• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 4 TAHUN 2020 TENTANG PENDAMPINGAN PEMBIAYAAN KESEHATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 4 TAHUN 2020 TENTANG PENDAMPINGAN PEMBIAYAAN KESEHATAN"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

1

BUPATI BANTUL

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

NOMOR 4 TAHUN 2020 TENTANG

PENDAMPINGAN PEMBIAYAAN KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia;

b. bahwa dalam rangka memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh pelayanan kesehatan, Pemerintah Daerah perlu mewujudkan cakupan Pendampingan Pembiayaan Kesehatan secara menyeluruh bagi setiap Penduduk Kabupaten Bantul;

c. bahwa pelaksanaan untuk mewujudkan cakupan Pendampingan Pembiayaan Kesehatan secara menyeluruh sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu mengatur Pendampingan Pembiayaan Kesehatan;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pendampingan Pembiayaan Kesehatan;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 44);

SALINAN

(2)

2

3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256);

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunja Undang-Undang Tahun 1950 Nomor 12, 13, 14, dan 15 dari Hal Pembentukan Daerah- Daerah Kabupaten di Djawa Timoer/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 59);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 264, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5372) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 226, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5746);

(3)

3

7. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 165) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 75 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2018 tentang Jaminan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 210);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL dan

BUPATI BANTUL

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENDAMPINGAN PEMBIAYAAN KESEHATAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Pendampingan Pembiayaan Kesehatan adalah penyelenggaraan pendampingan bantuan pembiayaan kesehatan dalam rangka menjamin Penduduk untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan bermutu yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

2. Penerima Manfaat adalah Warga Kabupaten Bantul atau setiap orang yang mengalami kegawatdaruratan medis yang menerima manfaat Pendampingan Pembiayaan Kesehatan Daerah.

3. Kegawatdaruratan Medis adalah keadaan klinis yang membutuhkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan.

4. Pemberi Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disingkat PPK adalah orang atau institusi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada penerima manfaat berdasarkan suatu perjanjian kerjasama.

(4)

4

5. Bantuan Pembiayaan Kesehatan adalah bantuan yang diberikan oleh Dinas sebagai pembayaran pelayanan kesehatan bagi Penerima Manfaat.

6. Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut Bantuan Iuran adalah iuran program Jaminan Kesehatan Nasional bagi Peserta Penerima Bantuan Iuran yang dibayar oleh Pemerintah Daerah dalam satu tahun anggaran.

7. Warga Kabupaten Bantul adalah setiap orang yang memiliki dokumen administrasi kependudukan Kabupaten Bantul.

8. Daerah adalah Kabupaten Bantul.

9. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah otonom.

10. Bupati adalah Bupati Bantul.

11. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

12. Dinas Kesehatan yang selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.

Pasal 2

Maksud diselenggarakannya Pendampingan Pembiayaan Kesehatan agar Penerima Manfaat mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal.

Pasal 3

Pendampingan Pembiayaan Kesehatan bertujuan memberikan bantuan Pendampingan Pembiayaan Kesehatan bagi Penerima Manfaat untuk memperoleh manfaat pelayanan kesehatan.

Pasal 4

Pendampingan Pembiayaan Kesehatan diselenggarakan berdasarkan asas : a. kemanusiaan;

b. kemanfaatan; dan

c. keadilan sosial bagi masyarakat.

(5)

5 Pasal 5

Pendampingan Pembiayaan Kesehatan diselenggarakan dengan berpedoman pada prinsip :

a. kegotongroyongan;

b. nirlaba;

c. keterbukaan;

d. kehati-hatian;

e. akuntabilitas; dan f. portabilitas.

BAB II

PENERIMA MANFAAT

Pasal 6 (1) Penerima Manfaat terdiri atas:

a. Warga Kabupaten Bantul yang belum menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional;

b. Warga Kabupaten Bantul peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang memerlukan pelayanan kesehatan dan tidak ditanggung Jaminan Kesehatan Nasional;

c. Warga Kabupaten Bantul yang memerlukan pelayanan kesehatan dalam rangka menunjang program Pemerintah Daerah; dan/atau

d. Penerima Manfaat yang mengalami kegawatdaruratan medis di Daerah.

(2) Pendampingan Pembiayaan Kesehatan bagi Penerima Manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk:

a. Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan; atau b. Bantuan Pembiayaan Kesehatan.

Pasal 7

Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan diperuntukkan bagi Penerima Manfaat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a, dilaksanakan melalui kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional.

Pasal 8

(1) Bantuan Pembiayaan Kesehatan diperuntukkan bagi Penerima Manfaat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan di PPK.

(6)

6

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian Bantuan Pembiayaan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB III

PERSYARATAN PENERIMA MANFAAT

Pasal 9 (1) Syarat Penerima Manfaat meliputi:

a. Kartu Tanda Penduduk Elektronik; dan/atau b. Kartu Keluarga;

(2) Berdasarkan Kartu Tanda Penduduk Elektronik dan/atau Kartu Keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Penerima Manfaat berhak memperoleh layanan kesehatan.

(3) Layanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan secara berjenjang.

(4) Dalam hal Penerima Manfaat mengalami kegawatdaruratan medis dan tidak bisa menunjukkan Kartu Tanda Penduduk Elektronik dan/atau Kartu Keluarga, Fasilitas Kesehatan atau Perangkat Daerah yang membidangi urusan pemerintahan di bidang sosial menerbitkan surat keterangan.

Pasal 10

(1) Perangkat Daerah yang melaksanakan urusan pemerintahan di bidang sosial melakukan verifikasi dan validasi data Penerima Manfaat.

(2) Verifikasi dan validasi data Penerima Manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setiap bulan dalam tahun anggaran berjalan.

BAB IV

MANFAAT PELAYANAN PENDAMPINGAN PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pasal 11

(1) Penerima Manfaat berhak memperoleh Manfaat Pendampingan Pembiayaan Kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

(7)

7

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Manfaat Pelayanan Pendampingan Pembiayaan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Bupati.

