1 PENDAHULUAN
Di era ekonomi modern ini peran auditor sangat penting dalam meningkatkan kualitas dan kredibilitas laporan keuangan pada suatu entitas. Auditor diharapkan memiliki kompetensi yang memadai hal ini dikarenakan keberadaan profesi auditor sangat vital bagi suatu entitas atau perusahaan. Untuk mendapat kepercayaan dari pihak eksternal, manajemen perusahaan perlu menyewa jasa pengaudit dari pihak ketiga sebagai upaya mempertanggungjawabkan kewajaran laporan keuangan perusahaan yang dibuat oleh manajemen. Auditor eksternal sebagai pihak ketiga akan memberikan laporan audit sebagai hasil kerja yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya kepada pemakai laporan untuk membuat keputusan bisnis. Akan tetapi tidak semua auditor memiliki profesionalisme yang cukup dalam hal ini adalah kompetensi dan independensi, sebagai contoh adalah masih adanya kasus yang dikarenakan profesionalisme auditor yang rendah. Sebagai contoh adalah kasus yang di lansir oleh Busines Sinsider yang menimpa kantor akuntan publik terbesar di dunia Big Four yaitu KPMG dan PwC yang dikenakan sanksi denda jutaan poundsterling karena telah gagal dalam auditnya terhadap perusahaan energi Miller Energy Resources yang telah melakukan peningkatan nilai tercatat asetnya secara signifikan sebesar 100 kali lipat dari nilai riilnya di laporan keuangan tahun 2011 . Tentu saja berita ini menambah keprihatinan terhadap profesi auditor. Kegagalan audit atas laporan keuangan oleh kantor akuntan publik pada umumnya dikarenakan auditor tidak melaksanakan standar auditing, terjadi objektivitas, faktor profesionalisme auditor, analisis risiko tidak berjalan baik, ataupun kesalahan dalam perencanaan audit sehingga terjadi kegagalan audit.
Berkaca kasus diatas standar auditing telah mengisyaratkan auditor untuk mempertimbangkan tingkat materialitas ketika merencanakan audit. Materialitas merupakan gagasan yang menunjukan dimana auditor harus menentukan apakah suatu penilaian berdampak pada pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan Idawati and Eveline (2016). Pengungkapan materialitas merupakan hal yang sangat penting dalam akuntasi. Dalam menentukan apakah laporan keuangan terdapat salah saji yang material atau tidak, seorang auditor dalam membuat kebijakan mengenai tingkat materialitas biasanya menentukan terlebih dahulu batas nilai materialitas. Hal itu juga akan membantu auditor dalam menentukan luas dan ragam audit, karena pada dasarnya jika semakin kecil tingkat materialitas, maka auditor harus mengumpulkan bukti yang lebih banyak untuk mendapatkan keyakinan atas audit yang dilakukan (Kinanti 2012).
2 Simamora (2002, 109) menyatakan pada tahap perencanaan audit dalam menetapkan materialitas, auditor sepantasnya memperhitungkan dampak kemungkinan salah saji terhadap ukuran-ukuran profitabilitas dan likuiditas yang lazim dipakai oleh pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan bisnis. Untuk melakukan pertimbangan tingkat materialitas dibutuhkan auditor yang memiliki kompetensi yang memadai. Kompetensi secara langsung akan mempengaruhi efektifitas kerja auditor dalam mempertimbangkan tingkat materialitas.
Ardini (2010) menyatakan kompetensi auditor dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan serta pengalaman auditor. Dalam melaksanakan audit auditor harus memiliki pengetahuan yang memadai, kualitas personal yang baik dan keahlian dalam bidang profesinya, hal itu diperlukan agar auditor dapat secara tepat menditeksi ada atau tidaknya kecurangan dalam laporan keuangan dari suatu entitas. Dengan kompetensi yang memadai auditor diharapkan akan lebih efektif dalam mempertimbangkan tingkat materialitas. Hal ini didukung oleh penelitian Kinanti (2012), Ekawati (2013) dan Lertari dan Utama (2013) yang menyatakan bahwa kompetensi auditor berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas auditor.
Dalam meningkatkan kreditabilitas laporan keuangan perusahaan klien, auditor tidak hanya harus memiliki kompetensi yang memadai, tetapi independensi auditor juga diperlukan dalam pengauditan. Independensi diperlukan dalam rangka mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, tanpa adanya independensi masyarakat akan ragu dengan hasil atau laporan audit dari auditor eksternal.
Arens, et al. (2011, 74) menyatakan bahwa independensi dalam konteks pengauditan berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias dalam melakukan pengujian audit dan penertiban laporan audit. Untuk masalah independensi pemerintah mengaturnya dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 20 tahun 2015 tentang “praktik akuntan publik” pasal 11. Peraturan ini menjelaskan tentang peraturan bahwa KAP dalam memberikan jasa audit atas laporan keuangan kepada suatu entitas paling lama lima (5) tahun buku berturut- turut, peraturan ini juga berlaku untuk pemberian jasa audit oleh akuntan publik. Akuntan Publik dapat memberikan kembali jasa audit atas informasi keuangan terhadap entitas setelah dua (2) tahun buku berturut-turut tidak memberikan jasa audit pada entitas yang sama. Dengan independensi auditor eksternal akan terhindar dari konflik kepentingan dan dapat mempertimbangkan secara objektif tingkat materialitas suatu informasi. Hal ini didukung oleh penelitian Idawati and Eveline (2016), Yunitasari et al. (2014) dan Raiyani dan Suputra (2014)
3 yang menyatakan bahwa independensi auditor berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
Sementara itu faktor eksternal yang bisa berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas adalah situasi audit. Situasi Audit yang memiliki risiko tinggi (irregularities situation) akan mendorong auditor untuk lebih berhati-hati dalam setiap pengambialan keputusan (Wiantyadi dan Waluyo 2014). Situasi konflik audit ini dapat terjadi jika manajemen atau klien tidak puas dengan hasil pengujian audit atas laporan keuangan, sehingga pihak klien berusaha untuk mempengaruhi auditor untuk melakukan penyimpangan audit sedangkan di lain sisi auditor harus menjunjung kompetensi dan sikap independensinya untuk tetap mematuhi prosedur dan kode etik yang berlaku. Sehingga, hal ini secara tidak langsung juga akan mempengaruhi kehati-hatian auditor dalam melakukan pertimbangan tingkat materialitas dalam pelaksanaan audit laporan keuangan. Penelitian terdahulu yang mendukung adalah penelitian dari Marito et al. (2014) dan Prihandono, et. al. (2012) yang menyatakan bahwa situasi audit berpengaruh secara Positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana independensi, kompetensi dan situasi audit berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan. Penelitian ini mengambil variabel kompetensi dan independensi karena merupakan pilar utama yang harus dimiliki seorang auditor guna melaksanakan tugasya. Kompetensi dan independensi harus dimiliki oleh auditor guna mempertimbangkan tingkat materialitas serta dapat menjadi pedoman jika sewaktu-waktu dalam pelaksanaan audit terjadi situasi yang tidak diharapkan seperti konflik audit. Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh independensi, kompetensi dan situasi audit berpengaruh signifikan, positif atau negatif terhadap pertimbangan tingkat materialitas atas laporan keuangan.
