• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN. Rencana Strategis (Rensta) adalah suatu proses yang. berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I. PENDAHULUAN. Rencana Strategis (Rensta) adalah suatu proses yang. berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Rencana Strategis (Rensta) adalah suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu dan disusun berdasarkan pemahaman lingkungan strategik baik dalam skala nasional, regional maupun lokal dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada. Renstra merupakan dokumen perencanaan taktis-strategis yang menjabarkan potret permasalahan pembangunan untuk memecahkan permasalahan daerah secara terencana dan bertahap melalui sumber pembiayaan APBD setempat, dengan mengutamakan kewenangan yang wajib disusun sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah. Di samping itu rencana strategis memuat visi dan misi sebagai penjabaran dalam membina unit kerja serta kebijakan dan prioritas sasaran sampai dengan berakhirnya masa perencanaan.

Rencana Strategis SKPD dapat dikategorikan sebagai dokumen manajerial wilayah yang bersifat komprehensif karena mampu memberikan program-program strategis sesuai dengan kebutuhan masing-masing bidang dalam lingkup SKPD. Keberhasilan usaha pemerintah daerah untuk mempertemukan antara keinginan masyarakat dengan fakta kondisi daerah diukur melalui indikator

(2)

perencanaan strategis dari program dan kegiatan yang tercantum di dalam Renstra yang dievaluasi melalui evaluasi kinerja Kepala Daerah sesuai dengan PP No. 108 tahun 2000, dengan memperhatikan indikator evaluasi kinerja yang disosialisasikan secara nasional melalui modul pelatihan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, menjadi kewajiban Pemerintah Provinsi / Kabupaten / Kota untuk menyusun Perencanaan Pembangunan Daerah sebagai salah satu kesatuan dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Perencanan Pembangunan Daerah tersebut disusun berjangka, meliputi :

a. Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) untuk jangka waktu 20 tahun yang memuat Visi, Misi dan arah Pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional.

b. Recana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) untuk jangka waktu 5 tahun, yang merupakan penjabaran Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dengan berpedoman RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional.

c. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) untuk jangka waktu satu tahun.

(3)

Pembangunan Daerah merupakan subsistem dari pembangunan nasional dan rencana strategis SKPD merupakan subsistem dari Perencanaan Pembangunan Daerah oleh karenanya penyusunan Rencana strategis SKPD harus sinergis dengan dokumen perencanaan lainnya. Renstra Dinas Peternakan diharapkan :

• Dapat dirumuskan tujuan dan sasaran pembangunan daerah yang SMART yang konsisten dengan visi, misi program Bupati serta memperhatikan program prioritas kementerian terkait.

• Dapat memberikan Arah perkembangan daerah sehingga dapat lebih dipahami oleh masyarakat dengan demikian mengembangkan ‘sense of ownership’ dari rencana strategis

• Memastikan bahwa sumber daya dan dana daerah diarahkan untuk menangani isu dan permasalahan prioritas dalam perencanaan pembangunan dan penanaman modal;

• Menyediakan basis untuk mengukur sejauh mana kemajuan untuk mencapai tujuan dan mengembangkan mekanisme untuk menginformasikan perubahan apabila diperlukan

• Dapat dikembangkan kesepakatan untuk memadukan semua sumber daya alam mencapai tujuan.

• Dapat dirumuskan fokus dan langkah-langkah yang lebih jelas untuk mencapai tujuan pengembangan daerah

(4)

• Dapat dihasilkan pengembangan daerah yang lebih produktif, efisien dan efektif.

Untuk Pengembangan Peternakan di Kabupaten Pelalawan untuk ditetapkan sub wilayah Peternakan sebagai berikut :

1. Sub Wilayah Pengembangan Ternak Ruminansia dengan Komoditi Sapi Potong meliputi Kecamatan Langgam, Pangkalan Kuras, Bandar Petalangan, Pangkalan lesung, Ukui, Kerumutan, Bunut, Pelalawan, Teluk Meranti dan Kuala Kampar serta sebagian Pangkalan Kerinci. Komoditas Sapi Perah meliputi Kecamatan Pangkalan Kerinci, Ukui dan Kerumutan. Komoditas Kerbau meliputi Kecamatan Pangkalan Kerinci, Langgam, Pelalawan dan Bandar Petalangan.

2. Sub Wilayah Pengembangan Ternak Non Ruminansia dengan Komoditi Ayam Buras Meliputi Kecamatan Langgam, Pangkalan Kerinci, Bandar Sei Kijang, Pangkalan Kuras, Bunut, Bandar Petalangan, Teluk Meranti dan Kuala Kampar. Ayam ras Pedaging meliputi Kecamatan Bandar Seikijang, Pangkalan Kuras, Pangkalan Kerinci dan Kerumutan. Itik Meliputi Kecamatan Pangkalan Kerinci, Pelalawan, Teluk Meranti dan Kuala Kampar.

3. Sub Wilayah Pengembangan Pasca Panen Meliputi Kecamatan Pangkalan Kerinci, Pangkalan Kuras dan Teluk Meranti

(5)

Untuk mewujudkan peningkatan produksi ternak dalam rangka pemberdayaan ekonomi kerakyatan dan pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan Pemerintah Kabupaten Pelalawan di bidang peternakan perlu disusun “ Rencana Strategis Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan Tahun 2011-2016”

Renstra Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan merupakan komitmen penuh dari Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan beserta seluruh staf untuk diiimplementasikan dengan baik menuju masyarakat yang maju sejahtera.

Dengan penetapan misi, visi dan memahami faktor-faktor penentu keberhasilan yang digali dari lingkungan internal maupun lingkungan eksternal. maka Dinas Peternakan telah menetapkan arah yang diinginkan untuk dicapai. Perubahan lingkungan memerlukan pengamatan yang cermat, khususnya kemungkinan-kemungkinan perubahan di masa yang akan datang. Dengan rumusan Rensta maka perubahan yang terjadi akan dapat diprediksi Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan.

Renstra Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan merupakan perwujudan perencanaan secara terpadu dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya, serta pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan Kepala Dinas Peternakan Kabupten Pelalawan, berdasarkan akuntabilitas yang memadai.

(6)

Renstra Dinas Peternakan juga berperan sebagai alat kendali/perencanaan, alat penilai kualitas kinerja dan pendorong tercapainya visi dan misi Kabupaten Pelalawan, serta terwujudnya pemerintahan yang baik (Good Governance) berdasarkan tiga pilar utama yaitu tranparansi, partisipasi dan akuntabiilitas.

1.2. LANDASAN HUKUM

1. Undang-undang No 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2. Undang-undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

4. Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional

5. Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 Perubahan Kedua Atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara

6. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2009 Nomor 84);

(7)

7. Peraturan Pemerintah No 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2005 Nomor 140, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578):

8. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan PembangunanEkonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata cara Penyusun, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

12. Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2012 dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 484);

13. Peraturan Daerah kabupaten Pelalawan Nomor : 02 tahun 2010 tanggal 04 Februari 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan daerah kabupaten Pelalawan Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas daerah kabupaten Pelalawan

14. Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan Nomor 6 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten PelalawanTahun 2011-2016 (Lembaran Daerah Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 Nomor 6,Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Pelalawan Tahun 2014 Nomor 6)

(8)

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud penyusunan Renstra Dinas Peternakan ini adala menjelaskan secara umum tentang kebijakan Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan

Tujuan penyusunan Renstra Dinas Peternakan ini adalah :

• Sebagai dasar penyusunan Program dan Kegiatan Dinas Peternakan untuk tahun 2011-2016

• Mengetahui Skala Prioritas Pembangunan Peternakan dari tahun ke tahun

1.4. SISTEMATIKA PENULISAN

Renstra Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan merupakan penjabaran dari Rencana Strategis Kabupaten Pelalawan di Bidang Peternakan. Renstra Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan juga tidak terpisah dari Rancangan Strategis dari Departemen Pertanian antara lainnya Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, dan Badan Pengembangan Sumber Daya manusia Pertanian serta mempunyai keterkaitan dengan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Riau,

(9)

BAB I. PENDAHULUAN.

