• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN DAN IMPLEMENTASI ENTERPRISE ARCHITECTURE PLANNING DENGAN KERANGKA KERJA ZACHMAN UNTUK PEMBUATAN ARSITEKTUR SISTEM INFORMASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN DAN IMPLEMENTASI ENTERPRISE ARCHITECTURE PLANNING DENGAN KERANGKA KERJA ZACHMAN UNTUK PEMBUATAN ARSITEKTUR SISTEM INFORMASI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

29 Elvin Leander Hadisaputro#1

#Sistem Informasi,STMIK Borneo Internasional Balikpapan

1[email protected]

Abstract

Enterprise Architecture Planning (EAP) is a method for developing information systems architecture.

Information systems architecture can be describe as a model or a structure design of components which are involved in an organization that supports the organization’s business aims.

EAP provides guidance of the steps needed to construct the information systems architecture and divides it into data, processes or applications, and technology aspects. In practice, EAP needs a standard artifacts. These matters can be overcome by the support of the Zachman Framework. The Zachman framework provides artifacts which can be used in documenting information systems architecture. An artifact is a collection of documented architectural description

.

The coverage of this studies is the EAP method and its correlation with the artifacts of the Zachman framework. The mapping of these artifacts to the layers of EAP is done by analyzing the activity goals of each layer of EAP, which is then documented based on the suitable Zachman artifacts. Based on these studies, steps for developing information systems architecture based on EAP method which use the Zachman artifacts is suggested. The suggestion of these steps if used to define information systems architecture from the planner, owner and designers perspective, by putting forward defining architecture aspects which provides information needed to define other architecture aspects.

Keywords— information systems architecture, Zachman framework, Enterprise Architecture Planning.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kurikulum Peran informasi sebagai salah satu sumber daya strategis suatu organisasi menjadi sangat penting dalam pencapaian visi dan misi organisasi. Salah satu kunci

sukses untuk menghasilkan informasi yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan pelaku organisasi adalah keberadaan suatu peta kebutuhan informasi. Arsitektur Sistem Informasi sebagai landasan pengembangan sistem informasi organisasi mutlak diperlukan.

Enterprise Architecture Planning (EAP) adalah salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembuatan Arsitektur Sistem Informasi. Metode EAP ini dibuat oleh Steven Spewak dan telah diakui kehandalannya, khususnya pada bidang bisnis (8).

Arsitektur Sistem Informasi adalah sebuah paradigma dalam membangun sistem informasi enterprise. Arsitektur ini menggambarkan sistem dari beberapa sudut pandang dan menunjukkan keterkaitannya. Hal ini dibutuhkan untuk membangun sebuah sistem yang terintegrasi (1).

Kerangka kerja Zachman (Zachman Framework) merupakan salah satu standar arsitektur sistem informasi.

Tujuan utama dari kerangka kerja ini adalah memberikan skema klasifikasi produk sistem informasi yang menggambarkan jenis rancangan yang digunakan dalam pembuatan perangkat lunak (5). Akan tetapi, kerangka kerja Zachman tidak memberikan suatu panduan metodologi untuk mendapatkan skema tersebut. EAP sendiri merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk membuat arsitektur sistem informasi yang ditunjukan oleh kerangka kerja Zachman.

Arsitektur sistem informasi yang dikembangkan mengacu pada kerangka kerja Zachman dengan metode pengembangan yang berasal dari metode EAP.

KAJIAN DAN IMPLEMENTASI

ENTERPRISE ARCHITECTURE PLANNING DENGAN KERANGKA KERJA ZACHMAN

UNTUK PEMBUATAN ARSITEKTUR

SISTEM INFORMASI

(2)

30

B. Metodologi

Metodologi yang digunakan pada penelitian ini meliputi:

1. Studi pustaka dan analisis metode EAP dan kerangka kerja Zachman. Diperlukan sebagai acuan dalam melakukan proses analisis dan perancangan sistem informasi, dari metode yang ada kemudian diperbandingkan untuk memperoleh metode yang sesuai

2. Menyusun tahapan pengembangan Arsitektur Sistem Informasi berdasarkan hasil analisis pustaka

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Arsitektur Sistem Informasi

Konsep arsitektur pertama kali diperkenalkan oleh John Zachman (1). Konsep arsitektur ini digunakan dalam kerangka kerja untuk menata sistem informasi organisasi.

Arsitektur adalah desain atau rancangan dari semua tipe struktur, baik fisik maupun konseptual, nyata atau virtual (5).

Sistem informasi dapat didefinisikan sebagai sekumpulan komponen yang saling berhubungan, bekerja sama untuk mengumpulkan, mengolah, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, kendali, analisis permasalahan, dan memvisualisasikan subjek dalam organisasi (3). Informasi itu sendiri merupakan data yang telah diolah ke dalam bentuk yang berarti dan berguna untuk pemakainya, dan data merupakan sekumpulan fakta yang merepresentasikan suatu event/kejadian di dalam atau di lingkungan luar organisasi sebelum diolah menjadi bentuk yang dapat dimengerti dan digunakan (3). Arsitektur Sistem Informasi dapat diartikan sebagai model atau rancangan struktur dari komponen-komponen yang terlibat di dalam organisasi yang mendukung tujuan bisnis dari organisasi.

Arsitektur sistem informasi adalah sebuah paradigma dalam membangun sistem informasi enterprise. Enterprise di sini adalah suatu organisasi yang dibentuk untuk menghasilkan produk atau menyediakan layanan (5), sehingga arsitektur sistem informasi sering juga disebut sebagai enterprise architecture. Arsitektur ini menggambarkan struktur dari komponen-komponen, keterhubungannya, prinsip dan petunjuk dengan tujuan utama mendukung bisnis (10).

Enterprise architecture berfokus pada penggambaran proses bisnis level atas berbeda dengan arsitektur perangkat lunak, yang lebih dahulu dikenal, yang menggambarkan detil internal dari sistem. Hal ini dibutuhkan untuk membangun sebuah sistem yang terintegrasi (1).

Arsitektur sistem informasi dapat dibagi menjadi empat level (8), yaitu:

 Arsitektur Bisnis, yang menggambarkan model dari bisnis organisasi.

 Arsitektur Data (atau Informasi), yang menggambarkan data-data utama yang dibutuhkan untuk mendukung bisnis;

 Arsitektur Aplikasi (atau Proses), yang menggambarkan jenis aplikasi yang dibutuhkan untuk mengelola data dan mendukung fungsi bisnis;

 Arsitektur Teknologi, yang menggambarkan teknologi yang digunakan dalam implementasi aplikasi dan infrastruktur yang menyediakan lingkungan untuk pengembangan sistem informasi.

Dari keempat level tersebut terlihat bahwa arsitektur data membutuhkan arsitektur aplikasi sebagai rancangan pengelolanya dan arsitektur aplikasi membutuhkan arsitektur teknologi sebagai penyedia lingkungan pengembangan dan implementasi dari aplikasi. Sehubungan dengan keempat komponen ini, produk arsitektur sistem informasi adalah berupa grafik, model, dan/atau narasi yang menjelaskan lingkungan dan rancangan sistem informasi.

Arsitektur sistem informasi atau arsitektur enterprise mempunyai arti penting bagi organisasi sebab salah satu hasilnya adalah keselarasan antara teknologi informasi (TI) dan kebutuhan bisnis (6). Arsitektur sistem informasi menjadi semakin populer dengan alasan berikut (6). Pertama, dengan datangnya era e-bisnis, dengan aplikasi front-end yang berorientasi ke pelanggan, terdapat kebutuhan untuk menghubungkannya ke sejumlah sistem back-end. Hal ini menimbulkan kebutuhan bagi arsitektur enterprise untuk menetapkan bagaimana mencapai integrasi aplikasi ini.

Kedua, arsitektur sistem informasi dapat dimanfaatkan untuk menghindari aplikasi yang berfokus ke organisasi (organisationally focused applications) dan menyediakan kemampuan serta layanan dalam cara yang lebih seragam dan ekonomis. Peranan arsitektur sistem informasi dalam perencanaan teknologi strategis dapat memberikan manfaat untuk sisi bisnis dalam organisasi, bukan hanya sisi teknologi.

