• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Meningkatkan Hasil Belajar Siswa"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Volume 3 Nomor 1: 60-67 (2022)

Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran 3(1): 60-67 (2022)

Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran https://jurnal.pgrisultra.or.id/ojs/

ISSN 2721-9739 (Online)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa VIII.A SMP Negeri 3 Kendari pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Melalui Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Think Pair Share

Improving Student Learning Outcomes VIII. An SMP Negeri 3 Kendari on the Material of Two-Variable Linear Equation Systems Through Learning Models

Cooperative Type Think Pair Share

Marthinus Buntu1*

1SMP Negeri 3 Kendari,

Jln Pattimura No. 29 Kec. Puuwatu Kota Kendari

*Email: marthinusbuntu@gmail.com

Received: 16th January, 2022; Revision 17th February, 2022; Accepted: 20th March, 2022

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas VIII.A SMP Negeri 3 Kendari. Tahap pelaksanaan penelitian terdiri dari rencana, observasi, tindakan dan refleksi. Pelaksanaan penelitian dilakukan dalam dua siklus, karena pada siklus I dari 12 aspek kegiatan guru diperoleh hasil pengamatan sebesar 83,3% untuk 10 aspek dengan kriteria sangat baik (SB) dan baik (B). Untuk kegiatan siswa dari 12 aspek kegiatan diperoleh 9 aspek atau sebesar 75% yang memperoleh kriteria sangat baik (SB) dan baik (B). Berdasarkan analisis hasil belajar siswa diperoleh dari 36 orang siswa yang dikenai tindakan, ternyata baru 23 orang siswa atau 63,9% yang telah memperoleh nilai ≥ 65. Berdasarkan hasil analisis pada siklus I, maka perlu dilakukan siklus lanjutan (siklus II). Hasil pengamatan pada siklus II dari seluruh aspek kegiatan guru diperoleh hasil pengamatan sebesar 100% untuk 12 aspek dengan kriteria sangat baik (SB) dan baik (B) sedangkan kegiatan siswa diperoleh hasil pengamatan juga sebesar 100% untuk 12 aspek dengan kriteria sangat baik (SB) dan baik (B). Demikian pula hasil belajar siswa pada siklus II dari 36 orang siswa ada 32 orang siswa atau 88,9% yang telah memperoleh nilai 65 ke atas, sehingga daya serap yang diharapkan telah tercapai berdasarkan kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil analisis di atas bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share hasil belajar siswa VIII.A SMP Negeri 3 Kendari pada materi sistem persamaan linear dua variabel dapat ditingkatkan.

Kata Kunci: sistem persamaan linear dua variabel, Think Pair Share, hasil belajar

Abstract

This study aimed to improve student learning outcomes on the material of a two-variable linear equation system by applying the Think Pair Share type of cooperative learning model—classroom action research conducted in class VIII.A of SMP Negeri 3 Kendari. The research implementation phase involves planning, observation, action, and reflection. The study was carried out in two cycles because, in the first cycle of the 12 aspects of the teacher's activities, the observations were 83.3% for ten factors with excellent (SB) and sound (B) criteria. From 12 elements of the action, nine aspects, or 75%, obtained the requirements of perfect (SB) and sound (B) for student activities. Based on the analysis of student learning outcomes acquired from 36 students who were subjected to action, it turned out that only 23 students, or 63.9%, had obtained a score of 65. Based on the analysis results in the first cycle, it was necessary to carry out a follow-up cycle (cycle II). The results of observations in cycle II of all aspects of teacher activities obtained observations of 100% for 12 elements with perfect criteria (SB) and good (B). In comparison, student activities received statements also of 100% for 12 pieces with perfect bars (SB). ) and good (B). Similarly, student learning outcomes in the second cycle of 36 students, there are 32 students or 88.9% who have scored 65 and above, so the expected absorption has been achieved based on the predetermined completeness criteria. Based on the results of the analysis above, by using the Think Pair Share type cooperative learning model, the learning outcomes of VIII.A SMP Negeri 3 Kendari student on the material of a two-variable linear equation system can be improved.

