• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu menurut (Asmoro & Indrarini, 2021) memiliki tujuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu menurut (Asmoro & Indrarini, 2021) memiliki tujuan"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menurut (Asmoro & Indrarini, 2021) memiliki tujuan mengetahui hubungan inovasi produk makanan terhadap minat beli masyarakat di Gresik. Hasil penelitian ini yaitu inovasi produk makanan memiliki hubungan kuat secara signifikan terhadap minat beli masyarakat di Gresik. Persamaan dari penelitian terdahulu yaitu menggunakan metode analisis korelasi sederhana dengan teknik pengambilan sampel purposive sampling dan diukur menggunakan skala likert.

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu variabel (X) = inovasi produk, variabel (Y) = minat beli, objek penelitian masyarakat di Gresik, dan menggunakan program SPSS untuk mengolah data.

Penelitian terdahulu menurut (Cyasmoro & Talumantak, 2021) memiliki tujuan menganalisa pengaruh inovasi pemasaran dan inovasi kemasan produk meningkatkan kinerja UMKM makanan dan minuman di Pasar Lama Kota Tangerang. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat pengaruh inovasi pemasaran dan inovasi kemasan, inovasi pemasaran terhadap kinerja pemasaran, dan pengaruh inovasi kemasan terhadap kinerja pemasaran. Persamaan dari penelitian terdahulu yaitu variabel inovasi kemasan, teknik pengambilan sampel yang digunakan non probability sampling, dan metode analisa data deskriptif dan kuantitatif menggunakan Smart PLS. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu variabel inovasi pemasaran,

(2)

7

teknik pengambilan sampel accidental sampling, dan objek penelitian pada UMKM makanan dan minuman di Pasar Lama Kota Tangerang.

Penelitian terdahulu menurut (Pattipeilohy, 2018) memiliki tujuan untuk menguji pengaruh langsung variabel inovasi produk dan keunggulan bersaing terhadap kinerja pemasaran usaha nasi kuning. Hasil dari penelitian ini yaitu menunjukkan bahwa inovasi produk melalui penciptaan produk-produk pendukung yang baru mampu menaikkan kinerja pemasaran. Persamaan dari penelitian terdahulu yaitu teknik pengambilan sampel mengguanakan purposive sampling. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu variabel (X1) = inovasi produk, variabel (X2) = keunggulan bersaing, dan variabel (Y) = kinerja pemasaran, teknik analisa data menggunakan analisa regresi berganda, objek penelitian di UMKM di bidang kuliner (nasi kuning).

Penelitian terdahulu menurut (Amin et al., 2019) memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh inovasi produk, orientasi pasar, keunggulan bersaing terhadap kinerja di sentra industri mebel kayu Desa Sembungan. Hasil penelitian ini yaitu terdapat pengaruh secara simultan dan signifikan variabel inovasi produk, orientasi pasar, keunggulan bersaing terhadap kinerja pemasaran. Hasil koefisien determinasi menunjukkan inovasi produk, orientasi pasar, keunggulan bersaing memiliki pengaruh sebesar 61,2% terhadap kinerja pemasaran di sentra industri mebel kayu Desa Sembungan. Persamaan dari penelitian terdahulu yaitu jenis penelitian menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan

(3)

8

penelitian ini yaitu variabel (X1) = inovasi produk, variabel (X2) = orientasi pasar, variabel (X3) = keunggulan bersaing, variabel (Y) = kinerja pemasaran. Metode analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan menggunakan program IBM SPSS 21.0, objek penelitian di sentra industri mebel kayu Desa Sembungan.

Penelitian terdahulu menurut (Rahmi & Rizki Diyah Purwanti, 2016) memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh inovasi produk dan promosi terhadap keputusan pembelian produk Nu Green Tea pada PT. ABC President Indonesia. Hasil penelitian ini yaitu inovasi produk termasuk kategori baik dengan skor 683 yang menunjukkan bahwa inovasi produk cukup memuaskan konsumen. Pengaruh inovasi produk (X1) terhadap keputusan pembelian (Y) adalah sebesar 91,3% sedangkan sisanya sebesar 8,7% dipengaruhi faktor lain. Permasaan dari penelitian terdahulu yaitu variabel (Y) = keputusan pembelian. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu variabel (X1) = inovasi produk, variabel (X2) = promosi, metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dan verifikatif, teknik analisis data menggunakan analisis jalur, dan objek yang digunakan pada produk Nu Green Tea pada PT. ABC President Indonesia Cabang Garut.

Penelitian terdahulu menurut (Sulistiyowati & Purwanto, 2021) memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh efektivitas promosi melalui instagram dan inovasi produk terhadap keputusan pembelian produk Gembul Banana. Hasil penelitian ini menunjukkan efektivitas promosi melalui instagram dan inovasi produk berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian produk Gembul Banana. Persamaan dari

(4)

9

penelitian terdahulu yaitu variabel (Y) = keputusan pembelian. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu variabel (X1) = efektivitas promosi melalui instagram, variabel (X2) = inovasi produk, pengambilan sampel menggunakan accidental sampling, menggunakan metode deskriptif eksplanatori dengan model analisis regresi linier berganda, dan objek penelitian pada konsumen produk Gembul Banana.

