UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIA DAN ILMU POLITIK
PASAR MODERN DAN GAYA HIDUP REMAJA DI KOTA MEDAN (Studi deskriptif di Sun Plaza Medan
SKRIPSI Diajukan oleh:
Nama : DEBORA H.F HUTAGALUNG NIM : 060901001
Guna Memenuhi salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Perumusan Masalah ... 4
1.3.Tujuan penelitian ... 4
1.4.Manfaat Penelitian ... 4
1.5.Defenisi Operasional ... 5
1.6.Operasional Variabel ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.2. Pasar Modern ... 10
2.2. Remaja dan gaya hidup ... 11
2.3. Modernisasi ... 17
2.4. Perubahan Sosial ... 19
2.5. Kelas sosial pada masyarakat ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1 Jenis Peneitian ... 26
3.2 Lokasi Penelitian ... 26
3.3.1 Populasi ... 26
3.3.2 Sampel. ... 27
3.4 Teknik pengumpulan data ... 29
3.5 Jadwal kegiatan ... 30
3.6 Keterbatasan peneliti... ... 30
BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN ... 31
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31
4.1.1. Sejarah singkat kota Medan ... 31
4.1.4. Kondisi Tempat Hiburan di Kota Medan ... 33
4.1.3. Sejarah dan gambaran mall di Kota Medan ... 36
4.1.5. Sejarah Singkat Sun Plaza ... 38
4.1.6. Visi dan Misi Sun Plaza Medan ... 40
4.1.7. Moto Sun Plaza ... 40
4.1.8. Kegiatan Sun Plaza ... 41
4.1.9. Tempat-tempat yang sering ... 43
4.2. Karakteristik Responden ... 43
4.2.1. Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin ... 43
4.2.2. Pekerjaan Orang tua Responden ... 44
4.2.3. Pendapatan orang tua responden ... 45
4.3. Fungsi Pasar Modern... 46
4.3.1. Sebagai tujuan Belanja ... 46
4.3. 2. Sebagai tempat kumpul ... 48
4.3.3. Sebagai tempat pertemuan ... 49
4.4. Daya Tarik Pasar Modern ... 51
4.4.1. Bangunan fisik pasar modern indah dan nyaman ... 51
4.4.2 Fasilitas pendukung yang lengkap ... 52
4.4.2.1.Ruangan Sun Plaza yang ber-AC ... 52
4.4.2.2. Jaringan Wi-Fi ... 54
4.4.2.3. Letak strategis……….. ... 56
4.5. Sikap konsumesisme ... 58
4.5.1.Memperhatikan penampilan ... 58
4.5.2.Memperhatikan merk saat membeli barang ... 59
4.5.3. Bangga bila membeli barang dari pasar modern ... 60
4.6. Menunjukkan kelas sosial ... 61
4.7. Remaja dan perkembangan zaman... 63
BAB V PENUTUP ... 65
5.1. Kesimpulan ... 65
5.2. Saran... 66
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Nama-nama Store yang sering dikunjungi remaja ... 27
Tabel 3.2 Jumlah Populasi dan sampel dari setiap ... 28
Tabel 4.1 Gambaran pendidikan responden dan jenis kelamin ... 44
Tabel 4.2 Gambaran pekerjaan orang tua responden ... 44
Tabel 4.3 Gambaran penghasilan orangtua responden ... 46
Tabel 4.4 Gambaran pasar modern identik sebagai ... 47
Tabel 4.5 Gambaran Pasar Modern tempat remaja ... 48
Tabel 4.6. Gambaran pasar modern sebagai tempat pertemua ... 49
Tabel 4.7. Gambaran pandangan responden tentang pasar modern ... 50
Tabel 4.8. Gambaran pandangan terbuka untuk umum ... 52
Tabel 4.9 Gambaran ruangan Sun Plaza yang ber-AC ... 53
Tabel 4.10 Memanfaatkan jaringan Wi-Fi ... 54
Tabel 4.11 Segenap karyawan atau SPG (Sales Promotion Girl) ... 56
Tabel 4.12 Letak Sun Plaza yang stategis ... 57
Tabel 4.13 Responden selalu memperhatikan penampilan ... 58
Tabel 4.14 Responden selalu memperhatikan merk... 59
Tabel 4.15 responden merasa bangga bila membeli ... 61
Tabel 4.16 Pandangan responden tentang berbelanja ... 62
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN SOSIOLOGI
LEMBAR PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:
NAMA : DEBORA H.F HUTAGALUNG
NIM : 060901001
DEPARTEMEN : SOSIOLOGI
JUDUL : PASAR MODERN DAN GAYA HIDUP REMAJA DI
KOTA MEDAN
(Studi deskriptif di Sun Plaza Medan)
DOSEN PEMBIMBING KETUA JURUSAN
Dra. RIA MANURUNG, M.Si
NIP: 196212031989032001 NIP:196805251992031002 PROF.DR. BADARUDDIN, M.Si
DEKAN
ABSTRAKSI
Pada saat ini konsep belanja ke pasar modern itu sendiri telah berkembangan sebagai cerminan gaya hidup dan rekreasi di kalangan masyarakat, khususnya bagi remaja. Belanja adalah suatu gaya hidup tersendiri, dimana bahkan telah menjadi suatu kegemaran bagi sejumlah orang. Gaya hidup juga dipengaruhi oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya dan kehidupan sosial, demi menunjukkan identitas diri melalui perasaan. Gaya hidup yang berkembang lebih beragam, tidak hanya dimiliki oleh suatu masyarakat saja. Hal tersebut karena gaya hidup dapat ditularkan dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya melalui media komunikasi. Remaja sering mengidentikkan pasar sebagai cara hidup, suatu gaya umum dari kegiatan ekonomi yang mencapai dari segala aspek. Dengan kata lain ada anggapan bahwa orang yang berbelanja di pasar modern dikatakan lebih modern daripada orang yang berbelanja di pasar tradisional, khususnya bagi remaja. Dalam pergaulannya, remaja biasanya mempunyai trend tersendiri yang dapat dilihat dalam perwujudan sikap mereka dalam berpacaran. Remaja tidak merasa risih atau segan bergandengan tangan dengan pacarnya masing-masing di pasar modern tersebut. Perwujudan sikap yang mencolok ini biasanya terjadi di masyarakat perkotaan, yang disebabkan karena kehidupan kota yang semakin kompleks dan penuh dengan dinamika.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan metode deskriptif, yaitu metode yang berusaha untuk mengambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu. Teknik pengumpulan data berupa kuesioner, observasi, studi kepustakaan dan analisis data. melalui metode deskriptif dengan panduan teori pasar modern, teori gaya hidup, teori perubahan sosial, teori modernisasi dan teori stratifikasi sosial. Penelitian ini dilakukan terhadap 200 orang responden, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pasar modern mampu mempengaruhi gaya hidup remaja di kota Medan serta mengetahui hubungan pasar modern dengan gaya hidup remaja di kota Medan serta mengetahui hubungan pasar modern dengan gaya hidup remaja di kota Medan.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... v
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.7.Latar Belakang ... 1
1.8.Perumusan Masalah ... 4
1.9.Tujuan penelitian ... 4
1.10. ... Manfa at Penelitian ... 4
1.11. ... Defeni si Operasional ... 5
1.12. ... Operas ional Variabel ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.2. Pasar Modern ... 10
2.2. Remaja dan gaya hidup ... 11
2.3. Modernisasi ... 17
2.4. Perubahan Sosial ... 19
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
3.1 Jenis Peneitian ... 26
3.2 Lokasi Penelitian ... 26
3.3 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 26
3.3.1 Populasi ... 26
3.3.2 Sampel. ... 27
3.4 Teknik pengumpulan data ... 29
3.5 Jadwal kegiatan ... 30
3.6 Keterbatasan peneliti... ... 30
BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN ... 31
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 31
4.1.1. Sejarah singkat kota Medan ... 31
4.1.4. Kondisi Tempat Hiburan di Kota Medan ... 33
4.1.3. Sejarah dan gambaran mall di Kota Medan ... 36
4.1.5. Sejarah Singkat Sun Plaza ... 38
4.1.6. Visi dan Misi Sun Plaza Medan ... 40
4.1.7. Moto Sun Plaza ... 40
4.1.8. Kegiatan Sun Plaza ... 41
4.1.9. Tempat-tempat yang sering ... 43
4.2. Karakteristik Responden ... 43
