33
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
Menurut Creswell (2018) metodologi pengumpulan data dibagi menjadi 3 jenis, yaitu kualitatif, kuantitatif dan gabungan. Untuk mendapatkan data terkait Museum Kereta Api Ambarawa metode yang digunakan adalah menggunakan metode gabungan (mixed method), yaitu menggunakan dua atau lebih metode kualitatif dan kuantitatif. Metode gabungan akan menghasilkan data yang lebih terintegritas dan pemahaman yang lebih mendalam. Metode kualitatif yang dilakukan adalah wawancara, observasi langsung, dan studi eksisting. Wawancara dilakukan secara online melalui chat whatsapp dengan pihak PT.Kereta Api Pariwisata. Untuk observasi dilakukan secara langsung di Museum Kereta Api Ambarawa dengan dokumentasi berupa foto. Kemudian, metode kuantitatif yang dilakukan adalah dengan membagikan kuesioner kepada target secara online.
3.1.1 Wawancara
Wawancara dilakukan pada tanggal 10 September 2021 dan dilakukan melalui online menggunakan aplikasi pengirim pesan Whatsapp. Wawancara dilakukan dengan Thanti Felisiani sebagai Senior Supervisor Museum Kereta Api Ambarawa. Wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang identitas visual museum yang sudah ada sebelumnya.
3.1.1.1. Wawancara dengan Thanti Felisiani (Senior Supervisor)
Thanti menjelaskan mengenai sejarah perkembangan dari Museum Kereta Api Ambarawa. Berikut ini adalah rekap sejarah perkembangan dari museum:
1. 21 Mei 1873, Stasiun Ambarawa dibangun untuk kebutuhan militer.
2. 1907, renovasi Stasiun Ambarawa menjadi tembok seperti saat ini.
3. 1976, PJKA menghentikan pengoprasian stasiun dan jalur sekitarnya.
34
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
4. 8 April 1976, dijadikan museum dengan 21 buah lokomotif.
5. 28 April 1976, membentuk panitia yang bertugas mengumpulkan material museum.
6. 18 Mei 1976, pengajuan konsep rencana kerja kepada Gubernur Jawa Tengah.
7. 6 Oktober 1976, Rombongan komisi D DPR Jawa Tengah meninjau lokasi museum dan menyetujuinya.
8. 9 Oktober 1976, Keth Melaporkan kepada Direktur Utama PJKA tentang terbentuknya panitia museum
9. 21 Januari 1977, rombongan Gubernur Timor Timur pertama meninjau museum dengan kesan mendalam.
10. 28 November 1977, Keth melapor kepada Direktur Utama PJKA mengenai situasi museum dan menyarankan pengelolaan tidak ditangani oleh PJKA, tetapi oleh Pemda Tingkat I Jawa Tengah.
11. 21 April 1978, Menhub (Roesmin Noerjadin) meninjau museum dan menaiki kereta wisata yang sudah beroprasi saat itu.
12. 2012, PT Kereta Api Indonesia (Parsero) mulai melakukan revitalisasi, yaitu renovasi bangunan dan penataan koleksi museum.
13. Oktober 2014, Museum kembali dibuka dengan penataan tahap I selesai.
Berdasarkan keterangan dari Ibu Thanti, visi misi dari Museum Kereta Api Ambarawa masih sama seperti sebelumnya, visi misi dari museum adalah :
1. Optimalisasi aset, agar dapat memberi manfaat dan kontribusi bagi perusahaan
35
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
2. Melestarikan cagar budaya, karena Museum Kereta Api Ambarawa termasuk nominasi cagar budaya tingkat nasional yang sudah ditetapkan oleh Mentri Pendidikan
3. Menjadi wisata sejarah dan edukasi terkait perkertaapian Indonesia.
Thanti menjelaskan kedepannya mereka akan lebih memfokuskan Museum Kereta Api Ambarawa ini agar lebih professional. Karena, museum memiliki potensi besar untuk berkembang. Untuk pengunjung yang datang, paling banyak berasal dari daerah Jawa Tengah. Dan paling banyak pengunjung yang datang adalah keluarga. Dan mengenai ketertarikan, menurut Thanti pengunjung yang datang biasanya ingin naik kereta wisata dapat dibuktikan dengan pembelian tiket yang habis secara cepat dan tidak sampai 3 jam sudah habis. Dan pengunjung juga tertarik untuk melihat dan berfoto di koleksi – koleksi kereta tua museum.
