PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH (Growtone) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK MURBEI (Morus multicaulis)
MUH. ISNAENI SYAWAL 105950 0112 10
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
PENGARUH PEMBERIAN ZAT PENGATUR TUMBUH (Growtone) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK MURBEI (Morus multicaulis)
OLEH :
MUH. ISNAENI SYAWAL 105950 0112 10
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memproleh Gelar Sarjana Kehutanan Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (Growtone) Terhadap Pertumbuhan Stek Murbei (Morus multicaulis).
Adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah di sebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Makassar,Desember, 2014
MUH.ISNAENI SYAWAL Nim: 105950011210
@ Hak Cipta milik Unismuh Makassar, tahun 2014 Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Unismuh Makassar
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin Unismuh Makassar
ABSTRAK
MUH ISNAENI SYAWAL 105950011210. Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (Growtone) Terhadap Pertumbuhan Jenis Stek Murbei (Morus multicaulis) Di bimbing oleh HIKMAH DAN HUSNAH LATIFAH.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui terhadap pertumbuhan tunas dari setiap mata tunas. Penelitian ini di laksanakan di Balai PersuteraanAlam Bili-Bili Kecamatan Bontomarannu Kabupaten Gowa.Waktu penelitian di lakukan mulai juli sampai Agustus 2014.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap ( RAL) factorial 2X4X3 sehingga terdapat 24 contoh uji parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tunas.
Dari hasil penelitian Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (Growtone) Terhadap Pertumbuhan Jenis Stek Murbei Morus multicaulis.
Berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun stek tanaman murbei..
Perlakuan A2B1 (hormon tumbuh 5 g dan 2 tunas), A2B4 (hormon tumbuh 5 g dan 5 tunas) dan A3B1 (hormon tumbuh 10 g dan 2 tunas) merupakan kombinasi media dan dosis pupuk yang optimal untuk meningkatkan pertambahan jumlah daun stek tanaman murbei.
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat AllahAzza wa Jalla, karena atas berkat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Salam dan salawat semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam, keluarga, sahabat dan
umatnya yang istiqamah hingga akhir zaman.
Banyak hal yang penulis alami selama penyusunan skripsi ini, baik yang mengguratkan senyum dan tawa, mendongkrak semangat kerja, maupun kesulitan-kesulitan baik teknis maupun psikologis. Waktulah yang menempatkan setiap momen menjadi kenangan dan setiap yang dikenang pantas untuk dikenang.
Dengan rampungnya penyusunan skripsi ini yang berjudul”Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (Growtone) Terhadap Pertumbuhan Jenis Stek Murbei Morus multicaulis. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima
kasih dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada:
1. Ibu Hikmah S.Hut., M.Si sebagai pembimbing I dan Husnah LatifahS.Hut., M.Si sebagai Pembimbing II yang selalu mencurahkan waktu, pikiran dan perhatian dalam membimbing dan mengarahkan penulis dari awal penyusunan skripsi ini. Terima kasih dan penghargaan juga penulis haturkan kepada : 2. Ibu Husnah Latifah, S. Hut., M.Si sebagai Ketua Program Studi Kehutanan 3. Bapak Ir. H. Saleh Molla, MM selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Seluruh staf dosen kehutanan yang telah berjasa memberikan ilmunya kepada penulis selama menempuh pendidikan.
5. Rekan-rekan Forester angkatan 2010, Naim, Wahid, Sahar, Mahyuddin, Amiruddin rossi,dan juga kepada rekan-rekan forester 2010 yang tidak sempat penulis menyebutkan namanya satu-persatu yang dengan ketulusan hati dan rasa simpati serta keterbukaan turut membantu hingga terselesainya tulisan ini.
Mengiringi rasa syukur dan rasa sukacita yang dalam penulis mempersembahkan tulisan ini untuk kedua Orang Tua yang tercinta Ibunda Hj.
Sitti Kasiang Daeng caya dan juga untuk Bapak H. ABD Kuddus Daeng Matte yang telah mencurahkan segenap kasih sayang, perhatian dan dorongan yang selalu mendoakan penulis di saat-saat senang dan susah. Beserta seluruh keluarga besar penulis yang tak henti memberikan dukungan dan doa. Kepada saudara-saudaraku tercintayang menjadi bagian hidup dan selalu mendoakan dan memberikan dorongan kepada penulis. Semoga ALLAH SWT meridhoi setiap amal kita dunia dan akhirat, amin.
Makassar,Desember, 2014
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Takalar pada tanggal 27 April 1992 dari Ayah H.ABD Kuddus Daeng Matte dan Ibu Hj. Sitti Kasiang Daeng Caya. Penulis merupakan putra pertama dari 3 bersaudara.Tahun 2008 penulis lulus dari SMK Negeri 1 Galesong Selatan dan pada tahun 2010 penulis lulus Ujian Masuk Perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah Makassar. Penulis melanjutkan pendidikan pada Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar. Gelar sarjana Kehutanan diraih penulis pada tahun 2014. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Kehutanan periode 2011-2012, Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
HALAMAN KOMISI PENGUJI... iii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI ... iv
HAK CIPTA ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
RIWAYAT HIDUP... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Manfaat Penelitian ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA... 4
2.1. Persuteraan Alam ... 4
2.2. Jenis Tanaman Murbei... 5
2.3. Bentuk Tanaman………. 7
2.3.1.Batang ... 7
2.3.2. Daun ……… 8
2.3.3. Bunga dan Buah ……….. 8
2.3.4. Akar ………. 8
2.4. Pembinaan dan Pengembangan Persuteraan Alam…………...…. 8
2.5. Sistematika Tanaman Murbei...………….. 10
2.6. Pertumbuhan Tanaman Murbei... 10
2.7. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman... 12
2.8. Kerangka Pikir ………....………...… 14
III. METODE PENELITIAN... 15
3.1.Waktu dan Tempat ... 15
3.2. Alat dan Bahan ... 15
3.3. Prosedur Penelitian... 15
3.4.Variabel yang Diamati ... 16
3.5. Analisa Data ... 16
IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 18
4.1. Sejarah Singkat Departemen Kehutanan Di Rektorat Rehabilitasi Lahan Dan Perhutanan Sosial Balai Persuteraan Alam……... 18
4.2. Visi Dan Misi... 19
4.3. Struktur organisasi………. 19
4.4. Penggolongan karyawan berdasarkan status………. 20
4.5. Penggolongan karyawan berdasarkan pendidikan……… 21
4.6. Penggolongan karyawan berdasarkan golongan / jabatan…….. 21
V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 22
5.1. Perbandingan Jumlah Daun ... 22
5.2. Pertambahan Jumlah Daun Tanaman ... 25
5.3. Pembahasan... 28
VI. PENUTUP ... 31
6.1. Kesimpulan ... 31
6.2. Saran ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 32
LAMPIRAN... 34
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Kerangka Pikir Penelitian ... 14
2. Struktur organisasi ... 20
3. Pertambahan jumlah daun murbei selama 6 minggu……….. 25
