PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN LKS
TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V
I Made Rai Widhiana Aptinata
1, DB. Kt. Ngr. Semara Putra
2, I Wayan Sujana
31,2,3
Jurusan PGSD
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
email: [email protected]
1, [email protected]
2,
[email protected]
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengetahui perbedaan yang signifikan antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model discovery learning berbantuan LKS dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus II Mengwi tahun pelajaran 2016/2017. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan rancangan penelitian yang digunakan nonequivalent
control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD
Gugus II Mengwi tahun pelajaraan 2016/2017 yang berjumlah 126 orang. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik random sampling yang terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan pada setiap anggota populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD No. 1 Munggu dengan jumlah 35 siswa sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas V SD No. 2 Tumbak Bayuh dengan jumlah 33 siswa sebagai kelompok kontrol. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode tes. Data yang dikumpulkan berupa nilai hasil belajar IPS yang dianalisis dengan uji-t. Hasil analisis data diperoleh thitung = 5,983 sedangkan pada taraf signifikansi 5% dan dk = 66 diperoleh nilai ttabel = 2,000 sehingga thitung = 5,983 > ttabel = 2,000. Berdasarkan kreteria pengujian, maka ho ditolak dan ha diterima. Adapun nilai rata - rata hasil belajar IPS pada kelompok yang dibelajarkan dengan model discovery learning berbantuan LKS adalah 79,23, sedangkan sedangkan pada kelompok yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional adalah 77,12. Dengan demikian, dapat disimpulkan terdapat pengaruh model discovery learning berbantuan LKS terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus II Mengwi tahun pelajaran 2016/2017.
Kata kunci: discovery learning, LKS, konvensional, IPS
Abstract
This study aims to know the significant differences between groups of students who are taught through LKS assisted discovery learning model with the group of students that is taught through conventional learning in grade V students SD Pengugusan II Mengwi Academic year 2016/2017. This research is a quasi experimental research with the research design used nonequivalent control group design. The population in this study is all students of class V in elementary school Pengu 2 nd class year 2016/2017 pelajaraan which amounted to 126 people. Determination of the sample is done by random sampling technique which is first done equality test on every member of population. The sample in this study is the students of grade V SD No. 1 Munggu with 35 students as experimental group and students of grade V SD No. 2 Tumbak Bayuh with 33 students as control group. Data collection method in this research is test method. The data collected in the form of IPS learning result score which is analyzed by t-test. The result of data analysis obtained tcount = 5,983 while at 5% significance level and dk = 66 obtained ttable value = 2.000 so thitung = 5,983> ttable = 2,000. Based on the test criteria, ho is rejected and ha accepted. The mean score of IPS learning outcomes in the group that was studied with LKS assisted discovery learning model was 79.23, while in the group taught by conventional learning was 77.12. Thus, it can be concluded that there is influence of
discovery learning model of LKS assisted to the learning result of IPS student of class V SD Gugus II Mengwi academic year 2016/2017.
Keywords: discovery learning, LKS, conventional, IPS
PENDAHULUAN
Pendidikan sangat penting
ditanamkan mulai anak usia dini.
Pendidikan merupakan pembentuk sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diturunkan dari satu generasi ke generasi
berikutnya melalui pembelajaran.
“Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangannya” (Trianto, 2012:1). Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta
bertanggung jawab, oleh karena itu,
perubahan atau perkembangan
pendidikan adalah hal yang memang
seharusnya terjadi sejalan dengan
perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu dilakukan dalam
proses belajar mengajar sebagai
antisipasi kepentingan masa depan.
Proses pembelajaran dapat
dianggap sebagai suatu sistem. Dengan
demikian, keberhasilannya dapat
ditentukan oleh berbagai komponen yang membentuk sistem itu sendiri. Apabila kita
petakan banyak komponen yang
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar dari mulai komponen yang datang
dari dalam yang secara langsung
berkaitan dengan proses pembelajaran, sampai pada komponen luar yang tidak
langsung berkaitan dengan proses
pembelajaran. Di antara sekian banyak komponen yang berpengaruh itu, guru merupakan salah satu komponen yang menentukan, sebab guru merupakan ujung tombak yang secara langsung berhubungan dengan siswa sebagai objek dan subjek belajar, oleh karena itu, berkualitas tidaknya proses pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan dan
perilaku guru dalam pengelolaan
pembelajaran, dengan kata lain, guru
merupakan faktor penting yang dapat menentukan kualitas pembelajaran.