Terdapat sejumlah masalah terkait dengan pengembangan rencana arsitektur sistem informasi (6). Pertama, tingkat usaha perencanaan jauh lebih komprehensif dan kaku daripada kebiasaan manajemen. Kedua, salah satu kesulitan dalam perencanaan SI adalah kurangnya metodologi atau teknik untuk itu. Ketiga, keberhasilan tim arsitektur bergantung pada budaya organisasi yang bersedia menerima konsep bahwa pengembangan perangkat lunak seharusnya bersifat architecture driven. Banyak pengembang sistem yang masih memandang pekerjaan mereka sebagai ilmu pengetahuan dan seni. Mereka tidak ingin mengembangkan sistem berdasarkan pada arsitektur yang didokumentasikan dengan baik karena akan membuang aspek kreatif dari pekerjaan mereka. Keempat, banyak inisiatif atau pendekatan yang dibuat dalam beberapa dekade terakhir hanyalah mencakup aspek data (informasi) atau proses (bisnis) dan oleh karenanya tidak mencakup aspek lain dari arsitektur sistem informasi (arsitektur teknologi dan aplikasi). Untuk itu, diperlukan suatu metodologi yang dapat mengatasi masalah tersebut dan mencakup keempat aspek dalam arsitektur enterprise (arsitektur bisnis, arsitektur informasi, arsitektur teknologi, dan arsitektur aplikasi).

(3)

31 B. Kerangka Kerja Zachman

Zachman Framework atau Kerangka kerja Zachman pertama sekali dipublikasikan oleh John Zachman pada tahun 1987 dalam tulisannya yang berjudul ”A Framework for Information Systems Architecture” di IBM Systems Journal. Kerangka kerja ini awalnya berupa struktur matriks enam baris dan tiga kolom (9). Kerangka kerja ini kemudian diperluas dan diformalisasi oleh Sowa dan Zachman pada tahun 1992 dalam tulisannya yang berjudul ”Extending and Formalizing the Framework for Information Systems Architecture” di IBM Systems Journal. Perluasan yang dilakukan berupa penambahan tiga kolom, orang, waktu dan motivasi (7). Arsitektur ini disebut juga sebagai Kerangka untuk Arsitektur Enterprise.

Tujuan dari kerangka kerja ini adalah memberikan sebuah struktur dasar yang mendukung organisasi, akses, integrasi, interpretasi, pengembangan, manajemen, dan perubahan dari sekumpulan representasi arsitektural dalam sistem informasi organisasi (12), yang nantinya digunakan dalam perancangan perangkat lunak terintegrasi dari enterprise (5).

Objek dan deskripi representasi arsitektural ini biasa disebut Artefak.

Kerangka kerja Zachman digambarkan dalam bentuk matriks yang memperlihatkan hubungan antara aspek dan perspektif (lihat Gambar 1). Tiap-tiap baris mewakili tingkat abstraksi (perspektif), sedangkan tiap-tiap kolom menggambarkan aspek tertentu dari proses. Dimensi aslinya terdiri dari Data, Function dan Network, dan pada tahun 1992, dimensinya ditambah People, Time dan Motivation.

Gambar 1. Kerangka Kerja Zachman

Kerangka kerja Zachman terdiri atas enam perspektif atau cara pandang yang ditempatkan sebagai baris dari kerangka kerja Zachman yang diambil dari cara pandang partisipan yang berbeda yang terlibat di dalam pengembangan, pengelolaan, perawatan, dan penggunaan sistem informasi organisasi. Setiap perspektif memberikan kebutuhan dan keharusan pada arsitektur sistem informasi.

Oleh karena itu, setiap perspektif merupakan representasi lengkap dari sistem informasi berdasarkan sudut pandang

tertentu. Secara keseluruhan menyatakan sebuah deskripsi lengkap dari arsitektur (10). Perspektif - perspektif tersebut, yang digambarkan sebagai baris, adalah:

1. Ballpark view/ Konteks – merupakan sudut pandang dari perencana, menjelaskan mengenai pengaruh dan kebutuahan eksternal organisasi dan pemodelan fungsi bisnis. Sudut pandang ini mengkonsentrasikan pada segala seuatu yang menjelaskan sifat dan maksud dari bisnis tersebut.

2. Owners’s view/ Model Enterprise – merupakan sudut pandang dari pemilik organisasi, menjelaskan enterprise dari sisi perspektif bisnis.

Baris ini menggambarkan model proses bisnis enterprise.

3. Designer’s view/ Model Sistem – merupakan sudut pandang arsitek atau perancang sistem, menjelaskan mengenai desain/model lojik sistem informasi dan definisi kebutuhan enterprise.

4. Builder’s view/ Model Teknologi – merupakan sudut pandang dari pengembang sistem, menjelaskan bagaimana teknologi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan permasalahan bisnis.

5. Subcontractor’s view/ Komponen – merupakan sudut pandang dari subkontraktor pengembang sistem, menggambarkan detil dan produk sistem informasi.

6. Users’ view/ Sistem Berjalan – merupakan sudut pandang pengguna sistem, yang menggambarkan produk sistem informasi yang telah diimplementasikan.

Terdapat enam aspek yang dituliskan sebagai kolom dan didefinisikan sebagai:

1. Data (Apa) – menunjukkan pemahaman akan data- data yang ada di suatu enterprise.

2. Fungsi (Bagaimana) – menggambarkan proses penerjemahan mini perusahaan ke dalam definisi operasional secara lebih detil.

3. Jaringan (Di mana) – menunjukkan distribusi aktivitas perusahaan secara geografis dan konektivitas diantaranya.

4. Orang (Siapa) – menguraikan pihak-pihak yang ikut terlibat di dalam bisnis dan penerapan teknologi baru.

5. Waktu (Kapan) – menguraikan mengenai efek waktu terhadap enterprise.

6. Motivasi (Mengapa) – berkaitan dengan penerjemahan sasaran bisnis ke dalam bentuk akhir yang spesifik.

Untuk baris perspektif Konteks dari kerangka kerja Zachman, setiap kolomnya akan berisi:

1. Data – berisi daftar entitas yang penting bagi bisnis dari organisasi.

2. Fungsi – berisi daftar proses atau fungsi dari bisnis yang dilakukan.

(4)

32

3. Jaringan – berisi daftar lokasi dimana bisnis organisasi dijalankan.

4. Orang – berisi daftar agen yang penting bagi bisnis organisasi.

5. Waktu – berisi daftar kegiatan (event) yang signifikan terhadap bisnis.

6. Motivasi – berisi pernyataan misi, tujuan bisnis dan strategi bisnis dari organisasi.

Untuk baris perspektif Model Enterprise dari kerangka kerja Zachman, setiap kolomnya akan berisi:

1. Data – berisi model kebutuhan data dari bisnis 2. Fungsi – berisi model proses bisnis organisasi,

dekomposisinya dan/ atau ketergantungan diantara aktivitas bisnis.

3. Jaringan – berisi model jaringan organisasi menyangkut lokasi bisnis dan keterhubungannya.

4. Orang – berisi struktur organisasi.

5. Waktu – berisi jadwal utama (master) dari kegiatan bisnis.

6. Motivasi – berisi rencana bisnis yang berhubungan dengan tujuan, strategi dan taktik bisnis organisasi.

Untuk baris perspektif Model Sistem dari kerangka kerja Zachman, setiap kolomnya akan berisi:

1. Data – berisi model data lojik dari organisasi dan relasi dari data tersebut

2. Fungsi – berisi representasi lojik dari sistem informasi organisasi dan relasinya serta informasi yang dibutuhkan untuk pemrosesan sistem.

3. Jaringan – berisi representasi lojik dari arsitektur sistem tersebar untuk setiap lokasi bisnis organisasi.

4. Orang – berisi representasi lojik dari hak akses berdasarkan tugas dan tanggung jawab atau arsitektur antarmuka manusia.