4. Pertambahan jumlah daun rata – rata tanaman murbei yang diberikan perlakuan ………. 26
5. Pengcampuran tanah dengan pupuk kandang ………... 37
6. Mengisi Pollybeg ………. 37
7. Pemberian hormon tumbuh ……… 38
8. Menghitung jumlah daun ………... 38
9. Pertumbuhan murbei ……….. 39
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1. Diskripsi Kualifikasi Karyawan Menurut Jenis Kelamin Karyawan pada Persuteraan Alam Bili-bili, Kabupaten Gowa, 2014... 20 2. Deskripsi Kualifikasi Karyawan Menurut Pendidikan
Karyawan Pada Balai Persuteraan Alam Bili-bili, Kabupaten Gowa………... 21 3 Deskripsi kualifikasi karyawan menurut pendidikan karyawan
Pada Balai Persuteraan Alam Bili-bili, Kabupaten Gowa……... 21 4 Perbandingan jumlah daun dari setiap mata tunas Morus
multicaulis dengan tidak menggunakan hormon tumbuh (Growtone) selama 6 minggu....………...………….. 22 5 Perbandingan jumlah daun Morus multicaulis dari setiap
mata tunas melalui perlakuan pemberian hormon tumbuh (Growtone) selama 6 minggu………....….... 23 6 Perbandingan jumlah daun Morus multicaulis dari setiap
mata tunas melalui perlakuan pemberian hormon tumbuh (Growtone) selama 6 minggu... 23 7 Perbandingan jumlah daun Morus multicaulis dari setiap mata
tunas melalui perlakuan pemberian hormon tumbuh (Growtone) selama 6 minggu………... 24 8 Hasil Analisis Uji Tukey PerbedaanPertambahan Tinggi
Tanaman Murbei pada Perlakuan Pemberian Hormon………... 27 9 Hasil Analisis Uji Tukey Perbedaan Pertambahan Tinggi
Tanaman Murbei pada Perlakuan Jumlah Tunas…...…….... 28
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Data Mentah Pertambahan Jumlah Daun Tanaman Murbei
Pada Berbagai Kombinasi Perlakuan Selama 6 Minggu……… 34 2. Hasil Analisa Ragam Pengaruh Kombinasi Perlakuan Dosis
Hormon dan Jumlah Tunas Terhadap Pertambahan Jumlah
Daun Murbei……… 36 3. Dokumentasi Penelitian……….. 37
1 I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai negara berhutan tropis Indonesia memiliki potensi yang besar bagi pengembangan agroindustri persuteraan alam meskipun pada kenyataannya belum secara maksimal dikelola menjadi industri massa yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Pada hal, sebagaimana dikatakan Susatijo (2008), kegiatan persuteraan alam mempunyai peran yang cukup strategis, antara lain karena: 1) dapat melibatkan tenaga kerja, termasuk petani; 2) membuka kesempatan usaha; 3) memberi kesempatan mengembangkan ekonomi kerakyatan; 4) meningkatkan pendapatan petani; 5) meningkatkan devisa; dan 6) membuka peluang dibidang jasa.
Persuteraan alam merupakan rangkaian kegiatan agroindustri yang dimulai dari penanaman murbei, pembibitan dan pemeliharaan ulat sutera (Bombyx mori.L), permintalan benang, penenunan kain, sampai pada pemasaran kain
sutera. Usaha ini termasuk pada usaha industri rumah tangga yang relatif mudah dikerjakan, berteknologi sederhana, bersifat padat karya, cepat menghasilkan dan bernilai ekonomis tinggi.Kegiatan persuteraan alam juga merupakan salah satu upaya rehabilitasi lahan dan konservasi tanah, serta merupakan salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan daya dukung dan produktivitas lahan terutama pada lahan-lahan yang belum optimal dimanfaatkan.
Persuteraan alam adalah unit pelaksana teknis (UPT) Direktorat Jenderal RLPS Departemen Kehutanan yang melaksanakan kegiatan pembinaan persutraan alam yang telah ditetapkan berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan
2 Nomor 664/KPTS-II/2002 tanggal 7 maret 2002 dengan wilayah kerja meliputi Sulawesi dan sekitarnya.
Sulawesi Selatan selama ini dikenal sebagai salah satu sentra persuteraan alam di Indonesia, meskipun dalam lima tahun terakhir ini mengalami penurunan produksi yang cukup signifikan (Antara News, 21/12/2010). Berdasarkan KeputusanMenteri Kehutanan No. 664/Kpts-II/2002 tanggal 7 Maret 2002, terkait wilayah kerja Balai Persuteraan Alammeliputi Sulawesi dan sekitarnya, sentra produksi persuteraan alam di Sulawesi Selatan meliputi Kab. Wajo, Kab.
Soppeng, Kab. Enrekang, Kab. Tana Toraja, Kab. Luwu Timur, Kab. Sidrap, Kab.
Barru, Kab. Gowa dan Kab. Bulukumba.
Masalah persuteraan alam di Sulawesi Selatan haruslah melihat rangkaian mata rantai pada persuteraan alam dari segmen usaha hulu sampai pada segmen usaha hilir.Setiap tahapannya memiliki permasalahan sendiri-sendiri serta kendala teknik. Sumber daya manusia dan teknologinya saling mempengaruhi dan pada masing-masing tahapan mata rantai melibatkan kelompok masyarakat seperti petani, pengrajin, pengusaha.Hasil yang berbeda secara kumulatif muncul pada mutu produksi kokon, benang bahkan sampai pada mutu kain sutera yang menjadi hasil akhir dari rangkaian mata rantai proses produksi persuteraan alam.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas kokon yaitu pertumbuhan tanaman murbei sangat dipengaruhi oleh keadaan tanah dan iklim setempat.
Didaerah sub tropis seperti jepang, tanaman murbei mulai tumbuh dan bertunas pada bulan April, saat temperatur udara mulai menghangat. Selanjutnya Pada bulan Juli dan Agustus saat temperatur udara dalam kedaan panas, pertumbuhan
3 murbei menjadi pesat sekali. Setelah itu mulai pada bulan oktober pertumbuhannya berjalan lambat sesuai dengan penurunan temperatur udara menjelang musim dingin dan berhenti sama sekali pada saat musim dingin.
Oleh karena itu dalam meningkatkan kualitas pakan ulat sutera perlu dilakukan penelitian pertumbuhan stek murbei dengan pemberian zat Growtone.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh zat pengatur tumbuh (Growtone) terhadap pertumbuhan daun stek murbei (Morus multicaulis).
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian (Growtone) terhadap pertumbuhan daun stek murbei (morus multicaulis).
1.4. Adapun Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai informasi dalam proses budidaya murbei dalam peningkatan kualitas pakan ulat sutera
2. Sebagai informasi untuk penelitian selanjutnya.
4 II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Persuteraan Alam
Persuteraan alam adalah unit pelaksana teknis (UPT) Direktorat jenderal RLPS Departemen kehutanan yang melaksanakan kegiatan pembinaan persutraan alam yang telah ditetapkan berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan Nomor 664/KPTS-II/2002 tanggal 7 maret 2002 dengan wilayah kerja meliputi Sulawesi dan sekitarnya, (Departemen Kehutanan, 2009 ).
Usaha dan budidaya persuteraan alam merupakan kegiatan agroindustri terdiri dari kegiatan pertanian murbei, pembibitan ulat sutera, pemeliharaan ulat sutera prosesing kokon, pemintalan dan pertenunan. Kegiatan ini sebetulnya telah lama dikenal dan dikembangkan oleh masyarakat di Indonesia, dan Departemen Kehutanan selaku intansi Pembina terus menerus mendukung dan menfasilitasi kegiatan persuteraan alam bagian hulu baik dalam bentuk proyek, program maupun memberikan bantuan kredit dengan bunga rendah melalui Kredit Usaha Tani Persuteraan Alam (KUPA) yang bersumber dari dana reboisasi.