4.2.1. Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin ... 43
4.2.2. Pekerjaan Orang tua Responden ... 44
4.3. Fungsi Pasar Modern... 46
4.3.1. Sebagai tujuan Belanja ... 46
4.3. 2. Sebagai tempat kumpul ... 48
4.3.3. Sebagai tempat pertemuan ... 49
4.3.4. Sebagai ruang publik ... 50
4.4. Daya Tarik Pasar Modern ... 51
4.4.1. Bangunan fisik pasar modern indah dan nyaman ... 51
4.4.2 Fasilitas pendukung yang lengkap ... 52
4.4.2.1.Ruangan Sun Plaza yang ber-AC ... 52
4.4.2.2. Jaringan Wi-Fi ... 54
4.4.2.3. Letak strategis……….. ... 56
4.5. Sikap konsumesisme ... 58
4.5.1.Memperhatikan penampilan ... 58
4.5.2.Memperhatikan merk saat membeli barang ... 59
4.5.3. Bangga bila membeli barang dari pasar modern ... 60
4.6. Menunjukkan kelas sosial ... 61
4.7. Remaja dan perkembangan zaman... 63
BAB V PENUTUP ... 65
5.1. Kesimpulan ... 65
5.2. Saran... 66
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Nama-nama Store yang sering dikunjungi remaja ... 27
Tabel 3.2 Jumlah Populasi dan sampel dari setiap ... 28
Tabel 4.1 Gambaran pendidikan responden dan jenis kelamin ... 44
Tabel 4.2 Gambaran pekerjaan orang tua responden ... 44
Tabel 4.3 Gambaran penghasilan orangtua responden ... 46
Tabel 4.4 Gambaran pasar modern identik sebagai ... 47
Tabel 4.5 Gambaran Pasar Modern tempat remaja ... 48
Tabel 4.6. Gambaran pasar modern sebagai tempat pertemua ... 49
Tabel 4.7. Gambaran pandangan responden tentang pasar modern ... 50
Tabel 4.8. Gambaran pandangan terbuka untuk umum ... 52
Tabel 4.9 Gambaran ruangan Sun Plaza yang ber-AC ... 53
Tabel 4.10 Memanfaatkan jaringan Wi-Fi ... 54
Tabel 4.11 Segenap karyawan atau SPG (Sales Promotion Girl) ... 56
Tabel 4.12 Letak Sun Plaza yang stategis ... 57
Tabel 4.13 Responden selalu memperhatikan penampilan ... 58
Tabel 4.14 Responden selalu memperhatikan merk... 59
Tabel 4.15 responden merasa bangga bila membeli ... 61
Tabel 4.16 Pandangan responden tentang berbelanja ... 62
ABSTRAKSI
Pada saat ini konsep belanja ke pasar modern itu sendiri telah berkembangan sebagai cerminan gaya hidup dan rekreasi di kalangan masyarakat, khususnya bagi remaja. Belanja adalah suatu gaya hidup tersendiri, dimana bahkan telah menjadi suatu kegemaran bagi sejumlah orang. Gaya hidup juga dipengaruhi oleh nilai-nilai tertentu dari agama, budaya dan kehidupan sosial, demi menunjukkan identitas diri melalui perasaan. Gaya hidup yang berkembang lebih beragam, tidak hanya dimiliki oleh suatu masyarakat saja. Hal tersebut karena gaya hidup dapat ditularkan dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya melalui media komunikasi. Remaja sering mengidentikkan pasar sebagai cara hidup, suatu gaya umum dari kegiatan ekonomi yang mencapai dari segala aspek. Dengan kata lain ada anggapan bahwa orang yang berbelanja di pasar modern dikatakan lebih modern daripada orang yang berbelanja di pasar tradisional, khususnya bagi remaja. Dalam pergaulannya, remaja biasanya mempunyai trend tersendiri yang dapat dilihat dalam perwujudan sikap mereka dalam berpacaran. Remaja tidak merasa risih atau segan bergandengan tangan dengan pacarnya masing-masing di pasar modern tersebut. Perwujudan sikap yang mencolok ini biasanya terjadi di masyarakat perkotaan, yang disebabkan karena kehidupan kota yang semakin kompleks dan penuh dengan dinamika.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan metode deskriptif, yaitu metode yang berusaha untuk mengambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di tengah-tengah masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu. Teknik pengumpulan data berupa kuesioner, observasi, studi kepustakaan dan analisis data. melalui metode deskriptif dengan panduan teori pasar modern, teori gaya hidup, teori perubahan sosial, teori modernisasi dan teori stratifikasi sosial. Penelitian ini dilakukan terhadap 200 orang responden, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana pasar modern mampu mempengaruhi gaya hidup remaja di kota Medan serta mengetahui hubungan pasar modern dengan gaya hidup remaja di kota Medan serta mengetahui hubungan pasar modern dengan gaya hidup remaja di kota Medan.
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
Pada saat perkembangan zaman yang semakin modern ini, pasar modern tetap ramai
dengan berbagai aktifitas. Ibu-ibu menjadikannya sebagai tempat belanja, bagi anak-anak
dan remaja pasar modern adalah lahan bermain dan berpacaran. Pasar modern telah
menjadi ruang publik dan telah mampu menggantikan sarana bermain anak-anak seperti
lapangan dan taman. Nilai-nilai sakral telah dikalahkan oleh konsumerisme dan
materialisme, pada khususnya para remaja sudah lebih senang mengunjungi pasar
modern daripada tempat ibadah.
Zakiah Darajad (2004) mendefenisikan remaja adalah masa peralihan yang ditempuh
oleh seseorang dari anak-anak menuju dewasa, meliputi semua perkembangan yang
dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Hasan Bisri (2004) dalam bukunya
“Remaja Berkualitas”, mengartikan remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa
kanak-kank yang penuh demngan ketergantungan dan menuju masa pembentukan
tanggungjawab (bisri, 2004), sedangkan WHO (word healty organization) memberikan defenisi tentang remaja secara lebih konseptual, sebagai berikut (Sarwono, 2001):
1. Masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya samapi saat ia mencapai kematangan seksual.
2. Masa dimana individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi
kanak-kanak menjadi dewasa.
3. peralihan dan ketergantungan social ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
Tidak jarang, masa hidup remaja merupakan suatu masa yang krusial, karena merupakan
masa pembentukan seseorang saat ia dewasa nanti. Remaja biasanya mudah terbujuk
rajuan iklan, suka ikut-ikutan teman, tidak realistis dan cenderung boros dalam
menggunakan uangnya. Di kalangan remaja rasa ingin menunjukkan bahwa mereka juga
dapat mengikuti mode yang sedang beredar sangatlah besar, padahal mode itu sendiri
selalu berubah sehingga para remaja tidak pernah puas dengan modenya
(http//www.psikologi.com/remaja/.htm/30/10/09).
Pada saat ini konsep belanja ke pasar modern itu sendiri telah berkembang
sebagai cerminan gaya hidup dan rekreasi dikalangan masyarakat, khususnya bagi
remaja. Belanja adalah suatu gaya hidup hidup tersendiri, dimana bahkan telah menjadi
suatu kegemaran bagi sejumlah orang. Seperti yang dikemukan Weber bahwa persamaan
status dinyatakan dengan gaya hidup. Di bidang pergaulan gaya hidup ini dapat berwujud
pembatasan terhadap pergaulan erat dengan orang yang statusnya lebih rendah.
(Damsar, 2002).
Gaya hidup juga dapat diidentikan dengan suatu ekspresi dan symbol untuk
menampakkan identitas diri atau identitas kelompok. Gaya hidup juga dipengaruhi oleh
niali-nilai tertentu dari agama, budaya dan kehidupan sosial demi menunjukkan identitas
diri melalui perasaan. Gaya hidup yang berkembang lebih beragam, tidak hanya dimiliki
oleh suatu masyarakat saja. Hal tersebut karena gaya hidup dapat ditularkan dari suatu
masyarakat ke masyarakat lainnya melalui media komunikasi (Rasyid, 2005:1). Hal ini
jugalah yang terjadi bagi remaja saat berpergian ke pasar modern.
