commit to user 4
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Ramadhani (2010) melakukan penelitian untuk merencanakan dinding penahan tanah tipe gravitasi pada lokasi bukit BTN Teluk Palu Permai. Dalam penelitian ini dinyatakan bahwa semakin tinggi dinding penahan tanah tipe gravitasi maka nilai stabilitas terhadap geser, guling maupun daya dukungnya semakin rendah dan penurunannya akan semakin besar. Berdasarkan hasil perhitungan dihasilkan dimensi dinding penahan tanah tipe gravitasi dengan lebar atas sebesar 0,3 m, lebar dasar pondasi sebesar 2,4 m, tinggi dinding penahan sebesar 4,5 m dan tebal dasar pondasi sebesar 0,6 m. Diperoleh nilai stabilitas terhadap guling sebesar 3,6, stabilitas terhadap geser sebesar 1,5, stabilitas terhadap daya dukung sebesar 14,587 dan penurunan yang terjadi sebesar 0,026 cm.
Putra (2010) melakukan penelitian terhadap kestabilan lereng pada badan jalan di desa Brantas, Kecamatan Salemadeg, Kabupaten Tabanan dengan angka keamanan terhadap longsor rata-rata lebih kecil dari satu. Untuk lereng pada bagian atas badan jalan direncanakan dibangun dinding penahan tanah tipe gravitasi setinggi 1,5 meter dengan pasangan batu kali dan menghasilkan angka stabilitas terhadap guling sebesar 4,918 > 1,5, stabilitas terhadap geser sebesar 1,675 > 1,5, stabilitas terhadap daa dukung tanah; σmin = 1,921 t/m2 > 0 dan untuk σmax = 4,372 t/m2 < σ = 7,167 t/m2. Sedangkan untuk lereng bagian bawah badan jalan direncanakan dnding penahan tanah kantilever dengan beton bertulang dengan tulangan tarik D19-70, tulangan tekan D19-140, tulangan memanjang D13-160 dan menghasilkan angka stabilitas terhadap guling sebesar 4,339 > 1,5;
stabilitas terhadap geser sebesar 1,541 > 1,5, stabilitas terhadap daa dukung tanah;
σ
min = 11,963 t/m2 > 0 dan untukσ
max = 19,903 t/m2 <σ
= 99,365 t/m2.Kisworo (2014) melakukan penelitian pada proyek pembangunan gedung kantor bank Mandiri Solo, jalan Bridjen Slamet Riyadi No.241 & 241B - Solo Jawa
commit to user
Tengah. Dinding yang direncanakan adalah dinding penahan tanah tipe gravitasi dengan struktur dari beton. Kondisi geologi lapisan tanah di lapangan berupa pasir kelempungan, tinggi tanah yang ditahan setinggi 10 m. Metode perhitungan dilakukan dua kali, metode perhitungan manual dan perhitungan dengan program Geo5. Setelah dilakukan perhitungan, maka didapat hasil hitungan manual faktor stabilitas terhadap geser 5,042 > 2 (aman), stabilitas terhadap guling 19,29 > 2 (aman), keruntuhan kapasitas daya dukung 2,010 > 2 (aman). Hasil perhitungan program Geo5 stabilitas terhadap guling 16,88 > 2 (aman), stabilitas terhadap geser 5,58 > 2 (aman), keruntuhan kapasitas daya dukung 2,77 > 2 (aman).
Kusumawardani (2012) melakukan penelitian untuk menganalisis dinding penahan tanah dengan perhitungan manual dan analisis program Crystal Ball.