Usaha tani persuteraan alam terutama produksi kokon dan benang sutera dirasakan cukup menguntungkan petani, karena berifat padat karya, cepat mengasilkan, tidak memerlukan teknologi khusus, dapat diusahakan sebagai kegiatan pokok maupun sambilan dan dapat menjadi sumber pendapatan masyarakat yang menguntungkan sehingga merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan peranan sektor kehutanan dalam mendorong perekonomian masyarakat pedesaan. Meskipun demikian, berdasarkan kenyataan selama ini, upaya pelaku usaha dalam menjangkau akses sumber daya, permodalan, teknologi
5 dan pasar sehingga peningkatannya belum cukup berarti. Dengan adanya peluang dan banyaknya lokasi yang cocok untuk pengembangan persuteraan alam,pemerintah akan mengembangkan kegiatan persuteraanalam pada lokasi – lokasi yang cocok atau sesuai, baik diliat dari segi biofisik, agriklimatologi, ekonomi, sosial, budaya dan kebiasaan masyarakat (Sosial forestry 2002).
2.2. Jenis Tanaman Murbei ( Morus multicaulis )
Secara umum murbei merupakan pohon semak. Tinggi maksimalnya mencapai 15 m dengan diameter tajuk 60 cm, memiliki daun tunggal dan spatula.
Menurut Wyman (1974), murbei dapat tumbuh atau hidup pada berbagai jenis tanah, serta pada ketinggian antara 0-3000 m dpl. Karenanya, dibeberapa tempat di Indonesia banyak ditemukan murbei tumbuh dengan liar. Ulat sutera lebih cocok berkembangbiak di tempat beriklim sejuk, sehingga murbei lebih ideal ditanam pada ketinggian 400-800 m dpl. Daerah yang mempunyai temperatur rata-rata 21-23 0 C sangat cocok untuk murbei. Tanah sebaiknya memiliki pH diatas 6, teksturnya gembur, ketebalan lapisan paling tidak 50 cm. Tanah yang subur akan memberikan dukungan pertumbuhan yang baik. Walaupun begitu, tanah yang kurang subur bisa dibantu dengan dosis pemupukan yang tepat.
Tanaman Murbei memiliki banyak jenis untuk pakan ulat sutera, antara lain jenis murbei alba, murbei cathayana dan murbei multicaulis. Tanaman murbei jenis murbei alba ujung rantingnya yang muda sedikit merah, produksi daunnya cukup tinggi. murbei cathayana ujung rantingnya masih muda dan tangkainya sedikit merah, ukuran daun besar produksi daunnya cukup tinggi.
Sedangkan pada murbei jenis murbei multicaulis ujung ranting muda kehijauan.
Ukuran daun lebar, produksi daun tinggi dan tidak cepat layu (Guntoro, 1994). .
6 Murbei merupakan tanaman yang mempunyai banyak manfaat dan kegunaan. Selain sebagai sumber pakan ulat, tanaman murbei juga memiliki manfaat lain, yaitu sebagai bahan obat-obatan, desinfektan dan antiasmatik.
Manfaat tersebut terdapat dalam berbagai bagian tanaman dari mulai daun, ranting, buah dan kulit.
Daun rasanya pahit, manis, dingin dan masuk kedalam meridian paru dan hati. Khasiatnya sebagai peluruh kentut (karminatif), peluruh keringat (diaforetik), eluruh kencing (diuretik ), mendinginkan darah, pereda demam (antipiretik) dan memperjelas penglihatan. Buah rasanya manis, dingin dan masuk ke dalam meridian jantung, hati dan ginjal. Fungsinya memelihara darah, ginjal, diuretik, peluruh dahak (ekspektoran), hipotensif, penghilang haus, meningkatkan sirkulasi darah dan efek tonik pada jantung. Kulit akar rasanya manis, sejuk dan masuk ke dalam meridian paru. Khasiatnya sebagai antiasmatik, ekspektoran, diuretik dan menghilangkan bengkak (detumescent). Ranting rasanya pahit, netral dan masuk ke dalam meridian hati.. Khasiatnya sebagai karminatif, antipiretik, analgesik, antireumatik dan merangsang pembentukan kolateral.
Warna batang murbei bermacam-macam tergantung spesiesnya yaitu hijau, hijau kecoklatan dan hijau agak kelabu. Tanaman murbei memiliki percabangan banyak yang arahnya tegak, mendatar danmenggantung. Batan, cabang, dan ranting tanaman murbei tumbuh dari ketiak daun dan berbentuk bulat.
Tanaman murbei berdaun tunggal dan terletak pada cabang spiral. Tulang daun sebelah bawah tampak jelas. Bentuk dan ukuran daunbermacam-macam tergantung jenis dan varietasnya, yaitu berbentuk oval, agak bulat, agak berlekuk
7 dan ada yang tidak berlekuk. Tepi daun bergerigidan ujung daun meruncing atau membulat. Permukaan daun ada yang halus mengkilap, ada yang kasab atau agak kasab.
Tanaman murbei memiliki perakaran yang luas dan dalam. Tanaman yang berasal dari stek umumnya tidak memiliki akar tunggang tetapi tampak ada akar yang tumbuh ke bawah mirip dengan akar tunggang. Darihasil penelitian, akar tanaman murbei pada umumnya berkembang sampai pada kedalaman 10-15 cm dari permukaan tanah. Akar tanaman yang sudah berumur tua dapat berkembang sampai kedalaman lebih dari 300 cm.
2.3. Bentuk Tanaman
Tanaman murbei berbentuk semak / perdu, tumbuh baik pada ketinggian lebih dari 100 m di atas permukaan laut dan memerlukan cukup sinar matahari.
Tinggi pohon sekitar 5 m - 6 m dan mempunyai percabangan banyak, tetapi bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai 20 m – 25 m.
2.3.1. Batang
Batang tanaman murbei warnanya bermacam – macam, tergantung spesiesnya, yaitu hijau, hijau kecoklatan, dan hijau agak kelabu. Percabangannya banyak dengan arah dapat tegak, mendatar dan mengantung. Batang, cabang, dan ranting tumbuh dari ketiak daun dan berbentuk bulat.
2.3.2. Daun
Tanaman murbei berdaun tunggal dan terletak pada cabang spiral. Tulang daun sebelah bawah tampak jelas. Bentuk dan ukuran daun bermacam – macam, tergantung jenis dan varietasinya, yaitu bentuk oval, agak bulat, ada yang
8 berlekuk, dan tidak berlekuk. Tepi daun bergerigi dengan ujung daun meruncing atau membulat. Permukaan daun ada halus mengkilat, ada juga yang kasar.
2.3.3. Bunga dan Buah
Bunga murbei berumah satu ( monoeseous ) atau dua ( dioecious ). Bunga jantan dan betina masing – masing tersusun dalam untaian terpisah. Sedangkan buah murbei merupakan buah majemuk yang berwarna hijau pada waktu muda, berwarna kuning kemerahan pada waktu agak tua dan merah sampai ungu kehitaman jika sudah tua.
