• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4. Fluida Statis

Menurut Sarwono dkk (2009) Fluida statis adalah fluida yang tidak mengalami perpindahan bagian-bagiannya. Pada keadaan ini, fluida statis memiliki sifat-sifat seperti memiliki tekanan dan tegangan permukaan.

a. Tekanan Hidrostatis

Tekanan dalam fisika didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada suatu bidang per satuan luas bidang tersebut. Bidang atau permukaan yang dikenai gaya disebut bidang tekan, sedangkan gaya yang diberikan pada bidang tekanan disebut gaya tekan. Satuan internasional (SI) tekanan adalah pascal (Pa). Satuan ini dinamai sesuai dengan nama ilmuwan Prancis, Blaise Pascal. Secara matematis tekanan dapat dinyatakan dalam persamaan berikut.

𝑃 = 𝐹

Untuk memahami tekanan hidrostatis, kita anggap zat terdiri atas beberapa lapisan. Setiap lapisan memberi tekanan pada lapisan di bawahnya, sehingga lapisan bawah akan mendapatkan tekanan paling besar. Karena lapisan atas hanya

20

mendapat tekanan dari udara (atmosfer), maka tekanan pada permukaan zat cair sama dengan tekanan atmosfer.

π‘ƒβ„Ž =𝐹 dengan tinggi (h). Oleh karena itu, persamaan di atas dapat ditulis sebagai berikut.

π‘ƒβ„Ž = πœŒπ‘”π΄β„Ž

𝐴 = πœŒπ‘”β„Ž

Anda tidak boleh mengukur tekanan udara pada ketinggian tertentu menggunakan rumus ini. Hal ini disebabkan karena kerapatan udara tidak sama di semua tempat. Makin tinggi suatu tempat, makin kecil kerapatan udaranya. Untuk tekanan total yang dialami suatu zat cair pada ketinggian tertentu dapat dicari dengan menjumlahkan tekanan udara luar dengan tekanan hidrostastis.

π‘ƒπ‘‘π‘œπ‘‘π‘Žπ‘™ = π‘ƒπ‘œ+ π‘ƒβ„Ž Keterangan:

π‘ƒβ„Ž : tekanan yang dialami zat cair/tekanan hidrostastis (Pa) π‘ƒπ‘œ : tekanan udara luar (Pa)

𝜌 : massa jenis zat cair (kg/m3) g : percepatan gravitasi bumi (m/s2)

h : kedalaman/tinggi titik ukur dari permukaan (m) b. Hukum Pascal

Menurut Haryadi (2008) Apabila kita memompa sebuah ban sepeda, ternyata ban akan menggelembung secara merata. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan yang kita berikan melalui pompa akan diteruskan secara merata ke dalam

fluida (gas) di dalam ban. Selain tekanan oleh beratnya sendiri, pada suatu zat cair (fluida) yang berada di dalam ruang tertutup dapat diberikan tekanan oleh gaya luar.

Jika tekanan udara luar pada permukaan zat cair berubah, maka tekanan pada setiap titik di dalam zat cair akan mendapat tambahan tekanan dalam jumlah yang sama.

Peristiwa ini pertama kali dinyatakan oleh seorang ilmuwan Prancis bernama Blaise Pascal (1623 - 1662) dan disebut Hukum Pascal. Jadi, dalam Hukum Pascal dinyatakan berikut ini. β€œTekanan yang diberikan pada zat cair dalam ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah dengan sama besar”. Berdasarkan Hukum Pascal diperoleh prinsip bahwa dengan memberikan gaya yang kecil akan dihasilkan gaya yang lebih besar. Prinsip ini dimanfaatkan dalam pesawat hidrolik.

