• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida dengan Perilaku Pola Seksual Trimester III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida dengan Perilaku Pola Seksual Trimester III"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida dengan Perilaku Pola Seksual Trimester III

Mewik Rosiana

1*

, Yuni Uswatun Khasanah

2*

1, 2 Politeknik Kesehatan Ummi Khasanah, Bantul, Yogyakarta, Indonesia

*mewik.rosiana@gmail.com, yuni.findra@yahoo.com

ARTICLE INFO ABSTRAK Article history:

Received March 25,2021 Accepted April 26, 2021 Published January 25, 2022

Latar Belakang:Perilaku seksual dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah nilai – nilai budaya, interpretasi agama, adat tradisi dan kebiasaan dalam suatu masyarakat.

Rendahnya pengetahuan pola hubungan seksual erat kaitannya dengan perilaku ataupun tindakan ibu hamil dalam memenuhi kebutuhan seksual. Pengetahuan yang baik akan menghasilkan perilaku yang baik pula, begitu juga sebaliknya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu hamil primigravida dengan perilaku pola seksual trimester III di BPM Wartinem Jalakan Pandak Bantul Yogyakarta. Metode:

Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan waktu yang digunakan Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil primigravida trimester III dengan jumlah 62 responden. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Instrumen pengambilan data menggunakan kuesioner dengan analisa data chi square. Hasil: Pengetahuan ibu hamil primigravida mayoritas dalam kategori baik yaitu 18 orang (46,2%). Perilaku pola seksual responden pada kategori baik dengan jumlah 22 orang (56,4%). Hasil uji chi square didapatkan bahwa r hitung (15.981)

> r tabel (3.481) dengan nilai p-value (Asymp.sig) 0,00 lebih kecil dari 0,05 (p-value <

0,05). Kesimpulan: Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil primigravida dengan perilaku pola seksual Trimester III di BPM Wartinem Jalakan Pandak Bantul.

Kata Kunci:

Tingkat Pengetahuan Perilaku Pola Seksual

ABSTRACT

The Relationship of Knowledge of Pregnant Women with the Sexual Behaviour Patterns of Primigravida 3th Trimester

Key words:

Level of Knowledge Sexual Behaviour Pattern

DOI:

https://10.48092/jik.v8i1.133

Background: Sexual behavior is influenced by several factors, among them is the value of culture, interpretation of religion, traditions and customs of a society. Lack of knowledge of the pattern of sexual relations closely related to the behavior or actions of expectant mothers in fulfilling sexual needs. A good knowledge will produce good behavior, nor vice versa. This study aims to know the relationship between knowledge of pregnant women with the sexual behaviour patterns of 3th trimester primigravida in Wartinem Independent Practice Midwives Jalakan Pandak Bantul of Yogyakarta. Methods: this study used a survey of analytical methods with the approach of the time used Cross sectional. The population in this research is the whole pregnant with number III trimester primigravida 62 respondents. The technique used is the sample of purposive sampling data analysis by chi square. Results: Knowledge of pregnant women in the category of good majority primigravida namely 6 people (46.20%). Sexual patterns of behavior of the respondents in both categories with a total of 22 persons (56,4%). The chi square test results obtained that r count (15,981) > r table (3,481) with the value of the p-value (Asymp.sig) 0.00 smaller than 0.05 (p-value < 0.05). Conclusion: There is a relationship between knowledge of pregnant women with the sexual behaviour patterns of 3th trimester primigravida in Wartinem Independent Practice Midwives Jalakan Pandak, Bantul.

ThisopenaccessarticleisundertheCC–BY-SAlicense.

(2)

PENDAHULUAN

Kehidupan seksual yang sehat dan memuaskan merupakan aspek terintegrasi dari kualitas hidup yang baik. Banyak faktor yang terlibat pada fungsi seksual termasuk fisiologis, anatomi, budaya, psikologis, sosial, dan beberapa faktor lainnya (Thompson, 2016).

