• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE EFFECTIVENESS OF ISLAMIC GUIDANCE AND COUSELING IN DEVELOPING STUDENT’S SELF-CONTROL (QUASI EXPERIMENT STUDY TOWARD THE STUDENTS GRADE VIII OF JUNIOR HIGH SCHOOL 9 CIMAHI).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "THE EFFECTIVENESS OF ISLAMIC GUIDANCE AND COUSELING IN DEVELOPING STUDENT’S SELF-CONTROL (QUASI EXPERIMENT STUDY TOWARD THE STUDENTS GRADE VIII OF JUNIOR HIGH SCHOOL 9 CIMAHI)."

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

Oleh

Siti Ummi Khatimah

1004977

(2)

Mengembangkan Kendali Diri

(Studi Eksperimen Kuasi terhadap Siswa SMPN 9 Kota Cimahi tahun ajaran 2013/2014)

Oleh : Siti Ummi Khatimah S.Pd IKIP Bandung, 1994

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pasca Sarjana Program Studi Bimbingan Konseling

© Siti Ummi Khatimah, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus, 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN., M.Pd NIP. 195206201980021001

Pembimbing II

Dr. H. M. Solehuddin, M.Pd.,MA. NIP. 1962020819860111002

Mengetahui,

(4)

ABSTRAK ...

A. Latar Belakang Masalah ... B. Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Metode Penelitian... 1. Disain Penelitian ... 2. Populasi dan Sampel ... 3. Teknik Pengumpulan Data ... 4. Teknik Analisis Data ...

1

BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMI ...

A. Konsep Kendali Diri ... 1. Pengertian Kendali Diri ... 2. Pandangan Islam tentang Kendali Diri ... 3. Aspek-aspek Kendali Diri ... 4. Perkembangan Kendali Diri ...

B. Bimbingan dan Konseling Islami sebagai Layanan dalam

Mengembangkan Kendali Diri ... 1. Latar Belakang ... 2. Pandangan Islam tentang Manusia ... 3. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islami ...

(5)

7. Tahapan Bimbingan dan Konseling Islami ... 8. Peran dan Kompetensi Konselor ...

C. Urgensi Bimbingan dan Konseling Islami dalam

Mengembangkan Kendali Diri ... D. Teknik Bimbingan Dan Konseling Islami: Attarghib wat Tarhib

dan Kisah dalam Mengembangkan Kendali Diri ... 61 B. Populasi dan Sampel Penelitian ... C. Defenisi Operasional Variabel ... D. Teknik Pengumpulan Data ... E. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 1. Penyusunan kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 2. Uji Validitas Instrumen ... 3. Uji Reliabilitas Instrumen ... F. Teknik Pengolahan Data ... 1. Skoring ... 2. Penentuan Kriteria Kendali Diri ... 3. Prosedur dan Pengolahan Data ... a. Uji Normalitas Data ... b. Uji Efektivitas Program Bimbingan dan Konseling Islami ... G. Pengembangan Program Bimbingan dan Konseling Islami ...

1. Penyusunan Draft Program ... 2. Uji Rasional ... a. Uji Validasi Isi Program ... b. Uji Empiris ... H.Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 1. Tahap Persiapan ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

(6)

ix

f. Rencana Operasional ... g. Pengembangan Tema Bimbingan ... h. Prosedur Pelaksanaan ... i. Kompetensi Konselor ... j. Evaluasi / Indikator Keberhasilan ... 4. Tingkat Efektivitas Program Bimbingan dan Konseling Islami dalam Mengembangkan Kendali Diri ... B. Pembahasan Hasil Penelitian ...

126 130 131 135 137 137 143

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...

A. Kesimpulan ... B. Rekomendasi ...

160 160 162 DAFTAR PUSTAKA...

LAMPIRAN-LAMPIRAN ………...