Keywords: two-variable linear equation system, Think Pair Share, learning outcomes

(2)

Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran 3(1): 60-67 (2022) PENDAHULUAN

Secara jelas tujuan pendidikan dari setiap jenjang telah ditetapkan di dalam kurikulum dari setiap jenjang pendidikan tersebut.

Menurut Hamzah B Uno (2008). Agar tujuan pendidikan tersebut dapat tercapai maka guru harus merencanakan dengan baik dan sistematis berbagai pengalaman belajar yang memungkinkan perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan.

Dalam kurikulum matematika 2004 (Depdiknas:

2003), dikemukakan bahwa tujuan umum pendidikan matematika ditekankan kepada siswa untuk memiliki: (1) kemampuan yang berkaitan dengan matematika yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah matematika, pelajaran lain, ataupun masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata; (2) kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi; dan (3) kemampuan menggunakan matematika sebagai cara bernalar yang dapat dialihgunakan pada setiap keadaan, seperti berpikir kritis, berpikir logis, berpikir sistematis, bersifat objektif, bersifat jujur, bersifat disiplin dalam memandang dan menyelesaikan masalah.

Tujuan pembelajaran matematika sekolah yang disebutkan di atas, pada dasarnya ditekankan agar siswa memiliki kemampuan

“pemecahan masalah”, “kemampuan penalaran”, dan “kemampuan berkomunikasi”. Untuk itu, pengenalan konsep dalam pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi siswa (contextual problem). Hal ini juga menuntut kreatifitas guru dalam proses belajar mengajar agar tujuan pembelajaran tersebut dapat tercapai. Suasana pembelajaran matematika perlu direncanakan dan dibangun sedemikan rupa sehingga siswa mendapat kesempatan berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini siswa akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka untuk menciptakan proses belajar saling menguntungkan sehingga berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa.

Anita Lie (2004) menyebutkan bahwa suasana belajar kooperatif menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan positif, dan penyesuaian psikologi yang lebih baik dari pada suasana belajar yang penuh dengan kompetisi.

Sejalan dengan itu, maka proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran matematika

sangat diperlukan kreatifitas guru (pendidik) guna meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pelajaran secara maksimal.

Kreatifitas guru ini sangat penting terutama yang terkait dengan respon siswa selama pembelajaran berlangsung dalam menyajikan materi pelajaran.

Disamping itu, siswa diharapkan dapat memahami, mengerti dan dapat menganalisis materi yang disampaikan atau diajarkan oleh guru sehingga interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dalam proses belajar mengajar di kelas dapat terjalin dengan baik.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang mengutamakan adanya kerja sama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran (Johnson &

Johnson dalam Winarni 2002). Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditantukan. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk membangkitkan interaksi yang efektif diantara anggota kelompok melalui diskusi. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran, berdiskusi untuk memecahkan masalah (tugas) dengan interaksi yang efektif dimungkinkan semua anggota kelompok dapat menguasai materi pada tingkat yang sejajar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:1) Siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar, mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan secara bersama, 2) kelompok siswa terdiri dari kelompok siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah dan 3) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada perorangan.

Menurut Ibrahim (2002) model pembelajaran kooperatif memiliki 6 langkah utama atau tahapan yang dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa, sampai dengan tahap akhir yakni guru memberi penghargaan. Untuk jelas langkah- langkah model pembelajaran kooperatif dapat dilihat dalam Tabel 1.