Penelitian terdahulu menurut (Afriyanti & Rahmidani, 2019) memiliki tujuan untuk mengatahui pengaruh inovasi produk, kemasan, dan variasi pproduk terhadap minat beli ice cream Aice di Kota Padang. Hasil penelitian ini menunjukkkan bahwa variabel inovasi produk berpengaruh negatif dan signifikan terhadap minat beli ice cream Aice di Kota Padang, sedangkan variabel kemasan dan variasi produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli ice cream Aice di Kota Padang.

Persamaan dari penelitian terdahulu yaitu teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu variabel (X1) = inovasi produk, variabel (X2) = kemasan, variabel (X3) = variasi produk dan variabel (Y) = minat beli , analisis data menggunakan analisis regresi berganda, dan objek penelitian pada konsumen ice cream Aice di Kota Padang.

Penelitian terdahulu menurut (Lestari- et al., 2020) memiliki tujuan untuk menganalisa pengaruh kemasan dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian produk susu olahan Koperasi Agro Niaga Jabung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besarnya pengaruh kemasna dan kualitas produk terhadap keputusan pembelian

(5)

10

produk susu olahan Koperasi Agro Niaga Jabung (adjusted R2) adalah sebesar 58%.

Persamaan dari penelitian terdahulu yaitu teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, variabel (Y) = keputusan pembelian. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu variabel (X1) = kemasan, variabel (X2)

= kualitas produk, analisis data menggunakan regresi linier berganda, dan objek penelitian pada produk susu olahan Koperasi Agro Niaga Jabung.

Penelitian terdahulu menurut (Ridjal Nur et al., 2019) memiliki tujuan untuk mengetahui pengaruh kemasan susu Bear Brand terhadap keputusan pembelian konsumen pada PT. Oze Power Switch Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kemasan produk susu Bear Brand terhadap keputusan pembelian konsumen pada PT. Oze Power Switch Makassar. Persamaan dari penelitian terdahulu yaitu variabel (Y) = keputusan pembelian, dan menggunakan pengukuran dengan skala likert. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu variabel (X) = kemasan produk, menggunakan analisis regresi sederhana, dan objek penelitian pada PT. Oze Power Switch Makassar.

Penelitian terdahulu menurut (Alit Pujawan, 2019) memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh inovasi kuliner pada jajanan cacalan terhadap keputusan pembelian di Kecamatan Sidemen. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat pengeruh yang signifikan inovasi kuliner dapa jajanan cacalan terhadap keputusan pembelian. Persamaan dari penelitian terdahulu yaitu variabel (Y) = keputusan pembelian, metode pengumpulan sampel non probability sampling yaitu

(6)

11

purposive sampling, pengukuran setiap indikator menggunakan skala likert. Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu variabel (X) = inovasi kuliner pada jajanan cacalan, metode analisis data menggunakan analisis regresi sederhana, dan objek penelitian pada konsumen jajanan cacalan di Kecamatan Sidemen.

2.2 Kemasan (Packaging) 2.2.1 Pengertian Kemasan

Kemasan produk yaitu salah satu ciri khas yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memasarkan sebuah produk. Menurut Hendrik (2021) Kemasan tidak hanya merupakan pelayanan tetapi juga sebagai salesman dan pembawa kepercayaan, dimana suatu kemasan merupakan penglihatan akhir dari konsumen yang dapat dipercaya.

Kemasan memegang peranan penting pada sebuah produk dikarenakan kemasan merupakan salah satu bagian dari rencana pemasaran yang mencerminkan promosi yang ingin di sampaikan. Selain itu kemasan merupakan penghubung antara perusahaan dan pelanggan.

Perusahaan sangat memperhatikan kemasan suatu produk dikarenakan mereka menganggap bahwa fungsi kemasan tidak hanya sebatas wadah pembungkus saja melainkan mempunyai fungsi dan manfaat lainnya, akan tetapi tidak jarang ada beberapa perusahaan yang mengabaikan kemasan produknya. Pada kemasan sebuah produk desain merupakan salah satu aspek yang dapat memperindah kemasan sehingga

(7)

12

sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penjualan. Hal tersebut dikarenakan pertama kali yang dilihat oleh konsumen yaitu tentang kemasan, apabila konsumen sudah tidak tertarik pada kemasan yang ditawarkan maka konsumen tersebut tidak tertarik untuk membelinya. Menurut (Willy & Nurjanah, 2019) berpendapat bahwa kemasan dapat menarik perhatian konsumen terhadap merek tertentu, meningatkan citra, dan merangsang persepsi konsumen tentang produk. Kemasan produk yang sederhana atau bahkan tidak dapat menarik perhatian konsumen maka kemasan tersebut akan terlihat membosankan dibandingkan dengan kemasan yang sangat unik dan menarik, sehingga konsumen akan lebih cenderung memilih produk dengan kemasan yang menarik.

