• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Bangbayang, Desa Bangbayang, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2013/2014).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Bangbayang, Desa Bangbayang, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2013/2014)."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA

PADA OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN

MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Bangbayang, Desa Bangbayang, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis

Tahun Pelajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperolah Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh,

NIA KURNIASIH NIM. 1007853

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA

2014

(2)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

NIA KURNIASIH

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN

MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Bangbayang, Desa Bangbayang, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis

Tahun Pelajaran 2013/2014)

Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing:

Pembimbing I

Drs. H. Oyon Haki Pranata, M.Pd NIP. 19560606 198603 1 002

Pembimbing II

Dra. Hj. Ade Rokhayati, M.Pd NIP. 1952010 1198211 2 001

Diketahui

Ketua Program Studi PGSD UPI Kampus Tasikmalaya

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ Meningkatkan

Kemampuan Siswa Pada Operasi Penjumlahan Pecahan Melalui Pendekatan

Kontekstual”

Ini adalah benar-benar karya saya sendiri, dan tidak melakukan penjiplakan atau

pengutipan dengan cara-cara keilmuan yang tidak sama dengan yang berlaku

dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, sya siap menanggung

resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada sya apabila kemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada kontra dari

pihak lain terhadap karya saya ini.

Ciamis, … Juni 2014

Yang Membuat Pernyataan

(4)

i ABSTRAK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA PADA OPERASI PENJUMLAHAN PECAHAN

MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL Oleh: Nia Kurniasih

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan siswa dalam operasi penjumlahan pecahan yang berpengaruh pada nilai hasil belajar matematika. Dari hasil ulangan formatip menunjukan 31 orang siswa kelas VI hanya 58,50% sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), sedangkan target KKM mata pelajaran matematika kelas VI di SDN 2 Bangbayang,adalah 70.

Upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa, salah satu pendekatan yang dianggap dapat meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pecahan adalah pendekatan kontekstual. Dengan menggunakan pendekatan kontekstual, untuk penerapannya, memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme

(constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning),

masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic). Melalui pendekatan Kontekstual diharapkan siswa mampu memahami sepenuhnya pembelajaran yang dilaksanakan khususnya pelajaran matematika di Sekolah Dasar. Siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa meningkat.

Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan secara umum yaitu : Apakah Penggunaan Pendekatan Konstektual Dapat Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Operasi Penjumlahan Pecahan?” Secara rinci masalah penelitian adalah: Bagaimanakah perencanaan, pelaksanaan dan kemampuan menghitung siswa pada operasi penjumlahan pecahan dengan penggunaan pedekatan kontekstual?

Tujuan penelitian adalah untuk mengoptimalkan penerapan pembelajaran Kontekstual dan untuk meningkatkan kemampuan menghitung operasi penjumlahan pecahan, baik yang berpenyebut sama maupun yang berbeda penyebut di kelas IV SDN 2 Bangbayang Tahun Pelajaran 2013/2014.

Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas dengan subjek penelitian adalah 31 orang siswa kelas IV SDN 2 Bangbayang Tahun Pelajaran 2013/2014. Tindakan penelitian dilakukan sebanyak dua siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Perencanaan siklus I dibuat berdasarkan hasil refleksi serta orientasi dan perencanaan, sedangkan pelaksanaan siklus II berdasarkan refleksi siklus I. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan tes. Untuk pengolahan data menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif.

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

dengan Rahmat dan Hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan dan

menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Meningkatkan

Kemampuan Siswa Pada Operasi Penjumlahan Pecahan Melalui Pendekatan Kontekstual.” (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Bangbayang, Desa Bangbayang, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis Tahun

Pelajaran 2013/2014).

Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu

syarat menempuh ujian sidang Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada

Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya tahun 2014.

Mudah-mudahan skripsi ini menjadi motivasi kerja bagi penulis dan rekan

Guru. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya dengan terselesaikannya penulisan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) ini, semoga bermanfaat bagi semua pihak. Amin Yaa Robbal A’lamin.

Ciamis, … Juni 2014

(6)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas segala nikmat

dan karunia-Nya kepada penulis. Karena Dialah yang memberi kekuatan,

kelancaran pikiran dalam menyusun skripsi ini. Dialah yang menggerakan

orang-orang yang menjadi jalan kelancaran skripsi ini.

Dalam proses persiapan, penyusunan, dan penyelesain skripsi ini, penulis

telah banyak menerima bimbingan dan bantuan dari semua pihak. Maka dalam

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Prof. Dr. H. Cece Rakhmat, M.Pd, selaku Direktur PGSD UPI Kampus

Tasikmalaya.

2. Drs. Yusuf Suryana, M.Pd, selaku Sekertaris Direktur PGSD UPI Kampus

Tasikmalaya.

3. Drs. Rustono WS, M.Pd., Ketua Program S1 PGSD UPI Kampus

Tasikmalaya.

4. Drs. H. Oyon Haki Pranata, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingannya dalam penulisan skripsi ini.

5. Dra. Hj. Ade Rokhayati, M.Pd selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingannya dalam penulisan skripsi ini.

6. Staf Pengajar/Dosen S1 PGSD UPI Kampus Tasikmalaya yang telah

memberikan bimbingan dan dorongan serta wawasan kepada penulis.

7. Kepala SD Negeri 2 Bangbayang, Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis

yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian kepada penulis

dalam penyusunan skripsi ini.

8. Rekan-rekan Guru SD Negeri 2 Bangbayang, Kecamatan Cipaku,

Kabupaten Ciamis yang telah memberikan bantuan, dorongan dalam

penyusunan skripsi ini.

9. Kedua orang tuaku, suamiku, anak tercintaku dan semua keluarga besar

(7)

iv

sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dalam menempuh dan

mewujudkan cita-cita.

10. Rekan-rekan seperjuangan kelas matematika dual modes yang telah setia

menjadi teman bagi penulis selama berada di PGSD Kampus Tasikmalaya

tercinta.

11. Semua pihak yang telah banyak berperan selama penyusunan skripsi yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang penulis terima selama

penyusunan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya,

Amin.

Ciamis, Juni 2014

(8)

v

1. Identifikasi Masalah ...

2. Rumusan Masalah ...

C. Tujuan Penelitian ...

D. Manfaat Hasil Penelitian ...

E. Susunan Organisasi Skripsi ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Hakikat Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar ...