Diperoleh nilai angka keamanan sebagai berikut : Untuk variasi sudut kemiringan I (β = 5o), Fgl sebesar 3,9783 (manual) dan persentase nilai F > 1 sebesar 100%
(Crystal Ball), Fgs sebesar 2,0943 (manual) dan persentase nilai F > 1 sebesar 100% (Crystal Ball) dan Fgl sebesar 3,1725 (manual) dan persentase nilai F > 1 sebesar 99,186% (Crystal Ball). Untuk variasi sudut kemiringan II (β = 10o), Fgl
sebesar 3,8847 (manual) dan persentase nilai F > 1 sebesar 100% (Crystal Ball), Fgs sebesar 2,0291 (manual) dan persentase nilai F > 1 sebesar 100% (Crystal Ball) dan Fgl sebesar 3,0559 (manual) dan persentase nilai F > 1 sebesar 98,833%
(Crystal Ball). Dari hasil kedua variasi tersebut, nilai angka keamanan yang lebih besar terjadi pada variasi sudut kemiringan I (β = 5o).
Penelitian yang dilakukan di Desa Sumbersari, Tirtomoyo, Wonogiri oleh Pratiwi (2015) menyatakan bahwa pada kondisi tidak ada hujan menunjukkan bahwa lereng pada kemiringan 30o, 45o dan 60o memiliki angka keamanan (SF) berturut- turut 1,3846, 1,0115 dan 0,7284. Dari hasil ini menunjukkan bahwa pada kemiringan 45o berada dalam kondisi kritis (tepat akan longsor) dan lereng pada kemiringan 60o sudah longsor dengan nilai angka keamanan (SF) < 1. Metode analisis yang digunakan adalah Fellenius.
Beberapa penelitian tentang perkuatan lereng menggunakan dinding penahan tanah tipe gravitasi:
commit to user
6 Tabel 2.1 Rangkuman Tinjauan Pustaka
No Peneliti Tahun Judul Metode
Perbaikan
Metode
Analisis Hasil
1. Sriyati Ramadhani 2010
Perencanaan Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi pada Lokasi Bukit BTN Teluk Palu Permai
Dinding penahan tanah tipe gravitasi
Analisis Manual
Dimensi dinding penahan tanah tipe gravitasi yang aman untuk perkuatan
2.
Tjokorda G S Putra, Made Dodiek W A, Made Aryati
2010
Analisis Stabilitas Lereng pada Badan Jalan dan Perencanaan Perkuatan Dinding Penahan Tanah
Dinding penahan tanah tipe kantilever dan tipe gravitasi
Analisis Manual, Metode Irisan Bishop
Angka kestabilan lereng, Dimensi dinding penahan tanah yang aman untuk perkuatan
3. Ziska
Kusumawardani 2012
Analisis Dinding Penahan Tanah dengan Variasi Sudut
Kemiringan Tanah Berdasarkan Prinsip Probabilitas
Dinding penahan tanah
Analisis Statistik, Analisis Manual, Metode Probabilitas
Stabilitas dinding penahan tanah
4. Gutama Rymo
Kisworo 2014 Perencanaan Dinding Gravitasi Dengan Program Geo 5
Dinding gravitasi
Analisis Manual, Program Geo 5
Perbandingan analisis manual dan analisis program Geo 5
5. Irvan Nurrohman 2016
Analisis Dinding Penahan Tanah Tipe Gravitasi pada Lereng di Desa Sumbersari, Tirtomoyo, Wonogiri
Dinding penahan tanah tipe gravitasi
Analisis manual, Program Geo-slope
Pengaruh dinding penahan tanah tipe gravitasi terhadap angka keamanan (SF) lereng
commit to user
2.2 Dasar Teori
2.2.1 Analisis Stabilitas Lereng
Analisis stabilitas lereng didasarkan pada konsep keseimbangan plastis batas (Limit Plastic Equilibrium). Adapun maksud analisis stabilitas lereng adalah untuk menentukan faktor aman dari bidang longsor yang potensial. Faktor aman didefinisikan sebagai nilai banding antara gaya yang menahan dan gaya yang menggerakkan. (Hardiyatmo,2007) dinyatakan dalam persamaan (2.1).