Kualitas pembelajaran dapat
dilihat dari dua sisi yang sama pentingnya, yakni sisi proses dan sisi hasil belajar. Proses belajar berkaitan dengan pola perilaku siswa dalam mempelajari bahan
pelajaran, sedangkan hasil belajar
berkaitan dengan perubahan perilaku yang diperoleh sebagai pengaruh dari proses belajar. “Hasil belajar merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan proses belajar” (Sanjaya, 2009:3), dengan kata lain, bagaimana seharusnya siswa belajar, akan sangat ditentukan oleh apa hasil yang ingin diperoleh oleh siswa. Rendahnya kualitas hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ditandai oleh pencapaian prestasi belajar yang belum memenuhi standar kompetensi seperti tuntutan kurikulum.
Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa “Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu” Menurut Permendikbud no 57 tahun 2014 lampiran I. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel bebas yaitu model discovery learning berbantuan LKS, dan satu variabel terikat yaitu hasil belajar IPS. Setelah penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS.
Masalah utama pada
pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik.
Pembelajaran konvensional
merupakan suatu istilah dalam
pembelajaran yang lazim diterapkan
dalam pembelajaran sehari - hari. Pada pembelajaran konvensional ini suasana
kelas cenderung teacher centered
sehingga siswa menjadi pasif. Dalam hal ini, siswa tidak diajarkan strategi belajar
yang dapat memahami bagaimana
belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri (self-motivation), padahal aspek -
aspek tersebut merupakan kunci
keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Masalah ini banyak dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas, oleh karena itu perlu menerapkan suatu strategi belajar yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar dan
aplikasi serta relevansinya dalam
kehidupan sehari - hari.
Berdasarkan observasi di SD Gugus II Mengwi dengan guru kelas V dalam proses pembelajaran terutama menyangkut bidang IPS masih banyak kelemahan dilihat dari hasil belajar siswa yang masih di bawah Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM). Berdasarkan observasi hal itu disebabkan karena siswa belum secara optimal memahami materi IPS, sehingga kurang aktif dan kreatif serta
kurang termotivasi terhadap
pembelajaran. Proses belajar mengajar di kelas perlu dikemas secara aktif, kreatif dan inovatif. Salah satu inovasi yang dimaksud yakni dengan menerapkan model discovery learning berbantuan LKS. Kosasih (2014:83) menyatakan,
Model pembelajaran discovery merupakan nama lain dari pembelajaran penemuan. Sesuai dengan namanya, model ini
mengarahkan siswa untuk dapat
menemukan sesuatu melalui proses
pembelajaran yang dilakoninya. Siswa diraih untuk terbiasa menjadi seorang saintis (ilmuan). Mereka tidak hanya sebagai konsumen, tetapi diharapkan pula bisa berperan aktif, bahkan sebagai pelaku dari pencinta ilmu pengetahuan.
Dalam mengaplikasikan model discovery learning guru berperan sebagai
pembimbing dengan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, dan guru mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan
tujuan (Eriza, 2013:12). Kondisi seperti ini akan mengubah kegiatan pembelajaran yang teacher oriented (berorientasi pada
guru) menjadi studented oriented
(berorientasi pada siswa). Pembelajaran model discovery learning ini materi atau bahan ajar yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final, akan
tetapi siswa sebagai peserta didik
didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari
informasi sendiri kemudian
mengorganisasi atau membentuk apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir (Indriyani, 2015:5).
Pengoptimalan hasil belajar
siswa melalui penerapan model discovery
learning masih memerlukan media
perangsang yang membuat siswa menjadi lebih ikut masuk dan berperan aktif dalam pembelajaran. Media sederhana yang dapat menghilangkan keabstrakan materi salah satunya adalah Lembar Kerja Siswa (LKS), karena dengan adanya LKS siswa
akan bekerja lebih terarah. LKS
merupakan sebuah bahan ajar dimana di dalamnya terdapat tugas - tugas yang disusun dengan terstruktur dan harus dikerjakan oleh siswa. LKS digunakan
sebagai salah satu media untuk
mengoptimalkan keterlibatan dan
keaktifan siswa dalam pembelajaran. LKS dapat memandu siswa untuk melakukan
kegiatan yang berkaitan dengan
pembelajaran dengan tujuan siswa lebih
mudah memahami materi pelajaran.