1.1 Latar Belakang, yang menguraikan secara ringkas makna pembangunan Peternakan pengertian Renstra Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan , fungsi Renstra Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan dalam penyelengaraan pembangunan daerah, Proses penyusunan Renstra Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan, Keterkaitan Renstra Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan dengan RPJMD, Renstra Kementerian/Lembaga dan Renstra Kabupaten/Kota dan dengan Renja Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan 1.2. Landasan Hukum, memuat tentang penjelasan Undang-

Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah dan ketentuan peraturan lainnya yang mengatur tentang SOTK, kewenangan Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan dan pedoman yang dijadikan acuan dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran SKPD.

1.3. Maksud dan Tujuan penyusunan Renstra berisi penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penyusunan Renstra Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan

1.4. Sistematika Penulisan, memuat tentang pokok bahasan dalam penulisan Renstra Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan dan susunan garis besar isi dokumen Renstra Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN DINAS PETERNAKAN KABUPATEN PELALAWAN

2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan , memuat Tentang Struktur Organisasi Dinas Peternakan Kabupaten

(10)

Pelalawan, Serta Uraian Tugas dan Fungsi Sekretariat dan Bidang-bidang.

2.2. Sumber Daya Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan, memuat jumlah pegawai, jumlah pegawai menurut jenis eselon, kepangkatan dan pendidikan serta jumlah sarana prasarana pelayanan dan persebaran jumlah tenaga.

2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan Periode Sebelumnya memuat tingkat capaian indikator kinerja dan capaian pelayanan Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan menurut Standar Pelayanan Minimal sesuai urusan wajib yang ditetapkan selama periode sebelumnya.

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan, memuat hasil analisis terhadap rencana strategis Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan yang memuat peluang dan kekuatan bagi pelaksanaan pelayanan Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan pada lima tahun ke depan

BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan

Fungsi Pelayanan Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan

3.2. Telaahan Visi dan Misi dan Program Kepala daerah dan Wakil Kepala daerah Terpilih

3.3. Telaahan Renstra Kementerian Pertanian, Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan

(11)

dan Renstra Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Riau.

3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

3.5. Penetuan Isu-isu strategis

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI.

4.1. Visi dan Misi Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan 4.2. Tujuan dan Sasaran Jangka menengah Dinas

Peternakan Kabupaten Pelalawan

4.3. Strategi, dan Kebijakan Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan.

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB VI INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VII PENUTUP.

Bab ini merupakan bagian penutup dari keseluruhan dari penyusunan Renstra Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan

(12)

BAB II.

GAMBARAN PELAYAN DINAS PETERNAKAN

2.1. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan

Peraturan Daerah No. 02 tahun 2010 tanggal 04 Februari 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan daerah kabupaten Pelalawan Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Pelalawan sebagai berikut :

KEPALA DINAS

Sekretariat

Sub. Bagian Program

Sub bagian Umum dan Kepegawaian

Sub bagian Keuangan Kel. Jabatan

Fungsional

Bidang pengolahan dan PemasaranHasil

Peternakan

Bidang Pengembangan Ternak

Ruminansia

Bidang Pengembangan Ternak

Non Ruminansia

Seksi Pemberantasan dan Pencegahan

Penyakit

Seksi Kesmavet

Seksi Pelayanan Keswan

Seksi fasilitasi Pembiyaan dan Kemitraan Seksi Informasi dan

Budidaya Ternak

Seksi Teknologi Peternakan Ternak

Ruminansia Seksi Pemgembangan

dan Penyebaran Ternak Ruminasia Seksi Pembibitan dan

pakan Ternak Ruminansia

Seksi Pengolahan hasil Ternak

Bidang Kesehatan Hewan

Seksi Teknologi Peternakan Ternak

Ruminansia Seksi Pemgembangan

dan Penyebaran Ternak Ruminasia Seksi Pembibitan dan

pakan Ternak Ruminansia

(13)

Tugas dan Fungsi

Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan merupakan unsur pelaksana Pemerintah daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang dalam melaksanakan tugas berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris daerah.

Tugas pokok dari fungsi Dinas Peternakan sebagai mana dinyatakan dalam Peraturan Daerah No. 02 tahun 2010 tanggal 04 Februari 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan daerah kabupaten Pelalawan Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas daerah kabupaten Pelalawan adalah sebagai berikut :

Tugas pokok :

Menyelenggarakan urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan di bidang peternakan

Fungsi :

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas Dinas Peternakan mempunyai fungsi :

1. Perumusan kebijakan teknis bidang peternakan.

2. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan dan pelayanan umum di bidang peternakan.

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup dan tugasnya.

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(14)

Kepala Dinas

Kepala Dinas selaku kpala Satuan Kerja Perangkat Daerah mempunyai tugas memimpin, merencanakan, mengkoordinasikan, mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan seluruh kegiatan Dinas Peternakan sesuai dengan kewenangannya.

Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyusunan program dan rencana kerja, koordinasi, pemantauan dan mengendalikan serta evaluasi pelaksanaan tugas dinas.

Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang dalam melaksanakan tugasnya mempunyai fungsi :

a. Penyusunan rencana dan program kerja pengelola pelayanan kesekretariatan

b. Perumusan kebijakan koordinasi penyusunan program dan penyelenggaraan tugas-tugas semua bidang secara terpadu

c. Perumusan kebijakan administrasi dinas

d. Pelaksanaan pembagian tugas, memberikan arahan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas bawahan di lingkungan Sekretariat Dinas

e. Perumusan kebijakan pengelolaan administrasi umum dan rumah tangga dinas

(15)

f. Perumusan kebijakan pengelola kelembagaan dan ketatalaksanaan serta hubungan masyarakat.

g. Penginventarisasian permasalahan-permasalahan guna menyiapkan petunjuk pemecahan masalah

h. Perumusan kebijakan pengelola administrasi kepegawaian i. Perumusan kebijakan administrasi pengelola keuangan

j. Perumusan kebijakan pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas dinas

k. Perumusan kebijakan pengkoordinasian publikasi pelaksanaan tugas Dinas

l. Penetapan rumusan kebijakan pengkoordinasian penyusunan dan penyampaian bahan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas dinas

m. Pelaporan pelaksanaan tugas pengelolaan pelayanan Kesekretariatan.

n. Pelaksanaan evaluasi pengelolaan pelayanan kesekretariatan o. Pelaksanaan koordinasi dengan unit kerja/instansi/lembaga di

bidang pengelolaan pelayanan kesekratariatan.

p. Pelaksanaan pembagian tugas, arahan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas bawahan.

q. Pelaksanaan tugas lain dari Kepala Dinas sesuai dengan bidang tugasnya.