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Teknik (intervensi) Bimbingan dan Konseling Religius

3.1 Nonequivalent Control Group Design

3.2 Jumlah Populasi Penelitian

3.3 Jumlah Sampel Penelitian

3.4 Kisi-kisi Instrumen Kendali Diri Siswa dalam Belajar

3.5 Kisi-kisis Instrumen Kendali Diri Siswa dalam Berinteraksi

3.6 Pola Penyekoran Butir Pernyataan Angket Kendali Diri Siswa

3.7 Kriteria Kendali Diri Siswa

3.8 Klasifikasi Skor Profil Kendali Diri Siswa

3.9 Penafsiran Profil Kendali Diri Siswa

3.10 Kuesioner Terbuka Uji Validasi Isi Program

3.11 Kuesioner Uji Validasi Isi Program

3.12 Kisi-kisi Uji Kepraktisan Program Bimbingan dan Konseling Islami dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa

3.13 Kisi-kisi Lembar Observasi Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islami

(8)

xi

4.2 Profil Kendali Diri Siswa kelas VIIIA sampai VIIIM

4.3 Profil Aspek Kendali Diri kelas VIII

4.4 Profil Kendali Diri Hasil Pretest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

4.5 Profil Kendali Diri Hasil Postest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

4.6 Hasil Penimbangan Pakar dan Praktisi terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling Islami dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa

4.7 Hasil Uji Validasi Isi Program Bimbingan dan Konseling Islami

4.8 Hasil Uji Keprakisan Program Bimbingan dan Konseling Islami

4.9 Pengembangan Tema Bimbingan dan Konseling Islami dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa

4.10 Tahapan Kegiatan Eksperimen Bimbingan dan Konseling Islami

4.11 Uji Normalitas Data

4.12 Hasil Uji Independen Sampel pada Pretest dari Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

4.13 Hasil Uji Statistik Sampel dari Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

4.14 Hasil Uji Independen Sampel pada Postest dari kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

4.15 Hasil Uji Independen Sampel T Test untuk Mengukur Efektivitas Bimbingan dan Konseling Islami dalam Mengembangkan Kendali Diri

4.16 Uji Efektivitas Program Bimbingan Dan Konseling Islami

(9)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Hal

4.1 Profil Kendali Diri Siswa kelas VIII

4.2 Profil Kendali Diri Siswa kelas VIIIA sampai kelas VIIIM

4.3 Profil Aspek Kendali Diri

4.4 Profil Kendali Diri Hasil Pretes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

4.5 Profil Kendali Diri Hasil Postest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

107

110

112

113

(10)

Abstrak

Siti Ummi Khatimah, 2014. The Effectiveness of Islamic guidance and couseling in

de elopi g stude t s self-control (Quasi Experiment study toward the students grade VIII of Junior High School 9 Cimahi). Guided by: Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd.,dan Dr.H. M. Solehuddin, M.Pd.,MA.

The aim of this research is to know the effectiveness of the Islamic guidance and counseling

i de elopi g stude t s self-control in their study and interaction with friends at school. This research included the aspe t of stude t s a ility to a age the situatio , that is a out ho to think and manage the situation when they are studying and interacting, the quality of

stude t s oti atio , patie e a d the stude t s a ilityi a epti g the o se ue es of their act or behaviour. The treatment which was conducted in this research is the islamic

guida e a d ou seli g ith Ta ghi Wat Ta hi te h i ue a d sto y telli g te h i ue.

Islamic guidance and counseling is viewed as a guidance model which has the view about human being as a plenary creatures, the human beings who have a lot of virtues besides their weaknesses.The basic potential on human being is they have a natural character or

fit ah . It is the p efe e e to o e t the sel es o the p efe e e to ha e faith o I a .

Islamic guidance and counseling is a comprehensive model because it all inclusive of human

life. Ta ghi Wat Ta hi te h i ue a d sto y telli g te h i ue, oth te h i ues a e

originated from Al- u a a d hadits. The esult shows that there is a significant change on the students who are given the treatment compare with who are not. This shows that

Isla i guida e a d ou seli g is effe ti e to use i de elopi g stude t s self o t ol a d

as one of models in counseling service in an Individual, Social, Study and career field. Furthermore, Besides mastering the techniques of Islamic guidance and counseling, the very important thing in conducting Islamic guidance and counseling is the personal characters of guidance and counseling teacher.