Logo museum sudah ada sejak 2015 yang diberikan oleh PT.KAI.
Namun, untuk penggunaan logo, palet warna, penggunaan font Thanti menjelaskan bahwa belum ada aturan pasti mengenai penggunaannya.
Museum ini belum memiliki GSM. Selama ini logo, palet, warna, font, dan elemen visual lainnya digunakan secara fleksibel. Identitas yang ingin ditonjolkan adalah museum kereta api terlengkap di Indonesia. Dan mengenai apakah ada rencana kedepannya untuk mengganti identitas visual yang sudah ada, dan Thanti mengatakan iya, karena mengikuti perkembangan zaman dan museum juga sedang dalam perkembangan.
3.1.1.2. Kesimpulan Wawancara
Kesimpulannya adalah Museum Kereta Api Ambarawa ini masih dalam tahap perkembangan. Dan identitas visual yang dimiliki saat ini belum 100% efektif, karena hanya ada logo yang diberikan oleh PT.KAI pada tahun 2015. Museum belum memiliki GSM dan aturan pasti mengenai penggunaan logo, palet warna, tipographi. Ibu Thanti menjelaskan penggunaannya bersifat fleksibel saja selama ini.
36
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
3.1.2 Kuesioner
Menurut Sugiyono (2017) menjelaskan bahwa kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang termasuk dalam metode kuantitatif. Caranya adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan kepada target terkait dengan topik, kemudian hasil data tersebut dikumpulkan dan disatukan.
3.1.2.1. Proses Penyebaran Kuesioner
Penyebaran kuesioner yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan data dan memvalidasi tingkat awareness dari target audiens terhadap identitas visual Musuem Kereta Api Ambarawa Semarang. Kuesioner dibagikan secara online kepada target berusia 26 – 35 tahun dan berdomisili di Jabodetabek. Menurut Cresswell (2018) terdapat dua metode dalam pengambilan sampel survei, yaitu cluster sampling dan random sampling.
Dan metode pengambilan sampel yang dipilih adalah menggunakan metode random sampling.
Metode random sampling digunakan karena setiap individu responden memiliki probabilitas yang sama dan hasil data yang didapatkan merupakan hasil yang representatif untuk menyetarakan suatu populasi. Dan untuk penentuan jumlah sampel digunakan rumus slovin dengan margin error 10%, sebagai berikut :
S = Jumlah sample
n = Jumlah populasi Jawa Tengah berdasarkan umur 26 – 35 tahun adalah 5.754.909 (BPS Jawa Tengah, 2020)
S = n : (1+ n(e)2)
S = n : (1 + n : (1+n(e)2)
S = 5.754.909 : (1 + 5.754.909 (10%)2) S = 5.754.909 : 57.550,09
S = 99,99 dibulatkan menjadi 100 responden
37
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Dari rumus slovin diatas dengan derajat ketelitian 10% maka jumlah orang yang harus mengisi kuesioner adalah 100 orang.
3.1.2.2. Analisa Hasil Kuesioner
Kuesioner dibagikan kepada 100 orang responden yang berdomisili di Jawa tengah dengan usia 26 – 35 tahun. Data yang didapat dari kuesioner adalah Dengan perempuan sebanyak 60% dan laki-laki sebanyak 40%.
Responden terbanyak berusia 26 – 30 tahun sebanyak 46% dan yang berusia 31 – 35 tahun sebanyak 54%. Untuk domisili paling banyak adalah responden yang berasal dari Semarang yaitu sebanyak 38%, sedangkan untuk daerah lain Tegal 13%, Solo 19%, Pekalongan 9%, dan Surakarta 8%, dan 13% daerah lain di Jawa Tengah. Pekerjaan dari responden yang terbanyak adalah Wiraswasta 46%. Sedangkan untuk perkerjaan lain, yaitu Karyawan 32%, PNS 16%, dan 6% pekerjaan lainnya.