Sehingga siswa akan termotivasi dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan uraian tersebut,
secara teoretis model discovery learning berbantuan LKS berpengaruh terhadap hasil belajar IPS, tetapi secara empiris perlu dibuktikan melalui penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Discovery Learning Berbantuan LKS Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar
Gugus II Mengwi Tahun Pelajaran
2016/2017”.
METODE
Pelaksanaan penelitian dilakukan
di SD Gugus II kecamatan Mengwi kabupaten Badung. Waktu penelitian terkait dengan penelitian ini dilaksanakan
selama 1 bulan mulai 17 April sampai dengan 4 Mei 2017, perlakuan sebanyak 6 kali di kelompok eksperimen dan 6 kali di kelompok kontrol. Jumlah perlakuan yang diberikan telah disesuaikan dengan jam pelajaran terkait materi dalam penelitian ini yang telah diatur dalam kurikulum dan silabus.
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental yaitu quasi eksperiment (Eksperimen Semu). Desain ini memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak bisa sepenuhnya mengontrol variabel - variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Hal ini dikarenakan kemampuan peneliti dalam mengamati perilaku siswa sangat terbatas terutama ketika siswa berada di luar sekolah (rumah), peneliti juga tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui persepsi siswa terhadap perlakuan secara pasti. Desain eksperimen yang digunakan
adalah “Nonequivalent control group
design”.
Pada desain ini, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dibandingkan. Pre-test diberikan untuk
kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen. Setelah itu peneliti
memberikan perlakuan, yaitu dengan memberikan model discovery learning
berbantuan LKS kepada kelompok
eksperimen dan memberikan
pembelajaran konvensional kepada
kelompok kontrol. Kemudian setelah
diberikan perlakuan, dilakukan post-test untuk mengetahui hasil belajar IPS.
Populasi adalah keseluruhan objek yang tinggal bersama dalam satu tempat yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V (lima) SD
Gugus II Mengwi tahun pelajaran
2016/2017, yang terdiri dari 5 kelas dalam 5 sekolah dasar. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 126 orang.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dipilih untuk mewakili seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu.
Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah Random Sampling yang dirandom kelasnya, sehingga setiap kelas mendapatkan peluang yang sama
untuk menjadi sampel penelitian.
Pemilihan sampel penelitian ini tidak
dilakukannya pengacakan individu
melainkan hanya pengacakan kelas. Karena tidak bisa mengubah kelas yang telah terbentuk sebelumnya. Kelas dipilih
sebagaimana telah terbentuk tanpa
campur tangan peneliti dan tidak
dilakukannya pengacakan individu,
kemungkinan pengaruh-pengaruh dari
keadaan siswa mengetahui dirinya
dilibatkan dalam eksperimen dapat
dikurangi sehingga penelitian ini
benar-benar menggambarkan pengaruh
perlakuan yang diberikan.
Untuk mendapatkan kelas yang setara dari segi akademik, maka seluruh kelas dalam populasi diberikan pre-test. Nilai atau skor dari hasil pre-test yang
dilakukan tersebut, digunakan untuk
penyetaraan kelas-kelas dalam populasi. Untuk penyetaraan kelas, nilai atau skor dari hasil pre-test seluruh populasi dianalisis menggunakan uji-t. Sebelum uji kesetaraan menggunakan uji-t, maka data
hasil pre-test diuji prasyarat yaitu
normalitas dan homogenitasnya. Jika data pre-test yang diperoleh sudah memenuhi prasyarat uji normalitas dan homogenitas
maka dianalisis menggunakan uji-t.