(11)

ABSTRAK

Siti Ummi Khatimah, 2014. Efektivitas Bimbingan dan Konseling Islami dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa (Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas VIII SMPN 9 Kota Cimahi). Dibimbing oleh: Prof. Dr. H. Syamsu Yusuf LN, M.Pd., dan Dr.H. M. Solehuddin, M.Pd.,MA.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauhmana tingkat efektivitas Bimbingan dan Konseling Islami dalam mengembangkan Kendali Diri siswa dalam belajar dan berinteraksi dengan teman-temannya di sekolah. Penelitian terhadap kendali diri siswa meliputi aspek kemampuan siswa dalam menguasai situasi, yaitu memikirkan dan mengatasi situasi ketika siswa belajar dan berinteraksi, kualitas motivasi siswa, aspek kesabaran, dan kemampuan siswa dalam menerima konsekuensi dari perbuatannya. Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bimbingan dan konseling Islami. Bimbingan dan Konseling Islami dipandang sebagai model bimbingan yang memiliki pandangan tentang manusia yang paripurna, manusia memiliki banyak keutamaan di samping kelemahannya. Potensi yang mendasar pada manusia adalah dimilikinya fitrah, yaitu kecenderungan manusia untuk memperbaiki diri atau pada intinya adalah kecenderungan untuk memiliki iman. Bimbingan dan Konseling Islami merupakan model bimbingan dan konseling yang komprehensif, karena mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Teknik yang digunakan dalam Bimbingan dan Konseling Islami adalah teknik At-targhib wat Tarhib dan teknik Kisah, kedua teknik ini bersumberkan kepada ayat-ayat Al-quran dan Hadits. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode kuasi- eksperimen. Bentuk disain penelitian adalah nonequivalent control group design.

(12)

Kata Kunci : Kendali Diri, Bimbingan dan Konseling Islami, Teknik At-targhib wat Tarhib

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja adalah aset bangsa di masa yang akan datang. Keunggulan remaja sangat ditentukan oleh proses pendidikan, baik pendidikan formal, pendidikan non formal maupun pendidikan informal. Dalam perkembangannya, sosok remaja sering diwarnai oleh rasa ingin tahu, gejolak dan konflik. Dalam hal ini orang tua dan semua praktisi harus menyikapi dan membina remaja secara tepat dan bijaksana.

Beberapa penulis berpendapat bahwa masa remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang ditandai dengan perkembangan aspek biologis, psikologis, moral, religius, kognitif dan sosial (Latifah, 2008). Sebagai individu yang sedang berkembang, mencari identitas diri dan membentuk jati diri, remaja sering mengalami benturan antara keinginan untuk diakui dengan kondisinya yang belum diterima sepenuhnya sebagai manusia dewasa oleh lingkungan. Kondisi demikian banyak menimbulkan perilaku yang tidak diharapkan sehingga muncullah bentuk-bentuk penyimpangan perilaku dan kenakalan remaja.

(14)

Permasalahan sosial yang ditemukan di wilayah Pekalongan Jawa Tengah semakin kompleks dan cenderung meningkat. Faktor penyalahgunaan teknologi dan ponsel menjadi salah satu faktor pemicu. Hingga Maret 2011 ditemukan sekitar tujuh kasus, diantaranya penyalahgunaan narkoba, kekerasan dalam rumah tangga, dan pemerkosaan. Kasus kematian di kalangan usia remaja ternyata menunjukkan trend akhir-akhir ini. Gaya hidup modern telah meracuni remaja dan orang muda.

Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk penanggulangan AIDS melaporkan 67 persen kasus HIV dan AIDS di negara-negara berkembang terjadi pada kalangan usia muda (15-24 tahun). Dari jumlah tersebut, 64 persennya adalah perempuan dan remaja putri. Menurut laporan terbaru KPAN, jumlah kasus AIDS di Indonesia berdasarkan jenis kelamin pada 2010 sebanyak 22.726 kasus. Sebanyak 16.731 kasus atau 73,62 persennya adalah laki-laki, sedangkan 5.911 kasus atau 26,01 persennya adalah perempuan. Sebanyak 84 kasus atau 0,37

persen tidak diketahui jenis kelaminnya (kompas online,

http://regional.kompas.com dan http://health.kompas.com).