Pasal 12

(1) Pelayanan Pendampingan Pembiayaan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dilaksanakan berdasarkan prosedur pelayanan dengan menganut prinsip sistem rujukan.

(2) Rujukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas indikasi medis.

(3) Dalam hal Penerima Manfaat membutuhkan rawat inap di rumah sakit, kelas pelayanan di rumah sakit diberikan berdasarkan perawatan kelas III.

(4) Hak untuk memperoleh Pendampingan Pembiayaan Kesehatan dinyatakan gugur apabila Penerima Manfaat tidak menggunakan kelas pelayanan di rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (3).

(5) Dalam hal kelas III sebagaimana dimaksud pada ayat (3) penuh, maka dapat dititipkan di kelas atasnya dengan pembiayaan kelas III.

BAB V KERJA SAMA

Pasal 13

(1) Pelayanan Pendampingan Pembiayaan Kesehatan dapat diberikan pada fasilitas kesehatan milik Pemerintah atau swasta yang menjalin kerjasama dengan Perangkat Daerah yang melaksanakan tugas dan fungsi di bidang kesehatan.

(2) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan proses kredensialing.

BAB VI

PENYELENGGARAAN PENDAMPINGAN PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pasal 14

(1) Dinas mengelola dana Pendampingan Pembiayaan Kesehatan.

(2) Bupati dapat membentuk UPT dalam rangka Penyelenggaraan Pendampingan Pembiayaan Kesehatan.

(3) Bentuk dan struktur organisasi UPT disesuaikan dengan kebutuhan.

(8)

8

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan UPT diatur dengan Peraturan Bupati.

Pasal 15

Dinas berhak menolak melakukan Pendampingan Pembiayaan Kesehatan bagi Penerima Manfaat yang menempati kelas perawatan selain kelas III dengan permintaan sendiri.

Pasal 16

Dinas dalam Pendampingan Pembiayaan Kesehatan bertugas melakukan verifikasi dan validasi berkas klaim Penerima Manfaat dari fasilitas kesehatan.

Pasal 17 Dinas berkewajiban :

a. meminta daftar Penerima Manfaat Bantuan Iuran ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan; dan

b. menyampaikan informasi data Pendampingan Pembiayaan Kesehatan kepada Perangkat Daerah terkait.

Pasal 18

Pengawasan terhadap pengelolaan dana Pendampingan Pembiayaan Kesehatan dilakukan oleh Aparatur Pengawas Fungsional Pemerintah Daerah.

BAB VII

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 19

(1) Masyarakat dilibatkan dalam pendataan Penerima Manfaat melalui musyawarah desa dengan memberikan data yang benar dan akurat.

(2) Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan melalui Perangkat Daerah yang membidangi kesehatan, kependudukan dan sosial dan/atau Perangkat Daerah lintas sektor terkait.

(9)

9 BAB VIII LARANGAN

Pasal 20 (1) Pemberi Pelayanan Kesehatan dilarang :

a. mengubah dokumen dan/atau memberikan keterangan palsu; dan b. menyalahgunakan kerjasama Pendampingan Pembiayaan Kesehatan

untuk orang lain yang tidak berhak menerima Pendampingan Pembiayaan Kesehatan.

(2) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi berupa pengembalian dana Pendampingan Pembiayaan Kesehatan yang telah dibayarkan.

Pasal 21

(1) Penerima Manfaat dilarang memberikan keterangan palsu untuk mendapatkan dana Pendampingan Pembiayaan Kesehatan.

(2) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenakan sanksi berupa pencabutan sebagai Penerima Manfaat dan mengembalikan dana Pendampingan Pembiayaan Kesehatan yang telah dibayarkan.

Pasal 22

Pengembalian dana Pendampingan Pembiayaan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2) dan Pasal 21 ayat (2) disetor Kas Daerah.

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 23

UPT Jamkesda tetap melaksanakan pelayanan penjaminan kesehatan sampai dengan dilakukan penyesuaian berdasarkan Peraturan Daerah ini.

(10)

10 BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 24

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 12 Tahun 2017 tentang Jaminan Kesehatan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2017 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bantul Nomor 84) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 25

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Bantul.

Ditetapkan di Bantul pada tanggal 2 Juni 2020 BUPATI BANTUL,

ttd

SUHARSONO Diundangkan di Bantul

pada tanggal 2 Juni 2020

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANTUL, ttd

HELMI JAMHARIS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL TAHUN 2020 NOMOR 4

NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA : ( 4,14/2020)

(11)

11

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 4 TAHUN 2020

TENTANG

PENDAMPINGAN PEMBIAYAAN KESEHATAN

I. UMUM

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan telah dilakukan oleh Pemerintah dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional serta Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Kedua regulasi itu mengatur bahwa seluruh warga negara wajib memiliki Jaminan Kesehatan yang dikelola melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.

Dalam hal ini, Pemerintah Daerah diberikan tugas untuk mengintegrasikan berbagai Kebijakan Jaminan Kesehatan Daerah dengan Kebijakan Jaminan Kesehatan secara Nasional. Peran Pemerintah Daerah lebih pada upaya mewujudkan layanan kesehatan yang bermutu bagi peserta Jaminan Kesehatan. Pemerintah Daerah juga dituntut untuk menjamin semua warganya agar menjadi peserta Jaminan Kesehatan baik yang Penerima Bantuan Iuran (PBI) maupun Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non PBI).

Masyarakat Kabupaten Bantul yang memiliki visi Sehat, Cerdas, dan Sejahtera, menempatkan kesehatan sebagai visi utamanya, sehingga Pemerintah Daerah berkewajiban melalui program dan kegiatannya untuk mewujudkan terjaminnya kebutuhan kesehatannya. Untuk itu, menjadi sebuah keharusan agar seluruh warganya menjadi peserta Jaminan Kesehatan. Diperlukan upaya untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang bermutu serta upaya memfasilitasi warga yang belum memiliki Jaminan Kesehatan untuk tetap mendapatkan layanan kesehatan serta mendapatkan layanan menjadi peserta Jaminan Kesehatan. Dengan upaya tersebut diharapkan masyarakat Kabupaten Bantul dapat memenuhi kebutuhan dasar yang layak dan meningkatkan taraf hidup menuju terwujudnya masyarakat yang Sehat, Cerdas dan Sejahtera.