Gambar 3. 1 Jenis Kelamin 40%
60%
J E N I S K E L A M I N
Laki - laki Perempuan
38
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 3. 2 Umur
Gambar 3. 3 Domisili
Gambar 3. 4 Pekerjaan 46% 54%
U M U R
26 - 30 tahun 31 - 35 tahun
38%
19% 13%
9%
8%
13%
D O M I S I L I
Semarang Tegal Solo Pekalongan Surakarta Lain-lain
46%
32%
16%6%
P E K E R J A A N
Wiraswasta Karyawan PNS Lain-lain
39
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Dalam kuesioner ada beberapa hal dasar yang ingin diketahui dari target, hal yang ditanyakan kepada target adalah mengenai kesukaan target untuk berwisata ke tempat wisata edukasi atau tidak. Hasilnya adalah sebanyak 88% responden menjawab menyukai wisata edukasi.
Gambar 3. 5 Persentase rasa suka responden terhadap wisata edukasi
Kemudian, hal yang ingin diketahui berikutnya adalah awareness mengenai identitas visual dari Musuem Kereta Api Ambarawa. Hasilnya 64%
responden tidak mengetahui logo Museum Kereta Api Ambarawa.
Kemudian, ditanyakan mengenai apakah mereka mengetahui logo tersebut, dan hasilnya 48% menjawab tidak pernah melihat logo tersebut, 17%
menjawab logo tersebut adalah logo kereta api, 9% menjawab kereta, 12%
menjawab museum kereta api ambarawa, dan selebihnya jawaban lain.
86%
14%
A P A K A H A N D A M E N Y U K A I W I S A T A E D U K A S I ?
Ya Tidak
40
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 3. 6 Pengetahuan responden terhadap logo
Gambar 3. 7 logo brand apakah itu
Kemudian, mengenai apakah sebelumnya responden pernah melihat logo tersebut, hasilnya adalah 53% dari 100 responden menjawab belum pernah melihat logo tersebut. Dan ketika diberikan beberapa contoh foto dari penerapan logo di beberapa media ditanyakan mengenai konsistensi penggunaan logo, sebanyak 78% dari 100 responden menjawab bahwa penerapannya belum konsisten.
36%
64%
A P A K A H A N D A M E N G E T A H U I L O G O T E R S E B U T ?
Ya Tidak
17%
9%
48%
12%
14%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
Kereta Api Kereta Tidak pernah melihat Museum KA Ambarawa Lain - lain
L O G O B R A N D A P A K A H I T U ?
41
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 3. 8 Seberapa banyak responden melihat logo museum
Gambar 3. 9 pendapat responden terhadap konsistensi logo
Kemudian, mengenai keberadaan museum, yaitu apakah responden mengetahui Museum Kereta Api Ambarawa. Hasilnya adalah sebanyak 83%
mengetahui Museum Kereta Api Ambarawa. Kemudian, sebanyak 26% tidak mengetahui lokasi museum, 74% mengetahui lokasinya. Kemudian, 52%
responden sudah pernah berkunjung ke museum, dan 48% belum pernah berkunjung ke Museum Kereta Api Ambarawa.
18%
53%
29%
A P A K A H A N D A P E R N A H M E L I H A T L O G O T E R S E B U T S E B E L U M N Y A ?
Pernah Belum pernah Mungkin
22%
78%
J I K A M E L I H A T F O T O D I B A W A H , A P A K A H P E N G G U N A A N L O G O S U D A H
K O N S I S T E N ?
Sudah Belum
42
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 3. 10 Persentase apakah responden mengetahui museum
Gambar 3. 11 Persentase responden mengetahui lokasi museum
Gambar 3. 12 Persentase responden pernah berkunjung ke museum 83%
17%
A P A K A H A N D A M E N G E T A H U I M U S E U M K A A M B A R A W A ?