Pengalaman yang penulis alami di lapangan dalam mengajar adalah sangat sulit untuk membangkitkan aktifitas siswa dalam pembelajaran. Siswa cenderung memilih sikap berdiam diri sambil mendengarkan penjelasan- penjelasan materi dari guru. Hal yang sama juga

(3)

Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran 3(1): 60-67 (2022) terjadi ketika guru memberi kesempatan kepada

siswa untuk bertanya tentang materi yang telah diajarkan, hanya dua atau tiga orang siswa tertentu saja yang berani mengajukan pertanyaan, sedangkan siswa lainnya cenderung tidak berani dan berdiam diri saja. Demikan pula ketika guru mengajukan pertanyaan, hanya beberapa siswa saja yang berusaha menjawab pertanyaan guru sedangkan siswa yang lainnya takut dan enggan untuk memberikan jawaban.

Tabel 1. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase – 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Fase – 2

Menyajikan informasi

Fase – 3

Mengorganisasi siswa dalam kelompok- kelompok belajar

Fase – 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Fase – 5 Evaluasi

Fase – 6 Memberikan penghargaan

Guru menyampaikan

semua tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai pada pembelajaran tersebut.

Guru meyajikan

informasi kepada siswa

dengan jalan

demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

Guru menjelaskan kepada siswa bagimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap

kelompok agar

melakukan transisi secara efisien.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing

kelompok

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Kondisi sebagaimana diuraikan diatas pada akhirnya berdampak kurang baik pada hasil belajar siswa. Berdasarkan pengalaman yang penulis alami dalam mengajarkan materi ternyata siswa masih mengalami kesulitan dalam menentukan himpunan penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel sehingga kurang

percaya diri dan takut untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru karena takut salah dan ditertawai oleh temannya yang lain.

Penggunaan metode ceramah dalam penyajian materi belum mampu menumbuhkan aktifitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga berdampak pada hasil belajar yang kurang atau masih rendah. Oleh karena itu dibutuhkan kreatifitas dan profesionalitas guru secara maksimal untuk mengadakan inovasi pembelajaran yang dapat menumbuhkan aktifitas siswa dalam penyajian materi pelajaran matematika, agar siswa dapat terlibat secara langsung sehingga proses pembelajaran tidak terjadi secara monoton didominasi oleh guru tetapi lebih mengarahkan siswa untuk dapat mandiri dan bekerja sama dengan temannya dalam belajar sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan. Salah satu inovasi yang yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share diharapkan dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa yang dapat berdampak pada meningkatnya hasil belajar siswa khususnya pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel yang merupakan salah satu materi yang diajarkan di kelas VIII pada semester satu. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share.

METODE PENELITIAN

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Kendari. Siswa yang dikenai tindakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A yang terdaftar pada semester satu tahun pelajaran 2019/ 2020 sejumlah 36 orang dengan perincian 15 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan. Kelas ini merupakan kelas yang memiliki prestasi yang sedang, dengan minat dan kecepatan belajar matematika berbeda-beda. Penelitian tindakan kelas ini juga dibantu oleh 2 orang guru mitra sebagai observer pada proses belajar mengajar.

Variabel yang ada dalam penelitian ini : a. Variabel masukan (input) yang terdiri dari :

(4)

Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran 3(1): 60-67 (2022) - Siswa yang masih memiliki hasil belajar

masih rendah khususnya pada materi sistem persamaan linear dua variabel.

- Guru yang belum optimal dalam menerapkan model pembelajaran.

b. Variabel proses adalah yang terkait dengan langkah langkah pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada materi sistem persamaan linear dua variabel.

c. Variabel keluaran (output) adalah keberhasilan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dan hasil belajar siswa yang meningkat khususnya pada materi sistem persamaan linear dua variabel.

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini berpedoman pada pendapat Arikunto (2005) yang meliputi: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Adapun kegiatan pada setiap siklus adalah:

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

1) Berkolaborasi dengan kepala sekolah, teman- teman sejawat dan pihak lain yang berkompeten dengan Penelitian Tindakan Kelas.