2.3.4. Akar
Tanaman murbei memiliki perakaran yang luas dan dalam. Tanaman yang berasal dari stek perakarannya mampu tumbuh kebawah mirip dengan akar tunggang hingga mencapai kedalaman 10 cm sampai 15 cm dari permukaan tanah, sedangkan akar tanaman murbei yang berakar tua mampu menembus kedalam lebih dari 300 cm (Tjitrsoepomo, 1985).
2.4. Pembinaan dan Pengembangan Persuteraan Alam
Pembinaan dan pengembangan persuteraaan alam sebagai berikut :
1. Penerapan teknologi dan peralatan yang standar pada pelaksana produksi persuteraan alam, sehingga diperoleh kualitas dan kuantitas yang standar.
2. Pembinaan terhadap pelaku ekonomi budidaya persuteraaan alam yaitu BUMN, BUMD, BUMS, Koprasi dan Kelompok Tani Sutera.
Diharapkan pelaku ekonomi ini akan memperlancar produksi dan pemasaran persuteraan alam, terutama yang berasal dari petani/pengrajin.
9 3. Penyiapan tenaga ahli, tenaga terampil dan tenaga teknis oprasional
maupun tenaga manajemen persutraan alam.
4. Penerapan pola usaha kegiatan persutraan alam yang tepat dan sesuai dengan kehendak masyarakat pada daerah pengembangan persutraan alam.
5. Sasaran investasi bdidaya persutraan akan digali dari PMDN dan PMA dengan memperlihatkankan kepada kekuatan dan aspirasi pengrajin usaha/ industri kecil sutera alam.
6. Pengkajian dan perumusan beberapa peraturan yang dapat mendorong upaya budidaya persutraan alam, terutama yang menyangkut :
a. Pengaturan iklim usaha yang sehat.
b. Pengaturan pembinaan dan pengembangan persutraan alam yang bertitik tolak kepada prioritas perlindungan kepada industri kecil, yang biasanya ditangani oleh para petani/pengrajin dan koprasi.
7. Penelitian dan pengembangan industri persutraan alam baik di bagian hulu maupun hilir, dengan sasaran budidaya tanaman murbei, produk bibit/telur sutera, produksi kokon, pemintalan dan peralatan pertenunan yang perlu disiapkan untuk menunjang pengolahan industri persuteraan alam.
8. Penyuluhan dalam rangka penyebaran informasi, tukar menukar informasi dan peningkatan pengetahuan untuk pengembangan kegiatan persuteraan alam, baik bagian hulu maupun hilirnya (Permenhut 1987).
10 2.5. Sistematika Tanaman Murbei
Berdasarkan sistematika tanaman menurut (Sunanto,1997),sebagai berikut:
Devisio : Spermatophyta Sub devisio : Angiospermae Classis : Dicotyledoneane Ordo : Urticalis
Famillia : Moraceae Genus : Morus
Species : Morus multicaulis.
2.6. Pertumbuhan Tanaman Murbei( Morus multicaulis )
Pertumbuhan tanaman murbei sangat di pengaruhi oleh kaadaan tanah dan iklim setempat. Di daerah sub tropis seperti Jepang, tanaman murbei mulai tumbuh dan bertunas pada bulan April, saat temperatur udara mulai menghangat.
Selanjutnya pada Juli dan Agustus saat temperatur udara dalam keadaan panas, pertumbuhan murbei menjadi pesat sekali. Setelah itu mulai panas bulan Oktober pertumbuhannya berjalan lambat sesuai dengan penurunan temperatur udara menjelang musim dingin dan terhenti sama sekali pada musim dingin.
Di daerah tropis seperti Indonesia, meskipun tanaman murbei tidak mengalami masa istirahat, tetapi perbedaan pertumbuhan pada saat musim hujan dan musim kemarau. Penyebabnya adalah faktor kandungan air tanah. Sebagai gambaran di Bili-Bili tanaman murbei mulai bertunas pada hari ke 7 setelah pemangkasan dan selanjutnya pertumbuhannya berjalan cepat. Dalam waktu 3 bulan tinggi cabang dapat mencapai 2 meter. Perbedaan pertumbuhan yang nyata terlihat antara musim hujan dan musim kemarau. Waktu pertumbuhan yang paling
11 baik bagi tanaman murbei adalah diantara musim hujan dan musim kemarau, saat curah hujan mulai berkurang sedangkan temperatur udara masih cukup tinggi.
(Departemen Kehutanan, 2009) 2.6.1. Hormon Tumbuh (Growtone)
Growtone merupakan zat perangsang tumbuh yang sangat berguna untuk
merangsang pertumbuhan akar. (PT. Antakowisena, 2012).
2.6.2. Tanah
Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagain besar permukaan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula, (Darmawijaya, 1990).
2.6.3. Pupuk Kandang
Pupuk kandang merupakan salah satu sumber bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan daya menahan air, meningkatkan kapasitas tukar kation, memperbaiki kehidupan biologi tanah, dan juga meningkatkan daya sanggah tanah, (Rusmarkam dan Yowono, 2002).
2.7. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman
Zat pengatur tumbuh (ZPT) merupakan senyawa sintetis yang mempunyai aktifitas kerja yang sama seperti halnya hormon tanaman, dimana dengan konsentrasi tertentu dapat mendorong ataupun menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
12 Kelompok zat pengatur tumbuh, peranan dan jenis:
1. Auksin
Bersama Sitokinin mendorong pembelahan sel.Merangsang pertumbuhan akar lateral/samping.Mencegah gugur daun.Merangsang pembungaan pada kelompok tanaman Bromelia. Jenis: IAA, IBA, NAA
2. Sitokinin
Bersama Auksin mendorong pembelahan sel.Merangsang pertumbuhan tunas lateral/samping.Meningkatkan khlorofil daun.Mencegah gugur daun. Jenis:
6-Benzyl Aminopurine (BA), Kinetin, Zeatin 3. Gibberelin
Merangsang pembelahan dan pemanjangan sel (anti kerdil/dwarf).
Merangsang perkecambahan biji. Meningkatkan tandan buah (fruit set) dan hasil.
Kasus pada tanaman anggur, dapat meningkatkan buah tanpa biji. Merangsang pembungaan pada beberapa tanaman hias. Jenis: GA-3Info produk:
Cara penggunaan Auksin, Sitokinin, dan Gibberelin sebagai berikut : 1. Auksin
Grow Quick R(10 ml/10 ml air + fungisida 10 g aduk sampai terbentuk pasta), dioleskan ke stek dan didiamkan 1-2 jam, selanjutnya ditanam ke media.Root Up; Root Plus; Grow Tone(1 sendok teh serbuk Auksin dari botol dilarutkan dengan air sampai membentuk pasta, kemudian dioleskan ke bagian pangkal batang dan diamkan 15 – 30 menit kemudian tanam).
Naphtelene Acetic Acid (NAA) atau Indol Butyric Acid (IBA)(1 g dilarutkan di dalam alkohol 95%, kemudian ditambahkan air sampai 1.000 ml atau
13 1 liter, selanjutnya siap digunakan dengan merendam stek selama 15 menit dan ditanam ke media.
2. Sitokinin
Novelgro Alpha (1 ml/liter) disemprotkan ke daun 1 kali per 2 – 4 minggu.Grow Quick S (2 – 4 ml/liter) disemprotkan ke daun 2 – 3 hari sekali. 6- Benzyl Aminopurine (BA)(1 g dilarutkan dengan HCl 0,1 N 1 – 2 tetes diaduk sampai larut, kemudian ditambahkan dengan air sampai 1.000 ml atau 1 liter air, selanjutnya dapat digunakan dari pemakaian 0,1 – 1 ml/liter). Penggunaan disemprotkan ke bagian mata tunas pada batang setiap hari selama 2 – 3 minggu.