Belum lama kita dihebohkan oleh maraknya kasus tawuran antar pelajar, diantaranya tawuran pelajar di Jakarta antara siswa SMA 6 dan SMA 40 yang menewaskan Alawy usia 16 tahun, siswa kelas X SMA 6 Jakarta (Kompas, 25 September 2012). Berdasarkan data Polda Metro Jaya diketahui bahwa di Kota Jakarta telah terjadi sembilan kasus tawuran yang melibatkan pelajar selama periode Januari sampai September 2012.

(15)

yang berlebihan, tidak dapat memusatkan perhatian, kurang bersemangat, perilaku agresif dan sebagainya.

Penyimpangan perilaku dan kenakalan remaja disebabkan oleh faktor dari dalam diri dan faktor yang berasal dari luar. Faktor dari dalam sendiri disebabkan karena adanya kendali diri yang lemah. Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku „nakal‟. Begitu pula remaja yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, tetapi tidak bisa mengembangkan kendali diri, akan mengalami permasalahan dalam interaksinya.

(16)

Kendali diri yang baik merupakan indikator sehatnya mental seseorang. Hal ini sejalan dengan pendapat Ramayulis (2007) bahwa sehatnya mental seseorang terlihat dari dua pola. Pertama adalah pola salaby yaitu terhindarnya seseorang dari gejala neurosis dan psikosis, kedua adalah pola ijaby yaitu kemampuan individu dalam penyesuaian terhadap diri dan lingkungan sosialnya. Kemampuan individu dalam penyesuaian terhadap diri dan lingkungan, menunjukkan kualitas kendali diri yang baik.

Bagi seorang muslim, kemampuan mengendalikan diri menjadi pangkal kesuksesan yang sejati. Allah SWT berfirman (QS. An-naziat (79) 40-41)

 menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh surgalah tempat tinggalnya.”

Menurut Abdurrahman Muhammad (2012) kendali diri bagi seorang muslim meliputi mengendalikan emosi, mengendalikan pengaturan waktu, menentukan prioritas dan menjaga kata-kata

(17)

Dalam upaya mengatasi rendahnya kendali diri remaja, beberapa pakar pendidikan dan Bimbingan Konseling mengungkapkan bahwa penanaman nilai-nilai agama dalam proses pendidikan dan bimbingan sangat penting. Hal ini dikemukakan oleh Marsha Wiggins Frame (2003) yang mengemukakan bahwa dalam praktek bimbingan konseling dan psikoterapi banyak bukti empiris yang menunjukkan adanya kontribusi positif antara keyakinan beragama terhadap kesehatan mental. Dimensi agama dalam kehidupan konseli dapat menjadi alat bantu dalam upaya terapeutik. Sejalan dengan pendapat Marsha, Ramayulis (2007) menyatakan:

Faktor agama sangat memainkan peranan penting dalam mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan mental. Masuknya nilai keimanan, ketaqwaan dan ketuhanan dalam proses konseling, menjadikan proses konseling luas dan mendalam, karena sudah mencakup seluruh aspek dari kehidupan manusia. Hal ini menunjukkan bahwa agama mempunyai hubungan yang erat dengan kepribadian positif.

Agama memegang peranan penting dalam memelihara dan memperbaiki kesehatan mental, diantaranya permasalahan rendahnya kendali diri. Agama akan memberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi konflik dan memberikan suasana damai dan tenang. Dadang Hawari (1997) menyimpulkan dari sejumlah penelitian bahwa komitmen beragama dapat mencegah dan melindungi seseorang dari penyakit, meningkatkan kemampuan mengatasi penyakit, dan mempercepat pemulihan penyakit.

(18)

Bimbingan dan Konseling Kontemporer. Model Bimbingan dan Konseling

Kontemporer berkembang menjadi model Bimbingan dan Konseling

Perkembangan, Keterampilan Hidup, Respectful dan model Bimbingan dan Konseling Religius.

Hal yang mendasari model-model bimbingan dan konseling tersebut adalah beberapa pendekatan sebagai berikut: Pendekatan Psikoanalitik, Adlerian, Eksistensial, Person-Centered, Gestalt, Reality, Behaviour, Cognitive behavior dan Family system. Berdasarkan pendapat para ahli pendekatan-pendekatan bimbingan konseling tersebut memiliki keterbatasan, seperti yang diungkap oleh beberapa ahli diantaranya: aliran psikoanalitik dinilai oleh Corey (1982:12) terlalu pesimistik, deterministic dan reduksionistik. Perilaku manusia dipandang sebagai

sublimasi dari dorongan-dorongan yang tidak disadari. Aliran Behaviorisme memandang manusia secara deterministic, menganalogikan perilaku dan hakekat manusia dengan dunia hewan, seperti anjing, kucing dan kera, yang hasil ujiannya langsung bisa diterapkan dalam memperlakukan manusia (MD. Dahlan: 1988). Sedangkan aliran humanistik terlalu optimistik dalam upaya pengembangan sumber daya manusia sehingga manusia dipandang memiliki kemampuan tunggal dan menentukan tujuannya sendiri.

(19)

dan kebahagiaan hidup. Proses Bimbingan dan Konseling lebih luas dan mendalam karena mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Hal ini sejalan dengan pendapat Musfir bin Said Azzahrani (2005) yang menyatakan bahwa:

Konseling dan terapi yang bersumber agama (Alquran dan Sunnah) merupakan salah satu kebutuhan mendasar setiap individu. Ia merupakan kebutuhan kejiwaan baik secara individu maupun masyarakat di setiap fase peradabannya dan juga fase perkembangan hidup yang sesuai dengan kesulitan dan kebutuhan yang harus dipenuhi.

Nilai-nilai agama yang dianut konseli perlu dipertimbangkan oleh konselor dalam memberikan layanan. Banyak diantara konseli yang fanatik dengan ajaran agama, sehingga konseli sangat yakin dengan pemecahan masalah melalui nilai-nilai ajaran agama. Bishop (1992:179) menyatakan bahwa nilai-nilai-nilai-nilai agama penting untuk dipertimbangkan oleh konselor dalam proses bimbingan konseling agar proses bimbingan dan konseling terlaksana secara efektif.

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang religius. Minat beragama masyarakat mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari banyaknya aktivitas keagamaan yang diselenggarakan oleh berbagai komponen masyarakat, baik secara langsung maupun melalui media masa. Kondisi ini sebaiknya menjadi perhatian para konselor atau terapis untuk lebih peka terhadap nilai-nilai spiritual dan kebutuhan konseli dalam mengatasi permasalahan hidupnya.

(20)

meliputi perkembangan kepribadian secara utuh sebagai makhluk yang biopsikososiospiritual.

Berikut bebarapa ayat Alquran yang melandasi pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islami, diantaranya:

a. Alquran sebagai petunjuk dan rahmat (QS. Aljatsiyah (45) ayat 20)

  

  



Artinya: “Al-qur‟an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi

kaum yang meyakini.”

Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-qur‟an (sesuatu) yang menjadi penawar dan

rahmat bagi orang-orang yang beriman, sedangkan bagi orang-orang yang zalim,

hanya akan menambah kerugian.”

c. Perilaku Nabi Muhammad saw. sebagai contoh teladan (QS. Al-Ahzab/33 : 21)



Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”

(21)



Artinya:”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan

Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS An-nahl 125)

B. Identifikasi Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Remaja dalam estafeta perjuangan bangsa merupakan sosok yang harus dipersiapkan melalui proses pendidikan yang efektif dan berkesinambungan, karena remajalah yang akan melanjutkan roda peradaban bangsa. Salah satu karakteristik remaja yang sehat adalah dimilikinya kemampuan mengendalikan diri. Aspek kemampuan mengendalikan diri meliputi kemampuan menguasai situasi, memiliki motivasi bertidak interen, positif dan mandiri, memiliki kesabaran dan bersedia menerima resiko, yaitu menerima konsekuensi dari perbuatannya.

Memiliki kendali diri yang baik adalah salah satu indikator kepribadian yang sehat (healthy personality). Hurlock (1986) mengemukakan bahwa diantara karakteristik kepribadian yang sehat adalah individu mampu menilai diri, situasi dan lingkungan, menerima tanggung jawab serta mampu mengontrol emosi.

(22)

menyusun tindakan yang berdimensi jangka panjang, mampu menerima diri sendiri dan diterima oleh masyarakat luas.