Setelah seluruh kelas diketahui setara
secara akademik, maka dilakukan
pengundian untuk menentukan sampel. Cara undian dilakukan dengan menulis semua nama kelas V di seluruh SD Gugus II Mengwi pada masing-masing kertas yang jumlahnya 5 kelas, kemudian kertas digulung. Masukkan gulungan kertas ke dalam kotak dan dikocok. Ambil satu gulungan kertas, lalu ambil satu gulungan kertas lain, tanpa memasukkan kembali gulungan kertas pertama. Nama-nama SD pada kedua gulungan kertas tersebut merupakan sampel penelitian. Peneliti melakukan pengundian lagi dari 2 sampel setara untuk memilih nama sekolah yang digunakan sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kesetaraan sampel diuji dengan rumus uji-t dengan syarat sebelum dilakukan uji-t, data nilai pre-test harus memenuhi uji prasyarat yang meliputi uji normalitas dan homogenitas
varians. Setelah dilakukan analisis terhadap pre-test hasil belajar IPS maka diperoleh hasil bahwa pre-test hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus II
Mengwi tahun pelajaran 2016/2017
berdistribusi normal dan homogen serta analisis uji-t.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil belajar IPS diperoleh dari hasil Post-test yang diberikan pada akhir penelitian. Kelompok eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas V SD No. 1 Munggu berjumlah 35
orang, sedangkan kelompok kontrol
adalah kelas V SD No. 2 Tumbak Bayuh berjumlah 33 orang Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode tes. Tes yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar IPS berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa, dilakukan pengujian instrumen yaitu uji validitas, reliabilitas, daya beda dan indeks kesukaran. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonequivalent control group design
yang dianalisis menggunakan uji-t.
Deskripsi data hasil belajar IPS siswa yang dipaparkan meliputi nilai rerata, varians, dan standar deviasi.
Nilai mean atau rerata hasil
belajar IPS siswa yang mengikuti
pembelajaran menggunakan model
discovery learning berbantuan LKS, yaitu X = 79,23 dengan varians 30,06 dan standar deviasi (s= 5,48), sedangkan nilai mean atau rerata hasil belajar IPS siswa
yang mengikuti pembelajaran
konvensional, yaitu X = 77,12 dengan varians 37,297 dan standar deviasi (s= 6,107).
Perhitungan analisis data hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan
bahwa hasil belajar IPS kelompok
eksperimen yakni siswa yang mengikuti
pembelajaran menggunakan model
discovery learning berbantuan LKS memiliki nilai mean lebih tinggi daripada kelompok kontrol yakni siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional
yaitu X = 79,23 > X = 77,12.
Uji prasyarat dilakukan terlebih
dahulu sebelum uji hipotesis
menggunakan uji-t. Uji prasyarat tersebut meliputi uji normalitas dan uji homogenitas varians diuraikan berikut ini.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran frekuensi skor, untuk menguji data hasil belajar IPS kelompok eksperimen dan kontrol adalah rumus Chi-Kuadrat. Kriteria pengujian pada uji
normalitas adalah jika x2
hitung < x2tabel
maka sebaran data kedua kelompok berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji
normalitas kelompok eksperimen,
diperoleh Chi-Kuadrat hitung (x2
hitung =
6,93) kemudian nilai tersebut
dibandingkan dengan Chi-Kuadrat tabel dengan taraf signifikan 5% dan dk 5 (x2
tabel= 11,07). Hal ini menunjukkan
bahwa x2
hitung < x2tabel berarti data hasil
hasil belajar IPS kelompok eksperimen berdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas kelompok kontrol, diperoleh Chi-Kuadrat hitung (x2
hitung = 10,74)
kemudian nilai tersebut dibandingkan
dengan Chi-Kuadrat tabel (x2
tabel= 11,07).
Hal ini menunjukkan bahwa x2
hitung < x2tabel
berarti data hasil hasil belajar IPS kelompok kontrol berdistribusi normal.
Pengujian homogenitas varians
antar kelompok dimaksudkan untuk
meyakinkan bahwa perbedaan yang
diperoleh uji-t benar – benar berasal dari
perbedaan antar kelompok bukan
disebabkan oleh perbedaan di dalam kelompok. Uji homogenitas varians yang
dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan uji-F dari Havley. Dari hasil analisis, diperoleh Fhitung = 1,241 dan Ftabel
= 1,80. Hal ini berarti Fhitung < Ftabel ,
sehingga data kedua kelompok memiliki varians yang homogen. Berdasarkan hasil uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas varians, disimpulkan bahwa data kedua kelompok sampel ialah berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Dengan demikian, uji
hipotesis menggunakan uji-t dapat
dilakukan.