2) Menyiapkan semua perangkat pembelajaran 3) Menyiapkan semua alat dan bahan yang

diperlukan dalam pelaksanaan tindakan 4) Menyusun instrumen pemantauan dan alat

evaluasi.

2. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan pembelajaran materi sistem persamaan linear dua variabel yang diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share di kelas VIII.A SMP Negeri 3 Kendari mengacu pada mengacu pada RPP yang telah disusun.

Proses pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel mengacu pada skenario pembelajaran yang telah disusun. Adapun skenario pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada materi sistem persamaan linear dua variabel:

a. Melalui beberapa contoh gabungan dua Persamaan Linear Dua Variabel guru membahas tentang berbagai bentuk dan variabel Sistem Persamaan Linear Dua Variabel

b. Guru menjelaskan cara menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linear dua variabel dengan metode substitusi.

c. Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah (dengan menggunakan LKS) yang dikaitkan dengan pelajaran.

d. Guru meminta siswa untuk memikirkan dan memecahkan pertanyaan / masalah secara sendiri dalam beberapa saat.

(tahap thinking/berpikir )

e. Guru mengkondisikan siswa dalam kelompok diskusi dengan teman sebangku (2 orang)

f. Siswa membentuk kelompok belajar dengan anggota kelompok seperti yang telah diinformasikan. (tahap pairing/

berpasangan)

g. Siswa mengerjakan LKS sesuai dengan petunjuk yang telah diberikan.

h. Guru mengamati kelompok, sambil memberi bimbingan seperlunya.

i. Masing-masing kelompok diminta menyampaikan/mempersentasikan hasil pekerjaannya, sedangkan kelompok yang lain menanggapi. (tahap sharing/berbagi) j. Jika mereka setuju, proses dilanjutkan

dengan soal lain. Jika tidak, mereka diminta berkompromi menentukan atau mencari kesalahannya, atau meminta bantuan guru untuk mengarahkan pada jawaban yang benar.

3. Tahap Pengamatan

Pemantauan kegiatan proses belajar mengajar dilakukan oleh guru observer dengan menggunakan instrumen lembar observasi kegiatan guru dan lembar observasi Kegiatan Siswa selam proses pembelajaran berlangsung.

Sedangkan evaluasi dilakukan pada akhir siklus pembelajaran. Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui tingkat daya serap atau hasil belajar siswa.

4. Tahap Analisis dan Refleksi

Analisis dilakukan secara kualitatif dengan memperhatikan data yang diperoleh dari hasil observasi serta hasil evaluasi tertulis. Sedangkan refleksi dilakukan melalui diskusi dengan guru pengamat pada akhir pembelajaran. Refleksi dimaksudkan untuk melihat apakah proses pembelajaran yang dilaksanakan telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Untuk hasil belajar siswa yang diperoleh melalui pemberian tes diolah secara kuantitatif

(5)

Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran 3(1): 60-67 (2022) (persentase) dengan memakai daya serap dan

ketuntasan belajar siswa. Hasil refleksi sangat diperlukan untuk mengambil keputusan apakah perlu diadakan tindakan siklus lanjutan dalam penelitian atau tidak.

Siklus II

Pembelajaran siklus II merupakan siklus perbaikan. Siklus ini dilakukan sesuai hasil diskusi dengan guru mitra yang bertindak sebagai observer disepakati untuk melakukan siklus lanjutan karena guru belum optimal dalam menerapkan model pembelajaran dan hasil belajar siswa belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditetapkan.

Pembelajaran siklus II dilaksanakan dengan mengikuti skenario pembelajaran pada siklus I, namun pada siklus II ini disertai upaya mempertahankan bahkan meningkatkan prestasi yang telah dicapai pada siklus I dan memperbaiki serta menyempurnakan aspek-aspek pembelajaran yang belum optimal pada siklus I.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini:

1. Data tentang kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran. Data ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen lembar observasi. Data kegiatan atau aktivitas siswa dalam pembelajaran.