Gambar 2.1. Pesawat Hidrolik Berdasarkan Hukum Pascal

Gambar diatas menunjukkan sebuah bejana tertutup berisi air yang dilengkapi dua buah pengisap yang luas penampangnya berbeda. Jika pengisap kecil dengan luas penampang A1 ditekan dengan gaya F1, maka zat cair dalam bejana mengalami tekanan yang besarnya:

𝑃1 = 𝐹1 𝐴1

Berdasarkan Hukum Pascal, tekanan yang diberikan akan diteruskan ke segala arah sama besar, sehingga pada pengisap besar dihasilkan gaya F2 ke atas yang besarnya:

𝐹2 = 𝑃2Γ— 𝐴2 atau 𝑃2 = 𝐹2

𝐴2

22 5. Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

a. Penelitian dari Widayanti pada tahun 2018 yang berjudul β€œPengembangan Alat Praktikum Sederhana Sebagai Media Praktikum Mahapeserta didik”

menunjukkan bahwa penelitian ini menghasilkan alat praktikum sederhana percobaan melde yang telah memenuhi kriteria kelayakan.

b. Penelitian dari Ayu Rusmana Dewi pada tahun 2019 β€œPengembangan Alat Peraga Pada Materi Tekanan Untuk Peserta didik SMP Dalam Melatihkan Keterampilan Proses Sains” hasil tersebut menunjukkan bahwa alat peraga layak digunakan untuk melatihkan keterampilan proses sains peserta didik SMP kelas VIII.

c. Penelitian dari Erma Susanti pada tahun 2016 β€œ Keefektifan Metode Demostrasi Menggunakan Alat Peraga Sederhana Terhadap Hasil Belajar Peserta didik Kelas VIII Materi Tekanan Di SMP PGRI 16 Brangsong Tahun Pelajaran 2014/2015” hasil menunujukkan bahwa pembelajaran dengan mengunnakan metode demonstrasi menggunakan alat peraga sederhana efektif daripada pembelajaran konvensional.

B. Kerangka Pikir

Dalam kegiatan pembelajaran fisika, pendidik diharapkan mampu menggunakan pembelajaran yang sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Pada proses pembelajaran terdapat tujuan yang hendak dicapai, hal ini untuk memfokuskan pembelajaran dan juga sebagai batasan yang jelas dalam pembelajaran. Tujuan utama dalam proses pembelajaran adalah terjadinya perubahan pengetahuan sebelum dan sesudah terjadinya pembelajaran.

Dalam penelitian ini perubahan yang dilihat adalah pemahaman konsep peserta didik dalam menyelesaikan berbagai macam persoalan fisika.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran semaksimal mungkin diperlukan cara mengajar atau model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik dengan mudah memahami materi pelajaran. Masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam jika diminta untuk mengungkapkan kepada pendidik mengenai gagasan atau ide-ide mereka. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dalam proses pembelajaran sebisa mungkin perserta didik dilibatkan dalam proses pembelajaran. Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan alat peraga.

Upaya yang dilakukan adalah dengan menggunakan alat peraga diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep peserta didik jika dibandingkan dengan media pembelajaran konvensional dalam proses belajar mengajar. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mendukung agar dapat meningkatkan pemahaman peserta didik adalah alat peraga berbasis eksperimen sederhana. Oleh karena itu pengembangan alat peraga berbasis eksperimen sederhana sangat

24

diperlukan untuk membantu meningkatkan pemahaman pesesrta didik dalam proses pembelajaran.

Pengembangan alat peraga berbasis eksperimen sederhana mengikuti tahapan pada model ADDIE. Dimana tahapan pertama yang dilakukan adalah tahap analisis yg terdiri dari analysis kurikulum, analisis kebutuhan, analisis materi pembelajaran, dan analisis perumusan tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dan analisis yang dilakukan sebelumnya, maka tahap selanjutnya adalah mendesain alat peraga. Pada tahap desain ada perancangan awal. Setelah dilakukan desain maka dilakukan tahap selanjutnya yaitu tahap pengembangan. Alat peraga yang telah dikembangkan selanjutnya divalidasi oleh validator. Kemudian hasil validasi dianalisis untuk mengetahui valid atau tidak valid alat peraga berbasis eksperimen sederhana. Jika alat peraga berbasis eksperimen sederhana valid maka akan dilanjiutkan ke tahap selanjutnya dan apabila tidak valid maka akan dilakukan revisi.