Hipotesis yang diuji dalam
penelitian ini adalah tidak terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar
IPS antara kelompok siswa yang
dibelajarkan melalui model discovery
learning berbantuan LKS dengan
kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa
kelas V SD Gugus II Mengwi tahun pelajaran 2016/2017. Hasil uji prasyarat
yang meliputi uji normalitas dan
homogenitas varians yang dilakukan dalam penelitian ini diperoleh kedua kelompok sampel berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji-t dengan polled varians. Berdasarkan hasil
perhitungan uji-t, diperoleh thitung = 5,983
dan untuk taraf signifikansi 5% dengan dk = (35+33-2) =66 diperoleh ttabel = 2,000.
Dengan demikian, nilai thitung > ttabel yakni
5,983 > 2,000 sehingga Ho ditolak.
Perhitungan selengkapnya
terlampir pada lampiran. Rekapitulasi hasil analisis uji-t kelompok sampel penelitian ini disajikan dalam tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Aanalisis Data Hasil Belajar IPS Menggunakan Uji-t
No Sampel N Dk Mean Varians thitung ttabel Status
1 Kelompok eksperimen 35 66 79,23 30,06 5,98 2,000 H0 ditolak 2 Kelompok control 33 77,12 37,30
Berdasarkan uji hipotesis diperoleh
thitnung = 5,983 sedangkan pada taraf
signifikansi 5% dan dk = 66 diperoleh nilai ttabel = 2,000 sehingga thitnung = 5,983 > ttabel
= 2,000 . Dengan demikian, hipotesis nol (Ho) ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa yang mengikuti pembelajaran
yang menggunakan model discovery
learning berbantuan LKS dan siswa yang
mengikuti pembelajaran konvensional.
Perolehan hasil perhitungan analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai
rerata siswa yang mengikuti model
discovery learning berbantuan LKS ( X =
79,23) dan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional ( X = 77,12) memiliki perbedaan sebesar 5,98. Dengan
demikian, terdapat perbedaan yang
signifikan hasil belajar IPS siswa yang
dibelajarkan melalui model discovery
learning berbantuan LKS dan siswa yang
dibelajarkan melalui pembelajaran
konvensional pada siswa kelas V SD
Gugus II Mengwi tahun pelajaran
2016/2017.
Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat dinyatakan kedua kelompok sampel
penelitian yang memiliki kemampuan
setara, setelah diberikan perlakuan berupa
pembelajaran dengan menggunakan
model discovery learning berbantuan LKS dan mengikuti pembelajaran konvensional diperoleh hasil belajar yang berbeda. Hal ini dapat dilihat juga dari X siswa yang
mengikuti pembelajaran menggunakan
model discovery learning berbantuan LKS lebih tinggi dibandingkan dengan X siswa
yang mengikuti pembelajaran
konvensional. Perbedaan hasil belajar dengan perolehan nilai rerata yang lebih
tinggi pada kelompok eksperimen
dibandingkan kelompok kontrol disebabkan oleh perlakuan berupa model discovery learning berbantuan LKS dalam muatan materi IPS diberikan pada kelompok eksperimen.
Pada kelompok eksperimen,
kegiatan pembelajaran dalam muatan materi IPS menggunakan model discovery learning berbantuan LKS berjalan dengan optimal dan kondusif. Hal ini disebabkan oleh model discovery learning berbantuan LKS merupakan sebuah pembelajaran yang mengajak siswa untuk melakukan penemuan dimana di dalamnya terdapat tugas - tugas yang disusun dengan terstruktur dan harus dikerjakan oleh siswa sehingga guru dapat memandu siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran
dengan tujuan siswa lebih mudah
Berbeda pada kelompok kontrol,
kegiatan pembelajaran konvensional
yang hanya menggunkaan metode
ceramah dan tanya jawab berjalan kurang optimal. Hal ini dapat terlihat dari rerata hasil belajar siswa yang masih dibawah Kreteria Ketuntasan Minimal
(KKM). Pembelajaran menggunakan
model discovery learning berbantuan LKS pada muatan materi IPS memberikan kesempatan yang lebih luas kepada
siswa untuk mengonstruksikan
pengetahuannya. Dengan demikian,
perbedaan hasil belajar IPS dapat terlihat
dari langkah pembelajaran yang
dilakukan pada kedua kelompok tersebut, hasil analisis uji hipotesis, dan nilai rerata
kelompok siswa yang mengikuti
pembelajaran menggunakan model
discovery learning berbantuan LKS
dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional.