Data ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen lembar observasi.

2. Data hasil belajar. Data ini dikumpulkan dengan menggunakan instrumen tes dalam bentuk essay.

Analisis dilakukansecara kualitatif dengan memperhatikan data yang diperoleh dari hasil observasi kegiatan guru dan kegiatan siswa serta hasil evaluasi tertulis. Data hasil observasi kegiatan guru selama membelajarkan materi dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dianalisis dengan menggunakan prosentase. Data hasil observasi kegiatan siswa selama pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dianalisis dengan menggunakan prosentase. Hasil belajar siswa dilihat dari daya serap serta skor yang dicapai oleh masing-masing siswa setelah dilakukan penilaian tertulis. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan daya serap siswa adalah sebagai berikut :

Daya serap siswa=

ideal skor Jumlah

banar yang

skor

Jumlah

100 %

Penelitian menggunakan indikator keberhasilan sebagai berikut :1) paling kurang 85% aspek-aspek kegiatan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria sangat baik dan baik, 2) paling kurang 85% aspek-aspek kegiatan aktifitas siswa dalam pembelajaran memperoleh nilai pengamatan dengan kriteria sangat baik dan baik dan 3) paling kurang 75% dari keseluruhan siswa yang dikenai tindakan memperoleh nila hasil belajar minimal 65.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian Siklus I

Hasil observasi kegiatan guru dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada pembelajaran materi menentukan himpunan penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan metode substitusi yang diobservasi dan dinilai pada pembelajaran siklus I terdiri dari 12 aspek.

Rentang nilai adalah 1 – 4, sedangkan kriteria adalah sangat baik (SB), baik (B), cukup (C) dan kurang (K). Kegiatan proses belajar siswa kelas VIII.A SMP Negeri 3Kendari (Gambar 1)

Gambar 1. Kegiatan proses belajar siswa kelas VIII.A SMP Negeri 3 Kendari

Berdasarkan observasi dan penilaian yang dilakukan oleh guru yang bertindak sebagai observer yang mengamati kegiatan guru selama

(6)

Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran 3(1): 60-67 (2022) pelaksanaan proses pembelajaran diperoleh data

hasil observasi seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil observasi kegiatan guru pada siklus I No Kriteria

Aspek

Jumlah Aspek

Jumlah

Skor %

1.

2.

3.

4.

Sangat Baik Baik Cukup Kurang

4 6 2 -

16 18 4 -

33,3 50 16,6

-

Jumlah 12 38 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 12 aspek kegiatan guru dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada pembelajaran materi menentukan himpunan penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan metode substitusi diperoleh hasil pengamatan sebesar 83,3 % untuk 10 aspek dengan kriteria sangat baik (SB) dan baik (B).

Hasil observasi kegiatan siswa digunakan lembar observasi kegiatan siswa. Aspek kegiatan siswa yang diamati dan dinilai pada pembelajaran siklus I terdiri dari 12 aspek.

Kriteria penilaian yaitu sangat baik (SB), baik (B), cukup (C) dan kurang (K) dengan rentang nilai yang digunakan adalah 1 – 4.

Berdasarkan observasi dan penilaian yang dilakukan oleh seorang guru yang bertindak selaku observer selama mengikuti proses pembelajaran, diperoleh data hasil observasi sebagaimana diuraikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I No Kriteria

Aspek

Jumlah Aspek

Jumlah

Skor %

1.

2.

3.

4.

Sangat Baik Baik Cukup Kurang

3 6 3 -

12 18 6 -

25 50 25 -

Jumlah 12 36 100

Memperhatikan uraian pada tebel di atas dapat diketahui bahwa dari 12 aspek kegiatan siswa yang diobservasi dan dinilai diperoleh 9 aspek atau sebesar 75% yang memperoleh kriteria sangat baik (SB) dan baik (B). Evaluasi dengan cara memberikan 3 butir soal uraian.