(12)

12 II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Cukup jelas.

Pasal 3

Cukup jelas.

Pasal 4 Huruf a

Yang dimaksud dengan asas kemanusiaan dalam ketentuan ini adalah asas yang terkait dengan penghargaan terhadap martabat manusia.

Huruf b

Yang dimaksud dengan asas kemanfaatan dalam ketentuan ini adalah asas yang bersifat operasional menggambarkan pengelolaan yang efektif dan efisien.

Huruf c

Yang dimaksud dengan asas keadilan sosial bagi masyarakat dalam ketentuan ini adalah asas yang bersifat idiil.

Pasal 5

Huruf a

Yang dimaksud dengan prinsip kegotongroyongan dalam ketentuan ini adalah prinsip kebersamaan antar peserta dalam menanggung beban biaya jaminan sosial, yang diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta membayar iuran sesuai dengan tingkat gaji, upah, atau penghasilannya.

Huruf b

Yang dimaksud dengan prinsip nirlaba dalam ketentuan ini adalah prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan hasil pengembangan dana untuk memberikan manfaat sebesar- besarnya bagi seluruh peserta.

Huruf c

Yang dimaksud dengan prinsip keterbukaan dalam ketentuan ini adalah prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan jelas bagi setiap peserta.

(13)

13 Huruf d

Yang dimaksud dengan prinsip kehati-hatian dalam ketentuan ini adalah prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib.

Huruf e

Yang dimaksud dengan prinsip akuntabilitas dalam ketentuan ini adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Huruf f

Yang dimaksud dengan prinsip portabilitas dalam ketentuan ini adalah prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam Wilayah Kabupaten Bantul.

Pasal 6

Cukup jelas.

Pasal 7

Cukup jelas.

Pasal 8

Cukup jelas Pasal 9

Cukup jelas.

Pasal 10

Cukup jelas.

Pasal 11

Cukup jelas.

Pasal 12

Cukup jelas Pasal 13

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Yang dimaksud kredensialing adalah rekruitmen fasilitas kesehatan sesuai dengan kriteria kerja sama.

Pasal 14

Cukup jelas.

Pasal 15

Cukup jelas.

(14)

14 Pasal 16

Huruf a

Cukup jelas Huruf b

Yang dimaksud dengan klaim adalah suatu cara pembayaran kepada PPK berdasarkan pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada Penerima Manfaat yang dibayarkan setelah melaksanakan pelayanan kesehatan.

Pasal 17

Cukup jelas Pasal 18

Cukup jelas.

Pasal 19

Cukup jelas.

Pasal 20

Cukup jelas.

Pasal 21

Cukup jelas.

Pasal 22

Cukup jelas.

Pasal 23

Cukup jelas.

Pasal 24

Cukup jelas.

Pasal 25

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 128

(15)

1

BUPATI BANTUL

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL

NOMOR 116 TAHUN 2020 TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 4 TAHUN 2020 TENTANG PENDAMPINGAN PEMBIAYAAN

KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (2) dan Pasal 11 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pendampingan Pembiayaan Kesehatan, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pendampingan Pembiayaan Kesehatan.

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 44);

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

SALINAN

(16)

2

4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunja Undang Undang Tahun 1950 Nomor 12, 13, 14 dan 15 dari Hal Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten di Djawa Timoer/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 59);

6. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pendampingan Pembiayaan Kesehatan (Lembaran Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2020 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bantul Nomor 128);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 4 TAHUN 2020 TENTANG PENDAMPINGAN PEMBIAYAAN KESEHATAN.

(17)

3 BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :

1. Jaminan Kesehatan Nasional yang selanjutnya disingkat JKN adalah merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.

2. Pendampingan Pembiayaan Kesehatan adalah penyelenggaraan pendampingan bantuan pembiayaan kesehatan dalam rangka menjamin Penduduk untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan bermutu yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

3. Penerima Manfaat adalah Warga Kabupaten Bantul atau setiap orang yang mengalami kegawatdaruratan medis yang menerima manfaat Pendampingan Pembiayaan Kesehatan Daerah.

4. Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disebut Bantuan Iuran adalah iuran program Jaminan Kesehatan Nasional bagi peserta Penerima Bantuan Iuran yang dibayar oleh Pemerintah Daerah dalam satu tahun anggaran.

5. Bantuan Pembiayaan Kesehatan adalah bantuan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan sebagai pembayaran pelayanan kesehatan bagi Penerima Manfaat.

6. Penerima Bantuan Iuran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disingkat PBI APBD adalah peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang dibiayai oleh Pemerintah Daerah.

(18)

4

7. Pemberi Pelayanan Kesehatan yang selanjutnya disingkat PPK adalah orang atau institusi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada Penerima Manfaat berdasarkan suatu Perjanjian Kerja Sama.

8. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat Puskesmas adalah Pusat Kesehatan Masyarakat yang ada di Daerah.

9. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang selanjutnya disingkat FKTP adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik untuk keperluan observasi, diagnosis, perawatan, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya.

10. Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang selanjutnya disingkat FKRTL adalah fasilitas kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan dan rawat inap di ruang perawatan khusus.

11. Paket Manfaat adalah kumpulan beberapa jenis layanan kesehatan.

12. Klaim adalah suatu cara pembayaran kepada PPK berdasarkan pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada Penerima Manfaat yang dibayarkan setelah melaksanakan pelayanan kesehatan.

13. Kegawatdaruratan Medis adalah keadaan klinis yang membutuhkan tindakan medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan.