2.2.2 Inovasi Kemasan Produk

Menurut (Rahmi & Rizki Diyah Purwanti, 2016) inovasi merupakan bagian dari kerangka kerja yang menghubungkan aspek budaya perusahaan dengan kemampuan berinovasi serta meningkatkan kinerja perusahaan melalui keputusan pembelian konsumen. Sedangkan menurut (Fitriyana Sa’diah, 2017) inovasi merupakan barang, jasa, atau gagasan yang dianggap oleh seseorang sebagai hal yang baru. Inovasi kemasan produk didefinisikan sebagai cara pengembangan dan ide-ide dalam atribut kerja produk yang ditawarkan (Cyasmoro & Talumantak, 2021). Inovasi kemasan produk memiliki peran yang strategis untuk memenuhi permintaan konsumen serta mampu melihat peluang pasar baru.

(8)

13

Menurut Ahmad Yahya (2016) menjelaskan ada lima tahap karakteristik inovasi yaitu :

1. Relative Advantage (keuntungan relatif), yaitu tingkat kelebihan suatu inovasi, apakah lebih baik dari inovasi yang ada sebelumnya atau dari hal-hal yang biasa dilakukan. Biasanya diukur dari segi ekonomi, prestasi sosial, kenyamanan dan kepuasan. Semakin besar keuntungan relative yang dirasakan oleh adopter, maka semakin cepat inovasi tersebut diadopsi.

2. Compatibility (keserasian), yaitu tingkat keserasian dari suatu inovasi, apakah dianggap konsisten atau sesuai dengan nilai-nilai, pengalaman dan kebutuhan yang ada. Apabila inovasi berlawanan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh adopter maka inovasi baru tersebut tidak dapat diadopsi dengan mudah oleh adopter.

3. Complexity atau Kompleksitas (kerumitan), yaitu tingkat kerumitan dari suatu inovasi untuk adopsi, seberapa sulit memahami dan menggunakan inovasi.

Semakin mudah suatu inovasi dimengerti dan dipahami oleh adopter, maka semakin cepat inovasi diadopsi.

4. Trialability atau triabilitas (dapat diuji coba), yaitu tingkat apakah suatu inovasi dapat dicoba terlebih dahulu atau harus terikat untuk menggunakannya. Suatu inovasi dapat diuji cobakan pada keadaan sesungguhnya, inovasi pada umumnya lebih cepat diadopsi. Suatu inovasi harus mampu menunjukkan keunggulannya untuk lebih mempercepat proses adopsi.

(9)

14

5. Observability (dapat diobservasi), yaitu tingkat bagaimana hasil penggunaan inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil suatu inovasi, semakin besar kemungkinan inovasi diadopsi oleh orang atau sekelompok orang.

Menurut (Diklusari Inarosi Norsita, 2021) ada beberapa hal yang harus dilakukan mengenai startegi kreatif dan inovatif yang dapat memodifikasi sisi-sisi tertentu dari suatu kemasan produk, antara lain :

1. Warna

Kekuatan dari sebuah warna sangatlah penting untuk pengenalan suatu merek kepada konsumen. Pemilihan keputusan untuk warna yang digunakan yaitu harus memiliki tujuan agar dapat memberikan arti yang tepat terhadap kemasan produk.

2. Bentuk

Bentuk kemasan sangat berpengaruh terhadap psikologis calon konsumen, dengan bentuk kemasan yang menarik dan terkesan besar akan membuat konsumen lebih tertarik membeli. Bentuk sebuah kemasan dapat menjadi alat komunikasi untuk mempengaruhi persepsi, menarik hati dan membangun keinginan konsumen untuk memiliki produk bahkan sebelum mereka membaca label atau melihat produk yang sesungguhnya.

3. Merek atau Logo

(10)

15

Salah satu tujuan adanya merek atau logo adalah mengenalkan produk kita kepada masyarakat dalam bentuk non produk. Misalnya dalam pamflet spanduk dan alat komunikasi yang lain. Merek dagang atau logo perusahaan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kemasan, contohnya komunikatif, identitas symbol. Kemasan dengan logo yang menarik, warna kemasan terlihat cerah dan ukuran yang sesuai memberikan pengaruh terhadap proses pengambilan keputusan pembelian.

4. Ilustrasi

Ilustrasi dapat membantu meluruskan maksud suatu tujuan karena perbedaan bahasa kata-kata didunia. Adanya ilustrasi dalm suatu produk media harus didasarkan pada pelabelan suatu produk.

5. Tipografi

Tipografi atau label tidak kalah pentingnya dalam kemasan bahan makanan atau minuman. Adanya label menjadi media informasi sebagai bahan pertimbangan untuk membeli atau mengkonsumsi produk tersebut. pada label berisi informasi mengenai gizi yang ada dan komposisi lainnya, mengandung penyebab alergi, masa kadaluarsa, cara penyimpanan, cara memasak, dan informasi penting lainnya yang dapat digunakan sebagai pedoman kita dalam membeli suatu produk.