Dimana pasar modern adalah pasar yang dikelola secara modern, umumnya
kepada konsumen (umumnya masyarakat kelas menengah atas). Pasar modern antara lain
mall, supermarket, departemen store, shopping center, swalayan dan lain sebagainnya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis. Selain menyediakan barang-barang
lokal, pasar modern juga menyediakan barang-barang impor. Barang-barang yang dijual
mempunyai kualitas relatif yang lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih
dahulu secara ketat sehingga barang yang tidak memenuhi persyaratan klasifikasi akan
ditolak (Jamaluddin, 2001:25).
Seperti yang kita ketahui pada umumnya pasar modern memiliki fungsi sebagai
tempat pembeli dan penjual untuk saling berinteraksi antara masing-masing pelaku pasar
dalam upaya memenuhi kebutuhannya, pasar sebagai tempat pertukaran budaya berkat
pembauran orang-orang dari berbagai macam budaya, pasar berfungsi untuk
memperlancar proses penyaluran barang atau jasa dari produsen ke konsumen,
memberikan kemudahan untuk memperoleh barang atau jasa untuk memenuhi
kebutuhannya, pasar merupakan tempat memperoleh bahan baku untuk proses prodiksi
(http:www.pasar?ekonomi?Windu,30/11/2009).
Remaja sering mengidentikkan pasar sebagai cara hidup, suatu gaya umum dari
kegiatan ekonomi yang mencapai dari aspek. Dengan kata lain ada anggapan bahwa
orang yang berbelanja di pasar modern dikatakan lebih modern daripada orang yang
berbelanja di pasar tradisional, khususnya bagi remaja remaja. Dalam pergaulannya,
remaja biasanya mempunyai trend tersendiri yang dapat dilihat dalam perwujudan sikap mereka dalam berpacaran. Remaja tidak merasa sirih atau segan bergandengan tangan
biasanya terjadi di masyarakat perkotaan yang disebabkan karena kehidupan kota yang
semakin kompleks dan penuh dinamika.
Hal inilah yang menarik peneliti untuk melakukan penelitian tentang pasar
modern dalam gaya hidup di kota Medan, Sun Plaza. Dimana Sun Plaza merupakan
salah satu pusat perbelanjaan teramai yang lebih sering dikunjungi remaja yang terdapat
di Medan, Sumatera Utara selain Plaza Medan Fair, baik itu remaja yang asli penduduk
Medan maupun remaja pendatang dari berbagai daerah yang lain.
1.2. Perumusan Masalah
Maka, berdasrkan uraian diatas adapun yang menjadi rumusan masalahnya
adalah:
1. Bagaimana hubungan pasar modern terhadap gaya hidup remaja di kota Medan?
2. Apa yang melatarbelakangi pasar modern dijadikan remaja sebagai gaya hidup.
1.3. Tujuan penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan pasar modern terhadap gaya hidup remaja di kota
Medan.
2. Untuk mengetahui latarbelakangi pasar modern dijadikan remaja sebagai gaya
hidup.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis, diharapkan dapat memberikan sumbangan dan informasi kepada
studi-studi yang terkait dengan penelitian sebelumnya mengenai pasar modern
dan gaya hidup remaja di kota Medan.
2. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah refrensi dari dapa
hasil penelitian dan dapat juga dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti
berikutnya yang ingin menegtahui lebih dalam lagi.
3. Manfaat bagi penulis, penelitian ini diharapkanbermanfaat untuk meningkatkan
penegetahuan dan kemampuan serta wawasan penulis mengenai fenomena yang
terjadi bagi masyarakat, khususnya bagi remaja tentang pasar modern dan gaya
hidup remaja di kota Medan.
1.5. Defenisi Operasional
Defenisi operasional yaitu defenisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat
diobservasi dari apa yang sedang didefenisikan atau mengubah konsep-konsep yang
berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat
diamati dan yang dapat diuji dan ditemukan kebenarannya dalam penelitian ini adalah :
1. Gaya hidup
Gaya hidup adalah suatu titik pertemuan antara kebutuhan ekspresi diri dan
harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak, yang tertuang dalam
norma-norma kepantasan.
2. Pasar
Pasar merupakan salah satu lembaga yang paling penting dalam insitusi ekonomi
institusi ekonomi yang menggerakkan kehidupan ekonomi tidak terlepas dari
aktifitas yang dilakukan oleh pembeli dan pedagang. (Damsar, 2003).
3. Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya
terdapat dikawasan perkotaan, sebagai penyedia barang atau jasa dengan mutu dan
pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah
ke atas).
4. Remaja
Secara umum, remaja dianggap sebagai usia transisi dari masa kanak-kanak
menuju fase dewasa. Dalam fase ini seseorang anak mengalami perkembangan fisik dan
emosional tertentu yang menyebabkan remaja tersebut berada pada fase anomoli. Secara
fisik telah menyamai fisik orang dewasa, namun dalam tataran niali dan psikologis masih
belum menunjukkan karakteristik kedewasaan.
Ada batasan umur yang sering digunakan untuk mengkategorikan seseorang menjadi
remaja. WHO (word healty organization), misalnya memberikan batasan remaja sebagai
kelompok manusia yang berada dalam rentang umur 10-19 tahun dan belum menikah.
SEmentara PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) memberikan batasan yang lebih longgar,
yakni mereka yang berada dalam rentang usia 15-24 Tahun dan belum menikah (Fauzi
dan Lucianawati, 2001).
5. Perubahan Sosial
Perubahan social adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan di
dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem social termasuk di dalamnya
1.6. Operasional Variabel
Defenisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang
diperlukan untuk memasukkan unit-unit dalam kategori tertentu dari tiap-tiap variabel.
Variabel adalah konsep yang secara empiris dapat diukur dan dinilai. Dalam penelitian
ini yang menjadi variable bebasnya adalah pasar modern, sedangkan variable terikatnya
adalah gaya hidup remaja dan variabel antaranya adalah sikap.
Tabel 1.1 Variabel Operasional
Variabel bebas (X) Indikator
Pasar Modern 1. Tempat berbelanja manusia Modern
2. Tempat remaja dari kelas menengah
atas
3. Ruang Publik
4. Terbuka bagi umum
5. Tempat pertemuan
6. Wahana kesenangan bagi remaja
7. Tempat bermain remaja
8. Remaja lebih senang berbelanja ke
pasar modern daripada pasar
tradisional
9. Bangunan indah dan nyaman
10. Fasilitas pendukung yang lengkap
11. Barang yang dijual tertera harganya
Variabel terikat (Y) Indikator
Gaya hidup remaja 1. Image
a. Remaja merasa bangga bila belanja ke
pasar modern
b. Remaja lebih bangga membeli barang
dipasar modern daripada pasar
tradisional
c. Berbelanja di Pasar Modern
menunjukkan status sosial
2. Konsumerisme
a. Memperhatikan penampilan
b. Memperhatikan mode
c. Pola hidup seseorang
d. Minat dan pendapat
e. kemewahan
Variabel antara (Z) Indikator
Sikap a. Tradisi
b. Kebiasaan
c. Kebudayaan dan lingkungan sosial
Variabel X Variabel Y
Variabel Z
Ket : X = Variabel bebas Y = Variabel Terikat Z = Variabel antara
PASAR MODERN
SIKAP
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modern
Pasar modern adalah pasar yang dikelola dengan manajemen modern, umumnya
terdapat dikawasan perkotaan, sebagai penyedia barang dan jasa dengan mutu dan
pelayanan yang baik kepada konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah
keatas). Dalam PP No.112 Tahun 2007 pasar adalah adalah area tempat jual beli barang
dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar
tradisional, pertokoan, mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Pusat perbelanjaan adalah suatu area tertentu yang terdiri dari satu atau beberapa bangunan
yang didirikan secara vertikal maupun horizontal, yang dijual atau disewakan kepada
pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan barang:
Penataan pusat perbelanjaan dan toko modern dalam PP No.112 Tahun 2007
adalah:
a) Lokasi pendirian Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib mengacu pada
rencana tata ruang wilayah Kabupaten/Kota, dan rencana detail tata ruang
Kabupaten/Kota, termasuk peraturan zonasinya.
b) Batasan luas lantai penjualan Toko Modern adalah sebagai berikut:
• Minimarket, kurang dari 400 m2
• Supermarket, 400 m2 (empat ratus meter persegi) sampai dengan 5.000
m2 (lima ribu meter per segi)
• Departement store, diatas 400 m2
• Perkulakan diatas 5.000 m2
• Minimarket, Supermarket dan Hypermarket menjual secara eceran barang konsumsi terutama produk makanan dan produk rumah tangga lainnya;
• Department Store menjual secara eceran barang konsumsi utamanya produk sandang dan perlengkapannya dengan penataan barang berdasarkan jenis
kelamin dan/atau tingkat usia konsumen
• Perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi.