14. Instalasi Gawat Darurat yang selanjutnya disingkat IGD adalah instalasi atau unit atau ruangan yang memberikan pelayanan gawat darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit akut atau mengalami kecelakaan.

15. Pelayanan Gawat Darurat adalah pelayanan kegawatdaruratan medis yang terjadi di wilayah Kabupaten Bantul secara cepat dan tepat, yang dibiayai/dijamin/dibantu selama mendapat pelayanan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) fasilitas kesehatan.

(19)

5

16. Public Safety Center 119 Bantul yang selanjutnya disebut PSC 119 Bantul adalah program Pemerintah Daerah yang bertujuan memberikan pelayanan kegawatdaruratan medis yang terjadi di Daerah secara cepat dan tepat, yang dibiayai/dijamin/dibantu selama penanganan medis dilokasi kejadian hingga perawatan di ruang IGD fasilitas kesehatan termasuk biaya transportasi dari tempat kejadian sampai ke fasilitas kesehatan.

17. Warga Kabupaten Bantul adalah setiap orang yang memiliki dokumen administrasi kependudukan Kabupaten Bantul.

18. Sistem rujukan berjenjang adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal, dilaksanakan secara berjenjang sesuai kebutuhan medis dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama.

19. Daerah adalah Kabupaten Bantul.

20. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

21. Bupati adalah Bupati Bantul.

22. Dinas Kesehatan adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.

23. Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak adalah Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak Kabupaten Bantul.

24. Unit Pelaksana Teknis Jaminan Kesehatan Daerah yang selanjutnya disingkat menjadi UPT Jamkesda adalah unsur pelaksana kegiatan teknis operasional dan penunjang tugas Dinas Kesehatan dalam bidang pendampingan pembiayaan kesehatan.

(20)

6 BAB II

PENDAMPINGAN PEMBIAYAAN KESEHATAN Bagian Kesatu

Penerima Manfaat dan Bentuk Pendampingan Pembiayaan Kesehatan

Pasal 2 Penerima Manfaat terdiri atas :

a. Warga Kabupaten Bantul yang belum menjadi peserta JKN;

b. Warga Kabupaten Bantul peserta JKN yang memerlukan pelayanan kesehatan dan tidak ditanggung JKN;

c. Warga Kabupaten Bantul yang memerlukan pelayanan kesehatan dalam rangka menunjang program Pemerintah Daerah; dan/atau

d. Penerima Manfaat yang mengalami kegawatdaruratan medis di Daerah.

Pasal 3

Pendampingan Pembiayaan Kesehatan bagi Penerima Manfaat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diberikan dalam bentuk:

a. Bantuan Iuran; atau

b. Bantuan Pembiayaan Kesehatan.

Bagian Kedua Bantuan Iuran

Pasal 4

(1) Bantuan Iuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a diperuntukkan bagi Warga Kabupaten Bantul yang belum menjadi peserta JKN dengan cara didaftarkan menjadi peserta PBI APBD.

(2) Bayi yang dilahirkan oleh ibu kandung yang terdaftar sebagai peserta PBI APBD secara otomatis sebagai peserta PBI APBD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Bantuan Iuran bagi Warga Kabupaten Bantul dengan cara didaftarkan menjadi peserta PBI APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihentikan dalam hal :

(21)

7

a. kepesertaan JKN Warga Kabupaten Bantul dari PBI APBD berubah menjadi peserta non PBI APBD;

b. peserta JKN Warga Kabupaten Bantul berpindah alamat ke luar Daerah; atau

c. peserta Warga Kabupaten Bantul terdaftar lebih dari satu kepesertaan JKN.

(4) Pendaftaran peserta JKN dengan cara didaftarkan menjadi peserta PBI APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Pasal 5

(1) Warga Kabupaten Bantul yang menjadi Peserta JKN non PBI APBD dapat dialihkan kepesertaannya menjadi Peserta PBI APBD.

(2) Dalam hal terdapat tunggakan iuran Peserta JKN non PBI APBD saat akan dialihkan kepesertaannya dari peserta non PBI APBD menjadi peserta PBI APBD sebagaimana pada ayat (1), tunggakan iuran JKN non PBI APBD tetap menjadi kewajiban peserta sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Pengalihan kepesertaan JKN dari peserta non PBI APBD menjadi Peserta PBI APBD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Bagian Ketiga

Bantuan Pembiayaan Kesehatan

Pasal 6

(1) Bantuan Pembiayaan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b diberikan kepada Penerima Manfaat dalam bentuk Pelayanan kesehatan di PPK dengan menunjukkan :

a. Kartu Tanda Penduduk Elektronik dan/atau Kartu Keluarga;

b. Surat Rekomendasi dari Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dalam hal pelayanan kesehatan di FKRTL bagi Penerima Manfaat bukan peserta JKN; dan/atau

(22)

8

c. Surat keterangan dari PPK bagi peserta JKN yang memerlukan pelayanan kesehatan dan tidak ditanggung JKN.

(2) Dalam hal Penerima Manfaat yang mendapatkan pelayanan kesehatan disebabkan karena mengalami kegawatdaruratan medis di Daerah yang tidak bisa menunjukan Kartu Tanda Penduduk Elektronik dan/atau Kartu Keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak menerbitkan surat keterangan.

Pasal 7

Pelayanan kesehatan dalam rangka menunjang program Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c antara lain :

a. Program Kesehatan Ibu dan Anak;

b. Program Perbaikan Gizi Masyarakat;

c. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular;

d. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular;

e. Program Kesehatan Jiwa;

f. Program Imunisasi;

g. Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan;

h. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer; dan/atau

i. program Pemerintah Daerah lain yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Pasal 8

(1) Bantuan Pembiayaan Kesehatan diberikan paling banyak sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) untuk setiap pelayanan kesehatan di PPK.

(2) Dalam hal sesuai indikasi medis, Bantuan Pembiayaan Kesehatan untuk setiap pelayanan kesehatan di PPK dapat diberikan melebihi Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) sebagaimana dimaksud pada ketentuan pada ayat (1) yang besarannya sesuai kemampuan keuangan Daerah

(3) Pembayaran Bantuan Pembiayaan Kesehatan kepada PPK dilakukan dengan pengajuan klaim kepada Dinas Kesehatan.