Hasil temuan pada penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian
sebelumnya yang relevan dan
memperkuat hasil penelitian yang
diperoleh, Hal tersebut didukung hasil penelitian yang diajukan oleh peneliti Ni Putu Inggrid Dewi Galung (2016) yang menyimpulkan bahwa penerapan model discovery learning berbantuan media grafis dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan IPS pada siswa kelas IV SD N 9 Pedungan tahun ajaran 2015/2016, ini dilihat dari refleksi awal
diketahui presentase rata – rata
penguasaan kompetensi pengetahuan IPS sebesar 68,8% dengan ketuntasan klasikal 56,41%. Pada akhir siklus I
presentase rata – rata nilai siswa
meningkat menjadi 70,42% dengan
kreteria sedang dan ketuntasan klasikal
66,7%. Penguasaan kompetensi
pengetahuan IPS kembali meningkat pada siklus II yaitu menjadi 83,03% dengan kreteria tinggi dan ketuntasan
klasikal 89,74%. Dengan demikian,
pembelajaran menggunakan model
discovery learning berbantuan LKS pada penelitian ini memiliki keunggulan yakni dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Selain itu juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Kurnianto (2016) yang menyimpulkan bahwa: (1) model discovery learning berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa pada aspek pengetahuan dan keterampilan pada materi hidrolisis garam; (2) LKS tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan pada materi hidrolisis garam; (3) model discovery learning
disertai LKS berpengaruh terhadap
prestasi siswa pada aspek pengetahuan dan keterampilan pada materi hidrolisis garam.
SIMPULAN dan SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan uji-t, diperoleh thitung =
5,983 sedangkan pada taraf signifikansi
5% dan dk 66 diperoleh nilai ttabel
sehingga thitung = 5,983 > ttabel = 2,000 ini
berarti bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara siswa
yang dibelajarkan melalui model
discovery learning berbantuan LKS
dengan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil penelitian terdapat perbedaan nilai rerata hasil belajar IPS yang lebih tinggi
antara siswa yang mengikuti
pembelajaran menggunakan model
discovery learning berbantuan LKS dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional yakni, ( X = 79,23 > X = 77,12 ), hal ini berarti terdapat pengaruh model discovery learning berbantuan LKS terhadap hasil belajar IPS siswa kelas V SD Gugus II Mengwi tahun pelajaran 2016/2017.
Saran
Berdasarkan simpulan
sebelumnya, maka dapat diajukan
beberapa saran kepada pihak-pihak sebagai berikut.
a) Kepada Guru
Guru hendaknya mampu
menggunakan metode yang bervariasi dan menerapkan model pembelajaran khususnya model Discovery Learning
berbantuan LKS untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi saat proses pembelajaran IPS.
b. Kepada Kepala Sekolah
Berdasarkan temuan penelitian, disarankan kepada kepala sekolah agar
melaksanakan sosialisasi secara
berkelanjutan sehingga para guru atau calon guru dapat membelajarkan siswa secara aktif, kreatif, dan inovatif.
c. Kepada Peneliti Lain
Berdasarkan temuan penelitian, disarankan kepada peneliti agar hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi
untuk melaksanakan penelitian
selanjutnya atau menemukan inovasi
pembelajaran lainnya yang lebih
bermakna.
DAFTAR RUJUKAN
Abimayu, Soli.2009. Strategi
Pembelajaran. Direktorat Jendral Pendidikan Nasional.
Adriantoni danNurdin, Syafruddin.2016.
Kurikulum dan Pembelajaran.
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.
Agung, A.A.Gede.2014. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publishing.
Arikunto, Suharsimi.2015. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:PT Bumi Aksara.
Candiasa, Made.2010. Statistik
Multivariat Desertasi Aplikasi SPSS. Undiksha.
Damayanti, Silvia.2016. Penerapan
Model Discovery Learning
Berbantuan Media Animasi
Macromedia Flash Disertai LKS
yang Terintegrasi dengan
Multipresentasi dalam
Pembelajaran Fisika di SMA. FKIP Universitas Jember, Volume 4, Nomor 4 (hlm. 357-364).