2.2. Remaja danGaya Hidup
2.2.1. Pengertian remaja
Istilah adolescence atau remaja berasal dari latin adolescene (kata bendanya
adolescenta yang berarti remaja) yang tumbuh menjadi dewasa (Hurlock, 2001). Pedoman umum remaja di Indonesia menggunakan batasan usia 17-24 tahun dan belum
menikah (Soetjiningsih, 2004). Adolescence artinya berangsur-angsur menuju kematangan secara fisik, akal, kejiwaan dan sosial serta emosional. Remaja merupakan
masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa remaja, yang sering kali remaja
hadapkan pada situasi yang membingungkan, disatu pihak harus bertingkah laku seperti
orang dewasa dan disisi lain belum bisa dikatakan dewasa (Purwanto, 2004).
Pertumbuhan masa pubertas pada remaja putri adalah terjadinya menarche (menstruasi pertama kali). Hal ini menunjukkan bahwa organ reproduksi mulai matang. Apabila seks
pranikah terjadi pada remaja putri dampak yang paling membahayakan yaitu kehamilan
2.1.2. Ciri-ciri Masa Remaja
Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan dengan periode
sebelum dan sesudahnya, ciri-ciri tersebut antara lain:
1. Masa remaja sebagai masa yang penting.
Adanya akibat yang langsung terhadap sikap dan tingkah laku serta akibat-akibat
jangka panjangnya menjadikan periode remaja lebih penting daripada periode
lainnya (Al-Mighwar, 2006). Selain itu perkembangan fisik yang cepat dan
penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada awal
remaja, yang semuanya perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian
mental dan membentuk sikap, nilai dan minat baru ( Hurlock, 2001).
2. Masa remaja sebagai masa peralihan.
Peralihan tidak berarti terputus dengan apa yang terjadi sebelumnya, melainkan
peralihan dari suatu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Artinya yang
terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya pada apa yang terjadi sekarang
dan yang akan datang (Hurlock, 2001). Pada setiap periode peralihan, nampak
ketidakjelasan status individu dan munculnya keraguan terhadap peranannya
dalam masyarakat (Al-Mighwar, 2006).
3. Masa remaja sebagai masa perubahan.
Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat perubahan perilaku dan sikap juga
berlangsung pesat, kalau perubahan fisik menurun maka perubahan perilaku dan
sikap menurun juga (Hurlock, 2001).
Penyesuaian diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting bagi
remaja daripada individualitas dan apabila tidak menyesuaikan kelompok maka
remaja tersebut akan terusir dari kelompoknya (Al-Mighwar, 2006). Tetapi
lambat laun mereka mulai mencari identitas diri dan tidak puas lagi sama dengan
teman-temannya dalam segala hal (Hurlock, 2001).
5. Masa remaja sebagai usia bermasalah.
Masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh
remaja laki-laki maupun remaja perempuan (Hurlock, 2001) dan banyak remaja
menyadari bahwa penyelesaian yang ditempuhnya sendiri tidak selalu sesuai
dengan harapan mereka (Al-Mighwar, 2006).
2.1.3. Pengertian gaya hidup
Giddens ingin menunjukkan gaya hidup ini tidak lagi masuk pada wilayah
kelompok tertentu saja, tetapi hampir semua bagian kehidupan. Paham ideologis gaya
hidup telah menggantikan nilai-nilai kultural, yang tadinya hanya untuk memenuhi
kebutuhan hidup, menjadi gaya, menjadi bagian keseharian yang menjadi tanda, bahwa
pecinta gaya ini ada serta menandai identitas kelompok pecinta gaya yang muncul
sebagai akibat dukungan media (http://id.wikipedia.Giddes/wiki/gaya hidup,
tgl 20-10-10, pkl 14.00.
Dalam pandangan Giddens yang menyatakan gaya hidup telah dikorupsi oleh
konsumerisme, menunjukkan kebutuhan tentang gaya ini menjadi tidak wajar dan
dibuat-buat. Pada opsi ini, konsumerisme termaknai sebagai gaya hidup yang boros dan
bergaya hidup pada peningkatan pembelian barang-barang yang secara teori bukan hanya
sebagai kesenangan karena paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang
mewah sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan dan sebagainya.
Gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana seseorang membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan
image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.
Berbagai upaya yang dilakukan pasar modern dalam menarik minat remaja untuk
berkunjung ke pasar modern adalah dengan menyediakan berbagai macam fasilitas
pendukung untuk membuat para remaja merasa nyaman berkunjung ke Pasar Modern.
Adapun fasilitas pendukung yang disediakan oleh pihak manajemen Pasar Modern adalah
pendigin udara yang sejuk, tersedianya tangga berjalan (escalator) dan lift di masing-masing lantai. Disamping itu, pihak manajemen Pasar Modern juga menyediakan
berbagai fasilitas yang lain seperti adanya jaringan Free Wi-Fi di setiap restoran yang dapat digunakan para remaja dalam mengakses internet secara gratis.
(htt
Dunia periklanan merupakan salah satu sarana yang digunakan oleh pihak
Manajemen pasar modern didalam mempromosikan barang-barang yang terdapat di pasar
modern. Dimana iklan tersebut biasanya menggunakan model selebritis dalam
memperkenalkan produk ke Masyarakat. Hal ini sangat mempengaruhi pandangan
masyarakat khususnya para remaja dalam hal produk. Remaja akan tertarik dan merasa
bangga mengunakan produk yang dikenalkan oleh selebritis tersebut. Hal inilah yang
Weber (2004) mengemukakan bahwa persamaan status dinyatakan dengan gaya
hidup. Di bidang pergaulan gaya hidup ini dapat berwujud pembatasan terhadap
pergaulan erat dengan orang yang statusnya lebih rendah.(Damsar,2002). Iklan gaya
hidup merupakan salah satu bentuk gaya hidup, dimana dalam masyarakat berbagai
perusahaan para individu semuanya terobsesi dengan citra.
Menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang
dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk
mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa. Lebih lanjut Amstrong
(dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya
hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal)
dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan
pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi (Nugraheni, 2003) dengan
penjelasannya sebagai berikut :
1. Sikap. Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan
untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui
pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa
tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan
sosialnya.
2. Pengalaman dan pengamatan. Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan
sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya
dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh
pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan
3. Kepribadian. Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara
berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.
4.
diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk
menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap
suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan
perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya.
5. Motif. Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa
aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif.
Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan
membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.
6. Persepsi.
menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti
mengenai dunia.
Adapun faktor eksternal (luar) dijelaskan oleh Nugraheni (2003) sebagai
berikut:
1. Kelompok referensi. Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan
pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.
2. Keluarga. Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan
sikap dan perilaku individu.
3. Kelas sosial. Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan
jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan
tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian
kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial
artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta
kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha
yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang
dinamis dari kedudukan.
4. Kebudayaan. Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri polapikir,
merasakan dan bertindak.
2.2. Modernisasi
Modernisasi adalah upaya untuk menciptakan kehidupan masyarakat yang sadar
dan kondusif terhadap tuntutan dari tatanan kehidupan yang semakin menglobal pada saat
kini dan mendatang (http//www.republican.co.id/suplemen/cetak detail/.asp, tgl
14-10-1-,jam 16.00). Lebih lanjut dijelaskan bahwa modernisasi mengubah gaya hidupmenjadi
lebih maju seiring dengan perkembangan zaman. Terjadi pergeseran sosial dan perubahan
sikap dan mental dalam rangka penyesuain dengan lingkungan baru.