(23)

9 BAB III

MANFAAT PENDAMPINGAN PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pasal 9

(1) Manfaat Pendampingan Pembiayaan Kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif pada Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan dan/atau Bantuan Pembiayaan Kesehatan mencakup Pelayanan Kesehatan:

a. promotif;

b. preventif;

c. kuratif; dan d. rehabilitatif.

(2) Manfaat Pendampingan Pembiayaan Kesehatan yang mencakup pelayanan kesehatan promotif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.

(3) Manfaat Pendampingan Pembiayaan Kesehatan yang mencakup pelayanan kesehatan preventif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan suatu kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.

(4) Manfaat Pendampingan Pembiayaan Kesehatan yang mencakup pelayanan kesehatan kuratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.

(5) Manfaat Pendampingan Pembiayaan Kesehatan yang mencakup pelayanan kesehatan rehabilitatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuannya.

(24)

10

(6) Manfaat Pendampingan Pembiayaan Kesehatan yang mencakup pelayanan kesehatan promotif dan pelayanan kesehatan preventif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

(7) Manfaat Pendampingan Pembiayaan Kesehatan yang mencakup pelayanan kesehatan kuratif dan pelayanan kesehatan rehabilitatif sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) meliputi pelayanan kesehatan dasar dan spesialistik sesuai indikasi medis yang berdasarkan prinsip sistem rujukan.

(8) Dalam hal Pendampingan Pembiayaan Kesehatan yang mencakup Pelayanan Kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) akan diberikan kepada Penerima Manfaat namun pelayanan kesehatan termasuk yang tidak dijamin oleh JKN, maka sepanjang Pelayanan Kesehatan sesuai indikasi medis dapat tetap diberikan Pendampingan Pembiayaan Kesehatan.

Pasal 10

Manfaat Pendampingan Pembiayaan Kesehatan yang mencakup Pelayanan Kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif rehabilitatif pada Bantuan Iuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Jaminan Kesehatan Nasional.

Pasal 11

(1) Manfaat Pendampingan Pembiayaan Kesehatan yang mencakup Pelayanan Kesehatan kuratif dan rehabilitatif pada Bantuan Pembiayaan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (7) terdiri dari:

a. rawat jalan dan rawat inap di PPK;

(25)

11

b. pelayanan kegawatdaruratan medis yang terjadi di Daerah melalui PSC 119 Bantul sejak penanganan medis di lokasi kejadian, transportasi ke fasilitas kesehatan hingga perawatan di ruang IGD, kecuali pelayanan penunjang medis CT Scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI); dan

c. pelayanan kegawatdaruratan di PPK yang belum bekerja sama dengan Dinas Kesehatan;

(2) PPK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Puskesmas, Klinik Pratama, Praktek Mandiri Bidan (PMB) sebagai FKTP dan Rumah Sakit sebagai FKRTL.

Pasal 12

Manfaat Pendampingan Pembiayaan Kesehatan yang mencakup Pelayanan Kesehatan kuratif dan rehabilitatif pada Bantuan Pembiayaan Kesehatan yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap dan kegawatdaruratan medis di Puskesmas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 antara lain terdiri dari : a. administrasi pelayanan;

b. pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;

c. tindakan medis nonspesialistik, baik operatif maupun non operatif;

d. pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai;

e. pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pratama;

f. rawat inap tingkat pertama;

g. pelayanan Antenatal Care (ANC), persalinan, Postnatal Care (PNC) dan pelayanan neonatal;

h. pelayanan Keluarga Berencana;

i. pelayanan kesehatan tradisional dan komplementer;

j. pelayanan kesehatan yang mendukung program Pemerintah Daerah; dan k. pelayanan ambulan untuk rujukan antar fasilitas kesehatan.

Pasal 13

Manfaat Pendampingan Pembiayaan Kesehatan yang mencakup Pelayanan Kesehatan kuratif dan rehabilitatif pada Bantuan Pembiayaan Kesehatan yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap dan kegawatdaruratan medis di Klinik Pratama dan Praktek Mandiri Bidan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 antara lain terdiri dari :

(26)

12 a. administrasi pelayanan;

b. persalinan;

c. pelayanan Keluarga Berencana pasca salin; dan

d. pelayanan ambulan untuk rujukan antar fasilitas kesehatan.

Pasal 14

(1) Manfaat Pendampingan Pembiayaan Kesehatan yang mencakup Pelayanan Kesehatan kuratif dan rehabilitatif pada Bantuan Pembiayaan Kesehatan yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap dan kegawatdaruratan medis di Rumah Sakit sebagai Fasilitas Kesehatan Rawat Tingkat Lanjut antara lain terdiri dari :

a. administrasi pelayanan;

b. pemeriksaan, pengobatan, konsultasi medis dasar dan spesialistik;

c. tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah;

d. pelayanan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai;

e. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan;

f. rehabilitasi medis;

g. pelayanan darah;

h. perawatan inap di ruang intensif dan non intensif;

i. pemulasaran jenazah pada pasien yang meninggal di fasilitas kesehatan; dan

j. pelayanan keluarga berencana.

(2) Manfaat Pendampingan Pembiayaan Kesehatan yang mencakup Pelayanan Kesehatan kuratif dan rehabilitatif pada Bantuan Pembiayaan Kesehatan yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap dan kegawatdaruratan medis di Rumah Sakit sebagai Fasilitas Kesehatan Rawat Tingkat Lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan prinsip sistem rujukan dari Puskesmas, Klinik Pratama atau Praktek Mandiri Bidan kecuali dalam hal kedaruratan medis.

(3) Pelayanan kesehatan berupa rawat inap di Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan perawatannya di kelas III.