Penelitian ini dilakukan untuk mendukung pengaruh independensi, kompetensi dan situasi audit berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas auditor. Penelitian mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Kinanti (2012), Ekawati (2013) dan Lertari dan Utama (2013, Idawati and Eveline (2016), Herawati and Susanto (2009) dan Marito et al. (2014) yang menyatakan bahwa kompetensi, independensi dan etika profesi berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
Penelitian ini akan mengambil sampel yang berbeda dari penelitian sebelumnya yaitu auditor pada KAP di wilayah Semarang.
4 Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui dan memperoleh bukti empiris pengaruh independensi, kompetensi, dan situasi audit terhadap pertimbangan tingkat materialitas atas laporan keuangan dari sisi pandang auditor, sehingga dapat dijadikan pedoman, bahan pertimbangan dan bahan referensi bagi para auditor dalam pelaksanaan proses audit terutama berkaitan dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuangan dan dapat berkontribusi terhadap pengetahuan di bidang ekonomi akuntansi.
5 TELAAH PUSTAKA
Pertimbangan Tingkat Materialitas
Pertimbangan tingkat materialitas adalah pertimbangan auditor atas besarnya salah saji informasi laporan keuangan yang dapat mempengaruhi pertimbangan pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan (Sarwini, et al. 2014). Kusuma (2012) menyatakan bahwa konsep materialitas adalah menentukan besarnya keseluruhan salah saji minimum dalam suatu laporan keuangan cukup penting untuk membuat laporan keuangan menjadi disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Pertimbangan materialitas menjadi penting bagi auditor dalam menentukan evaluasi resiko, ruang lingkup serta untuk mengetahui letak dari kesalahan atau kelailaian. Hal ini mengartikan bahwa auditor harus mempertimbangkan keadaan yang berkaitan dengan entitas serta kebutuhan akan informasi oleh pihak yang meletakan kepercayaan atas laporan keuangan auditan (Muhammad 2013)
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Kompetensi terhadap pertimbangan tingkat materialitas
Standar umum pertama (SA seksi 210 dalam SPAP) menjelaskan bahwa jasa audit harus dilakukan oleh seorang yang memiliki kemampuan yang memadai dalam bidang profesinya. Standar umum – peraturan 201 dalam arens., el al, menjelaskan seorang auditor hanya mengerjakan jasa professional dimana anggota atau kantor akuntan anggota menganggap secara wajar dapat diselesaikan dengan kompetensi professional.
Dalam melaksanakan tanggungjawabnya auditor harus bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang profesinya (Agusti and Nastia 2013). Untuk bisa melakukan audit secara obyektif seorang auditor harus memiliki kompetensi yang memadai sebagai keahlian yang cukup dan secara eksplisit dapat digunakan dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas audit (Ilmiyati and Yohanes 2012). Kompetensi erat kaitannya dengan keahlian professional ataupun pengetahuan yang diperoleh dari pendidikan, pelatihan, seminar dan dari pengalaman kerja.
Auditor dengan tingkat pendidikan dan pengalaman yang banyak dalam menlaksanakan audit laporan keuangan diharapkan dapat meningkatkan keakuratan dalam mempertimbangkan tingkat materialitas. Dengan memiliki pengalaman yang cukup maka auditor akan lebih akurat dan mudah dalam mempertimbangkan materialitas dikarenakan telah belajar dari pengalaman selama pelaksanaan audit. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yaitu Kinanti (2012),
6 Ekawati (2013) dan Lertari dan Utama (2013) yang menyatakan bahwa kompetensi auditor berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas auditor.
H1 : Kompetensi berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
Pengaruh Independensi terhadap pertimbangan tingkat materialitas
Berikut definisi mengenai independensi beberapa ahli. Arens, et al. (2013) menyatakan bahwa independen adalah mengambil sudut pandang yang tidak bias (tidak memihak) dalam melaksanakan audit atas laporan keungan, evaluasi atas hasil dan penerbitan laporan audit.
Auditor harus independen dalam fakta ( independen in fact) yaitu auditor benar-benar mampu mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit, selain itu auditor juga harus independen dalam penampilan (independen in appearance) yaitu hasil dari interpretasi lain atas independensi. Ardini (2010) menyatakan bahwa independensi adalah sikap seorang akuntan publik yang tidak bias atau tidak mudah dipengaruhi, tidak memihak pada pada siapapun.
Untuk menghasilkan pertimbangan tingkat materialitas yang objektif dan handal seorang auditor harus memiliki independensi yang tinggi (Yunitasari et al. 2014).
Dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya auditor harus menjunjung sikap independensinya, yang artinya auditor dalam mempertimbangkan tingkat materialitas ataupun dalam membuat keputusan harus obyektif dan tidak memihak kepada siapapun meskipun mendapat tekanan dari pihak-pihak tertentu yang berhubungan dengan profesinya. Lebih lanjut Yunitasari, et al. (2014) menyatakan bahwa dalam pemeriksaan laporan keuangan suatu entitas, auditor mungkin akan menghadapi konflik kepentingan maupun tekanan pihak manajemen dari entitas yang diperiksa sehingga hal ini akan mempengaruhi independensi dan objektifitas dalam menentukan pertimbangan materialitas. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Idawati and Eveline (2016), Yunitasari et al. (2014) dan Raiyani dan Suputra (2014) yang menyatakan bahwa independensi auditor berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
H2 : Independensi berpengaruh positif terhadap petimbangan tingkat materialitas.
Pengaruh situasi audit terhadap pertimbangan tingkat materialitas
Situasi audit merupakan keadaan dimana auditor menghadapi situasi-situasi yang menimbulkan delima etis selama pelaksanaan proses audit yang berkitan dengan pihak-pihak yang berkepentingan (Marito et al. 2014). Dalam melaksanakan penugasan audit auditor akan sering dihadapkan dengan berbagai macam situasi, salah satunya adalah perbedaan pendapat
7 mengenai aspek dan tujuan audit atas laporan keuangan. Pihak klien ingin kinerja perusahaan terlihat bagus yang tercermin dari laporan laba operasinya meskipun tidak sesuai padakenyataannya sedangkan auditor harus melaksanakan tugas audit sesuai dengan standar auditing dan kode etik profesi (Herawaty dan Atmini 2010). Sehingga situasi ini akan menimbulkan delima etis bagi auditor, antara memberikan laporan audit yang handal kepada masyarakat atau harus menyanggupi permintaan klien sebagai pihak yang memberikan fee yang menuntut agar laporan keuangan perusahaan terlihat bagus (Utami et al., 2007). Maka situasi konflik audit ini akan menuntut auditor untuk bersikap lebih hati-hati dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas sehingga akan mempengaruhi auditor dalam mengolah informasi yang berkaitan dengan pertimbangan tingkat materialitas sampai menghasilkan opini atas laporan keuangan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marito et al.
(2014) dan Prihandono, et. al. (2012) yang menyatakan bahwa situasi audit berpengaruh secara Positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
H3 : situasi audit berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas..
Model Penelitian
Sesuai dengan uraian diatas maka penelitian ini berfokus pada pengaruh independensi, kompetensi, dan situasi audit terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Hal tersebut didukung oleh penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa jika semakin tinggi tingkat independensi, kompetensi, dan situasi audit maka semakin baik petimbangan tingkat materialitas. Dari hal tersebut maka dalam penelitian ini mengunakan model hipotesis parsial yaitu untuk melihat pengaruh dari setiap variabel dan model hipotesis simultan yaitu untuk melihat pengaruh secara keseluruhan variabel. Sehingga hepotesis penelitian dapat dirumuskan:
8 H1
H2
H3
Gambar 2.1 Model Penelitian Independensi (X1)
Kompetensi (X2)
Situasi Audit (X3)
Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y)
9 METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pedekatan kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuasal komperatif untuk mengetahui pengaruh dan hubungan antara dua variabel atau lebih (Sujarweni 2014). Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari penyebaran kuisioner kepada auditor independen di kantor akuntan publik (KAP).
Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Semarang. Dari data yang dikeluarkan oleh IAPI (Institut Akuntan Publik Indonesia), di Semarang terdapat KAP sebanyak 17 KAP. Alasan peneliti mengambil sampel di Semarang karena merupakan pusat bisnis dan pusat pemerintahan di provinsi Jawa Tengah.
Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan simple random sampling dimana penelitian ini tidak menggunakan kreteria khusus dalam menentukan sempel sehingga setiap anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih . Ini mengindikasikan bahwa setiap KAP memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi mengisi kuisioner yang diajukan oleh peneliti (Idawati and Eveline 2016).
Variabel Penelitian
Penelitian ini memiliki objek penelitian yang dibagi menjadi dua variable yaitu variabel dependen dan independen. Variabel dependen dari penelitian ini adalah pertimbangan tingkat materialitas dalam pemeriksaan laporan keuagan. Variabel independen dari penelitian adalah kompetensi auditor, independensi auditor dan etika profesi auditor.
Variabel Dependen
Pertimbangan Tingkat Materialitas
Pertimbangan tingkat materialitas adalah pertimbangan auditor atas besarnya salah saji informasi laporan keuangan yang dapat mempengaruhi pertimbangan pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan (Sarwini et al., 2014). Pertimbangan tingkat materialitas diukur berdasarkan kuisioner dari responden. Variabel ini diukur dengan 3 indikator yaitu pertimbangan awal materialitas, materialitas pada tingkat laporan keuangan dan materialitas pada tingkat saldo akun (rengganis 2015). Respon dari responden diukur menggunakan skala likert 1-5.
10 Variabel Independen
Kompetensi Auditor
Kompetensi auditor dalam penelitian ini adalah keahlian yang memadai yang digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Indepedensi diukur berdasarkan kuisioner dari responden. Variabel ini diukur dengan 2 indikator yaitu pengalaman dan pengetahuan (Indah dan Pamudji 2010). Sementara respon dari responden diukur menggunakan skala likert 1-5.
Independensi Auditor
Independensi auditor dalam penelitian ini adalah sikap mental auditor dalam menjalankan penugas an yang tidak bias atau tidak mudah di pengaruhi oleh pihak siapapun (Ardini 2010) . Indepedensi diukur berdasarkan kuisioner dari responden. Variabel ini diukur dengan 4 indikator yaitu hubungan dengan klien, tekanan dengan klien, telaah dari rekan auditor dan jasa non audit yang diberikan oleh KAP (Indah dan Pamudji 2010). Sementara respon dari responden diukur menggunakan skla likert 1-5.