1. Pengertian Pembelajaran Matematika di SD ...

2. Fungsi Pembelajaran Matematika ...

3. Tujuan Pembelajaran Matematika ...

B. Hakikat Pendekatan Kontekstual ...

1. Pengertian Pendekatan Kontekstual ...

(9)

vi

3. Ciri-ciri Pendekatan Kontekstual ...

4. Langkah-langkah Pendekatan Kontekstual ...

5. Peran Guru dalam Pendekatan Kontekstual ...

6. Pendekatan Kontekstual dalam Pelajaran Matematika ...

C. Kajian Tentang Operasi Penjumlahan Pecahan ...

1. Pengertian Pecahan ...

2. Pengertian Bilangan Pecahan ...

3. Macam – macam Pecahan ...

4. Materi Penjumlahan Bilangan pecahan ...

D. Kerangka Berfikir ...

E. Anggapan Dasar ...

F. Penelitian yang Relevan ...

G. Hipotesis ...

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ...

B. Subjek Penelitian ...

C. Variabel Penelitian ...

1. Variabel Input ...

2. Variabel Proses...

3. Variabel Output ...

D. Definisi Operasional ...

1. Pembelajaran Matematika di SD ...

2. Pembelajaran Kontekstual ...

3. Pengertian Bilangan Pecahan ...

4. Materi Penjumlahan Pecahan ...

E. Instrumen Penelitian ...

1. Instrumen Pembelajaran ...

2. Instrumen Pengumpulan Data ...

F. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ...

1. Teknik Pengumpulan Data ...

(10)

vii

G. Prosedur Penelitian...

1. Pembelajaran Siklus 1 ...

2. Pembelajaran Siklus 2 ...

H. Teknik Analisi Data ...

I. Kriteria Keberhasilan ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Orientasi, Obsevasi, dan Identifikasi Masalah ...

1. Keadaan Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Bangbayang ...

2. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika di Kelas IV ...

B. Hasil Tindakan dan Proses Pembelajaran ...

1. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ...

2. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...

1. Pembahasan Siklus I ...

a. Perencanaan Pembelajaran Siklus I ...

b. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ...

c. Hasil Belajar Siswa pada Operasi Penjumlahan Pecahan

Siklus I ...

2. Pembahasan Siklus II ...

a. Perencanaan Pembelajaran Siklus II ...

b. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ...

c. Hasil Belajar Siswa pada Operasi Penjumlahan Pecahan

Siklus II ...

3. Pembahasan Perbandingan Peningkatan Siklus I&Siklus II ...

(11)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Nilai Pretes Hasil Belajar Siswa...

Tabel 4.2 Analisis Nilai Hasil Belajar Pada Siklus I ...

Tabel 4.3 Refleksi Pembelajaran Siklus I ………...

Tabel 4.4 Analisis Nilai Hasil Belajar Pada Siklus II ...

Tabel 4.5 Peningkatan Nilai Hasil Belajar Siswa ... 46

49

51

55

(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Lambang Pecahan ...

Gambar 2.2 Materi Penjumlahan Pecahan ...

Gambar 2.3 Penjumlahan Pecahan ...

Gambar 2.4 Penjumlahan Pecahan Sama Penyebut ...

Gambar 2.5 Hasil Penjumlahan Pecahan Sama Penyebut ...

Gambar 2.6 Penjumlahan Pecahan Beda Penyebut...

Gambar 2.7 Pecahan Yang Hasil Penyebutnya Sudah Sama ...

Gambar 2.8 Hasil Pecahan Beda Penyebut ...

Gambar 2.9 Alur Kerangka Berfikir ...

Gambar 3.1 Alur PTK Desain Kemmis dan Tagart ... 19

20

21

22

22

22

23

23

24

29

(13)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Surat Keputusan Dari Lembaga ...

Lampiran 2 : Surat Permohonan Ijin Penelitian ...

Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian ...

Lampiran 4 : Surat Keterangan Kepala Sekolah SDN 2 Bangbayang ...

Lampiran 5 : Rencana Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ...

Lampiran 6 : Instrumen Observasi 1,2,3 Siklus I dan Siklus II ...

Lampiran 7 : Nilai Hasil Pretes, Siklus I, Siklus II ...

Lampiran 8 : Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran...

Lampiran 9 : Data Guru, Siswa dan Denah Sekolah ... 69

70

71

72

73

88

104

107

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting untuk kemajuan

bangsa dan negara, dengan majunya pendidikan suatu negara dapat dijadikan

tolok ukur bahwa negara tersebut memiliki kemajuan teknologi sehingga

dapat memunculkan tenaga-tenaga kreatif dan produktif yang dibutuhkan,

sedangkan untuk pembelajaran akan diwujudkan melalui proses pendidikan.

Menurut Arikunto, (2003:132-133).

Guru sebagai orang yang bertanggung jawab dalam merumuskan tujuan instruksional yaitu tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku (behavior) yang dapat diamati dan diukur.

Guru dalam proses pembelajaran sedapat mungkin menciptakan

keadaan yang dapat menjadikan siswa sebagai subjek belajar berkembang

kearah positif. Penciptaan keadaan ini dapat menunjang terselenggaranya

proses pembelajaran yang efektif.

Matematika adalah salah satu dari kelompok mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan dan teknologi (BSNP, 2008: 42). Mata pelajaran ini mempunyai

peran penting dalam kehidupan sehari-hari terutama menghadapi kemajuan di

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dari itu mata pelajaran

matematika dipelajari diberbagai jenjang pendidikan yaitu mulai dari SD,

SMP, SMA bahkan Perguruan Tinggi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan,

dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah

bilangan.

Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) merupakan salah satu

mata pelajaran yang mendasar karena akan terus berkesinambungan ke

jenjang yang lebih tinggi. Belajar matematika amatlah erat dengan

(15)

2

yang telah mengakibatkan orang beranggapan jika pelajaran matematika itu

sulit bagi siswa. Untuk menghapus kesan tersebut, tugas bagi guru adalah

harus dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat sehingga proses

pembelajaran dapat berhasil sesuai yang diharapkan. Strategi pembelajaran

yang dimaksud meliputi pemilihan metode, teknik penggunaannya,

langkah-langkah pembelajaran yang disusun, serta media atau alat peraga

pembelajaran yang akan digunakan.

Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, yang terjadi di SD Negeri

2 Bangbayang, siswa menganggap mata pelajaran matematika sebagai

pelajaran yang sulit dan ditakuti sehingga sebagian besar siswa kurang

tertarik pada mata pelajaran ini. Hal ini yang menyebabkan nilai yang dicapai

siwa rata-rata kurang. Ini terbukti dengan penetapan KKM

yang telah ditentukan yaitu 70.

Hal itu antara lain terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah

cara pembelajaran yang dilakukan sekarang ini didasarkan pada anggapan

bahwa pengetahuan itu bisa ditransfer dari pikiran seseorang ke pikiran orang

lain. Selama pembelajaran berlangsung metode yang digunakan oleh guru

adalah metode konvensional dan siswa tidak pernah mengajukan protes atau

bertanya. Diskusi kelas jarang dilaksanakan secara interaktif dan alat peraga

jarang digunakan. Padahal alat peraga dapat membantu siswa memahami

materi matematika umumnya bersifat abstrak. Sehingga diperlukan suatu

pemahaman terhadap pembelajaran dalam pendidikan matematika dimana

siswa ikut aktif dalam pembelajaran.

Berkaitan dengan masalah-masalah di atas pada pembelajaran yang

terjadi di SD Negeri 2 Bangbayang, tempat melakukan observasi awal

ditemukan beberapa permasalahan antara lain :

1. Masih dominannya guru dalam pembelajaran,

2. Siswa jarang atau hanya sebagian kecil yang mengajukan pertanyaan,

3. Guru masih kurang menerapkan model pembelajaran sehingga siswa

kurang termotivasi untuk belajar,

(16)

3

Masalah lain ialah siswa tidak mampu mengerjakan soal yang berbeda

dari contoh yang diberikan guru terutama pada soal operasi penjumlahan

pecahan, baik yang sama penyebut maupun yang berbeda penyebut. Hal ini

menyebabkan skor siswa rendah pada materi operasi penjumlahan pecahan

baik yang sama penyebut maupun yang berbeda penyebut dari Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) dengan rata-rata skor 58,50.

Dari gambaran di atas menunjukkan bahwa pembelajaran matematika

perlu diperbaiki guna meningkatkan hasil belajar khususnya meningkatkan

kemampuan siswa pada operasi penjumlahan pecahan. Mengingat pentingnya

matematika dalam menghitung dari sulitnya permasalahan dalam matematika.

Idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan proses pembelajaran yang

dilakukan guru dengan menawarkan suatu pendekatan pembelajaran yang

dapat lebih membuat siswa aktif dan terampil dalam pembelajaran pada

khususnya dan meningkatkan prestasi pada umumnya. Salah satu cara

menerapkan pendekatan pembelajaran yang mengembangkan potensi secara

maksimal. Selain itu mendorong siswa membuat hubungan antara

pengetahuan yang dimiliki dan penerapannya dalam kehidupan mereka

sendiri-sendiri.

Sehubungan dengan hal itu maka diperlukan upaya-upaya yang efektif

dan efisien baik dari guru maupun dari orang tua untuk mengubah pandangan

bahwa matematika sulit menjadi pelajaran yang menarik dan menyenangkan

bagi siswa. Pemilihan pendekatan mengajar pada pembelajaran matematika

adalah penting dengan salah satu pendekatan yang digunakan untuk

meningkatkan keterampilan menghitung adalah pendekatan Kontekstual

(Contextual Teaching and Learning).

Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL)

merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi

yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa

membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga masyarakat.

(17)

4

Hal ini senada dengan Mulyasa (2006:188) “Siswa memiliki rasa ingin

tahu dan memiliki potensi untuk memenuhi rasa ingin tahunya.” Oleh karena

itu tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan belajar

yang menyenangkan agar dapat membangkitkan rasa ingin tahu semua siswa

sehingga tumbuh minat atau siswa termotivasi untuk belajar.

Dengan demikian terkait dengan operasi penjumlahan pecahan

dirasakan tepat menggunakan pendekatan Kontekstual. Karena pendekatan

Kontekstual memiliki tujuh prinsip pembelajaran, seperti dijelaskan oleh

Nurhadi, (2004 : 31-51) adalah sebagi berikut :

Untuk penerapannya, pendekatan Kontekstual Contextual Teaching and

Learning (CTL) memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning),

masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian yang sebenarnya (Authentic).

Berdasarkan uraian di atas peneliti sangat tertarik untuk melakukan

Penelitian Tindakan Kelas. Judul Penelitian Tindakan Kelas yang digunakan

adalah “Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Operasi Penjumlahan

Pecahan Melalui Pendekatan Kontekstual ” (Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Bangbayang, Desa Bangbayang,

Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2013/2014).

B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Deskripsi keadaan proses pembelajaran yang seperti di atas, maka

peneliti meminta bantuan dari teman sejawat untuk membantu

mengidentifikasi kekurangan dan penyebab terjadinya permasalah yang

peneliti hadapi, dari hasil diskusi dengan teman sejawat diperoleh hal-hal

sebagai berikut :

a. Rendahnya prestasi belajar matematika,

b. Kurangnya sosialisasi tentang pembelajaran matematika dengan

(18)

5

c. Terbatasnya tingkat keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar

matematika.

Agar penelitian ini lebih efektif, efisien dan terarah dan dapat dikaji.

Maka dalam penelitian ini difokuskan pada penerapan pendekatan

Kontekstual untuk meningkatkan kemampuan siswa pada operasi

penjumlahan bilangan pecahan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan sebagai berikut: “Apakah Penerapan Pendekatan Kontekstual

Dapat Meningkatkan Kemampuan Siswa Pada Operasi Penjumlahan

Pecahan?”

Agar dalam proses pembelajaran menjadi lebih terarah maka

rumusan masalah dapat diperinci sebagai berikut :

1) Bagaimana perencanaan pembelajaran matematika untuk meningkatkan

kemampuan siswa pada operasi penjumlahan pecahan melalui

pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Bangbayang?