Fungsi seksual adalah tingkat atau derajat dari keseluruhan siklus respon seksual yang normal. Fungsi seksual dapat digunakan untuk mengkaji seksualitas manusia dalam konteks klinis. Fungsi seksual wanita adalah suatu bentuk kemampuan untuk mencapai kegembiraan atau hasrat seksual, pelumasan, atau gairah, dan orgasme, yang mengarah pada tingkat kesehatan bersama kualitas hidup yang baik (Shahhosseini, 2015).

Perilaku seksual merupakan cara seseorang untuk mengekspresikan hubungan seksualnya. Perilaku seksual ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah nilai – nilai budaya, interpretasi agama, adat tradisi dan kebiasaan dalam suatu masyarakat (Muhammad, Mulia dan Wahid, 2011).

Selama masa kehamilan ibu hamilmengalami perubahan fisik dan psikologis yangdapat menimbulkan ketidak-nyamanan terutamatrimester II dan III seperti dispnea, insomnia, gingiviris dan epulsi, sering buang air kecil,tekanan dan ketidaknyamanan pada perineum, nyeri punggung, konstipasi, varises, mudah lelah,kontraksi Braxton hicks, kram kaki, edema pergelangan kaki (non pitting) dan perubahan mood serta peningkatan kecemasan (Perry, et al., 2013).

Beberapa faktor yang mempengaruhi kecemasan ibu hamil dalam hubungan seksual antara lain usia ibu, dimana usia ibu mengalami perubahan perkembangan dari organ - organ tubuh terutama organ reproduksi dan perubahan emosi atau kejiwaan seorang ibu. Hal ini dapat mempengaruhi kehamilan yang secara tidak langsung mempengaruhi kecemasan seksual ibu dalam kehamilan. Dimana usia reproduksi yang baik untuk seorang ibu hamil adalah usia 20 - 35 tahun. Pada usia ibu yang masih mudah organ-organ reproduksi dan emosi belum cukup matang, hal ini disebabkan adanya kemunduran organ reproduksi secara umum. Sedangkan umur ibu diatas 35 tahun cenderung mengalami masalah komplikasi dalam persalinan dan terjadi perubahan hormon sehingga menyebabkan penurunan gairah seksual dan kecemasan meningkat pada ibu hamil (Nugroho, 2018)

Selain itu menurut Zawid dalam Perry dan Potter (2005) pada pasangan suami istri juga akan mengalami berbagai emosi untuk menghadapi peran

sebagai calon orang tua. Rasa tidak nyaman pada fisik dan takut akan cidera merupakan kekhawatiran utama yang membatasi aktivitas seksual. Serigkali kekhawatiran ini menyebabkan perilaku yang salah pada pola hubngan seksual. Faktanya efek yang terjadi pada saat melakukan hubungan seksual hanya dapat menyebabkan kontraksi ringan, hal ini karena sperma yang keluar saat orgasme mengandung prostaglandin.

Prostaglandin adalah hormon yang merangsang terjadinya kontraksi rahim. Hanya saja berhubungan seksual selama hamil tidak boleh dilakukan apabila ibu mengalami kehamilan berisiko seperti plasenta previa, atau salah satu pasangan memiliki penyakit kelamin seperti gonorea, clamindia (Suryoprajogo, 2008).

Perubahan fisik dan psikologi yang dialami ibu hamil menyebabkan ibu merasa cemas dan takut melakukan hubungan seksual, terutama ibu hamil primigravida. Selain karena cemas, rasa takut dan libido yang menurun, perilaku pola seksual dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu hamil. Kurangnya pengetahuan ibu tentang permasalahan yang timbul dalam kehamilan terutama tentang pola seksual, akan berdampak pada keharmonisan keluarga (Solihah, 2008).