(16)

Bidang Kesehatan Hewan

Bidang Kesehatan Hewan mempunyai tugas :

a. Penyusunan program perencanaan teknis di bidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner (Kesmavet);

b. Memberi petunjuk pembinaan, pengembangan dan pengawasan di bidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner (Kesmavet);

c. Melaksanakan bimbingan pelayanan kesehatan hewan;

d. Terwujudnya jaminan mutu komoditas hewan, obat hewan dan veteriner;

e. Monitoring, evaluasi dan pelaporan;

Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan

Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan mempunyai tugas:

a. Penyusunan program dan rencana teknis pengolahan dan pemasaran hasil peternakan;

b. Pelaksanaan pembinaan pasca panen dan pengolahan hasil pelaksanaan;

c. Pelaksanaan pembinaan dan pengembangan usaha;

d. Pelaksanaan promosi dan pemasaran;

(17)

Bidang Pengembangan Ternak Ruminansia

Bidang Ruminansia mempunyai tugas :

a. Melaksanakan kegiatan pengembangan budidaya ternak yang meliputi perluasan kawasan, olah usaha dan produktifitas ternak;

b. Mengawasi standar dan penggunaan bibit unggul,

c. Menyediakan dukungan/bantuan untuk pembinaan peternakan;

d. Menyebarluaskan bibit unggul, dan mesin, penerapan dan pengembangan peternakan rakyat;

e. Menyusun rencana pengembangan peternakan rakyat;

Bidang Pengembangan Ternak Non Ruminansia

Bidang Pengembangan Ternak Non Ruminansia mempunyai tugas :

a. Melaksanakan kegiatan pengembangan budidaya ternak unggas dan aneka ternak yang meliputi perluasan kawasan, olah usaha dan produktifitas ternak ;

b. Mengawasi standar dan penggunaan bibit unggul,

c. Menyebarluaskan bibit unggul, alat dan mesin, penerapan dan pengembangan ternak rakyat;

(18)

d. Menyediakan alat bantu untuk pembibitan ternak unggas aneka ternak;

e. Menyusun rencana pengembangan peternakan rakyat;

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

1) Jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan teknis sesuai dengan bidang keahlian masing-masing;

2) Kelompok jabatan fungsional dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior selalu Koordinator yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas melalui Sekretaris Dinas;

3) Kelompok jabatan fungsional dibagi dalam sub-sub kelompok sesuai dengan kebutuhan;

4) Jumlah tenaga fungsional ditentukan berdasarkan sifat, Jenis dan beban kerja;

5) Pembinaan terhadap tenaga fungsional dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(19)

2.2. Sumber Daya Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan Aparatur

Sampai dengan 31 Desember 2013, jumlah pegawai yang ada di Dinas Peternakan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.1 Kebutuhan PNS Tahun 2013 No

. Uraian PNS

Tersedia Kebutuhan Kekurangan 1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Kepala Dinas Sekretariat

Bidang Kesehatan Hewan

Bid. Pengembangan Ternak Ruminansia Bid. Pengembangan Ternak Non Ruminansia

Bid. Pengolahan & Pemasaran hasil Peternakan

UPTD

Jabatan Fungsional

1 10

6 4 7

4

10 -

1 10 10 10 10

10

36 8

- - 4 6 3

6

26 8

42 95 53

Sumber : Dinas Peternakan Tahun 2013 (data per 31 Desember 2013)

Sarana dan Prasarana

Sampai dengan 31 Desember 2013 sarana dan prasarana yang tersedia untuk mendukung kinerja Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan dalam upaya membangun peternakan di Kabupaten Pelalawan adalah sebagai berikut :

(20)

Tabel 2.2. Sarana dan prasarana yang tersedia di Dinas Peternakan tahun 2013

No Uraian Jumlah Kebutuhan

1.

2.

3.

4.

5.

Kantor Dinas Holding Ground

UPTD/UPKH/Puskeswan Mobil Operasional

Sepeda Motor

1 1 12

3 24

1 2 12

6 42 Sumber : Dinas Peternakan Tahun 2013 (data per 31 Desember 2013)

2.3. Kinerja Pelayanan Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan Peningkatan Populasi ternak .

Peningkatan populasi ternak, merupakan salah satu sasaran yang perlu dicapai dalam pelaksanaan pembangunan peternakan, karena peningkatan populasi erat kaitannya dengan ketersediaan bahan pangan asal ternak yang terdapat di Kabupaten Pelalawan.

Secara umum perkembangan populasi ternak pada tahun 2005- 2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.3 Laju Peningkatan Populasi Ternak Tahun 2005-2013 No Jenis

Ternak

2005 (ekor)

2006 (ekor)

2007 (ekor)

2008 (ekor)

2009 (ekor)

2010 (ekor)

2011 (ekor)

2012 (ekor)

2013 (ekor)

1. Sapi 1.823 1.946 2.521 3.083 4.854 5.602 6.269 7.548 9.016

2. Kerbau 465 476 513 560 705 777 616 801 998

3. Kambing 1.937 2081 2756 3.035 3.923 4.687 5.595 7.257 7.699

4. Ay. Buras 276.707 209.603 196.398 208.913 221.577 228.586 238.086 257.266 245.997 5. Ay. Pdg 1.685.350 1.011.434 2.796.318 2.694.000 3.049.370 3.430.500 3.642.200 4.239.800 4.974.500 6. Itik 4.803 6.262 6.886 8.121 13.358 15.239 22.439 40.031 33.005

Sumber : Dinas Peternakan Tahun 2013 (data per 31 Desember 2013)

(21)

Walaupun Kabupaten Pelalawan mempunyai potensi di bidang peternakan tetapi populasi ternak masih rendah, hal tersebut antara lain disebabkan :

• Usaha peternakan yang dilakukan masyarakat masih usaha sambilan

• Kurangnya kemampuan petani memelihara ternak betina produktif (terutama dalam hal reproduksi), sehingga angka kelahiran ternak masih rendah

• Kurangnya modal masyarakat dalam mengembangkan usaha ternak, karena masih banyak yang belum mengetahui adanya fasilitas kredit usaha dari pemerintah dan pihak swasta.

• Mutu ternak yang dipelihara masyarakat relatif rendah, karena didominasi ternak lokal yang laju pertumbuhannya lambat.

• Masih rendahnya sumber daya manusia yang tersedia

• Adanya wabah penyakit

Peningkatan Produksi Ternak.

Produksi utama hasil ternak adalah daging, telur dan sebagainya yang penyediannya dipengaruhi oleh perkembangan produksi dan tingkat produktifitas ternak. Disamping itu dipengaruhi juga oleh masuknya ternak dan hasil ternaknya.

Penyedian produksi daging ditentukan oleh jumlah pemotongan ternak, yaitu ternak besar, ternak kecil dan unggas. Penyediaan

(22)

produksi daging di Kabupaten Pelalawan masih tergantung pada pemasokan ternak potong dari luar kabupaten dan luar propinsi ke daerah ini, terutama komoditi ternak sapi.

Penyedian produksi telur terutama telur ayam ras masih dipasok sebagian dari luar Kabupaten Pelalawan, hal ini disebabkan produksi telur ayam ras di Kabupaten Pelalawan belum mencukupi untuk mensupplai konsumen. Produksi telur yang dihasilkan oleh Kabupaten Pelalawan sebagian besar dihasilkan oleh perusahaan PT.Charoen Phokpan yang digunakan untuk tujuan penetasan (Hatching DOC).

Pemotongan ternak dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH) Pelalawan di Desa Kemang Kecamatan Pangkalan Kuras milik Pemerintah Kabupaten Pelalawan dan diluar RPH .

Perkembangan produksi daging di Kabupaten Pelalawan pada tahun 2005-2013 perjenis ternak seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.4 Produksi Daging Ternak Tahun 2005-2013 (Kg) No Jenis

Daging

2005 (Kg)

2006 (Kg)

2007 (Kg)

2008 (Kg)

2009 (Kg)

2010 (Kg)

2011 (Kg)

2012 (Kg)

2013 (Kg) 1. Sapi 51.200 135.268 226.188 261.785 290.559 308.946 553.520 454.023 390.335 2. Kerbau 7.408 8.006 23.832 13.406 32.211 8.007 12.680 19.364 28.487 3. Kambing 4.441 4.539 26.959 27.856 24.143 29.134 28.370 42.146 46.563 Sumber : Dinas Peternakan Tahun 2013 (data per 31 Desember 2013)

Perkembangan produksi Telur Unggas terutama Ayam Buras dan Itik di Kabupaten Pelalawan pada tahun 2005-2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

(23)

Perkembangan Konsumsi Hasil Ternak

Konsumsi hasil ternak daging dan telur di Kabupaten Pelalawan berasal dari produksi lokal dan juga berasal dari pemasukan dari luar daerah terutama dari Kota Pekanbaru dan Kabupaten Indragiri Hulu. Sedangkan untuk produksi susu hampir seluruhnya berasal dari luar daerah, berupa produksi susu bubuk dan susu kental hanya sebagian Kecil susu segar yang berasal dari kabupaten pelalawan yaitu di Desa makmur Kecamatan pangkalan Kerinci.