𝑆𝐹 = 𝜏
𝜏𝑑 (2.1)
dengan :
SF = faktor aman
𝜏 = tahanan geser maksimum tanah (kN/m2)
𝜏𝑑 = tegangan geser akibat gaya berat tanah yang akan longsor (kN/m2)
Menurut teori Mohr-Coulomb dalam Hardiyatmo (2007), tahanan geser yang dapat dikerahkan oleh tanah disepanjang bidang longsornya, dinyatakan oleh persamaan (2.2).
𝜏 = 𝑐 + 𝜎 𝑡𝑔 𝜑 (2.2)
dengan :
𝜏 = tahanan geser tanah (kN/m2) c = kohesi (kN/m2)
𝜎 = tegangan normal (kN/m2) 𝜑 = sudut gesek dalam tanah (o)
Adapun hubungan beberapa variasi nilai faktor keamanan terhadap kemungkinan kelongsoran lereng maupun pada perancangan lereng menurut Bowless, J.E.
(1989) dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Hubungan Nilai Safety Factor dan Kemungkinan Kelongsoran Lereng Nilai SF Kemungkinan Longsor
< 1,07 Kelongsoran bisa terjadi 1,07 < SF < 1,25 Kelongsoran pernah terjadi
>1,25 Kelongsoran jarang terjadi
commit to user
8
Hardiyatmo (2007) menyatakan analisis stabilitas lereng Metode Fellenius (1927) menganggap gaya-gaya yang bekera pada sisi kanan-kiri dari sembarang irisan mempunyai resultan nol pada arah tegak lurus bidang longsor. Metode Fellenius menghasilkan faktor aman yang lebih rendah dari cara hitungan yang lebih teliti.
Batas-batas nilai kesalahan dapat mencapai 5% sampai 40% tergantung dari faktor aman, sudut pusat lingkaran yang dipilih, dan besarnya tekanan air pori.
Walaupun analisis ditinjau dalam tinjauan tegangan total, kesalahan masih merupakan fungsi dari faktor aman dan sudut pusat dari lingkaran (Whitman dan Baily, 1967). Bila terdapat air pada lereng, tekanan air pori pada lereng tidak menambah momen akibat tanah yang akan longsor karena resultan gaya akibat tekanan air pori lewat titik pusat lingkaran, dinyatakan dalam persamaan (2.3).
𝑆𝐹 = ∑ 𝑐𝑎1+(𝑊∑ 𝑊𝑖cos 𝜃𝑖− 𝑢𝑖𝑎𝑖)𝑡𝑔 𝜑
𝑖sin 𝜃𝑖 (2.3)
dengan:
SF = faktor aman c = kohesi (kN/m2)
𝜑 = sudut gesek dalam tanah (o)
ai = panjang lengkung lingkaran pada irisan ke-i (m) Wi = berat irisan tanah ke-i (kN)
ui = tekanan air pori pada irisan ke-i (kN/m2) 𝜃𝑖 = sudut dari pusat irisan ke titik berat (o) 2.2.2 Program Geo-slope
Program Geo-slope adalah program komputer yang khusus diciptakan untuk membantu proses analisa yang berhubungan dengan lingkup teknik sipil. Program Geo-slope bisa digunakan dalam perhitungan konstruksi yang berhubungan dengan geoteknik. Program ini terbagi atas 6 sub program yaitu Slope/w, Seep/w, Temp/w, Quake/w, Ctran/w dan Sigma/w. Setiap sub program memiliki fungsi yang berbeda. Pada penelitian ini, jenis sub program yang digunakan adalah Slope/w, yang dikhususkan untuk perhitungan perkuatan lereng.
Slope/w merupakan produk perangkat lunak untuk menghitung faktor keamanan tanah dan kemiringan tanah. Dengan Slope/w, kita dapat menganalisis masalah baik secara sederhana maupun kompleks dengan menggunakan salah satu dari
commit to user
delapan metode kesetimbangan batas untuk berbagai permukaan yang miring, kondisi tekanan pori air, sifat tanah dan beban terkonsentrasi. Kita dapat menggunakan elemen tekanan pori air yang terbatas, tegangan statis, atau tekanan dinamik pada analisis kestabilan lereng. Kita juga dapat melakukan analisis probabilistik.