Situasi audit Auditor
Situasi audit bisa berupa situasi konflik antara auditor dengan klien yang mempunyai beda kepentingan ataupun situasi yang berhubungan relasi pertemanan auditor dengan klien yang memiliki posisi penting dalam perusahaan (Winantyadi dan Indarto 1996). Variabel ini diukur dengan 4 indikator yaitu : tekanan dari klien, kepatuhan terhadap etika yang berlaku, ligkungan sekitar tempat bekerja dan perintah dari pimpinan (Prasetyo 2010). Sementara respon dari responden diukur menggunakan skala likert 1-5.
Metode Analisis Data
Data yang digunakan adalah data primer dari lapangan yang didapatkan dari kuisioner yang disebar ke KAP. Sebelum dilakukan uji analisis data maka akan dilakukan uji kualitas data yang berupa uji validitas dan uji reabilitas (Ghozali 2005). Selanjutnya dilakukan analisis dan pengolahan data yang diolah secara terkomputerisasi dengan SPSS, hasil pengolahan data ini akan dinilai mengunakan skala likert 1-5. Dimana variabel dengan skala 1 berarti diberikan penilaian yang rendah, ini artinya variabel independen tidak memberikan cukup kontribusi terhadap variabel dependen. Sedangkan variabel dengan skala 5 akan diberikan nilai yang tinggi, ini artinya variabel independen memberikan informasi atau berpengaruh terhadap variabel dependen.
11 Uji Kualitas Data
Uji Validitas
Apabila suatu instrumen memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut maka suatu skala atau instrument pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi. Sedangkan jika data yang dihasilkan tidak relevan dengan tujuan pengukuran maka tes yang dilakukan memiliki validitas yang rendah. Analisis ini dilakukan dengan membandingkan r tabel dengan r hitung, dengan dasar penilaian jika nilai r hitung lebih besar dari r tabel maka instrumen penelitian dapat nyatakan valid (Ghozali 2005).
Jika data (kuisioner) yang diperoleh dinyatakan tidak valid maka data tersebut tidak digunakan pada pengujian selanjutnya.
Uji Reliabilitas
Untuk menguji kehandalan dari data yang diperoleh maka diperlukan uji reliabilitas data. Uji reliabilitas merupakan suatu karakteristik yang berkaitan dengan konsistensi, ketelitian dan keakuratan data yang digunakan dalam penelitian (Ghozali 2005). Dasar penialian uji reliabilitas adalah apabila nilai alpha > 0,60 maka dikatakan reliabel dan apabila nilai alpha < 0,60 maka tidak reliabel (Ghozali 2005).
Uji Asumsi Klasik Uji Multikolineritas
Uji multikolineritas bertujuan untuk menguji adanya korelasi antar variabel independen dalam model regresi. Apabila tidak ditemukan korelasi antar variabel independen maka mengindikasikan bahwa model regresi dinilai baik (Ghozali 2005). Multikolineritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum digunakan untuk menunjukan adanya multikolineritas adalah nilai tolerance < 0,10 dan memiliki nilai VIF > 10 (Ghozali 2005).
Uji Heteroskedastisitas
Menurut ghozali (2005) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat perbedaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lainnya. Model regresi yang baik adalah jika heteroskedastisitas tidak ditemukan dalam model regresi. Dasar analisis untuk menentukan ada atau tidaknya heteroskedastisitas adalah jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut
12 homoskedastisitas dan sebaliknya jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Metode untuk mengetahui heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan Uji Glejser Jika Sig. > 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas dan sebaliknya jika Sig. < 0,05 maka terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2005).
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi berganda variabel residual memiliki distribusi normal dengan cara melakukan uji Kolmogorov-smirnov terhadap model yang diuji (Ghozali 2005). Variabel residual bisa dikatakan normal apabila nilai signifikan atau nilai probabilitas > 0,05, dan variabel residual dikatakan tidak memiliki distribusi tidak normal apabila nilai signifikan atau nilai probabilitas < 0,05.
Uji Hipotesis
Analisis Regresi Linier Berganda
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis regresi berganda untuk mengetahui arah hubungan ataupun pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian regresi liner berganda ini mengunakan metode statistik dengan signifikan a = 0,05. Persamaan regresinya sebagai berikut ;
Persamaan regresi :
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e
Keterangan :
Y = Pertimbangan Tingkat Materialitas a = Konstanta
b1 = Koefisien Kompetensi x1 = Variabel Kompetensi b2 = Koefisien Independensi x2 = Variabel Independensi
b3 = Koefisien Situasi Audit x3 = Koefisien Situasi Audit e = error
13 Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi (Rs) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Nilai koefisien detereminasi adalah 0 (nol) sampai dengan 1 (satu). Jika hasil pengujian data menunjukan hasil dengan nilai Rs mendekati satu berarti variabel-varaibel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dalam variabel dependen, dan sebaliknya jika hasil pengujian data menunjukan hasil dengan nilai kecil berarti variabel-variabel dependen dalam menjelaskan variabel dependen terbatas (Ghozali 2005).
Uji Statistik t
Uji Statistik t pada dasarnya digunakan untuk mengetahui apakah satu variabel independen secara individual dapat menjelaskan atau berpengaruh terhadap variabel dependen.
Pengujian tersebut menggunakan tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali 2005). Jika probability t lebih besar 0,05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen (koefisien regresi tidak signifikan), dan sebaliknya jika nilai nilai probability t lebih kecil 0,05 maka variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen (koefisien signifikansi).