(11)

16 2.2.3 Fungsi Kemasan

Pada zaman modern seperti sekarang ini, kemasan sangat berperan penting sebagai alat pemasaran. Pada kemasan terdapat pula beberapa infomasi terkait produk yang di jual, sehingga konsumen bisa membaca sendiri segala bentuk informasi yang telah tersedia pada kemasan tersebut. Kemasan yang memiliki informasi yang lengkap dapat menarik konsumen untuk membaca informasi tersebut, sehingga hal itu merupakan keuntungan bagi perusahaan dapat dikatakan juga sebagai iklan gratis bagi sebuah perusahaan. Selain itu beberapa konsumen sekarang ini merasa bangga membeli produk dengan kemasan yang cukup bergengsi, bahkan konsumen mau membayar dengan harga yang lebih mahal hanya untuk kemasan yang menarik dan berbeda dengan yang lainnya. Hal tersebut merupakan keuntungan bagi perusahaan, sehingga perusahaan akan semakin terangkat namanya dengan kemasan dan merek yang populer.

Menurut Manap (2016), berikut ini yaitu beberapa fungsi kemasan bagi konsumen :

1. Dengan adanya kemasan, barang-barang tetap bersih dan praktis untuk dibawa kemana, tahan lama, dan mudah disimpan.

2. Dengan dituliskan pada kemasan, berarti timbangan isi didalamnya benar.

3. Kemasan menunjukkan kualitas barang dan kadang-kadang menerangkan isi yang di bungkus.

(12)

17

4. Kemasan yang isinya telah habis terpakai masih dapat digunakan untuk tempat menyimpan barang lain.

5. Kemasan yang memberi informasi akan memberi dorongan pada pembeli untuk membaca dulu sambil berpikir akan membelinya.

6. Kemasan dapat menimbulkan harga diri bagi yang membawa.

Selain kemasan menguntungkan bagi konsumen, maka kemasan juga memiliki tujuan bagi produsen yaitu :

1. Melindungi barang-barang yang dibungkusnya sewaktu barang-barang tersebut bergerak melalui proses-proses marketing.

2. Memudahkan pedagang-pedagang eceran untuk membagi-bagi atau memisahkan barang tersebut.

3. Untuk mempertinggi nilai isinya dengan daya Tarik yang dituimbulkan oleh kemasan, sehingga menimbulkan ciri khas produk tersebut.

4. Untuk identifikasi, mudah dikenal, karena adanya label/merek yang tertera pada kemasan.

5. Kemasan dapat digunakan sebagai alat komunikasi karena membawa berita atau catatan mengenai produk itu.

6. Kemasan sebagai salesman diam, seperti di supermarket. Disini pembeli tidak dilayani oleh salesman, tetapi pembeli cukup mengetahui dan memilih barangnya sendiri dengan membaca label pada pembungkus.

(13)

18

Konsumen mempunyai pertimbangan tertentu dalam membeli sebuah produk.

Daya tarik pertama yang dilihat oleh konsumen yaitu fokus pada bentuk, keindahan atau performance dari kemasan. Selain itu kemasan juga sebagai reference point, yaitu titik pemula yang menarik perhatian konsumen. Kemasan meliputi bagian penting dari produk seperti brand name, packaging, styling, feature, dan quality. Sebuah produk di asosiasikan dengan bentuk kemasannya, fitur atau kelengkapan lain, merek, model, kualitas bahan, dan sebagainya, sedangkan pada bagian kemasan terdapat beberapa ciri size, shape, material, color, graphies, brand name, dan labelling (Manap, 2016). Ciri- ciri tersebut akan sangat berpengaruh pada konsumen, hal itu dikarenakan konsumen akan mencari kesesuaian dengan produk yang satu dengan yang lainnya, warna antar kemasan, desain kemasan, dan lain sebagainya. Ada beberapa penyebab perbedaan kemasan antar produk yang satu dengan yang lainnya, yaitu mulai dari volume isi yang terkandung didalamnya, berbagai inovasi kemasan, desain, mudah dipegang, praktis untuk dibawa, mudah dibuka, kreatif, menarik, jelas terbaca, kuat dan tahan lama.

Kemasan produk sangat penting bagi konsumen maupun bagi produsen, oleh karena itu karakteristik kemasan harus dirancang sebaik mungkin mulai dari menetapkan konsep tentang bentuk, tampilan produk, fungsi, manfaat, dan sebagainya.

Selain itu menetapkan bahan kemasan sesuai dengan tujuan seperti bentuk, ukuran, warna, tulisan, logo atau merek, kata-kata yang dipakai, panjang pendek tulisan, semuanya harus disesuaikan dengan isi produk yang ada di dalamnya. Menurut Manap

(14)

19

(2016) setelah kemasan dirancang maka diadakan uji coba dengan beberapa tes, seperti:

1. Uji Teknis, untuk memastikan apakah kemasan dapat bertahan dalam situasi tertentu, seperti cuaca dingin atau panas, warna tidak berubah ketika terkena sinar matahari, tidak luntur karena gesekan, bisa melindungi produk, dan sebagainya.

