjukkan bahwa Presentase keakuratan kode diagnosis thypoid fever sebesar 80,90% sedangkan ketidak akuratan kode diagnosis thypoid fever sebesar 19,10%. terdapat pada jurnal [2].
Penelitian yang menunjukkan bahwa Keakuratan kode diagnosis sebesar 101 lembar ringkasan masuk dan keluar (80,8%) dan ketidak akuratan kode diagnosis sebesar 24 lembar ringkasan masuk dan keluar (19,2%).
terdapat pada jurnal [3].
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keakuratan koding penyakit thypoid fever berdasarkan ICD-10
Tabel 4.2
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidak akuratan koding penyakit thypoid fever berdasarkan ICD-10
No Nama
penulis (tahun)
Nama jurnal (vol,No)
Judul Hasil Penelitian
Sumber data
1. Septina multisari, sri sugiarsi, nurifa’atul masudah awaliah (2015)
APIKES Mitra Husada Karanganyar
Analisis keakuratan kode diagnosis utama thypoid fever berdasarkan ICD-10 pada pasien rawat inap di RSUD Kabupaten Sukoharjo
Tulisan dokter yang tidak jelas dan sulit terbaca, Penggunaan singkatan yang tidak
baku,Tidak memperhatikan pemeriksaan penunjang, Rekam medis pasien yang tidak lengkap,
Google scholar
26
Pemeriksaan penunjang yang tidak lengkap.
2.
Lailatul Rahma (2015)
Hubungan ketepatan penulisan terminologi medis dengan keakuratan kode diagnosis thypoid fever pasien rawat inap
Ketidak telitian petugas koder Masih
kurangnya pengetahuan petugas koder, Tidak terdapat sop dalam pengkodean.
3. Sri Mariyati (2016)
APIKES Mitra Husada
Kajian penulisan diagnosis dokter dalam penentuan kode diagnosis lembar ringkasan masuk dan keluar di rumah sakit daerah kabupaten Wonogiri
Ketidak telitian petugas koder Masih
kurangnya pengetahuan petugas koder, Penggunaan sistem komputer, ICD-10.
Berdasarkan tabel 4.3, menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi ketidak akuratan koding penyakit thypoid fever adalah dokter yaitu tulisan dokter yang tidak jelas dan sulit untuk dibaca, penggunaan singkatan yang
27
tidak baku, dan tidak memperhatikan pemeriksaan penunjang terdapat pada jurnal [1], [3].
Penelitian yang menjelaskan faktor yang mempengaruhi ketidak akuratan koding penyakit thypoid fever adalah tenaga rekam medis/tenaga koder yaitu ketidak telitian petugas koder, masih kurangnya pengetahuan koder terdapat pada jurnal [2],[3].
Penelitian yang menjelaskan faktor yang mempengaruhi ketidak akuratan koding penyakit thypoid fever adalah kelengkapan rekam medis yaitu rekam medis pasien yang tidak lengkap, dan juga pemeriksaan penunjang yang tidak lengkap terdapat pada jurnal [1].
Penelitian yang menjelaskan faktor yang mempengaruhi ketidak akuratan koding penyakit thypoid fever adalah kebijakan yaitu tidak terdapat sop dalam pengkodean terdapat pada jurnal [2].
Penelitian yang menjelaskan faktor yang mempengaruhi ketidak akuratan koding penyakit thypoid fever adalah saran dan prasarana yaitu penggunaan sistem komputer dan ICD-10 terdapat pada jurnal [1],[2],[3].
28
B. Pembahasan
1. Presentase ketidak akuratan koding penyakit thypoid fever berdasarkan ICD-10
Keakuratan koding penyakit thypoid fever merupakan penetapan kode berdasarkan ICD-10 sebagai sistem klasifikasi penyakit yang digunakan di Indonesia. Dari hasil literature dari 3 jurnal menunjukkan bahwa ketidak akuratan kode diagnosis thypoid fever sudah tergolong sedikit dimana dari jurnal yang pertama menunjukkan presentase ketidak akuratan (2,56%), jurnal kedua menunjukkan presentase ketidak akuratan (26,11%) sedangkan jurnal yang ketiga menunjukkan presentase (19,2%) yaitu pada jurnal [1],[2],[3].
teori menurut Hatta, 2016 bahwa standar pengukuran kinerja pengkodean secara kualitatif dinyatakan tepat apabila >84% dan disebut terbaik apabila 100%.
Menurut Anggraini dalam pratami & siswati 2015. Koding diagnosis harus dilaksanakan dengan presisi (sesuai dengan aturan ICD-10), akurat (sesuai dengan proses hasil akhir produk), dan tepat waktu (sesuai episode pelayanan).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk mengurangi presentase ketidak akuratan koding penyakit yaitu dengan mengikuti kaidah atau aturan yang sesuai dengan ICD-10 sehingga dapat menghasilkan koding
29
yang tepat dan akurat dan juga tentunya dapat meningkatkan jumlah presentase ketepatan koding penyakit thypoid fever.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidak akuratan koding penyakit thypoid fever berdasarkan ICD-10
Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidak akuratan koding penyakit thypoid fever berdasarkan ICD-10 terdiri dari : dokter, petugas koder, kelengkapan rekam medis, kebijakan, sarana & prasarana.