Uji Statistik F
Uji Statistik F pada dasarnya digunakan untuk menjelaskan apakah semua variabel independen yaitu secara bersama-samaa mempengaruhi variabel dependen. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 0,05 (Ghozali 2005). Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen atau variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen. Sebaliknya jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka model regresi tidak dapat digunakan dalam memprediksi variabel dependen atau variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
14 Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No Variabel Konsep Variabel Indikator Variabel Skala 1. Pertimbangan
tingkat materialitas
Pertimbangan materialitas adalah pertimbangan auditor atas besarnya salah saji informasi laporan keuangan yang dapat mempengaruhi pertimbangan pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan (Sarwini et al. 2014).
1. Pertimbangan awal materialitas, 2. Materialitas pada
tingkat laporan keuangan, 3. Materialitas pada
tingkat saldo akun, .
Skala likert 1- 5
2. Kompetensi auditor
Kompetensi auditor dalam penelitian ini adalah keahlian yang memadai yang digunakan untuk melakukan audit secara objektif (Indah dan Pamudji 2010).
1. pengalaman 2. pengetahuan
Skala likert 1- 5
3. Independensi auditor
Independensi auditor dalam penelitian ini adalah sikap mental auditor dalam menjalankan tugas audit yang tidak muda\h di pengaruhi (Ardini 2010).
1. Hubungan dengan klien
2. Tekanan dari klien 3. Telaah dari rekan
auditor 4. Jasa non audit
yang diberikan KAP
Skala likert 1- 5
4. Situasi audit situasi audit ini berupa situasi konflik yang disebabkan perbedaan tujuan dan aspek audit yang dilakukan (prasetyo 2010)
1. tekanan dari klien, 2. kepatuhan terhadap etika yang berlaku, 3. ligkungan sekitar
tempat bekerja 4. perintah dari
pimpinan
Skala likert 1- 5
Sumber : Penelitian yang dilakukan pada 2017
15 HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek penelitian
Responden penelitian ini adalah auditor senior dan auditor junior yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah Semarang dan Solo dengan cara penyebaran kuesioner. Penyebaran kuesioner dilakukan dengan cara datang langsung ke Kantor Akuntan Publik di wilayah Semarang dan Solo. Daftar nama KAP disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1
Alamat dan Nama KAP
No. Nama Kantor Akutan Publik Alamat
1. Achmad Rasyid Hisbullah dan Jerry Jl. Muara Mas Timur No.242 2. Benny, Tony, Frans dan Daniel Jl. Puri Anjasmoro Blok DD I/3
Semarang
3. Sodikin dan Harijanto Wisma Dharmaputra Lantai 1 Jl. Pamularsih Raya No.16 Semarang
Semarang
4. Bayudi, Yohana, Suzy dan Arie Jl. Mangga V No.6 Lampersari Semarang
5. Riza, Adi, Syahril dan Rekan Jl. Taman Durian No.2 Srondol wetan Banyumanik
Semarang
6. I. Soetikno Jl. Durian raya 20, KAV A3, Perum
Durian Mediterania Villa, Semarang 7. Darsono dan Budi Cahyo Santoso Jl. Mugas Dalam No. 65, Semarang 8. Tri Bowo Yulianti Jl. M.T Haryono No. 548, Semarang 9 Wartono dan Rekan Jl. Ahmad Yani No.335, Manahan
Surakarta
10. Dr. Payamta, CPA Jl. Ir.Sutami No 25 Surakarta
Sumber : Hasil penelitian yang diolah tahun 2017
Penyebaran kuesioner dilakukan pada 10 Kantor Akuntan Publik dengan dengan jumlah kuesioner yang disebarkan sebanyak 61 kuesioner. Penyebaran kuesioner dilaksanakan pada tanggal 13 september 2017 sedangkan pengambilan kuesioner dilaksanakan pada tanggal
16 27 september 2017 sebanyak 50 kuesioner kembali dan dapat diolah seluruhnya. Hal tersebut disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2
Sample dan Tingkat Pengembalian Kuesioner
Keterangan Jumlah
Kuesioner yang disebar 61
Kuesioner yang kembali 50
Kuesioner yang dapat diolah 50
Tingkat pengembalian (Response rate) 81,96%
Sumber: hasil penelitian yang diolah tahun 2017
Dilihat dari data tabel tersebut, tingkat pengembalian kuesioner menunjukan hasil yang cukup tinggi yaitu sebesar 81,96%, dari 61 kuesioner yang disebar dapat terkumpul kembali sebanyak 50 kuesioner.
Karakteristik Responden dan Analisis Deskriptif
Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara penyebaran kuesioner pada KAP di wilayah Semarang dan Solo dan pada kuesioner terdapat pertanyaan untuk menunjukan karakteristik responden yang terdiri dari 3 bulir pertanyaan yaitu jenis kelamin, umur dan jabatan dalam KAP. Karakteristik responden disajikan pada tabel sebagai berikut:
17 Tabel 4.3
Karakteristik Responden
Keterangan Jumlah Persentase
Jumlah Jenis Kelamin
▪ Laki-laki
▪ Perempuan
50
21 29
100%
42%
58%
Umur
• 20-30 tahun
• 31-40 tahun
• >40 tahun
37 13
74%
26%
0%
Jabatan
• Junior Auditor
• Senior Auditor
34 16
68%
32%
Sumber : penelitian yang dilakukan pada tahun 2017
Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa responden dengan jenis kelamin wanita sebesar 58% lebih banyak dibandingkan responden dengan jenis kelamin pria yaitu sebesar 42%. Berdasarkan karakteristik umur, dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah responden dengan rentang umur antara 20-30 tahun sebesar 74%, responden dengan rentang umur 31-40 tahun sebesar 26% dan responden dengan umur lebih dari 40 tahun sebesar 0%.
Sementara karakteristik berdasarkan jabatan dalam Kantor Akuntan Publik dapat diketahui yaitu responden dengan jabatan auditor junior sebesar 68% sedangakan responden dengan jabatan auditor senior sebesar 32%.