2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika untuk meningkatkan

kemampuan siswa pada operasi penjumlahan pecahan melalui

pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Bangbayang?

3) Bagaimana peningkatan kemampuan siswa pada operasi penjumlahan

pecahan melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri

2 Bangbayang?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah Untuk meningkatkan

kemampuan siswa pada operasi penjumlahan bilangan pecahan dengan

penerapan pendekatan Kontekstual dalam pembelajaran matematika, pada

(19)

6

Secarakhusustujuanpenelitianadalahsebagaiberikut:

1. Mengetahui perencanaan pembelajaran matematika untuk meningkatkan

kemampuan siswa pada operasi penjumlahan pecahan melalui pendekatan

kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Bangbayang,

2. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran matematika untuk

meningkatkan kemampuan siswa pada operasi penjumlahan pecahan

melalui pendekatan kontekstual pada siswa kelas IV SD Negeri 2

Bangbayang,

3. Mengukur peningkatan kemampuan siswa pada operasi penjumlahan

pecahan melalui pendekatan kontekstual.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat guna meningkatkan

kualitas pembelajaran matematika khususnya di Sekolah Dasar (SD). Penulis

berharap penelitian ini bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Secara teoretis

a. Memberikan masukan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

matematika khsusunya pada operasi penjumlahan bilangan pecahan.

b. Memberikan kontribusi pada strategi pembelajaran berupa perubahan

dari paradigma mengajar menuju kepribadian belajar yang

mementingkan proses untuk mencapai hasil.

2. Secara praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan menjadi strategi yang tepat,

berguna dan bermanfaat bagi pendidik. Konsep pembelajaran ini dapat

dijadikan sebagai pedoman dalam mengajar yang benar, yang diharapkan

mampu membentuk generasi bangsa (siswa) yang berkualitas, mempunyai

karakter yang baik untuk membangun Keluarga, Bangsa, Agama dan

(20)

7

Adapun sasaran manfaat penelitian ini antara lain :

1. Bagi siswa

a. Meningkatkan kemampuan siswa pada operasi penjumlahan pecahan

dalam pelajaran matematika selanjutnya,

b. Meningkatkan pemahaman konsep pada materi operasi penjumlahan

pecahan.

2. Bagi Peneliti

a. Memperoleh wawasan mengenai penerapan pendekatan Kontekstual

untuk meningkatkan kemampuan siswa pada operasi penjumlahan

pecahan,

b. Hasil penelitian menjadi bekal yang sangat berharga sebagai pengajar di

lingkungan Sekolah Dasar.

3. Bagi guru,

a. Memberikan solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam

pembelajaran matematika,

b. Meningkatnya pengetahuan guru dalam pembelajaran matematika

khususnya dalam operasi penjumlahan pecahan dengan pendekatan

kontekstual, sehingga tercipta suatu proses pembelajaran yang kondusif

dan menyenangkan untuk membantu perkembangan siswa yang

optimal.

4. Bagi sekolah

Meningkatnya kualitas pembelajaran untuk menjadi pendorong agar selalu

mengadakan pembaharuan proses pembelajaran ke arah yang lebih baik.

5. Bagi Lembaga Pendidikan

Sebagai masukan berharga dan bahan kajian pendidikan akademis untuk

meningkatkan kualitas penyelengaraan kurikulum di lembaga Pendidikan

Tingggi yang menangani kependidikan (LPTK) khususnya PGSD UPI

(21)

8

E. Struktur Organisasi Skripsi

1. Bab I, Berupa pendahuluan yang berisikan mengenai: (1) Latar belakang penelitian dan temuan masalah di lapangan, serta studi literatur mengenai

masalah dan temuan penelitian sebelumnya untuk menentukan solusi dari

masalah; (2) Identifikasi, penjabaran dan perumusan masalah yang akan

dibahas dalam penelitian; (3) Tujuan penelitian mengenai apa yang ingin

dicapai dari hasil penelitian; (4) Manfaat penelitian mengenai manfaat

yang diharapkan dari hasil penelitian; (5) Struktur organisasi skripsi

berupa penjelasan singkat mengenai isi skripsi.

2. Bab II, Berupa tinjauan pustaka yang berisikan mengenai: (1) Kajian teori mengenai hakikat pembelajaran matematika di SD, Hakikat pendekatan

kontekstual, kajian operasi penjumlahan pecahan; (2) Kerangka pemikiran

berupa alur berfikir dan dasar pemikiran yang digunakan dalam

merumuskan hipotesis, berisikan mengenai hakikat pembelajaran

matematika di SD, hubungan pendekatan kontekstual dengan kemampuan

operasi penjumlahan pecahan dan penelitian terdahulu yang relevan; (3)

Hipotesis penelitian berupa jawaban sementara terhadap rumusan masalah

yang akan diteliti.

3. Bab III, Berupa penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan yang mencakup: (1) Desain penelitian yang digunakan,; (2) Subjek

penelitian; (3) Variabel penelitian, (4) Definisi operasional berupa

pengertian-pengertian beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian

untuk menyamakan persepsi antara penulis dengan pembaca, (5)

Instrumen penelitian berupa instrumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data; (6) Teknik pengolahan data; (7) Prosedur penelitian

berupa langkah yang ditempuh dalam melaksanakan penelitian; (8)

Analisis data berupa langkah-langkah dalam menarik kesimpulan

berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, (9) Kriteria

(22)

9

4. Bab IV, Berupa hasil penelitian dan pembahasan yang berisikan mengenai: (1) Hasil penelitian berupa data-data yang diperoleh dari

penelitian dan kemudian dianalisis; (2) Pembahasan berupa pemaparan

langkah dan hasil dari analisis data yang kemudian dibahas untuk

menentukan jawaban dari perumusan masalah sebelumnya.

5. Bab V, Simpulan dan saran berupa penjelasan mengenai hasil dari penarikan kesimpulan berdasarkan analisis data yang didapatkan berupa

penjelasan jawaban yang didapat dari hasil penelitian dan saran yang

(23)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Menurut Arikunto,(2002:45) “Desain penelitian adalah rencana atau

rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan

dilaksanakan.”