3. Gibberelin
Grow Quick F (2 – 4 ml/liter) perangsangan bunga, disemprotkan 2 kali seminggu sampai muncul tunas bunga, dengan sasaran penyemprotan daun dan tunas-tunas pucuk.Sunerellin (1 g dilarutkan dengan alkohol 95% sampai penuh dan dikocok, kemudian ditambahkan dengan air sampai 2 liter air), disemprotkan ke seluruh bagian tanaman 3 kali per 10 hari untuk perangsangan bunga dan buah tanpa biji (anggur).
14 2.8 Kerangka pikir
Gambar 1. Kerangka pikir pengaruh pemberian Growtone terhadap jenis stek murbei (Morus multicaulis ).
Pada gambar 1. Menjelaskan bahwa Growtone merupakan zat perangsang pertumbuhan akar tanaman, di gunakan pada tanaman murbei, pada tanaman murbei Morus multicaulis. Tanaman tersebut yang di teliti tingkat pertumbuhan tunas.
Hormon tumbuh ( Growtone)
Murbei (Morus multicaulis)
Jumlah Daun
Tingkat Pertumbuhan Tunas Dari Murbei (Morus multicaulis)
15 III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian Akan dilaksanakan mulai bulan Juni 2014 sampai dengan Agustus 2014 Lokasi penelitian yaitu di Balai Persuteraan Alam Bili-Bili Bontomarannu Kabupaten Gowa.
3.2. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian yaitu:
a. Polybag b. Gunting stek c. Skop
d. Ember
e. Timbah plastik f. Meteran g. Penggaris 2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu:
a. Stek tanaman murbei jenis murbei Morus multicaulis
b. Growtone pupuk kandang.
3.3. Prosedur Penelitian
Metode kerja terdiri atas :
1. Stek atau bibit murbei yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis murbei Morus multicaulis.
16 2. Pembuatan stek sebagai bahan tanaman diambil dan dipilih dari batang dan
cabang yang berumur 6 bulan dengan diameter batang antara 1,0 – 1,5 cm, stek di potong-potong dengan menghitung 5 mata tunas, memiliki jumlah mata 2-5 mata tunas dan bagian atas dipotong secara horizontal dan bagian bawah dipotong agak miring, serta bahan tanaman jenis murbei bebas dari hama dan penyakit.
3. Polybag yang digunakan berukuran 15 cm x 20 cm. media tanah yang akan digunakan terlebih dahulu diayak dan di campur dengan pupuk kandang kemudian tanaman stek murbei yang sudah diberi hormon tumbuh dengan dosis yang berbeda.
4. Pemeliharaan stek dilakukan secara rutin untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal dan pemeliharaan meliputi penyiraman yang dilakukan setiaphari pada pagi hari.
3.4. Variabel yang diamati
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah pertumbuhan tunas.
3.5. Analisa Data
Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial dengan rancangan dasar rancangan acak lengkap (RAL), Jumlah faktor yang di teliti adalah 2 faktor yaitu : 1. Faktor A (dosis growtone) terdiri dari 4 taraf yaitu:
A1= 0 gram (kontrol) A2 = 5 gram
A3 = 10 gram A4 = 15 gram
17 2.Faktor B ( jumlah tunas ) terdiri dari 4 taraf yaitu:
B1 = Tunas 2 B2 = Tunas 3 B3 = Tunas 4 B4 = Tunas 5
Masing-masing masing-masing kombinasi perlakuan di ulang sebanyak 3 kali. Model matematis persamaan faktorial adalah:
= µ + + +( ) + Dimana :
=Nilai pengamatan pada faktor A taraf ke- i Dan faktor B taraf ke-j dan ulangan ke- k,( , , ) merupakan komponen editif dari rataan , pengaruh utama faktor A dan pengaruh utama faktor B, ( ) merupakan komponenintraksi dari faktor A dan faktor B sedangkan merupakan pengaruh acak yang menyebar normal (0, ) .
18 IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Sejarah singkat Departemen Kehutanan Direktorat Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Balai Persuteraan Alam
Pada tahun 1970-an Balai Persutraan Alam masih ada dibawah Departemen Pertanian (Dirjen Kehutanan) dengan nama Proyek Pembinaan Persuteraan Alam Provinsi Sulawesi selatan. Proyek ini hasil kerjasama dengan Jepang Internasional Cooperation Agency (JICA).
Tahun 1984 Balai Persuteraan Alam masih bernama pusat teknologi Persuteraan Alam (diresmikan oleh Presiden Suharto) yang melakukan kerjasama dengan Jepang Internasional Cooperation Agency (JICA). Pada tahun yang sama terbit Kepmenhut no 097/ Kpts-II/1984, ia menyebutkan bahwa tupoksi balai melakukan produksi dan penyaluran ulat sutra, memberikan bimbingan teknis persutraan alam serta melakukan perakitan uji coba teknis persutraan alam
Selanjutnya pada tahun 1986 dikeluarkan intruksi Menhut No 02/Menhut- 2/86 Tanggal 3 Januari 1986. Tentang crash program ini memiliki direktoral RRL, Badan Litbang dan Perum Perhutani. Pada tahun 1986 ini juga kemudian diterbitkan Keputusan Menhut No122/KPTS-1/86. Tanggal 8 April 1986 tentang pengaturan danpelaksanaan Cash Program penanganan Persutreaan Alam di Provinsi Sulawesi Selatan.
Tahun 2002 Departemen Kehutanan mengeluarkan Kep Menhut No 664/KPTS-211/2002 tanggal 2 Maret 2002 tentang organisasi dan tata kerja Balai Persuteraan Alam yang berlaku sampai sekarang.
19 4.2 Visi dan Misi
Visi dan misi Balai Persutraan Alam Bili-Bili
Menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara Produsen Terbesar di dunia yang berdaya saing tinggi.
Adapun misi Balai Persutraan Alam adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan koordinasi dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan persutraan alam
b. Mempercepat pengembangan sentra-sentra persutraan alam
c. Menumbuhkembangkan persutraan alam di daerah- daerah potensial d. Memenuhi kebutuhan sutra untuk pasar dalam Negeri dan Export.
4.3 Struktur Organisasi
4.3.1 Struktur Organisasi Balai Persuteraan Alam
Adapun struktur organisasi balai persutraan alam di bili-bili kabupaten gowa berdasarkan keputusan menteri kehutanan No:664/KPTS-11-2002, Tanggal 7 Maret 2002. Dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.
20 Struktur Organisasi
Gambar 2. Struktur organisasi pada Kantor Departemen Kehutanan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan sosial Balai Persuteraan Alam di Bili-bili Kabupaten gowa.