Kemampuan mengendalikan diri menjadi sangat berarti untuk meminimalkan perilaku buruk yang selama ini banyak dijumpai. Apalagi di era globalisasi ini terdapat sederet permasalahan yang dialami remaja, misalnya penggunaan narkoba, tawuran antara remaja, seks bebas, berkembangnya kasus HIV AIDS, dan kasus-kasus bunuh diri (Faujiyah: 2011).

Data lain ditemukan, berdasarkan data Polda Metro Jaya diketahui bahwa di Kota Jakarta telah terjadi sembilan kasus tawuran yang melibatkan pelajar selama periode Januari sampai September 2012.

Faktor penyebab banyaknya kenakalan dan penyimpangan perilaku tersebut adalah lemahnya kendali diri remaja (Sofyan Willis: 2005). Kondisi ini akan tampak pada munculnya konflik batin, kegelisahan yang berlebihan, tidak dapat memusatkan perhatian, kurang bersemangat, perilaku agresif dan sebagainya. Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku

„nakal‟. Begitu pula remaja yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku

tersebut, tetapi tidak bisa mengembangkan kendali diri, akan mengalami permasalahan dalam interaksinya.

(23)

bahwa pihak sekolah seharusnya mengembangkan kendali diri siswa dengan memberikan layanan informasi tentang arti pentingnya memiliki kendali diri yang tinggi.

Penelitian ini mencoba mengungkap gambaran profil kendali diri siswa ketika belajar dan berinteraksi dengan teman-temannya. Selanjutnya peneliti

menggunakan pendekatan Bimbingan dan Konseling Islami dalam

mengembangkan kendali diri siswa. Penelitian ini didasari juga oleh beberapa pendapat pakar pendidikan dan bimbingan konseling yang mengungkapkan bahwa penanaman nilai agama dalam proses pendidikan dan bimbingan adalah sangat penting. Salah satu landasan penggunaan pendekatan Bimbingan dan Konseling Islami adalah Al-quran surat Al-Isra ayat 82, sebagai berikut:

  

   

 



Artinya: “Dan Kami turunkan dari Al-qur‟an (sesuatu) yang menjadi penawar dan

rahmat bagi orang-orang yang beriman, sedangkan bagi orang-orang yang zalim, hanya akan menambah kerugian”.

(24)

Berdasarkan pemaparan di atas maka maka variabel dalam penelitian ini adalah variabel kendali diri dan variabel Bimbingan dan Konseling Islami. Definisi operasional dari kedua variabel penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Kendali Diri

Kendali diri adalah kemampuan siswa dalam mengarahkan perilakunya ketika belajar dan berinteraksi dengan teman-temannya dengan cara menguasai situasi yaitu memikirkan cara mengatasi situasi dan mengendalikan situasi, memiliki motivasi internal dalam bertindak, memiliki kesabaran yaitu konsistensi dan tidak dilandasi amarah, serta kesediaan menerima resiko, sehingga perilaku siswa memiiki konsekuensi positif.

Dari definisi di atas, dirumuskan aspek-aspek kendali diri yang terdiri dari:

a. Penguasaan situasi yaitu kemampuan siswa dalam memikirkan cara untuk menguasai situasi dan mengendalikan situasi

b. Motivasi internal dalam bertindak yaitu tindakan siswa dilandasi oleh dorongan dari dalam diri sendiri dan adanya kemandirian

c. Kesabaran yaitu perilaku siswa ditandai dengan adanya konsistensi dan tidak didasari oleh amarah

d. Kesediaan menerima resiko yaitu kemampuan siswa dalam menerima konsekuensi dari perilakunya, adanya unsur tanggung jawab dan adanya upaya perbaikan diri

(25)

Definisi opersional dari Bimbingan dan Konseling Islami dalam penelitian ini adalah proses bantuan yang diberikan oleh guru Bimbingan Konseling kepada siswa kelas VIII SMPN 9 Cimahi tahun ajaran 2013/2014 dalam setting kelompok dengan cara penyampaian informasi dan penugasan dengan menggunakan teknik penyaduran (Attarghib wat tarhib) yaitu penyampaian ayat-ayat Alquran dan hadits tentang janji dan ancaman dan teknik kisah yaitu menyampaikan kisah-kisah yang terdapat dalam Alquran dan hadits agar kendali diri siswa berkembang ke arah yang positif.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberian informasi dengan teknik penyaduran dan teknik kisah. Teknik penyaduran ( At-targhib wat tarhib) adalah teknik dengan cara mengungkapkan ayat-ayat tentang janji dan

ancaman yang terdapat dalam Al-Quran dan hadits agar siswa memiliki dorongan untuk melaksanakan apa yang diperintahkan Alloh dan RosulNya dan menghindari segala bentuk larangan Alloh dan RosulNya.