5. Waktu – berisi struktur pemrosesan event sistem 6. Motivasi – arsitektur pengetahuan yang berisi

kebijakan bisnis, standar dan prosedur diasosiasikan dengan model peraturan bisnis Untuk baris perspektif Model Teknologi dari kerangka kerja Zachman, setiap kolomnya akan berisi:

1. Data – berisi model data fisik atau kebutuhan sistem manajemen basis data berdasarkan model data lojik

2. Fungsi – berisi spesifikasi teknis dari rancangan proses dan deskripsi teknologi yang dibutuhkan untuk melakukan dan mendukung proses tersebut..

3. Jaringan – berisi spesifikasi kebutuhan perangkat jaringan.

4. Orang – berisi spesifikasi hak akses terhadap platform dan teknologi tertentu atau antarmuka manusia/ teknologi.

5. Waktu – berisi struktur kendali eksekusi..

6. Motivasi – rancangan pengetahuan yang berisi peraturan bisnis berdasarkan standar teknologi tertentu

Untuk baris perspektif Komponen dari kerangka kerja Zachman, setiap kolomnya akan berisi:

1. Data – berisi rincian rancangan basis data, komponen data dan basis data, serta tampilan rekord data.

2. Fungsi – berisi deskripsi algoritma proses.

3. Jaringan – berisi model teknologi dan topologi jaringan yang dibuat .

4. Orang – berisi kode akses untuk mengendalikan akses kepada platform dan teknologi tertentu atau arsitektur keamanan..

5. Waktu – berisi definisi pewaktuan dari rangkaian aktivitas.

6. Motivasi – definisi pengetahuan yang berisi peraturan bisnis.

Untuk baris perspektif Sistem Berjalan dari kerangka kerja Zachman, setiap kolomnya akan berisi:

1. Data – produk: data dan basis data.

2. Fungsi – produk: aplikasi atau program.

3. Jaringan – produk: jaringan dan komunikasi.

4. Orang – produk: organisasi personil beserta deskripsi tugas dan tanggung jawabnya.

5. Waktu – produk: jadwal operasi berdasarkan urutan aktivitas.

6. Motivasi – produk: karakteristik operasi dari teknologi tertentu berdasarkan standar yang ada.

Dengan menyelesaikan pembuatan arsitektur sistem informasi dan proses pengembangan, organisasi akan memiliki artefak untuk setiap sel (pertemuan baris dan kolom) dari kerangka kerja Zachman dalam konteks sistem yang baru, yaitu sekelompok model lengkap, yang terintegrasi, pada level detil yang tinggi.

Kerangka kerja Zachman adalah pendekatan klasifikasi artefak arsitektur sistem informasi yang diterima sebagai standar de-facto. Kerangka kerja ini disanjung karena keunikannya dalam klasifikasi arsitektur dalam perspektif enterprise (8). Walaupun Zachman Framework merupakan standar de-facto untuk klasifikasi artefak arsitektur enterprise dan mudah dipahami, harus disadari bahwa framework ini tidak mengandung metodologi dan tidak ada cara standar untuk mempopulasikannya

C. Enterprise Architecture Planning (EAP)

Enterprise Architecture Planning (EAP) merupakan sebuah metodologi untuk mengembangkan arsitektur sistem informasi yang berbasis pada kerangka kerja Zachman. EAP dikembangkan oleh Steven Spewak sebagai proses mendefinisikan arsitektur penggunaan informasi untuk mendukung bisnis dan rencana pengimplementasian arsitektur tersebut (8). Dalam EAP, arsitektur mendefinisikan dan mendeskripsikan data, aplikasi dan teknologi yang dibutuhkan untuk mendukung bisnis.

EAP dapat digunakan untuk membuat dua layer teratas kolom data, fungsi dan jaringan dari kerangka kerja Zachman (8). Kerangka kerja Zachman sangat membantu untuk menempatkan tahap perencanaan/pendefinisian ke

(5)

33 dalam sebuah kerangka kerja konseptual. EAP memiliki

tujuh komponen atau tahapan yang merupakan cara (“how- to”) mendefinisikan arsitektur dua layer teratas kolom data, fungsi dan jaringan dari kerangka kerja Zachman dan rencana implementasinya. Komponen-komponen ini digambarkan dalam bentuk kue pengantin (lihat Gambar 2), dimana setiap layer merepresentasikan fokus tugas yang berbeda.

Gambar 2. Komponen Enterprise Architecture Planning (8) Layer 1 – Dimana proses dimulai. Inisiasi Perencanaan, memulai EAP pada jalur yang benar, termasuk memilih metodologi untuk digunakan, siapa saja yang harus terlibat dan perangkat bantu yang digunakan. Hal ini menuju kepada pembuatan rencana kerja EAP dan mendapatkan komitmen manajemen untuk meneruskan keenam tahapan berikutnya.

Layer 2 – Dimana posisi organisasi saat ini. Pemodelan Bisnis, membangun sebuah basis pengetahuan mengenai bisnis yang dilakukan dan informasi yang digunakan untuk melaksanakan bisnis tersebut. Sistem & Teknologi Kini, mendefinisikan sistem dan platform teknologi pendukung yang telah ada saat ini. Merupakan ringkasan level inventory dari sistem aplikasi, data dan platform teknologi yang menyediakan basis untuk rencana migrasi jangka panjang.

Layer 3 – Dimana organisasi ingin berada di masa depan.

Arsitektur Data, mendefinisikan jenis data utama yang dibutuhkan untuk mendukung bisnis. Arsitektur Aplikasi, mendefinisikan jenis aplikasi utama yang dibutuhkan untuk mengelola data dan mendukung fungsi bisnis. Arsitektur Teknologi, mendefinisikan platform teknologi yang dibutuhkan untuk menyediakan lingkungan bagi aplikasi yang mengelola data dan mendukung fungsi bisnis. Tanda panah pada layer ini berarti bahwa arsitektur data didefinisikan terlebih dahulu, dilanjutkan oleh arsitektur aplikasi dan diakhiri oleh arsitektur teknologi.

Layer 4 – Bagaimana mencapai kesana. Rencana Implementasi / Migrasi, mendefinisikan urutan pengimplementasian aplikasi, sebuah jadwal untuk pengimplementasian, sebuah analisis biaya/manfaat, dan mengajukan sebuah cara mencapai tujuan yang ingin dicapai.

Spewak menyatakan ada dua jenis manfaat yang dapat diperoleh dari penerapan EAP (8). Pertama, manfaat yang seharusnya diperoleh sebagai hasil langsung dari EAP.

Beberapa manfaat yang dimaksud ini misalnya:

1. Fokus ke penggunaan strategis dari teknologi untuk mengelola data sebagai aset

2. Proses dokumentasi meningkatkan pemahaman mengenai bisnis

3. Integrasi sistem saat ini dengan sistem baru Jenis manfaat yang kedua yaitu manfaat yang diperoleh dengan memiliki sistem terintegrasi yang direncanakan dengan baik. Beberapa manfaat yang dimaksud misalnya:

1. Mengurangi biaya pemasukan data

2. End user memiliki akses langsung ke shared data 3. Mempermudah evaluasi dan pemilihan paket

perangkat lunak dari vendor

Dalam pelaksanaan EAP, Spewak memberikan pedoman untuk berpegang pada fakta tidak ada rencana yang sempurna; kelengkapan dan akurasi sebesar 80% dalam setiap fase EAP dapat dianggap cukup baik untuk menghasilkan arsitektur dan rencana yang memadai (8).

Dengan demikian, EAP terhindar dari tingkat kedetilan yang berlebihan, yang tidak bermanfaat untuk perencanaan dan menghabiskan waktu.

D. Value Chain

Istilah value chain atau value-added chain menyatakan suatu cara pandang terhadap sebuah bisnis/ organisasi sebagai sebuah rantai aktivitas yang mengubah masukan menjadi keluaran yang bernilai untuk konsumen. Konsep value chain dari Michael Porter menyatakan bahwa setiap area fungsional dari organisasi melakukan sebuah kontribusi yang signifikan dan nyata terhadap margin atau keuntungan dari organisasi (8).