Dari tahun ke tahun konsumsi daging (daging sapi, kerbau, kambing, dan unggas) dan telur cenderung meningkat di Kabupaten Pelalawan hal ini seiring dengan semakin banyaknya jumlah penduduk yang ada dan semakin tingginya tingkat pengetahuan masyarakat terhadap pentingnya sumber protein hewan asal ternak dalam upaya meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) generasi muda.

Peningkatan pendapatan peternak

Pendapatan peternak mencerminkan nilai tambah yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi dari hasil usaha ternak yang dilakukan oleh masyarakat yang ada di daerah Kabupaten Pelalawan.

Usaha ternak yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Pelalawan pada umumnya adalah sebagai usaha sampingan, dilakukan di lahan pekarangan, lahan kering, daerah rawa, lahan

(24)

perkebunan dan lahan kritis dan belum banyak yang melakukan usaha ternak sebagai usaha pokok Dengan skala usaha sebagai berikut :

Sapi ± 3 - 4 ekor/KK, Kerbau 3 - 4 ekor/KK, Kambing 6 -1 0 ekor/KK, Ayam Buras 20 – 50 ekor/KK, Ayam Pedaging 1.000 - 2000 ekor/KK, Ayam Petelur 500 – 1000 ekor/KK dan Itik 50-100 ekor/KK.

Permasalahan usaha ternak di Kabupaten Pelalawan antara lain :

• Panjangnya rantai pemasaran menyebabkan keuntungan yang diperoleh peternak relatif rendah karena tingginya biaya yang dikeluarkan konsumen, sehingga masyarakat kurang berminat melakukan usaha peternakan. Hal ini dapat diatasi dengan menyediakan pasar ternak sehingga dapat membantu masyatrakat meningkatkan pendapatannya.

• Kurangnya promosi terhadap potensi investasi di Sub Sektor Peternakan.

Situasi Umum Penyakit Hewan

Situasi umum penyakit hewan di Kabupaten Pelalawan tahun 2008-2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

(25)

Tabel 2.5 Jumlah kasus penyakit yang terjadi di Kabupaten Pelalawan Tahun 2008-2013

No Jenis Penyakit/Kasus 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13.

14 15.

16.

17.

Rabies Brucelosis

Septicemia Epizootica (SE) Newcastel Disease (ND) Helminthiasis

Tympani Scabies Orf Pullorum Snot Parasit darah AI

Diare Myasis Omphalitis Pink eye

Retencio Secudinae

0 0 0 1.330

560 156 940 115 976 1130

66 4 42

9 7 18

4

2 0 0 1.020

412 138 870 94 210 984 76

4 26

8 4 13

6

13 0 0 1005

406 132 856 45

0 967 138 3 30

6 3 12

5

2 0 0 1015

415 130 851 40

0 960 125 2 28

6 3 11

7

2 0 0 965 395 123 809 38

0 915 123 2 27

5 2 9 5

2 0 0 650 215 120 663 30

0 450 106 0 19 4 2 9 5 Sumber : Dinas Peternakan Tahun 2013 (data Per 31 Desember 2013)

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ada beberapa penyakit yang spesifik atau epizootik yang perlu dilakukan adalah :

- Pengamatan dan penyidikan penyakit hewan - Pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan - Pelayanan kesehatan hewan

- Pengawasan Lalu Lintas Hewan/Ternak, Bahan Asal Hewan (BAH) dan Hasil Bahan Asal Hewan (BHBAH)

Pengobatan dan pencegahan penyakit dilakukan pada kasus, helminthiasis, rabies, brucellosis, ngorok(SE), flu burung (AVian Influenza) dan New Castle Disease (ND) dengan melakukan vaksinasi terhadap unggas dan penyemprotan dengan desinfektan.

(26)

2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan

2.4.1. Sumber Daya Aparatur

Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan terdapat kekurangan Pegawai Negeri Sipil sebanyak 53 orang dari berbagai displin Ilmu untuk mendukung tugas pokok dan fungsi Dinas Peternakan. Hal ini merupakan kelemahan bagi Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi yang dibebankan kepada Dinas Peternakan cukup berat apabila tidak di dukung dengan jumlah pegawai yang memadai.

Diharapkan ke depan kekurangan pegawai dapat terpenuhi sehingga secara bertahap agar dapat mendukung tugas pokok dan fungsi Dinas peternakan secara optimal.

2.4.2. Peningkatan Sarana dan Prasarana Peternakan

Untuk melaksanakan tugas Pokok dan fungsi Dinas Peternakan diperlukan sarana dan prasarana yang mendukung.

Sarana dan prasarana pendukung telah tersedia sehingga Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan dapat melaksanakan tugas pokok danfungsinya secara baik. Sedangkan untuk Holding Ground (HG) dengan lengkapnya sarana dan prasarananya antara lain : laboratorium dan klinik hewan, saung pertemuan, kandang dan berbagai ternak didalamnya. Ke depannya Holding Ground direncanakan akan menjadi tempat pengkajian dan penerapan teknologi peternakan, tempat penelitian

(27)

hewan/ternak, tempat pelatihan aparatur dan kader peternakan dan lain-lain.

2.4.3. Peningkatan Populasi Ternak

Setiap tahunnya populasi ternak sapi, kerbau, kambing dan ternak lainnya diproyeksikan mengalami peningkatan.

Peningkatan ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan Konsumsi daging yang juga meningkat.

Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan populasi ternak melalui program dan kegiatan Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan antara lain dengan adanya program peningkatan populasi ternak melalui kegiatan perbibitan sapi, kerbau dan kambing, Penyebaran ternak bibit di masyarakat dan program agribisnis peternakan.

2.4.4. Peningkatan Produksi Daging

Setiap tahun pertumbuhan produksi daging diproyeksikan meningkat sejalan dengan proyeksi pertumbuhan Populasi ternak. Proyeksi pertumbuhan daging tersebut belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat apabila seluruh masyarakat mengkonsumsi daging sesuai standar kecukupan Konsumsi hewani asal ternak sebanyak 10,00 perkapita pertahun.

peningkatan produksi daging seiring dengan peningkatan populasi ternak dan jumlah pemotongan ternak.

(28)

2.4.5. Peningkatan pendapatan peternak

Peningkatan pendapatan peternak setiap tahunnya akan tercapai apabila masalah-masalah yang menjadi faktor penghalang dapat dikurangi atau dihilangkan.

2.4.6. Situasi Umum Penyakit Hewan

Dengan adanya berbagai program/kegiatan pencegahan dan penanggulangan penyakit antara lain kegiatan vaksinasi terhadap hewan/ternak masyarakat, pengobatan hewan/ternak, monitoring dan survaeilens serta pengawasan lalu lintas ternak dan pemusnahan ternak yang tekena wabah setiap tahunnya maka kasus penyakit diproyeksikan semakin berkurang dan pada akhirnya tidak ada terjadi lagi kasus Penyakit (Zero Case).

(29)

BAB III.

ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan kepada masyarakat terdapat beberapa permasalahan atau kendala yang dihadapi. Permasalahan - permasalahan atau kendala tersebut antara lain :

1. Masih kurang/lemahnya Sumber Daya Manusia (SDM) Peternak dan Petugas)

2. Sarana dan prasarana Dinas yang terbatas

3. Sarana dan prasarana operasionalisasi petugas lapangan masih kurang

4. Pemanfaatan Sumber Daya Alam masih belum optimal 5. Skala pemilikan ternak masih rendah

6. Penyediaan bibit ternak masih terbatas 7. Penerapan teknologi masih kurang

8. Lemahnya pengetahuan dan penguasaan pasar oleh peternak 9. Terbatasnya modal peternak untuk mengembangkan usahnya 10. Alokasi dana APBD untuk Dinas Peternakan yang masih kecil

11. Kondisi Geografis Kabupaten Pelalawan pada wilayah tertentu yang cukup Sulit

(30)

3.2 Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala daerah dan Wakil Kepala Daerah

Berdasarkan analisa terhadap pernyataan politik Bupati dan Wakil Bupati semasa kampanye pilkada, kemudian kondisi umum dan masalah pembangunan serta isu-isu strategis Kabupaten Pelalawan saat ini yang menjadi tantangan lima tahunan kedepan, dengan memperhitungkan sumber daya sebagai modal dasar yang dimiliki, maka visi pembangunan RPJMD Kabupaten Pelalawan Tahun 2011- 2016 adalah;

”PEMBAHARUAN MENUJU KEMANDIRIAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT KABUPATEN PELALAWAN”

Kata Kunci: PEMBAHARUAN,KEMANDIRIAN

Pokok-pokok visi yang diterjemahkan dalam pengertiannya, sebagaimana makna yang terkandung dalam Visi Kabupaten Pelalawan adalah :

a. Pembaharuan adalah perubahan pola pikir (mindset) yang mendasar tentang pemahaman bahwa pembangunan membutuhkan kolaborasi bersama antara Pemerintah Kabupaten, Provinsi, Pemerintah Pusat, BUMN, BUMD dan swasta. Perlu dipahami kemampuan Pemerintah Daerah dalam pembiayaan pembangunan melalui APBD sangat terbatas,dan pada akhirnya daerah maju,sejahtera dan mandiri, dinamika pembangunannya akan tergantung pada dunia usaha yang mencakup BUMD, BUMN,dan swasta domestik dan asing. Dalam mendorong

(31)

perkembangan perubahan pola pikir dibutuhkan SDM dengan kualitas kerja tinggi, sikap,semangat, orientasi serta memiliki cara- cara cerdas dalam memanfaatkan peluang pembangunan dan mampu merancang kebutuhan masyarakat secara cermat mendasar, dengan desain perencanaan dari awal secara terukur, rasional, effisien dan efektif.

b. Kemandirian adalah pembangunanyang dilaksanakan tidak hanya mengandalkan anggaran APBD namun juga dari kolaborasi dengan pemangku kepentingan pembangunan. Memiliki kemampuan menggali memanfaatkan potensi daerah dan peluang dari luar daerah guna memenuhi kebutuhan pembangunan, dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri. Kemampuan dikelola melalui kemajuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi,sehingga masyarakat dan daerah mandiri secara ekonomi, politik, sosial, hukum mampu mensejajarkan kehidupannya sederajat dengan masyarakat lain yang telah maju. Kondisi ditandai oleh meningkatnya harkat martabat dan kualitas kehidupan masyarakat yang didukung oleh ketersediaan infrastruktur dasar memadai.

c. Pemerintah adalah pemerintahan Kabupaten Pelalawan yang memiliki wilayah administratif sesuai dengan undang-undang Nomor 53 Tahun 1999 tentang pembentukan Kabupaten

(32)

Pelalawan,Kabupaten Rokan Hulu,Kabupaten Rokan Hilir, Kabupaten Siak, Kabupaten Karimun,Kabupaten Natuna,Kabupaten Kuantan Singingi, dan Kota Batam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 181,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3902)

d. Masyarakat adalah komunitas masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara seimbang jasmani dan rohani, berbudaya dan berakhlak mulia, memiliki peradaban tinggi,cerdas, sehat. Ditandai oleh meningkatnya kualitas standar hidup (level of living) tumbuhnya rasa percaya diri (self esteem), Peningkatan Kebebasan (freedom/democracy) setiap orang termasuk lingkungan hidup yang makin layak dalam suasana nyaman dan aman serta saling menghargai nilai-nilai sosial kemanusiaan.

MISI

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Untuk mencapai visi PEMBAHARUAN MENUJU KEMANDIRIAN PEMERINTAH DAN MASYARAKAT KABUPATEN PELALAWAN maka Pemerintah Kabupaten Pelalawan telah menetapkan tujuh misi yaitu :

1. Meningkatkan kualitas SDM yang unggul, berbudaya beriman dan bertaqwa.

(33)

2. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat.

3. Meningkatkan kinerja birokrasi dan otonomi desa.

4. Meningkatkan pembangunan infrastruktur daerah.

5. Meningkatkan kemandirian ekonomi, mendorong investasi dan usaha strategis daerah yang berwawasann lingkungan.

6. Meningkatkan ketentraman dan ketertiban lingkungan.

7. Menguatkan sistem inovasi untuk mendukung percepatan kemandirian dan peningkatan daya saing daerah.

Tujuan dan Sasaran

1. Misi Pertama : Meningkatkan Kualitas SDM yang Unggul, Berbudaya, Beriman dan Bertaqwa.

Bertujuan untuk :

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Pendidikan, 2. Meningkatkan kualitas dan ketrampilan tenaga kerja,

3. Meningkatkan tatanan Sosial kemasyarakatan yang berbudaya,beriman dan bertaqwa.

Dengan sasaran :

1. Meningkatnya akses, mutu pelayanan pendidikan

2. Meningkaynya kualitas tenaga pendidikan dan rasio guru murid.

3. Terciptanya tenaga kerja yang berkompeten dan produktif

(34)

4. Terwujudnya kehidupan sosial kemasyarakatan yang berbudaya,beriman dan bertaqwa.

2. Misi Kedua : Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat.

Bertujuan untuk :

1. Meningkatkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat.

2. Meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan Dengan sasaran :

1. Terwujudnya pelayanan kesehatan berkualitas keseluruh wilayah

2. Terwujudnya lingkungan yang bersih dan sehat.

3. Misi Ketiga : Meningkatkan Kinerja Birokrasi dan Otonomi Desa.

Bertujuan untuk :

1. Mewujudkan pemerintahan yang bersih, profesional dan mandiri.

2. Mewujudkan otonomi desa Dengan sasaran :

1. Tewujudnya tata kelola pemerintahan yang transparan dan akuntabel.

2. Tercapainya Strandar Pelayanan Minimal (SPM) daerah.

3. Terwujudnya penyelengaraan pelayanan pemerintahan Desa yang maju dan mandiri.

(35)

4. Misi Keempat : Meningkatkan Pembangunan Infrastuktur Daerah.

Bertujuan untuk :

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastuktur daerah.

Dengan sasaran :

1. Terpenuhinya kualitas dan kuantitas infrastuktur

2. Teridentifikasi dan terbangunya Infrastruktur pendukung unggulan daerah.

3. Meningkatnya kualitas pemukiman

4. Meningkatnya penataan ruang yang memperhatikan keberlanjutan sumber daya daerah.

5. Misi Kelima : Meningkatkan Kemandirian Ekonomi, Mendorong Investasi dan Usaha-Usaha Strategis Daerah yang Berwawasan Lingkungan.