Selanjutny dilakukan penilaian oleh pendidik yang terdiri dari dua pendidik mata pelajaran fisika di SMA Negeri 9 Sinjai. Kemudian akan di ujia cobakan ke peserta didik yang terdiri dari 25 peserat didik di SMA Negeri 9 Sinjai.

Adapun kerangka konsep pada penelitian pengembangan alat peraga berbasis eksperimen sederhana pada materi fluida statis di SMA Negeri 9 Sinjai dapat dilihat pada gambar 2.2

Gambar 2.2 Kerangka Pikir Tahap Analisis

Desain Alat Peraga Berbasis Eksperimen sederhana

Pengembangan alat peraga berbasis berbasis eksperimen sederhana

Validasi Alat Peraga

Alat Peraga Tidak Valid

Alat Peraga Valid

Revisi

Uji coba

Pendidik Peserta Didik

Evaluasi

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R&D) untuk menghasilkan produk pengembangan berupa alat peraga. Yang dimaksud penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) adalah rangkaian proses atau langkah-langkah dalam rangka mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada agar dapat dipertanggungjawabkan (Salim dan Haidir, 2019). Prosedur penelitian ini mengacu pada model pengembangan yang dikemukakan oleh Branch yaitu model ADDIE yang meliputi Analysis, Design, Develop, Implement, dan Evaluate. Pada model ini dilakukan revisi (evaluasi) secara terus menerus dalam setiap fase yang dilalui. Sehingga produk yang dihasilkan menjadi produk (hasil) yang valid dan realibel (Branch, 2015).

B. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian ini adalah 2 (dua) pendidik mata pelajaran fisika dan 25 peserta didik kelas XI IPA 3 yang dipilih berdasarkan saran dari pendidik mata pelajaran fisika.

C. Desain Penelitian

Model ADDIE terdiri dari lima tahap yaitu (A)nalysis, (D)esign, (D)evelopment, (I)mplementation, dan (E)valuation. Model ini sistematis sehingga tidak bisa diacak.

1. Analysis (Analisis)

Pada tahap ini, terdapat beberapa analisis yang akan dilakukan peneliti yaitu analisis kurikulum, analisis kebutuhan, analisis materi pembelajaran dan analisis perumusan tujuan pembelajaran di sekolah tersebut.

2. Design (Desain)

Pada tahap perancangan awal peneliti menentukan materi dan alat peraga yang akan dikembangkan, menetukan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian merancang desain petunjuk penggunaan alat dan membuat instrumen.

3. Development (Pengembangan)

Tahapan ini merupakan tahapan produksi alat peraga berbasis eksperimen sederhana untuk meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik yang telah dikembangkan. Setelah dilakukan design produk, kemudian dilakukan validasi design oleh validasi ahli. Setelah desain produk divalidasi, dapat diketahui untuk kekurangan alat peraga eksperimental sederhana yang berusaha mengembangkan.

Kekurangannya kemudian diperbaiki untuk mendapatkan produk yang lebih baik.

4. Implementation (Implementasi)

Tahap implementasi alat peraga berbasis eksperimen sederhana untuk meningkatkan hasil belajar fisika peserta didik yang telah dikembangkan dan divalidasi kemudian diuji cobakan. Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengetahui tingakat kelayakan alat peraga berbasis eksperimen sederhana. Uji coba produk dilakukan dengan cara uji lapangan pada peserta didik SMA Negeri 9 Sinjai yang berjumlah 25 orang..

28

5. Evaluation (Evaluasi)

Setelah melalui tahap validasi dan uji coba produk, maka dapat diketahui hasil penilaian mengenai kelayakan alat peraga. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui hasil penilaian responden terhadap kelayakan media pembelajaran.