2.2.3 Dinding Penahan Tanah
Dinding penahan tanah atau juga biasa disebut tembok penahan adalah suatu konstruksi yang dibangun untuk menahan tanah atau mencegah keruntuhan tanah yang curam atau lereng yang dibangun di tempat, kemantapannya tidak dapat dijamin oleh lereng tanah itu sendiri, serta untuk mendapatkan bidang yang tegak.
Bangunan dinding penahan tanah digunakan untuk menahan tekanan tanah lateral yang ditimbulkan oleh tanah urugan atau tanah asli yang labil. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi gambaran topografi tempat itu bila dilakukan pekerjaan tanah seperti penanggulan atau pemotongan tanah.
Dinding penahan tanah merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan stabilitas lereng yang berfungsi untuk menahan tanah dan mencegah keruntuhan tanah pada lereng.
Menurut Hardiyatmo (2006) terdapat beberapa tipe dinding penahan tanah, antara lain:
1. Dinding gravitasi (gravity wall)
Dinding penahan yang dibuat dari beton tak bertulang atau pasangan batu. Sedikit tulangan beton kadang-kadang diberikan pada permukaan dinding untuk mencegah retakan permukaan akibat perubahan temperatur.
2. Dinding semi gravitasi (semi gravity wall)
Dinding gravitasi yang berbentuk agak ramping. Karena ramping, pada strukturnya diperlukan penulangan beton, namun hanya pada bagian dinding saja.
Tulanagan beton yang berfungsi sebagai pasak, dipasang untuk menghubungkan bagian dinding dan fondasi.
commit to user
10
3. Dinding kantilever (cantilever wall)
Bentuk dinding ini merupakan huruf “T” terbalik atau seperti huruf “L” dan setiap bagian diperhitungkan sebagai suatu kantilever. Dinding ini pada umumnya dibuat dari beton bertulang. Untuk dinding yang tidak terlalu tinggi, jenis kantilever cukup ekonomis. Tinggi dinding ini kurang lebih 6 hingga 7,5 meter.
4. Dinding kontrafort (counterfort wall)
Dinding ini terdiri dari dinding beton bertulang tipis yang di bagian dalam dinding pada jarak tertentu didukung oleh pelat/dinding vertikal yang disebut counterfort.
Ruang di atas pelat fondasi dan, diantara counterfort diisi dengan tanah urug.
5. Dinding krib (cribb wall)
Dinding ini terbuat dari kayu, beton cetak atau baja yang kemudian diisi dengan tanah butiran.
6. Dinding tanah bertulang atau dinding tanah diperkuat (reinforced earth wall) Dinding ini terdiri dari dinding yang berupa timbunan tanah yang diperkuat dengan bahan-bahan tertentu yang terbuat dari geosintetik maupun dari metal.
2.2.4 Tekanan Tanah Lateral
Tekanan tanah lateral adalah sebuah parameter perencanaan yang penting di dalam sejumlah persoalan teknik pondasi, dinding penahan dan konstruksi – konstruksi lain yang ada di bawah tanah. Semua ini memerlukan perkiraan tekanan lateral secara kuantitatif pada pekerjaan konstruksi, baik untuk analisa perencanaan maupun untuk analisa stabilitas.
Tekanan tanah aktif (active earth pressure) adalah tekanan tanah lateral minimum yang mengakibatkan keruntuhan geser tanah oleh akibat gerakan dinding menjauhi tanah di belakangnya. Sedangkan tekanan tanah pasif (passive earth pressure) adalah tekanan tanah lateral maksimum yang mengakibatkan keruntuhan geser tanah akibat gerakan dinding menekan tanah urug (Hardiyatmo,2006).
commit to user 2.2.4.1 Teori Rankine
Teori Rankine (1857) dalam Hardiyatmo (2006), analisis tekanan lateral dilakukan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut :
1) Tanah dalam kedudukan keseimbangan plastis, yaitu sembarang elemen tanah dalam kondisi tepat akan runtuh.
