• Tidak ada hasil yang ditemukan

KLASTERISASI DATA DISKRET MENGGUNAKAN ALGORITMA MULTINOMIAL GENERALIZED DIRICHLET MIXTURE PADA CITRA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KLASTERISASI DATA DISKRET MENGGUNAKAN ALGORITMA MULTINOMIAL GENERALIZED DIRICHLET MIXTURE PADA CITRA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KLASTERISASI DATA DISKRET MENGGUNAKAN ALGORITMA MULTINOMIAL GENERALIZED DIRICHLET MIXTURE PADA CITRA

Ahmad Saikhu1, Hanny Saputro2

Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Email: 1[email protected], 2[email protected]

ABSTRAKS

Klasterisasi adalah salah satu metode data mining yang digunakan untuk mempartisi data dengan karakteristik yang sama ke suatu kelas yang sama dan data dengan karakter yang berbeda ke kelas yang lain.

KMeans melakukannya dengan menentukan jumlah cluster, mempartisi data ke dalam kelas secara random, dan menghitung centroid masing-masing kelas. Partisi data ke dalam kelas berdasarkan jarak minimum data ke centroid. Metode Kmeans mempunyai kelemahan pada hasil yang mengarah pada lokal optima, dan data yang seringkali mengalami overlapping. N. Bouguila dan W. ElGuebaly memperkenalkan sebuah algoritma baru sebagai alternatif yaitu, Multinomial Generalized Dirichlet Mixture. Beberapa kelebihan MGDM dari metode Kmeans adalah kemampuan untuk mendeteksi keberadaan data yang mengalami overlapping. Multinomial Generalized Dirichlet Mixture mempunyai dua algoritma utama yaitu, Spherical K-Means dengan optimasinya menggunakan PSO (Particle Swarm Optimization) dan Expectation Maximation (EM). Uji coba dilakukan terhadap tiga dataset image yang berbeda (masing-masing dataset terdapat 1000 data) dengan beberapa variasi jumlah data yang digunakan dalam proses training yaitu 500, 625, 750, dan 875. Berdasarkan hasil uji coba, semakin besar jumlah data training nilai akurasi yang didapat cenderung menurun sebaliknya nilai presisi cenderung meningkat.

Kata Kunci: Cluster, Data Diskret, MGDM, hybrid PSO, Spherical K-Means, Expectation Maximation 1. PENDAHULUAN

Klasterisasi adalah salah satu metode data mining yang digunakan untuk mengelompokkan data dengan karakteristik yang sama ke suatu wilayah yang sama dan data dengan karakteristik yang berbeda ke wilayah yang lain. K-Means (KM) adalah salah satu algoritma paling populer yang digunakan untuk proses partisi karena efisiensinya pada saat menangani data yang banyak. KM tergolong mudah untuk diimplementasikan dan dapat mancapai titik konvergen secara cepat.

Namun terkadang hasilnya mengarah pada lokal optima[Ciu, 2005]. Permasalahan lain yang juga muncul pada saat menggunakan KM untuk melakukan clustering adalah overlapping data.

Untuk mengatasi hal tersebut [Bougila, 2008]

mengusulkan sebuah algoritma baru yang diberi nama Multinomial Generalized Dirichlet Mixture (MGDM). Tujuan dari algoritma ini adalah melakukan maksimasi terhadap KM dengan memperkenalkan Spherical K-Means (SPKMeans) dan optimasi dengan menggunakan Expectation Maximation (EM). Beberapa kelebihan Mixture Modelling dari metode sebelumnya adalah terdapatnya kemampuan untuk mendeteksi keberadaan suatu cluster yang overlap dengan cluster yang lain. Mixture Modelling telah digunakan dalam berbagai bidang seperti computer vision, image processing dan pattern recognition yang sebagian besar data bersifat diskret.

Penulis juga melakukan eksplorasi terhadap algoritma hybrid PSO untuk membantu SPKMeans terlepas dari lokal optima.

Tujuan dari pengerjaan peneletian ini adalah mengimplementasikan algoritma MGDM dengan mengujikannya pada tiga buah dataset image dengan pengambilan histogram sebagai fiturnya.

Dataset yang diambil bersifat supervised dengan masing-masing dataset terdapat 1000 data yang terbagi dalam 25 kelas. Uji coba dilakukan dengan pengambilan beberapa variasi jumlah data yang digunakan pada proses training diantaranya 500, 625, 750, dan 875. Berdasarkan hasil uji coba didapatkan bahwa jumlah data yang digunakan dalam proses training menggunakan algoritma MGDM berpengaruh terhadap nilai akurasi missclassified image (sebuah image yang seharusnya berada pada kelas i, tetapi akhirnya menempati kelas j setelah dilakukan training, dimana i ≠ j) dari tiap-tiap dataset. Penurunan nilai akurasi tersebut tidak selalu menyebabkan berkurangnya persentase presisi saat dilakukan proses testing.

2. SPHERICAL K-MEANS

Algoritma K-Means yang standar mempunyai rumus objective function untuk meminimalisasi error sebagai berikut:

∑ || || (1)

dimana k(x) = ,…, min yaitu index dari centroid dengan jarak terdekat ke x, N adalah jumlah total data vektor.

Spherical K-Means muncul dengan menggunakan konsep maksimasi nya serta untuk mengatasi data dengan jumlah dan dimensi yang besar. SPKMeans mempunyai cara perhitungan

(2)

cosine similarity yang berbeda dengan KM dan setiap data pada SPKMeans dinormalisasi menjadi

unit vektor nya 1 . Sehingga

, , … , menjadi set dari unit vektor centroid.

∑ (2)

dimana arg . Perbedaan

mendasar dari standar k-means adalah estimasi mean vektor perlu untuk dinormalisasikan menjadi unit-length nya.

(3)

Algorithm: spherical k-means (SPKMeans) Input: sebuah set unit-length vektor X = {X1,…,XN} sebanyak N, total cluster K dan centroid awal μ.

Output: sebuah partisi vektor data yang diberikan oleh cluster vektor Y = {y1,…,yN}, yn {1,…,K}

dan μ = {μ1, μ2,...,μk}.

Steps:

1. Initialization: inisialisasi unit-length vektor sebagai cluster centroid , , … , ;

2. Penetapan kelas: untuk setiap vektor data , tentukan arg max ;

3. Estimasi centroid; untuk tiap cluster k, misalkan

| , estimasikan centroid sebagai

4. Stop jika y tidak mengalami perubahan;

sebaliknya pergi ke Step 2.

Gambar 1. Algoritma Spherical K-means Sebuah penelitian menarik bahwa ketika X dan μ keduanya berupa unit vektor, Euclidean distance dari KM setara dengan cosine similarity dari SPKMeans untuk proses pengelompokan data ke dalam cluster similarnya [Zhong, 2005].

2 2 2 (4)

3. HYBRID PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

Metode PSO dikembangkan oleh Ebenhart dan Kennedy (1995) yang terinspirasi oleh tingkah laku burung flock. PSO menggunakan sekumpulan partikel yang saling bekerjasama. Setiap partikel mempunyai kemampuan untuk mengevaluasi kemampuannya dan kemampuan partikel lain di sekitarnya. Setiap partikel menyimpan solusi yang kemungkinan merupakan solusi terbaik untuk semua partikel yang ada.

PSO diinisialisasi dengan pembuatan matriks secara acak. Matriks yang mengandung nilai variabel tersebut selanjutnya disebut dengan partikel. Masing-masing partikel akan berpindah berdasarkan jarak dan kecepatan. Partikel akan memperbaharui kecepatan sesuai dengan persamaan (5) dan posisinya diukur dari solusi terbaik lokal dan global dengan persamaan (6).

(5)

(6)

Variabel i merupakan partikel ke-i dalam kawanan, t merupakan jumlah iterasi, Vi adalah kecepatan partikel ke-i, Xi adalah variabel partikel vektor (contohnya posisi vektor) dari partikel ke-i.

R1 dan R2 merupakan bilangan acak antara 0 dan 1, ω adalah beban partikel disebut sebagai innertia weight, C1 dan C2 adalah dua konstanta bilangan, sering disebut sebagai cognitive confidence coefficent.

Dalam paper ini, setiap partikel di dalam PSO merepresentasikan k centroid dari sebuah dataset.

Partikel terbaik akan digunakan sebagai inisialisasi centroid pada algoritma SPKMeans [Cui, 2005].

Fitness Function yang digunakan pada PSO ini adalah:

,

(7)

dimana adalah vektor data ke j yang ada pada cluster i, adalah centroid cluster i, adalah total data yang ada pada cluster i, adalah total cluster, dan , adalah jarak antara vektor data ke j yang ada pada cluster i dengan centroid cluster i.

Jarak dua vektor dihitung dengan persamaan (8) berikut:

, ∑ (8)

dimana dan adalah dua vektor data, adalah dimensi data, dan adalah nilai dari dimensi ke k pada vektor dan . Algoritma Hybrid PSO dapat dilihat pada Gambar 2.

4. EXPECTATION MAXIMATION

Expectation Maximation (EM) merupakan salah satu metode untuk menemukan estimasi maximum likelihood dari sebuah dataset dengan distribusi tertentu. Langkah-langkah algoritma EM dapat dibagi menjadi tiga bagian besar yaitu dua langkah untuk Expectation dan Maximation serta satu langkah untuk Optimization.

a. E-STEP (Expectation Step)

Di dalam langkah ini, secara singkat menggunakan rumus sebagai berikut:

| , | (9)

dimana didapat dari perhitungan dengan distribusi gaussian dengan parameter mean dan kovarian.

b. M-STEP (Maximation Step)

Di dalam tahap ini, merupakan bagian untuk mencari nilai alpha / prior, mu, dan sigma baru yang didapat secara berturut-turut dengan menggunakan rumus

∑ | , (10)

| ,

, (11)

(3)

Σ , | , (12) Pada rumus tersebut masing-masing merupakan nilai optimal dengan asumsi sudah didapatkan nilai parameter, Θ, yang sudah optimal atau maksimal juga, dengan menggunakan rumus

, (13)

c. Q-Function

Dengan asumsi sudah ditentukan sebelumnya nilai threshold atau batas, fungsi Q ini digunakan untuk optimasi komputasi pada program. Disebut optimasi, karena di dalam tahapan ini dilakukan pengecekan apakah selisih antara nilai Qi dengan Qi-1 sudah tidak lebih dari threshold atau belum.

Ketika sudah mencapai batas yang ditentukan maka komputasi akan dihentikan. Fungsi Q sendiri digunakan dengan rumus sebagai berikut

, log | | , (14)

5. ALGORITMA MGDM

Tahap inisialisasi menjadi sangat penting ketika sebuah mixture model berhadapan dengan data baik kontinyu maupun diskret. Pada umumnya metode yang efektif sebagai algoritma inisialisasi seperti K- Means dan Fuzzy K-Means adalah diperuntukkan untuk data yang sifatnya kontinyu dan tidak bisa diaplikasikan untuk data diskret. Sebagai contoh, algoritma K-Means klasik menggunakan Euclidean Distance yang mana tidak tepat untuk mengcluster data diskret dan memberikan hasil yang kurang baik. Dengan tujuan untuk membuat sebuah estimasi algoritma menjadi sedikit menyentuh lokal optima, digunakan sebuah skema inisialisasi menggunakan algoritma hybrid PSO - Spherical K- Means (PSOSPKMeans) dan method of moment (MM). Untuk mengaplikasikan algoritma ini, digunakan frekuensi vektor yang dihitung untuk tiap-tiap vektor data , 1, … , . Kemudian dilakukan tahap preprosesing yang disebut juga dengan normalisasi skema frekuensi supaya membentuk vektor baru , … , yang akan digunakan sebagai input untuk algoritma PSOSPKMeans. Normalisasi skema frekuensi dilakukan berdasarkan persamaan (15) berikut

(15)

Detail algoritma multinomial generalized dirichlet mixture adalah sebagai berikut:

Algoritma Inisialisasi

a. Input data berupa vektor diskret , 1, … , , V, dan total cluster K.

b. Menghitung frekuensi vektor , … , , 1, … ,

c. Melakukan normalisasi skema frekuensi menggunakan persamaan (15), 1, … , , 1, … , .

d. Menerapkan algoritma PSOSPKMeans untuk

mendapatkan elemen masing-masing vektor.

Algoritma ditunjukkan pada Gambar 3. 

e. Menerapkan Method of Moment (MM) berdasarkan persamaan (16) untuk masing- masing komponen kelas.

∏ (16)

f. Menentukan keanggotaan setiap data ke dalam masing-masing kelas, dan asumsikan bahwa model ini adalah benar.

g. Jika model sebelumnya dan model baru yang diperoleh adalah sama satu sama lain, selesai, jika tidak kembali ke step d.

Gambar 2. Algoritma Hybrid PSO Algoritma utuh

a. Algoritma Inisialisasi b. E-Step.

c. M-Step d. Q-Function

e. Lakukan pengecekan terhadap nilai Q, apabila memenuhi threshold, selesai, jika tidak kembali ke step 2.

Perhitungan akurasi

Ada tiga point yang dihitung untuk melakukan uji performa algoritma ini yaitu:

a. Misslassified Image

Adalah sebuah image yang seharusnya berada pada kelas i, tetapi akhirnya menempati kelas j setelah dilakukan training, dimana

b. Precision

Adalah proporsi dari suatu set yang diperoleh

(4)

dari proses retrieve yang relevan dengan data asli.

| | | | (17)

c. Recall

Adalah semua data yang relevan di koleksi termasuk data yang diperoleh.

| | | | (18)

Gambar 3. Algoritma PSOSPKMeans 6. UJI COBA

Uji coba yang dilakukan diantaranya adalah dengan membuat dataset image sebanyak 3 jenis yang masing-masing berjumlah 1000 data dan 25 kelas.

Karakteristik untuk tiap image yang ada pada dataset dituangkan dalam tabel 1.

Tabel 1. Tabel karakteristik image

Property Value

Width 600 pixels

Height 800 pixels

Horizontal Resolution 300 dpi Vertical Resolution 300 dpi

Bit Depth 24

Frame Count 1

Color Representation sRGB

Ekstensi *.jpg (JPEG Image)

Tabel 2. Tabel karakteristik dataset masukan Nama

dataset Jumlah

kelas Jumlah data tiap kelas

Jumlah fitur (dimensi)

Jumlah data

Dataset1 25 40 256 1000

Dataset2 25 40 256 1000

Dataset3 25 40 256 1000

Tabel 2 menjelaskan bahwa tiap dataset memiliki 1000 data dengan jumlah kelas yang sama sebanyak 25 kelas, serta tiap-tiap kelas mempunyai 40 variasi data dimana masing-masing data mempunyai dimensi sebesar 256 yang merepresentasikan jumlah frekuensi dari tiap-tiap pixelnya (histogram). Untuk lebih jelasnya mengenai image apa saja yang ada pada tiap-tiap dataset dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Tabel Dataset

Kelas Dataset1 Dataset2 Dataset3 Nama Nama Nama 1 lukisan kartu panci kecil pensil warna 2 celengan senter warna

biru pin doraemon 3 buku tebal korek api gantungan

kunci 4 tas jinjing buah jeruk buku KBBI 5 koin perak dompet warna

hitam binder 6 tempat

kacamata guci dan

colokan kunci 7 dompet warna

merah jambu stempel sisir 8 jam beker kamus jerman

- indonesia korek api 9 alat pijat minyak wangi cetakan roti

warna kuning 10 boneka bebek HP SE K700i bedak putih 11 kompor-

komporan

boneka warna

merah kaca biru 12 kepingan CD sendok dan

garpu kalkulator 13 bedak piring-

piringan buah tomat 14 mouse buah-buahan telepon warna

biru

15 piala flashdisk sandal sehat 16 topi pramuka remote blender 17 saputangan +

gelang sepatu kecil

warna merah radio 18 buku problem

solving recorder lampu senter 19 telur rantang

plastik warna orange

bohlam

20 alat cukur sarung tangan

motor sepatu kecil warna kuning 21 mainan piano cobek ulek-ulek 22 meteran celengan keping CD

driver 23 cetakan roti buah tomat kotak pensil

warna

(5)

24 HP Nokia

2100 gelas warna

putih panci kecil 25 kipas kayu pin doraemon sepatu coklat

Skenario Uji coba dilakukan terhadap masing- masing dataset dengan rincian sebagai berikut:

a. Uji coba dengan jumlah data training sebesar 500 dan data testing 500

b. Uji coba dengan jumlah data training sebesar 625 dan data testing 325

c. Uji coba dengan jumlah data training sebesar 750 dan data testing 250

d. Uji coba dengan jumlah data training sebesar 875 dan data testing 125.

Masing-masing skenario dilakukan dengan iterasi 5, 10, dan 15. Kemudian untuk masing- masing skenario juga dilakukan perhitungan terhadap nilai missclassified image, precision, recall dan running time. Pemilihan skenario di atas dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh jumlah data tersebut terhadap akurasi yang diperoleh.

Perbedaan jumlah iterasi dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kestabilan nilai akurasi dari tiap dataset. Parameter masukan pada proses PSOSPKMeans dituangkan pada tabel 4.

       

       

       

       

       

Gambar 4. Image yang mewakili setiap kelas yang ada pada salah satu dataset.

Tabel 4. Tabel parameter masukan PSOSPKMeans Parameter Nilai nPartikel 20 nKelas 25 Inertia 0.72 c1 1.49 c2 1.49

Nilai parameter tersebut dipilih berdasarkan penelitian seleksi parameter PSO yang dilakukan oleh Shi dan Eberhart [4].

Tabel 5 di bawah ini menjelaskan bahwa terdapat pengaruh antara jumlah data yang digunakan dalam proses training terhadap nilai akurasi missclassified image dan pengaruh itu dibuktikan secara kuat bahwa dalam jumlah iterasi yang berbeda-beda dihasilkan kecenderungan perubahan rata-rata nilai missclassified image yang sama pada tiap dataset.

Tabel 5. Rata-rata Uji Coba dari tiap iterasi, dataset, dan jumlah data training

Rata-rata Uji Coba dari tiap iterasi, dataset, dan jumlah data training

Iter asi

dat ase t

nTrai ning

Traini ng Accur

acy (%)

Precis

ion Recall Running Time (second)

5 1

500 80 0.80 0.79 188.33 625 81 0.79 0.77 205.74 750 78 0.78 0.76 278.83 875 79 0.82 0.74 298.44 2

500 61 0.59 0.54 166.45 625 63 0.59 0.58 224.89 750 61 0.59 0.57 331.49 875 60 0.60 0.56 361.76 3

500 80 0.81 0.76 162.15 625 82 0.81 0.77 243.06 750 80 0.81 0.77 375.15 875 79 0.81 0.77 433.94

10 1

500 80 0.77 0.76 173.15 625 79 0.78 0.77 203.45 750 79 0.77 0.76 286.09 875 79 0.79 0.77 281.27 2

500 62 0.60 0.56 140.14 625 61 0.61 0.58 213.14 750 60 0.60 0.57 255.19 875 61 0.61 0.58 414.67 3

500 79 0.80 0.76 156.23 625 79 0.80 0.77 225.22 750 80 0.81 0.77 302.69 875 80 0.80 0.77 411.52

15 1

500 80 0.80 0.77 161.17 625 79 0.78 0.76 216.74 750 79 0.80 0.78 275.00 875 79 0.80 0.76 356.01 2

500 62 0.60 0.56 143.15 625 62 0.61 0.58 211.66 750 61 0.59 0.57 284.09 875 60 0.60 0.57 318.03 3