Hasil penilaian tersebut berdasarkan data yang diperoleh dari uji kelayakan oleh responden. Jika tidak sempurna, hasil uji coba digunakan sebagai bahan untuk perbaikan dan peningkatan sehingga kemudian dapat diperbaiki menjadi alat peraga yang siap digunakan di sekolah.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar validasi dalam bentuk kuesioner dengan skala Likert yang digunakan untuk menentukan valid atau tidaknya produk telah dirancang. Lembar validasi terdiri dari:

1. Lembar Validasi Alat Peraga

Lembar validasi alat peraga digunakan untuk menilai kelayakan media pembelajaran fisika dalam alat peraga berbasis eksperimen sederhana. Dengan melihat beberapa pertimbangan pada alat peraga yaitu kelayakan, kemudahan penggunaan dan kemenarikan alat peraga.

2. Lembar Angket Respon Pendidik

Lembar angket respon pendidik digunakan untuk mengetahui respon pendidik fisika mengenai produk alat peraga berbasis eksperimen sederhana.

3. Lembar Angket Respon Peserta didik

Lembar angket respon peserta didik digunakan untuk mengetahui respon peserta didik mengenai produk alat peraga berbasis eksperimen sederhana.

4. Tes

Tes ini digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas alat peraga yang dikembangkan. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk tes uraian/essai.

E. Prosedur Penelitian 1. Tahap analisis (Analysis)

Kegiatan awal sebelum mengembangkan produk alat peraga sederhana yaitu dengan melakukan penelitian pendahuluan. Penelitian pendahuluan dalam bentuk pengamatan awal dalam kegiatan pembelajaran di SMA. Dari informasi yang diperoleh dari sekolah tersebut media pembelajaran yang digunakan hanya buku paket saja selain itu proses pembelajaran belum menggunakan alat peraga sehingga belum bisa memaksimalkan peserta didik dalam memahami materi yang dipelajari. Peserta didik masih membutuhkan lebih banyak bantuan untuk memahami materi yang diajarkan. Berdasarkan informasi awal, peneliti menganalisis perlunya pengembangan alat peraga eksperimen sederhana.

2. Tahap perancangan produk awal (Design)

Setelah melakukan tahap analisis tentang masalah pada tahap sebelumnya, peneliti kemudian melakukan pengkajian materi dan desain produk pada alat peraga, maka hasil analisis digunakan sebagai referensi dalam pengembangan alat peraga eksperimen sederhana.

a. Pengkajian materi

Pada tahap ini dilakukan penentuan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik. Adapun materi yang dipilih adalah materi fluida statis, Kemudian ditentukan indikator dari materi sebagai acuan dalam pembuatan alat peraga.

30

b. Perancangan produk

Kemudian peneliti melakukan desain produk awal. Alat peraga dirancang sesuai dengan silabus, kompetensi dasar dan tentu saja berdasarkan eksperimen sederhana fluida statis.

3. Tahap pengembangan produk (Development)

Tujuan dari tahap pengembangan adalah untuk menghasilkan media pembelajaran dalam bentuk alat peraga berbasis eskperimen sederhana yang layak digunakan. Sebelum diuji, akan divalidasi terlebih dahulu. Validasi ini adalah proses atau kegiatan untuk menilai desain produk alat peraga berbasis eskperimen sederhana apakah itu efektif dan efisien dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik. Validasi para ahli dilakukan oleh ahli materi dan media atau alat peraga dengan menggunakan instrumen validasi. Pada tahap ini input akan diperoleh dari validator sebagai bahan untuk meningkatkan alat peraga sebelum pengujian kepada peserta didik.