Ya Tidak
74%
26%
A P A K A H A N D A M E N G E T A H U I L O K A S I M U S E U M K A A M B A R A W A ?
Ya Tidak
48% 52%
J I K A M E N G E T A H U I , A P A K A H A N D A S U D A H P E R N A H B E R K U N J U N G ?
Ya Tidak
43
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Kemudian, hal berikutnya yang ingin diketahui dari target adalah ketertarikan target untuk berkunjung ke lokasi museum, dalam konteks pertanyaan ini diberikan beberapa foto museum. Hasil dari kuesioner adalah sebanyak 64%
tertarik untuk berkunjung, 30% menjawab antara tertarik dan tidak tertarik, 6% menjawab tidak tertarik untuk berkunjung.
Gambar 3. 13 Tingkat ketertarikan responden untuk berkunjung
3.1.2.3. Kesimpulan Hasil Kuesioner
Kesimpulannya adalah responden yang berasal dari Jawa Tengah, usia 26 – 35 tahun tertarik untuk berkunjung ketika diperlihatkan gambar lokasi dan koleksi museum sebanyak 64% memiliki ketertarikan untuk berkunjung. Jumlah responden yang sudah pernah berkunjung adalah 52%
dan yang mengetahui museum kereta api ambarawa 83%. Namun, 64%
responden tidak familiar dan tidak mengenali logo atau identitas visual dari museum.
3.1.3 Observasi Langsung
Kegiatan observasi langsung dilakukan tanggal 13 September 2021, pukul 09.00 – 14.00 WIB di Museum Kereta Api Ambarawa. Harga tiket masuk Rp 10.000,- per orang. Dari depan gerbang utama terdapat tulisan
“Indonesian Railway Museum” berwarna oranye. Disampingnya juga terdapat vertical billboard dengan ukuran yang cukup besar berisi tulisan
6% 64%
30%
K E T E R T A R I K A N U N T U K M E N G U N J U N G I M U S E U M
Ya Tidak Mungkin
44
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Stasiun Ambarawa, logo museum dengan warna background merah dan hitam.
Gambar 3. 14 gerbang utama
Awal datang ke museum, keadaan masih sangat sepi. Ketika siang hari, beberapa pengunjung mulai berdatangan. Beberapa pengunjung tersebut menggunakan kendaraan pribadi dengan nomor polisi dari jawa tengah, yaitu G, H, AD, K. Masuk kearah gedung depan terdapat landmark Ambarawa dengan campuran warna biru dan oranye. Pintu masuk utama terdapat tepat didepan landmark Ambarawa, dan disambut dengan logo museum yang berada di pintu masuk. Kemudian, langsung menuju loket tiket, namun dikarenakan pandemi kereta wisata tidak beroprasi.
45
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 3. 15 Pelataran dan pintu masuk museum
Di dalam ruang tiket terdapat aturan tata tertib dan daftar harga serta waktu kunjungan ke Museum Kereta Api Ambarawa. Dengan background merah, hitam, orange, putih dan terdapat salah satu identitas visual museum yaitu logo, namun dengan background hitam. Di atas meja tiket juga terdapat daftar harga beli tiket per orang dengan background hitam, tulisan berwarna kuning, dan logo berwarna putih. Untuk tiketnya berbentuk selembar kertas yang didalamnya terdapat logo museum.
46
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 3. 16 Desain media di ruang tiket
Untuk area museum pertama terdapat lorong waktu yang menjelaskan mengenai sejarah dari museum. Mulai dari sejarah Stasiun Willem I, kemudian menjadi museum kereta, hingga peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan Museum Kereta Api Ambarawa. Desainnya simple namun terdapat efek vintage. Setelah melewati lorong waktu terdapat historical wall yang berisi sejarah perkembangan perkeretaapian secara keseluruhan di indonesia. Bentuknya adalah Desainnya vintage dan terdapat frame ukiran dibawahnya dengan warna gold dan background hitam.