2) Tanah urugan tidak berkohesi (c = 0)
3) Gesekan antara dinding dan urugan diabaikan atau permukaan dinding dianggap licin sempurna (δ = 0)
Tekanan tanah lateral pada tanah tak kohesif
Tanah tak kohesif atau tanah granuler adalah tanah-tanah yang tidak mempunyai kohesi (c = 0) seperti pasir dan kerikil.
Tekanan tanah aktif dan pasif pada kedalaman z dari puncak dinding penahan dinyatakan oleh persamaan (2.4) sampai dengan persamaan (2.9).
𝑃𝑎 = 𝐾𝑎 𝑧 𝛾 (2.4)
𝐾𝑎 = 1−sin 𝜑
1+sin 𝜑= 𝑡𝑔2(45 −𝜑
2) untuk tanah datar (2.5)
𝐾𝑎 = cos 𝛽cos 𝛽− √cos2𝛽 − 𝑐𝑜𝑠2𝜑
cos 𝛽+ √cos2𝛽 − 𝑐𝑜𝑠2𝜑 untuk tanah miring (2.6)
𝑃𝑝 = 𝐾𝑝 𝑧 𝛾 (2.7)
𝐾𝑝 = 1+sin 𝜑
1−sin 𝜑= 𝑡𝑔2(45 +𝜑
2) untuk tanah datar (2.8)
𝐾𝑝 = cos 𝛽cos 𝛽+ √cos2𝛽 − 𝑐𝑜𝑠2𝜑
cos 𝛽− √cos2𝛽 − 𝑐𝑜𝑠2𝜑 untuk tanah miring (2.9) Tekanan tanah aktif total (Pa) dan tekanan tanah pasif total (Pp) untuk dinding penahan tanah setinggi H dan dengan titik tangkap gaya pada H/3 dari dasar dinding penahan dinyatakan oleh persamaan (2.10) dan persamaan (2.11).
commit to user
12
𝑃𝑎 = 0,5 𝐻2 𝛾 𝐾𝑎 (2.10)
𝑃𝑝 = 0,5 𝐻2 𝛾 𝐾𝑝 (2.11)
dengan:
Pa = tekanan tanah aktif total Pp = tekanan tanah pasif total Ka = koefisien tekanan tanah aktif Kp = koefisien tekanan tanah aktif γ = berat volume tanah urug φ = sudut gesek dalam tanah
β = sudut kemiringan permukaan tanah urug terhadap horisontal
Tekanan tanah lateral pada tanah kohesif
Jika tanah urug mempunyai kohesi (c) dan sudut gesek (φ), maka tekanan tanah aktif dan pasif dinyatakan oleh persamaan (2.12) sampai dengan persamaan (2.15).
𝑃𝑎 = 𝐾𝑎 𝑧 𝛾 − 2𝑐 √𝐾𝑎 pada kedalaman z (2.12)
𝑃𝑎 = −2𝑐 √𝐾𝑎 pada permukaan (z=0) (2.13)
𝑃𝑝 = 𝐾𝑝 𝑧 𝛾 + 2𝑐 √𝐾𝑝 pada kedalaman z (2.14)
𝑃𝑝 = 2𝑐 √𝐾𝑝 pada permukaan (z=0) (2.15)
Kedalaman kritis hc yang menyatakan kedalaman tanah yang retak terjadi pada saat Pa = 0, dinyatakan dengan persamaan (2.16).
ℎ𝑐 = 2 𝑐
𝛾 √𝐾𝑎 (2.16)
Tekanan tanah aktif total (Pa) dan tekanan tanah pasif total (Pp) untuk dinding penahan tanah setinggi H dinyatakan oleh persamaan (2.17) dan persamaan (2.18).