Modernisasi sangat memerlukan hubungan yang selaras antara kepribadian dan
sistem sosial budaya. Kemampuan berpikir secara rasional menjadi sangat penting dalam
menjelaskan berbagai gejala sosial yang ada. Masyarakat modern tidak mengenal lagi
menjadi dasar dan karakter pada hubungan antar individu dan pandangan masyarakat
terhadap masa depan yang mereka idam-idamkan.
Terdapat ciri penting yang diungkapkan Schoorl yaitu konsep masyarakat plural
yang diidentikkan dengan masyarakat modern. Masyarakat plural merupakan masyarakat
yang telah mengalami perubahan struktur dan stratifikasi sosial. Lerner dalam Dube
(2004) menyatakan bahwa kepribadian modern dicirikan oleh:
1. Empati: kemampuan untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
2. Mobilitas: kemampuan untuk melakukan ”gerak sosial” atau dengan kata lain
kemampuan”beradaptasi”. Pada masyarakat modern sangat memungkinkan
terdapat perubahan status dan peran maupun peran ganda.
3. Partisipasi: Masyarakat modern sangat berbeda dengan masyarakat tradisional
yang kurang memperhatikan partisipasi individunya. Pada masyarakat tradisional
individu cenderung pasif pada keseluruhan proses sosial, sebaliknya pada
masyarakat modern, keaktifan individu sangat diperlukan sehingga dapat
memunculkan gagasan baru dalam pengambilan keputusan.
Modernisasi yang lahir di Barat akan cenderung ke arah Westernisasi, memiliki
tekanan yang kuat meskipun unsur-unsur tertentu dalam kebudayaan asli negara ketiga
dapat selalu eksis, namun setidaknya akan muncul ciri kebudayaan barat dalam
kebudayaannya (Schoorl, 2004). Lebih lanjut Dube menjelaskan kelemahan modernisasi
antara lain:
1. Modernisasi yang mendasarkan pada penggunaan ilmu pengetahuan dan
2. Keterlibatan negara berkembang diabaikan, konsep persamaan hak dan
keadilan sosial antara negara maju dan berkembang tidak menjadi suatu yang
penting untuk dibicarakan.
3. Modernisasi yang mendasarkan pada penggunaan IPTEK pada organisasi
modern tidak dapat diikuti oleh semua negara.
4. Tidak adanya indikator sosial pada modernisasi.
Teori Modernisasi adalah teori yang digunakan untuk menjelaskan proses
modernisasi dalam masyarakat. Teori ini melihat pada faktor internal suatu negara
sementara asumsi bahwa dengan bantuan, ”tradisional’ negara bisa dibawa ke
pembangunan dengan cara yang sama beberapa negara maju. Teori Modernisasi mencoba
mengidentifikasikan variabel sosial yang berkontribusi terhadap kemajuan sosial dan
pengembangan masyarakat dan berusaha untuk menjelaskan proses evalusi sosial. Teori
modernisasi tidak hanya menekankan proses perubahan tetapi juga tanggapan untuk
mengubahnya.
2.4. Perubahan sosial
Perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi di dalam masyarakat,
dapat kita lihat dan kita amati dengan cara membandingkan keadaan masyarakat pada
masa lampau dengan masyarakat pada masa sekarang. Manusia merupakan makhluk
sosial dimana hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain sangatlah
dibutuhkan. Dalam hal ini, yaitu pergaulan atau interaksi antar manusia inilah yang
nantinya menjadi salah satu penyebab timbulnya perubahan sosial dan kebudayaan dalam
masyarakat. Perubahan sosial pastinya akan membawa dampak bagi kita, di antaranya
di antara unsur-unsur yang berbeda. Dan yang paling banyak di pengaruhi perubahan
sosial ini adalah remaja.
Menurut tradisi, masa remaja adalah periode dari meningginya emosi, saat “badai
dan tekanan”, namun hanya sedikit bukti yang menunjukkan bahwa ini bersifat universal
atau menonjol atau menetap seperti anggapan orang pada umumnya. Perubahan sosial
dalam masa remaja meliputi:
1. Meningkatnya pengaruh kelompok sebaya
2. Pola perilaku sosial yang lebih matang
3. Pengelompokan sosial baru dan nilai-nilai baru dalam pemilihan teman
dan pemimpin
4. Dukungan sosial.
Perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga kemasyarakatan di dalam
suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk di dalamnya nilai-nilai,
sikap-sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat.
Perubahan didalam masyarakat dapat mengenal nilai-nilai sosial, pola-pola perilaku
orang, organisasi, susunan, lembaga masyarakat, kekuasaan, wewenang, interaksi sosial
dan sebagainya.
Perubahan sosial didefenisikan oleh para sarjana sosiologi dan antropologi.
Adapun yang pertama mendefenisikan perubahan sosial itu adalah John Lewis Gillin dan
John Philips Gillin (2007) menyatakan perubahan sosial adalah suatu variasi dari
cara-cara hidup yang diterima yang disebabkan oleh perubahan-perubahan kondisi geografis,
kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi serta karena adanya difusi dan
perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di
dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamnya
nilai-nilai, sikap dan pola-pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat
sejalan dengan itu Kingsley Davis (2007) menyatakan perubahan sosial adalah
perubahan yang terjadi dalam struktur masyarakat.
2.3.1. Bentuk-bentuk Perubahan Sosial dan kebudayaan
Perubahan sosial dan kebudayaan memiliki berbagai bentuk. Adapun
bentuk-bentuk perubahan sosial dan kebudayaan yang terjadi di dalam masyarakat kita terdiri
dari:
1. Perubahan yang berlangsung lambat atau cepat. Dimana Perubahan lambat
disebut juga perubahan evolusi. Ciri-cirinya adalah perubahan itu seolah-olah
tidak terjadi, berlangsung lambat, umumnya tidak menimbulkan disintegrasi
kehidupan. Sedangkankan perubahan cepat disebut juga perubahan revolusi yaitu
terjadi secara cepat, menyangkut hal-hal mendasar, menimbulkan disintegrasi
sosial.
2. Perubahan yang pengaruhnya kecil dan besar. Dimana perubahan yang
pengaruhnya kecil adalah yang tidak menyangkut berbagai aspek kehidupan dan
tidak menimbulkan perubahan pada struktur sosial. Contoh : perubahan mode
pakaian, sedangkan perubahan yang pengaruhnya besar adalah yang dapat
membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan dan menimbulkan
perubahan pada struktur sosial. Contoh : proses industrialisasi akan membawa
3. Perubahan yang dikehendaki (direncanakan) dan yang tidak dikehendaki (tidak
direncanakan). Dimana perubahan yang dikehendaki adalah yang direncanakan
oleh pihak-pihak yang hendak mengadakan perubahan, sedangkan perubahan
yang tidak dikehendaki adalah perubahan yang muncul di luar jangkauan
pengawasan (kemunculannya tidak diinginkan), contoh: kesenjangan sosial dan
angka pengangguran.
2.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Sosial adalah:
Terjadinya perubahan sosial tidak terlepas dari beberapa faktor-faktor. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan sosial itu adalah:
1. Faktor Geografis.
Temperatur yang terlalu tinggi, adanya badai atau gempa bumi, memberi
pengaruh pada manusia. Sedikit banyaknya sumber-sumber kekayaan alam akan
sangat menentukan jenis kehidupan yang dialami. Misalnya, tanah pertanian
sekarang banyak yang dijadikan perumahan-perumahan dan pabrik-pabrik yang
menimbulkan perubahan pola gaya hidup sekitar.
2. Faktor Teknologi
Penggunaan komunikasi yang canggih banyak memberi kemudahan bagi
masyarakat untuk berkomunikasi dan menerima informasi baru dari luar dalam
waktu yang relatif singkat sehingga dapat berdampak positif maupun negatif.
3. Faktor Ideologi.
Ideologi dasar yaitu keyakinan dan nilai-nilai yang kompleks yang dijadikan alat
untuk mempercepat perubahan.
Perubahan-perubahan sosial seringkali dipelopori oleh pemimpin yang
kharismatik karena mereka mampu menarik pengikut-pengikut dalam jumlah
besar yang akan bergabung dengan mereka dalam gerakan sosial
5. Faktor Penduduk.
Peningkatan dan penurunan jumlah penduduk secara radikal dapat menjadi
penyebab terjadinya perubahan sosial. Pertambahan penduduk berdampak pada
pengangguran, kemiskinan, kriminalitas dan sebagainya. Pengurangan jumlah
penduduk secara drastis misalnya karena bencana alam dapat mengakibatkan
perubahan penduduk di bidang organisasi sosial, seperti dibentuknya
relawan-relawan kesetiakawanan sosial.
