• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSENTRASI CUKA KAYU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya L)kultivar Callina ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH KONSENTRASI CUKA KAYU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya L)kultivar Callina ABSTRACT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSENTRASI CUKA KAYU TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT PEPAYA (Carica papaya L)kultivar Callina

Asep Undang Rahayu 1)

Program Studi Agrotekhnologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwang a_undang@yahoo.com

Budi Rahmat, Ir.,M.S.2)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi budy_unsil@yahoo.com

Dwi Pangesti S., Ir., M.P.3)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dwi_pangesti@yahoo.com

Jln. Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Tasikmalaya 46115 Tlp: (0265) 330634 Fax: (0265) 325812

Website: www.unsil.ac.id E-mail: info@unsil.ac.id

ABSTRACT

The experiment was conducted in Desemberat 2013 to Januari 2014 at the Campus of Siliwangi University, Tasikmalaya. The Area altitude of 358 meters above sea level with precipitation type B ( wet ). Plants grown in polythene bags on a trial size of 10 cm x 15 cm.

The study aim to determine the ZPT application concentration of wood vinegar on the growth of Callina papaya seedlings. The experimental was arranged in randomized block design ( RAK ) that repeated 5 times. And consists of 5 treatments that are the concentration of wood vinegar A ( 0 ml/L ), B ( 25 ml/L ), C ( 50 ml/L ), D ( 75 ml/L ) ,and E ( 100 ml/L ). The results showed that teak wood vinegar application at different concentrations give effect to the growth of plant height and stem diameter papaya seedlings , while the number of leaves , leaf area and intensity of dead plants do not give a significant effect on growth papaya seeds.

Keywords :Wood vinegar, Calina papaya, Concentrations

ABSTRAK

Percobaan ini dilaksanakan di Komplek Rusunawa Universitas Siliwangi Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya, dimulai pada bulan Desember 2013 sampai dengan bulan Januari 2014. Ketinggian tempat 358 meter di atas permukaan laut dengan tipe curah hujan B (basah) menurut Schmidt dan Ferguson dalam Ance Gunarsih (1988). Tanaman pada percobaan ini ditanam dalam polibag ukuran 10 cm x 15 cm.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ZPT cuka kayu terhadap pertumbuhan tanaman bibit papaya kultivar Calina. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang diulang 5 kali dan terdiri dari 5 perlakuan yaitu dengan konsentrasi cuka kayu A (0 ml/L), B (25 ml/L),C (50 ml/L), D (75 ml/L), dan E (100 ml/L). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi cuka kayu dari serutan kayu jati pada konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan diameter batang tanaman bibit pepaya, sedangkan pada jumlah daun, luas daun dan intensitas tanaman yang mati tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhaan bibit papaya.

Kata kunci: Cuka kayu, pepaya kultivar callina, konsentrasi

(2)

I. PENDAHULUAN

Buah pepaya (Carica papaya L.) merupakan tanaman yang cukup banyak dibudidayakan di Indonesia. Pada umumnya, para petani menanam pepaya di tanah pekarangan atau tegalan. Di lahan pekarangan tanaman pepaya biasa ditanam di depan atau di samping rumah dan digunakan untuk mencukupi kebutuhan sayuran atau buah-buahan bagi keluarga (Warisno, 2003).

Buah papaya tergolong buah yang populer, yang dikenal dan digemari oleh hampir seluruh penduduk dunia. Daging buah pepaya memiliki rasa manis, enak, dan menyegarkan, serta dapat melegakan dahaga. Warna daging buah bervariasi, ada yang berwarna merah, ada juga yang berwarna kuning, lunak, dan banyak mengandung air. Nilai gizi pepaya juga cukup tinggi karena banyak mengandung pro-vitamin A, vitamin C, dan minral kalsium (Warisno, 2003).

Untuk mendapatkan bibit pepaya yang berkualitas, bibit pepaya perlu di beri zat pengatur tumbuh untuk memacu pertumbuhannya. Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik yang bukan hara, yang apa bila dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologis tumbuhan. Zat pengatur tumbuh(ZPT) sebagian besar pada bagian pucuk, karena pada bagian ini paling aktif untuk melakukan pembelahan sel (Sri Setyati, 2009).