Menurut penelitian Yuliana, 2019 Terdapat 4 ibu hamil mengalami kekhawatiran dalam hubungan seksual dipengaruhi oleh umur kehamilan, dimana umur kehamilan ibu di trimester 3 kurang memahami posisi berhubungan sehingga ibu hamil khawatir akan berdampak pada bayinya. 3 ibu hamil mengalami kecemasan dipengaruhi oleh paritas, seorang ibu merasa khawatir kerena belum mempunyai pengalaman sebelumnya terhadap kehamilan dibandingkan ibu yang sudah pernah melahirkan. Sehingga ibu hamil merasa cemas terhadap kehamilanya dalam berhubungan seksual

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di BPM Wartinem di dusun Jalakan Pandak Bantul di peroleh data kunjungan ibu hamil pada bulan Desember 2015 sebanyak 103 kunjungan ibu hamil.

Diperoleh data kunjungan trimester I sebanyak 24 orang (23,3%), trimester II sebanyak 38 orang (36,9%) dan trimester III sebanyak 41 orang (39,8%).

Setelah dilakukan wawancara secara acak pada ibu hamil primigravida trimester III tentang pengetahuan pola seksual ibu hamil trimester III, yang meliputi pertanyaan tentang frekuensi hubungan seksual selama hamil yang boleh melakukan hubungan dan tidak boleh, serta posisi yang baik dalam hubungan seksual. Dari 10 ibu hamil menunjukkan hasil, 7 (70%) ibu hamil belum memahami tentang hubungan seksual yang baik dan masih melakukan hubungan seksual selama hamil

(3)

trimester III 1x/minggu, 3 (30%) ibu hamil sudah tau tentang hubungan seksual yang baik dan sudah mengetahui posisi, indikasi, kontra indikasi dan melakukan hubungan seksual trimester III 2x/minggu.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan ibu hamil primigravida trimester III dengan perilaku pola seksual di BPM Wartinem Jalakan Pandak Bantul Yogyakarta”.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode survey analitik yaitu melihat yang sudah ada tanpa perlakuan yang sengaja untuk mengakibatkan atau menimbulkan suatu gejala atau keadaan. Pendekatan waktu yang digunakan Cross sectional.

Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil primigravida trimester III yang berkunjung di BPM Wartinem pada bulan Januari – Maret 2016. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 62 orang. Teknik pengambilan sampling purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan ibu hamil primigravida trimester III tentang pola seksual dan kuesioner untuk mengetahui perilaku pola seksual trimester III.

Pertanyaan yang sudah di uji validitas dengan product moment dan reliabilitas menggunakan alfa cronbach pengetahuan 23 soal dan perilaku 20 soal. Analisa data dilakukan secara univariate dan bivariate.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden

a. Umur

Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan umur responden yang diuraikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Umur Responden

Umur F Prosentase

<20 tahun 2 5,1 % 20-35 tahun 35 89,8 %

35 tahun 2 5,1%

Jumlah 39 100 %

Hasil penelitian menunjukkan umur responden mayoritas pada rentang 20-35 tahun dengan sebanyak 35 orang (89,8%).

Hasil ini dapat diartikan bahwa ibu hamil menjalani masa kehamilan yang ideal yaitu umur reproduksi sehat. Ibu hamil umur 20-35 tahun dianggap ideal untuk menjalani proses kehamilan dan persalinan, karena pada usia ini kondisi fisik atau organ reproduksinya sudah siap menjalani kehamilan. Dilihat dari faktor umur, ibu hamil

telah memasuki umur dewasa dan semakin matang dalam hal pengetahuan, perilaku dan cara berfikir (Notoatmodjo, 2010).