Bertujuan untuk :

1. Meningkatkan ketahanan pangan daerah

2. Memantapkan kemandirian pembangunan ekonomi Dengan sasaran :

1. Meningkatnya Produksi dan terkendalinya distribusi pangan daerah.

2. Meningkatkan industri dan BUMD strategis

3. Terwujudnya cluster-cluster ekonomi unggulan daerah 4. Tersedianya obyek wisata unggulan

5. Meningkatnya ekonomi masyarakat miskin.

(36)

6. Misi Keenam : Meningkatkan ketentraman dan Ketertiban Masyarakat

Bertujuan untuk :

1. Meningkatkan suasana yang kondusif dalam bermasyarakat.

Dengan sasaran :

1. Terjadinya kejadian konflik dimasyarakat.

7. Misi Ketujuh : Menguatkan Sistem Inovasi untuk Mendukung Percepatan Kemandirian Ekonomi dan Peningkatan Daya Saing Daerah

.

Bertujuan untuk :

1. Berkembangnya ekosistem yang kondusif bagi kreativitas- keinovasian di daerah.

2. Meningkatnya nilai tambah (produktivitas) dari potensi khas industri unggulan daerah

3. Berkembangnya kapasitas inovatif daerah dan sentra pertumbuhan baru daerah

4. Meningkatnya bisnis-bisnis inovatif di daerah

5. Meningkatnya pemenuhan kebutuhan dasar rakyat dan daya dukung pembangunan Pelalawan yang berkelanjutan Dengan sasaran :

1. Tersedianya supra dan infrastruktur dasar sistem inovasi daerah

(37)

2. Tumbuhnya klaster Industri unggulan daerah berwawasan lingkungan

3. Terwujudnya tahap awal Kawasan Teknopolitan hijau.

4. Berkembangnya Pusat Inovasi

5. Berkembangnya Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) dan UKM inovatif daerah

6. Termanfaatkannya teknologi/inovasi untuk mendukung pemenuhan kebutuhan air bersih, energi bersih, transportasi hijau dan teknologi informasi dan komunikasi serta lingkungan yang berkualitas dan proses pembangunan Pelalawan yang berkelanjutan

Arah Kebijakan Pembangunan

Arah kebijakan pembangunan memberi pedoman bagaimana strategi terhubung ke sasaran dan kapan sasaran tersebut harus dicapai. Arah kebijakan diwujudkan dengan fokus sasaran dari waktu ke waktu selama masa periode 2011-2016. Arah kebijakan menjadi tema pembangunan yang berisi sasaran yang akan dilaksanakan pada tahun yang direncanakan.

Berdasarkan analisis kekuatan, potensi dan pemetaan arah kebijakan serta memperhatikan ketersediaan pendanaan pembangunan maka fokus dan prioritas sasaran yang sekaligus menjadi tema pembangunan masing-masing tahun sebagai berikut :

(38)

3.3 Telaahan Renstra Kementerian Pertanian, Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Keswan dan Renstra Dinas Peternakan dan Keswan Propinsi Riau

3.3.1 Renstra Kementerian Pertanian

Visi Kementerian Pertanian “Terwujudnya Pertanian Industrial Unggul Berkelanjutan Yang Berbasis Sumberdaya Lokal Untuk Meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Daya Saing, Ekspor dan Kesejahteraan Petani”

Misi Kementerian Pertanian:

1. Mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan yang efisien, berbasis iptek dan sumberdaya lokal, serta berwawasan lingkungan melalui pendekatan sistem agribisnis.

2. Menciptakan keseimbangan ekosistem pertanian yang mendukung keberlanjutan peningkatan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan kemandirian pangan.

3. Mengamankan plasma-nutfah dan meningkatkan pendayagunaannya untuk mendukung diversifikasi dan ketahanan pangan.

4. Menjadikan petani yang kreatif, inovatif, dan mandiri serta mampu memanfaatkan iptek dan sumberdaya lokal untuk menghasilkan produk pertanian berdaya saing tinggi.

5. Meningkatkan produk pangan segar dan olahan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) dikonsumsi.

(39)

6. Meningkatkan produksi dan mutu produk pertanian sebagai bahan baku industri.

7. Mewujudkan usaha pertanian yang terintegrasi secara vertikal dan horisontal guna menumbuhkan usaha ekonomi produktif dan menciptakan lapangan kerja di pedesaan.

8. Mengembangkan industri hilir pertanian yang terintegrasi dengan sumberdaya lokal untuk memenuhi permintaan pasar domestik, regional dan internasional.

9. Mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan perdagangan komoditas pertanian yang sehat, jujur dan berkeadilan.

10. Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah bidang pertanian yang amanah dan professional

Tujuan

1. Mewujudkan sistem pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal.

2. Meningkatkan dan memantapkan swasembada berkelanjutan.

3. Menumbuhkembangkan ketahanan pangan dan gizi termasuk diversifikasi pangan.

4. Meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian.

5. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

(40)

3.3.2. Renstra Direktorat Jenderal Peternakan dan Keswan

Arah Kebijakan

Dengan mengaju pada RPJMN, arah kebijakan umum pembangunan peternakan dan kesehatan hewan 2010-2014 adalah (i) menjamin ketersediaan dan mutu benih dan bibit ternak; (ii) meningkatkan populasi dan produktifitas ternak;

(iii) meningkatkan produksi pakan ternak; (iv) meningkatkan status kesehatan hewan; (v) menjamin produk hewan yang ASUH dan berdaya saing; dan (vi) meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat.

Pada aspek populasi dan produktifitas ternak diarahkan untuk : (i) meningkatkan populasi dan optimalisasi produksi ternak ruminansia dan non ruminansia; (ii) revitalisasi persusuan; (iii) melaksanakan restrukturisasi perunggasan; dan (iv) pengembangan kelembagaan usaha.

Pada aspek Kesehatan hewan diarahkan untuk : (i) meningkatkan perlindungan hewan, pengamatan, pengendalian, dan pemberantasan penyakit hewan; (ii) meningkatkan pelayanan kesehatan hewan; (iii) meningkatkan kualitas dan kuantitas obat hewan; dan (iv) meningkatkan

(41)

kualitas dan kuantitas tenaga dokter hewan dan paramedik veteriner.

Pada aspek keamanan produk hewan diarahkan untuk : (i) menguatkan peran dan fungsi lembaga otoritas veteriner; (ii) meningkatkan jaminan produk hewaan yang ASUH dan daya saing produk hewan; (iii) meningkatkan penerapan kesrawan ; (iv) mengoptimalkan pengaturan stok daging; dan (v) mengoptimalkan pengaturan dan pemasaran daging sapi

Strategi

Memperhatikan target empat suskses Kementerian Pertanian, salah satunya adalah pencapaian Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau, strategi yang ditempuh oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan adalah sebagai berikut :

a. Memperlancar arus produk peternakan melalui efisiensi distribusi

b. Meningkatkan daya saing produk peternakan dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal

c. Memperkuat regulasi untuk mendorong peran peternak dalam negeri sehingga menjadi mandiri

(42)

d. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar sektor terkait serta networking antar daerah.

e. Meningkatkan promosi produk peternakan untuk ekspor f. Memperkuat kelembagaan peternakan di semua lapisan dan

otoritas veteriner.

3.3.3. Renstra Dinas Peternakan dan Keswan Propinsi Riau

Visi Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Riau Tahun 2014-2018 adalah :

”Mewujudkan Kawasan Peternakan yang Berdaya Saing dan Berkelanjutan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Peternak”

Visi tersebut di atas dijabarkan kedalam beberapa misi yaitu :

1. Meningkatkan produksi dan produk peternakan dengan pemanfaatan sumberdaya lokal secara berkelanjutan

2. Mengembangkan pembibitan ternak sapi Bali dan sapi Lokal 3. Mengoptimalkan pengembangan pakan, budidaya ternak,

kesehatan ternak serta kesehatan veteriner dan pasca panen

4. Mengembangkan kapasitas kelembagaan Sumberdaya Manusia (aparat, peternak dan pelaku usaha)

(43)

5. Meningkatkan komponen pembiayaan terhadap proses integrasi yang melibattkan berbagai sumber (Pemerintah, BUMN/BUMD, Perbankan dan Swasta).