Selain karakteristik responden, untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, nilai minimum dan standar devisiasi dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini maka dilakukan analisis deskriptif dengan SPSS. Hasil analisis deskriptif disajikan dalam tabel sebagai berikut:
18 Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation
Kompetensi 50 28,00 45,00 37,9200 4,25628
Independensi 50 29,00 45,00 37,0200 4,21605
Situasi Audit 50 16,00 35,00 27,8000 3,71429
Pertimbangan Tingkat
Materialitas 50 18,00 33,00 27,1000 3,38815
Sumber: Hasil penelitian yang diolah tahun 2017
Dari data tabel 4.4 dapat diketahui bahwa variabel kompetensi memiki nilai minimum sebesar 28,00 dab nilai maksimum sebesar 45,00 maka diperoleh nilai rata-rata sebesar 37,9200, yang artinya responden setuju dengan adanya kompetensi auditor serta standar deviasi sebesar 4,25628. Variabel independensi memiliki nilai minimum sebesar 29,00 dan nilai maksimum sebesar 45,00 maka diperoleh nilai rata-rata sebesar 37,0200, yang artinya responden setuju dengan adanya independensi serta standar deviasi sebesar 4,21605. Variabel situasi audit memiliki nilai minimum sebesar 16,00 dan nilai maksimum sebesar 35,00 maka diperoleh nilai rata-rata sebesar 27,8000, yang artinya responden setuju dengan adanya situasi audit serta standar deviasi sebesar 3,71429. Variabel pertimbangan tingkat materialitas memiliki nilai minimum sebesar 18,00 dan nilai maksimum sebesar 33,00 maka diperoleh nilai rata-rata sebesar 27,1000, yang artinya responden setuju dengan adanya pertimbangan tingkat materialitas serta standar devisiasi sebesar 3,38815.
Pengujian Kualitas Data
Penelitian ini mengunakan kuesioner untuk mengumpulkan data sehingga perlu dilakukan pengujian terhadap instrumen dalam kuesioner yang terkumpul untuk mengetahui keandalan instrumen tersebut dengan cara melakukan uji validitas dan uji reabilitas. Uji validitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen-instrumen dalam kuesioner yang di bagikan kepada responden benar-benar valid atau dapat dipercaya. Sementara itu uji reabilitas dilakukan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi kuesioner.
Hasil Uji Validitas
Hasil uji validitas diperoleh dengan cara membandingkan r hitung dengan r tabel.
Perbandingan r tabel diperoleh dari jumlah responden dalam penelitian yaitu sebanyak 50 (N
19
= 50), selanjutnya di telusuri kedalam tabel distribusi nilai r dengan tingkat signifikan sebesar 5% sehingga diperoleh r tabel sebesar 0,279. Dari hasil uji validitas menunjukan hasil bahwa semua instrumen pertanyaan dalam semua variabel independen dan variabel dependen memiliki nilai korelasi lebih besar dari 0,279. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua instrumen pertanyaan pada semua variabel dimyatakan valid dan dapat dilakukan analisis data selanjutnya.
Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengukur konsistensi kuesioner dari waktu ke waktu yang digunakan dalam penelitian. Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel apabila memiliki koefisien keandalan atau Alpha > 0,6. (Ghozali 2005:42). Hasil uji reabilitas disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Nilai Cronbach’s Alpha Kriteria
Kompetensi 0,671 Reliabel
Independensi 0,742 Reliabel
Situasi Audit 0,782 Reliabel
Pertimbangan Tingkat Materialitas
0,704 Reliabel
Sumber : Penelitian yang diolah tahun 2017
Dilihat dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa semua instrumen pada setiap variabel penelitian menunjukan hasil yang reliabel, hal ini dikarenakan α hitung pada setiap variabel yaitu kompetensi sebesar 0,671, independensi sebesar 0,742, situasi audit sebesar 0,782 dan pertimbangan tingkat materialitas sebesar 0,704 lebih besar dari α tabel yaitu sebesar 0,60.
Uji Asumsi Klasik
Hasil Uji Multikolineritas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara variabel independen di dalam model regresi. Pada dasarnya model regresi yang baik tidak ada korelasi antara variabel independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara variabel independen dalam model regresi dapat dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan Variance
20 Inflation Factor (VIF). Model regresi yang bebas dari korelasi antara variabel independen memiliki nilai tolerance > 0,10 dan memiliki nilai VIF <10 ( ghozali 2005). Hasil uji multikolineritas disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolineritas
Model Collinearity Statistics Kesimpulan Tolerance VIF
(Constant)
Kompetensi 0,980 1,021 Bebas Multikolineritas
Independensi 0,787 1,271 Bebas Multikolineritas
Situasi Audit 0,780 1,281 Bebas Multikolineritas
Sumber: Hasil penelitian yang diolah tahun 2017
Dari tabel 4.6 dapat dilihat bahwa semua nilai tolerace pada setiap variabel > 0,10 dan memiliki nilai VIF < 10, dimana variabel kompetensi memiliki nilai tolerace 0,980 dengan nilai VIF 1,021, variabel independensi memiliki nilai tolerace 0,787 dengan memiliki nilai VIF 1,271, dan variabel situasi audit memiliki nilai tolerace 0,780 dengan nilai VIF 1,281. Hasil ini menunjukan tidak adanya gejala multikoloneritas terhadap variabel penelitian, sehingga dapat dilanjutkan ke tahap pengujian selanjutnya.
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke residual pengamatan yang lain. Pada dasarnya model regresi yang baik adalah jika tidak terjadi heretoskedastisitas yang artinya variance dari residual pengamatan ke residual pengamatan lain tetap yang disebut homokedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji glejser.