500 80 0.80 0.77 158.42 625 79 0.80 0.77 200.84 750 80 0.81 0.77 346.66 875 79 0.81 0.77 402.79

7. KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan uji coba dan evaluasi terhadap algoritma Multinomial Generalized Dirichlet Mixture (MGDM) yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

a. MGDM terbukti mampu menjadi classifier, dan mampu untuk mengklaster sampel baru suatu dataset.

b. Semakin besar jumlah data yang digunakan

(6)

dalam proses training menggunakan algoritma MGDM cenderung menyebabkan menurunnya nilai akurasi dari tiap-tiap dataset.

c. Penurunan nilai akurasi algoritma MGDM cenderung menyebabkan naiknya presisi pada tahap testing.

PUSTAKA

A. Yudi. (2007). K-Means – Penerapan, Permasalahan dan Metode Terkait. Jurnal Sistem dan Informatika.

Cui, X., & Potok, T. E. (2005). Document Clustering Analysis Based on Hybrid PSO+K- means Algorithm.

I.S. Dhillon, D.S. Modha, Concept decompositions for large sparse text data using clustering.

Jeff A, Bimes. (1998). A Gentle Tutorial of EM Algorithm and its Application to Parameter Estimation for Gaussian Mixture and Hidden Markov Models. Berkeley CA, 94704. 

N. Bouguila, W. ElGuebaly. (2008). Discrete data clustering using finite mixture models.

S. Zhong (2005). Efficient Online Spherical K- Means Clustering. Department of Computer Science and Engineering, Florida Atlantic University, Boca Raton, FL 33431.

Shi, Y. H., Eberhart, R. C., (1998). Parameter Selection in Particle Swarm Optimization, The 7th Annual Conference on Evolutionary Programming, San Diego, CA.

Gambar

Gambar 2. Algoritma Hybrid PSO  Algoritma utuh
Tabel 2. Tabel karakteristik dataset masukan  Nama  dataset  Jumlah kelas  Jumlah data  tiap  kelas  Jumlah fitur  (dimensi)  Jumlah data  Dataset1 25  40  256  1000  Dataset2 25  40  256  1000  Dataset3 25  40  256  1000
Tabel 4. Tabel parameter masukan PSOSPKMeans  Parameter Nilai  nPartikel 20  nKelas 25  Inertia 0.72  c1 1.49  c2 1.49

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai penerapan hasil penelitian ini penggunaan jeruk Siam sebagai penaung ataupun tanaman diversifikasi pada kopi tidak memiliki risiko sebagai inang lain yang

Menyatakan bahwa skripsi yang saya buat dengan judul “Perbedaan Regulasi Emosi antara Penghafal Quran 1-15 Juz dan Penghafal Qur'an 16-30 Juz di Pondok Pesantren Nurul

Selanjuttnya pada tahun 1993, Marc Andreessen melakukan sebuah inovasi perangkat lunak browser dengan merilis Mosaic, kemudian Netscape, ini adalah browser populer

Dari hasil penelitian klasifikasi bahan pustaka berdasarkan DDC dengan menggunakan metode Naïve Bayes Classifier dapat disimpulkan bahwa metode Naïve Bayes

Berkata Syaikh Abdullah bin Humaid dalam sebuah pernyataannya: "Diantara perkara yang masuk dalam agenda utama yang wajib untuk segera dihapus serta dihilangkan, atau menolak

The dissertation proposes an infrastructure to provide secured services using a novel distributed link-state routing (DLSR) protocol empowered with per-hop data encryption using

Kavitasi akan terjadi bila tekanan statis suatu aliran zat cair turun di bawah tekanan uap jenuhnya, sehingga untuk mencegah kavitasi harus diusahakan agar tidak ada satu bagianpun

Menurut Kasbollah (1993), kurikulum mengandung sekumpulan silabi mata pelajaran yang terprogram. Silabi merupakan bagian dari kuriku- lum karena silabi hanya mendeskripsi- kan