Porter menyatakan value chain ini ke dalam dua kategori aktivitas, yaitu:

1. Primary activities (aktivitas utama), yaitu aktivitas yang terlibat secara langsung dalam pembuatan produk, pemasaran dan pengiriman kepada pembeli, serta dukungan purna jual.

2. Secondary activities (aktivitas pendukung), yaitu aktivitas yang mendukung keseluruhan aktivitas utama dengan menyediakan infrastruktur atau input yang memungkinkan aktivitas utama berjalan dengan lancar.

Tujuan dari aktivitas-aktivitas ini adalah memberikan sebuah nilai lebih kepada konsumen yang melebihi biaya dari aktivitas-aktivitas tersebut, sehingga menghasilkan sebuah margin keuntungan. Model value chain Porter dapat dilihat pada Gambar 3.

Aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam aktivitas utama adalah:

(6)

34

1. Inbound Logistics: meliputi aktivitas penerimaan, penyimpanan dan penyaluran masukan dari produk.

2. Operations: meliputi aktivitas mengolah masukan menjadi produk akhir.

3. Outbound Logistics: meliputi aktivitas pengumpulan, penyimpanan dan mendistribusikan produk atau jasa kepada konsumen.

4. Marketing and Sales: meliputi aktivitas yang berhubungan dengan mendapatkan konsumen untuk membeli produk yang dihasilkan.

5. Services: meliputi aktivitas yang berhubungan dengan memberikan layanan untuk menjaga nilai dari produk.

Aktivitas-aktivitas yang termasuk dalam aktivitas pendukung adalah:

1. Procurement: aktivitas mengadakan bahan baku dan masukan lain yang digunakan dalam aktivitas utama.

2. Technology Development: termasuk aktivitas penelitian dan pengembangan, dan pengembangan teknologi lain yang digunakan untuk mendukung aktivitas value-chain.

3. Human Resource Management (manajemen sumber daya manusia): aktivitas yang berhubungan dengan penerimaan, pengembangan dan kompensasi untuk pegawai.

4. Firm Infrastructure: meliputi aktivitas seperti keuangan, hukum, manajemen kualitas, dan lain- lain.

Gambar 3. Value Chain Porter (8) E. Siklus Produk dan Sumber Daya

Produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi dan layanan yang dibutuhkan untuk mendukungnya, cenderung memiliki siklus empat tahap, yaitu: planning (perencanaan), aguisition (akuisisi) atau implementasi, stewardship, dan disposal atau disposisi (4). Siklus ini dapat berguna untuk mengidentifikasi proses bisnis dari organisasi, karena memperlihatkan aktivitas yang dilakukan dalam pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan produk dari organisasi tersebut (2). Model siklus produk dan sumber daya diperlihatkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Siklus Produk dan Sumber Daya (2) Deskripsi dari setiap tahap dalam siklus ini adalah:

1. Perencanaan, merupakan aktivitas yang menentukan berapa banyak produk atau sumber daya yang dibutuhkan, rencana untuk mendapatkannya dan ukuran serta kendali terhadap rencana tersebut.

2. Implementasi, merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mengembangkan sebuah produk atau jasa atau untuk mendapatkan sumber daya yang akan digunakan dalam pengembangan produk. Dalam industri manufaktur dapat berupa pengadaan dan pemabrikan, pada personil dapat berupa pengangkatan atau pemindahan pegawai, dan di bidang pendidikan dapat berupa pengembangan kurikulum dan penerimaan siswa.

3.

Stewardship, meliputi aktivitas untuk membuat, memodifikasi atau memelihara sumber daya pendukung dan untuk menyimpan atau melacak produk atau jasa. Dalam industri asuransi hal ini dapat berupa pengelolaan kebijakan, pemberitahuan premium serta pernyataan deviden, dalam industri pengiriman barang dapat berupa pengendalian inventori dan pergudangan.

4.

Disposisi, aktivitas dan keputusan yang mengakhiri tanggungjawab organisasi terhadap produk atau jasa atau menandakan akhir penggunaan dari sumber daya. Ini dapat termasuk penjualan tempat dalam sebuah pesawat udara, pemberhentian seorang pegawai, penjualan aset, atau pengubahan layanan oleh kantor pemerintahan.

III. ANALISIS DAN USULAN TAHAPAN PENGEMBANGAN ARSITEKTUR SISTEM INFORMASI

A. Analisis Metode Enterprise Architecture Planning (EAP) Terdapat dua hal yang penting dalam metode Enterprise Architecture Planning (EAP) (8). Pertama, fokus EAP adalah sistem informasi (SI). Kedua, perancangan dan implementasi sistem yang dimulai pada baris ketiga kerangka kerja Zachman berada di luar cakupan EAP.

Untuk itu, model atau cetak biru yang dihasilkan EAP bersifat high-level (tingkat tinggi) karena merupakan pandangan bisnis.

EAP terdiri dari tujuh komponen atau tahapan utama (lihat Gambar 2), yang dibagi ke dalam empat layer, yang menunjukkan cara untuk menentukan dan merencanakan implementasi arsitektur sistem informasi organisasi. Untuk setiap komponennya, EAP memberikan detil yang jelas mengenai langkah-langkah yang perlu dilakukan beserta

(7)

35 tugas atau kegiatan yang perlu dilakukan untuk

menyelesaikan langkah tersebut.

Pelaksanaan EAP akan mengikuti urutan tahapan dari layer pertama, kedua, ketiga, dan diakhiri dengan pembuatan layer keempat. Pada layer kedua, urutan penyelesaian dari tiap komponen tidak ada sehingga pembuatan masing-masing komponen dapat dilakukan secara paralel atau serial. Pada layer ketiga, tanda panah menandakan bahwa pembuatannya dilakukan dari arsitektur data, arsitektur aplikasi dan terakhir arsitektur teknologi.

Setiap arsitektur dibuat hingga selesai, baru sesudah itu arsitektur yang berikutnya dibuat.

Layer pertama berupa inisialisasi perencanaan. Pada tahap ini dilakukan pemilihan tim pengembang EAP, perangkat bantu yang digunakan serta metodologi yang digunakan. Kegiatan tahap inisialisasi perencanaan terkait dengan kegiatan manajemen organisasi dalam membuat arsitektur sistem informasi, termasuk menentukan tim pelaksana kegiatan EAP, menentukan lingkup dan tujuan dari dibuatnya arsitektur sistem informasi, penentuan metodolagi yang akan digunakan, hingga mendapatkan persetujuan dari manajemen untuk pelaksanaan kegiatan EAP dan dukungan dana serta sumber daya. Oleh karena sifat dari layer ini yang merupakan perencanaan pelaksanaan kegiatan pembuatan arsitektur sistem informasi dan bukan merupakan tahapan pendefinisian arsitektur, maka tahapan ini dapat dihilangkan pada pembuatan arsitektur sistem informasi karena lebih merupakan persiapan sebelum membuat arsitektur.

Layer kedua bertujuan untuk menghasilkan basis pengetahuan mengenai organisasi. Layer kedua berfokus pada pemodelan bisnis organisasi dan arsitektur sistem dan teknologi kini. Tahap pemodelan bisnis dibagi menjadi dua, yaitu: model bisnis awal dan survei enterprise. Pada model bisnis awal, EAP bertujuan untuk mendapatkan struktur organisasi dan detil mengenai pengisi posisi dan jabatan pada organisasi, dokumentasi sasaran, tujuan dan rencana strategik bisnis serta mengidentifikasi fungsi-fungsi bisnis.

Seluruh kegiatan pada model bisnis awal merupakan kegiatan brainstorming dan studi dokumen yang dilakukan oleh tim pengembang arsitektur enterprise. Tahap survei enterprise bertujuan untuk mendapatkan informasi detil mengenai fungsi yang telah dibuat melalui wawancara dengan pihak yang melakukan fungsi tersebut. Tahap ini sebaiknya digabung sehingga dokumen yang dihasilkannya hanya satu. Proses untuk menentukan pihak yang akan diwawancara sebenarnya dapat langsung diketahui apabila dilakukan pemetaan dari fungsi bisnis terhadap unit organisasi, dari sini dapat diketahui dengan jelas unit organisasi mana yang melakukan fungsi tersebut.