4. Tahap Implementasi Produk (Implementation) a. Uji coba produk

Uji coba produk dimaksudkan untuk mengumpulkan data sebagai dasar untuk mengetahui tingkat kelayakan penggunaan alat peraga. Uji coba dilakukan dengan cara uji lapangan. Uji lapangan dilakukan pada satu kelas yang telah dipilih berdasarkan saran dari pendidik.

5. Tahap Revisi dan Evaluasi Produk (Evaluation) a. Revisi

Setelah produk diuji, dapat diketahui kelemahan produk. Jika masih terdapat saran selama uji coba, itu akan direvisi lagi untuk menghasilkan produk yang lebih baik.

b. Evaluasi

Jika hasil uji coba sudah baik dan menarik menurut pendidik dan peserta didik, alat peraga ini telah selesai dan menjadi produk akhir. Jika tidak sempurna, hasil uji coba ini digunakan sebagai bahan perbaikan dan meningkatkan alat peraga sehingga kemudian dapat menjadi alat peraga yang cocok untuk digunakan di sekolah.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Lembar Validasi Ahli

Lembar validasi media digunakan lembar yang berisi beberapa pernyataan dengan melihat beberapa aspek. Aspek validasi terdiri dari aspek pembelajaran, ketahanan alat, efisiensi alat dan estetika.

2. Lembar Angket Respon Pendidik

Lembar angket respon pendidik digunakan angket yang berisi pernyataan untuk mengetahui respon pendidik bidang studi terhadap penggunaan alat peraga berbasis eksperimen sederhana. Aspek penilaian terdiri dari dua aspek yaitu aspek media dan aspek materi.

32

3. Lembar Angket Respon Peserta didik

Lembar angket respon peserta didik digunakan angket yang berisi pernyataan untuk mengetahui respon peserta didik terhadap penggunaan alat peraga berbasis eksperimen sederhana.

4. Tes

Tes yang digunakan adalah tes dalam bentuk essai. Tes ini dilakukan sebelum pertemuan awal materi (pre-test) dan diakhir pertemuan (post-test).

G. Teknik Analisis Data

Analisis data pada instrumen non-tes dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data deskriptif menggunakan skala Likert. Jenis data yang dipeoleh ialah data kualitatif yang kemudian dianlisis menggunakan data kuantitatif beruapa data angka dan di interpretasikan dalam bentuk kata-kata. Skala likert digunakan untuk mengkur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiono, 2018: 93). Penelitian ini menggunakan skala 1 sampai 4, dengan skor 1 terendah dan skor tertinggi 4.

1) Analisis tingkat kevalidan

Instrumen validasi ahli berisi pernyataan yang telah disediakan oleh peneliti. Nilai akhir dari butir adalah persentase dari nilai rata-rata individu dari semua jawaban validator. Dari perhitungan skor setiap pernyataan, persentase responden dihitung dengan rumus

𝑃 = βˆ‘ π‘₯

βˆ‘ π‘₯𝑖× 100%

Keterangan :

P : Persentase

Ξ£x : Jumlah jawaban responden dalam satu item Ξ£xi : Jumlah nilai ideal dalam item

Rumus untuk menghitung nilai rata-rata perindikator adalah sebagai berikut:

𝑋̅ =βˆ‘ 𝑋 𝑛 Keterangan:

𝑋̅ : Nilai rata-rata per aspek penilaian

βˆ‘ 𝑋 : Jumlah total skor dari responden n : Jumlah responden

(Sumber: Diadaptasi dari Supardi, 2017 :57) Kemudian dicari persentase kriteria validasi. Adapun kriteria validasi yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Konversi Interpretasi Skor Persentase (%) Kriteria

0-20 Tidak valid

21-40 Kurang valid

41-60 Cukup valid

61-80 Valid

81-100 Sangat valid

(Sumber : Riduwan, 2013)

Dari tabel kriteria interperetasi hasil validitas di atas, maka kriteria validitas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Semakin tinggi nilai rata-rata interpretasi maka validitas/kelayakan alat peraga berbasis eksperimen sederhana juga semakin baik.