Hasil uji heteroskedastisitas disajikan pada tabel sebagai berikut:
21 Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedastisitas Coefficients
Model T Sig. Kesimpulan
(Constant) 0,789 0,434
Kompetensi -0,320 0,750 Tidak Terjadi
Heteroskedastisitas
Independensi 1,578 0,121 Tidak Terjadi
Heteroskedastisitas
Situasi Audit -1,750 0,087 Tidak Terjadi
Heteroskedastisitas Sumber: Hasil penelitian yang diolah tahun 2017
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa semua variabel memiliki nilai signifikan lebih dari 0,05, dimana variabel kompetensi memiliki nilai signifikan sebesar 0,750, independensi memiliki nilai signifikan 0,121 dan Situasi Audit memiliki nilai signifikan sebesar 0,087. Sehingga dapat disimpulkan semua variabel dalam penelitian ini bebas dari heteroskedastisitas.
Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi memiliki distribusi normal. Pengujian dilakukan dengan statistik Kolmogorov Smirnov terhadap unstandardized residual hasil regresi. Pada dasarnya model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal yang memiliki nilai signifikan Kolmogorov Smirnov lebih besar dari 0,05. hasil uji normalitas disajikan pada tabel berikut:
22 Tabel 4.8
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 50
Normal Parametersa Mean 0000000
Std. Deviation 2,41317027
Most Extreme Differences
Absolute 0,083
Positive 0,083
Negative -0,083
Kolmogorov-Smirnov Z 0,586
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,882
Sumber: Hasil penelitian yang diolah tahun 2017
Berdasarkan hasil pengujian yang ditampilkan pada tabel 4.8 maka dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada hasil pengujian lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,882.
Hasil Uji Hipotesis Regresi Linear Berganda
Analisis liner berganda bertujuan untuk mengetahui hubungan 1 atau lebih variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut adalah hasil pengolahan data menggunakan SPSS. Hasil uji regresi berganda disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Regresi Berganda
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -2,227 4,737 -0,470 0,641
Kompetensi 0,223 0,084 0,280 2,643 0,011
Independensi 0,261 0,095 0,325 2,742 0,009
Situasi Audit 0,403 0,108 0,443 3,724 0,001
Sumber: Hasil Penelitian yang diolah tahun 2017
Dari tabel 4.9 maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = -2,422+0,224x1+0,259x2+0,412x3+e
23 Dimana :
Y : Pertimbangan Tingkat Materialitas x1 : Kompetensi
x2 : Independensi x3 : Situasi Audit e : Error
Berdasarkan hasil pengujian persamaan regresi linier berganda dapat diketahui bahwa nilai constant sebesar -2,227, hal ini menunjukan jika variabel kompetensi, independensi dan situasi dianggap constant (0) maka pertimbangan tingkat materialitas akan konstan sebesar - 2,227.
Koefisien regresi pada varaibel kompetensi sebesar 0,223. Hal ini mengindikasikan bahwa jika variabel kompetensi bertambah satu satuan maka variabel pertimbangan tingkat materialitas akan bertambah sebesar 0,223. Koefisien regresi pada variabel independensi sebesar 0,261. Hal ini mengindikasikan jika variabel independensi bertambah satu satuan maka variabel pertimbangan tingkat materialitas akan bertambah sebesar 0,261. Koefisien regresi pada variabel situasi audit sebesar 0,403. Hal ini mengindikasikan jika variabel situasi audit bertambah satu satuan maka variabel pertimbangan tingkat materialitas akan bertambah sebesar 0,403.
Uji Hipotesis
Setelah melakukan pengujian kualitas data dan hasil pengujian terhindar dari asumsi- asumsi klasik, maka data dalam penelitian ini telah memenuhi syarat dan dapat dilanjutkan ke tahap pengujian hipotesis untuk memuktikan kebenaran hepotesis penelitian.
Uji Koefisien Determinasi
Pengujian koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel independen yaitu kompetensi, independensi dan situasi audit secara bersama-sama dapat menjelaskan variabel dependen yaitu pertimbangan tingkat materialitas. Hasil uji koefisien determinasi disajikan pada tabel sebagai berikut:
24 Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 0,702a 0,493 0,460 2,49062
Sumber: Hasil penelitian yang diolah tahun 2017
Hasil pengujian koefisien determinasi pada tabel 4.10 menunjukan nilai R Square yang di hasilkan oleh variabel-variabel independen sebesar 0.493, hal ini berarti variabel pertimbangan tingkat materialitas yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen yaitu kompetensi, independensi dan situasi audit adalah sebesar 49,3%, dan sisanya yaitu sebesar 50,7% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini.
Uji t (Pengujian Secara Parsial)
Uji t secara parsial dimaksudkan untuk menguji pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak Ho dan sebaliknya jika nilai probabilitas lebih besar daari 0,05 maka Ho diterima dan menolak Ha. Hasil uji t disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.11 Hasil Uji t
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -2,227 4.727 -0,470 0,641
Kompetensi 0,223 0,084 0,280 2,643 0,011
Independensi 0,261 0,095 0,325 2,742 0,009
Situasi Audit 0,403 0,108 0,443 3,724 0,001
Sumber: Hasil Penelitian yang diolah tahun 2017
25 Hasil Uji Hipotesis I (Pengaruh Kompetensi Terhadap Pertimbangan Tiangkat
Materialitas)
Hasil pengujian Uji t pada tabel 4.11 menunjukan bahwa variabel kompetensi memiliki nilai t sebesar 2,643 dengan nilai signifikan sebesar 0,011, sehingga Ha1 diterima. Kompetensi berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas karena memiliki nilai t hitung lebih besar dari t tabel sebesar 2,013 dan nilai signifikan kurang dari 0,05.
Dalam Kantor Akuntan Publik kompetensi dapat meningkatkan pertimbangan tingkat materialitas. Dengan demikian hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kinanti (2012), Ekawati (2013) dan Lertari dan Utama (2013) yang menyatakan bahwa kompetensi auditor berpengaruh signifikan dan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas auditor. Auditor yang memiliki kompetensi yang memadai akan semakin baik dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas. Pengetahuan yang memadai, pengalaman, kualitas personal yang baik dan keahlian dalam bidang profesinya diperlukan agar auditor dapat secara tepat menditeksi ada atau tidaknya kecurangan dalam laporan keuangan sehingga akan meningkatkan ketepatan dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas.