2.3.3. Dampak Perubahan Sosial Bagi Kehidupan Masyarakat
Setiap perubahan memiliki dampak bagi setiap orang baik dampak negatip
maupun dampak positif. Adapun dampak perubahan sosial bagi kehidupan masyarakat
adalah:
1. Disintegrasi.
Disintegrasi adalah gejala sosial yang menggambarkan adanya
ketidaksesuaian dan ketidakserasian di antara unsur-unsur yang saling berbeda
dalam kehidupan sosial.
2. Pergolakan daerah
Yaitu konflik yang terjadi untuk memperebutkan kepentingan tertentu yang
3. KenakalanRemaja
Yaitu perbuatan anak remaja yang berlawanan dengan ketertiban umum (nilai
dan norma) yang dapat menimbulkan bahaya/kerugian pada pihak lain.
2.4. Staratifikasi Sosial pada Masyarakat
Tidak jarang kita melihat pada umumnya orang-orang yang mengunjungi pasar
modern adalah remaja yang berasal dari kelas menengah atas dan biasanya yang berasal
dari perkotaan. Sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin modern, mereka
mengangap bahwa mengunjungi pasar modern bukan hanya dengan hanya tujuan
berbelanja, melainkan merupakan salah satu gaya hidup untuk menunjukkan statusnya di
dalam mengikuti mode tertentu.
Teori stratifikasi fungsional seperti yang diungkapkan Kingsley Davis dan
Wilbert Moore (dalam Ritzer, 2003:118) merupakan sebuah karya paling terkenal dalam
teori fungsionalisme struktural. Davis dan Moore menjelaskan bahwa mereka
menganggap statifikasi sosial sebagai fenomena universal. Davis dan Moore menyatakan
bahwa tak ada masyarakat yang tidak terstratifikasi atau sama sekali tanpa kelas. Dimana
stratifikasi merupakan suatu keharusan fungsional semua masyarakat yang memerlukan
sistem dan keperluan ini menyebabkan adanya sistem stratifikasi sebagai sebuah struktur,
dan menunjukkan bahwa stratifikasi tidak mengacu kepada individu di dalam sistem
sistem posisi (kedudukan). Mereka memusatkan perhatian pada persoalan bagaimana cara
posisi tertentu mempengaruhi tingkat prestise yang berbeda dan tidak memusatkn
perhatian pada masalah bagaimana cara individu dapat menduduki posisi tertentu
Menurut pandangan ini, masalah fungsional utama adalah bagaimana cara
memotivasi dan menempatkan individu pada posisi mereka yang tepat. Dalam sistem
startifikasi, hal ini dapat diturunkan menjadi dua masalah. Pertama, bagaimana cara
masyarakat menanamkan kepada individu yang tepat itu keinginan untuk mengisi posisi
tertentu. Kedua, segera setelah individu berada pada posisi yang tepat, lalu bagaimana
cara masyarakat menanamkan keinginan kepada mereka untuk memenuhi pesyaratan
posisi mereka. Davis Moore (dalam Goodman, 2004:119) tidak bermaksud untuk
menyatakan bahwa masyarakat secara sadar membangun sistem staratifikasi untuk
meyakinkan bahwa posisi tingkat tinggi akan terisi dengan memadai. Mereka bermaksud
menjelaskan bahwa statifikasi adalah perlengkapan yang berevolusi secara tak sadar.
Satu kritik mendasar menyatakan bahwa teori staratifikasi stuktural fungsional
hanya akan melanggengkan posisi istimewa orang-orang yang telah mempunyai
kekuasaan, prestise dan uang. Teori ini menyatakan bahwa orang yang menempati posisi
istimewa itu berhak mendapatkan hadiah mereka. Imbalan seperti itu perlu diberikan
kepada mereka demi kebaikan masyarakat. Teori fungsional juga dapat dikritik karena
anggapannya bahwa karena struktur sosial yang terstratifikasi itu sudah ada sejak masa
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dengan metode deskriptif, yaitu metode yang berusaha untuk menggambarkan,
meringkas berbagai kondisi, situasi atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di
tengah-tengah masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik realitas
itu kepermukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang
kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu (Burhan Bungin, 2007:68).
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kota Medan JL. H. Zainal Arifin No.7. Alasan penelitia
memilih lokasi ini adalah karena Sun Plaza Medan merupakan salah satu pasar modern
yang terdapat di pusat kota Medan yang berdekatan dengan kantor Gubernur Sumatera
Utara.
3.3. Populasi dan Teknik penarikan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan dan tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala atau peristiwa-peristiwa, sebagai
sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi,
2004:141). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh remaja pengunjung Sun
Plaza, tetapi karena populasi itu sendiri belum jelas maka dibuat target populasi.
mengumpulkan orang yang sesuai target populasi dan mengeluarkan bagi yang tidak
sesuai. Adapun criteria-kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Remaja laki-laki dan perempuan yang berkunjung ke Sun Plaza sekitar bulan
April sampai bulan Juni 2010.
2. Remaja yang berusia 15-24 tahun (Fauzi dan Lucianawati, 2006).
3. Remaja yang masih belum menikah dan tanggungan orang tua.
Berdasarkan hasil data serta informan yang diperoleh dari pihak Sun Plaza, maka
diperoleh jumlah populasi sebanyak 2000 orang. Adapun jumlah populasi pada setiap
store yang ada di Sun Plaza sebagai berikut: Tabel 3.1
Nama-nama Store yang sering dikunjungi Remaja di Sun Plaza Medan
No Nama-nama Store Sun Plaza Jumlah pengunjung remaja yang sesuai dengan kriteria
1 Sogo Departeman Store 650 orang 2 Bioskop 21 Twenty one 450 orang
Sumber data: PT. Panen Lestari Internusa Sun Plaza Medan (2010) 2.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi untuk mewakili seluruh populasi
(Nawawi, 1995:144). Pengambilan sample dimaksud untuk mewakili seluruh populasi.
Sampel mewakili semua unit strata dan sebagainya yang ada di dalam populasi. Untuk
mencapai pada generalisasi yang baik perlu diperhatikan cara penarikan sampelnya, agar
dipertanggungjawabkan atau dengan kata lain peluang terdapatnya suatu ciri atau sifat
khusus pada sampel sama dengan munculnya cirri yang sama dalam populasi. Dalam
proses pengambilan sampel harus diperhatikan beberapa hal agar sampel betul-betul
dapat diandalkan.
Adapun teknik pengambilan sampel yang akan dilakukan dalam penelitian ini
yaitu dengan metode acak sederhana, dimana setiap unsur mempunyai peluang yang
sama dijadikan sampel ( Arikunto, 2002). Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah
10% dari populasi yaitu:2000 x 10% = 200 orang dengan rasio sampel adalah
200/2000 = 0,1 (10%).
Untuk pertama kali peneliti perlu membuat kerangka sampel. Populasi remaja
yang berkunjung ke Sun Plaza yang terbagi dalam 8 store dengan jumlah 2000 orang (Pt. Internusa Panen Lestari Internusa Sun Plaza Medan, 2010).
Tabel 3.2
Jumlah Populasi dan sampel dari setiap Store Sun Plaza No Nama-nama Store Sun
3.4. Teknik Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau hal-hal atau
keterangan-keterangan atau karakteristik sebagian atau seluruh elemen-elemen populasi
yang akan menunjang atau mendukung penelitian. ( Iqbal Hasan, 2005 :83). Untuk
menjawab masalah penelitian pengumpulan data dilakukan melalui:
1. Angket (kuesioner)
Angket adalah pengumpulan data dengan menyerahkan atau mengirim daftar
pertanyaan untuk diisi oleh responden.
2. Kepustakaan
Kepustakaan adalah data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan agar
diperoleh suatu landasan yang kuat untuk mendukung penelitian ini dari berbagai
literature seperti buku, Koran, majalah, internet serta dokumen lainnya yang
berhubungan dengan penelitian ini.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu dengan menumpulkan data dan mempelajari data-data yang
bersifat dokumen.