𝑃𝑎 = 0,5 𝐻2 𝛾 𝐾𝑎− 2𝑐𝐻 √𝐾𝑎 (2.17)
commit to user
𝑃𝑝 = 0,5 𝐻2 𝛾 𝐾𝑝+ 2𝑐𝐻 √𝐾𝑝 (2.18)
Dengan nilai Ka dan Kp untuk permukaan tanah datar, berlaku persamaan (2.5) dan (2.8). Sedangkan untuk permukaan miring, berlaku persamaaan (2.6) dan (2.9).
2.2.4.2 Teori Coulomb
Teori Coulomb (1776) dalam Hardiyatmo (2006), perhitungan tekanan tanah lateral memperhitungkan pengaruh gesekan antara dinding dan tanah urug di belakang dinding. Sudut gesek antara dinding dan tanah (δ) bergantung pada kekasaran dinding dan regangan lateral pada waktu dinding bergerak.
Tekanan tanah aktif total (Pa) dan tekanan tanah pasif total (Pp) untuk dinding penahan tanah setinggi H dinyatakan oleh persamaan (2.19) sampai dengan persamaan (2.22).
𝑃𝑎 = 0,5 𝐻2 𝛾 𝐾𝑎 (2.19)
𝐾𝑎 = sin2(𝛼+𝜑)
sin2𝛼 sin (𝛼−𝛿) (1+√sin (𝜑+𝛿) sin (𝜑−𝛽) sin (𝛼−𝛿) sin (𝛼+𝛽))
2 (2.20)
𝑃𝑝 = 0,5 𝐻2 𝛾 𝐾𝑝 (2.21)
𝐾𝑝 = sin2(𝛼−𝜑)
sin2𝛼 sin (𝛼+𝛿) (1−√sin (𝜑+𝛿) sin (𝜑+𝛽) sin (𝛼+𝛿) sin (𝛼+𝛽))
2 (2.22)
dengan:
Pa = tekanan tanah aktif total Pp = tekanan tanah pasif total Ka = koefisien tekanan tanah aktif Kp = koefisien tekanan tanah aktif γ = berat volume tanah urug φ = sudut gesek dalam tanah
α = sudut kemiringan dinding penahan tanah terhadap garis horisontal δ = sudut gesek antara dinding dan tanah (2/3 φ)
β = sudut kemiringan permukaan tanah urug terhadap horisontal
commit to user
14
2.2.5 Perhitungan Stabilitas Dinding Penahan Tanah
2.2.5.1 Stabilitas Terhadap Pergeseran
Gaya-gaya yang menggeser dinding penahan tanah akan ditahan oleh : 1) Gesekan antara tanah dan dasar fondasi.
2) Tekanan tanah pasif bila di depan dinding penahan terdapat tanah timbunan.
Faktor aman terhadap pergeseran (Fgs), didefinisikan dalam persamaan (2.23) sampai dengan (2.26).
𝐹𝑔𝑠= ∑𝑅ℎ
∑𝑃ℎ ≥ 1,5 (2.23)
Untuk tanah granular (c = 0)
∑𝑅ℎ = 𝑊𝑓
= 𝑊 𝑡𝑔 𝛿𝑏 dengan δb ≤ φ (2.24)
Untuk tanah kohesif (φ= 0)
∑𝑅ℎ = 𝑐𝑎𝐵 (2.25)
Untuk tanah c - φ (φ > 0 dan c > 0)
∑𝑅ℎ = 𝑐𝑎𝐵 + 𝑊 𝑡𝑔 𝛿𝑏 (2.26)
dengan :
∑𝑅ℎ = tahanan dinding penahan tanah terhadap pergeseran W = berat total dinding penahan dan tanah di atas pelat fondasi
𝛿𝑏 = sudut gesek antara tanah dan dasar fondasi, biasa diambil (1/3 – 2/3) φ ca = ad x c = adhesi antara tanah dan dasar dinding
c = kohesi tanah dasar ad = faktor adhesi B = lebar fondasi
∑𝑃ℎ = jumlah gaya-gaya horisontal
f = tg δb = koefisien gesek antara tanah dasar dan dasar fondasi
commit to user
Faktor aman terhadap penggeseran dasar fondasi (Fgs) minimum, diambil 1,5 Bowles (1997) dalam Hardiyatmo (2006), menyarankan :
Fgs ≥ 1,5 untuk tanah dasar granular.