Arsitektur sistem dan teknologi kini bertujuan untuk mendata seluruh sumber daya, sistem dan platform teknologi yang telah ada pada organisasi. Dokumen ini dapat digunakan sebagai bahan analisis dan pembanding dalam pembuatan arsitektur sistem informasi. Tetapi pendokumentasian ini tidak mengacu kepada sel tertentu

dalam kerangka kerja Zachman. Oleh karena itu tahapan ini dapat dihilangkan dari kegiatan pembuatan arsitektur sistem informasi. Apabila akan dibuat, maka sebaiknya kegiatan ini berada pada luar lingkup pembuatan arsitektur sistem informasi.

Layer ketiga merupakan tahapan pendefinisian arsitektur sistem informasi, fokusnya adalah pada kegiatan pendefinisian arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi. Pendefinisian arsitektur data bukanlah perancangan basis data. Arsitektur data merupakan cetak biru untuk keseluruhan sumber daya data yang dibutuhkan untuk mendukung bisnis. Kedetilan tidak terlalu diperlukan dalam arsitektur data karena kedetilan bisa ditingkatkan dalam proses perancangan. Layaknya suatu cetak biru, arsitektur data juga dapat berubah seiring spesifikasi perancangan detil untuk implementasi basis data dan aplikasi meningkatkan pemahaman mengenai konsep bisnis fundamental. Arsitektur data bertujuan mendeskripsikan dan menggambarkan entitas beserta hubungan antar entitas bisnis dan antara entitas bisnis dengan fungsi-fungsi bisnis.

Model dari hubungan antar entitas yang digunakan adalah model entity-relationship diagram (ERD). Metode untuk membuat arsitektur data yang ada pada metode EAP sudah sangat jelas mendeskripsikan langkah-langkah yang perlu dilakukan.

Tahap kedua pada layer ketiga adalah pembuatan arsitektur aplikasi. Arsitektur aplikasi bukanlah spesifikasi untuk aplikasi tertentu, melainkan deskripsi tingkat tinggi mengenai kemampuan dan manfaat dari semua aplikasi dalam mendukung bisnis. Arsitektur aplikasi juga mengidentifikasikan fungsi bisnis yang didukung aplikasi, data yang diciptakan/diperbarui/dibaca aplikasi, dan dampak terhadap aplikasi yang sudah ada. Arsitektur aplikasi dapat berubah seiring pengembangan spesifikasi perancangan yang lebih detil selama proses implementasi aplikasi- aplikasi yang telah didefinisikan. Arsitektur aplikasi bertujuan menetapkan fungsi-fungsi yang akan dibuatkan sistem informasi berbasis komputer. Deskripsi mengenai metode yang digunakannya sudah sangat lengkap dari pembuatan daftar kandidat aplikasi, pendefinisian aplikasi, pemetaan aplikasi terhadap fungsi bisnis.

Arsitektur teknologi dari metode EAP mendefinisikan materi-materi utama dari teknologi yang dibutuhkan guna menyediakan lingkungan bagi aplikasi-aplikasi yang mengelola data. Pada arsitektur teknologi, dilakukan penetapan platform teknologi yang akan digunakan, mengkonfigurasi platform teknologi, membangun arsitektur teknologi konseptual, dan memetakan lokasi bisnis terhadap aplikasi dan data. Pada arsitektur sistem informasi yang mengacu pada kerangka kerja Zachman, arsitektur jaringan pada perspektif pemilik mencakup hubungan antara lokasi bisnis organisasi dan lokasi data dan aplikasinya, pengkonfigurasian platform teknologi dan arsitektur teknologi konseptual terdapat pada perspektif pengembang.

Layer keempat. Berisi tahapan rencana implementasi/

migrasi. Tahap ini dilakukan sesudah arsitektur selesai

(8)

36

dibuat. Kegiatannya meliputi perencanaan pengimplementasian aplikasi, penentuan sumberdaya yang dibutuhkan dan menghitung estimasi biaya yang diperlukan untuk implementasi. Tahap ini kurang tepat apabila diterapkan pada arsitektur sistem informasi yang mengacu pada kerangka kerja Zachman. Hal ini disebabkan karena arsitektur yang dibuat dengan metode EAP baru menyatakan pandangan bisnis (perspektif perencana dan perspektif pemilik) dan masih akan didetilkan pada perspektif- perspektif di bawahnya.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa untuk membuat arsitektur sistem informasi, maka komponen atau tahapan- tahapan yang digunakan dari metode EAP adalah:

Pemodelan Bisnis (layer 2), serta Arsitektur Data, Arsitektur Aplikasi dan Arsitektur Teknologi (layer 3), seperti diperlihatkan pada bagian yang dicetak tebal dalam Gambar III.1. Tahap Inisiasi Perencanaan (layer 1), Sistem & dan Teknologi Kini (layer 2) dan Rencana Implementasi (layer 3), merupakan tahap persiapan dan perencanaan untuk pihak manajemen organisasi. Pada artikel ini difokuskan pada tahapan pengembangan arsitektur sistem informasi.

Pada metode EAP, tidak terdapat pendefinisian aspek waktu yang terkait dengan sistem informasi. Aspek orang yang terlibat dalam organisasi serta motivasi yang melatar belakangi kegiatan organisasi terdefinisi pada komponen pemodelan bisnis hanya sampai pada struktur organisasi serta visi, misi dan tujuan dari organisasi, sehingga diperlukan acuan tambahan untuk melengkapi pendefinisian ketiga aspek tersebut. Selain itu, EAP merupakan sebuah metodologi untuk menganalisis kebutuhan informasi organisasi dan memodelkan kebutuhannya. EAP tidak mencakup tahap-tahap perancangan dan implementasi.

B. Analisis Kerangka Kerja Zachman

Kerangka kerja (framework) arsitektur sistem informasi mengidentifikasikan jenis informasi yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan arsitektur enterprise, mengorganisasikan jenis informasi dalam struktur logis, dan mendeskripsikan hubungan antara jenis informasi tersebut. Kerangka kerja Zachman dirancang untuk memasukkan representasi arsitektur sistem informasi untuk semua yang terlibat dalam pengembangan, pengelolaan, perawatan, dan penggunaan dari sistem informasi suatu organisasi. Setiap perspektif memberikan sebuah pandangan yang unik dan bernilai pada arsitektur sistem informasi. Perspektif-perspektif ini merupakan sesuatu yang berturutan, terdapat sebuah urutan kronologis yang jelas dari perencana (planner) ke pemilik ke arsitek ke pembangun ke subkontraktor lalu ke pengguna.

Tetapi perspektif selanjutnya bukan merupakan langkah perbaikan dari detail arsitektur sistem informasi. Setiap perspektif memberikan syarat dan batasan pada arsitektur sistem informasi. Setiap perspektif merupakan sebuah representasi lengkap sistem informasi dari pandangan partikular. Perspektif-perspektif ini bersama-sama memberikan sebuah deskripsi lengkap dari arsitektur.

Tujuan dari artefak pada setiap sel dalam kerangka kerja Zachman adalah untuk menyatakan bentuk arsitektur pada sudut pandang/ perspektif dimana sel tersebut berada.

Tujuan dari artefak pada baris pertama (perencana) adalah untuk menyatakan batasan dari enterprise, bagian atau fungsi mana yang dimasukkan dalam asitektur sistem informasi organisasi tersebut. Artefak pada baris kedua (pemilik) menggambarkan proses bisnis enterprise secara konseptual. Artefak pada baris ketiga (perancang) digambarkan rancangan dari konsep enterprise agar dapat dikenali secara sistematik, tidak tergantung pada sebuah teknologi tertentu. Artefak pada baris keempat (pengembang) mendefinisikan implementasi enterprise berdasarkan pada teknologi tertentu yang sedang dikembangkan. Artefak pada baris kelima (sub-kontraktor) menspesifikasikan implementasi pada produk teknologi tertentu untuk digunakan pada implementasi.