Menurut Sri Setyati (2009) terdapat 6 golongan zat pengatur tumbuh yaitu : Auksin, Giberelin, Sitokinin, perangsang terbentuknya Etilen, senyawa penghambat (Inhibitor), dan pencegahan pertumbuhan. Pada proses fisiologis zat pengatur tumbuh mempunyai peranan penting yaitu mendukung pematangan buah, pemanjangan batang, menstimulir perkecambahan dan dapat mendukung terbentuknya bulu-bulu akar.

Salah satu teknologi tepat guna yang dapat diterapkan di pembibitan pepaya adalah aplikasi cuka kayu. Cuka kayu merupakan senyawa organik yang bukan hara, tetapi dapat mengendalikan pertumbuhan tanaman, mampu mempercepat perkembangan akar, batang, umbi, daun, bunga, dan dapat digunakan untuk meningkatkan jumlah buah yang dihasilkan dalam kebun. Juga memiliki fungsi untuk meningkatkan kualitas tanah (Departemen Pertanian Thailand, 2010 )

Kandungan komponen kimia cuka kayu menurut Yatagai (2002) berperan sebagai pemercepat pertumbuhan tanaman, yaitu memiliki komponen asam, metanol, furfural dan sebagai inhibitor dari komponen fenol, asam, guaiakol. Selain itu, menurut Nurhayati (2000) bahwa sifat cuka kayu mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh pemberian konsentrasi cuka

(3)

kayu terhadap pertumbuhan bibit pepaya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi yang paling baik bagi pertumbuhan pertumbuhan bibit pepaya.

METODE PENELITIAN

Percobaan dilaksanakan di areal pekarangan Rumah Susun Mahasiswa Universitas Siliwangi Tasikmalaya dari bulan Desember 2013 sampai dengan Januari 2014.

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini Biji pepaya Kultivar Callina yang berasal dari Pusat Kajian Hortukultura Tropika LPPM-IPB, Cuka kayu yang berasal dari limbah serutan kayu jati yang dibuat sendiri di Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi, polybag, pelastik, tanah, dan pupuk kandang ayam.

Alat-alat yang digunakan adalah cangkul, jangka, sorong, meteran, handsprayer, timbangan, alat tulis, dan papan label.

Percobaan ini menggunakan metode eksperimen dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 5macam konsentrasi perlakuan dan diulang sebanyak 5 kali. Adapun perlakuan tersebut sebagai berikut:

A : Cuka Kayu 0 ml/ 1 L air.

B : Cuka Kayu 25ml/ 1 L air

C : Cuka kayu 50 ml/1 L air.

D : Cuka Kayu 75ml/ 1 L air.

E : Cuka Kayu 100 ml/1 L air.

Pelaksanaan Percobaan Pembuatan Naungan

Dalam pelaksanan percobaan digunakan naungan buatan yang memanjang dari Utara ke Selatan dengan ukuran 5 m x 5 m. Tinggi atap naungan sebelah timur 2,5 m dan sebelah Barat 1,5 m,dengan menggunakan atap yang terbuat dari plastik.

Jarak antar ulangan 100 cm dan jarak antar petak perlakuan 30 cm, sedangkan antar polybag 10 cm, jumlah seluruh petak percobaan ada 25 petak terbagi ke dalam 5 ulangan.

Setiap petak berisi 20 tanaman sehingga jumlah tanaman percobaan adalah 500 tanman ditambah dengan tanaman cadangan.Banyaknya tanaman untuk sampel adalah 6 tanman per petak.

Penyiapan bibit tanman

Untuk menyiapkan bibit tanaman, bibit tanaman, benih terlebih dahulu di rendam air hangat kuku (suhu40°C) selama 24 jam, Kemudian benih di semai ke dalam media semai

(4)

pada kedalaman 1 sampai 2 cm dengan letak calon akar atau bagian benh yang runcing berada di bawah, dan dengan jarak antar benih 5 cm.

Penyiapan media

Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah dan pupuk kandang perbandingan 2:1 yang sudah diayak, media dimasukan dalam polybag ukuran 8 cm x 10 cm.

Penanaman dalam polybag

Bibit yang tumbuh dan telah mempunyai 2 sampai 3 helai daun dipindahkan ke dalam polybag yang telah diisi oleh media tanam dengan campuran tanah, dan pupuk kandang dan dengan perbandingan 2:1.