Teknik Kisah adalah penyampaian informasi dengan mengangkat kisah-kisah yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits untuk dijadikan contoh dan model yang mampu menjadi penjelas akan perilaku yang baik dan perilaku yang tercela.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Apakah Bimbingan Konseling Islami efektif dalam mengembangkan kendali diri siswa kelas VIII SMPN 9 Cimahi tahun ajaran 2013/2014?”.

(26)

1. Seperti apa gambaran profil kendali diri siswa dalam belajar dan berinteraksi sebelum diberikan layanan Bimbingan dan Konseling Islami?

2. Seperti apa gambaran profil kendali diri siswa dalam belajar dan berinteraksi setelah diberikan layanan Bimbingan dan Konseling Islami?

3. Bagaimanakah rumusan program Bimbingan dan Konseling Islami dalam mengembangkan kendali diri siswa?

4. Apakah Bimbingan dan Konseling Islami efektif untuk mengembangkan kendali diri siswa dalam belajar dan berinteraksi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan, maka penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendapatkan gambaran efektivitas Bimbingan dan Konseling Islami dalam mengembangkan kendali diri siswa.

Adapun tujuan spesifik dari penelitian adalah untuk:

1. Memperoleh gambaran profil kendali diri siswa sebelum diberikan layanan Bimbingan dan Konseling Islami.

2. Memperoleh gambaran profil kendali diri siswa setelah diberikan layanan Bimbingan dan Konseling Islami.

3. Memperoleh rumusan program Bimbingan dan Konseling Islami dalam

(27)

4. Memperoleh informasi tingkat efektivitas Bimbingan dan Konseling Islami dalam mengembangkan kendali diri siswa kelas.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan sebagai berikut. a. Sebagai bahan informasi dan kajian tentang tema-tema Bimbingan dan

Konseling dalam Alquran dan hadits, serta penerapan Bimbingan dan Konseling Islami dalam setting kelompok.

b. Menjadi motivasi bagi guru Bimbingan dan Konseling untuk lebih mendalami Bimbingan dan Konseling Islami sehingga lebih siap dalam mengembangkan aspek-aspek penting sebagai syarat pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islami baik keterampilan yang harus dikuasai oleh konselor maupun kepribadian konselor.

c. menjadi masukan dalam mengembangkan program Bimbingan dan Konseling di sekolah.

d. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap hasil-hasil penelitian dan sebagai pendukung upaya penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi masukan sebagai berikut.

(28)

Penelitian ini sebagai informasi tentang pentingnya memiliki kendali diri yang baik dan memiliki keyakinan beragama yang kuat sehingga dapat memotivasi siswa untuk melaksanakan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber kendali diri.

b.Bagi guru pembimbing

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat dalam menerapkan teknik Bimbingan dan Konseling Islami untuk mengembangkan kendali diri siswa dan sebagai masukan dalam membuat dan mengembangkan program Bimbingan dan Konseling di sekolah.

c. Bagi Kepala Sekolah

Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam penyusunan program sekolah, yang meliputi program kurikulum dengan mengintegrasikan nilai-nilai religius ke dalam proses pembelajaran, program pembinaan kesiswaan dengan menitikberatkan pada pembinaan akhlaq siswa serta penciptaan lingkungan sekolah yang kondusif dan religius.

d. Bagi Orang Tua

Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi informasi tentang gambaran profil kendali diri anaknya, sehingga orangtua termotivasi untuk melaksanakan perannya dalam mengembangkan kendali diri putra-putrinya dan menjadi teladan dalam pelaksanaan nilai-nilai agama.

(29)

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini menjadi stimulus untuk lebih mengkaji konsep Bimbingan dan Konseling Islami dalam rangka memberikan kontribusi positif untuk pengembangan program Bimbingan dan Konseling di sekolah.