Berdasarkan hasil penelitian yang menyatakan dokter sebagai faktor yang mempengaruhi ketidak akuratan koding penyakit thypoid fever berdasarkan ICD-10 terdapat 2 jurnal yaitu [1] [3]. Untuk penelitian yang menyatakan petugas koder sebagai faktor yang mempengaruhi ketidak akuratan koding penyakit thypoid fever berdasarkan ICD-10 terdapat 2 jurnal yaitu [2] [3]. Untuk penelitian yang menyatakan kelengkapan rekam medis sebagai faktor yang mempengaruhi ketidak akuratan koding diagnosis penyakit thypoid fever berdasarkan ICD-10 terdapat 1 penelitian dari 3 penelitian diantaranya [1]. Untuk penelitian yang menyatakan kebijakan sebagai faktor yang mempengaruhi ketidak akuratan koding penyakit thypoid fever berdasarkan ICD-10 terdapat 1 penelitian dari 3 penelitian diantaranya [2]. Untuk penelitian yang menyatakan sarana dan prasarana sebagai faktor yang mempengaruhi ketidak akuratan koding penyakit
30
thypoid fever berdasarkan ICD-10 terdapat 3 penelitian dari 3 penelitian diantaranya [1] [2] [3].
Berdasarkan Anggraini dkk (2017) terdapat beberapa faktor penting yang mempengaruhi keakuratan Koding diantaranya yaitu : Tenaga medis (dokter), Petugas koding atau koder, Kelengkapan dokumen rekam medis, Kebijakan ,sarana dan prasarana
Hasil peneltian tersebut sesuai dengan teori Budi (2011) bahwa dalam proses koding mungkin terjadi beberapa kemungkinan diantaranya;
penetapan diagnosis yang salah oleh dokter sehingga menyebabkan hasil pengkodean salah, penetapan diagnosis yang benar tetapi petugas pengkodean salah menentukan kode, sehingga hasil pengkodean salah dan penetapan diagnosis dokter kurang jelas kemudian dibaca salah oleh petugas pengkodean sehingga hasil pengkodean salah. Oleh karena itu, kualitas pengkodean bergantung pada kelengkapan diagnosis, kejelasan tulisan dokter, serta profesionalisme dokter dan petugas pengkodean.
31 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN
1. Presentase ketidak akuratan koding penyakit thypoid fever adalah
<50% sedangkan presentase keakuratannya adalah >90%
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keakuratan koding adalah dokter dimana tulisannya sulit dibaca dan juga menggunakan singkatan yang tidak baku, ketidaktelitian petugas koder dalam melakukan pengkodean diagnosa dan masih kurangnya pengetahuan petugas koder, tidak adanya sop dalam pengkodean.
B. SARAN
1. Di harapkan kepada tenaga dokter, lebih memperhatikan penulisan diagnosa dalam berkas rekam medis pasien dan juga memperhatikan singkatan yang digunakan sehingga memudahkan petugas koding dalam menentukan kode diagnosa yang tepat dan akurat
2. Diharapkan juga petugas rekam medis khusunya petugas koding lebih teliti sebelum menentukan kode diagnosa pasien, selalu memperhatikan kaidah atau aturan-aturan dalam menentukan kode diagnosa pasien yang sesuai dengan ICD-10.
3. Presentase koding dalam penelitian ini tetap dipertahankan tingkat ke akuratannya dan kalau bisa lebih di tingkatkan lagi, dan untuk
32
presentase ketidak akuratannya lebih diperhatikan lagi sehingga kedepannya lebih baik lagi.
4. Hasil dari literature review ini dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya tentang keakuratan koding dan juga faktor yang mempengaruhinya.
33
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, M., Irmawati, Garmelia, E., & Kresnowati, L. (2017). Bahan Ajar Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Klasifikasi, Kodifikasi Penyakit dan Masalah Kesehatan Terkait I. In Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan (1st ed.). Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Budi, S. C. (2011). Manajemen Unit Kerja Rekam Medis (A. Shomad (ed.); 1st ed.).
Yogyakarta : Quantum Sinergis Media.
DepKes RI. 2006. Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit Di Indonesia Revisi II, Jakarta.
Hatta, Gemala. 2010. Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta : Universitas Indonesia (UIPress).
2005.International Statistical Clasification Of Diseases And Related Health Problems (ICD-10, Volume 2), Geneva.
2005. International Statistical Clasification Of Diseases And Related Health Problems (ICD-10, Volume 3), Geneva.
KepMenKes RI. Nomor 50/MENKES/SK/1/1998 tentang Pemberlakuan Klasifikasi Statistik Internasional Tentang Penyakit Revisi Ke-10.
Kumala, Poppy. 1998. Kamus saku kedokteran dorland. Edisi 25. Jakarta.
Maimun, N., Natassa, J., Trisna, W. V., & Supriatin, Y. (2018). Pengaruh Kompetensi Coder terhadap Keakuratan dan Ketepatan Pengkodean Menggunakan ICD 10 di Rumah Sakit X Pekanbaru Tahun 2016. KESMARS:
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit, 1(1), 31–43. https://doi.org/10.31539/kesmars.v1i1.158
PerMenKes RI. Nomor 269/MenKes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis. Jakarta.
World Health Organization, 2005. International Statistical Clasification Of Diseases And Related Health Problems(ICD-10, Volume 1), Geneva.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, Manajemen Dan Administrasi Rumah Sakit, 1(1), 31–
43. https://doi.org/10.31539/kesmars.v1i1.158
34
RIWAYAT HIDUP
Dwi Jumriani Asti, Lahir di Sinjai pada tanggal 26 November 1999.
Anak kedua dari pasangan Aswan dan Muliati dari empat bersaudara.
pengalaman menempuh jenjang pendidikan mulai dari Taman kanak-kanak Aba Gona lulus pada tahun 2005, lalu di lanjutkan Sekolah Dasar di SD Inpres 10/73 Gona lulus tahun 2011, selanjutnya Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Kajuara lulus pada tahun 2014, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kajuara lulus pada tahun 2017. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR Prodi D3 Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.