Bersinergi dengan visi dan misi yang telah ditetapkan, tujuan yang ingin dicapai oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam periode 2014-2018 adalah :

1. Meningkatkan produksi ternak dan produktifitas ternak yang berdaya saing

2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan Sumberdaya manusia yang handal dan berkualitas (aparat, peternak dan pelaku usaha)

3. Meningkatkan kesejahteraan petani.

4. Meningkatkan jaminan kualitas dan keamanan pangan asalah hewan yang aman, sehat utuh dan hala (ASUH) serta terjangkau oleh masyarakat.

5. Meningkatkan kemampuan diversifikasi produk asal ternak untuk keragaman produksi dan konsumsi protein hewani asal ternak.

6. Meningkatkan kerjasama antar pelaku (masyarakat dan pengusaha) dalam pengembangan komoditas peternakan sesuai dengan potensi agroekosistem.

(44)

Sasaran Utama Program Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Riau adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan jumlah populasi ternak dalam upaya penyediaan produksi daging lokal.

2. Optimalisasai pelayanan kesehatan hewan, penyuluhan, pembinaan dan koordinasi antar wilayah dan sektoral.

3. Nmenurunnya tingkat kematian ternak dan meningkatnya daya jangkau pelayanan kesehatan hewan.

4. Meningkatnya tingkat pendapatan petani.

5. Peningkatan penyediaan pangan asal hewan (PAH) yang ASUH yang ada dimasyarakat.

6. Peningkatan keragaman produksi dan konsumsi produk asal ternak yang beredar di masyarakat.

7. Meningkatnya kapasitas kelembagaan peternakan.

Berdasarkan dari hasil uraian dan telaahan Renstra Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Riau diatas, maka faktor-faktor penghambat dan faktor – faktor pendorong dari Pelayanan Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan adalah sebagai berikut :

 Faktor-faktor penghambat :

1. Pencapaian program swasembada daging sapi dan kerbau harus disikapi Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan mau

(45)

tidak mau harus mampu memfasilitasi keterbatasan yang dihadapi dan dimiliki masyarakat peternak/pelaku usaha peternakan (seperti : proses diseminasi, kelembagaan dan sakala usaha, keterampilan serta tingginya biaya untuk menerapkan teknologi) serta penangan pemberantasan penyaki hewan ternak.

2. Kebijakan pusat terkait dengan sasaran yang ingin dicapainya secara langsung berbanding lurus dengan penganggaran yang harus disediakan oleh Pemerintah Kabupaten.

 Faktor – faktor pendorong :

1. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta program/Kegiatan Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan memiliki dasar hukum yang jelas yaitu Undang-undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam rangka Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan.

2. Adanya kelembagaan diberbagai aspek produksi dan kesehatan hewan, teknologi yang memadai, sarana dan prasarana, serta regulasi yang cukup lengkap.

3. Pencapaian swasembada daging sapi dabn kerbau menjadi program nasional sehingga mendapat perhatian penuh dari pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi serta Pemerintah Kabupaten.

(46)

3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Ancaman dan krisis pangan dunia beberapa tahun terakhir memiliki kaitan sangat erat dengan perubahan iklim global. Dampak perubahan iklim global adalah terjadinya gangguan terhadap siklus hidrologi dalam bentuk perubahan pola dan intensitas curah hujan, kenaikan permukaan laut, peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam yang dapat mengakibatkan terjadinya banjir dan kekeringan. Sejak tahun 2010 telah terjadi kenaikan suhu yang mencapai 1 derajat celsius, sehingga diprediksi akan terjadi lebih banyak curah hujan dengan perubahan 2-3 persen per tahun. Kondisi ini kecenderungannya akan terus meningkat pada tahun-tahun ke depan. Bagi sub sektor peternakan, dampak lanjut dari perubahan iklim adalah berkembangnya penyakit hewan yang pada akhirnya mengakibatkan penurunan produksi peternakan. Oleh karena itu, diperlukannya upaya khusus untuk melakukan pemetaan daerah terkait dengan pengembangan sub sektor peternakan.

Penetapan kawasan pengembangan peternakan diperuntukkan untuk kegiatan peternakan dan atau terpadu sebagai komponen usaha tani (berbasis tanaman pangan, perkebunan, hortikultura atau

perikanan) dan terpadu sebagai komponen ekosistem tertentu (kawasaan hutan lindung, suaka alam). Skenario spasial klaster

peternakan dalam konteks pembangunan kawasan.

(47)

Kabupaten Pelalawan juga memiliki lahan kebun kelapa sawit yang cukup luasnya lebih kurang 296.239,25 hektar (Pelalawan dalam Angka 2013), yang merupakan potensi untuk integrasi dengan sapi, jika 30% luas kebun ( 88.871 ha) yang di integrasikan dengan asumsi 1 hektar = 2 ekor sapi, maka dapat menampung 177.774 ekor sapi.

Diharapkan dampak dari kegiatan diatas, mampu menciptakan integrasi multi facet sehingga menghasilkan nilai tambah yang signifikan (memberikan kontribusi yang cukup besar dalam peningkatan pendapatan masyarakat, peluang lapangan kerja, terbukanya isolasi desa, mengurangi angka pengangguran dan kecukupan konsumsi pangan protein hewani).

3.6. Penentuan Isu-isu Strategis

Berdasarkan identifikasi permasalahan dan kajian lingkungan strategis, maka isu-isu strategis pembangunan peternakan dan kesehatan hewan Kabupaten adalah sebagai berikut :

1. Kontribusi subsektor peternakan bagi peningkatan pendapatan petani peternak belum maksimal.

Subsektor peternakan mempunyai peranan penting dalam perekonomian Kabupaten Pelalawan baik dalam pembentukan PDB dan penyerapan tenaga kerja maupun dalam kegiatan penyediaan bahan baku industri. Sejalan dengan hal tersebut, jika

(48)

dilihat perkembangan produksi dan produktivitas yang diukur dari tingkat pertumbuhan populasi ternak dalam penyediaan produksi daging lokal masih cukup rendah. Tercatat pada tahun 2013 pertumbuhan populasi ternak Kabupaten Pelalawan khususnya ternak sapi sebesar 19,45 %.

Kontribusi sub sektor peternakan bagi peningkatan pendapatan masyarakat Peternak/Pelaku usaha peternakan masih relatif belum maksimal. Hal ini dibandingkan dengan besarnya potensi dan peluang pembangunan di Kabupaten Pelalawan diantaranya 1). Lahan Kabupaten Pelalawan memiliki potensi wilayah pengembangan untuk usaha Peternakan yang tersebar di 12 Kecamatan dan sumber daya alam yang dapat menghasilkan Hijauan makanan ternak (HMT) yang melimpah dan lahan yang tersedia cukup luas, 2). Sumberdaya Manusia dan, 3). Posisi geografis berdekatan dengan daerah pemasaran (Malaysia dan Singapura) mempunyai peluang yang cukup baik dalam memasarkan hasil produki peternakan.

2. Kapasitas kelembagaan sumberdaya manusia (aparat, masyarakat peternak, dan pelaku usaha peternakan)

Kapasitas kelembagaan sumberdaya manusia (aparat, peternak, dan pelaku usaha) merupakan aspek yang tidak bisa lepas dari pembangunan peternakan di Kabupaten Pelalawan.