47
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 3. 17 lorong waktu dan historical wall
Disamping historical wall terdapat satu ruangan berisi koleksi administrasi serta barang-barang peninggalan yang berhubungan dengan perkeretaapian pada masa lalu. Namun, di tempat ini terlihat sepi. Pengunjung kurang tertarik untuk masuk kedalam ruangan dan melihat koleksi di dalamnya.
48
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 3. 18 Ruang koleksi Administrasi
Selain itu terdapat koleksi halte – halte zaman dahulu. Di tempat ini lebih ramai pengunjung yang hanya sekedar duduk-duduk menikmati suasana ataupun yang berfoto. Di spot halte ini sedikit lebih ramai pengunjung dibanding dengan gedung koleksi administrasi.
Gambar 3. 19 Koleksi halte
Spot paling banyak dan yang menjadi favorit pengunjung adalah pelataran museum yang diisi oleh koleksi-koleksi kereta api zaman dahulu.
Kurang lebih terdapat 20 koleksi kereta zaman dahulu disana. Kemudian, terdapat bangunan utama. Bangunan utama ini awalnya adalah Stasiun Willem I. Di dalamnya terdapat ruang tunggu, ruang administrasi, dan beberapa koleksi timbangan barang, mesin tiket, loket kereta, mesin kereta bergerigi dan yang lainnya. Terdapat beberapa pengunjung yang sekedar duduk-duduk di ruang tunggu dan ada juga yang berfoto. Pengunjung yang kesini lebih banyak dengan keluarga bersama ayah, ibu, anak.
49
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 3. 20 Koleksi lokomotif museum
Di sisi lain dari gedung utama terdapat taman dan terdapat landmark bertuliskan “ I Love Ambarawa” dengan warna orange dan biru. Kemudian, terdapat taman yang luas didepan gedung utama museum.
Gambar 3. 21 Gedung utama museum
Diujung halaman gedung yang jaraknya cukup jauh terdapat dipo lokomotif dan terdapat beberapa koleksi alat untuk membuat rel, mesin pemutar lokomotif, dan meja putar. Beberapa orang tetap kesana untuk melihat koleksi dan sekedar berfoto.
50
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 3. 22 Dipo dan koleksi museum lainnya
Di Museum Kereta Api Ambarawa juga terdapat brosur. Penyebaran brosur dilakukan kepada pengunjung yang datang langsung ke lokasi museum. Brosur tersebut memiliki 2 sisi, sisi depan bagian penjelasan mengenai museum dan sisi belakang mengenai denah lokasi museum.
51
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 3. 23 Brosur museum
3.1.3.1. Koleksi Museum Kereta Api Ambarawa
Koleksi yang dimiliki museum ini sangat banyak mulai dari lokomotif uap dan diesel, administrasi, sarana dan prasarana yang berhubungan dengan perkeretaapian di indonesia. Dibawah ini adalah daftar koleksi lokomotif yang dimiliki oleh museum:
52
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Table 3. 1 Koleksi Kereta Museum
No
No. Seri Lokomo
tif
Pembuatan
Photo Tempat
Tahun Pabrikan
1 B 2502 1902 German Museum
Ambarawa
2 B 2503 1902 German Museum
Ambarawa
3 B 5112 1900 German Museum
Ambarawa
4 BB 1012 1906 German Museum
Ambarawa
5 B 2220 1900 German Museum
Ambarawa
6 B 2014 1902 Inggris Museum
Ambarawa
7 B 5210 1911 German Museum
Ambarawa
53
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
8 B 2711 1914 German Museum
Ambarawa
9 CC 5029 1928 Winterthur Scheweis
Museum Ambarawa
10 C 1140 1891 German Museum
Ambarawa
11 C 2821 1921 Hanshel/
Shassel
Museum Ambarawa
12 C 5101 1912 Inggris Museum
Ambarawa
13 C 5417 1922 Inggris Museum
Ambarawa
14 C 2001 1902 German Museum
Ambarawa
15 C 1603 1901 German Museum
Ambarawa
16 C 2728 1920 Belanda Museum
Ambarawa
54
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
17 C 1240 1901 German Museum
Ambarawa
18 C 1704 1901 German Museum
Ambarawa
19 C 1801 1914 German Museum
Ambarawa
20 C 2407 1911 German Museum
Ambarawa
21 D 5106 1919 German Museum
Ambarawa
22 D 1007 1914 German Museum
Ambarawa
23 F 1002 1912 German Museum
Ambarawa
24 C 1507 1899 German Museum
Ambarawa
25 CC 200
15 1953 Amerika
Serikat
Museum Ambarawa
55
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
26 D 300 23 1968 - Dipo
27 D 301 24 1962 - Dipo
Selain itu, terdapat beberapa koleksi administrasi yang berhubungan dengan perkeretaapian zaman dahulu. Beberapa contohnya seperti mesin ketik, mesin telegraf, telepon, mesin cetak tiket, dan lain sebagainya. Dan ada juga beberapa koleksi seperti, seragam masinis, topi, peluit, dan lainnya.