2. Uji Visual, dalam arti tulisan dapat dibaca dan warna yang dipakai selaras.

3. Uji Penyalur, harus diperhatikan kemudahan penanganan saat menyalurkan produk tidak menimbulkan masalah, artinya musah dibagi-bagi karena ada berbagai ukuran dan bahan kemasan.

4. Uji Konsumen,untuk menanyakan kepada konsumen tentang daya tarik kemasan, seperti ukuran, perlindungan isi, mudah dibawa, prestige, terkesan ekslusif, dan sebagainya.

2.2.4 Syarat Kemasan

Menurut Manap (2016) Fungsi kemasan tidak hanya sebagai pembungkus, tetapi lebih luas dari itu. Oleh sebab itu, kemasan perlu memiliki syarat-syaratv sebagai berikut :

1. Kemasan sebagai tempat. Tempat atau wadah sudah merupakan syarat umum bagi produk. Misalnya seorang produsen menjual minuman maka tentu pembungkusnya adalah botol dari gelas atau plastik atau karton, bukan dari kertas tipis yang tidak bisa berfungsi sebagai tempat minuman.

(15)

20

2. Kemasan hendaknya menarik. Kemasan yang menarik merupakan sebuah cara untuk menarik perhatian konsumen untuk mencobanya sehingga akhirnya dapat diharapkan menjadi pelanggan. Kemasan indah dan menarik akan menimbulkan kesan bahwa kualitas barangnya juga baik. Kemasan yang indah dan menarik yaitu meliputi kombinasi bahannya, bentuknya, komposisi warnanya, gambar, tulisan, dan lain-lain.

3. Kemasan dapat melindungi. Kualitas suatu produk sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran penjualan, sehingga sangat diperlukan kemasan yang dapat melindungi baik pada waktu masih digudang, dalam pengangkutan maupun dalam pengedaran di pasaran.

4. Kemasan yang praktis. Kemasan yang praktis yaitu meliputi kemasan yang mudah dibawa, mudah dibuka, mudah ditutup kembali, ringan, dan sebagainya.

Apabila perusahaan mampu membuat kemasan yang praktis maka dengan sendirinya konsumen akan lebih puas.

5. Kemasan menimbulkan harga diri bagi pembeli. Kemasan yang menarik biasanya secara otomatis akan dapat menimbulkan harga diri bagi pembelinya.

Beda halnya bagi kemasan yang sudah kusut atau kumal maka akan menimbulkan rasa malu bagi yang membawa atau membelinya sehingga hal ini dapat mengurangi minat para pembeli.

6. Kemasan dengan ketepatan ukuran. Ukuran kemasan harus diperhatikan sebab sangat erat kaitannya dengan harga. Pada negara maju, ukuran dengan kapasitas

(16)

21

besar akan lebih ekonomis, tetapi bagi negara berkembang pada umumnya tenaga belinya rendah. Hal tersebut perlu diperhatikan kemasan dengan ukuran yang terjangkau oleh daya beli sebagian besar penduduk.

Menurut Manap (2016) pada kemasan berlaku rumus AIDA + S, yaitu : A = Attention (menarik perhatian)

I = Interest (menimbulkan minat lebih dalam) D = Desire (keinginan untuk membeli) A = Action (melakukan pembelian) S = Satisfation (menimbulkan kepuasan)

Kemasan yang baik harus di desain, diberi warna sehigga dapat menarik perhatian orang melihatnya (Attention). Adanya perhatian yang di timbulkan akan memicu kesan pertama bagi calon konsumen, kemudian konsumen akan mengamati dari dekat isinya, dan emosi konsumen dirangsang, sehingga akan meningkat menjadi desire (keinginan membeli). Apabila desire dalam diri konsumen telah tercipta maka diharapkan konsumen yang bersangkutan akan membeli barang tersebut (action). Hal tersebut tidak cukup pada action pada pembelian itu saja, akan tetapi semuanya itu bisa dikatakan sempurna jika pada akhirnya konsumen merasa puas dengan pembeliannya (satisfaction) sehingga konsumen bersedia melakukan pembelian ulang.

2.2.5 Faktor-Faktor Pengemasan

Konsep fungsional pada kemasan menjadi salah satu bagian penting yang mencangkup semua proses pemasaran mulai dari konsepsi produk hingga ke

(17)

22

pemakaian akhir. Oleh karena itu, pelaksanaan pengemasan harus disesuaikan dengan karakteristik dari produk itu sendiri. Menurut Sopiah & Sangadji (2016), pembagian jenis pengemasan adalah sebagai berikut :

1. Pengemasan Dasar (Primary Package)

Pengemasan dasar merupakan pembungkus atau kemasan dimana produknya bersentuhan langsung atau dilapisi oleh kemasan atau pembungkusnya. Contoh : Kaleng digunakan sebagai pembungkus langsung dari susu, daun sebagai pembungkus langsung dari tempe, dan plastik sebagai pembungkus langsung dari dodol.

2. Kemasan Tambahan (Secondary Package)

Kemasan tambahan merupakan kemasan yang melindungi kemasan dasar.

Contoh : Kotak karton sebagai pembungkus/kemasan dari sepatu atau sandal.