4. Analisa data
Dalam analisis data peneliti akan mentabulasi data-data yang dihasilkan dari
kuesioner ke dalam beberapa bentuk table distribusi frekuensi sehingga data-data
3.5. Jadwal kegiatan
No Kegiatan Bulan ke
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Pra Observasi √
2 ACC Observasi √
3 Penyusunan Proposal penelitian √ √
4 Seminar proposal penelitian √
5 Revisi Proposal penelitian √
6 Penelitian ke lapangan √
7 Pengumpulan data dan analisis data
√
8 Bimmbingan √ √ √ √
9 Penulisan Laporan Akhir √ √
10 Sidang Meja hijau √
3.6 Keterbatasan Peneliti
Peneliti dalam melakukan penelitian ini mengalami banyak kendala yang menjadi
keterbatasab penelitian. Adapun yang menjadi keterbatasan peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Keterbatasan dalam kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti
untuk melakukan kegiatan peneliti.
2. Keterbatasan dalam menempatkan teori dalam pemahamam analisis data.
3. Keterbatasan dalam mendapatkan data di Sun Plaza
4. Keterbatasan peneliti karena jarak tempat peneliti dengan lokasi penelitian
BAB IV
HASIL DAN ANALISA PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1. Sejarah singkat kota Medan
Kota Medan merupakan kampung kecil yang berada disalah satu tanah datar.
Letaknya tidak jauh dari jalan Putri Hijau. Pada mulanya yang membuka perkampungan
Medan adalah Guru Patimpus, lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman
penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan Deli). Setelah
kemerdekan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga
pada akhirnya kurang populer. Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai Sungai Ular
(Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang
berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah di antara kedua
sungai tersebut.(http://www.pemkoMedan.go.id/asal-usul.php, minggu 18-07-2010).
Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir,
tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian
dari Van Hissink tahun 1990 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa
di samping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah
liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempati yang bernama Bakaran batu
(sekarang Medan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata yang berkualitas
tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli Klei. Mengenai curah
hujan di tanah deli digolongkan dua macam yakni: maksima Utama dan Maksima
Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan-bulan Oktober s/d bulan Desember
hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam. Menurut
Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama
dimuara-muara sungai diselingi permukiman-permukiman penduduk yang berasal dari
Karo dan semenanjung Malaya.
Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli
yang sempat menjadi primadona tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang
sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.
Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama “Medan Putri”.
Perkembangan kampung “Medan Putri” tidak terlepas dari posisinya yang strategis
karena terletak di pertemuan sungai Deli dan Sungai Babura, tidak jauh dari jalur lalu
lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan demikian kampung “Medan
Putri” yang merupakan cikal-bakal Kota Medan, cepat berkembang menjadi pelabuhan
transit yang sangat penting. Semakin lama semakin banyak orang berdatangan ke
kampung ini dan isteri Guru Patimpus yang mendirikan kampung Medan melahirkan
anaknya yang pertama seorang laki-laki dan dinamai si Kolok. Mata pencaharian orang di
Kampung Medan yang mereka namai dengan si Sepuluh dua Kuta adalah bertani
menanam lada. Tidak lama kemudian lahirlah anak kedua Guru Patimpus dan anak
inipun laki-laki dinamai si Kecik. (http://www.pemkoMedan.go.id/asal-usul.php, minggu
18-07-2010)
Pada zamannya Guru Patimbus merupakan tergolong orang yang berpikiran maju.
Hal ini terbukti dengan menyuruh anakanya berguru (menuntut ilmu) membaca
Al-Qur’an kepada datuk Kota bangun dan kemudian memperdalam tentang agama Islam ke
keterangan H. Muhammad said yang mengutip melalui buku Deli: In Woord en Beeld
ditulis oleh N.ten Cate. Keterangan tersebut mengatakan bahwa dahulu kala kampung
Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada terdiri dari dingding dua lapis
berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara dua sungai yakni Sungai Deli dan
Sungai Babura. Rumah Administrateur tersebut adalah kantor PTP IX Tembakau Deli
yang sekarang ini.
Berdasarkan keputusan Gubernur Propinsi Sumatera Utara nomor 66/III/PSU,
terhitung mulai tanggal 21 September 1951, daerah kota Medan diperluas tiga kali lipat.
Keputusan tersebut disusul oleh Maklumat walikota Nomor 21 tanggal 29 September
1951 yang merupakan luas kota Medan menjadi 5.130 ha dan meliputi 4 kecamatan,
yaitu:
1. Kecamatan Medan
2. Kecamatan Medan Timur
3. Kecamatan Medan Barat
4. Kecamatan Medan Baru
Kemudian melalui peraturan pemerintah RI No.35 tahun 1992 tentang
pembentukan beberapa kecamatan termasuk dua kecamatan pemekaran di kota daerah
Tingkat II Medan, sehingga sebelumnya terdiri dari 19 kecamatan di mekarkan menjadi
21 kecamatan (Kota Medan Dalam angka 2009, BPS kota Medan).
Kota Medan merupakan pusat pemerintahan tingkat I propinsi Sumatera Utara
dengan jumlah penduduk sekitar 2.083.156 jiwa. Secara geografis kota medan berbatasan
dengan:
2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan sunggal Kabupaten Deli
Serdang.
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang
4. Sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Percut sei Tuan dan Tanjung
Morawa kebupaten Deli Serdang (Karakteristik Penduduk kota Medan
Propinsi sumatera Utara, BPS Kota Medan 2009).
4.1.2. Kondisi Tempat Hiburan di Kota Medan
Perkembangan kota Medan tidak terlepas dari dimensi histories, ekonomi dan
karakteristik kota Medan itu sendiri, yakni sebagai kota yang mengemban fungsi yang
luas dan besar, serta sebagai salah satu dari 3 kota Metropolitan terbesar di Indonesia
(Yin, 2003). Lebih lanjut dijelaskan Yin bahwa realitasnya, kota Medan kini memiliki
fungsi yaitu:
1. Sebagai pusat pemerintahan daerah
2. Sebagai pusat pelayanan kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat Sumatera
Utara
3. Sebagai pintu gerbang pusat regional/internasional/kepariwisataan untuk
kawasan Indonesia bagian barat.
Berdasarkan hal tersebut maka sudah sewajarnya bila kota Medan menjadi salah
satu kota besar di Indonesia yang mengalami perkembangan cukup pesat. Wujud
perkembangan ini antara lain ditandai dengan bertambahnya berbagai tempat hiburan
yang meramaikan kota Medan. Seperti halnya kota-kota besar lain di Indonesia,
dimungkinkan karena para pemilik modal melihat kota Medan sebagai wilayah yang
memiliki potensi besar sebagai tempat membuka usaha hiburan. Saat ini, tempat-tempat
hiburan tidak hanya berada dalam suatu tempat khusus seperti taman bermain yang dulu
pernah ada di kota Medan yaitu taman Ria. Perkembangan tempat-tempat hiburan di kota
Medan telah memberikan banyak pilihan bagi masyarakat kota Medan dalam hal memilih
hiburan.
Salah satu yang sangat berkembang di kota Medan adalah tumbuh pesatnya
berbagai tempat-tempat hiburan di pusat perbelanjaan modern yang ada di kota Medan
umumnya telah dipadukan dengan konsep entertain. Saat ini, pengunjung mall bisa menemukan beragam wahana yang bisa memberikan hiburan di tengah runitas
sehari-hari. Hal ini disebabkan mall-mall kini bukan sekedar tempat belanja, tetapi telah diaflikasikan dengan konsep entertain. Dari situlah kemudian hadir berbagai arena bermain bagi anak-anak, kafe-kafe yang menawarkan suasana nyaman hingga arena
bermain billiard, karaoke dan diskotik.
Hadirnya berbagai tempat-tempat hiburan di kota Medan ikut memicu
berkembangnya kehidupan malam kota Medan yang merupakan sebuah fenomena yang
menarik. Hiburan dan kehidupan malam di kota Medan sebenarnya sudah ada sejak era
tahun 1970-an. Hanya saja pada tahun itu hiburan malam hanya bisa dinikmati orangtua
saja. Hal ini disebabkan pengawasan orangtua pada anak-anaknya pada masa itu sangat
ketat. Pada tahun 1980-an, kehidupan malam di kota Medan semakin semarak. Hal ini
ditandai dengan munculnya berbagai pesta yang sering diadakan di diskotik-diskotik pada
beraroma hedonis. Jenisnya pun beraneka ragam, mulai dari salon pijat, café, karaoke, clup/bar, hotel hingga diskotik.