Pencabutan atau pemindahan bibit dilakukan dengan hati-hati. Bibit diangkat beserta tanahnya dengan menggunakan sekop kecil. Pemindahan bibit semaian ke dalam polybag ini dilakukan pada 14 hari setelah semai, yang dipindahkan hanya bibit yang sehat dan seragam pertumbuhannya. Helaian daun yang tua dari bibit tersebut, yaitu antara 2 sampai 3 helai sebagian di potong dengan gunting dengan tujuan untuk mengurangi transpirasi.

Penerapan Perlakuan Cuka Kayu

Cuka kayu diaplikasikan pada 20 dan 40 hari setelah tanam dengan konsentrasi sesuai perlakuan dengan cara disemprotkan ke seluruh permukaan bibit dan media dalam polibag dengan menggunakan hand sprayer.

Pemeliharaan

Pemeliharaan bibit dilaksanakan selama percobaan meliputi penyiraman, pengendalian gulma, pemberantasan hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan pagi dan sore hari sesuai dengan kebutuhan. Untuk pengendalian gulma yang tumbuh dalam polybag atau sekitar polybag dilakukan dua minggu sekali.

Pengamatan

Pengamatan Penunjang

Pengamatan penunjang yaitu pengamatan yang datanya tidak dianalisis secara statistic dan tujuannya untuk mengetahui adanya pengaruh lain dari luar perlakuan. Pengamatannya meliputi analisis tanah, gulma, serangan hama penyakit, serta curah hujan.

Pengamatan Utama

Pengamatan utama yaitu pengamatan yang datanya diuji secara statistik. Adapun parameter yang diamati sebagai berikut:`

1) Tinggi tanaman 2) Diameter batang

(5)

3) Jumlah daun pertanaman 4) Luas daun pertanaman

5) Intensitas tanaman yang mati

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengamatan Utama

TinggiTanaman

Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa aplikasi konsentrasi ZPT cuka kayu berpengaruh terhadap tinggi taniraman pada umur 30 hst, sedangkan pada 60 hst tidak berbeda seperti tersaji pada Tabel 2.

Tabel 1.Pengaruh aplikasi konsentrasi cuka kayu terhadap tinggi tanaman pada umur 30 dan 60 hst.

Perlakuan Tinggi Tanaman (cm)

30 hst 60 hst

0 ml/L Air 12,29 b 24,92 a

25 ml/L Air 11,81 b 25,13 a

50 ml/L Air 12,21 b 23,35 a

75 ml/L Air 11,21 ab 20,89 a

100 ml/L Air 9,94 a 21,98 a

Keterangan: Angka rata-rata pada masing-masing kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukan tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf nyata 5 persen

Adanya pengaruh yang nyata dari perlakuan aplikasi konsentrasi ZPT cuka kayu sampai dengan 50 ml/L terhadap tinggi tanaman di pembibitan pada umur 30 hari setelah tanam lebih baik dari pada pemberian cuka kayu dengan konsentrasi 100 ml/L. Hal ini diduga disebabkan pemberian ZPT dapat memperbanyak dan mempercepat keluarnya akar, sehingga menyebabkan baiknya penyerapan unsur hara dari dalam tanah dengan sendirinya akan mempercepat pertumbuhan.

Sri Setyati (2009) menyatakan penggunaan zat pengatur tumbuh tersebut bila digunakan dengan konsentrasi rendah akan merangsang dan mempercepat proses pertumbuhan tanaman, dan sebaliknya bila digunakan dalam jumlah besar konsentrasi tinggi akan menghambat pertumbuhan bahkan dapat mematikan tanaman.

Diameter Batang

Hasil analisis statistik (Tabel 3) perlakuan konsentrasi ZPT cuka kayu terhadap diameter batang pada umur 30 hari setelah tanam tidak menunjukan perbedaa yang nyata,

(6)

sedangkan pada perlakuan konsentrasi cuka kayu pada umur 60 hari setelah tanam menunjukkan perbedaan yang nyata.

Tabel 2. Pengaruh aplikasi konsentrasi cuka kayu yang berbeda terhadap diameter batang tanaman pada umur 30 dan 60 hst.

Perlakuan Diameter Batang (cm)

30 hst 60 hst

0 ml/L Air 2,66 a 5,40 a

25 ml/L Air 2,62 a 6,26 ab

50 ml/L Air 2,64 a 7,44 b

75 ml/L Air 2,74 a 48,2 a

100 ml/L Air 2,48 a 4,90 a

Keterangan: Angka rata-rata pada masing-masing kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf nyata 5 persen

Pada umur 60 hst perlakuaan cuka kayu konsentrasi 50 ml/L memiliki diameter batang terbesar yang berbeda nyata dengan perlakuan 0 ml/L,75 ml/L, dan 100 ml/L tetapi sama dengan perlakuan 25 ml/L memiliki fungsi sebagai Zat pengatur tumbuh (ZPT) yang merangsang pertumbuhaan diameter batang. Diduga konsentrasi cuka kayu 50 ml/L dapat merangsang pertumbuhan sel-sel meristem apikal dan lateral kemudian merangsang sel-sel meristem sekunder. Sesuai dengan pendapat Sri Setyati (2009) yang menyatakan bahwa pertama-tama pertumbuhan vegetatif ditunjukan terhadap pertumbuhan primer yang terjadi oleh aktivitas meristem ujung akar terutama menyebabkan pertumbuhan ke atas dan kebawah, kemudian dilanjutkan pertumbuhan sekunder yaitu pertumbuhan kesamping.

Sri setyati (1991) mengemukakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan tanaman selain dipengaruhi oleh ZPT yang ada dalam tanaman, juga dipengaruhi oleh ZPT yang diberikan dari luar juga dipengaruhi oleh ada dan tidaknya kandungan kambium yang memungkinkan terjadinya pertumbuhan diameter batang.

Jumlah Daun, Luas daun,dan Intensitas tanaman yang mati Pertanaman

Berdasarkan hasil analisis statistic perlakuan konsentrasi ZPT cuka kayu terhadap jumlah daun, luas daun, dan intensitas tanaman yaang mati tidak memberikan pengaruh yang nyata pada umur 30 dan 60 hari setelah tanam (Tabel 3).

Hal ini diduga karena jumlah daun banyak dipengaruhi oleh unsur hara,air, oksigen, dan sinar matahari. Sedangkan zat pengatur tumbuh kecil pengaruhnya. Hal ini sesuai pendapat Husdini Ashar (1992) bahwa unsur-unsur yang di perlukan untuk menunjang pertumbuhan dalam pembentukan daun yaitu : air, oksigen dan sinar matahari.

(7)

Tabel 3 .Pengaruh aplikasi konsentrasi cuka kayu yang berbeda terhadap jumlah daun pada umur 30 dan 60 hst.

Perlakuan Jumlah Daun (helai)

Luas daun (cm) Tanaman mati (%) 30 hst 60 hst

0 ml/L Air 7,83 a 8,00 a 100,46 a 10 a

25 ml/L Air 7,83 a 8,17 a 109,93 a 7 a

50 ml/L Air 7,77 a 8,20 a 89,91 a 4 a

75 ml/L Air 7,47 a 8,20 a 80,27 a 11 a

100 ml/L Air 6,83 a 7,83 a 85,69 a 3 a

Keterangan: Angka rata-rata pada masing-masing kolom yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan taraf nyata 5 persen

Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ZPT cuka kayu tidak berpengaruh terhadaap luas daun pada umur 60 hari setelah tanam.

Tidak adanya perbedan yang nyata antara masing-masing perlakuan konsentrasi ZPT cuka kayu terhadap luas daun tanaman bibit pepaya ini, diduga ada kaitannya dengan pengaruh faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi terhadap efektivitas ZPT cuka kayu yang diserap tanaman. Faktor lingkungan yang dimaksud yaitu frekuensi hujan yang cukup tinggi selama percobaan berlangsung. Tingginya frekuensi curah hujan akan mempengaruhi jumlah unsur hara yang diserap tanaman karena sebagian akan terbawa hanyut oleh air hujan.

Hal ini sejalan dengan pendapat Sumartini (2011) yang menyatakan bahwa penggunaan bahan nabati mudah terdegradasi dan menguap sehingga aplikasinya harus beberapa kali.

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi ZPT cuka kayu pada konsentrasi yang berbeda tidak berpengaruh terhadap intensitas tanaman yang mati pada umur 30 hari setelah tanam.

Tabel6.Rata-rata pengaruh aplikasi konsentrasi cuka kayu yang berbeda terhadap tingkat kematian yang mati pada umur 30 hst.

Terlihat bahwa pengaruh aplikasi konsentrasi ZPT cuka kayu pada konsentrasi yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah tanaman yang mati.