Skor maksimum yang dapat dicapai oleh masing- masing siswa adalah 50, sedangkan skor minimal yang harus dicapai guna mencapai ketuntasan belajar adalah 32,5 atau daya serap 65%.

Berdasarkan analisis hasil belajar, diperoleh data hasil belajar pada pembelajaran siklus I pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil belajar siswa pada siklus I Nilai Jumlah

Siswa Prosentase Keterangan

≥ 65 23 63,9 Tuntas

< 65 13 36,1 Tidak

Tuntas

Jumlah 36 100

Memperhatikan uraian data hasil belajar pada tabel di atas, diperoleh bahwa dari 36 orang siswa yang megikuti tes, ternyata ada 23 orang siswa atau 63,9 % yang telah memperoleh nilai 65 ke atas. Sedangkan 13 orang siswa lainnya atau 36,1% memperoleh nilai dibawah 65.

Hasil Penelitian Siklus II

Hasil observasi kegiatan guru dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada pembelajaran materi menentukan himpunan penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan metode substitusi yang diobservasi dan dinilai pada pembelajaran siklus I terdiri dari 12 aspek.

Rentang nilai adalah 1 – 4, sedangkan kriteria adalah sangat baik (SB), baik (B), cukup (C) dan kurang (K).

Berdasarkan observasi dan penilaian yang dilakukan oleh guru yang bertindak sebagai observer yang mengamati kegiatan guru selama pelaksanaan proses pembelajaran diperoleh data hasil observasi seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil observasi kegiatan guru pada siklus I No Kriteria

Aspek

Jumlah Aspek

Jumlah

Skor %

1.

2.

3.

4.

Sangat Baik Baik Cukup Kurang

9 3 - -

36 9

- -

75 25 - -

Jumlah 12 45 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 12 aspek kegiatan guru hasil pengamatan sebesar 100 % untuk 12 aspek dengan kriteria sangat baik (SB) dan baik (B). Hasil observasi kegiatan siswa digunakan lembar observasi kegiatan siswa.

Aspek kegiatan siswa yang diamati dan dinilai pada pembelajaran siklus I terdiri dari 12 aspek.

Kriteria penilaian yaitu sangat baik (SB), baik

(7)

Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran 3(1): 60-67 (2022) (B), cukup (C) dan kurang (K) dengan rentang

nilai yang digunakan adalah 1 – 4.

Berdasarkan observasi dan penilaian yang dilakukan oleh seorang guru yang bertindak selaku observer selama mengikuti proses pembelajaran, diperoleh data hasil observasi sebagaimana diuraikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I

No Kriteria Aspek

Jumlah Aspek

Jumlah

Skor %

1.

2.

3.

4.

Sangat Baik Baik Cukup Kurang

9 3 - -

36 9 - -

75 25 - -

Jumlah 12 45 100

Evaluasi dengan cara memberikan 3 butir soal uraian. Skor maksimum yang dapat dicapai oleh masing-masing siswa adalah 50, sedangkan skor minimal yang harus dicapai guna mencapai ketuntasan belajar adalah 32,5 atau daya serap 65

%. Berdasarkan analisis hasil belajar diperoleh data pada pembelajaran siklus II pada Tabel 7.

Tabel 7. Hasil belajar siswa pada siklus II Nilai Jumlah

Siswa Prosentase Keterangan

≥ 65 32 88,9 Tuntas

< 65 4 11,1 Tidak

Tuntas

Jumlah 36 100

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 36 orang siswa yang megikuti tes, ternyata ada 32 orang siswa atau 88,9 % yang telah memperoleh nilai 65 ke atas. Sedangkan 4 orang siswa lainnya atau 11,1% memperoleh nilai di bawah 65.

Berdasarkan hasil penelitian siklus I dan siklus II ada peningkatan kualitas pembelajaran pada penyajian materi menentukan himpunan penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas VIII.A SMP Negeri 3 Kendari.