(27)

13

(4) Dalam hal Rawat Inap di kelas III sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dapat dilaksanakan karena fasilitas Rawat Inap kelas III penuh atau karena indikasi medis, rawat inap dilaksanakan di kelas rawat inap atasnya atau kelas lainnya dengan pembiayaan pelayanan kesehatannya tetap di kelas III.

(5) Bantuan Pembiayaan Kesehatan tidak diberikan dalam hal rawat inap dilaksanakan di kelas selain kelas III sebagaimana dimaksud pada ayat (4) atas permintaan Penerima Manfaat sendiri.

Pasal 15

(1) Manfaat Pendampingan Pembiayaan Kesehatan yang mencakup pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif pada Bantuan Pembiayaan Kesehatan yang terdiri dari rawat jalan, rawat inap dan kegawatdaruratan medis di PPK tidak diberikan dalam hal :

a. pelayanan kesehatan tidak sesuai dengan indikasi medis dan/atau atas permintaan sendiri;

b. pelayanan kesehatan yang telah dijamin Pemerintah;

c. pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;

d. pelayanan meratakan gigi atau ortodonsi;

e. pelayanan kesehatan dalam rangka ingin anak dan/atau untuk mengatasi infertilitas;

f. gangguan kesehatan/penyakit akibat ketergantungan obat terlarang dan/atau alkohol; dan

g. alat dan obat kontrasepsi yang telah dibiayai Pemerintah.

(2) Bantuan Pembiayaan Kesehatan yang mencakup pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif dapat diberikan kepada Penerima Manfaat ketika mengalami kegawatdaruratan medis di PPK yang belum bekerja sama dengan Pemerintah Daerah.

(28)

14 BAB IV

PENYELENGGARAAN PENDAMPINGAN PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pasal 16

(1) Dinas Kesehatan mengelola dana Pendampingan Pembiayaan Kesehatan.

(2) Penyelenggaraan Pendampingan Pembiayaan Kesehatan dilaksanakan oleh UPT Jamkesda.

BAB V

KLAIM BANTUAN PEMBIAYAAN KESEHATAN

Pasal 17

Pembayaran Bantuan Pembiayaan Kesehatan kepada PPK menggunakan sistem klaim Kepada Dinas Kesehatan dengan tata cara sebagai berikut : a. PPK mengajukan permohonan klaim biaya pelayanan kesehatan

kepada UPT Jamkesda;

b. UPT Jamkesda melakukan verifikasi permohonan klaim biaya pelayanan kesehatan dari PPK;

c. berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada huruf b, Kepala UPT Jamkesda memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan klaim PPK yang diketahui Kepala Dinas Kesehatan; dan d. Dalam hal Kepala UPT Jamkesda menolak permohonan klaim PPK

sebagaimna dimaksud pada huruf c, maka Kepala UPT Jamkesda menyampaikan berita acara penolakan kepada PPK.

(29)

15 Pasal 18

Dalam hal PPK menggunakan rekening bank yang berbeda dengan rekening bank yang digunakan oleh Dinas Kesehatan pada proses pembayaran klaim, maka biaya administrasi bank yang timbul dibebankan kepada PPK.

BAB VI

VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA PENERIMA MANFAAT

Pasal 19

(1) Verifikasi dan validasi data Penerima Manfaat Pendampingan Pembiayaan Kesehatan dilaksanakan oleh Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

(2) Verifikasi dan validasi data Penerima Manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan setiap bulan dalam tahun anggaran berjalan.

BAB VII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 20

Pembayaran klaim Bantuan Pembiayaan Kesehatan kepada PPK yang telah disetujui dan belum terbayarkan pada tahun anggaran berjalan, dibayarkan pada tahun anggaran berikutnya.

(30)

16 BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 21

Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Bantul Nomor 101 Tahun 2017 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 12 Tahun 2017 tentang Jaminan Kesehatan Daerah (Berita Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2017 Nomor 101) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 22

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Bantul.

Ditetapkan di Bantul

pada tanggal 22 September 2020 BUPATI BANTUL,

ttd

SUHARSONO Diundangkan di Bantul

pada tanggal 22 September 2020

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BANTUL, ttd

HELMI JAMHARIS

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL TAHUN 2020 NOMOR 116

(31)

1

BUPATI BANTUL

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL

NOMOR 112 TAHUN 2021 TENTANG

DESA LOKUS PRIORITAS PENANGGULANGAN STUNTING DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2021

BUPATI BANTUL,

Menimbang : a. bahwa untuk mendukung percepatan Program Konvergensi Penanggulangan Stunting di Kabupaten Bantul, diperlukan kerja sama dalam pelaksanaan program tersebut antara Pemerintah Kabupaten Bantul, lembaga swasta dan masyarakat berbasis wilayah dengan menunjuk lokasi fokus prioritas Program Konvergensi Penanggulangan Stunting di Kabupaten Bantul;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati tentang Desa Lokus Prioritas Penanggulangan Stunting di Kabupaten Bantul Tahun 2021;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 44);

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

SALINAN

(32)

2

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunja Undang-Undang Tahun 1950 Nomor 12, 13, 14, dan 15 dari Hal Pembentukan Daerah- Daerah Kabupaten di Djawa Timoer/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 59);

5. Keputusan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor KEP 42/M.PPN/HK/04/2020 tentang Penetapan Perluasan Kabupaten/Kota Lokasi Fokus Intervensi Stunting Terintegrasi Tahun 2021;

6. Peraturan Bupati Bantul Nomor 72 Tahun 2019 tentang Penanggulangan Stunting (Berita Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2019 Nomor 72);

7. Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 14 Tahun 2020 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2021 (Lembaran Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2020 Nomor 14);

8. Peraturan Bupati Bantul Nomor 152 Tahun 2020 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2021 (Berita Daerah Kabupaten Bantul Tahun 2019 Nomor 152);

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG DESA LOKUS PRIORITAS PENANGGULANGAN STUNTING DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2021.

(33)

3

KESATU : Desa Lokus Prioritas Penanggulangan Stunting di Kabupaten Bantul Tahun 2021 sebagaimana tersebut dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Bupati ini.