Sejalan dengan teori Erfandi (2009) umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada umur ini.

b. Pendidikan

Hasil penelitian karakteristik responden pendidikan diuraikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan

Pendidikan F Prosentase

SD 1 2,6 %

SMP 7 20,5 %

SMA/SMK 26 87,2%

DIII/PT 5 12,8%

Jumlah 39 100 %

Hasil penelitian menunjukkan pendidikan responden paling banyak adalah SMA/SMK dengan jumlah 26 orang (87,2%). Pendidikan adalah upaya dalam menjaga kesehatan seseorang, terdapat dua faktor pokok yang memengaruhi kesehatan, yaitu faktor perilaku dan faktor non-perilaku. Menurut B. Bloom, terdapat tiga domain/ranah dari perilaku, yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan tindakan (practice) (Notoatmodjo, 2014).

Sedangkan perilaku kesehaan tersebut, menurut L. Green dipengaruhi dan ditentukan oleh tiga faktor yaitu faktor predisposisi predisposing factor), faktor pemungkin (enabling factor), dan faktor pendorong/penguat (reinforcing factor) (Notoatmodjo, 2014).

Semakin tinggi pendidikan maka akan semakin berkualitas pengetahuan dan perilaku seseorang. Hal ini sejalan denga penelitian Purwati, dkk (2015) bahwa pengetahuan orang tua dengan pendidikan menengah ke atas lebih baik dibandingkan pengetahuan orang tua dengan pendidikan menengah ke bawah dan pendidikan rendah.

(4)

c. Pekerjaan

Tabel 4.3 Distribusi Pekerjaan Responden

Pekerjaan F Prosentase

IRT 26 66,7 %

Buruh 3 7,7 %

Karyawan 8 20,5%

Guru 2 5,1%

Jumlah 39 100 %

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar pekerjaan responden adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 26 orang (66,7%).

Pekerjaan responden yang di terangkan dalam data tabel 4.3 menunjukkan sebagian besar pekerjaan responden adalah Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 26 orang (66,7%). Menurut Notoatmodjo (2014), pekerjaan adalah aktivitas yang dapat menghasilkan pendapatan. Ibu yang tidak mempunyai pekerjaan, dapat diartikan pekerjaan ibu difokuskan pada pekerjaan rumah tangga. Kondisi ini diharapkan ibu lebih banyak waktu untuk meningkatkan pengetahuan dengan cara memperoleh informasi dari media sosial atau publik. Hal ini diungkapkan pada Penelitian pratiwi, dkk (2015) bahwa responden yang mendapatkan paparan tambahan informasi, pengetahuannya akan berbeda dengan yang tidak terpapar informasi. Perilaku (pengetahuan, sikap dan praktek) pemenuhan kebutuhan seksual pasangan dengan ibu hamil, setelah diberikan pendidikan atau informasi seksual secara signifikan lebih baik daripada sebelum diberikan pendidikan seksual.

d. Pendapatan

Tabel 4.4 Distribusi Pendapatan Responden

Pendapatan F Prosentase

<Rp 1.164.800 28 71,8 %

≥Rp 1.164.800 11 28,2 %

Jumlah 39 100 %

Hasil penelitian menunjukkan pendapatan responden dibawah Upah Minimum Regional (UMR) <Rp 1.164.800 dengan jumlah 28 orang (71,8%).

2. Pengetahuan Pola Seksual

Tabel 4.5 Distribusi Pengetahuan Pola Seksual Responden

Pengetahuan F Prosentase

Baik 18 46,2 %

Cukup 17 43,6 %

Kurang 4 5,1%

Jumlah 39 100 %

Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu hamil primigravida mencakup kategori baik, cukup dan kurang, namun mayoritas responden mempunyai pengetahuan dalam kategori baik yaitu 18 orang (46,2%).