Hasil Uji Hipotesis II (Pengaruh Independensi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas)
Hasil pengujian Uji t pada tabel 4.11 menunjukan bahwa variabel independensi memiliki nilai t sebesar 2,742 dengan nilai signifikan sebesar 0,009, sehingga Ha2 diterima.
Independensi berpengaruh posistif terhadap pertimbangan tingkat materialitas karena memiliki nilai t hitung lebih besar dari t tabel sebesar 2,013 dan nilai signifikan kurang dari 0,05.
Dalam Kantor Akuntan Publik sikap independensi dapat meningkatkan pertimbangan tingkat materialitas auditor. Dengan demikian hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Idawati dan Eveline (2016), Yunitasari et al (2014) dan Raiyani dan Suputra (2014) yang menyatakan bahwa independensi auditor berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Auditor yang memiliki sikap independen akan semakin baik dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas. Dengan independensi auditor akan terhindar dari konflik kepentingan dan dapat mempertimbangkan secara objektif tingkat materialitas suatu laporan keuangan.
26 Hasil Uji Hipotesis III (Pengaruh Situasi Audit Terhadap Pertimbangan Tingkat
Materialitas)
Hasil pengujian Uji t pada tabel 4.11 menunjukan bahwa variabel situasi audit memiliki nilai t sebesar 2,724 dengan nilai signifikan sebesar 0,001, sehingga Ha2 diterima. Situasi audit berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas karena memiliki nilai t hitung libih besar dari t tabel sebesar 2,013 dan nilai signifikan kurang dari 0,05.
Dalam Kantor Akuntan Publik situasi audit dapat meningkatkan pertimbangan tingkat materialitas auditor. Dengan demikian hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Marito et al. (2014) dan Prihandono dan Januarti (2012) yang menyatakan bahwa situasi audit berpengaruh signifikan positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Situasi konflik audit ini dapat terjadi jika manajemen atau klien tidak puas dengan hasil pengujian audit atas laporan keuangan, sehingga pihak klien berusaha untuk mempengaruhi auditor untuk melakukan penyelewengan audit sedangkan di lain sisi auditor harus menjunjung kompetensi dan sikap independensinya untuk tetap mematuhi prosedur dan kode etik yang berlaku sehingga situasi audit seperti ini akan mempengaruhi auditor untuk lebih berhati-hati sehingga akan mempengaruhi ketepatan dalam menentukan pertimbangan tingkat materialitas laporan keungan.
Hasil Uji F (pengujian secara simultan)
Uji F bertujuan untuk menguji apakah semua variabel independen yaitu kompetensi, independensi dan situasi audit secara simultan atau secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen yaitu pertimbangan materialitas. Analisis uji F dilakukan dengan cara membandingkan F tabel dengan F hitung, jika F hitung lebih besar dari F tabel dan nilai signifikan kurang dari 0,05 maka Uji F diterima. F tabel dalam penelitian ini adalah sebesar 2.80, yang di diperoleh dari tabel distribusi F 0,05. Hasil uji F disajikan pada sebagai berikut:
Tabel 4.12 Hasil Uji F ANOVAb
Model Sum of
Squares
Df Mean
Square
F Sig.
1
Regression 277,154 3 92,385 14,893 0,000a
Residual 285,346 46 6,203
Total 562,500 49
Sumber: Hasil penelitian yang diolah tahun 2017
27 Dilihat dari hasil pengujian pada tabel 4.12 menunjukan bahwa F hitung sebesar 14,893 lebih besar dari F tabel yaitu sebesar 2,80 dan memiliki nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari 0,05. Dari hasil pengujian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen yaitu kompetensi, independensi dan situasi audit secara simultan atau secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
28 PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kompetensi, independensi dan situasi audit terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Berdasarkan data yang diperoleh dan kemudian telah dianalisis maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Bersasarkan hasil uji dan analisis data yang telah dilakukan, kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas auditor. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kinanti (2012), Ekawati (2013) dan Lertari dan Utama (2013) yang menyatakan bahwa kompetensi auditor berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas auditor.
2. Bersasarkan hasil uji dan analisis data yang telah dilakukan, independensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas auditor. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Idawati dan Eveline (2016), Yunitasari et al.
(2014) dan Raiyani dan Suputra (2014) yang menyatakan bahwa independensi auditor berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas auditor.
3. Bersasarkan hasil uji dan analisis data yang telah dilakukan, situasi audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas auditor. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Marito et al. (2014) dan Prihandono dan Januarti (2012) yang menyatakan bahwa situasi audit berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas auditor.
4. Berdasarkan hasil uji dan analisis yang telah dilakukan, kompetensi, independensi dan situasi audit secara simultan atau secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
Keterbatasan
1. kuesioner disebar pada Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak dapat ditunggu, sehingga pengambilan kembali dilakukan beberapa selang waktu kemudian, sehingga ada indikasi auditor bias dalam mengisi kuisioner tersebut.
2. Sebagian besar responden adalah auditor junior, sehingga ada kemungkinan auditor junior belum memahami secara mendalam mengenai pertimbangan tingkat materialitas.
3. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian masih terbatas karena variabel independen hanya dapat menjelaskan varibel dependen sebesar 49,30%.
29 Saran
1. Diharapkan penelitian selanjutnya melalukan pengumpulan data dengan wawancara langsung agar data yang didapatkan lebih akurat.
2. Diharapkan penelitian selanjutnya memilih kreteria responden auditor senior atau yang sudah mempunyai pengalaman yang cukup dalam audit agar data yang diperoleh lebih akurat.
3. Diharapkan penelitian selanjutnya menambah ataupun memakai variabel yang berbeda agar lebih penelitian kompleks.