KEDUA : Segala biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Keputusan Bupati ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bantul Tahun Anggaran 2021 dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

KETIGA : Keputusan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Bantul

pada tanggal 4 Maret 2021

BUPATI BANTUL,

ttd

ABDUL HALIM MUSLIH

Salinan Keputusan Bupati ini disampaikan kepada Yth. :

1. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Cq. Kepala Biro Hukum Setda. DIY;

2. Ketua DPRD Kabupaten Bantul;

3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul;

4. Panewu terkait;

5. Lurah terkait;

Untuk diketahui dan/atau dipergunakan sebagaimana mestinya.

(34)

4

LAMPIRAN

KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 112 TAHUN 2021 TENTANG

DESA LOKUS PRIORITAS

PENANGGULANGAN STUNTING DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2021

DESA LOKUS PRIORITAS PENANGGULANGAN STUNTING DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2021

NO KALURAHAN KAPANEWON

1 2 3

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

18.

19.

20.

21.

22.

23.

24.

25.

26.

Terong Jatimulyo Dlingo Temuwuh Muntuk Mangunan Patalan Canden Trimulyo Triwidadi Sendangsari Guwosari Triharjo Caturharjo Timbulharjo Panggungharjo Argodadi

Argomulyo Gadingsari Srigading Wukirsari Karangtalun Selopamioro Kebonagung Karangtengah Tirtosari

Dlingo Dlingo Dlingo Dlingo Dlingo Dlingo Jetis Jetis Jetis Pajangan Pajangan Pajangan Pandak Pandak Sewon Sewon Sedayu Sedayu Sanden Sanden Imogiri Imogiri Imogiri Imogiri Imogiri Kretek

(35)

5

NO KALURAHAN KAPANEWON

1 2 3

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.

34.

35.

Tirtomulyo Tirtohango Srimulyo Srimartani Trimurti Tirtonirmolo Mulyodadi Sidomulyo Seloharjo

Kretek Kretek Piyungan Piyungan Srandakan Kasihan

Bambanglipuro Bambanglipuro Pundong

BUPATI BANTUL,

ttd

ABDUL HALIM MUSLIH

(36)

1

BUPATI BANTUL

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL

NOMOR 288 TAHUN 2020 TENTANG

PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari bahaya penyalahgunaan obat dan/atau bahan berbahaya dalam obat dan makanan, perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan obat dan makanan dengan pembentukan Tim Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan Kabupaten Bantul;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati tentang Pembentukan Tim Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan Kabupaten Bantul;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 44);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Repulik Indonesia Nomor 3821);

SALINAN

(37)

2

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN KABUPATEN BANTUL.

KESATU : Membentuk Tim Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan Kabupaten Bantul dengan susunan dan personalia sebagaimana tersebut dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Bupati ini.

KEDUA : Tugas Tim Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan Kabupaten Bantul sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU adalah :

a. Pengarah mempunyai tugas :

1. mengarahkan kebijakan dalam rangka pembinaan dan pengawasan obat dan makanan; dan

2. mengambil kebijakan dalam pembinaan dan pengawasan obat dan makanan.

b. Ketua mempunyai tugas :

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunja Undang Undang Tahun 1950 Nomor 12, 13, 14 dan 15 dari Hal Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten di Djawa Timoer/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Jogjakarta (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 59);

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2018 tentang Peningkatan Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan di Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 808);

6. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengawasan Pangan Industri Rumah Tangga (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1107);

(38)

3

1. melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan pembinaan dan pengawasan obat dan makanan;

2. menyampaikan saran, pertimbangan, dan rekomendasi kebijakan kepada Pengarah;

3. memimpin rapat terkait pelaksanaan tugas dan fungsi Tim Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan Kabupaten Bantul; dan

4. menyampaikan laporan hasil monitoring pengawasan obat dan makanan kepada Pengarah.

c. Wakil Ketua mempunyai tugas :

1. mengoordinasikan tugas teknis pembinaan dan pengawasan obat dan makanan;

2. mengoordinasikan pengawasan bahan berbahaya yang disalahgunakan pada obat dan makanan;

3. menerapkan sistem informasi database dan penerbitan izin operasional berupa sertifikat Cara Distribusi Obat Yang Baik pedagang besar farmasi dan izin usaha kecil obat tradisional dengan berpedoman pada sistem informasi yang dikembangkan oleh Lembaga Pemerintah non Kementerian yang membidangi pengawasan obat dan makanan;

4. melaksanakan dan mengoordinir kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi, sosialisasi dan publikasi terkait obat dan makanan kepada masyarakat; dan

5. menyusun perencanaan, program dan kegiatan pembinaan dan pengawasan obat dan makanan dalam dokumen perencanaan daerah.

d. Sekretaris mempunyai tugas :

1. menyelenggarakan pertemuan Tim Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan Kabupaten Bantul; dan

2. membuat risalah rapat.

e. Anggota mempunyai tugas :

1. melaksanakan pembinaan dan pengawasan obat dan makanan serta penyalahgunaan bahan berbahaya dalam obat dan makanan;

2. mengawasi penerbitan Surat Izin Usaha Perdagangan Bahan Berbahaya untuk Pengecer Terdaftar Bahan Berbahaya;

(39)

4

1. mengkaji ulang pemenuhan izin operasional berupa sertifikat Cara Distribusi Obat Yang Baik terhadap perdagangan besar farmasi dan izin usaha kecil obat tradisional sesuai standar dan persyaratan yang berlaku;

2. memberikan rekomendasi dalam rangka pemberian sanksi administratif terhadap pedagang besar farmasi cabang, usaha kecil obat tradisional dan pengecer bahan berbahaya yang teridentifikasi dapat membahayakan kesehatan masyarakat;

3. menyampaikan rekapitulasi hasil pengawasan;

4. melaksanakan monitoring terhadap sumber dan/atau potensi resiko bahaya obat dan makanan serta penyalahgunaan bahan berbahaya;

5. memberikan saran dan pendapat terkait pelaksanaan pembinaan dan pengawasan obat dan makanan serta penyalahgunaan bahan berbahaya;

6. melaksanakan sosialisasi dalam upaya pencegahan penyalahgunaan obat dan bahan berbahaya dalam obat dan makanan kepada masyarakat; dan

7. menindaklanjuti rekomendasi hasil-hasil pengawasan obat dan makanan oleh sektor terkait dan melaporkannya kepada sektor terkait pemberi rekomendasi.

f. Kesekretariatan menyelenggarakan administrasi terkait kegiatan pembinaan dan pengawasan obat dan makanan.