34

b. Kualifikasi kriteria sangat tinggi dan tinggi, maka perlu dilakukan revisi kecil sesuai dengan saran validator dan tidak perlu dilakukan validasi kembali.

c. Kualifikasi kriteria sedang, maka perlu dilakukan revisi besar dan tidak perlu dilakukan validasi kembali.

d. Kualifikasi kriteria rendah atau sangat rendah, maka perlu dilakukan revisi besar dan perlu dilakukan validasi kembali.

2) Analisis tingkat kepraktisan

Dari perhitungan skor masing-masing pernyataan, dicari presentasi jawaban keseluruhan responden dengan rumus:

𝑃 = βˆ‘ π‘₯

βˆ‘ π‘₯𝑖× 100%

Keterangan :

P : Persentase

Ξ£x : Jumlah jawaban responden dalam satu item Ξ£xi : Jumlah nilai ideal dalam item

Penentuan kriteria interpretasi skor angket dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2 Konversi Interval Persentase Menjadi Kategori (Kemenarikan) Persentase (%) Kriteria

0-20 Tidak praktis

21-40 kurang praktis

41-60 Cukup praktis

61-80 Praktis

81-100 Sangat praktis Sumber: Diadaptasi dari riduwan (2013)

Dari tabel kriteria interpretasi diatas, maka kriteria kemenarikan dapat dijelaskan sebagai berikut

1. Semakin tinggi nilai interpretasi maka semakin menarik alat peraga berbasis eksperimen sederhana.

2. Kualifikasi kriteria sangat menarik dan menarik, maka perlu dilakukan revisi kecil dan tidak perlu dilakukan uji coba kembali.

3. Kualifikasi kriteria cukup menarik, maka perlu di lakukan revisi besar dan tidak perlu dilakukan uji coba kembali.

4. Kualifikasi kriteria tidak menarik atau sangat tidak menarik, maka perlu dilakukan revisi besar dan perlu dilakukan uji coba kembali.

3) Analisis keefektifan

Nilai pada posttest dan pretest digunakan dengan menggunakan rumus:

Gain (𝑔) = Skor postβˆ’tes βˆ’skor preβˆ’test skor maksimumβˆ’skor preβˆ’test

Berikut interpertasi kriteria nilai gain pada tabel 3.4 sebagai berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Nilai Gain

(Hake, 1999)

Indeks Gain Kriteria

g > 0,70 Tinggi

0,70 β‰₯ g β‰₯ 0,30 Sedang

0,30 <g Rendah

36 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pengembangan produk dalam bentuk alat peraga fluida statis mengikuti model pengembangan ADDIE yang mempunyai lima tahap penelitian yaitu: tahap analysis (analisis), tahap design (desain), tahap development (pengembangan), tahap implementation (implementasi), dan tahap evaluation (evaluasi). Langkah-langkah dalam penelitian ini dijelaskan dalam uraian berikut.

1. Tahap Analisis (Analysis) a. Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum bertujuan untuk mengetahui apa yang diterapkan oleh pihak sekolah serta bagaimana implementasinya di kelas oleh pendidik mata pelajaran terutama pendidik mata pelajaran fisika. Hasil Observasi menunjukkan bahwa kurikulum yang digunakan sekolah SMA Negeri 9 Sinjai adalah kurikulum 2013.

Namun pada realita yang terjadi di lapangan masih sederhana dan belum menekankan pada eksperimen atau percobaan. Hal ini didukung pada proses pembelajaran di kelas, penerapan dalam kelas masih kurang mencerminkan penerapan kurikulum 2013.