Desain penelitian ini adalah menggunakan jenis Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) model Kemmis dan Mc Taggart. Pertimbangan yang mendasari

penelitian metode ini, karena langkah-langkah penelitian cukup sederhana,

sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan oleh peneliti. Dengan kata lain,

model dan teknik PTK tidak bersifat kaku, sehingga sesuai dengan

kemampuan peneliti dan alokasi yang tersedia.

Menurut IGAK Wardhani, (2007 : 14):

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Begitu pula dengan Kasbuloh (1998/1999:15) mengatakan tentang

Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut : “Penelitian Tindakan Kelas

adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam

kawasan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki dan atau meningkatkan

kualitas pembelajaran”.

Menurut (Depdikbud, 1999 : 9-10) Salah satu tujuan dari PTK adalah :

(24)

28

Selanjutnya salah satu prinsip PTK, seperti dijelaskan oleh Kasbuloh

E.S (1998/1999:27) bahwa “guru melakukan PTK untuk memperbaiki belajar

mengajar. Jadi bukan untuk mengganggu kelancaran pembelajaran di kelas.”

Dengan mempertimbangkan pengertian, karakteristik, prinsip dan

tujuan dari PTK yang dijelaskan para ahli, dihubungkan dengan tujuan dari

penelitian ini, maka PTK dipandang sejalan dengan hal tersebut. Sedangkan

bentuk PTK yang dilaksanakan adalah PTK kolaboratif, yang menghadirkan

suatu kerjasama yang baik dengan pihak-pihak lain seperti Kepala Sekolah,

sesama guru dan sebagainya. Kesemuanya diharapkan dapat dijadikan sumber

data, karena Penelitian Tindakan Kelas merupakan bagian dari situasi dan

kondisi dari suatu latar yang ditelitinya.

Menurut Kasbolah, (1998 : 123) bahwa :

Guru tidak hanya sebagai pengamat, tetapi juga terlibat langsung dalam proses situasi dan kondisi. Bentuk kerjasama atau kolaborasi diantara para anggota, situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses penelitian itu dapat berlangsung dengan baik.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan, Penelitian Tindakan Kelas

adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas

dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya dan meningkatkan hasil belajar

siswa.

Berdasarkan pernyataan di atas, metode penelitian yang sesuai dengan

kondisi dan situasi pembelajaran adalah metode tindakan kelas. Penelitian

Tindakan Kelas merupakan salah satu penelitian yang menekankan pada

pelaksanaan pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif sedangkan

jenis penelitian termasuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model PTK yang

akan digunakan adalah model Kemmis & Taggart, dengan mengacu pada

pertimbangan berikut :

1. PTK meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan

pembelajaran di sekolah. PTK menumbuhkembangkan budaya akademik

(25)

29

2. PTK membantu guru dan tenaga kependidikan dalam mengatasi masalah

pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas. PTK

meningkatkan sikap professional pendidik dan tenaga kependidikan.

Berdasarkan pernyataan di atas, Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari

beberapa siklus. Dalam satu siklus meliputi tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Dalam desain Kemmis &

Taggart terdapat beberapa siklus, sehingga dalam satu materi pelajaran tidak

selesai dalam satu kali tindakan.

Begitu pun penelitian yang akan penulis lakukan. Jika dalam satu siklus

tidak berhasil atau tidak terselesaikan maka penulis akan melanjutkan ke

siklus berikutnya. Jadi siklus penelitian yang akan penulis laksanakan

bergantung pada perolehan hasil belajar siswa. Siklus penelitian ini akan

penulis terapkan dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan

Kontekstual. Secara lebih konkret, berikut ini langkah-langkah penelitian

tindakan desain model Kemmis & Taggart. (Kasbolah,1998:124) :

(26)

30

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang diambil adalah guru dan siswa kelas IV semester

2 tahun pelajaran 2013/2014, SD Negeri 2 Bangbayang, Desa Bangbayang,

Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis Dengan jumlah siswa 31 orang yang

terdiri dari 17 orang siswa perempuan dan 14 orang siswa laki-laki.

C. Variabel Penelitian

Arikunto, (2006:118) mengemukakan “Variabel penelitian adalah objek

penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.” Selanjutnya

Tim pelatih PGSM, (1955: 65), mengemukakan bahwa “Variabel penelitian

dalam PTK terdiri dari variabel input, variabel proses dan variabel output.”

Variabel-variabel tersebut dirumuskan dalam definisi operasional sebagai

berikut :

Berdasarkan pernyataan di atas, ada tiga variabel yang terdapat dalam

penelitian ini, yaitu :

1. Variabel Input

Kemampuan awal guru dan siswa dengan pendekatan pembelajaran

kontekstual sebagai strategi belajar siswa sebelum dilakukan Penelitian

Tindakan Kelas.

2. Variabel Proses

Kinerja guru dalam mengelola pembelajaran matematika mulai dari

perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, serta evaluasi

pembelajaran dengan penerapan pembelajaran kontekstual sebagai strategi

belajar siswa pada pembelajaran matematika tentang materi operasi

penjumlahan pecahan, termasuk di dalamnya upaya-upaya bimbingan guru

dalam meningkatkan keterampilan menghitung siswa.

3. Variabel Output

Kemampuan guru menerapkan pembelajaran kontekstual sebagai strategi

pembelajaran siswa setelah Penelitian Tindakan Kelas dan keterampilan

menghitung sebagai hasil balajar siswa setelah Penelitian Tindakan Kelas,

(27)

31

mengelola proses pembelajaran matematika pada materi operasi

penjumlahan pecahan dengan penerapan pembelajaran kontekstual serta

peningkatan kemampuan siswa pada operasi penjumlahan pecahan.

D. Definisi Operasional

1. Pembelajaran Matematika di SD

Pembelajaran matematika adalah pemberian bantuan kepada siswa

untuk membangun konsep-konsep dan prinsip-prinsip matematika dengan

kemampuan sendiri melalui proses internalisasi (arahan terbimbing)

sehingga konsep atau prinsip itu terbangun. Pendapat tersebut menandakan

bahwa guru dituntut untuk dapat mengaktifkan siswanya selama

pembelajaran berlangsung. Proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada

guru melainkan pada siswa. Guru bukan mentransfer pengetahuan pada

siswa tetapi membantu agar siswa membentuk sendiri pengetahuannya.

2. Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual adalah pengajaran yang memungkinkan

siswa memperkuat, memperluas dan menerapkan pengetahuan dan

keterampilan akademisnya dalam berbagai latar sekolah dan di luar

sekolah untuk memecahkan seluruh persoalan yang ada dalam dunia nyata.

3. Pengertian Bilangan Pecahan

Bilangan pecahan terdiri atas dua bagian yaitu bilangan sebagai

pembilang sebagai penyebut, pembilang adalah bilangan yang berada di

bagian atas suatu pecahan, yang menunjukkan berapa besar bagian yang

digunakan. Penyebut adalah bilangan yang berada di bagian bawah suatu

pecahan.

4. Materi Penjumlahan Pecahan

Penjumlahan pecahan dapat dilakukan pada pecahan yang

mempunyai penyebut sama dan pecahan yang mempunyai penyebut tidak

sama. Penjumlahan pecahan dengan penyebut sama dapat dilakukan

dengan menjumlahkan bilangan pada pembilang, namun penyebutnya

(28)

32

Contoh : + = ….

Cara penyelesaian : =

Sedangkan pejumlahan yang berpenyebut tidak sama, supaya dapat

memperoleh hasil maka penyebutnya harus disamakan terlebih dahulu

dengan cara mencari pecahan yang senilai.

Contoh soal :

+ = …..

Cara penyelesaian :

Samakan dahulu penyebutnya dengan mencari pecahan yang lain yang senilai denganpecahan 1 dan 1, yaitu :

2 3 1 = 2 = 3 = 4 2 4 6 8 1 = 2 = 3 = 4 3 6 9 12

Setelah mengetahui pecahan yang senilai dengan 1 dan 1, yaitu 2 3

3 dan 2 = = 6 6

Jadi dapat diambil jawaban bahwa hasil penjumlahan pecahan

1 + 1 adalah 5. 2 3 6

Menurut Soerojo (2000: 51) cara menanamkan konsep pecahan

menggunakan beberapa alat peraga, misalnya dengan benda-benda atau

makanan yang kita potong-potong menjadi beberapa bagian.

E. Instrumen Penelitian

Arikunto, ( 2002:136), mengatakan bahwa:

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Instrumen penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini harus

(29)

33

metode tindakan kelas, maka instrumen penelitian ini terdiri dari intrumen

pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.

1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP merupakan pedoman dan langkah-langkah yang akan

dilaksanakan dalam setiap kali pertemuan di kelas. RPP merupakan

persiapan mengajar yang di dalamnya mengandung program yang

terperinci sehingga tujuan yang diinginkan untuk menentukan

keberhasilan kegiatan pembelajaran sudah terumuskan dengan jelas.

Penyususnan RPP disesuaikan dengan pendekatan kontekstual dan

indikatornya disesuaikan dengan kemampuan siswa.

b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar kerja siswa digunakan selama pembelajaran berlangsung

dengan menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk

membentuk pemahaman siswa terhadap materi. Lembar kerja siswa

memberi pengalaman pembelajaran berupa langkah-langkah dalam

melakukan percobaan yang menarik untuk diikuti siswa.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini digunakan dua buah

instrumen penelitian yaitu:

a. Tes Hasil Belajar

Tes untuk mengukur hasil belajar kognitif ini terdiri dari 10 soal

berbentuk uraian terbatas. Tes uraian terbatas berupa butir soal yang

berjumlah 10 item digunakan pada pretest dan posttest untuk

mengetahui pemahaman konsep dan kemampuan penerapan konsep

siswa.

b. Lembar Observasi

Observasi ialah metode atau cara-cara menganalisis dan

mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku

dengan mengamati individu atau kelompok secara langsung (Purwanto,

(30)

34

Lembar observasi disusun dalam bentuk daftar cocok dengan

kriteria penilaian rentang 1 – 4, digunakan untuk mengobservasi

kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Hal ini dilakukan untuk

mengukur apakah proses pembelajaran yang berlangsung sesuai dengan

tahapan-tahapan pada pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

Kontekstual. Lembar Observasi ini terdiri dari 3 penilaian, yaitu APKG

I untuk perencanaan pembelajaran, APKG II untuk pelaksanaan

pembelajaran, APKG III untuk aktifitas kegiatan belajar mengajar

siswa.

F. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

meliputi kegiatan pencatatan hal- hal yang ditemui observer atau peneliti

selama proses pembelajaran, adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Penilaian yang dilakukan observer selama kegiatan pelaksaan

pembelajaran yang menerapkan pendekatan Kontekstual. Hasil

penilaian tersebut dijadikan data kualitatif yang hasilnya akan

dideskripsikan berupa kata- kata atau kalimat.

b. Tes

Penilain terhadap hasil pembelajaran yang menerapkan

pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai data kuantitatif dimana

dari tes tersebut dapat diperoleh rata-rata nilai siswa pada materi operasi

penjumlahan pecahan di kelas IV SD Negeri 2 Bangbayang.

2. Teknik Pengolahan Data

a. Pengolahan data kuantitatif (tes formatif)

Tes formatif dilakukan setiap siklus untuk mengetahui rata-rata hasil

belajar dengan cara menjumlahkan semua nilai anak kemudian

membaginya dengan jumlah siswa yang ada. Rumus yang digunakan

(31)

35

Nilai Rata-rata =

b. Pegolahan data kualitatif (observasi lapangan)

Data hasil observasi diolah secara deskriptif yang dijabarkan melalui

kata-kata atau kalimat berupa paparan dan penjelasan mengenai kondisi

pembelajaran di kelas yang dilakukan guru dan siswa.

G. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ialah langkah-langkah yang dilaksanakan dalam

penelitian secara rinci, konkret dan operasional. Sejalan dengan model yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart, Penelitian Tindakan Kelas terdiri

dari empat komponen pokok yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan

refleksi. Empat komponen ini menunjukkan langkah-langkah yang akan

ditempuh oleh peneliti dalam setiap siklus. Peneliti merancang penelitian ini

dalam dua siklus. Siklus pertama, peneliti akan melaksanakan penelitian pada

materi penjumlahan pecahan sama penyebut dan beda penyebut , siklus kedua

perbaikan pembelajaran dari siklus kesatu.