4.4 Penggolongan Karyawan Berdasarkan Status
Penggolongan karyawan berdasarkan statusnya pada Balai Persuteraan Alam terdiri dari karyawan tetap dan tidak tetap. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Deskripsi Kualifikasi Karyawan Menurut Jenis kelamin Karyawan pada Persuteraan Alam Bili-bili, Kabupaten Gowa,2014
NO Jenis Kelamin Jumlah ( Jiwa )
1 Laki-laki 45
2 Perempuan 10
Jumlah 55
Sumber Data: Balai Persuteraan Alam (BPA) Gowa, 2014
Dilihat dari sumberdaya manusianya dapat disimpulkan bahwa di Balai Persuteraan Alam memiliki karyawan sebanyak 55 orang Karena di balai tersebut
Kepala Balai Ir. Antonius Toding
Kepala Bagian Tata Usaha
Seksi Penguji Persutraan Alam
Seksi Peredaran Persuteraan Alam
Seksi Informasi Persuteraan Alam
Kelompok Jabatan Nasional
21 menggabungkan semua karyawan baik dari Malino Soppeng, Wajo, Sidrap,Barru, Enrekang, Tator, dan Polman.
4.5 Penggolongan Karyawan Berdasarkan Pendidikan
Tabel 2. Deskripsi Kualifikasi Karyawan Menurut Pendidikan Karyawan Pada Balai Persuteraan Alam Bili-bili, Kabupaten Gowa.
No Pendidikan Jumlah ( Jiwa )
1 2 3 4 5 6
SD SMP SLTA D/111
S1 S2
15 4 14 1 12 13
Jumlah 53
Sumber Data: Balai Persuteraan Alam (BPA) Gowa, 2014
4.6. Penggolongan karyawan Berdasarkan Golongan / Jabatan
Tabel 3. Deskripsi kualifikasi karyawan menurut pendidikan karyawan Pada Balai Persuteraan Alam Bili-bili, Kabupateng Gowa.
No Unit Kerja Golongan Jumlah
1V 111 11 1
1 Kepala Balai 1 - - - 1
2 Sub Bagian Tata Usaha - 6 11 1 18
3 Seksi Pengujian Persuteraan Alam - 8 9 - 17
4 Seksi Peredaran Persuteraan Alam - 4 - - 4
5 Seksi informasi - 4 - - 4
6 Kelompok Fungsional - 8 - - 8
Jumlah 1 30 20 1 52
7 Honorer - 8 - - 8
Jumlah 1 38 - - 60
Sumber Data: Balai Persuteraan Alam (BPA) Gowa, 2014
22 V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Perbandingan Jumlah Daun
Tabel 4. Perbandingan jumlah daun dari setiap mata tunas murbei Morus multicaulis dengan tidak menggunakan hormon tumbuh (Growtone) selama 6 minggu.
Perlakuan Ulangan Minggu
0 Minggu
1 Minggu
2 Minggu
3 Minggu
4 Minggu
5 Ming
gu 6 Control
tunas 2 A1B1
1 2 2 2 2 2 2 2
A1B1 2 2 2 2 3 5 5 6
A1B1 3 2 2 2 2 2 2 2
Rata-Rata 2 2 2 2 3 3 3
Control tunas 3 A1B2
1 1 3 3 3 3 3 3
A1B2 2 3 3 3 3 3 3 3
A1B2 3 3 3 3 3 3 3 3
Rata-Rata 3 3 3 3 3 3 3
Control tunas 4 A1B3
1 4 4 4 4 4 4 4
A1B3 2 4 4 4 4 4 4 4
A1B3 3 4 4 4 4 4 4 4
Rata-Rata 4 4 4 4 4 4 4
Control tunas 5 A1B4
1 5 6 6 7 8 8 8
A1B4 2 5 5 5 5 5 5 5
A1B4 3 5 5 5 5 5 5 5
Rata-Rata 5 5 5 6 6 6 6
Tabel 4, dilihat dari hasil perkembangan tanaman murbei yang tidak menggunakan hormon tumbuh pada awalnya agak lambat, hal itu diduga karena pada awal penanaman stek tanaman baru beradaptasi dengan tempat yang baru namun setelah berumur 2 minggu sudah mengalami pertumbuhan, namun pertumbuhan yang paling baik pada minggu 4 dan 5.
23 Tabel 5. Perbandingan jumlah daun murbei Morus multicaulis dari setiap mata
tunas melalui perlakuan pemberian hormon tumbuh (Growtone) 5 gram selama 6 minggu.
Perlakuan Ulangan Minggu
0 Minggu
1 Minggu
2 Minggu
3 Minggu
4 Minggu
5 ming
gu 6 Tunas 2
5 gram A2B1
1 2 2 2 2 2 2 2
A2B1 2 2 2 3 4 6 6 6
A2B1 3 2 2 3 4 6 6 6
Rata-Rata 2 2 3 3 5 5 5
Tunas 3 5 gram A2B2
1 3 3 3 3 4 4 4
A2B2 2 3 3 3 4 6 6 6
A2B2 3 3 3 3 3 3 3 3
Rata-Rata 3 3 3 3 4 4 4
Tunas 4 5 gram A2B3
1 4 4 4 5 6 6 6
A2B3 2 4 4 4 4 4 4 4
A2B3 3 4 4 4 4 4 4 4
Rata-Rata 4 4 4 4 5 5 5
Tunas 5 5 gram A2B4
1 5 5 5 6 7 7 7
A2B4 2 5 5 5 6 7 7 7
A2B4 3 5 5 5 6 7 7 7
Rata-Rata 5 4 4 6 7 7 7
Tabel 5, dilihat dari hasil perkembangan tanaman murbei yang tidak mengunakan hormon tumbuh pada awalnya agak lambat, hal ini diduga karena pada awal penanaman stek tanaman baru beradaptasi dengan tempat yang baru namun setelah berumur 2 minggu sudah mengalami pertumbuhan, namun pertumbuhan yang paling baik minggu 4,5 dan 6. Karena dari hasil perhitungan jumlah daun tunas yang paling banyak itu berpengaruh hasil pemberian hormon tumbuh ( Growtone ).
24 Tabel 6.Perbandingan jumlah daun murbei Morus multicaulis dari setiap mata
tunas melalui perlakuan pemberian hormon tumbuh (Growtone) 10 gram selama 6 minggu.
Tunas 2
10 gram A3B1 1 2 2 3 4 6 5 6
A3B1 2 2 2 2 2 4 6 6
A3B1 3 2 2 3 3 5 5 6
Rata-Rata 2 2 3 3 5 5 6
Tunas 3 10 gram A3B2
1 3 3 3 3 3 3 3
A3B2 2 3 3 3 3 3 3 3
A3B2 3 3 3 3 3 3 3 3
Rata-Rata 3 3 3 3 3 3 3
Tunas 4
10 gram A3B3 1 4 4 5 6 7 7 7
A3B3 2 4 4 4 5 6 6 6
A3B3 3 4 4 4 5 6 6 6
Rata-Rata 4 4 4 5 6 6 6
Tunas 5
10 gram A3B4 1 5 5 5 6 7 7 7
A3B4 2 5 5 5 5 5 5 5
A3B4 3 5 5 5 5 5 5 5
Rata-Rata 5 5 5 5 6 6 6
Tabel 6, dilihat dari hasil perkembangan tanaman murbei yang tidak menggunakan hormon tumbuh pada awalnya agak lambat, Hal itu diduga karena pada awal penanaman stek tanaman baru beradaptasi dengan tempat yang baru namun setelah berumur 2 minggu sudah mengalami pertumbuhan, namun pertumbuhan yang paling baik pada minggu 5 dan 6. Karena dari hasil perhitungan jumlah daun tunas lebih banyak.
25 Tabel. 7 Perbandingan jumlah daun murbei morus Multicaulis dari mata tunas
melalui pempemberian hormon tumbuhan (Growtone) 15 gramselama 6 minggu.