3. Kemasan Pengirim (Shipping Package)

Kemasan yang digunakan memerlukan waktu penyimpanan, sehingga dapat mengidentifikasi waktu pengangkatan pada saat pengiriman. Contoh : Kontrainer digunakan untuk mengangkut barang ke kapal, peti/kotak dari kayu atau besi digunakan untuk mengangkut barang ke atas mobil.

Menurut Iranita (2020) Faktor-faktor kemasan (packaging) produk yang baik adalah sebagai berikut :

1. Faktor Pengamanan

(18)

23

Kemasan harus melindungi produk terhadap berbagai kemungkinan yang dapat menjadi penyebab timbulnya kerusakan barang, misalnya : cuaca, sinar matahari, kuman, tumpukan barang, serangga, dan lain-lain. Contohnya : kemasan biscuit yang dapat ditutup kembali agar kerenyahannya tahan lama.

2. Faktor Ekonomi

Perhitungan biaya produksi yang efektif termasuk pemilihan bahan, sehingga biaya tidak melebihi proporsi manfaatnya. Contohnya produk-produk refill atau isi ulang, produk-produk susu atau makanan bayi dalam karton, dan lain-lain.

3. Faktor Pendistribusian

Kemasan harus mudah didistribusikan dari pabrik ke distributor atau pengecer sampai ke tangan konsumen. Pada tingkat distributor, kemudahan penyimpanan dan pemajangan perlu di pertimbangkan. Bentuk dan ukuran kemasan harus direncanakan dan di rancang sedemikian rupa sehingga tidak sampai menyulitkan peletakan di rak atau tempat pemajangan.

4. Faktor Komunikasi

Kemasan sebagai media komunikasi menerangkan dan mencerminkan produk, citra merek, dan juga bagian dari produksi dengan mempertimbangkan mudah dilihat, dipahami, dan diingat. Misalnya karena bentuk kemasan yang aneh sehingga produk tidak dapat “diberdirikan”, harus di letakkan pada posisi

“tidur” sehingga ada tulisan yang tidak dapat terbaca dengan baik, maka fungsi kemasan sebagai media komunikasi sudah gagal.

(19)

24 5. Faktor Ergonomic

Pertimbangan agar kemasan mudah dibawa atau dipegang, dibuka dan mudah diambil sangatlah penting. Pertimbangan ini selain mempengaruhi bentuk kemasan itu sendiri, juga mempengaruhi kenyamanan pemakai produk atau konsumen. Contohnya bentuk botol minyak goring Tropical yang pada bagian tengahnya diberi cekungan dan tekstur agar mudah dipegang dan tidak licin bila tangan pemakai terkena minyak.

6. Faktor Estetika

Keindahan pada kemasna merupakan daya tarik visual yang mancakup pertimbangan penggunaan warna, bentuk, merek atau logo, ilustrasi, huruf, tata letak atau layout, dan maskot. Tujuannya adalah untuk mencapai mutu daya tarik visual secara optimal.

7. Faktor Identitas

Kemasan secara keseluruhan harus berbeda dengan kemasan lain, ,memiliki identitas produk agar mudah dikenali dan dibedakan dengan produk-produk lainnya.

8. Faktor promosi

Kemasan mempunyai peranan penting dalam bidang promosi, dalam hal ini kemasan berfungsi sebagai silent sales person. Peningkatan kemasan secara efektif dapat menarik perhatian konsumen baru.

9. Faktor lingkungan

(20)

25

Kita hidup di dalam era industry dan masyarakat yang berfikir kritis. Pada situasi dan kondisi seperti ini masalah lingkungan tidk dapat dterlepas dari pantauan kita. Trend dalam masyarakat kita akhir-akhir ini adalah kekhawatiran mengenai polusi, salah satunya pembuangan sampah.

2.2.6 Biaya Kemasan

Menurut Manap (2016) menciptakan kemasan yang baik dan menarik tentu membutuhkan biaya yang cukup besar. Hal tersebut perlu dipertimbangkan oleh produsen, sebab apakah biaya yang telah di keluarkan bisa ditutup dengan peningkatan penjualan. Apabila produsen memperkirakan bahwa dengan dirubahnya bentuk dan desain warna kemasannya akan terjadi peningkatan penjualan, maka biaya tambahan yang dikeluarkan untuk kemasan akan tertutupi. Penjualan yang meningkat akan mendatangkan keuntungan bagi produsen, yaitu efisiensi dalam berbagai segi. Apabila penjualan meningkat maka produksi otomatis akan meningkat sehingga produsen akan membeli bahan baku dalam jumlah yang besar (yang biasanya lebih murah dikarenakan ada potongan harga), dapat menghemat ongkos angkut, dan lain sebagainya. Produsen juga dapat menghemat pengeluaran serta dapat pula menciptakan produk yang lebih baik. Apabila produk yang dihasilkan semakin baik, maka produk tersebut akan semakin disenangi oleh konsumen kemudian akan melekat dihati konsumen.

