• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADLN IR - Perpustakaan - Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ADLN IR - Perpustakaan - Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Influenza adalah infeksi pernapasan yang disebabkan oleh virus influenza, yang ditransmisikan terutama melalui droplet dari sekresi pernapasan dan kontak secara langsung maupun tidak langsung dengan orang yang terinfeksi atau dengan barang-barang penderita (Ho et al., 2014). Virus influenza telah ada selama ratusan tahun dan sepertinya akan tetap ada dalam waktu yang lama. Virus ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas tahunan yang signifikan di seluruh dunia, kadang menyebabkan pandemi dengan potensi merugikan kesehatan manusia dan hewan, bahkan berdampak pada perekonomian global (Hudson, 2009).

Setiap tahun, sekitar 3-5 juta kasus influenza yang parah terjadi di seluruh dunia dan menyebabkan 300.000 hingga 500.000 kematian. Risiko terjadinya infeksi yang serius dan kematian adalah lebih tinggi pada usia diatas 65 tahun, anak-anak kurang dari 2 tahun, dan mereka yang kondisi fisiknya kurang baik sehingga memiliki risiko tinggi mengalami komplikasi dari influenza (Kamps et al., 2006). Influenza telah menyebabkan sejumlah epidemi dan pandemi, diantaranya adalah pada tahun 1918 di Spanyol (H1N1), tahun 1957 di Asia (H2N2), tahun 1968 di Hong Kong (H3N2), dan tahun 2009 di Meksiko (H1N1pdm) karena kecepatan mutasinya yang tinggi dan kemampuan untuk mengakibatkan terjadinya infeksi silang antar spesies (Ho et al., 2014).

(2)

Virus Influenza termasuk dalam family Ortomyxoviridae yang terdiri dari Influenzavirus A, Influenzavirus B, Influenzavirus C, Thogotovirus dan Isavirus. (Kawaoka dan Neumann, 2012). Epidemi baru dari strain influenza A muncul setiap 1 atau 2 tahun dengan mutasi pada titik tertentu dari dua permukaan glikoprotein, yaitu hemagglutinin (HA) dan neuraminidase (NA). Varietas baru dari virus tersebut mampu mengelusidasi pertahanan tubuh manusia yang tidak memiliki imunitas terhadap virus tersebut sebelumnya.

Perubahan permanen ini, yang biasanya merupakan perubahan kecil pada antigenisitas dari virus influenza A, dikenal dengan sebutan antigenic drift dan merupakan dasar dari epidemi influenza yang biasa terjadi (Holmes, 2005). Sedangkan, perubahan besar pada antigenisitas dari suatu virus influenza disebut dengan istilah antigenic shift (Kamps et al., 2006).

Diantara semua virus influenza tipe A yang beredar pada unggas, virus H5N1 merupakan virus yang paling menarik perhatian terkait kesehatan manusia karena dua hal. Pertama, virus H5N1 adalah virus influenza yang paling banyak mengakibatkan kasus pada manusia dengan tingkat penyakit yang parah dan jumlah kematian yang paling besar. Kedua, adalah resiko bahwa virus H5N1 dapat berkembang dengan karakteristik yang dapat menjadi awal dari suatu pandemi virus influenza yang lain (WHO, 2006). H5N1 menyebabkan suatu “badai sitokin”, yaitu stimulasi berlebih respon imun yang tidak terkontrol dan bersifat merusak, disertai dengan edema paru yang parah dan perdarahan yang berlangsung dalam 1 hingga 3 hari (Stiver, 2007).

(3)

Virus H5N1 dan H7N9 telah menyebar diantara unggas, namun, saat ini menjadi suatu ancaman yang berbahaya bagi manusia karena adanya antigenic drift dan mutasi gen (Ho et al., 2014). Kasus infeksi pada manusia karena virus avian influenza H5N1 pertama kali dilaporkan terjadi di Hongkong pada tahun 1997 sebanyak 18 kasus. Virus ini kemudian menjadi wabah yang dimulai pada Desember 2003 dengan lebih dari 200 kasus yang dilaporkan oleh 9 negara dari Asia, Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah (WHO, 2006). Data aktivitas virus influenza H5N1 dari 24 September 2013 hingga 17 Februari 2014 menunjukkan bahwa virus ini terdeteksi pada unggas di Afrika dan Asia. Infeksi pada manusia juga dilaporkan kepada WHO oleh beberapa Negara seperti Kamboja, China, Indonesia, dan Vietnam (WHO, 2014).