KETIGA : Tim Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan Kabupaten Bantul sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU mempunyai fungsi :

a. perumusan kebijakan terkait pelaksanaan Program Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan;

b. perencanaan atas pelaksanaan Program Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan;

c. penyampaian rekomendasi yang mendukung perumusan dan penetapan standar biaya umum terkait perencanaan dan penganggaran pelaksanaan Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan;

d. identifikasi dan pengendalian terhadap peredaran obat dan makanan yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat;

(40)

5

e. pemeriksaan terhadap pengadaan, peredaran, dan penggunaan sarana produksi, importasi, distribusi, pengecer, pengguna akhir bahan berbahaya dan tempat-tempat sumber pasokan bahan berbahaya yang sering disalahgunakan;

f. pelaksanaan komunikasi informasi dan edukasi, sosialisasi, dan publikasi terkait pemahaman obat dan makanan kepada masyarakat;

g. pemantauan dan evaluasi atas efektivitas pelaksanaan Program Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan;

h. iventarisasi data dan informasi terkait obat dan makanan;

i. menindaklanjuti rekomendasi hasil-hasil Pengawasan Obat dan Makanan oleh sektor terkait; dan

j. pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan untuk mengatasi permasalahan obat dan makanan.

KEEMPAT : Dalam melaksanakan tugasnya, Tim Koordinasi Pembinaan dan Pengawasan Obat dan Makanan Kabupaten Bantul sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU bertanggung jawab dan melaporkan pelaksanaan tugasnya minimal setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Bupati Bantul.

KELIMA : Segala biaya yang timbul sebagai akibat ditetapkannya Keputusan Bupati ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bantul Tahun Anggaran 2020.

KEENAM : Keputusan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Bantul

pada tanggal 20 Mei 2020

BUPATI BANTUL,

ttd

SUHARSONO

Salinan Keputusan Bupati ini disampaikan kepada Yth. :

1. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Cq. Kepala Biro Hukum Setda. DIY;

2. Ketua DPRD Kabupaten Bantul;

3. Kepala Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan DIY;

4. Kepala Inspektorat Daerah Kabupaten Bantul;

5. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul;

6. Kepala Dinas Perdagangan Kabupaten Bantul;

7. Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Kabupaten Bantul 8. Yang bersangkutan.

Untuk diketahui dan/atau dipergunakan sebagaimana mestinya.

(41)

6

LAMPIRAN

KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 288 TAHUN 2020 TENTANG

PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN OBAT DAN MAKANAN KABUPATEN BANTUL

SUSUNAN DAN PERSONALIA NO JABATAN DALAM

TIM

JABATAN DALAM DINAS

1 2 3

1.

2.

3.

4.

5.

Pengarah Ketua

Wakil Ketua

Sekretaris

Anggota

Bupati Bantul

Wakil Bupati Bantul.

1. Sekretaris Daerah Kabupaten Bantul

2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

3. Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DIY

1. Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.

2. Kepala Bidang Pemeriksaan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DIY

1. Kepala Bidang Informasi dan Komunikasi Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DIY

2. Kepala Bidang Pengujian Laboratorium Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan DIY

3. Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

4. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

5. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

6. Kepala Bidang Sarana Prasarana dan Distribusi Perdagangan Dinas Perdagangan Kabupaten Bantul 7. Kepala Bidang Penegakan Peraturan Daerah Satuan

Polisi Pamong Praja Kabupaten Bantul

(42)

7 NO JABATAN DALAM

TIM

JABATAN DALAM DINAS

1 2 3

8. Kepala Bidang Pengaduan, Pengawasan dan Pengendalian Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Bantul 9. Kepala Seksi Farmasi, Makanan dan Minuman

Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

10. Kepala Seksi Perizinan dan Peningkatan Mutu Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

11. Kepala Seksi Kesehatan Lingkungan, Kerja, dan Olah Raga Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul 12. Kepala Seksi Surveilens dan Imunisasi Dinas

Kesehatan Kabupaten Bantul

13. Kepala Seksi Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

BUPATI BANTUL, ttd

SUHARSONO

Referensi

Dokumen terkait

Menyiapkan bahan koordinasi dengan instansi terkait pusat dan daerah dalam rangka penyempurnaan konsep pedoman tata laksana politik, hukum, keamanan, dan

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kadar karbohidrat (pati)  pada suatu bahan sesuai dengan prosedur yang benar, agar mahasiswa dapat menyusun  rangkaian alat

Manusia pada dasarnya adalah unik dan memiliki kecenderungan berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan

73 Dampak dari kondisi tersebut adalah pola hubungan partai dan pemilih tidak lagi sepenuhnya menggambarkan aliran politik (partially constructed). Dari hasil perolehan suara

Identifikasi Lahan Potensial untuk Rehabilitasi Mangrove di Jawa Tengah : Terapan Teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi.. Buletin Ilmiah

Pengaruh Good Corporate Governance sertaNon Performing Financing Terhadap ProfitabilitasBank Syariah dengan Dewan Pengawas Syariah sebagai Variabel Moderasi sudah banyak

pada text text akan akan disisipkan disisipkan kode kode javascript javascript untuk untuk merequest merequest me me manggil halaman “contact.php” berdasarkan tag

hubungan antara fungsi sosial dengan kualitas hidup pasien Skizofrenia di Puskesmas D.I.Y., maka dapat disimpulkan bahwa kategori kualitas hidup pasien Skizofrenia