Tunas 2 15 gram A4B1
1 2 2 2 4 5 5 5
A4B1 2 2 2 2 3 4 4 4
A4B1 3 2 2 2 4 5 5 5
Rata-Rata 2 2 2 4 5 5 5
Tunas 3 15 gram A4B2
1 3 3 3 3 3 3 3
A4B2 2 3 3 3 3 3 3 3
A4B2 3 3 3 3 3 3 3 3
Rata-Rata 3 3 3 3 3 3 3
Tunas 4 15 gram A4B3
1 4 4 4 4 4 4 4
A4B3 2 4 4 4 4 4 4 4
A4B3 3 4 4 4 4 4 4 4
Rata-Rata 4 4 4 4 4 4 4
Tunas 5 15 gram A4B4
1 5 5 5 5 5 5 5
A4B4 2 5 5 5 5 5 5 5
A4B4 3 5 5 5 5 5 5 5
Rata-Rata 5 5 5 5 5 5 5
Tabel 7, dilihat bahwa hasil perkembangan perbandingan jumlah daun dari ke empat mata tunas yang menggunakan hormon tumbuh (Growtone) pada awalnya agak lambat, hai itu diduga karena pada awal penanaman stek tanaman baru beradaptasi dengan tempat yang baru namun setelah berumur 2 minggu sudah mengalami pertumbuhan, namun pertumbuhan yang paling bagus dari ke empat mata tunas adalah 4 dan 5, karena dari hasil perhitungan jumlah daun tunas 4 dan 5 lebih banyak.
26 5.2. Pertambahan Jumlah Daun Tanaman
Respon pertambahan jumlah daun tanaman murbei di media tanam selama 6 minggu ditunjukkan pada Gambar 3. Berdasarkan Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah daun tanaman murbei cenderung mengalami peningkatan setiap minggu.
Gambar 3. Grafik Pertambahan Jumlah Daun Murbei Selama 6 Minggu.
Hasil pengamatan menunjukkan pertambahanjumlah daun tanaman yang diberi media dan dosis pemupukan bervariasi antara 0-7 helai (Lampiran 1) dengan pertambahanjumlah daun tanaman rata-rata pada masing-masing perlakuan ditunjukkan pada Gambar 3.
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00
0 1 2 3 4 5 6
Rata-Rata Jumlah Daun Murbei (Helai)
Waktu (Minggu)
A1B1 A1B2 A1B3 A1B4 A2B1 A2B2 A2B3 A2B4 A3B1 A3B2 A3B3 A3B4
27 Gambar 4. Pertambahan jumlah daun Rata-Rata Tanaman Murbei yang Diberikan
Perlakuan.
Berdasarkan Gambar 4 menunjukkan bahwa pertambahan jumlah daun rata-rata tanaman cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol.
Hasil análisis ragam (Lampiran 2) menunjukkan bahwa perlakuan hormon tumbuh dan jumlah tunas berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun tanaman sedangkan interaksi perlakuan hormon tumbuh dan jumlah tunas berpengaruh tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian hormon tumbuh dan jumlah daun berpengaruh terhadap pertambahan jumlah daun tanaman dan pengaruh pemberian hormon tidak ditentukan oleh jumlah tunas tanaman. Untuk mengetahui perbedaan di antara perlakuan pemberian hormon tumbuh dan jumlah daun maka dilakukan uji Tukey.
Berdasarkan hasil uji Tukey terhadap perbedaan pertambahan jumlah daun tanaman murbei pada perlakuan dosis hormon menunjukkan bahwa ada perbedaan pertambahan jumlah daun tanaman antara pemberian hormon 0 g (control/A1)
A1 B1 A1
B2 A1 B3 A1
B4 A2 B1 A2
B2 A2 B3 A2
B4 A3 B1 A3
B2 A3 B3 A3
B4 A4 B1 A4
B2 A4 B3 Rata-Rata Pertumbuhan Daun (Helai) 1,33 0,00 0,67 1,00 2,67 1,33 0,67 3,67 3,67 0,00 2,33 0,67 2,67 0,00 0,00
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00
Rata-Rata Pertumbuhan Daun (helai)
28 dengan perlakuan 5 g (A2) tetapi berbeda nyata dengan perlakuan hormone 10 g (A3) dan 15 gram (A4). Hal ini mengindikasikan bahwa pemberian hormon 5 gram akan meningkatkan pertambahan jumlah daun tanaman namun peningkatan hormon sampai 10 g dan 15 g akan menurunkan pertambahan jumlah daun tanaman
Hasil analisis uji Tukey perbedaan pertambahan tinggi tanaman murbei pada perlakuan jumlah tunas menunjukkan bahwa jumlah tunas 2 (B1) menunjukkan perbedaan tidak nyata dengan perlakuan 4 tunas (B3) dan 5 tunas (B4) namun berbeda nyata dengan perlakuan 3 tunas (B2). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah tunas 2 (B1) merupakan jumlah ideal untuk stek murbei dimana akan menghasilkan pertambahan jumlah daun yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan 3 tunas (B2) namun hampir sama dengan perlakuan perlakuan 4 tunas (B3) dan 5 tunas (B4). Secara umum, untuk perlakuan silvikultur stek murbei Sperlakuan dengan 2 tunas (B1) adalah perlakuan optimal karena menghasilkan pertambahan jumlah daun tertinggi dibandingakan perlakuan 4 tunas (B3) dan 5 tunas (B4) maupun 3 tunas (B2).
Tabel 8. Hasil Analisis Uji Tukey PerbedaanPertambahan Tinggi Tanaman murbei Morus multicaulis pada Perlakuan Pemberian Hormon.
Dosis Pupuk NPK Pertambahan Jumlah
daun (helai) Hasil Uji Tukey0.05 1.46
0 g (control/A1) 0.5833 A
15 g (A2) 0.6667 Ab
10 g (A3) 1.6667 Ab
5 g (A4) 2.0833 B
29 Tabel 9. Hasil Analisis Uji Tukey Perbedaan Pertambahan Tinggi Tanaman
Murbei pada Perlakuan Jumlah Tunas.
Dosis Pupuk NPK Pertambahan Jumlah daun (helai)
Hasil Uji Tukey0.05 1.46
3 tunas (B2) 0.3333 A
4 tunas (B3) 0.7500 Ab
5 tunas (B4) 1.3333 Ab
2 tunas (B1) 2.5833 B
5.3. Pembahasan
Keberhasilan penanaman stek ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam tanaman itu sendiri dan faktor luar berupa lingkungan yang mendukungannya seperti suhu, kelembapan, media dan teknik pembuatan stek ( Roechiman dan Harjadi, 1973 ).
Tidak terdapatnya pengaruh jenis media terhadap panjang cabang pada awal penanaman, diduga karena pada awal pertumbuhannya stek lebih dahulu membentuk tunas sebelum daun terbentuk sehingga terbentuknya daun dan cabang lebih disebabkan oleh kandungan zat makanan dan hormon dalam stek.
Menurut Kaosard ( 1980 ), stek yang normal menghasilkan tunas terlebih dahulu kemudian menghasilkan akar. Selanjutnya menurut Mahlstede dan Haber ( 1962 ).
menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuhan stek suatu spesies tanaman adalah karbohidrat dan keseimbangan hormon dalam bahan stek itu sendiri.