Sedangkan pengetahuan responden kategori cukup sebanyak 17 0rang (43,6%) dan pengetahuan kurang 4 (5,1%). Menurut Soekanto (2005) pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya, yang berbeda sekali dengan kepercayaan (beliefs), takhayul (superstilions) dan penerangan-penerangan yang keliru (misinformations). Pengetahuan dalam hal ini dipengaruhi beberapa faktor seperti umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, informasi dan sosial budaya.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Puspitasari (2013) yang menunjukkan bahwa responden mempunyai tingkat pengetahuan cukup baik tentang hubungan seksual selama kehamilan dengan prosentase 60,61%. Responden mengetahui bagaimana posisi seksual yang benar dan aman bagi wanita hamil terutama trimester III. Pengetahuan responden dalam penelitian Puspitasari juga dipengaruhi umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, informasi dan sosial budaya.

Penelitian Purwanti (2015), menegaskan bahwa Peningkatan pengetahuan juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan responden. Pada kelompok eksperimen mayoritas res-ponden dengan tingkat pendidikan tinggi (SMA dan Diploma/Sarjana) yaitu 17 ibu hamil (45,4%) dan 18 orang suami (69,2%).

Penerimaan informasi tentang hubungan seksual masa kehamilan dapat lebih baik pada tingkat pendidikan yang tinggi. Pasangan dapat memperluas informasi tentang hubungan seksual masa kehamilan.

Sejalan dengan penelitian Kusbiantoro (2014), bahwa pengetahuan orang tua dengan pendidikan menengah ke atas lebih baik dibandingkan pengetahuan orang tua dengan pendidikan menengah ke bawah dan pendidikan rendah

3. Perilaku Pola Seksual

Tabel 4.6 Distribusi Perilaku Pola Seksual Responden

Perilaku F Prosentase

Baik 22 56,4 %

Tidak Baik 17 43,6 %

Jumlah 39 100 %

Hasil penelitian menunjukkan perilaku pola seksual pada kategori baik dengan jumlah 22 orang (56,4%) dan kategori tidak baik 17 orang (43,6%).

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang

(5)

bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri.

Oleh sebab itu, perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat luas, mencakup berjalan, berjalan, bereaksi, berpakaian, dan lain sebaginya.

Bahkan kegiatan internal (internal activity) seperti berpikir, persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku manusia. Dapat dikatakan bahwa perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik yang dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2011).

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar seperti perilaku pola seksual (Notoatmodjo, 2007).

Menurut penelitian Hapsari (2011) terdapat perubahan perilaku antara Trimester I, II dan III terutama pada posisi dan frekuensi dalam melakukan hubungan seksual. Seluruh partisipan menyatakan posisi dalam melakukan hubungan seksual saat hamil berubah. Sebelum hamil, rata-rata pasangan melakukan posisi konvensional / misionaris. Setelah hamil, terdapat perubahan posisi.

Hasil penelitian Hapsari menunjukkan terdapat variasi frekuensi hubungan seksual ibu hamil selama masa kehamilan. Mayoritas ibu hamil dalam penelitian ini menyatakan bahwa penurunan frekuensi hubungan seksual semenjak awal kehamilan, meningkat pada pertengahan dan turun kembali bahkan semakin menurun dengan tuanya masa kehamilan. Hal tersebut bisa disebabkan karena kehamilan merupakan masa transisi dalam siklus kehidupan dimana terjadi perubahan baik secara fisik dan psikis yang harus diadaptasikan oleh ibu hamil.menjadi miring, membelakangi ataupun didepan suami.

4. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida dengan Perilaku Pola Seksual Trimester III

Untuk melihat hubungan antara pengetahuan ibu hamil primigravida dengan perilaku pola seksual trimester III, peneliti melakukan uji chi square. Hasil pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Pola Seksual