Peningkatan kualitas pembelajaran berdampak pada peningkatan kualitas hasil belajar siswa yang erat kaitannya dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dalam kegiatan belajar mengajar.

Data hasil pembelajaran siklus I menunjukkan bahwa hasil belajar siswa belum mencapai indikator yang diharapkan. Siswa yang dikenai tindakan hanya 23 orang siswa (63,9 %)

dari keseluruhan siswa yang memperoleh skor ketuntasan yakni 65 ke atas. Dengan hasil ini berarti indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan belum tercapai. Ketidak tercapaian ini diakibatkan oleh belum optimalnya kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan, baik menyangkut kegiatan guru maupun kegiatan siswa dalam proses pembelajaran. Sehingga setelah melakukan refleksi bersama guru observer disepakati bahwa pembelajaran dilanjutkan pada siklus II, disertai rencana perbaikan dan penyempurnaan terhadap aspek- aspek pembelajaran yang belum optimal pada silkus I.

Aspek-aspek yang perlu mendapatkan penyempurnaan dari kegiatan guru yang belum optimal pada siklus I meliputi aspek mengarahkan siswa berdiskusi serta memantau kerja setiap kelompok dan membimbing kelompok. Menyangkut kegiatan siswa terdapat juga aspek - aspek yang perlu diperbaiki diantaranya mengorganisasikan diri ke dalam kelompok (berpasangan) dan bimbingan belajar kelompok. Setelah menyusun perencanaan diatas, maka tindakan siklus II dilaksanakan.

Hasilnya terjadi peningkatan kualitas pembelajaran. Data hasil observasi kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran siklus II tersebut masing-masing memperoleh 100% dengan kriteria sangat baik (SB) dan baik (B)

Peningkatan kualitas pembelajaran berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

Hasil analisis data tes hasil belajar setelah pembelajaran siklus II dilaksanakan menunjukkan bahwa 32 orang siswa (88,9%) dari 36 orang siswa mencapai nilai 65 ke atas.

Dengan terjadinya peningkatan hasil belajar siswa berarti hipotesis penelitian yakni “Jika pada pembelajaran Sistem Persamaan Linear Dua Variabel diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share, maka hasil belajar siswa kelas VIII.A SMP Negeri 3 Kendari akan meningkat” dapat diterima.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal, sebagai berikut: 1) penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas

(8)

Amanah: Jurnal Amanah Pendidikan dan Pengajaran 3(1): 60-67 (2022) VIII.A SMP Negeri 3 Kendari khususnya pada

pembelajaran materi menentukan himpunan penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel, 2) model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran baik pada kegiatan guru maupun kegiatan siswa. Hal ini ditunjukkan oleh hasil pengamatan pada siklus II yaitu dari 12 aspek kegiatan guru yang diamati, diperoleh 9 aspek atau sebesar 75 % dengan kriteria sangan baik (SB) dan 3 aspek atau sebesar 25% dengan kriteria baik (B). Demikian pula pada kegiatan siswa, dari 12 aspek yang diamati, diperoleh 9 aspek atau sebesar 75 % dengan kriteria sangan baik (SB) dan 3 aspek atau sebesar 25% dengan kriteria baik (B), dan 3) data hasil belajar siswa pada pembelajaran siklus I menunjukkan 23 orang siswa atau 63,9% yang telah memperoleh nilai 65 ke atas dan dinyatakan tuntas, sedangkan 13 orang siswa lainnya atau 36,1% yang memperoleh nilai dibawah 65 dinyatakan tidak tuntas karena tidak mencapai skor minimal yang ditetapkan. Persentase ini meningkat pada pembelajaran siklus II. Hasil analisis tes pada siklus II menunjukan dari 36 orang yang dikenai tindakan 32 orang siswa (88,9%) telah memperoleh nilai 65 ke atas dan dinyatakan tuntas, dan 4 orang siswa (11,1%) yang memperoleh nilai dibawah 65 masih dinyatakan tidak tuntas karena tidak mencapai skor minimal yang ditetapkan.