Secara umum, yang dilakukan pada tiap baris dalam kerangka kerja Zachman adalah:

1. Baris pertama (kontekstual), mengidentifikasi kebutuhan eksternal dan pemodelan fungsi bisnis organisasi.

2. Baris kedua (konseptual), melakukan pemodelan proses bisnis, mengalokasi fungsi bisnis dan mengeliminasi fungsi-fungsi yang tumpang tindih dan ambigu.

3. Baris ketiga (lojik), melakukan pemodelan lojik, manajemen proyek dan pendefinisian kebutuhan.

4. Baris keempat (fisik), melakukan pemodelan fisik, manajemen teknologi serta pendefinisian dan pengembangan solusi.

5. Baris kelima (komponen), melakukan manajemen konfigurasi dan pelepasan produk.

6. Baris keenam (sistem berjalan), implementasi sistem pada organisasi, manajemen operasional dan evaluasi terhadap sistem.

Kerangka kerja Zachman ini sendiri bukanlah metodologi untuk mengembangkan arsitektur sistem informasi atau enterprise. Kerangka kerja Zachman hanyalah sebuah kerangka kerja/ framework untuk mengategorikan artefak arsitektur sistem informasi atau dengan kata lain, kerangka kerja Zachman memberikan gambaran hasil dari arsitektur sistem informasi. Kerangka kerja Zachman dapat dimanfaatkan untuk menentukan apakah suatu metodologi meliputi semua aspek dalam arsitektur sistem informasi atau aspek apa saja yang dicakup oleh suatu metodologi. Ada beberapa metodologi perencanaan sistem informasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan arsitektur sistem informasi yang mengacu pada kerangka kerja Zachman, antara lain: Business System Planning (dari IBM), Perencanaan Data Stratejik (James Martin), Information Engineering (James Martin), Master Planning (Atkinson), dan Enterprise Architecture Planning (Steven Spewak).

(9)

37 Selain itu, kerangka kerja ini menyediakan alat yang bernilai

bagi arsitek sistem untuk membantu mengelola artefak enterprise. Bagaimanapun, kerangka kerja Zachman tidak seharusnya dipopulasikan untuk keseluruhan enterprise secara seketika karena akan memakan terlalu banyak biaya dan waktu. Populasi kerangka kerja ini seharusnya dilakukan secara kontinu berbasis pada pendekatan ”sepotong-sepotong”. Ini berarti memecah proyek arsitektur sistem informasi menjadi proyek-proyek yang lebih kecil. Dengan demikian, organisasi dapat berfokus ke proyek yang dianggap lebih penting terlebih dulu.

Dua baris pertama dari kerangka kerja Zachman, ballpark view/konteks dan owner’s view/model enterprise/ konseptual, merupakan pandangan bisnis dari enterprise. Tujuan dari kedua pandangan ini adalah untuk mendefinisikan batasan- batasan dari suatu kumpulan sistem informasi yang menampung kumpulan kebutuhan organisasi. Empat baris berikutnya berhubungan dengan pembangunan aplikasi dan basis data pada enterprise.

Ada beberapa alasan yang mendasari untuk fokus pada baris pertama dan kedua dari kerangka kerja Zachman atau yang sering disebut pandangan bisnis, yaitu:

1. Agar dapat melakukan perencanaan strategis sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Perencanaan strategis ini hanya dapat dilakukan pada dua baris pertama dari kerangka kerja Zachman.

2. Untuk meletakkan dasar bagi pembangunan sistem informasi. Dua baris pertama dari kerangka kerja Zachman akan menjadi dasar pengembangan sistem informasi organisasi. Empat baris di bawahnya dapat berubah-ubah, sesuai dengan kebutuhan pengembangan sistem. Selama mengidentifikasi pandangan bisnis organisasi, maka perubahan teknologi yang terjadi dapat didukung.

Pandangan bisnis dapat dimengerti oleh komunitas bisnis yang berperan di dalamnya. Dalam rangka melakukan kendali atas aset-aset organisasi yang mengalami proses komputasi, maka komunitas bisnis membutuhkan pengertian mengenai arsitektur yang dapat menyediakan suatu struktur untuk mengarahkan, membuat batasan dan mengendalikan pelaksanaan pengembangan sistem yang dilakukan oleh pihak luar.

C. Keterkaitan Antara Kerangka Kerja Zachman dan Metode EAP

Metode EAP menyatakan sebuah cara untuk pembuatan arsitektur sistem informasi organisasi pada pandangan bisnis organisasi. Arsitektur ini berupa analisis fungsi bisnis organisasi dan rancangan awal keinginan arsitektur yang ingin dicapai oleh organisasi. Aspek-aspek arsitektur yang dicakup oleh EAP adalah aspek data, fungsi, teknologi

ditambah dengan aspek motivasi utama organisasi yaitu visi, misi dan tujuan. Selain itu, metode EAP juga mendokumentasikan sumber daya pendukung informasi yang dimiliki oleh organisasi. Berdasarkan dokumentasi yang dihasilkan, EAP tidak menggambarkan rancangan detil dan implementasi dari sistem informasi yang dituju.

Kerangka kerja Zachman merupakan sebuah representasi arsitektural yang menggambarkan sistem informasi pada level atau sudut pandang tertentu. Representasi arsitektural ini dinyatakan dalam bentuk artefak atau dokumen.

Kerangka kerja Zachman menggambarkan sistem informasi dari enam sudut pandang atau perspektif mulai dari perspektif perencana, pemilik, perancang, pengembang, sub- kontraktor hingga pengguna yang melihat sistem yang telah terimplementasi. Setiap perspektif terdiri atas enam aspek, yaitu: data, fungsi, jaringan, waktu, orang, dan motivasi.

Menurut Spewak (8), metode EAP digunakan untuk membangun arsitektur sistem informasi yang ditunjukkan oleh kerangka kerja Zachman pada perspektif perencana dan pemilik, dengan aspek-aspek data, fungsi dan jaringan.

Tetapi berdasarkan artefak atau dokumen yang dihasilkan oleh layer-layer pada EAP, metode EAP dapat digunakan untuk mengisi sampai pada perspektif perancang dari kerangka kerja Zachman. Tujuan pada penulisan artikel ini adalah memetakan artefak pada kerangka Zachman terhadap layer-layer yang dimiliki oleh EAP.

Layer kedua komponen Pemodelan bisnis dari EAP menghasilkan dokumen yang menyatakan fungsi-fungsi utama yang terdapat pada bisnis organisasi serta pemodelan bisnis organisasi berdasarkan fungsi utamanya beserta unit organisasi pelaksananya yang masing-masing akan mengisi aspek fungsi pada perspektif perencana dan pemilik pada kerangka kerja Zachman.

Layer ketiga dari metode EAP terbagi tiga, dengan diawali oleh pembuatan arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi. Pada metode pembuatan arsitektur data, dokumen yang dihasilkan, berupa daftar entitas yang dimiliki oleh organisasi beserta atributnya dan diagram relasinya (E-R Diagram), lebih condong untuk mengisi aspek data pada perspektif perancang. Hal ini disebabkan oleh tingkat kedetilan dari entitas yang dimaksud. Pada perspektif perencana dan pemilik dari kerangka kerja Zachman, entitas yang dinyatakan berupa entitas bisnis utama dari organisasi. Ini berarti, entitas di sini merupakan entitas yang harus ada pada sebuah organisasi sejenis.

Sedangkan entitas data yang dinyatakan dalam EAP merupakan entitas data lengkap yang dimiliki oleh organisasi dengan model data konseptual yang lengkap untuk keseluruhan organisasi.

Komponen berikutnya dari layer ketiga EAP, yaitu arsitektur aplikasi, menghasilkan dokumentasi mengenai sistem atau aplikasi yang akan dibuat berdasarkan fungsi bisnis yang telah dihasilkan pada tahapan pemodelan bisnis.

Pada dokumen ini dijabarkan aplikasi yang diusulkan untuk dikembangkan beserta deskripsi kegunaan dan keuntungannya, fungsi-fungsi yang didukungnya serta unit

(10)

38

organisasi yang akan menggunakannya. Dokumen ini dapat digunakan untuk mengisi aspek fungsi pada perspektif perancang.