Sebelum tahun 1997, Highly Pathogenic Avian Influenza (HPAI) merupakan penyakit yang sangat jarang terjadi, dengan hanya ada 24 kejadian primer yang dicatat di seluruh dunia sejak tahun 1950-an. Tetapi akhir-akhir ini avian influenza memperoleh perhatian dunia ketika ditemukan ada strain dari subtipe H5N1 yang sangat patogen, yang mungkin sudah muncul di China Selatan sebelum tahun 1997, menyerang ternak unggas di seluruh Asia Tenggara dan secara tidak terduga melintasi batas antar spesies (Kamps et al., 2006). Selama tahun 2003-2004 telah teridentifikasi dua jenis genotip baru dari HPAI yang telah menyebabkan wabah di Thailand, Kamboja, Vietnam, Laos, Korea, Jepang, China dan Malaysia. Virus HPAI H5N1 yang diisolasi dari beberapa korban yang meninggal di Vietnam menunjukkan bahwa virus tersebut telah

(4)

resisten terhadap amantadine dan rimantadine (Horimoto dan Kawaoka, 2005).

Sejak kemunculannya kembali pada tahun 2003, virus avian influenza H5N1 telah menjadi enzootic pada beberapa Negara dan terus menyebabkan wabah pada unggas serta infeksi pada manusia secara sporadis. Virus H5N1 telah dikelompokkan baik secara genetik maupun antigenik. Oleh karena itu, seiring dengan virus H5N1 yang terus berevolusi, suatu kandidat antivirus baru perlu untuk dikembangkan (WHO, 2014).

Penggunaan bahan alam, khususnya tanaman untuk pengobatan pada saat ini cenderung meningkat, apalagi dengan maraknya isu back to nature dan daya beli masyarakat yang menurun akibat krisis yang berkepanjangan (Abdullah et al., 2010). Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, karena rasa takut pada efek samping obat yang telah beredar, terjadi peningkatan besar penggunaan tanaman atau bahan alam oleh masyarakat sebagai pencegahan atau terapi pada penyakit yang serius. Sebenarnya, ketertarikan pada penelitian antivirus telah dimulai setelah Perang Dunia II di Eropa, dan pada tahun 1952, 12 dari 288 tanaman telah ditemukan efektif terhadap virus influenza dalam telur ayam berembrio (Chattopadhyay et al., 2009).

Namun, peningkatan penggunaan obat herbal seolah bertentangan dengan kelangkaan bukti ilmiah keamanan tanaman obat terkait toksisitas dan efek merugikan dari pengobatan tersebut.

Sebab, tanaman obat pada umumnya mengandung berbagai macam komponen yang berpeluang untuk menimbulkan efek yang

(5)

Oleh karena itu, diperlukan uji toksisitas untuk menentukan keamanan suatu obat herbal.

Untuk pengujian antivirus, virus harus dikembangbiakkan pada sel, misalnya sel Madin-Darby canine kidney (MDCK) atau dalam telur ayam berembrio (TAB). Penemuan bahwa virus influenza dapat diisolasi pada telur ayam berembrio mewakili kemajuan besar dalam kemampuan untuk bekerja dengan virus ini.

Bahkan, setelah metode kultur sel banyak digunakan, telur masih digunakan sebagai inang standar untuk produksi vaksin. Meskipun TAB merupakan metode standar untuk propagasi dan isolasi virus influenza, akan tetapi juga bisa digunakan untuk evaluasi dari penghambat virus influenza. Penelitian antivirus menggunakan TAB pernah divalidasi dengan menggunakan ribavirin. Hasilnya, ribavirin berhasil menurunkan titer HA secara signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa TAB dapat digunakan untuk mengevaluasi efek antivirus terhadap virus influenza (Wang et al., 2008).