Pada minggu pertama dari hasil penelitian jumlah rata – rata daun pada murbei Morus multicaulis dari setiap perlakuan berjumlah 2 daun murbei dan yang belum diberi hormon tumbuh belum mengeluarkan daun itu dikarenakan baru beradaptasi dengan tempat yang baru namun setelah berumur dua minggu
30 sampai minggu selanjutnya mata tunas akan mengalami pertumbuhan sehingga dari perhitungan jumlah daun murbei Morus multicaulis sudah bisa dirata – ratakan, sehingga, dari hasil penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa Ho diterima, artinya bahwa dari perhitungan jumlah daun murbei Morus multicaulis dari setiap mata tunas 2 sampai dengan mata tunas 5 tidak berpengaruh nyata.
Berdasarkan hasil penelitian, murbei Morus multicaulis yang diberi hormon tumbuh terlihat jelas tingkat pertumbuhannya pada minggu pertama sampai minggu ke enam dari keempat mata tunas. Hak ini karena murbei Morus multicaulis yang diberi hormon tumbuh ada bahan pendorong yang merangsang
pertumbuhan akar dan stek tunas. Sehingga dari sini diketahui bahwa dengan pemberian hormon tumbuh dapat merangsang pertumbuhan akar dan stek tunas.
Sehingga dari hasil pemberian hormon tumbuh terhadap murbei Morus multicaulis dapat dinyatakan bahwa tidak berpengaruh nyata dari setiap mata
tunas.
Hasil rata-rata perhitungan jenis murbei Morus multicaulis dapat diketahui bahwa pertumbuhan murbei Morus multicaulis pada minggu pertama jumlah daun sudah mulai tumbuh. Hal ini karena pada awal pertumbuhan murbei Morus multicaulis menunjukkan hasil yang sangat baik. Karena keadaan tanahnya sangat
cocok dengan murbei Morus multicaulis karena batangnya juga relatif kecil.
Menurut Atmosoedardjo et al., ( 2000 ) bahwa stek yang berdiameter kecil waktu bertunasnya cepat sekali, hal ini berhubungan dengan kandungan hormon yang pembentukan akar dan pertumbuhan daun yang tidak seimbang. Bahwa pada dasarnya pertumbuhan stek tanaman murbei ditentukan oleh diameternya semakin
31 besar diameternya semakin baik pertumbuhannya, hal ini berhubungan dengan keseimbangan kandungan hormon pertumbuhan daun.
Jenis murbei Morus multicaulis yang tanpa pemberian hormon tumbuh, terlihat bahwa pertumbuhannya agak lambat hal ini disebabkan karena tidak adanya bahan pendorong untuk merangsang keluarnya daun dan pertunasan pada stek.
Sampai akhir penelitian, dari jenis murbei tersebut murbei Morus multicaulis lebih cepat tingkat pertumbuhannya dikarenakan diberikan hormon
tumbuh sedangkan yang tidak diberi perlakuan pertumbuhannya lambat. Hal ini diduga karena murbei Morus multicaulis lebih cepat mengeluarkan daun yang diberi hormon tumbuh. Dengan terbentuknya daun kemungkinan murbei Morus multicaulis akan cepat pertumbuhannya.
Hasil penelitian ini, diperoleh bahwa dengan adanya pemberian hormon tumbuh terhadap mata tunas murbei Morus multicaulis akan mempercepat pertumbuhan daun serta pertumbuhan daun yang lebih cepat jika dibandingkan dengan pemberian hormon tumbuh.
Penelitian ini juga diperoleh hasil penelitian bahwa pertumbuhan daun juga dapat dipengaruhi diameter batang. Dimana jika makin besar diameter batang, pertumbuhan daun akan memperlambat pertumbuhannya.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa murbei morus multicaulis pertumbuhannya lebih cepat setelah diberikan hormon tumbuh (Growtone) sedangkan yang tidak diberikan perlakuan hormon tumbuh (Gowtone) pertumbuhannya agak lambat.
32 VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dosis hormon berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun stek tanaman murbei
2. Jumlah tunas berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun stek tanaman murbei
3. Pengaruh dosis hormon terhadap pertambahan jumlah daun stek tanaman murbei tidak ditentukan oleh jumlah tunas stek
4. Perlakuan A2B1 (hormon tumbuh 5 g dan 2 tunas), A2B4 (hormon tumbuh 5 g dan 5 tunas) dan A3B1 (hormon tumbuh 10 g dan 2 tunas) merupakan kombinasi media dan dosis pupuk yang optimal untuk meningkatkan pertambahan jumlah daun stek tanaman murbei.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang respon pertumbuhan stek murbei (tinggi, dan diameter) pada berbagai perlakuan pemberian hormon tumbuh dan jenis tanaman murbei.
33 DAFTAR PUSTAKA
Anonom, 1994. PengaruhTempat Tumbuh dan Perlakuan Zat Indole 3- Butry Achid ( IBA ) Terhadap Pertumbuhan Stek Batang Peronema Canescean.
Balai Teknologi Pembenihan Bogor. 24 P
Antako, W. 2012.Growtone. From http://www. Antakowisena.Com/produck/zat – pengatur – tumbuh/Growtone.html, diakses 27 april 2014.
Atmosoedarjo, S, J. Kartasubrata, M. Kaonami, W. Saleh, W. Moekardoko, pramoedibyo dan S. Ranoeprawita. 2000. Sutera Alam Indonesia.
Yayasan Sarana Wanajaya. Jakarta.337 hal
Departemen Kehutanan. 2009, Direktoral Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutani Sosial Balai Persuteraan Alam, Bili – Bili Oktober 2009.
Departemen kehutanan 2002. Persuteraan Alam. Sulawesi-Selatan.
Departemen Kehutanan. 2009, Pedoman Teknik Budidaya Sutera Alam, Departemen Kehutanan Bili – Bili.
Forester, Untad. 2013. Ilmu Tanah dan Pengertian Tanah. Palu.
Guntoro, 1994. Jenis tanaman murbei multicaulis. Jakarta.
Muh. Hatta. 2013. Jual dan Mutu Produksi Tanaman.
Fromhttp://Emhatta.Wordpress.com/, Diakses 26 April 2014.
Permenhut 1987. Pemgembagan Persutraan Alam.Staff. Blog.ui.ac.id/ woryono/
files/2009/26/- Permenhut- Sosial.Pd
Samsijah dan L. Andri. 1992. Petunjuk Teknik Budidaya Murbei ( Morus sp ) Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Konservasi Alam. Bogor. 22 hal.
Septina, S. 2004. Morfologi Polen Pada Beberapa Jenis Murbei. Universitas Diponegoro.
Sosial Forestry 2002. Usaha dan Budidaya Persutraan Alam 10. Blogspot. Com hml 7 Februari 20012.
Sudrajat.1987. Pengaruh Hormon Rooton F Terhadap Pertumbuhan Stek MorusShima. Bull. Pen. Hutan 491: 26 - 23
34 Sunanto H.1997. Budiyah Murbei dan Usaha Persutraan Alam. Yogyakarta :
Yogyakarta Kanisius.
Susatijo, 2008. Kegiatan Persutraan Alam. Jakarta
Tjitrosoepomo, Gembong, 1985. Bentuk-Bentuk Tanaman Murbei. Gajah Mada University Press Jokyakarta
Wyman. 1974. Jenis Tanaman MurbeiMulticaulis.Jakarta