Keterbatasan kuantitas dan kualitas aparatur, peternak dan pelaku

(49)

usaha peternakan menjadi faktor yang sangat mempengaruhi keberlanjutan pembangunan peternakan. Dilihat dari kompetensi SDM Aparatur Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan, jumlah sarjana yang berlatar belakang sarjana peternakan sekitar 7 orang atau sekitar 16,66 % , Dokter Hewan sebanyak 4 orang atau 9,5 % dan Ahli madya (Diplomam III) Peternakan sebanyak 5 orang atau sebesar 11,9 %. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa tingkat kecukupan SDM bidang peternakan masih relatif sedikit dibandingkan dengan cakupan pembangunan peternakan di Kabupaten Pelalawan

3. Daya saing dan diversitas produk peternakan daerah masih rendah Daya saing dan diversitas produk peternakan daerah masih rendah dikarenakan belum terjadinya akses jual/pemasaran dari produk olahan keluar dari Kabupaten Pelalawan. Dinas Peternakan Kabupaten telah melakukan upaya dan mengikutsertakan para penghasil produk peternakan pada setiap event produk olahan. Namun hal tersebut dirasakan belum cukup maksimal. Selain itu untuk meningkatkan daya saing perlu dilakukan kegiatan-kegiatan pelatihan pengolahan dan penanganan bagi para penghasil produk agar kualitas barang yang dihasilkan sesuai dengan standar yang diinginkan pasar.

(50)

4. Penguasaan teknologi peternakan masih rendah

Rendahnya penguasaan teknologi dan informasi peternakan oleh masyarakat peternak/pelaku usaha peternakan menjadi salah satu kendala pengembangan populasi ternak di Kabupaten Pelalawan. Masyarakat peternak / pelaku usaha peternakan belum terbiasa menggunakan peralatan bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Hal tersebut dikarenakan faktor pendidikan masyarakat peternak/pelaku usaha peternakan masih ada yang rendah dan kebiasaan yang terbiasa dengan pola lama. Namun hal ini dapat diatasi dengan adanya bimbingan yang berkelanjutan dari Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan kepada masyarakat peternak/pelaku usaha peternakan melalui kelompok ternak yang sudah terbentuk.

5. Pemberanasan penyakit ternak masih belum tertangani dengan baik terutama penyakit yang bersifat sporadik.

Upaya menekan angka kejadian penyakit ternak di Kabupaten Pelalawan, sampai saat ini merupakan persoalan yang masih dihadapi oleh Dinas Peternakan Kabupaten Pelalawan.

Upaya pencegahan dengan vaksinasi, pemberantasan (eliminasi), pengawasan lalu lintas, sosialisasi dan koordinasi dilakukan untuk menekan penyebaran penyakit ternak, namun kasus penyakit ternak masih saja terjadi.

(51)

Sekurang-kurangnya ada 3 (tiga) kriteria yang digunakan untuk mengklasifikasikan suatu penyakit hewan menular (PHM) dan sebagai PHM strategis. Ketiga kriteria tersebut berkaitan dengan dampak eksternalitas dari penyakit tersebut , yakni yang berkaitan dngan aspek ekonomi, politik dan strategis.

Pertimbangan ekonomi yang meliputi seberapa jauh PHM tersebut mengganggu produktivitas dan reproduktivitas ternak, serta apakah ia dapat mengakibatkan gangguan perdagangan. Aspek politis dipertimbangkan apabila munculnya PHM tersebut mengakibatkan keresahan masyarakat, misalnya karena bersifat zoonosis. Selanjutnya, pertimbangan strategis meliputi : tingginya angka mortilitas, penyebaran penyakit yang cepat antar daerah/kawasan serta membutuhkan pengaturan serta pengawasan lalu lintas ternak dan produknya.

(52)

BAB IV.

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

5.1. Visi dan Misi

Pembangunan peternakan dan kesehatan hewan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang mengacu pula pada Pembangunan Nasional. Dalam rangka memudahkan pencapaian sasaran serta operasional pembangunan disusun Rencana Strategik.

Dinas Peternakan adalah unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang peternakan mempunyai tugas membantu Bupati dalam melaksanakan tugas di bidang peternakan.

Dinas Peternakan telah menetapkan visi yang selaras dengan keadaan lingkungan serta perubahan yang ada dan selaras dengan visi induk organisasinya. Kebutuhan akan visi yang berorientasi jauh kedepan menjadi hal yang mutlak, untuk mencapai hasil yang akan diraih organisasi.

VISI DINAS PETERNAKAN

“Terwujudnya Masyarakat yang Mandiri dan Sejahtera melalui Pembangunan Peternakan yang Unggul dan Bekelanjutan”

Pernyataan visi diatas memuat kata-kata kunci sebagai berikut : - Terwujudnya masyarakat yang mandiri dan sejahtera

- Pembangunan peternakan yang unggul dan berkelanjutan

(53)

Terwujudnya Masyarakat Mandiri dan Sejahtera

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pelalawan yang masih tergolong penduduk miskin, kualitas sumber daya manusia yang masih terbatas perlu ditingkatkan, sarana dan prasarana yang masih minim perlu ditingkatkan.

Dengan keadaan seperti ini, Pemerintah Kabupaten Pelalawan dengan sumber daya yang ada serta dukungan masyarakat yang dinamis telah bertekad akan mengerahkan segenap upaya, sehingga untuk masa mendatang masyarakat Kabupaten Pelalawan, telah mandiri yang ditandai dengan kemampuan masyarakat peternak/pelaku usaha peternakan dalam mengembangkan usaha peternakan secara swadaya dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada. Sedangkan kesejahteraan ditandai Kemampuan masyarakat peternak/pelaku usaha peternakan dalam memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan, kesehatan dan pendidikan bagi keluarga.

Pembangunan Peternakan yang unggul dan Berkelanjutan

Peternakan yang unggul ditandai dengan masyarakat peternak / pelaku usaha peternakan yang mampu bersaing secara kompetitif dan komperatif dalam menjalankan dan mengembangkan usaha peternakan. Sedangan berkelanjutan mengandung arti peternakan mampu eksis dalam menghadapi dinamika perubahan lingkungan strategis dengan menggunakan sumber daya yang terbarukan

Gambar

Tabel 2.1 Kebutuhan PNS Tahun 2013  No
Tabel 2.2. Sarana dan prasarana yang tersedia di Dinas Peternakan   tahun 2013
Tabel 2.4  Produksi Daging Ternak Tahun 2005-2013 (Kg)  No  Jenis  Daging  2005 (Kg)  2006 (Kg)  2007 (Kg)  2008 (Kg)  2009 (Kg)  2010 (Kg)  2011 (Kg)  2012 (Kg)  2013 (Kg)  1
Tabel  2.5  Jumlah    kasus    penyakit    yang      terjadi      di    Kabupaten   Pelalawan Tahun 2008-2013   No  Jenis Penyakit/Kasus  2008  2009  2010  2011  2012  2013  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  13
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dan apabila tidak ada persetujuan RT maupun RW, tetapi terus melakukan kegiatan pekerjaan, dan ternyata ditemukan ada kerusakan bangunan rumah warga cluster deluxe yang

') Belum adanya pembagian daerah sesuai dengan tata ruang seperti daerah industri pusat pemukiman dan pusat perkenomian serta pusat perkantoran) #etersediaan dana koordinasi

Menurut Departemen Pekerjaan Umum Dirjen Bina Marga (1997) kapasitas adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan pada kondisi tertentu (geometri, distribusi

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model discovery learning berbantuan LKS

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tingkat penggunaan hijauan gamal 15 – 45 persen dengan ubi kayu kukus tidak memberikan respons

Benih kedelai hasil panen dari perlakuan pemupukan disimpan selama 6 bulan dalam kemasan simpan benih menggunakan karung plastik, karung yang ditambah arang

Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini yang rendah karena dipengaruhi oleh faktor pendidikan ibu yang rendah, tidak ada dorongan atau

4 Maka raja mengulurkan tongkat emas kepada Ester, lalu bangkitlah Ester dan berdiri di hadapan raja, 5 serta sem- bahnya: "Jikalau baik pada pemandangan