Setiap siklus dilaksanakan dengan penerapan pendekatan kontekstual

dengan instrumen pembelajaran dan penilaian yang berbasis keterampilan

berhitung siswa.

Sebelum melakukan siklus I, peneliti melakukan observasi dan refleksi

awal. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui gambaran umum pelaksanaan

pembelajaran di sekolah yang menjadi subyek penelitian dan untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam materi operasi penjumlahan pecahan.

Dalam tahap ini dilakukan praktik mengajar oleh peneliti secara langsung

kepada siswa, wawancara secara bebas dengan guru kelas IV SD Negeri 2

Bangbayang dan beberapa siswa untuk mengetahui

permasalahan-permasalahan yang dihadapi ketika belajar operasi penjumlahan pecahan.

Setelah mengetahui permasalahan yang ada, peneliti menetapkan pendekatan

yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Hasil dari tahapan ini akan

(32)

36

dilanjutkan ke tahap pelaksanaan tindakan. Prosedur penelitian dari setiap

siklus dirancang seperti berikut:

1. Pembelajaran Siklus I a. Perencanaan

Tahap perencanaan meliputi kegiatan:

1) Analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan

disampaikan kepada siswa.

2) Mengidentifikasi masalah,

3) Menganalisis dan merumuskan masalah,

4) Merancang pembelajaran dengan penerapan pendekatan

pembelajaran kontekstual.

5) Menyiapkan instrumen (RPP, pedoman observasi, media

pembelajaran, tes akhir).

b. Pelaksanaan Tindakan

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian

adalah sebagai berikut:

1) Melaksanakan pembelajaran operasi penjumlahan pecahan sesuai

dengan RPP yang telah dirancang,

2) Di akhir pembelajaran dilakukan tes. Melakukan diskusi dengan

observer (teman sejawat) untuk mengetahui kekurangan dan

kelebihan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran.

c. Observasi

Pengamatan atau observasi berlangsung ketika pelaksanaan

tindakan berlangsung, Kegiatan ini antara lain:

1) Melakukan pengamatan terhadap penerapan pendekatan kontekstual

2) Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan

pendekatan kontekstual.

3) Melakukan evaluasi terhadap penerapan pendekatan kontekstual

(33)

37

d. Refleksi

Kegiatan refleksi dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru

kelas sebagai mitra peneliti. Kegiatan ini terdiri dari:

1) Melihat kembali aktivitas yang telah dilakukan berdasarkan lembar

observasi guru selama pembelajaran kontekstual,

2) Menentukan solusi masalah yang muncul berdasarkan hasil

observasi dan temuan di kelas pada saat pembelajaran berlangsung,

3) Merencanakan perbaikan di pertemuan selanjutnya.

2. Pembelajaran Siklus II

Tahapan siklus II memiliki kegiatan observasi dan refleksi sama

seperti pada siklus I, karena itu dijelaskan tahap perencanaan dan

pelaksanaannya sebagai berikut.:

a. Perencanaan

Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran kembali melalui

pendekatan kontekstual dengan indikator yang sama dengan siklus

pertama. Sebagai tindak lanjut untuk lebih meningkatkan hasil belajar

siswa melalui pendekatan kontekstual. Serta meningkatkan dan

mempertahankan pencapaian penguasaan materi yang ditujukan untuk

memantapkan dan memperluas pengetahuan siswa tentang konsep

pecahan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan penelitian

adalah sebagai berikut:

1) Melaksanakan pembelajaran operasi penjumlahan pecahan sesuai

dengan RPP yang telah dirancang,

2) Di akhir pembelajaran dilakukan tes. Melakukan diskusi dengan

observer (teman sejawat) untuk mengetahui kekurangan dan

(34)

38

c. Observasi

Pengamatan atau observasi berlangsung ketika pelaksanaan

tindakan berlangsung, Kegiatan ini antara lain:

1) Melakukan pengamatan terhadap penerapan pendekatan kontekstual,

2) Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan

pendekatan kontekstual,

3) Melakukan evaluasi terhadap penerapan pendekatan kontekstual

guna perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.

d. Refleksi

Kegiatan refleksi dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru

kelas sebagai mitra peneliti. Kegiatan ini terdiri dari:

1) Melihat kembali aktivitas yang telah dilakukan berdasarkan lembar

observasi guru selama pembelajaran kontekstual,

2) Menentukan solusi masalah yang muncul berdasarkan hasil

observasi dan temuan di kelas pada saat pembelajaran berlangsung.

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh pada setiap siklus dilakukan analisis melalui cara

sebagai berikut:

Data yang diperoleh dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Data kualitatif adalah data yang berkenaan dengan aktivitas siswa di kelas

yang meliputi sikap, perilaku dan motivasi siswa ketika pembelajaran

berlangsung.

2. Data kuantitatif adalah data yang berhubungan dengan hasil belajar siswa

yang diukur melali tes formatif.

I. Kriteria Keberhasilan 1. Bagi Guru

a. Guru mengalami peningkatan kemampuan merancang pembelajaran

(35)

39

kontekstual sekurang-kurangnya memperoleh hasil 75% dari standar

yang telah ditetapkan.

b. Guru mengalami peningkatan kemampuan mengelola pembelajaran

operasi penjumlahan pecahan dengan menggunakan pendekatan

kontekstual sekurang-kurangnya memperoleh hasil 75% dari standar

yang telah ditetapkan.

2. Bagi Siswa

c. Siswa mengalami peningkatan hasil belajar melalui pendekatan

kontekstual sekurang-kurangnya mencapai rerata nilai 70 diatas KKM

yang telah ditentukan sebagai tolok ukur untuk mengukur keberhasilan

(36)

64 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang diperoleh berdasarkan pembahasan hasil penelitian

tentang meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pecahan melalui

pendekatan kontekstual yang telah dilaksanakan di kelas IV Semester II

Tahun Pelajaran 2013/2014 di SD Negeri 2 Bangbayang Kecamatan Cipaku,

Kabupaten Ciamis adalah sebagai berikut :

1. Rencana pembelajaran dengan pendekatan kontekstual untuk

meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pecahan di Kelas IV SD

Negeri 2 Bangbayang Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, memperoleh

hasil sebagai berikut : analisis data Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

matematika siklus I memperoleh skor rata-rata 2,8 atau 70,5%. Sedangkan

Rencana Pembelajaran Siklus II memperoleh skor rata-rata 3,6 atau 81,6%.