Sejalan dengan Sumartini(2011) yang menyatakan bahwa penggunaan pestisida nabati aman bagi lingkungan tanah, air dan udara. Hal ini membuktikan bahwa cuka kayu tidak memberikan efek negatif terhadap pertumbuhaan bibit pepaya, sehingga aman digunakan.

Menurut Mitsuyoshi (2002) dalam Dewi Alimah (2012) ; Rick Burnette (2010) cuka kayu lebih berperan sebagai zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh memiliki peranan terhadap pertumbuhan tanaman yaitu tanaman menjadi tumbuh sehat dan kuat.

(8)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Konsentrasi cuka kayu memberikan pengaruh yang berbeda pada tinggi tanaman pada umur 30 hst dan diameter batang pada umur 60 hst

2) Aplikasi konsentrasi cuka kayu antara 25 sampai 50 ml/L berpengaruh terhadap tinggi tanaman pada umur 30 hst dan diameter batang pada umur 60 hst sedangkan terhadap jumlah, diameter daun dan jumlah tanaman yang mati tidak berpengaruh.

Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di lapangan, maka disarankan:

1) Penelitian sebaiknya dilakukan pada konsentrasi cuka kayu yang lebih tinggi, agar dapat diketahui konsentrasi yang lebih efektif.

2) Perlu adanya penelitian lebih lanjut pada kondisi lingkungan yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Dewi Alimah. 2012. Pemanfaatan Cuka Kayu Sebagi Stimulasi Pertumbuhan Tanaman.[Online] http://foreibanjarbaru.or.id/?p=343. Diakses tanggal 29 Mei 2013.

Rick Burnette. 2010. An Introduction to Wood Vinegar. ECHO Asia Notes. A Regional Suplement to ECHO Development Notes. Tersedia Dalam http://c.ymcdn.com/sites/www.echocommunity.org/resource/collection/F6FFA3 BF-02EF-4FE3-B180-F391C063E31A/Wood_Vinegar.pdf. Diakses tanggal 29 Mei 2013.

Sri Setyati. 2009. Zat pengatur Tumbuh. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sumartini. 2011. Penyakit Tular Tanah (Sclerotium rolfsii dan Rhizoctonia solani) pada Tanaman Kacang-Kacangan dan Umbi-Umbian Serta Cara Pengendaliannya.

Jurnal Litbang Pertanian Vol. 31 No 1 2012 : 27 – 33. Balitkabi. Malang.

Warisno. 2003. Budi daya Pepaya. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Yatagai Mitsuyoshi. 2002. Utilization of charcoal and wood vinegar in Japan. Graduate School of Agricultural and Life Sceinces. The Unadayaiversity of Tokyo. Japan.

Referensi

Dokumen terkait

Secara otomatis komutator membalik hubungan antara angker dinamo dan catu daya DC sehingga konduktor berputar pada arah yang tepat terhadap medan magnet,

Selain itu, revisi juga dilakukan pada aspek kualitas tampilan modul ini (gambar halaman cover , ketikan, kertas, ukuran dan ketebalan modul). Revisi modul mengacu pada hasil

Peternakan sapi potong di CV Sabdo Palon Farm untuk memenuhi kebutuhan pakan yang diberikan pada ternak sapi potong dengan memanfaatkan limbah pertanian.. Jenis pakan

Cuplikan hasil tes berpikir kreatif matematis S21 mengenai indikator keluwesan pada butir soal nomor 1 disajikan pada Gambar 4.43 berikut. Gambar 4.43 Cuplikan S21

Dengan demikian, pada percakapan chat- ting di internet, ketidaklangsungan dalam membuka percakapan belum tentu dapat dikatakan sebagai indikator kesantunan karena

Kondisi suhu muka laut pada wilayah perairan Indonesia di sebelah Utara khatulistiwa relatif semakin hangat. Kondisi ini memperbesar kemungkinan munculnya daerah pusat tekanan rendah,

Hal ini juga dapat dijelaskan bahwa kandungan antioksidan dari senyawa polifenol yang terdapat pada susu coklat menunjukkan menghambat proses peroksidasi lipid yang

Bangunan pengambilan air ( intake ) adalah suatu bangunan yang dibuat sedemikian rupa pada sisi suatu sumber air (umumnya adalah sungai) dengan maksud agar sebahagian air