Gambar 3. 24 Koleksi administrasi
56
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
3.1.3.2. Kesimpulan Observasi Langsung
Pengunjung Museum Kereta Api Ambarawa paling banyak berasal dari Jawa Tengah dapat dilihat dari plat nomor kendaraan pribadi mereka.
Pengunjung yang datang lebih tertarik untuk melihat koleksi kereta api dan naik kereta wisatanya. Kemudian, identitas museum masih belum koheren masih bercampur dengan identitas dari PT Kereta Api Pariwisata. Dapat dikatakan bahwa museum belum memiliki identitas visual karena hanya memiliki logo, dan penggunaannya pun tidak konsisten antara media satu dan lainnya.
3.1.4 Studi Eksisting
Studi eksisting dilakukan terhadap identitas visual museum ambarawa yang sudah ada sebelumnya. Studi ini dilakukan sebagai perbandingan dan bahan pertimbangan untuk mengetahui bagaimana identitas visual yang sudah ada dan bagaimana penggunaannya. Kemudian, studi eksisting juga dilakukan terhadap beberapa museum yang memiliki identitas visual yang kuat sebagai bahan pertimbangan.
3.1.4.1. Logo
Menurut senior supervisor museum, Logo Museum Kereta Api Ambarawa adalah logo pemberian dari PT.KAI tahun 2015, dan belum ada perubahan hingga saat ini dari logo tersebut. Untuk penggunaan logo, di beberapa media yang museum miliki, seperti brosur, papan informasi, media promosi, dan lain sebagainya masih tidak konsisten.
Gambar 3. 25 logo museum
Sumber: Facebook Indonesian Railway Museum
57
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Penggunaan dari media satu dan yang lainnya terlihat tidak konsisten antara satu media dan yang lainnya. Penggunaan di media promosi yang pertama yaitu feeds Instagram menggunakan logo dengan background transparent, dalam media yang kedua yang story Instagram logo yang digunakan terdapat background putih, dan media yang ketiga adalah poster tata tertib dengan logo yang digunakan terdapat background hitam, dan yang terakhir feeds Instagram yang tidak menggunakan logo museum sama sekali.
Gambar 3. 26 Penerapan logo sebelumnya pada media
3.1.4.2. Warna
Untuk identitas warna dari Museum Kereta Api Ambarawa warna yang sering muncul adalah merah dan hitam. Namun, dalam beberapa media seperti landmark dan media promosi masih bercampur dengan identitas dari pengelola, yaitu PT.Kereta Api Pariwisata dengan nuansa warna biru dan
58
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
oranye. Jadi, untuk penggunaan warna juga tidak konsisten. Dalam hal ini, belum terbangun tone and manner museum tersebut. Karena, menurut Landa (2014) yang termasuk bagian dari tone and manner adalah palet warna, garis, bentuk, tekstur, jenis huruf, gambar, dan elemen visual lainnya.