Hal ini berarti terdapat peningkatan kinerja guru dalam menyusun Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran matematika berpengaruh terhadap peningkatan

kemampuan guru dalam meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan

pecahan melalui pendekatan kontekstual

2. Proses pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual untuk

meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan pecahan di Kelas IV

SDN 2 Bangbayang Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, memperoleh

hasil sebagai berikut : Skor rata-rata aktivitas guru pada siklus I adalah 3,0

atau 75%. Siklus II mendapat skor rata-rata 3,5 atau 86%. Hal ini berarti

bahwa dengan penerapan pembelajaran kontekstual meningkatkan kinerja

guru dalam proses pembelajaran.

3. Hasil belajar siswa dengan pendekatan kontekstual dalam kemampuan

operasi penjumlahan pecahan pada pembelajaran matematika di Kelas IV

SD Negeri 2 Bangbayang Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis. Pada

siklus I memperoleh nilai rata-rata 72,74 atau 72,7%, pada siklus II

(37)

65

pembelajaran matematika materi operasi penjumlahan pecahan dengan

pendekatan kontekstual, selain berpengaruh terhadap rencana pelaksanaan

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan meningkatkan hasil belajar

siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan dalam pelaksanaan penelitian di atas, saran

yang dapat dijadikan rambu-rambu dalam melaksanakan dan

mengembangkan pembelajaran matematika yaitu sebagai berikut :

1. Bagi Kepala Sekolah, hasil-hasil penelitian melalui pendekatan

kontekstual untuk meningkatkan kemampuan operasi penjumlahan

pecahan pada pembelajaran matematika di Kelas IV SD Negeri 2

Bangbayang Kecamatan Cipaku, Kabupaten Ciamis, diharapkan dapat

menjadi bahan pertimbangan untuk memberikan keleluasaan pada guru

dalam rangka merancang tahapan-tahapan pembelajaran yang telah

direncanakan perlu dilaksanakan sesuai dengan urutan yang telah

ditentukan dengan tepat dan logis, yakni mulai dari yang mudah menuju

yang sukar sesuai dengan tahapan kemampuan dalam memahami dan

menguasai materi pelajaran, serta didukung dengan kondisi kesiapan

belajar siswa yang memadai.

2. Bagi guru, sebelum mengajar harus menguasai materi dan media yang

dijadikan bahan pembelajaran untuk memudahkan memberikan

penjelasan, harus menguasai unsur-unsur teknik pelaksanaan

pembelajaraan metode yang akan diberikan sehingga siswa tidak

kebingungan dalam pelaksanan pembelajaran.

3. Bagi Siswa, melalui penerapan pembelajaran Kontekstual pada

pembelajaran matematika diharapkan dapat memberikan motivasi dan

meningkatkan aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, serta

meningkatkan hasil belajar khususnya pembelajaran matematika, dan

(38)

66

4. Bagi Lembaga, melalui penerapan pembelajaran Kontekstual pada

pembelajaran matematika diharapkan dapat memberikan masukan dan

bahan kajian pendidikan akademis untuk meningkatkan kualitas

penyelengaraan kurikulum di lembaga Pendidikan Tingggi yang

menangani kependidikan (LPTK) khususnya PGSD UPI Kampus

(39)

67

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi_Suhardjono_Supardi. (2007). Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.

Erman Suherman Ar, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika

Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Http://Gozalionline.Blogspot.Com.Html

Http://Malhikdua.Sch.Id/Komunitas-Dan-Kegiatn/Pkl.Html

Http://www.teknologipendidikan.net/wpcontent/uploads/2008/08/prayekti pengembangan_model_pembelajaran_konstruktivis1.pdf

Http://Ipotes.Wordpress.Com/Pendekatankontekstual

Http://Nucleussmart.Blogspot.Com

Heryadi, Dedi. (2008). Penguasaan PTK Mahir Menulis Karya Ilmiah Sebagai

Penunjang Keberhasilan Guru. Tasikmalaya : Tidak Diterbitkan

Hoetomo. (2005). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Mitra Pelajar.

Kasbolah. 1988. PTK. Jakarta : Depdikbud.

Kemmis dan Taggart. (1982). Model.ptk-3-model –spiral dari kemmis (Online) tersedia:http://bugishg .blogspot.com/2010/12.(28 Desember 2013)

Mulyasa. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Muhibbin Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Nana Sudjana. (2002). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(40)

68

Puskur Balitbang Depdiknas. (2003). Model-model Pembelajaran Efektif. (www.puskur_balitbang_depdiknas.com).

Sugiono. 2006. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta.

Supardi, Suharsimi Arikunto, Suhardjono. (2006). Penelitian Tindakan

Kelas.Jakarta: Bumi Aksara

Tim MKPBM. (2001). Strategi Pendidikan Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Gambar

Gambar 3. 1 Alur Penelitian Tindakan Kelas  Desain Kemmis & Mc.Tagart

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menemukan bahwa: (1) kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap kepercayaan konsumen jasa pengiriman paket PT.. (2) kualitas pelayanan berpengaruh positif

Inter dapat diartikan sebagai: (1) ruang yang berbeda, dasar yang berbeda yang melandasi permasalahan, isu, atau pertanyaan tertentu yang menjadi fokus dua

Untuk mengatasi masalah genangan di atas, maka diperlukan analisa curah hujan yang cukup dalam mewujudkan sistem dan kapasitas penampang dari sebuah drainase sebagai solusi

Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifkan antara rasa syukur dengan kecenderungan prososial pada

Argumen yang mendukung adanya ketentuan peraturan rotasi mandatory karena adanya sikap independensi auditor dapat dirusak oleh masa perikatan yang panjang dengan manajer

Pemilik atau pengelola UMKM pada sentral usaha pengolahan ikan di Kampung Patin Desa Koto Mesjid, Kampar, Riau harus meningkatkan kinerja pemasaran, perolehan

Mereka miskin karena suatu hal yang disebabkan terjadi musibah, sedangkan fisik dan mentalnya masih berpotensi untuk bekerja dan berusaha, tetapi tidak memiliki modal, maka

[r]