Pengetahuan Perilaku Pola Seksual p

Baik % Tidak % %

Baik 16 41,0 2 5,1 18 46,2

0,00

Cukup 6 15,4 11 28,2 17 43,6

Kurang 0 0 4 10,3 4 10,3

Total 22 56,4 17 43,6 39 100

Hasil uji hubungan antara pengetahuan ibu hamil primigravida dengan perilaku pola seksual dengan analisisi bivariat chi square didapatkan hasil bahwa r hitung (15.981) > r tabel (3.481) dengan nilai p-value (Asymp.sig) 0.00 lebih kecil dari 0.05 (p-value < 0.05), artinya Hα diterima. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil primigravida dengan perilaku pola seksual Trimester III di BPM Wartinem Jalakan Pandak Bantul. Hubungan penelitian menurut besarnya koefisien kontingensi memberikan penilaian tingkat kekuatan hubungan dua variabel. Pada penelitian ini koefisiennya adalah 0.539 dengan tingkat hubungan sedang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Yuni,2018 di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Padang tahun 2012 dimana distribusi responden dengan usia tidak berisiko 12,5%

mengalami cemas ringan 76,8% mengalami cemas sedang, 10,7% mengalami cemas berat. Kehamilan Ibu dengan usia berisiko dapat menjadi penyebab rasa cemas Ibu sebagaimana dalam teori yang menyatakan bahwa ibu hamil dengan usia berisiko dapat terjadi gangguan pada janin atau kelainan sehingga dapat menimbulkan rasa cemas terhadap Ibu hamil terutama primigravida

Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan ibu hamil primigravida trimester III sangat berhubungan terhadap perilaku pola seksual ibu hamil. Selain pengetahuan ada beberapa faktor yang ikut mempengaruhi perilaku ibu hamil, antara lain Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi (Notoatmodjo, 2011).

Faktor pendukung merupakan faktor pemungkin. Faktor ini bisa sekaligus menjadi penghambat atau mempermudah niat suatu perubahan perilaku dan perubahan lingkungan yang baik. Faktor pendukung (enabling factor) mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas.

Sarana dan fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya suatu perilaku,

(6)

sehingga disebut sebagai faktor pendukung atau faktor pemungkin (Notoatmodjo, 2011).

Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) merupakan penguat terhadap timbulnya sikap dan niat untuk melakukan sesuatu atau berperilaku.

Suatu pujian, sanjungan dan penilaian yang baik akan memotivasi, sebaliknya hukuman dan pandangan negatif seseorang akan menjadi hambatan proses terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, 2011).

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, di dalam diri seseorang terjadi proses yang berurutan yakni, awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam diri mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek). Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau obyek tersebut. Disini sikap subyek sudah mulai timbul.

Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

Trial, sikap dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus. Adaption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Apabila penerimaan perilaku baru atau diadopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan analisis data serta pembahasan dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan pengetahuan ibu hamil primigravida mayoritas dalam kategori baik yaitu 18 orang (46,2%). Perilaku pola seksual responden pada kategori baik dengan jumlah 22 orang (56,4%).

Hubungan antara pengetahuan ibu hamil primigravida dengan perilaku pola seksual Trimester III di BPM Wartinem Jalakan Pandak Bantul dengan nilai p-value (Asymp.sig) 0,00 lebih kecil dari 0,05 artinya terdapat hubungan antara pengetahuan dan perilaku dengan nilai koefisien kontingensi dalam kategori sedang. Saran bagi BPM Wartinem diharapkan BPM Wartinem berkolaborasi dengan sektor kesehatan terkait untuk meningkatkan pengetahuan responden yang masih dalam kategori cukup dan kurang. Dengan meningkatnya pengetahuan responden, maka akan

meningkat pula perilaku responden.

Saran bagi ibu hamil trimester III diharapkan dapat memahami perilaku pola seskual sesuai dengan umur kehamilan dan kondisi kesehatan ibu. Selain itu juga diharapkan meningkatkan pengetahuan tentang pola seksual untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan keharmonisan keluarga. Bagi suami diharapakan bersedia memahami kondisi kehamilan istri, sehingga mampu menjaga dan memperhatikan terutama perilaku pola seksual yang benar. Bagi civitas Poltekkes Ummi Khasanah untuk meningkatkan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan ibu hamil dan perilaku pola seksual trimester III dan hasil penelitian juga dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan koleksi pustaka. Saran bagi peneliti untuk meningkatkan wawasan tentang pengetahuan pola seksual dan perilaku seksual trimester III dan juga dapat menerapkan penelitian tentang hal-hal yang berkaitan dengan seksual terutama pada ibu hamil trimester III.