Gambar 3. 27 Penerapan warna sebelumnya
59
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
3.1.4.3. Typography
Typeface yang sering digunakan oleh Museum Kereta Api Ambarawa adalah sans serif dengan karakteristik yang tipis dan sederhana.
Menurut Landa (2014) pertimbangan tipografi dasar adalah keterbacaan, konotasi, keunikan dan perbedaan, fleksibilitas, pembatasan jumlah tipografi (tidak lebih dari 2), dan lain sebagainya. Jika dilihat dari segi keterbacaan typeface yang digunakan mudah terbaca. Namun, typeface yang digunakan belum memiliki karakteristik kuat yang dapat menjadi pembeda atau keunikannya. Kemudian, tidak ada konsistensi penggunaan typeface di beberapa media, karena dalam aturan dasar tipografi menurut Landa (2014) tidak boleh lebih dari 2 jenis typeface dalam satu perancangan.
Gambar 3. 28 Penggunaan tipograf
60
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
3.1.4.4. Identitas Visual Museum Lain 1. Museum Angkut
Menurut kompasiana.com museum ini merupakan museum transportasi terbesar dan pertama di Asia. Museum angkut merupakan museum yang dibangun tahun 2014 dengan koleksi semua jenis transportasi di bumi, mulai dari yang tradisional hingga modern. Menurut website travel.kompas.com museum ini terletak di Lereng Gunung Panderman. Memiliki luas 3,8 hektare dan memiliki kurang lebih 300 koleksi berbagai jenis transportasi. Tujuan dibangunnya museum ini sebagai bentuk penghargaan untuk para pencipta transportasi. Museum ini memiliki 2 wilayah, yaitu indoor dan outdoor serta memiliki beberapa zona.
Gambar 3. 29 logo museum angkut
Logo museum angkut berasal dari penggabungan beberapa elemen visual transportasi seperti pesawat, motor, mobil dan lain sebagainya. Dalam logo juga terdapat bendera merah putih yang mengartikan museum ini ada di Indonesia. Jenis logo yang digunakan adalah emblem, yaitu penggabungan antara wordmarks, letterform marks dan pictorial marks. Warna yang digunakan adalah coklat, merah, putih, dan abu-abu.
61
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 3. 30 Sosial media museum angkut
Diatas ini adalah beberapa contoh penggunaan logo dibeberapa media. Pemnggunaannya konsisten, dengan menggunakan efek vintage dan classic. Dalam postingannya museum ini lebih
62
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
menekankan pada elemen fotografi dan tipografinya. Warna- warna yang digunakan cenderung warm dan klasik. Postingan di beberapa media sosialnya tertata rapih dan visual yang digunakan cenderung clear.
2. National Railway Museum York
Berdasarkan website Britainexpress.com National Railway Museum York adalah museum transportasi kereta api di inggris.
Museum ini merupakan museum kereta api terbersar dan paling bersejarah di dunia. Museum ini memiliki 100 lokomotif bersejarah.
Gambar 3. 31 logo national railway museum Sumber website national railway museum
National Railway Museum Leeman Road memiliki logo yang fleksibel (mudah diaplikasikan) diberbagai media. Logo terlihat simple dan modern. Dengan unsur 2 garis yang dapat direpresentasikan sebagai jalur kereta. Kemudian, garis tersebut menuju arah atas yang dapat direpresentasikan juga sebagai kesuksesan.
63
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 3. 32 sosial media national railway museum Sumber : youtube dan website national railway museum
Dapat dilihat bahwa penggunaan logo, tipografi dan warnanya konsisten. Warna yang digunakan adalah orange dan abu, dengan typeface menggunakan sans serif dan logo dapat
64
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
fleksibel digunakan di media manapun. Untuk look and feel mereka lebih kearah vintage modern.
3. National Railway Museum Port Adelaide Australia
Gambar 3. 33 Logo national railway museum port Adelaide
Menurut website nrm.org.au museum kereta api pertama terletak di Mile End bernama Railway Terrace. Hingga pada tanggal 2 Januari 1988 Museum ditutup. Kemudian, tanggal 10 Desember 1988 setelah setahun beroprasi Museum Kereta Api Port Adelaide secara resmi dibuka untuk umum oleh perdana Menteri John Bannon.