(21)

26 2.3 Keputusan Pembelian

2.3.1 Pengertian Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian yaitu sebuah aktivitas yang dilakukan oleh konsumen untuk membeli suatu produk. Menurut Aprilliyan (2020) mendefinisikan bahwa keputusan pembelian sebagai seleksi terhadap dua pilihan atau lebih. Sedangkan menurut Kotler dan Keller dalam (Nasrin & Mustikasari, 2017) “The consumer typically passes through five stages : problem recognition, information search, evalution of alternatieves, purchase decision, dan postpurchase behavior.” Artinya yaitu proses keputusan pembelian terdiri atas lima tahap yaitu tahap pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku pasca pembelian.

2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Menurut Febriani (2020) pada saat melakukan pembelian terdapat faktor-faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi keputusan seseorang. Faktor faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Faktor Budaya

Keputusan pembelian seseorang sangat dipengaruhi oleh suku. Faktor budaya merupakan faktor yang memiliki pengaruh yang cukup luas serta mendalam terhadap perilaku konsumen dimana didalamnya terdapat : kultur, subkultur, dan kelas sosial pembeli.

2. Faktor Sosial

(22)

27

Setiap manusia hidup di tengah-tengah masyarakat yang cukup luas, sudah pasti manusia akan dipengaruhi oleh masyarakat dimanapun orang itu tinggal. Oleh karena itu perilaku konsumen terutama dalam mengambil keputusan pembelian juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial atau masyarakat disekitarnya. Faktor sosial tersebut meliputi :

a. Peran dan pengaruh keluarga

Keputusan pembelian pada seseorang juga dapat dipengaruhi oleh keluarga, karena keluarga dapat digambarkan sebagai anggota masyarakat yang mudah berinteraksi dalam memenuhi kebutuhan individu maupun antar individu dalam sebuah keluarga. Individu-individu yang ada di dalamnya merupakan referensi konsumen untuk mengetahui sebuah produk.

b. Kelas sosial

Kelas sosial merupakan sebuah kelompok terbuka untuk masyarakat luas yang memiliki tingkat sosial yang sama antar individu. Pada kelas sosial terjadi pembedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat, seperti kelas sosial yang tinggi maupun yang rendah. Adanya kelas sosial sangat mempengaruhi keputusan pembelian setiap individu oleh individu lain.

c. Kelompok referensi

Kelompok referensi dapat dikatakan memiliki fungsi sebagai sumber informasi bagi masyarakat sehingga perilaku setiap anggota kelompok ketika membeli suatu produk bermerek tertentuk akan dapat dipengaruhi oleh kelompok referensi.

(23)

28 3. Faktor pribadi

Faktor pribadi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian. Faktor pribadi meliputi usia pembeli dan tahap siklus hidup, kondisi ekonomi, pekerjaan, gaya hidup, dan kepribadian yang ada pada diri pembeli.

4. Faktor psikologis

Faktor psikologis merupakan faktor dimana pilihan pembelian seseorang dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu : motivasi, persepti, pengetahuan (learning), serta keyakinan dan sikap. Faktor psikologis yang ada pada diri setiap individu akan menetapkan perilaku orang tersebut sehingga dapat mempengaruhi perilakunya sebagai konsumen.

2.3.3 Tahap Proses Keputusan Pembelian

Pada setiap proses dalam mempelajari keputusan pembelian konsumen, seorang pemasar harus bisa melihat hal-hal yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian serta membuat suatu ketetapan konsumen dalam mengambil keputusan pembelian. Menurut Kotler (Ridjal Nur et al., 2019) mengemukakan proses pembelian melalui lima tahap. Tahapan pembelian konsumen tersebut adalah sebagai berikut :

Bagan 1. Proses Keputusan Pembelian (Ridjal Nur et al., 2019) 1. Pengenalan masalah (problem recognition)

Proses pembelian diawali dengan adanya masalah atau kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen. Adanya kebutuhan tersebut dapat di cetuskan oleh

Pengenalan Masalah

Pencarian Informasi

Evaluasi Alternatif

Keputusan Pembelian

Perilaku Pasca Pembelian

(24)

29

rangsangan internal maupun eksternal. Contohnya salah satu kebutuhan umum seseorang yaitu lapar, haus, dan lain sebagainya. Selain itu kebutuhan ditimbulkan oleh rangsangan eksternal seperti ketika menonton iklan mengenai sebuah produk yang memicu pemikiran tentang kemungkinan melakukan pembelian pada produk tersebut.

2. Pencarian informasi (information search)

Konsumen yang merasa terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak mengenai produk tersebut. Hal ini menjadi perhatian utama bagi perusahaan pemasar yaitu mengenai sumber-sumber informasi utama yang menjadi acuan pembelian konsumen dan pengaruh yang relatif setiap sumber terhadap keputusan pembelian konsumen.

3. Evaluasi alternatif (validation of alternative)

Bagaimana konsumen mengolah informasi merek yang bersaing dan membuat penilaian akhir? Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua konsumen dalam semua situasi pembelian.

4. Keputusan Pembelian (purchase decision)

Pada tahap evaluasi, para konsumen membentuk preferensi atas merek dalam kumpulan pilihan. Konsumen dapat juga membentuk niat untuk membeli merek yang paling mereka sukai.