4.1.3. Sejarah dan gambaran mall di Kota Medan
Usul untuk mendirikan sebuah pasar besar yang dikelola pemerintah diterima
dengan bulat dalam sebuah siding Gementeraad pada tanggal 29 april 1929 ( http//www. Pemkomedan/wiki/pembangunan/mall). Pembangunan pun mulai dilaksanakan pada 2
April 1931, namun sempat tersendat akibat krisis ekonomi yang terjadi pada tahun
tersebut. Pembangunan baru diselesaikan pada 21 Desember 1932.
Pusat pasar dibuka pertama kalinya pada 1 Maret 1993. kompleks pasar dibagi
kepada empat gedung. Pada tahun-tahun ini awal kios-kios Pusat Pasar tidak banyak
ditempati pedagang karena keadaan ekonomi yang kurang baikdan alasan bahwa
memindahkan kios dari tempat asal ke Pusat Pasar akan merepotkan. Untuk mengatasi
masalah ini, maka pada tahun 1942 ongkos penyewaan kios diturunkan hingga
semurah-murahnya da jumlah pembayaran disesuaikan dengan kesanggupan sang penyewa.
Pada tahun 1971 dua dari empat bangunan yang tersisa juga terbakar. Lalu pada
tahun 1978 dua bangunan yang tersisa juga terbakar. Akibatnya para pemilik kios
terpaksa menggelar dagangan mereka dijalanan disekitar daerah tersebut untuk dapat
tetap berjualan. Pemerintah kemudian membangun bangunan baru yang bertingkat
sebagai pengganti bangunan lama yang terbakar. Pada saat yang sama, bangunan yang
dibangun pada pertengahan 1990-an, kedua bangunan tersebut (Pusat Pasar dan Medan
Mall) dihubungkan sehingga pengunjung dapat beroindah bangunan dengan mudah.
Perkembangan pasar modern dewasa ini semakin menekan pertumbuhan pasar
Tradisional. Buktinya dapat dilihat dengan adanya swalayan-swalayan, hypermarket, Carefour, department store, dan Indomaret yang memiliki propaganda yang kuat untuk menarik perhatian konsumen untuk membeli. Dengan pemberian diskon atau potongan
harga yang bisa menarik perhatian atau menggugah konsumen, serta membuat
bangunan-bangunan yang mewah, sehingga membuat masyarakat banyak meninggalkan pasar
tradisional, dengan demikian bagaimana dengan pasar tradisional yang merupakan
pasar yang sangat potensial untuk masyarakat luas. Tetapi kalau dilihat di kota Medan
pasar tradisional semakin terancam dengan pasar modern sampai-sampai pasar tradisional
banyak yang tidak terawatt, seperti pasar Sambu, pasar Sukaramai dan pasar Petisah, dan
ain-lain. Pasar modern di Kota Medan (http://.www.pemkomedan.go.id/Pasar
modern-Tradisional.html, minggu 30-08-10, jam13.00) adalah:
• Deli Plaza, Menara Plaza, digabung menjadi satu dengan nama Deli Grand City.
• Grand Palladium
• Plaza Medan Fair
• Medan Mall, terletak di Pusat Pasar.
• Medan Plaza, salah satu plaza tertua di Medan. Plaza ini berhasil bertahan karena
tetap mempertahankan penyewa kios yang menyediakan beragam barang dan jasa
• Millenium Plaza, pusat penjualan telepon genggam, dulu bernama Tata Plaza
namun akhirnya tutup karena sepi pengunjung. Tahun 1999 Tata Plaza berganti
nama menjadi Millenium Plaza.
• Sun Plaza, terletak didekat Kantor Gubernur Sumatrera Utara.
• Cambridge City Square, diatasnya terdapat 4 bangunan yang berupa apartemen.
• Thamrin Plaza, terletak di Medan Area, Medan.
• Perisai Plaza, sejak tahun 2006 Perisai Plaza mulai tutup secara perlahan.
• Olympia Plaza, salah satu plaza tertua di Medan (yang masih dibuka), bersebelahan dengan Medan Mall. Namun kini sudah tidak beroperasi sebagai
pusat perbelanjaan modern. Olympia Plaza saat ini lebih sebagai tempat grosir
pakaian, sepatu dan barang pecah belah).
• Brastagi mall, awalnya bernama Price Mart. Selanjutnya berganti nama menjadi The Club Store. Setelah direnovasi, plaza ini berganti nama menjadi Mall The Club Store dan akhirnya berganti nama menjadi Brastagi Mall.
• Hong kong Plaza-Novotel Soechi
• Macan Group ( Macam Yaohan, Macan Syariah, Macan Mart, Macan Mart Syariah).
• Yuki Pasar raya, Yuki Simpang raya, Yanglima Palaza
4.1.5. Sejarah Singkat Sun Plaza
Sun Plaza merupakan sebuah pusat perbelanjaan yang terdapat di Sembawang,
Singapura. Sun Plaza merupakan pusat perbelanjan menengah ke atas di kawasan
tahun 2003 dan resmi dibuka pada tahun 2004, pusat perbelanjaan ini berupa bangunan 6
lantai (termasuk Lower ground dan ground Floor) yang dirancang dengan konsep mall keluarga.
Letak Sun Plaza sangat stategis membuat pusat perbelanjan ini ramai dikunjungi
oleh pelajar, mahasiswa, serta para wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Sun
Plaza juga berdekatan dengan Kantor Gubernur Sumatera Utara, mesjid Agung Medan
(mesjid terbesar di Sumatera), Negeri 1 Medan dan Apartement Cambridge. Di pusat perbelanjaan ini terdapat pujasera, Bioskop 21, ring ice skating (sekarang sedang direnovasi) dan department store Sogo. Hingga akhir 2008, hampir 97% dari total area Sun Plaza yang disewakan telah terisi dengan penyewa utam Sogo Departement store, Hypermarket, Ace Hardware, serta penyewa lain terdiri dari berbagai brand lokal maupun internasional diantaranya Gramedia, Disk tarra, KFC, Starbucks dan lain sebagainnya.
Sun Plaza dibangun di atas lahan seluas lebih dari 29.00 meter persegi. Total luas
bangunan adalah lebih dari 87.000meter persegi dengan total area yang disewakan lebih
dari 62.000 meter persegi. Arsitek dan desainer bangunan ini bermaksud mewujudkan
tempat yang tidak sekedar berfungsinya sebagai lokasi perbelanjaan, melainkan wadah
komunitas yang diwarnai keyakinan akan masa depan yang lebih baik. Mereka ingin
menciptakan suatu tempat yang di dalamnya orang dapat memperoleh pengalaman yang
menyenangkan dan arsitektur bangunan menyatu dengan keberadaan pengunjungnya
serta meningalkan kesan. Ide-ide yang dikembangkan dalam proses perangcangan ini
bertujuan untuk membangun sikap positif siapa saja yang mengunjungi Sun Plaza. Selain
diekspresikan lewat delapan buah patung figure manusia di jalan masuk utama, yang menyambut pengunjung.
4.1.6. Visi dan Misi Sun Plaza Medan
Adapun Visi dari Sun Plaza Medan adalah “mampu bersaing dan tumbuh
berklembang dengn sehat”. Sedangkan misi Sun Plaza Medan adalah:
1. Cita-cita untuk menegembangkan usaha yang seluas-luasnya
2. Mensejahterakan kehidupan Karyawan (kemakmuran tiada akhir)
3. Memberikan kepuasan kepada konsumen
4. Menjadikan yang terbaik di bidang retail
5. Memberikan laba yang pantas untuk mendukung pengembangan perusahaan
serta memberikan deviden yang memuaskan bagi para pemegang saham
6. Menjalin kemitraan kerjasama dengan pemasok dan penyalur yang saling
menguntungkan
7. Memberikan perhatian yang tulus kepada masyarakat melalui penciptaan
lapangan kerja, dukungan pembinaan sosial dan lingkungan
4.1.7. Moto Sun Plaza
Adapun moto dasar Sun Plaza Medan adalah: