PENGEMBANGAN ALAT PERAGA BERBASIS EKSPERIMEN SEDERHANA PADA MATERI FLUIDA STATIS DI SMAN 9 SINJAI
SKRIPSI
SRI RESTIKA 105391106916
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2021
i
PENGEMBANGAN ALAT PERAGA BERBASIS EKSPERIMEN SEDERHANA PADA MATERI FLUIDA STATIS DI SMAN 9 SINJAI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
SRI RESTIKA 105391106916
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2021
ii
iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“HAI orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang yang sabar”
(QS. Al-Baqarah:153)
Orang sukses tidak identik dengan orang kaya, dan orang gagal tidak identik dengan orang miskin. Menang kalahnya seseorang, sukses gagalnya seseorang tidak
ditentukan apakah iya kaya atau miskin, melainkan oleh kekalahan atau kemenangan mental orang itu terhadap kekayaan atau kemiskinan
(Emha Ainun Najib).
Persembahan
Karya tulis ini saya persembahkan untuk kedua orang tua tercinta yang selalu mendoakan dan menyemangati, untuk keluarga besar, untuk sahabat-sahabatku dan teman-temanku yang senantiasa menjadi
motivator dan membantuku Ketika menghadapi masalah. Dan saya bersyukur tumbuh besar oleh didikan para beliau dimana saya bisa merasakan kasih sayang dan cinta yang luar biasa tanpa kekurangan
sedikitpun.
vii ABSTRAK
Sri Restika, 2021. Pengembangan Alat Peraga Berbasis Eksperimen Sederhana Pada Materi Fluida Statis Di SMA Negeri 9 Sinjai. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Makassar (Dibimbing Oleh Djajadi Dan Handayani).
Permasalahan dari penelitian ini adalah keterbatasan media pembelajaran mengakibatkan rendahnya pemahaman konsep peserta didik yang disebabkan proses pembelajaran yang belum mengoptimalkan penggunaan media dalam memahami konsep materi pembelajaran serta belum memberikan kesempatan peserta didik dalam berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran berupa alat peraga fisika materi fluida statis yang diterapkan untuk siswa SMA kelas XI dan mengetahui kelayakan alat peraga dinilai dari aspek kevalidan, kepraktisan dan keefektifan.Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan R&D (Research And Development) yaitu pengembangan alat peraga. Penelitian ini menggunakan model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, And Evaluation).
Tehnik pengambilan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket dan tes.
Hasil dari penelitian dan pengembangan ini adalah media pembelajaran alat peraga.
Hasil analisis tingkat kelayakan alat peraga yaitu; (1) Uji kevalidan untuk 2 validator menunjukkan persentase sebesar 90.4%, sehingga alat peraga masuk kedalam kategori sangat valid, (2) Uji kepraktisan dilihat dari rerata pesentase pendidik sebesar 83.1% termasuk dalam kategori sangat praktis, (3) Uji keefektifan diperoleh dari hasil pre-test dan post-test peserta didik dengan nilai rata-rata n-gain yang diperoleh yaitu 0.68 dengan kategori sedang. Dari ketiga uji yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa alat peraga layak digunakan sebagai media pembelajaran. Berdasarkan permasalahan di atas, pengembangan alat peraga sangatlah penting untuk menambah minat dan motivasi peserta didik dalam memahami konsep fluida statis pada proses belajar mengajar.
Kata Kunci: ADDIE, Alat Peraga, Eksperimen, Fluida Satis, R&D.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul “Pengembangan Alat Peraga Berbasis Eksperimen Sederhana Pada Materi Fluida Statis Di SMA Negeri 9 Sinjai”
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.Penulis berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyelesaian skripsi ini dan secara khusus pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
2. Bapak Erwin Akib, M.Pd., Ph.D sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberi izin penelitian pada penulis.
3. Ibu Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
ix
4. Bapak Muhammad Djajadi, M.Pd., Ph.D selaku pembimbing satu yang telah memberi izin penelitian dan membantu kelancaran penulisan dan telah memberikan bimbingan, saran dukungan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Ibu Yusri Handayani, S.Pd., M.Pd sebagai dosen pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan, saran dukungan semangat kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.
6. Teristimewa kepada kedua orangtua dan kedua kakak saya yang telah mendoakan dan menyemangati kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti tentunya menyadari bahwa pembuatan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu peneliti berharap kepada semua pihak agar dapat menyampaikan kritik dan saran yang membangun untuk menambah kesempurnaan skripsi ini. Namun peneliti tetap berharap skripsi ini akan bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.Aamiin Yaa Rabbal Alaamiin.
Makassar, September 2021
Penulis
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
SURAT PERNYATAAN... iv
SURAT PERJANJIAN ... v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian... 6
D. Manfaat Penelitian... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka ... 8
1. Media Pembelajaran ... 8
2. Alat Peraga ... 12
3. Metode Eksperimen ... 16
4. Fluida Statis ... 19
5. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 22
B. Kerangka Pikir ... 23
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26
B. Subjek Penelitian ... 26
C. Desain Penelitian ... 26
D. Instrument Penelitian ... 28
E. Prosedur Penelitian... 29
F. Teknik Pengumpulan Data ... 31
G. Tehnik Analisis Data ... 32
xi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 36 B. Pembahasan ... 52 BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 58 B. Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Konversi Interpretasi Skor ... 32
Tabel 3.2 Konversi Interval Persentase Menjadi Kategori ... 33
Tabel 3.3 Kriteria Nilai N-Gain ... 34
Tabel 4.1 Alat Dan Bahan Untuk Membuat Alat Peraga Pesawat Hartl ... 37
Tabel 4.2 Alat Dan Bahan Untuk Membuat Alat Peraga Miniature Pompa Hidrolik ... 39
Tabel 4.3 Hasil Validasi Alat Peraga Berbasis Eksperimen Sederhana... 43
Tabel 4.4 Nama-Nama Validator ... 45
Tabel 4.5 Hasil Revisi Berdasarkan Saran Yang Diberikan ... 46
Tabel 4.6 Perandingan Alat Peraga Sebelum Dan Sesudah Revisi ... 47
Tabel 4.7 Hasil Penilaian Alat Peraga Pendidik ... 49
Tabel 4.8 Data Uji Coba Media Pembelajaran Kepada Peserta Didik ... 51
Tabel 4.9 Hasil Uji Coba Media Pembelajaran Kepada Peserta Didik ... 53
Tabel 4.10 Hasil Pre-Test Dan Post-Test ... 56
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pesawat Hidrolik Berdasarkan Hukum Pascal ... 21
Gambar 2.2 Kerangka Pikir... 24
Gambar 4.1 Persentase hasil validasi alat peraga ... 45
Gambar 4.2 Persentase hasil penilaian pendidik ... 50
Gambar 4.3 Persentase hasil penilaian peserta didik ... 55
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu rangkaian aktivitas secara sadar untuk menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan bermutu serta mampu memenuhi kebutuhan di masa depan. Pendidikan yang baik mampu menciptakan peserta didik yang dapat mengembangkan potensi diri, mengembangkan pengalaman belajar dan memperoleh kesempatan luas untuk memenuhi kompetensi yang butuhkan di masa sekarang dan masa mendatang.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan ini dapat berlangsung dengan adanya proses pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan pendidik dan peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam kegiatan proses belajar mengajar peserta didik memerlukan sesuatu yang memungkinkan dia berkomunikasi secara baik dengan pendidik, teman maupun dengan lingkungannya. Kebutuhan akan bimbingan, bantuan dan perhatian yang menumbuhkan gairah belajar, dan meningkatkan pemahaman peserta didik.
2
Media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar mengajar pada dirinya. Penggunaan media secara kreatif akan memungkinkan peserta didik untuk belajar lebih baik dan dapat meningkatkan performan mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Kedudukan media pembelajaraan ada dalam komponen metode mengajar sebagai salah satu upaya untuk mempertinggikan proses interaksi pendidik dan peserta didik dan interaksi peserta didik dengan lingkungan belajarnya. Oleh sebab fungsi utama dari media pengajaraan adalah sebagai alat bantu mengajar, yakni menunjang penggunaan metode mengajar yang digunakan pendidik.
Penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar juga sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Alaq ayat 1-5 yang berbunyi:
Artinya: 1. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. 2.
Menjadikan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhan-mu Yang Maha Pemurah. 4.Yang mengajar dengan pena. 5. Dia mengajar manusia sesuatu yang tidak diketahui.(QS. Al-Alaq 1-5)
Ayat di atas membuktikan bahwa penggunaan media tidak hanya dilakukan pada zaman sekarang melainkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Hal ini dapat kita lihat pada kata “bilqalam” dalam ayat 4, yang artinya dengan perantara qalam
(pena) maksud dari kata tersebut adalah Allah SWT memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk mengajarkan manusia dengan menggunakan pena (baca- tulis) sebagai salah satu media yang digunakan dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi awal melalui wawancara langsung pada pendidik fisika SMAN 9 Sinjai dan peserta didik kelas XI terhadap proses dan hasil pembelajaran fisika di SMAN 9 Sinjai yang terdiri dari 3 kelas menunjukkan bahwa pendidik menerapkan pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dimana proses pembelajaran masih berpusat pada pendidik sehingga keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran masih kurang. Sebagian peserta didik menganggap bahwa fisika adalah pelajaran yang sulit karena pada dasarnya banyak konsep dan prinsip dalam fisika yang sulit dikuasai. Konsep dan prinsip yang tidak dikuasai tersebut mengakibatkan peserta didik tidak memiliki keterampilan dalam menyelesaikan soal-soal fisika dengan baik. Terjadinya perbedaan pemahaman konsep pada suatu materi tertentu dan kurang termotivasinya peserta didik untuk belajar dan berpikir yang berhubungan dengan perhitungan sehingga pencapaian hasil belajar fisika belum sesuai dengan yang diharapkan dan proses pembelajaran fisika belum mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain itu, media pembelajaran di sekolah tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi dan terdapat beberapa alat yang tidak dapat difungsikan lagi sehingga mengakibatkan rendahnya pemahaman konsep peserta didik yang disebabkan karena proses pembelajaran yang belum mengoptimalkan penggunaan media dalam memahami konsep materi pembelajaran serta belum memberikan kesempatan peserta didik dalam berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran
4
sehingga kondisi berdampak pada pencapaian KKM peserta didik hanya mencapai 65.00 yang seharusnya 75.00.
Pada dasarnya peserta didik belajar melalui benda-benda/objek yang konkret(riil) sebagai perantara dan visualisasinya. Untuk memahami konsep fisika yang bersifat abstrak peserta didik memerlukan benda-benda konkrit sebagai perantara atau media. Hasil penelitian oleh Nafisah (2018) yang menyatakan bahwa, pelajaran IPA terutama fisika dianggap sebagai pelajaran masih sulit untuk dipahami, selain banyaknya materi yang harus dikuasai dan faktor berhitung dari masing-masing peserta didik, faktor kurangnya media alat peraga juga berpengaruh.
Pelajaran IPA khususnya fisika itu sendiri merupakan bagian dari ilmu sains tang tidak dapat dipahami hanya dengan membaca saja, akan tetapi diperlukan metode yang tepat untuk menjadikannya menarik. Karena itulah maka dalam pembelajaran fisika menggunakan alat peraga ini dipilih karena memudahkan pemahaman peserta didik tentang konsep fisika yang bersifat abstrak akan menjadi konkrit. Disamping itu dengan menggunakan alat peraga motivasi peserta didik untuk mengikuti kegiatan proses belajar mengajar semakin tinggi dan pada akhirnya pemahaman konsep fisika juga mengalami peningkatan. Penggunaan alat peraga tidak hanya pembentukan konsep peserta didik tetapi dapat pula digunakan untuk pemahaman konsep, latihan dan penguatan, pelayanan terhadap perbedaan individu, pemecahan masalah dan lain sebagainya. Dari uraian-uraian diatas jelaslah bahwa alat peraga adalah media atau perlengkapan yang digunakan untuk membantu agar proses belajar mengajar agar lebih efektif.
Selain itu agar peserta didik lebih mudah dalam memahami materi, peserta didik perlu dibelajarkan dengan menggunakan media alat sederhana. Seorang
pendidik hendaknya bisa menciptakan situasi yang menarik dan memotivasi peserta didik untuk lebih semangat dan tertarik dalam pembelajaran menggunakan alat-alat yang menarik agar peserta didik dapat memahami teori yang disampaikan. Untuk menarik minat peserta didik dalam memahami pelajaran, seorang pendidik hendaknya dapat berpikir lebih kreatif misalnya membuat alat peraga sederhana dari barang yang sederhana namun besar manfaatnya.
Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran sangat dianjurkan, karena dengan memanfaatkan alat peraga yang sesuai dengan materi, pembelajaran fisika akan lebih efektif dengan langsung memperagakan dan melakukan percobaan. Katu (2014) yang menyatakan bahwa peserta didik sering tidak senang terhadap pelajaran fisika yang disebabkan cara pengajaran yang langsung membahas materi tanpa menarik perhatian peserta didik dan jarang melakukan percobaan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan alat peraga membuat peserta didik lebih aktif selama pembelajaran dan membuat peserta didik senang dalam belajar.
Selain itu dengan menggunakan alat peraga, pembelajaran fisika yang dikenal peserta didik sebagai mata pelajaran yang rumit dan sukar dipelajari, akan menjadi lebih mudah dipahami, menyenangkan bagi peserta didik dan pendidik dapat lebih kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran. Berdasarkan permasalahan di atas, pengembangan alat peraga sangatlah pentung untuk menambah motivasi dan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu, dengan menggunakan alat peraga peserta didik akan lebih bersemangat dan lebih aktif dalam proses belajar mengajar.
6
Dari uraian tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Alat Peraga Berbasis Eksperimen Sederhana Pada Materi Fluida Statis Di SMA Negeri 9 Sinjai”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka masalah yang dapat dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana validitas alat peraga berbasis eksperimen sederhana untuk materi fluida statis di SMA Negeri 9 Sinjai?
2. Bagaimana kepraktisan alat peraga berbasis eksperimen sederhana untuk materi fluida statis di SMA Negeri 9 Sinjai?
3. Bagaimana efektifitas alat peraga berbasis eksperimen sederhana untuk materi fluida statis di SMA Negeri 9 Sinjai?
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis validitas alat peraga berbasis eksperimen sederhana untuk materi fluida statis di SMA Negeri 9 Sinjai.
2. Menganalisis kepraktisan alat peraga berbasis eksperimen sederhana untuk materi fluida statis di SMA Negeri 9 Sinjai.
3. Menganalisis efektifitas alat peraga berbasis eksperimen sederhana untuk materi fluida statis di SMA Negeri 9 Sinjai.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu:
1. Bagi peserta didik, diharapkan mampu meningkatkan pemahaman konsep dan lebih aktif dalam pembelajaran dengan menggunakan alat peraga sederhana.
2. Bagi pendidik, yaitu Untuk menumbuhkan kreativitas pendidik menggunakan alat peraga sederhana dalam pembelajaran fisika untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik.
3. Bagi sekolah, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi sekolah dalam upaya meningkatkan mutu serta kualitas Pendidikan terutama pada materi pembelajaran fisika, serta dapat menambah alat peraga di sekolah tersebut guna menunjang proses pembelajaran di sekolah tersebut.
4. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dalam menggunakan alat peraga pada proses pembelajaran, serta untuk menambah wawasan dan pengalaman yang dapat dijadikan bekal untuk menghadapi tugas dilapangan.
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka 1. Media pembelajaran a. Pengertian media
Proses tindakan belajar pada dasarnya adalah bersifat internal, namun proses itu dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Perhatian peserta didik dalam pembelajaran, misalnya, dipengaruhi oleh susunan rangsangan yang berasal dari luar. Ketika seorang perserta didik membaca buku, perhatiannya acak kali terpusat pada kata-kata tercetak tebal, gambar-gambar, dan informasi menarik lainnya (Rifa’i & Anni, 2009:65).
Berdasarkan pernyataan di atas, maka pendidik harus mampu menarik perhatian peserta didik supaya dalam proses belajar mengajar tercipta suasana yang nyaman dan para peserta didik mampu belajar dengan optimal sehingga memperoleh hasil belajar maksimal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang pendidik harus menampilkan sesuatu yang berbeda yang bisa membuat peserta didik tertarik dalam melakukan belajar. Dengan adanya media pembelajaran diharapkan bisa menarik perhatian peserta didik dalam proses belajar khususnya dalam pelajaran praktek.
Dalam pelajaran praktek, media yang berupa alat peraga sangatlah efektif digunakan karena bisa menarik perhatian dan memudahkan peserta didik dalam memahami suatu sistem. (Tarmudji, 1996:35)
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang berarti “tengah
‘perantara’, atau ‘pengantar’. Dalam bahasa arab media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach & Ely (dalam Azhar, 2013:43) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat peserta didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sifat. Dalam pengertian ini, pendidik, buku teks dan lingkungan sekolah merupakan media.
Secara lebih khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar cendeung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Kata media pembelajaran digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu atau media komunikasi seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1986) (dalam Azhar ,2013:32) dimana ia melihat bahwa hubungan komunikasi alat berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi. Sementara itu, Gagne’ dan Briggs (1975) (dalam Azhar, 2013:34) secara implisit mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat-alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku, tape recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, daln lain-lain. Dengan kata lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan peserta didik yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar. Di lain pihak, National Education Assocition memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komnikasi baik tercetak maupun ausdio-visual dan peralatannya; dengan demikian, media dapat dimanipuladi, dilihat, didengar, atau dibaca.
10
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi didalam suatu pembelajaran sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar.
b. Manfaat media pembelajaran
Media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar peserta didik dalam pengajaran dan pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Adapun manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut:
1) Pengajaran akan lebih baik dan menarik perhatian peserta didik sehingga peserta didik dapat menumbuhkan motivasi belajar
2) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para peserta didik, dan memungkinkan peserta didik menguasai tujuan pengajaran yang lebih baik.
3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh pendidik, sehingga peserta didik tidak bosan dan pendidik tidak kehabisan tenaga, apabila pendidik mengajar untuk setiap jam pelajaran.
4) Peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian pendidik, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemosntrasikan dan lain-lain (Sudjana & Rifai, 2011:48).
c. Fungsi media pembelajaran
Adapun fungsi dari media pembelajaran adalah membantu memudahkan belajar bagi peserta didik dan juga memudahkan pengajaran bagi pendidik, memberikan pengajaran lebih nyata (abstrak menjadi konkrit), menarik perhatian peserta didik lebih besar, semua indera murid dapat diaktifkan serta dapat membangkitkan dunia teori dengan realitanya (Azhar, 2013:42).
d. Jenis-jenis media pembelajaran
Secara umum ada 3 jenis pembelajaran media pembelajaran yang dapat dikembangkan, yaitu media visual, media audio-visual, dan multimedia. Pertama, media visual hanya berfokus pada penggunaan indera penglihatan. Media visual merupakan jenis media yang paling mendominasi dalam penggunaannya dalam pembelajaran di kelas, baik media visual yang sangat sederhana hingga ke media visual yang kompleks sepeerti penggunaan papan tulis, buku teks, dan alat peraga.
Kedua, media audio-visual merupakan perpaduan antara media yang berkonsentrasi pada penggunaan audio dengan media yang berkonsentrasi pada penggunaan visual. Media ini biasanya dibuat dalam bentuk video, film pendek. Ketiga, multimedia media merupakan jenis media yang paling kompleks dari keseluruhan jenis media yang ada. Karakter utama multimedia adalah adanya interaksi dan kesempatan pengguna untuk mengontrol media menggunakan alat kontrol yang tersedia pada media. (Azhar, 2014:106).
S.Gerlach dan P.Ely (dalam Rohmat, 2000) dalam bukunya yang berjudul
“Teaching and Media” (1971) menyatakan tinjauan kearah filosofi tentang media instruksional dalam arti luas dan sempit. Media dalam arti luas yaitu orang, material, atau kejadian yang dapat menciptakan kondisi sehingga memungkinkan
12
pelajar dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru. Dalam pengertian ini pendidik, buku, dan lingkungan sekolah termasuk media. Dalam arti sempit media ialah grafik, potret, gambar, alat-alat mekanik, dan elektronik yang dipergunakan untuk menangkap, memproses serta, menyampaikan informasi visual atau verbal.
2. Alat Peraga
a. Pengertian Alat Peraga
Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Dalam proses pengajaran alat mempunyai fungi sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dibagi menjadi dua macam yaitu verbal dan alat bantu. Alat verbal berupa suruhan, perintah, larangan dan sebagainya.
Sedangkan alat bantu non verbal berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar, diagram, slide, video, dan sebagainya (Pupuh & Sobry, 2014).
Alat peraga adalah media alat bantu pembelajaran dan segala macam benda yang digunakan untuk memperagakan materi pelajaran. Alat peraga disini pengertian bahwa segala sesuatu yang masih bersifat abstrak, kemudian dikonkretkan dengan menggunakan alat agar dapat dijangkau dengan pikiran yang sederhana dan dapat dilihat, dipandang, dan dirasakan. Dengan demikian, alat peraga lebih khusus dari media dan teknologi pembelajaran karena berfungsi hanya untuk memperagakan materi pelajaran yang bersifat abstrak (Azhar,2013:45).
Alat peraga adalah alat (benda) yang digunakan untuk memperagakan fakta, konsep, prinsip, atau prosedur tertentu agak tampak lebih nyata atau konktrit (Arsito, 2004:75). Alat peraga yaitu alat untuk membantu pengajar menyampaikan pegetahuan dan mengalihkan keterampilan (Simanjuntak, 1983). Tanlain
menyatakan bahwa perbuatan mendidik berlangsung dengan menggunakan alat Pendidikan (Tanlain, 1989).
Alat Pendidikan merupakan faktor Pendidikan yang sengaja dibuat dan digunakan demi pencapaian tujuan pendidikan tertentu. Sedangkan faktor-faktor Pendidikan lainnya seperti pendidik, anak didik, tujuan, dan lingkungan, dapat menjadi alat Pendidikan bilamana digunakan dan direncanakan dalam perbuatan atau tindakan mendidik (Djamarah, 2006).
Oleh itu, alat peraga adalah alat yang digunakan oleh pendidik yang bekerja untuk membantu pendidik dalam proses mengajar mereka dan membantu para peserta didik dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan pengertian alat peraga diatas dapat dipahami bahwa fungsi alat peraga yaitu sebagai alat bantu dalam pembelajaran yang memiliki fungsi memperjelas, memudahkan peserta didik memahami konsep dan teori yang akan disampaikan.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 35:
نوُحِلْفُت ْمُكَّل ع ل ۦِهِليِب س ىِف اوُدِه َٰ ج و ة ليِس وْلٱ ِهْي لِإ ا ٓوُغ تْبٱ و َّللّٱ اوُقَّتٱ اوُن ما ء نيِذَّلٱ ا هُّي أَٰٓ ي Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan” (Q.S Al-Maidah: 35).
Dari ayat tersebut kita dapat mengetahui bahwa Allah menyerukan kepada orang-orang beriman agar bertakwa kepada-Nya, dan mencari jalan atau perantara untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Kita dapat belajar dari ayat tersebut, bahwa untuk dekat kepada Allah kita memerlukan suatu jalan, cara atau perantara, sama halnya dengan ketika proses belajar mengajar, seorang pendidik dapat
14
menggunakan alat peraga sebagai upaya dalam mencari jalan atau solusi yang dapat mendekatkan peserta didik terhadap materi pelajaran.
b. Fungsi Alat Peraga
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dam media pembelajaran. Kedua aspek ini berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media/alat peraga, antara lain tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, jenis tugas dan respon yang diharapkan peserta didik kuasai setelah pembelajaran langsung, dan konteks pembelajaran termasuk karakterisktik peserta didik. Meskipun demikian, salah satu fungsi utama alat peraga adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut memperngaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan dirancang oleh pendidik.
Levie and Lentz (dalam Azhar, 2013), mengemukakan terdapat empat fungsi media pembelajaran menggunakan alat peraga, khususnya media visual, yaitu (a)fungsi atensi (b)fungsi afektif (c)fungsi kognitif dan (fungsi kompensatoris).
1) Fungsi atensi
Media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan peserta didik untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran peserta didik tidak tertarik dengan materi pelajaran yang tidak senangi sehingga mereka tidak memperhatikan.
2) Fungsi afektif
Media dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta didik ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat mengubah emosi dan sikap peserta didik, misalnya informasi menyangkut masalah sosial.
3) Fungsi kognitif
Media dapat terlihat dari temuan-temuan penelitian yang menggunakan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi kompensatoris
Media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media yang memberikan kontek untuk memahami teks membantu peserta didik yang lemah dalam membaca atau mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
Oleh karena itu, seorang pendidik harus mempertimbangkan alat yang akan digunakan dalam proses pembelajaran karena apabila salah menggunakan alat pembelajaran, maka akan menimbulkan dampak yang berbahaya bagi peserta didik.
c. Tujuan dan manfaat alat peraga
1. Alat peraga Pendidikan bertujuan agar proses Pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat belajar peserta didik.
2. Alat peraga Pendidikan memungkinkan lebih sesuai dengan perorangan, dimana para peserta didik belajar dengan banyak kemungkinan sehingga belajar berlangsung sangat menyenangkan bagi masing-masing individu.
3. Alat peraga Pendidikan memiliki manfaat agar belajar lebih cepat segera bersesuaian antara kelas dan diluar kelas.
16
4. Alat peraga memungkinkan mengajar lebih sistematis dan teratur (Kurniarsih, 2017:36).
Selain itu, ada 2 macam peragaan, yaitu:
1) Peragaan langsung; memperlihatkan bendanya sendiri, mengadakan percobaan-percobaan yang dapat diamati peserta didik. Misalnya pendidik membawa alat-alat atau benda-benda ke dalam kelas pembelajaran dan ditunjukkan kepada peserta didik atau membawa mereka ke laboratorium, pabrik-pabrik, kebun binatang dan sebagainya.
2) Peragaan tak langsung; dengan menunjukkan benda-benda. Misalnya gambar- gambar, foto-foto, film dan sebagainya.(Yasin, 2010:65)
3. Metode Eksperimen
Eksperimen merupakan prosedur penelitian yang dilakukan peserta didik selama proses pembelajaran. Eksperimen lebih dikenal sebagai metode dan jarang sekali diapandang sebagai model pembelajaran. Pemahaman tentang istilah eksperimen dalam pembelajaran juga dapat diperluas sebagai bentuk penelitian, walaupun penelitian tersebut sebenarnya lebih bersifat deskriptif dan atau kualitatif.
Berdasarkan konsepsi ini, metode eksperimen, bisa disebut juga metode penelitian, merupakan metode pembelajaran yang menghendaki peserta didik melakukan serangkaian aktivitas pengumpulan dan pengolahan data untuk untuk membuat sebuah simpulan.
Menurut Riskawati & Dewi Hikmah Marisda (2020:35) Metode eksperimen adalah salah satu metode pembelajaran yang menitik beratkan pada aktivitas peserta didik melakukan percobaan dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan sehingga pendidik hanya bertindak sebagai pembimbing.
Metode eksperimen diterapkan berdasarkan langkah – langkah umum sebagai berikut. Kegiatan pembelajaran dengan metode eksperimen dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen di maksud dijelaskan berikut ini :
a. Tahap persiapan
1) Pendidik menetapkan tujuan eksperimen
2) Pendidik mempersiapkan berbagai bahan dan alat ukur untuk eksperimen 3) Pendidik mengelola lingkungan belajar sebagai tempat eksperimen.
b. Tahap Pelaksanaan 1) Kegiatan Awal
a) Pendidik mengkondisikan kelas melalui kegiatan pengabsenan, doa, ataupun kegiatan lainnya.
b) Pendidik menyampaikan apersepsi guna menarik motivasi peseta didik untuk belajar.
c) Pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran.
d) Pendidik memaparkan langkah – langkah pembelajaran atau langkah aktivitas yang harus dilakukan peserta didik selama proses pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
a) Peserta didik melaksanakan kegiatan eksperimen
b) Peserta didik mencatat seluruh data hasil kegiatan eksperimen
c) Peserta didik secara berkelompok mendiskusikan hasil eksperimen dan memaknai data hasil eksperimen.
d) Peserta didik secara kolaboratif dan kooperatif menyusun laporan eksperimen.
18
e) Perwakilan peserta didik menyajikan hasil eksperimen dan ditanggapi kelompok lain.
f) Pendidik memberikan penguatan materi atau memberikan penjelasan lannjut tentang materi pembelajaran.
3) Kegiatan Akhir
a) Peserta didik dibawah arahan pendidik menyimpulkan materi pembelajaran.
b) Peserta didik melaksanakan penilaian hasil belajar.
c) Peserta didik dan pendidik merefleksi pembelajaran.
d) Peserta didik mendapatkan tugas pengayaan, tugas pendalam, dan atau tugas penyiapan sebagai bentuk kegiatan tindak lanjut dari pendidik.
Berdasarkan dengan tahapan pebelajaran metode eksperimen, ada beberapa catatan yang harus diperhatikan pendidik, yakni sebagai berikut :
1. Selama proses pengumpulan data, pendidik mengamati pengumpulan data atau proses eksperimen.
2. Selama proses pelaksanaan eksperimen, pendidik membimbing peserta didik dalam mengamati pengumpulan data atau proses eksperimen. Proses pembimbingan ini ditujukan agar pendidik mengetahui kesulitan yang dihadapi peserta didik dan memberikan solusi kepada peserta didik secara tepat berdasarkan kesulitan yang mereka hadapi.
3. Dalam proses pembelajaran, pendidik hendaknya bersedia dijadikan tempat bertanya para peserta didik selama pertanyaan tersebut bukan merujuk langsung pada konsep yang sedang diteliti.
4. Selama proses pembelajaran pendidik harus secara intens membangkitkan motivasi belajar pesera didik
5. Proses penilaian yang harus digunakan pendidik ketika menerapkan metode eksperimen hendaknya merupakan penilaian otentik baik yang merujuk pada proses maupun hasil pembelajaran. (Abidin.2014 : 176).
4. Fluida Statis
Menurut Sarwono dkk (2009) Fluida statis adalah fluida yang tidak mengalami perpindahan bagian-bagiannya. Pada keadaan ini, fluida statis memiliki sifat-sifat seperti memiliki tekanan dan tegangan permukaan.
a. Tekanan Hidrostatis
Tekanan dalam fisika didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada suatu bidang per satuan luas bidang tersebut. Bidang atau permukaan yang dikenai gaya disebut bidang tekan, sedangkan gaya yang diberikan pada bidang tekanan disebut gaya tekan. Satuan internasional (SI) tekanan adalah pascal (Pa). Satuan ini dinamai sesuai dengan nama ilmuwan Prancis, Blaise Pascal. Secara matematis tekanan dapat dinyatakan dalam persamaan berikut.
𝑃 = 𝐹 𝐴 Keterangan:
P : tekanan (Pa) F : gaya tekan (N)
A : luas bidang tekan (m2)
Untuk memahami tekanan hidrostatis, kita anggap zat terdiri atas beberapa lapisan. Setiap lapisan memberi tekanan pada lapisan di bawahnya, sehingga lapisan bawah akan mendapatkan tekanan paling besar. Karena lapisan atas hanya
20
mendapat tekanan dari udara (atmosfer), maka tekanan pada permukaan zat cair sama dengan tekanan atmosfer.
𝑃ℎ =𝐹 𝐴 =𝑊
𝐴 = 𝑚𝑔 𝐴 karena 𝑚 = 𝜌 × 𝑉, maka 𝑃ℎ = 𝜌𝑉𝑔
𝐴 .
Anda ketahui bahwa volume merupakan hasil perkalian luas alas (A) dengan tinggi (h). Oleh karena itu, persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut.
𝑃ℎ = 𝜌𝑔𝐴ℎ
𝐴 = 𝜌𝑔ℎ
Anda tidak boleh mengukur tekanan udara pada ketinggian tertentu menggunakan rumus ini. Hal ini disebabkan karena kerapatan udara tidak sama di semua tempat. Makin tinggi suatu tempat, makin kecil kerapatan udaranya. Untuk tekanan total yang dialami suatu zat cair pada ketinggian tertentu dapat dicari dengan menjumlahkan tekanan udara luar dengan tekanan hidrostastis.
𝑃𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑃𝑜+ 𝑃ℎ Keterangan:
𝑃ℎ : tekanan yang dialami zat cair/tekanan hidrostastis (Pa) 𝑃𝑜 : tekanan udara luar (Pa)
𝜌 : massa jenis zat cair (kg/m3) g : percepatan gravitasi bumi (m/s2)
h : kedalaman/tinggi titik ukur dari permukaan (m) b. Hukum Pascal
Menurut Haryadi (2008) Apabila kita memompa sebuah ban sepeda, ternyata ban akan menggelembung secara merata. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan yang kita berikan melalui pompa akan diteruskan secara merata ke dalam
fluida (gas) di dalam ban. Selain tekanan oleh beratnya sendiri, pada suatu zat cair (fluida) yang berada di dalam ruang tertutup dapat diberikan tekanan oleh gaya luar.
Jika tekanan udara luar pada permukaan zat cair berubah, maka tekanan pada setiap titik di dalam zat cair akan mendapat tambahan tekanan dalam jumlah yang sama.
Peristiwa ini pertama kali dinyatakan oleh seorang ilmuwan Prancis bernama Blaise Pascal (1623 - 1662) dan disebut Hukum Pascal. Jadi, dalam Hukum Pascal dinyatakan berikut ini. “Tekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah dengan sama besar”. Berdasarkan Hukum Pascal diperoleh prinsip bahwa dengan memberikan gaya yang kecil akan dihasilkan gaya yang lebih besar. Prinsip ini dimanfaatkan dalam pesawat hidrolik.
Gambar 2.1. Pesawat Hidrolik Berdasarkan Hukum Pascal
Gambar diatas menunjukkan sebuah bejana tertutup berisi air yang dilengkapi dua buah pengisap yang luas penampangnya berbeda. Jika pengisap kecil dengan luas penampang A1 ditekan dengan gaya F1, maka zat cair dalam bejana mengalami tekanan yang besarnya:
𝑃1 = 𝐹1 𝐴1
Berdasarkan Hukum Pascal, tekanan yang diberikan akan diteruskan ke segala arah sama besar, sehingga pada pengisap besar dihasilkan gaya F2 ke atas yang besarnya:
𝐹2 = 𝑃2× 𝐴2 atau 𝑃2 = 𝐹2
𝐴2
22
karena P1= P2, maka:
𝐹1 𝐴1 = 𝐹2
𝐴2 dengan:
F1 = gaya yang dikerjakan pada pengisap 1 (N) F2 = gaya yang dikerjakan pada pengisap 2 (N) A1 = luas pengisap 1 (m2)
A2 = luas pengisap 2 (m2) 5. Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:
a. Penelitian dari Widayanti pada tahun 2018 yang berjudul “Pengembangan Alat Praktikum Sederhana Sebagai Media Praktikum Mahapeserta didik”
menunjukkan bahwa penelitian ini menghasilkan alat praktikum sederhana percobaan melde yang telah memenuhi kriteria kelayakan.
b. Penelitian dari Ayu Rusmana Dewi pada tahun 2019 “Pengembangan Alat Peraga Pada Materi Tekanan Untuk Peserta didik SMP Dalam Melatihkan Keterampilan Proses Sains” hasil tersebut menunjukkan bahwa alat peraga layak digunakan untuk melatihkan keterampilan proses sains peserta didik SMP kelas VIII.
c. Penelitian dari Erma Susanti pada tahun 2016 “ Keefektifan Metode Demostrasi Menggunakan Alat Peraga Sederhana Terhadap Hasil Belajar Peserta didik Kelas VIII Materi Tekanan Di SMP PGRI 16 Brangsong Tahun Pelajaran 2014/2015” hasil menunujukkan bahwa pembelajaran dengan mengunnakan metode demonstrasi menggunakan alat peraga sederhana efektif daripada pembelajaran konvensional.
B. Kerangka Pikir
Dalam kegiatan pembelajaran fisika, pendidik diharapkan mampu menggunakan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Pada proses pembelajaran terdapat tujuan yang hendak dicapai, hal ini untuk memfokuskan pembelajaran dan juga sebagai batasan yang jelas dalam pembelajaran. Tujuan utama dalam proses pembelajaran adalah terjadinya perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah terjadinya pembelajaran.
Dalam penelitian ini perubahan yang dilihat adalah pemahaman konsep peserta didik dalam menyelesaikan berbagai macam persoalan fisika.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran semaksimal mungkin diperlukan cara mengajar atau model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik dengan mudah memahami materi pelajaran. Masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam jika diminta untuk mengungkapkan kepada pendidik mengenai gagasan atau ide-ide mereka. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dalam proses pembelajaran sebisa mungkin perserta didik dilibatkan dalam proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan alat peraga.
Upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan alat peraga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik jika dibandingkan dengan media pembelajaran konvensional dalam proses belajar mengajar. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendukung agar dapat meningkatkan pemahaman peserta didik adalah alat peraga berbasis eksperimen sederhana. Oleh karena itu pengembangan alat peraga berbasis eksperimen sederhana sangat
24
diperlukan untuk membantu meningkatkan pemahaman pesesrta didik dalam proses pembelajaran.
Pengembangan alat peraga berbasis eksperimen sederhana mengikuti tahapan pada model ADDIE. Dimana tahapan pertama yang dilakukan adalah tahap analisis yg terdiri dari analysis kurikulum, analisis kebutuhan, analisis materi pembelajaran, dan analisis perumusan tujuan pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi dan analisis yang dilakukan sebelumnya, maka tahap selanjutnya adalah mendesain alat peraga. Pada tahap desain ada perancangan awal. Setelah dilakukan desain maka dilakukan tahap selanjutnya yaitu tahap pengembangan. Alat peraga yang telah dikembangkan selanjutnya divalidasi oleh validator. Kemudian hasil validasi dianalisis untuk mengetahui valid atau tidak valid alat peraga berbasis eksperimen sederhana. Jika alat peraga berbasis eksperimen sederhana valid maka akan dilanjiutkan ke tahap selanjutnya dan apabila tidak valid maka akan dilakukan revisi.
Selanjutny dilakukan penilaian oleh pendidik yang terdiri dari dua pendidik mata pelajaran fisika di SMA Negeri 9 Sinjai. Kemudian akan di ujia cobakan ke peserta didik yang terdiri dari 25 peserat didik di SMA Negeri 9 Sinjai.
Adapun kerangka konsep pada penelitian pengembangan alat peraga berbasis eksperimen sederhana pada materi fluida statis di SMA Negeri 9 Sinjai dapat dilihat pada gambar 2.2
Gambar 2.2 Kerangka Pikir Tahap Analisis
Desain Alat Peraga Berbasis Eksperimen sederhana
Pengembangan alat peraga berbasis berbasis eksperimen sederhana
Validasi Alat Peraga
Alat Peraga Tidak Valid
Alat Peraga Valid
Revisi
Uji coba
Pendidik Peserta Didik
Evaluasi
26 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D) untuk menghasilkan produk pengembangan berupa alat peraga. Yang dimaksud penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan (Salim dan Haidir, 2019). Prosedur penelitian ini mengacu pada model pengembangan yang dikemukakan oleh Branch yaitu model ADDIE yang meliputi Analysis, Design, Develop, Implement, dan Evaluate. Pada model ini dilakukan revisi (evaluasi) secara terus menerus dalam setiap fase yang dilalui. Sehingga produk yang dihasilkan menjadi produk (hasil) yang valid dan realibel (Branch, 2015).
B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian ini adalah 2 (dua) pendidik mata pelajaran fisika dan 25 peserta didik kelas XI IPA 3 yang dipilih berdasarkan saran dari pendidik mata pelajaran fisika.
C. Desain Penelitian
Model ADDIE terdiri dari lima tahap yaitu (A)nalysis, (D)esign, (D)evelopment, (I)mplementation, dan (E)valuation. Model ini sistematis sehingga tidak bisa diacak.
1. Analysis (Analisis)
Pada tahap ini, terdapat beberapa analisis yang akan dilakukan peneliti yaitu analisis kurikulum, analisis kebutuhan, analisis materi pembelajaran dan analisis perumusan tujuan pembelajaran di sekolah tersebut.
2. Design (Desain)
Pada tahap perancangan awal peneliti menentukan materi dan alat peraga yang akan dikembangkan, menetukan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian merancang desain petunjuk penggunaan alat dan membuat instrumen.
3. Development (Pengembangan)
Tahapan ini merupakan tahapan produksi alat peraga berbasis eksperimen sederhana untuk meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik yang telah dikembangkan. Setelah dilakukan design produk, kemudian dilakukan validasi design oleh validasi ahli. Setelah desain produk divalidasi, dapat diketahui untuk kekurangan alat peraga eksperimental sederhana yang berusaha mengembangkan.
Kekurangannya kemudian diperbaiki untuk mendapatkan produk yang lebih baik.
4. Implementation (Implementasi)
Tahap implementasi alat peraga berbasis eksperimen sederhana untuk meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik yang telah dikembangkan dan divalidasi kemudian diuji cobakan. Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui tingakat kelayakan alat peraga berbasis eksperimen sederhana. Uji coba produk dilakukan dengan cara uji lapangan pada peserta didik SMA Negeri 9 Sinjai yang berjumlah 25 orang..
28
5. Evaluation (Evaluasi)
Setelah melalui tahap validasi dan uji coba produk, maka dapat diketahui hasil penilaian mengenai kelayakan alat peraga. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil penilaian responden terhadap kelayakan media pembelajaran.
Hasil penilaian tersebut berdasarkan data yang diperoleh dari uji kelayakan oleh responden. Jika tidak sempurna, hasil uji coba digunakan sebagai bahan untuk perbaikan dan peningkatan sehingga kemudian dapat diperbaiki menjadi alat peraga yang siap digunakan di sekolah.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi dalam bentuk kuesioner dengan skala Likert yang digunakan untuk menentukan valid atau tidaknya produk telah dirancang. Lembar validasi terdiri dari:
1. Lembar Validasi Alat Peraga
Lembar validasi alat peraga digunakan untuk menilai kelayakan media pembelajaran fisika dalam alat peraga berbasis eksperimen sederhana. Dengan melihat beberapa pertimbangan pada alat peraga yaitu kelayakan, kemudahan penggunaan dan kemenarikan alat peraga.
2. Lembar Angket Respon Pendidik
Lembar angket respon pendidik digunakan untuk mengetahui respon pendidik fisika mengenai produk alat peraga berbasis eksperimen sederhana.
3. Lembar Angket Respon Peserta didik
Lembar angket respon peserta didik digunakan untuk mengetahui respon peserta didik mengenai produk alat peraga berbasis eksperimen sederhana.
4. Tes
Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas alat peraga yang dikembangkan. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tes uraian/essai.
E. Prosedur Penelitian 1. Tahap analisis (Analysis)
Kegiatan awal sebelum mengembangkan produk alat peraga sederhana yaitu dengan melakukan penelitian pendahuluan. Penelitian pendahuluan dalam bentuk pengamatan awal dalam kegiatan pembelajaran di SMA. Dari informasi yang diperoleh dari sekolah tersebut media pembelajaran yang digunakan hanya buku paket saja selain itu proses pembelajaran belum menggunakan alat peraga sehingga belum bisa memaksimalkan peserta didik dalam memahami materi yang dipelajari. Peserta didik masih membutuhkan lebih banyak bantuan untuk memahami materi yang diajarkan. Berdasarkan informasi awal, peneliti menganalisis perlunya pengembangan alat peraga eksperimen sederhana.
2. Tahap perancangan produk awal (Design)
Setelah melakukan tahap analisis tentang masalah pada tahap sebelumnya, peneliti kemudian melakukan pengkajian materi dan desain produk pada alat peraga, maka hasil analisis digunakan sebagai referensi dalam pengembangan alat peraga eksperimen sederhana.
a. Pengkajian materi
Pada tahap ini dilakukan penentuan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Adapun materi yang dipilih adalah materi fluida statis, Kemudian ditentukan indikator dari materi sebagai acuan dalam pembuatan alat peraga.
30
b. Perancangan produk
Kemudian peneliti melakukan desain produk awal. Alat peraga dirancang sesuai dengan silabus, kompetensi dasar dan tentu saja berdasarkan eksperimen sederhana fluida statis.
3. Tahap pengembangan produk (Development)
Tujuan dari tahap pengembangan adalah untuk menghasilkan media pembelajaran dalam bentuk alat peraga berbasis eskperimen sederhana yang layak digunakan. Sebelum diuji, akan divalidasi terlebih dahulu. Validasi ini adalah proses atau kegiatan untuk menilai desain produk alat peraga berbasis eskperimen sederhana apakah itu efektif dan efisien dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Validasi para ahli dilakukan oleh ahli materi dan media atau alat peraga dengan menggunakan instrumen validasi. Pada tahap ini input akan diperoleh dari validator sebagai bahan untuk meningkatkan alat peraga sebelum pengujian kepada peserta didik.
4. Tahap Implementasi Produk (Implementation) a. Uji coba produk
Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui tingkat kelayakan penggunaan alat peraga. Uji coba dilakukan dengan cara uji lapangan. Uji lapangan dilakukan pada satu kelas yang telah dipilih berdasarkan saran dari pendidik.
5. Tahap Revisi dan Evaluasi Produk (Evaluation) a. Revisi
Setelah produk diuji, dapat diketahui kelemahan produk. Jika masih terdapat saran selama uji coba, itu akan direvisi lagi untuk menghasilkan produk yang lebih baik.
b. Evaluasi
Jika hasil uji coba sudah baik dan menarik menurut pendidik dan peserta didik, alat peraga ini telah selesai dan menjadi produk akhir. Jika tidak sempurna, hasil uji coba ini digunakan sebagai bahan perbaikan dan meningkatkan alat peraga sehingga kemudian dapat menjadi alat peraga yang cocok untuk digunakan di sekolah.
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Lembar Validasi Ahli
Lembar validasi media digunakan lembar yang berisi beberapa pernyataan dengan melihat beberapa aspek. Aspek validasi terdiri dari aspek pembelajaran, ketahanan alat, efisiensi alat dan estetika.
2. Lembar Angket Respon Pendidik
Lembar angket respon pendidik digunakan angket yang berisi pernyataan untuk mengetahui respon pendidik bidang studi terhadap penggunaan alat peraga berbasis eksperimen sederhana. Aspek penilaian terdiri dari dua aspek yaitu aspek media dan aspek materi.
32
3. Lembar Angket Respon Peserta didik
Lembar angket respon peserta didik digunakan angket yang berisi pernyataan untuk mengetahui respon peserta didik terhadap penggunaan alat peraga berbasis eksperimen sederhana.
4. Tes
Tes yang digunakan adalah tes dalam bentuk essai. Tes ini dilakukan sebelum pertemuan awal materi (pre-test) dan diakhir pertemuan (post-test).
G. Teknik Analisis Data
Analisis data pada instrumen non-tes dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif menggunakan skala Likert. Jenis data yang dipeoleh ialah data kualitatif yang kemudian dianlisis menggunakan data kuantitatif beruapa data angka dan di interpretasikan dalam bentuk kata-kata. Skala likert digunakan untuk mengkur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiono, 2018: 93). Penelitian ini menggunakan skala 1 sampai 4, dengan skor 1 terendah dan skor tertinggi 4.
1) Analisis tingkat kevalidan
Instrumen validasi ahli berisi pernyataan yang telah disediakan oleh peneliti. Nilai akhir dari butir adalah persentase dari nilai rata-rata individu dari semua jawaban validator. Dari perhitungan skor setiap pernyataan, persentase responden dihitung dengan rumus
𝑃 = ∑ 𝑥
∑ 𝑥𝑖× 100%
Keterangan :
P : Persentase
Σx : Jumlah jawaban responden dalam satu item Σxi : Jumlah nilai ideal dalam item
Rumus untuk menghitung nilai rata-rata perindikator adalah sebagai berikut:
𝑋̅ =∑ 𝑋 𝑛 Keterangan:
𝑋̅ : Nilai rata-rata per aspek penilaian
∑ 𝑋 : Jumlah total skor dari responden n : Jumlah responden
(Sumber: Diadaptasi dari Supardi, 2017 :57) Kemudian dicari persentase kriteria validasi. Adapun kriteria validasi yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Konversi Interpretasi Skor Persentase (%) Kriteria
0-20 Tidak valid
21-40 Kurang valid
41-60 Cukup valid
61-80 Valid
81-100 Sangat valid
(Sumber : Riduwan, 2013)
Dari tabel kriteria interperetasi hasil validitas di atas, maka kriteria validitas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Semakin tinggi nilai rata-rata interpretasi maka validitas/kelayakan alat peraga berbasis eksperimen sederhana juga semakin baik.
34
b. Kualifikasi kriteria sangat tinggi dan tinggi, maka perlu dilakukan revisi kecil sesuai dengan saran validator dan tidak perlu dilakukan validasi kembali.
c. Kualifikasi kriteria sedang, maka perlu dilakukan revisi besar dan tidak perlu dilakukan validasi kembali.
d. Kualifikasi kriteria rendah atau sangat rendah, maka perlu dilakukan revisi besar dan perlu dilakukan validasi kembali.
2) Analisis tingkat kepraktisan
Dari perhitungan skor masing-masing pernyataan, dicari presentasi jawaban keseluruhan responden dengan rumus:
𝑃 = ∑ 𝑥
∑ 𝑥𝑖× 100%
Keterangan :
P : Persentase
Σx : Jumlah jawaban responden dalam satu item Σxi : Jumlah nilai ideal dalam item
Penentuan kriteria interpretasi skor angket dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.2 Konversi Interval Persentase Menjadi Kategori (Kemenarikan) Persentase (%) Kriteria
0-20 Tidak praktis
21-40 kurang praktis
41-60 Cukup praktis
61-80 Praktis
81-100 Sangat praktis Sumber: Diadaptasi dari riduwan (2013)
Dari tabel kriteria interpretasi diatas, maka kriteria kemenarikan dapat dijelaskan sebagai berikut
1. Semakin tinggi nilai interpretasi maka semakin menarik alat peraga berbasis eksperimen sederhana.
2. Kualifikasi kriteria sangat menarik dan menarik, maka perlu dilakukan revisi kecil dan tidak perlu dilakukan uji coba kembali.
3. Kualifikasi kriteria cukup menarik, maka perlu di lakukan revisi besar dan tidak perlu dilakukan uji coba kembali.
4. Kualifikasi kriteria tidak menarik atau sangat tidak menarik, maka perlu dilakukan revisi besar dan perlu dilakukan uji coba kembali.
3) Analisis keefektifan
Nilai pada posttest dan pretest digunakan dengan menggunakan rumus:
Gain (𝑔) = Skor post−tes −skor pre−test skor maksimum−skor pre−test
Berikut interpertasi kriteria nilai gain pada tabel 3.4 sebagai berikut:
Tabel 3.3 Kriteria Nilai Gain
(Hake, 1999)
Indeks Gain Kriteria
g > 0,70 Tinggi
0,70 ≥ g ≥ 0,30 Sedang
0,30 <g Rendah
36 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pengembangan produk dalam bentuk alat peraga fluida statis mengikuti model pengembangan ADDIE yang mempunyai lima tahap penelitian yaitu: tahap analysis (analisis), tahap design (desain), tahap development (pengembangan), tahap implementation (implementasi), dan tahap evaluation (evaluasi). Langkah- langkah dalam penelitian ini dijelaskan dalam uraian berikut.
1. Tahap Analisis (Analysis) a. Analisis Kurikulum
Analisis kurikulum bertujuan untuk mengetahui apa yang diterapkan oleh pihak sekolah serta bagaimana implementasinya di kelas oleh pendidik mata pelajaran terutama pendidik mata pelajaran fisika. Hasil Observasi menunjukkan bahwa kurikulum yang digunakan sekolah SMA Negeri 9 Sinjai adalah kurikulum 2013.
Namun pada realita yang terjadi di lapangan masih sederhana dan belum menekankan pada eksperimen atau percobaan. Hal ini didukung pada proses pembelajaran di kelas, penerapan dalam kelas masih kurang mencerminkan penerapan kurikulum 2013.
b. Analisis kebutuhan
Kegiatan observasi dilakukan pada saat magang 1 dan II di SMA Negeri 9 Sinjai, di mana belajar di kelas masih berpusat pada pendidik. Belajar di kelas hanya bergantung pada materi yang disampaikan oleh pendidik, sementara peserta didik
hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh pendidik tanpa secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran fisika, terutama peserta didik, mereka terlihat bosan karena mereka hanya mendengarkan materi dan melakukan latihan yang diberikan oleh pendidik. Untuk alasan ini, peserta didik memerlukan media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media transfer ilmu yang menyenangkan dan tidak membosankan.. Berdasarkan analisis ini peneliti mengembangkan media pembelajaran berupa alat peraga yang di terapkan pada proses pembelajaran fisika.
c. Analisis materi pembelajaran
Berdasarkan dari observasi yang telah dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa masalah utama yang terjadi pada proses pembelajaran adalah kurangnya partisipasi peserta didik dalam proses belajar mengajar yang disebabkan karena keterbatasan media pembelajaran di sekolah tersebut. Penggunaan alat peraga dalam materi fluida statis berupa miniatur pompa hidrolik dan pesawat hartl dinilai efektif untuk mengatasi kurangnya partisipasi peserta didik. Selain alat peraga mudah digunakan, alat peraga ini juag menjelaskan konsep fisika pada materi fluida statis . Hal ini juga karena konsep fluida statis yang abstrak, sehingga perlu diubah kedalam bentuk konkret (nyata) agar dapat dengan mudah dipahami dan menerima materi fluida statis. Dari analisis tersebut materi yang dikembangkan adalah materi fluida statis dengan kompetensi dasar yang dipilih menerapkan konsep hukum pascal dan tekanan hidrostatis.
d. Perumusan tujuan pembelajaran
Media pembelajaran dibuat peneliti sebagai alternatif yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik di SMA Negeri 9 Sinjai. Dari analisis
38
kurikulum, analisis kebutuhan peserta didik dan analisis materi pembelajaran, dirumuskan tujuan pembelajaran peserta didik dapat dengan mudah memahami materi dan tidak membosankan dengan menggunakan alat peraga pada materi fluida statis.
2. Tahap Desain (Design)
Berdasarkan tahap analisis yang telah dilakukan, yang terdiri dari beberapa 4 tahap analisis, maka tahap selanjutnya adalah tahap desain. Pada tahap desain adalah tahap perancangan terhadap alat peraga berbasis eksperimen sederhana, dimana mencakup alat peraga yang akan dikembangkan, alat dan bahan yang akan digunakan, desain buku petunjuk penggunaan alat, instrumen lembar validasi untuk validator dan kuesioner untuk pendidik dan peserta didik serta instumen tes untuk peserta didik.
3. Tahap Pengembangan (Development)
Pada Tahapan ini merupakan tahapan produksi alat peraga berbasis eksperimen sederhana yang layak digunakan. rancangan alat peraga berbasis eksperimen sederhana adalah alat peraga yang siap untuk divalidasi oleh validator. Validasi produk dilakukan oleh 2 (dua) validator yang merupakan dosen fisika di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Alat peraga yang telah dibuat selanjutnya divalidasi oleh validator, pendidik dan peserta didik. Pada tahap validasi ini bertujuan agar mendapatkan perbaikan alat peraga dari komentar, masukan dan saran yang diberikan oleh validator, pendidik dan peserta didik.
a. Validasi
Produk yang telah dibuat akan divalidasi oleh validator yang ahli pada bidangnya. Validator ada dua yaitu Ibu Salwa Rufaida, S.Pd.,M.Pd dan Ibu Dewi Hikma Marisda, S.Pd.,M.Pd selaku dosen fisika Universitas Muhammadiyah Makassar. Validasi ini dilakukan oleh validator ditinjau dari beberapa aspek yaitu (1) aspek pembelajaran, (2) ketahanan alat, (3) efisiensi alat, dan (4) estetika media pembelajaran.
Perolehan data yang dilakukan menggunakan angket. Jenis skala yang digunakan dalam angket adalah skala likert dimana menggunakan 4 alternatif jawaban yaitu baik sekali, baik, kurang baik dan tidak baik. Berdasarkan hasil penlilaian kelayakan dari validator dapat dijabarkan dalam pembahasan berikut:
Data dari hasil penilaian kelayakan oleh dua validator media pembelajaran dengan menggunakan lembar validasi untuk menilai kelayakan dari media pembelajaran dengan materi fluida statis di SMA Negeri 9 Sinjai dengan hasil penilaian sebagai berikut.
Tabel 4.3 Hasil Validasi Alat Peraga Berbasis Eksperimen Sederhana Aspek Rata-rata
Skor (x)
Persentase (%)
Kategori kelayakan Aspek pembelajaran 3.50 87.5 Sangat valid
Ketahanan alat 3.84 96.0 Sangat valid
Efisiensi alat 3.62 90.0 Sangat valid
Estetika 3.50 88.0 Sangat valid
Rata-rata 3.62 90.4 Sangat valid
40
Berdasarkan data yang ditunjukkan pada tabel 4.3 menunjukkan persentase hasil validasi oleh dua dosen atau validator pada 13 kriteria penilaian dari dalam 4 aspek terhadap instrument alat peraga berbasis eksperimen sederhana. Penilaian di berikan oleh maisng-masing validator mendapatkan hasil dan komentar atau saran yang berbeda-beda.
1. Aspek pembelajaran
Hasil analisis menunjukkan validator melakukan penilaian pada aspek pembelajaran yang terdiri dari 3 (tiga) pernyataan yaitu Konsep yang diajarkan,Tingkat keperluan alat untuk pembelajaran dan Materi yang disajikan dalam alat peraga mudah dipahami. Setelah melakukan analisis validasi dari validator 1 dan validator II dapat diketahui bahwa rata-rata yang diperoleh pada aspek pembelajaran yaitu 3.50 dengan kategori baik dan persentase mencapai 87.5 % dengan kategori sangat valid.
2. Aspek ketahanan alat
Hasil analisis menunjukkan validator melakukan penilaian pada aspek pembelajaran yang terdiri dari 3 (tiga) pernyataan yaitu Ketahanan terhadap cuaca Kemudahan perawatan dan Tidak berbahaya untuk digunakan. Pada aspek ketahanan alat rata-rata yang diperoleh yaitu 3.84 dengan kategori baik dan persentase mencapai 96 % dengan kategori sangat valid.
3. Aspek Efisiensi
Hasil analisis menunjukkan validator melakukan penilaian pada aspek pembelajaran yang terdiri dari 4 (empat) pernyataan yaitu Kemudahan dirangkaikan, Kemudahan digunakan/dijalankan, Memiliki ukuran ideal untuk dijadikan sebagai alat praktikum dan Menggunakan bahan sederhana. Pada
aspek efisiensi alat rata-rata yang diperoleh yaitu 3.62 dengan kategori baik dan persentase mencapai 90 % dengan kategori sangat valid.
4. Aspek Estetika
Hasil analisis menunjukkan validator melakukan penilaian pada aspek pembelajaran yang terdiri dari 3 (tiga) pernyataan yaitu Warna, Bentuk, dan Menarik.Pada aspek estetika rata-rata yang diperoleh yaitu 3.50 dengan kategori baik dan persentase mencapai 88 % dengan kategori sangat valid. Hasil ini menunjukkan bahwa produk layak untuk digunakan. Walaupun demikian masih perlu adanya perbaikan sesuai saran dari masing-masing validator. Selain dalam bentuk tabel persentase hasil validasi diatas , juga sajikan dalam bentuk diagram batang.
Gambar 4.1 Persentase Hasil Validasi Alat Peraga b. Revisi alat peraga
Setelah pembuatan desain produk alat peraga berbasis eksperimen sederhana, kemudian dilakukan validasi terhadap instrument-instrumen berupa
87,50%
96%
90% 88%
0,00%
10,00%
20,00%
30,00%
40,00%
50,00%
60,00%
70,00%
80,00%
90,00%
Aspek pembelajaran
Ketahanan alat
Efisiensi alat Estetika
Persentase(%)