65
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
Gambar 3. 34 Sosial media national railway museum port adelaide
Dalam beberapa media yang mereka gunakan terlihat konsistensi warna, warna yang mereka gunakan adalah hijau, kuning dan merah. Dan itu tergambar di beberapa media yang mereka gunakan seperti di feeds Instagram mereka, di facebook dan di website. Warna tersebut menjadi bagian dari identitas mereka. Penggunaan logonya pun konsisten di media yang mereka gunakan. Untuk tone and manner mereka lebih ke arah vintage.
3.1.4.5. Anilisa SWOT
Table 3. 2 Analisa SWOT
Strengths Weakness
Museum Kereta Api
Ambarawa menjadi museum
Penggunaan logo dan elemen visual tidak konsisten
66
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
kereta api terbesar di Asia Tenggara
Merupakan bangunan cagar budaya dan dilindungi tingkat nasional
Menjadi salah satu dari 3 museum yang memiliki koleksi kereta uap bergerigi yang masih aktif
Kereta tempo dulu masih aktif digunakan hingga kini, bahkan menjadi kereta wisata
Memiliki koleksi terlengkap dan merupakan dipo pusat kereta tempo dulu.
Logo yang digunakan hanya sebagai lambang museum
Tidak memiliki GSM
Identitas yang ada masih tercampur dengan identitas dari PT. KA Pariwisata
Promosi yang masih sangat kurang dan terbatas
Kereta wisata yang terbatas dan tidak sesuai dengan jumlah pengunjung yang ingin naik
Opportunities Threats
Tidak memiliki kompetitor museum kereta api lain di indonesia
Dapat menumbuhkan
ekonomi baru bagi penduduk sekitar yang lokasinya dekat dengan museum
Dapat menjadi aset ilmu bagi perkembangan transportasi di indonesia, karena memiliki koleksi serta sejarahnya.
Kurangnya awareness masyarakat terhadap identitas visual museum
Kompetitor dengan wisata lain di kabupaten semarang
3.2 Metode Perancangan
Dalam melakukan perancangan, metode yang dilakukan menggunakan metode Wheeler (2018), dalam metode ini terdapat beberapa fase, yaitu conducting
67
Perancangan Ulang Identitas Visual Museum Kereta Api Ambarawa Semarang, Alinta Zusma Alir, Universitas Multimedia Nusantara
research, clarifying strategy, designing identity, creating touchpoint dan managing assets:
1) Conducting Research
Fase ini adalah tahapan dimana penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber yang dapat dipercaya untuk memahami perusahaan atau brand. Penulis mengumpulkan data mengenai visi, misi, target pasar, strategi pemasaran, keunggulan, kelemahan, dan lainnya. Pencarian data menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif.
2) Clarifying Strategy
Peneliti menganalisa dan mengidentifikasi data-data yang telah didapat dalam fase orientation. Kemudian, penulis membuat strategi dan brief sesuai dengan permasalahan yang ada, serta keyword, big ideas, dan konsep.
3) Designing Identity
Setelah menentukan strategi di fase sebelumnya, kemudian dalam fase ini penulis membuat visualisasi desain yang sesuai dengan konsep dan brief yang telah ditentukan sebelumnya. Kemudian, ide desain terus dikembangkan menjadi visualisasi yang strategis dan sesuai dengan permasalahan.
4) Creating Touchpoint
Fase berikutnya adalah fase penyempurnaan dan pengembangan desain.
Dalam fase ini penulis mengembangkan lagi ide dan memperbaiki kekurangan desain yang sudah ada di tahapan sebelumnya.
5) Managing Assets
Fase terakhir penulis melakukan pengelolaan aset identitas untuk membangun komitmen jangka panjang. Fase ini adalah fase finalisasi dan penerapan dari desain yang telah dibuat di fase sebelumnya. Penulis akan menyusun dalam Graphic Standard Manual dan diwujudkan dalam bentuk nyata.