REFERENSI

Hidayat, A.A. (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan;

Paradigma Kuantitatif. Cet. Pertama. Surabaya:

Health Books.

Muhammad Khidri Alwi, Yusriani, Heru Santoso Wahito Nugroho. (2018). The Effect Of Training On Efforts To Reduce Maternal Mortality Risk To Behavior Of Community-Based Safe Motherhood Promoters (SMPs). Indian Journal of Public Health Research & Development. 9 (11), Pp.398-404.

Muhammad, K. H., Mulia, S. M., dan Wahid, K. M.

(2011). Fiqh Seksualitas: Risalah Islam Untuk Pemenuhan Hak - Hak Seksualitas. Jakarta:

PKBI

Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu Perilaku Kesehatan. 2nd ed. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat. Jakarta:

Rineka Cipta

Perry, A. G dan Potter, P. A. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC.

Perry, S. E., Hockenberry, M. J., Lowdermilk, D. L., &

Wilson, D. (2013). Maternal child nursing care.

Elsevier Health Sciences.

Santi, U. F., & Sari, T. P. stikespku.ac.id.

Ejournal.stikespku.ac.id:

http://ejournal.stikespku.ac.id/index.php/profesi /article /download/17/15. Diakses 20 Desember 2015 pukul 20.30 WIB

(7)

Shahhosseini, N. B. (2015). Bio-Psycho-Social Factors Affecting Women's Sexual Function during.

Global Journal of Health Science, Vol.8 No 10.

Thompson, J. C., & Rogers, R. G. (2016). Surgical Management for Pelvic Organ Prolapse and Its Impact on Sexual Function. Sexual Medicine Reviews, 4(3), 213–220.

doi:10.1016/j.sxmr.2016.02.002

Yuni Prihatiningsih. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Seksual Ibu Hamil Di Puskesmas Mergangsan Yogyakarta.

Gambar

Tabel  4.5  Distribusi  Pengetahuan  Pola  Seksual  Responden  Pengetahuan  F  Prosentase  Baik  18  46,2 %  Cukup  17  43,6 %  Kurang  4  5,1%  Jumlah  39  100 %
Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Pola  Seksual

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karenanya pada penelitian ini kamera jebak telah dipasang dalam rentang ketinggian tempat mulai dari 252 hingga 1199 m dpl, antara lain sebagai upaya untuk mengetahui

Medan magnet yang tinggi akan dapat menyebabkan sebuah beban dalam kumparan kerja tersebut melepaskan panasnya, sehingga panas yang ditimbulkan oleh besban tersebut justru

Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif diantaranya Teams Games Tournament (TGT) dan Numbered Heads Together (NHT). TGT adalah pembelajaran kooperatif

Penelitian ini diharapkan untuk dapat menambah pengetahuan dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan khususnya mengenai analisis diskriminan model Altman Z-Score

Jadi yang dimaksud dengan tenaga kerja, yaitu individu yang sedang mencari atau sudah melakukan pekerjaan yang menghasilkan barang atau jasa yang sudah memenuhi persyaratan

Semakin tinggi profitabilitas yang diukur dengan ROA maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang dimiliki dan penerbit obligasi dikelompokkan

Identifikasi CSF untuk setiap proses dilakukan melalui pemilihan CSF generic dari setiap proses dan membandingkannya dengan tingkat kematangan 4 pada model maturity

Untuk itu penulis mencoba untuk membantu menggali lebih dalam potensi dari orang-orang yang memiliki minat untuk mempelajari dasar-dasar bahasa Jepang melalui