5. Perilaku pasca pembelian (post purchase behavior)

Puas atau tidak puasnya konsumen terhadap suatu produk akan berpengaruh terhadap perilaku pembelian tahap selanjutnya. Apabila konsumen merasa puas maka

(25)

30

akan melakukan pembelian ulang, sedangkan jika konsumen tidak puas makan akan menghentikan pembelian produk bahkan melakukan persepsi buruk word of mouth terhadap produk.

2.3.4 Indikator Keputusan Pembelian

Menurut Iranita (2020) indikator proses keputusan pembelian adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan yang dirasakan. Pengenalan kebutuhan merupakan tahap dimana konsumen dapat mengenali adanya suatu kebutuhan pemenuhan pangan tambahan salah satunya yaitu madu.

2. Kegiatan sebelum membeli. Kegiatan sebelum melakukan pembelian yaitu pencarian informasi. Pencarian informasi merupakan proses atau tahapan dimana individu tertarik untuk mencari informasi lebih banyak mengenai produk yang ingin dibeli, hal tersebut dilakan dengan cara meningkatkan perhatian atau aktif mencari informasi terkair kebutuhan.

3. Perilaku waktu membeli. Perilaku waktu pembelian disebut juga dengan keputusan pembelian, dimana keputusan pembelian merupakan proses atau tahapan dimana konsumen benar-benar melakukan pembelian pada produk itu sendiri (dalam penelitian ini yaitu keputusan pembelian produk madu).

4. Perilaku pasca pembelian. Perilaku pasca pembelian merupakan sebuah tindakan lebih lanjut setelah konsumen melakukan pembelian. Tindakan

(26)

31

tersebut berdasarkan atas kepuasan atau ketidak puasan konsumen terhadap produk madu.

2.4 Kerangka Berfikir

Menurut Manap (2016) mengatakan bahwa “kemasan tidak hanya merupakan pelayanan tetapi juga sebagai salesman dan pembawa kepercayaan, dimana suatu kemasan merupakan penglihatan akhir dari konsumen yang dapat di percaya”. Inovasi kemasan produk diartikan sebagai cara pengembangan dan ide-ide dalam atribut kerja produk yang ditawarkan (Cyasmoro & Talumantak, 2021). Daya tarik pertama yang dirasakan konsumen pada suatu produk tertuju pada bentuk, keindahan atau performance dari kemasan. Inovasi kemasan produk dapat berpengaruh terhadap konsumen yang bersifat impulsif dan emosional yang tidak dapat direncanakan terlebih dahulu. Hal tersebut dapat menimbulkan daya tarik produk, apalagi ketika konsumen sulit melakukan penilaian terhadap kualitas isi produk maka inovasi kemasan merupakan reference point atau titik pemula yang dapat menarik perhatian konsumen sehingga pada akhirnya menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi konsumen untuk membeli produk tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti percaya bahwa kemasan memberikan pengaruh pada keputusan pembelian madu di PT. Kembang Joyo Sriwijaya Malang.

Hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan inovasi kemasan

(27)

32

produk dan keputusan pembelian madu di PT. Kembang Joyo Sriwijaya Malang.

Adapan kerangka berfikir pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagan 2. Kerangka Berfikir Madu

PT. Kembang Joyo Sriwijaya Malang

Inovasi Kemasan Produk Madu (X) (Warna, Bentuk, Merek atau Logo,

Ilustrasi, Tipografi)

Profil Inovasi Kemasan Produk

Analisis Deskriptif

Keputusan Pembelian (Y)

Profil Keputusan Pembelian

Analisis Kuantitatif

Korelasi

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konteks pengembangan kota baru, fenomena free riders hadir dalam bentuk perumahan-perumahan skala kecil yang menempel di sekitar kota baru, yang dibangun

Hal ini dapat dilihat dari masyarakat yang merasakan jasa layanan diberikan oleh tenaga kesehatan dengan cepat, Maka dari dimensi Responsiveness sudah dapat

Pada penelitian ini penghitungan dan klasifikasi jenis bakteri menggunakan deteksi bounding circle dengan metode Region Properties dan metode K-Nearest Neighbor untuk

Setiap tanggal 22-30 setiap bulannya, Komisi Tugas Akhir akan menentukan usulan judul skripsi yang diterima beserta nama dosen pembimbing utama, kedua dan (dosen penguji menjelang

Telekomunikasi Selular (Telkomsel)GraPARI Pemuda Surabaya, dapat diketahui bahwa karyawan di bagian direct sales tidak hanya dibebani dengan target-target, melainkan juga

Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui ada pernbedaan atau tidak perbedaan brand equity Minimarket Indomaret dan Alfamart

Berdasarkan penelitian sebelumnya, maka pada penelitian kali ini akan mencoba menggunakan metode lain, yaitu menggunakan algoritma Naive Bayes untuk

Taman Nasional Way Kambas memiliki satu spektrum ekosistem yang besar, di dalamnya dapat ditemukan formasi-formasi hutan seperti hutan bakau, hutan pantai, vegetasi riparian,