Saran

Beberapa saran antara lain: 1) hendaknya hasil penelitian ini dapat dipandang sebagai informasi ilmiah bagi rekan-rekan guru matematika serta dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi menentukan himpunan penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel, dan 2) bagi rekan-rekan guru yang ingin menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share pada pembelajaran materi menentukan himpunan penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel, perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain: mengarahkan siswa berdiskusi, memantau kerja setiap kelompok, membimbing kelompok, membantu siswa mengorganisasikan diri ke dalam kelompok (berpasangan) dan bimbingan belajar kelompok.

Daftar Pustaka

Daud, Amir, (2007). Model-Model Pembelajaran Matematika. LPMP : Sulawesi Selatan.

Depdiknas. (2003). Kurikulum Matematika 2004 Mata Pelajaran Matematika SMP. Jakarta : Depdiknas.

Ibrahim, Muslimin, dan Nur, Mohamad. (2000).

Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: UNESA University Press.

Lie, Anita. (2002). Cooperative Learning:

Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang- ruang Kelas. Jakarta : Grasindo.

Marpaung, Y. (1999). Mengejar Ketertinggalan Kita dalam Pendidikan Matematika, Mengutamakan Proses Berpikir dalam Pembelajaran Matematika.

Makalah. Disampaikan dalam Upacara Pembukaan Program S3 Pendidikan Matematika Universitas Surabaya, tanggal 10 September 1999.

Prijono, (2006). Inovasi Pembelajaran Matematika.

Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Rianto, (2002). Pendekatan dan Metode Pembelajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Simangunsong, Wilson. (2005). Matematika untuk SMP Kelas VIII. Jakarta : Erlangga.

Soleh, Mohammad. (1998). Pokok-pokok Pengajaran Matematika Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sumarna, A.R. (2007). Matematika untuk SMP/ MTs Kelas VIII. Bogor : Regina.

Tiro, Arif M. (1999). Jelajahi Dunia dengan Tangga Bilangan. Makassar : Intelectual Signifikance Group.

Uno, B. Hamzah. (2008). Desain Pembelajaran.

Gorontalo : Nurul Jannah.

Winarno, (2002). Pembelajaran Kooperatif. Bandung : Tarsito.

Referensi

Dokumen terkait

Keywords and phrases: color code, locating-chromatic number, firecracker graph. This research is supported by IMHERE Research Grant 2011 and DGHE Competence Research Grant

Flowchart Penjualan Mulai Menerima order barang konsumen Membuat nota penjualan 1 2 Nota 2 Pemilik 2 2 Nota Mencocokkan nota dengan jumlah barang yang dibeli. Cocok

Jika sudah terisi semuanya, klik “Masukan Data” maka data akan otomatis masukc. Klik “Edit” apabila ada kesalahan

Sesuai dengan SK pada matakuliah PTK yang mengharuskan mahasiswa menyusun laporan PTK dari praktik mini penelitian dalam sendiri dengan responden teman sekelas yang

Berdasarkan hasil analisis data pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa terjadi penurunan dengan adanya perbedaan yang nyata (p&lt;0.05) dari jumlah neutrofil pada ketiga

Catatan: Shah Abbas I memindahkan ibukota ke Isfahan pada tahun 1958, dan membangun sebuah royal city yang diperluas ke arah selatan kota lama dan menghubungkannya dengan sungai

Penyaluran energi listrik yang berlangsung di dalam jaringan merupakan bagian yang tidak dapat dihindarkan dari biaya, dimana adanya selisih dari jumlah energi yang memasuki

proses indexing ini teknik yang dapat digunakan untuk mencari dokumen yang relevan dengan query dari user adalah berdasarkan jumlah frekuensi kemunculan kata yang