Fgs ≥ 2 untuk tanah dasar kohesif.
2.2.5.2 Stabilitas Terhadap Penggulingan
Tekanan tanah lateral yang diakibatkan oleh tanah urugan dibelakang dinding penahan, cenderung menggulingkan dinding dengan pusat rotasi pada ujung kaki depan pondasi. Momen penggulingan ini, dilawan oleh momen akibat berat sendiri dinding penahan dan momen akibat berat tanah di atas plat pondasi.
Faktor aman terhadap penggulingan (Fgl), didefinisikan dalam persamaan (2.27).
𝐹𝑔𝑙 = ∑𝑀𝑤
∑𝑀𝑔𝑙 (2.27)
dengan :
∑𝑀𝑤 = Wb1
∑𝑀𝑔𝑙 = ∑Pah h1+ ∑Pav B
∑𝑀𝑤 = momen yang melawan penggulingan (kN.m)
∑𝑀𝑔𝑙 = momen yang mengakibatkan penggulingan (kN.m)
W = berat tanah di atas pelat fondasi + berat sendiri dinding penahan (kN) B = lebar kaki dinding penahan (m)
∑𝑃𝑎ℎ = jumlah gaya-gaya horisontal (kN)
∑𝑃𝑎𝑣 = jumlah gaya-gaya vertikal (kN)
Faktor aman terhadap penggulingan (Fgl) bergantung pada jenis tanah, yaitu :
Fgl ≥ 1,5 untuk tanah dasar granular.
Fgl ≥ 2 untuk tanah dasar kohesif.
2.2.5.3 Stabilitas Terhadap Keruntuhan Kapasitas Daya Dukung Tanah
Kapasitas dukung ultimit dihitung dengan menggunakan persamaan Hansen (1970) dan Vesic (1975) dalam Hardiyatmo (2006) untuk beban miring dan eksentris dinyatakan dalam persamaan (2.28).
𝑞𝑢 = 𝑑𝑐 𝑖𝑐 𝑐 𝑁𝑐 + 𝑑𝑞 𝑖𝑞 𝐷𝑓 𝛾 𝑁𝑞+ 𝑑𝛾 𝑖𝛾 0,5 𝐵 𝛾 𝑁𝛾 (2.28)
commit to user
16
dengan :
𝑑𝑐, 𝑑𝑞, 𝑑𝛾 = faktor kedalaman
𝑖𝑐, 𝑖𝑞, 𝑖𝛾 = faktor kemiringan beban c = kohesi tanah (kN/m2) Df = kedalaman fondasi (m) γ = berat volume tanah (kN/m3)
B = lebar fondasi dinding penahan tanah (m) Nc,Nq dan Nγ = faktor-faktor kapasitas dukung Terzaghi
Faktor aman terhadap keruntuhan kapasitas dukung didefinisikan dalam persamaan (2.29).
𝐹 =𝑞𝑢
𝑞 ≥ 3 (2.29)
dengan q = tekanan akibat beban struktur. Umumnya, faktor aman (F) terhadap keruntuhan tanah dasar minimum diambil sama dengan 3.