b. Analisis kebutuhan

Kegiatan observasi dilakukan pada saat magang 1 dan II di SMA Negeri 9 Sinjai, di mana belajar di kelas masih berpusat pada pendidik. Belajar di kelas hanya bergantung pada materi yang disampaikan oleh pendidik, sementara peserta didik

hanya mendengarkan materi yang disampaikan oleh pendidik tanpa secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran fisika, terutama peserta didik, mereka terlihat bosan karena mereka hanya mendengarkan materi dan melakukan latihan yang diberikan oleh pendidik. Untuk alasan ini, peserta didik memerlukan media pembelajaran yang dapat digunakan sebagai media transfer ilmu yang menyenangkan dan tidak membosankan.. Berdasarkan analisis ini peneliti mengembangkan media pembelajaran berupa alat peraga yang di terapkan pada proses pembelajaran fisika.

c. Analisis materi pembelajaran

Berdasarkan dari observasi yang telah dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa masalah utama yang terjadi pada proses pembelajaran adalah kurangnya partisipasi peserta didik dalam proses belajar mengajar yang disebabkan karena keterbatasan media pembelajaran di sekolah tersebut. Penggunaan alat peraga dalam materi fluida statis berupa miniatur pompa hidrolik dan pesawat hartl dinilai efektif untuk mengatasi kurangnya partisipasi peserta didik. Selain alat peraga mudah digunakan, alat peraga ini juag menjelaskan konsep fisika pada materi fluida statis . Hal ini juga karena konsep fluida statis yang abstrak, sehingga perlu diubah kedalam bentuk konkret (nyata) agar dapat dengan mudah dipahami dan menerima materi fluida statis. Dari analisis tersebut materi yang dikembangkan adalah materi fluida statis dengan kompetensi dasar yang dipilih menerapkan konsep hukum pascal dan tekanan hidrostatis.

d. Perumusan tujuan pembelajaran

Media pembelajaran dibuat peneliti sebagai alternatif yang diharapkan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik di SMA Negeri 9 Sinjai. Dari analisis

38

kurikulum, analisis kebutuhan peserta didik dan analisis materi pembelajaran, dirumuskan tujuan pembelajaran peserta didik dapat dengan mudah memahami materi dan tidak membosankan dengan menggunakan alat peraga pada materi fluida statis.

2. Tahap Desain (Design)

Berdasarkan tahap analisis yang telah dilakukan, yang terdiri dari beberapa 4 tahap analisis, maka tahap selanjutnya adalah tahap desain. Pada tahap desain adalah tahap perancangan terhadap alat peraga berbasis eksperimen sederhana, dimana mencakup alat peraga yang akan dikembangkan, alat dan bahan yang akan digunakan, desain buku petunjuk penggunaan alat, instrumen lembar validasi untuk validator dan kuesioner untuk pendidik dan peserta didik serta instumen tes untuk peserta didik.

3. Tahap Pengembangan (Development)

Pada Tahapan ini merupakan tahapan produksi alat peraga berbasis eksperimen sederhana yang layak digunakan. rancangan alat peraga berbasis eksperimen sederhana adalah alat peraga yang siap untuk divalidasi oleh validator. Validasi produk dilakukan oleh 2 (dua) validator yang merupakan dosen fisika di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Alat peraga yang telah dibuat selanjutnya divalidasi oleh validator, pendidik dan peserta didik. Pada tahap validasi ini bertujuan agar mendapatkan perbaikan alat peraga dari komentar, masukan dan saran yang diberikan oleh validator, pendidik dan peserta didik.

a. Validasi

Produk yang telah dibuat akan divalidasi oleh validator yang ahli pada bidangnya. Validator ada dua yaitu Ibu Salwa Rufaida, S.Pd.,M.Pd dan Ibu Dewi Hikma Marisda, S.Pd.,M.Pd selaku dosen fisika Universitas Muhammadiyah

Produk yang telah dibuat akan divalidasi oleh validator yang ahli pada bidangnya. Validator ada dua yaitu Ibu Salwa Rufaida, S.Pd.,M.Pd dan Ibu Dewi Hikma Marisda, S.Pd.,M.Pd selaku dosen fisika Universitas Muhammadiyah

Dokumen terkait