Djamarah, Bahri dan Zain, Azwar.2002.
Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta:PT Asdi Mahayasa.
Eriza, Deni.2015. Pengaruh Model
Discovery Learning Berbantuan
Lembar Kerja Siswa (LKS)
Terhadap Pencapaian Kompetensi Belajar Biologi Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 6 Sungai Penuh, UNP. (hlm. 10-22).
Indriyani, Vivien.2015. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning
untuk Meningkatkan Prestasi
Belajar dan Kemampuan Kerja Ilmiah Mata Pelajaran Fisika Siswa
Kelas X Multimedia 1 SMK
Muhammadiyah 1 Pasuruan,
FMIPA Universitas Negeri Malang. (hlm 1-17).
Kadri, Muhammad dan Rahmawati
Meika.2015. “Pengaruh Model
Pembelajaran Discovery Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Suhu dan Kalor”. Ikatan Alumni Fisika, Volume 1, Nomor 1 (hlm. 29-33).
Kosasih. 2014. Strategi Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Yrama Widya.
Koyan, Wayan.2007. Statistis Terapan. Undiksha.
Kurnianto, Hadi.2016. “Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Disertai Lembar Kegiatan Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam Kelas XI SMA Negeri 1 Karanganyar
Tahun Pelajaran 2014/2015”.
Pendidikan Kimia, Volume 5,
Nomor 1 (hlm. 32-40).
Lasmawan, Wayan.2010. Menelisik
Pendidikan IPS. Singaraja:
Mediakom Indonesia Press Bali. Marbudiyono.2015. Upaya Meningkatkan
Motivasi dan Hasil Belajar IPS Bagi Peserta Didik Kelas IXD pada Semester Ganjil dengan Penerapan
Pendekatan Saintifik Strategi
Discovery Learning dan Metode Diskusi di SMP Negeri 2 Mataram. IKIP Mataram, Volume 3, Nomor 1 (hlm. 604-614).
Novayani, Sastri.2015. Pengaruh Model
Discovery Learning Terhadap
Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP pada Materi Pencemaran Lingkungan. IKIP Mataram, Volume 3, Nomor 1 (hlm. 253-258).
Perdana, Akbar.2017. Pengembangan
Discovery Learning Berbantuan PhET Ineractive Simulations pada Materi Hukum Newton. Wahana Pendidikan Fisika, Volume 2, Nomor 1 (hlm. 74-79).
Permendikbud.2014. Nomor 57 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar /
Madrasah Ibtidaiyah.
Jakarta:Permendikbud.
Pinahayu, Ajeng.2015. Eksperimentasi
Model Pembelajaran Discovery
Learning, Problem Based Learning, dan Think Pair Share dengan
Pendekatan Saintifik Terhadap
Kometensi Pengetahuan dan Sikap Sosial Ditinjau dari Gaya Belajar
Siswa. Elektronik Pembelajaran
Matematika, Volume 3, Nomor 7 (hlm. 729-741).
Prasetyo, Sandhi.2015. Eksperimentasi
Model Pembelajaran Discovery
Learning dan Problem Based
Learning pada Materi Bangun
Ruang Ditinjau dari Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kabupaten Banyumas Tahun Pelajaran 2014/2015. FKIP
Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Volume 3, Nomor 9 (hlm. 997-1008).
Roestiyah.2008. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta:PT Rineka Cipta. Sagala, Syaiful.2013. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung:Alfabeta Siddiq, Djahuar dkk.2008. Bahan Ajar
Cetak Pengembangan Bahan
Pembelajaran SD. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional. Sudjana, Nana.2004. Penilaian Hasil
Proses Belajar Mengajar.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya Setyosari.2015. Metode Penelitian &
Pengembangan. Jakarta: Prenada Media Grup.
Sudijono, Anas.2013. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta:PT Raja
Grafindo Persada.
Sugiyono.2011. Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:ALFABETA.
Sukardi.2003. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta:PT Bumi
Aksara.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah. Jakarta: Prenada Media Group.
Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS di SD. Jakarta: Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prenada Media Group.
Trianto. 2012. Mendisain Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif.Jakarta:Prenada Media Group.