Bila dihitung dengan berdasarkan lebar pondasi efektif, yaitu tekanan tanah fondasi ketanah dasar terbagi rata secara sama, bila:
𝑞 = 𝑉
𝐵 (1 ± 6𝑒
𝐵 ) bila 𝑒 ≤ 𝐵/6 (2.30) 𝑞 𝑚𝑎𝑘= 2𝑉
3 (𝐵−2𝑒) bila 𝑒 ≤ 𝐵/6 (2.31) Dalam perancangan, lebar fondasi dinding penahan (B) sebaiknya dibuat sedemikian hingga e < (B/6). Hal ini dimaksudkan agar efisiensi fondasi maksimum dan perbedaan tekanan fondasi pada ujung-ujung kaki dinding tidak besar (untuk mengurangi resiko keruntuhan dinding akibat penggulingan).
2.2.6 Rencana Anggaran Biaya
Rencana anggaran biaya adalah perhitungan banyaknya biaya yang akan dikeluarkan untuk biaya bahan dan upah serta biaya-biaya lain yang diperlukan untuk pelaksanaan suatu proyek. Dalam aplikasinya di lapangan, rencana anggaran biaya merupakan alat untuk mengendalikan jumlah biaya yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
commit to user
Menurut Ervianto (2002:129), kegiatan estimasi adalah salah satu proses utama dalam proyek konstruksi. Sebagai dasar untuk membuat sistem pembiayaan dalam sebuah perusahaan, kegiatan estimasi juga digunakan untuk merencanakan jadwal pelaksanaan konstruksi. Estimasi dapat diartikan peramalan kejadian pada masa datang. Dalam proyek konstruksi, khususnya pada tahap pelaksanaan, kontraktor hanya dapat memperkirakan urutan kegiatan, aspek pembiayaan, aspek kualitas dan aspek waktu dan kemudian memberi nilai pada masing-masing kejadian tersebut.
Tahapan penyusunan biaya proyek adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan volume pekerjaan
Volume pekerjaaan adalah jumlah banyaknya item pekerjaan dalam satuan.
Perhitungan volume pekerjaan dapat dihitung dengan rumus:
Volume untuk luasan item pekerjaan (m2) = panjang x lebar
Volume untuk kubikasi item pekerjaan (m3) = panjang x lebar x tinggi
Volume untuk panjang item pekerjaan (m) = panjang/tinggi 2. Analisa harga satuan pekerjaan
Harga satuan bahan dan upah akan berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan harga pasaran bahan dan upah tenaga kerja yang berlaku di setiap daerah. Untuk menyusun rencana anggaran biaya suatu proyek harus berpedoman pada harga satuan bahan dan upah tenaga kerja di lokasi pekerjaan yang akan dibuat.
Analisa harga satuan pekerjaan dapat dihitung dengan beberapa metode,antara lain:
Analisa BOW (Burgerlijke Openbare Werken), merupakan ketentuan dan ketetapan yang ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1921, Nomor 5372 A pada zaman Belanda. Dalam analisa BOW telah ditetapkan angka jumlah bahan dan tenaga kerja untuk suatu pekerjaan. Analisa BOW hanya dapat dipakai pada pekerjaan yang menggunakan alat konvensional. Sedangkan untuk pekerjaan yang menggunakan alat berat analisa ini tidak dapat digunakan.
commit to user
18
Analisa SNI, merupakan pembaharuan dari analisa BOW. Analisa SNI dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Pemukiman. Pada dasarnya analisa ini sama dengan analisa BOW, hanya saja ada penambahan beberapa item koefisien yang pada analisa BOW belum tercantum. Metode ini sekarang banyak digunakan untuk menghitung harga satuan pekerjaan.
Terdapat tiga istilah yang harus dibedakan dalam penyusunan rencana anggaran biaya yaitu harga satuan bahan, harga satuan upah dan harga satuan pekerjaan. Harga satuan bahan dan harga satuan upah didapat dari pasaran di lokasi dimana pekerjaan akan dilakukan. Dari kedua data tersebut kemudian dihitung dan dibuat harga satuan pekerjaan.