Selain menggunakan TAB, pengujian antivirus juga dapat dilakukan dengan metode bioassay penghambatan enzim neuraminidase (NA) berdasarkan metode Potier et al.(1979) yang telah dimodifikasi (Ikram et al., 2015). Aktivitas penghambatan neuraminidase ini penting dalam pengembangan antivirus sebab NA merupakan enzim pada permukaan partikel virus influenza A untuk membantu virus baru lepas dari sel inang sehingga terjadi penyebaran virus (Chen dan Chen, 2014). Sementara itu, obat anti- influenza yang targetnya NA, dapat memperlambat pelepasan

(6)

partikel virus baru dan menurunkan keparahan infeksi (Albohy et al., 2011).

Telah dilakukan berbagai macam penelitian terhadap struktur kimia beberapa senyawa yang diisolasi dari ekstrak daun dan buah Vitex trifolia, diantaranya adalah golongan flavonoid (Hernández et al., 1999), dimana flavonoid merupakan metabolit sekunder yang potensial sebagai agen antiaterosklerosis, antiinflamasi, antioksidan, antitrombogenik, antitumor, antiosteoporosis, dan antivirus (Mustarichie et al., 2013). Berbagai macam senyawa kimia aktif dari tanaman, yaitu flavonoid, terpenoid, senyawa organosulfur, limonoids, lignan, sulfida, polifenol, coumarin, saponin, klorofilin, senyawa furyl, alkaloid, protein dan peptida telah diketahui memiliki aktivitas terapeutik terhadap berbagai jenis virus (Chattopadhyay et al., 2009).

Penelitian pada sesama genus Vitex, yaitu ekstrak dan fraksi yang kaya flavonoid dari buah dan daun Vitex polygama Cham.

(Verbenaceae) dapat meningkatkan aktivitas antiviral dose- dependent terhadap virus herpes simplex tipe 1 (ACV-HSV-1).

Ekstrak daun menunjukkan aktivitas antivirus intraseluler sementara ekstrak buahnya mempunyai efek virusidal. Suatu fraksi dari ekstrak etil asetat daun dapat menghambat propagasi virus dengan memblok reseptor sel HEp-2 (Gonçalves et al., 2001). Ekstrak etanol dari Vitex negundo mampu menghambat virus Chikungunya strain Asia secara in vitro (Kothandan dan Swaminathan, 2014) dan virus HIV (Kannan et al., 2012; Groach et al., 2014). Sedangkan Vitex altissima diketahui aktif terhadap virus H1N1 (John et al., 2014)

(7)

Berdasarkan fakta tersebut, ada kemungkinan bahwa Vitex trifolia juga memiliki aktivitas antivirus.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah ekstrak metanol daun legundi (Vitex trifolia) memiliki toksisitas terhadap telur ayam berembrio (TAB)?

2. Apakah ekstrak metanol daun legundi (Vitex trifolia) mempunyai aktivitas antivirus terhadap virus influenza H5N1?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menentukan toksisitas ekstrak metanol daun legundi (Vitex trifolia) terhadap telur ayam berembrio (TAB).

2. Menentukan aktivitas antivirus ekstrak daun legundi (Vitex trifolia) terhadap virus influenza H5N1.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memanfaatkan ekstrak daun legundi (Vitex trifolia) sebagai antivirus H5N1.

2. Merupakan tahap awal penelitian bermakna bagi dunia medis untuk menemukan antivirus H5N1 baru dari bahan alam.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran kompetensi sosial guru matematika berdasarkan penilaian kinerja guru di SMPN se-Kecamatan Binamu Kabupaten Jeneponto

Pengamatan adalah cara pengenalan dunia oleh subjek didik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, pembauan dan pengecapan. Pengamatan merupakan gerbang bai

Jurusan Pendidikan Fisika adalah salah satu jurusan yang berada dalam naungan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (UIN

Namun sebagai teori sastra yang berkaitan dengan penafsiran sebagai telaah untuk memahami karya sastra, penafsiran tidak harus diarahkan pada fenomena makna ganda simbol tetapi

Berdasarkan informasi diatas, indikasikan tingkat resiko kecurangan yang Bapak / Ibu / Saudara miliki atas klien dengan memberikan tanda (√) pada salah satu alternatif jawaban

Based on the research result, it showed that herringbone technique was effective for teaching reading recount text at the eight grade students in one of Junior

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan. indikator dari variabel

This research was designed to investigate the students’ perceptions toward teacher’s written feedback on their writing at the Eighth Grade of SMP Muhammadiyah Ajibarang