Komponen terakhir pada layer ketiga EAP, arsitektur teknologi, menunjukkan sebuah cara untuk mengisi sel-sel aspek jaringan pada perspektif perencana, pemilik dan perancang pada kerangka kerja Zachman. Penetapan lokasi konseptual dari bisnis organisasi akan mengisi sel pada perspektif pemilik, kemudian pendefinisian dan konfigurasi platform teknologi digunakan untuk mengisi sel pada perspektif perancang.

D. Usulan Tahapan Pembuatan Arsitektur Sistem Informasi Pada Artikel ini, pembuatan Arsitektur Sistem Informasi dibatasi pada komponen pemodelan bisnis, arsitektur data, arsitektur aplikasi, dan arsitektur teknologi dari EAP serta perspektif perencana (planner), perspektif pemilik (owner) dan perspektif perancang (designer) dari kerangka kerja Zachman. Berdasarkan kerangka kerja arsitektur dan metodologi yang tercantum dalam bab Tinjauan Pustaka dan analisis yang tertuang pada bagian awal bab ini, maka pembangunan arsitektur sistem informasi akan mengikuti sudut pandang/perspektif Zachman dan dimulai pada perspektif perencana, pemilik kemudian perspektif perancang. Untuk setiap perspektif, usulan tahapan pengerjaan tiap aspeknya dicantumkan pada sub bab di bawah ini. Pemilihan urutan tahap pengerjaan arsitektur sistem informasi ini berdasarkan pernyataan dalam buku ’Enterprise Architecture Using The Zachman Framework’ (5) dan Spewak dalam bukunya ’Enterprise Architecture Planning’ (8), untuk mendahulukan pendefinisian aspek, yang mana informasi yang dimilikinya dibutuhkan untuk mendefinisikan aspek yang lainnya.

D.1: Usulan Tahapan Pengembangan Arsitektur Level Perencana

Usulan tahapan pengembangan arsitektur sistem informasi pada perspektif. Tahap pertama: aspek motivasi.

Motivasi memberikan alasan mengapa sistem informasi dibutuhkan, seperti manfaat yang nyata dan yang tidak nyata yang dapat diperoleh dari sistem. Arsitektur pada aspek motivasi ini berisi dokumentasi pernyataan misi dan visi dari organisasi Arsitektur ini dibuat pertama karena aspek motivasi merupakan acuan penggerak roda bisnis organisasi.

Visi dan misi ini yang akan menentukan arah kebijakan dari organisasi.

Tahap kedua: aspek fungsi. Aspek fungsi pada perspektif ini menyatakan fungsi utama dari organisasi. Untuk mendapatkan fungsi utama ini, dapat ditarik kesimpulan dari pernyataan visi dan misi organisasi.

Tahap ketiga: aspek data. Aspek data pada perspektif perencana berisi entitas data utama yang penting bagi bisnis organisasi. Untuk mendapatkan entitas data ini dilakukan brainstorming terhadap orang, tempat, benda, atau kejadian yang memiliki makna (informasi) sehubungan dengan bisnis.

Tahap keempat: aspek orang. Aspek orang pada perspektif ini berisi daftar dari unit organisasi yang memegang peran utama dalam melaksanakan fungsi utama dari organisasi. Untuk mendapatkannya dapat dilihat dari unit organisasi yang berperan langsung dalam melakukan fungsi utama organisasi.

Tahap kelima: aspek waktu. Aspek waktu pada perspektif perencana berisi daftar kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi utama organisasi.

Tahap keenam: aspek jaringan. Aspek jaringan pada perspektif perencana berisi identifikasi lokasi-lokasi dimana bisnis organisasi dijalankan.

D.2: Usulan Tahapan Pengembangan Arsitektur Level Pemilik

Pada tahap pengembangan arsitektur level pemilik dan selanjutnya, diusulkan mengikuti aturan pada layer ketiga dari EAP, dimana data dideskripsikan sebelum fungsi dan terakhir jaringan. Aspek motivasi tetap didefinisikan terlebih dahulu kemudian diikuti dengan pendefinisian aspek orang, baru sesudah itu diikuti dengan pendefinisian aspek data, fungsi, waktu, dan aspek jaringan.

Usulan tahapan pengembangan arsitektur sistem informasi pada perspektif pemilik. Tahap pertama: aspek motivasi. Aspek motivasi pada perspektif pemilik berisi dokumentasi dari gambaran rencana bisnis organisasi.

Gambaran rencana bisnis ini merupakan penjabaran tujuan yang ingin dicapai dari visi dan misi organisasi.

Tahap kedua: aspek orang. Pada tahap ini didokumentasikan keseluruhan unit organisasi dan pembuatan struktur dari organisasi.

Tahap ketiga: aspek data. Aspek data pada perspektif ini berisi deskripsi keterhubungan/ relasi antar entitas data utama organisasi. Entitasi data ini diperoleh dari aspek data pada level perencana. Perangkat bantu yang dapat digunakan untuk menggambarkan relasi antar entitas adalah diagram entitas-relasi (E-R Diagram).

Tahap keempat: aspek fungsi. Pada tahap ini dilakukan pemodelan bisnis organisasi. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1. Menentukan produk dari organisasi dengan menggunakan siklus produk dan sumber daya.

2. Mengidentifikasi area fungsi utama dengan menggunakan konsep value-added chain dari Michael Porter.

3. Memecah area fungsi ke dalam sub-sub proses dengan menanyakan “Apa makna dari nama fungsi ini?”. Dekomposisi fungsi dilakukan sampai subfungsi yang didapatkan merupakan aksi tunggal, dilaksanakan secara berulang, menghasilkan keluaran yang dikenal, atau dapat dihubungkan dengan unit organisasi tertentu.

4. Pembuatan struktur fungsi.

5. Memetakan fungsi detil dengan unit organisasi yang melakukannya dengan menggunakan matriks relasi fungsi – organisasi.

(11)

39 Tahap kelima: aspek waktu. Pada tahapan ini

didokumentasikan jadwal utama untuk setiap kegiatan bisnis organisasi yang berada dalam siklus bisnis. Perangkat bantu yang dapat digunakan ialah Grantt-Chart.

Tahap keenam: aspek jaringan. Pada tahapan ini dilaksanakan pendokumentasian dari lokasi-lokasi konseptual dari organisasi. Lokasi-lokasi ini dapat berupa kantor, ruang kegiatan, lokasi server, dan sejenisnya yang terdapat di setiap lokasi bisnis organisasi.

D.3: Usulan Tahapan Pengembangan Arsitektur Level Perancang

Tahapan pengembangan arsitektur perancang dilakukan dengan mengikuti urutan tahapan dari level pemilik. Tahap pertama: aspek motivasi. Pada tahapan ini dilakukan pendokumentasian peraturan bisnis utama dari organisasi.

Peraturan bisnis ini merupakan peraturan yang berkaitan langsung dengan fungsi bisnis utama dari organisasi.

Tahap kedua: aspek orang. Aspek ini berisi dokumentasi dari detil unit organisasi. Detil ini meliputi struktur organisasi internal dari unit-unit organisasi/departemen.

Tahap ketiga: aspek data. Pada tahapan ini dilakukan pendokumentasian entitas data lengkap dari bisnis.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1. Medefinisikan entitas data dengan disertai atribut utama dan relasi dari entitas data. Entitas data yang diperoleh pada bagian ini merupakan pengembangan dari entitas utama yang telah ada.

Perangkat bantu yang digunakan adalah diagram entitas-relasi (E-R Diagram).

2. Memetakan entitas data terhadap fungsi bisnis.

Dokumen fungsi bisnis, terdapat pada aspek fungsi dari arsitektur pada perspektif pemilik. Tujuan pemetaan ini adalah untuk menentukan entitas data yang diciptakan, dipakai, diubah, dan dihapus oleh fungsi bisnis. Untuk pemetaan ini dapat digunakan matriks entitas ke fungsi bisnis atau disebut juga matriks CRU. Matriks ini akan menunjukkan fungsi mana yang menciptakan entitas data (C, Create), mengubah atau menghapus data (U, Update) dan fungsi mana yang membaca atau menggunakan data tersebut (R, Read).

Tahap keempat: aspek fungsi. Pada tahap ini dilakukan pendefinisian jenis-jenis aplikasi yang dibutuhkan untuk mengelola data dan mendukung fungsi bisnis organisasi.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1. Membuat dokumen aplikasi. Dokumen ini berisi daftar dan deskripsi aplikasi konseptual. Dokumen aplikasi ini dibuat berdasarkan matriks data-fungsi yang dibuat pada aspek data. Aplikasi-aplikasi konseptual tersebut dipilah-pilah berdasarkan area fungsional bisnis yang utama. Setiap aplikasi didefinisikan beserta fungsi bisnis yang didukungnya, entitas data yang terkait dan unit organisasi yang terkait dengan aplikasi tersebut.

2. Menghubungkan aplikasi ke fungsi. Hal ini dilakukan untuk menjelaskan mengenai fungsi mana saja yang akan didukung oleh aplikasi yang akan dibangun. Fungsi bisnis yang didukung merupakan fungsi bisnis yang paling detil dalam bagan hierarki dekomposisi fungsi. Penyajiannya dengan mencantumkan fungsi yang didukung pada saat pendefinisian aplikasi dan dapat juga dilengkapi dengan menggunakan matriks aplikasi ke fungsi bisnis.

Tahap kelima: aspek waktu. Pada tahap ini dilakukan pendokumentasian siklus penggunaan aplikasi yang telah didefinisikan pada aspek fungsi. Siklus ini menggambarkan penggunaan aplikasi sesuai dengan siklus kegiatan bisnis organisasi.

Tahap keenam: aspek jaringan. Aspek jaringan pada perspektif ini menggambarkan distribusi dari data dan aplikasi pada lokasi-lokasi konseptual organisasi. Untuk penggambarannya dapat digunakan matriks hubungan lokasi-data dan lokasi-aplikasi. Pendefinisian distribusi ini akan menetapkan lokasi dari data dan aplikasi.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data yang telah di paparkan dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Metode Enterprise Architecture Planning (EAP) dapat digunakan untuk membangun Arsitektur Sistem Informasi yang mengacu pada kerangka kerja Zachman pada perspektif perencana, pemilik dan perancang untuk aspek data, fungsi dan jaringan.

Metode EAP yang digunakan adalah tahap Pemodelan Bisnis, Arsitektur Data, Arsitektur Aplikasi, dan Arsitektur Teknologi.

2. EAP membagi arsitektur sistem informasi ke dalam tiga kelompok atau aspek, yaitu aspek data, aspek aplikasi atau fungsi, dan aspek teknologi atau jaringan.

Kerangka kerja Zachman membagi arsitektur sistem informasi ke dalam enam aspek, yaitu: data, fungsi, jaringan, waktu, orang, dan motivasi. Setiap aspek dibagi ke dalam enam perspektif, yaitu perspektif perencana, pemilik, perancang, pengembang, komponen, dan sistem yang berjalan. Setiap perspektif ini mewakili arsitektur dari sudut pandang tertentu.

Layer arsitektur EAP bila menggunakan artefak Zachman dapat dibagi ke dalam tiga perspektif, yaitu perspektif perencana, pemilik dan perancang.

3. EAP tidak menyediakan panduan untuk pembuatan artefak-artefak pada aspek motivasi, waktu dan orang pada kerangka kerja Zachman, oleh karena itu artikel ini mencari cara untuk membuatnya. Cara yang digunakan, berturut-turut untuk aspek motivasi, waktu dan orang adalah: menyimpulkan peraturan bisnis organisasi, mengkaji siklus kegiatan organisasi dan keterkaitannya dengan penggunaan aplikasi, dan mengkaji struktur dari organisasi.

(12)

40

4. Pendefinisian Arsitektur Sistem Informasi yang berdasar pada kerangka kerja Zachman, dilakukan perspektif demi perspektif dengan urutan pendefinisian setiap aspek pada perspektif tersebut dapat dilakukan dengan tidak berurutan dengan mendahulukan pendefinisian aspek yang menunjang pendefinisian informasi pada aspek yang lain. Usulan pengembangan arsitektur pada perspektif perencana dengan tahapan aspek motivasi – fungsi – data – orang – waktu – jaringan, pada perspektif pemilik dengan tahapan aspek motivasi – orang – data – fungsi – waktu – jaringan, dan pada perspektif perancang dengan tahapan aspek motivasi – orang – data – fungsi – waktu – jaringan, dapat digunakan.

Adapun sara yang ditujukan khususnya untuk pengembangan penelitian adalah untuk pengembangan Arsitektur Sistem Informasi, sebaiknya telah dilakukan pendokumentasian sistem atau aplikasi serta platform teknologi yang dimiliki oleh organisasi.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Cook, Melissa A. (1996), Building Enterprise Information Architectures: Reenginering Information System, Prentice-Hall PTR [2] IBM. (1981), Bussiness System Planning – Information System

Planning Guide, International Bussiness Machines Corporation.

[3] Laudon, Kenneth., Laudon, J. (2002), Management Information Systems: Managing The Digital Firm, 7th Edition, Prentice-Hall.

[4] Martin, James. (1990), Information Engineering, Book II, Prentice- Hall.

[5] O’Rourke, Carol., Fishman, N., Selkow, W. (2003), Enterprise Architecture Using The Zachman Framework, Thomson Learning.

[6] Parizeau, Yvon (2002), Enterprise Architecture for Complex Government and the Challenge of Government On-Line in Canada, Riset Master, Dalhousie University.

[7] Sowa, J. F., J. A. Zachman (1987), Extending and formalizing the framework for information systems architecture, IBM Systems Journal, 31(3), 590-616

[8] Spewak, Steven H,. Hill, Steven. (1992), Enterprise Architecture Planning, John Wiley & Sons.

[9] Zachman, J. A. (1987), A framework for information systems architecture, IBM Systems Journal, 26(3), 276-292

[10] Zahman, John., Information Systems Architecture – ISA

[11] Zachman Institute for Framework Advancement (ZIFA) Website (2004), www.zifa.com , diakses terakhir kali tanggal 28-10-2017.

[12] Vasconcelos, A., da Silva, M., Fernandes, A. (2004), An Information System Architectural Framework for Enterprise Application Integration, Proceedings of the 37th Hawaii International Conference on System Science – 2004, IEEE, 1 – 9.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Kerja Zachman
Gambar 2.  Komponen Enterprise Architecture Planning (8) Layer  1  –  Dimana  proses  dimulai
Gambar 4.  Siklus Produk dan Sumber Daya (2) Deskripsi dari setiap tahap dalam siklus ini adalah:

Referensi

Dokumen terkait

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS THD PB MKJP DAN SUNTIK S/D JUNI

Dalam proses belajar tersebut, guru sebaiknya dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang terdapat dalam diri siswa” (Moedjianto, 2000:97). Metode

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan guru bidang studi kimia di SMA Negeri 2 Tambang yaitu ibu Muzeliati, S.Si, peneliti memperoleh

Banyaknya Nabi yang diutus Allah dengan membawa agama-Nya untuk umat dan zaman yang berbeda-beda, tidaklah berarti bahwa agama Allah itu banyak, sebab seluruh ajaran yang

Bagi member yang mereferensi pengajuan stockist yang telah di setujui perusahaan,maka member tersebut mendapatkan Fee Sponsor Stockist dari tiap produk yang di

Gambar 1. Model Prototipe Penelitian Pada gambar 3.2 pada model prototipe penelitian ini akan dibuat hardware berupa robot beroda dan.. remote kontrol, sedangkan untuk software

Kedua, sebagai arsitektur islami, karena secara bahasa islami punya makna lebih dari sekedar bentuk atau benda, tetapi lebih pada nilai islam yang menjadi sumber

Hubungan antara keberhasilan penyuluhan dengan kepercayaan petani terhadap penyuluh pertanian pada 3 kelompok tani yang diteliti adalah kuat dengan koefisien korelasi