E. Metodologi Penelitian

1. Disain Penelitian

Disain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain eksperimen (experimental research). Menurut Sukmadinata (2007) penelitian eksperimen merupakan penelitian yang paling penuh, dalam arti memenuhi persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat. Sedangkan menurut Fraenkel (1993) bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang khas (unik), melihat efek atau pengaruh dari variabel bebas (independent variable) terhadap satu atau lebih variabel terikat (dependent variable).

Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian eksperimen semu (kuasi eksperimen) dengan menggunakan desain nonequivalent control group design. Menurut Sugiyono (2008) disain ini mempunyai kelompok kontrol,

tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Nonequivalent control group design, hampir sama dengan pretest posttest control group, hanya pada desain ini

(30)

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Cimahi tahun ajaran 2013/2014. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Non probability sampling, yaitu purposive sampling, teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

Dengan menggunakan desain penelitian eksperimen (nonequivalent control group) maka sampel yang diambil dari kelas VIII dibagi menjadi dua

kelompok yaitu sabagai kelompok eksperimen dan sebagai kelompok kontrol. Pertimbangan dalam menentukan populasi dan sampel penelitian kelas VIII SMP Negeri 9 Cimahi, adalah sebagai berikut.

a. Siswa kelas VIII berada pada rentang usia 12 – 14 tahun. Pada usia tersebut siswa sudah mengetahui nilai-nilai yang mendasari perilakunya, sehingga upaya pengendalian diri sudah dimiliki oleh siswa.

b. Siswa kelas VIII sudah mengalami proses interaksi dan proses belajar di sekolah menengah selama satu tahun lebih, sehingga upaya untuk menunjukkan jati diri dan konflik dalam pergaulan lebih sering dialami siswa.

c. Program Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 9 Cimahi dalam mengembangkan kendali diri siswa belum memfokuskan pada penggunakan pendekatan Bimbingan dan Konseling Islami.

3. Teknik Pengumpulan Data

(31)

subjektivitas peneliti. Prosedur pengumpulan data dilakukan langsung oleh peneliti terhadap sampel.

Untuk angket kendali diri, responden menyatakan jawabannya dengan memilih salah satu alternatif dari empat jawaban yang disediakan. Keempat alternatif jawaban terdiri dari: Sangat sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang sesuai (KS) dan Sangat tidak sesuai (STS). Pemberian skor pada masing-masing item dilakukan dengan melihat sifat butir pernyataan. Pemberian skor bergerak dari 4 – 1 untuk item positif dan 1 – 4 untuk item negatif.

Teknik lainnya yang digunakan adalah tehnik observasi untuk melihat dan mencatat reaksi-reaksi siswa selama mengikuti layanan Bimbingan dan Konseling Islami.

5. Teknik Analisis Data

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, proses pengembangan instrumen, teknik pengolahan data, pengembangan program Bimbingan dan Konseling Islami, persiapan dan pelaksanaan penelitian. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.

A. Disain Penelitian

Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kuantitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui efektivitas penggunaan program Bimbingan dan Konseling Islami dalam mengembangkan kendali diri siswa.

(33)

Menurut Sukmadinata (2007) bahwa penelitian eksperimen merupakan penelitian yang paling penuh, dalam arti memenuhi persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang khas (unik) untuk melihat efek atau pengaruh dari variabel bebas (independent variable) terhadap satu atau lebih variabel terikat (dependent variable).

Metode eksperimen semu (quasi eksperimen) dalam penelitian ini menggunakan desain nonequivalent control group design. Menurut Sugiyono (2010), disain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Nonequivalent control group desain, hampir sama dengan pretest posttest control group, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random.

Tabel 3.1

Nonequivalent Control Group Design

(Sugiyono, 2008: 116)

Kelompok Eksperimen O1 X O2

Kelompok kontrol O3 O4

Keterangan :

O1 : pengukuran sebelum perlakuan dari kelompok eksperimen O2 : pengukuran setelah perlakuan dari kelompok eksperimen

(34)

O4 : Pengukuran setelah perlakuan dari kelompok control

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1993). Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 9 Cimahi Tahun ajaran 2013/2014, dengan jumlah populasi seperti terlihat dari tabel berikut.

Tabel 3.2

Jumlah Populasi Penelitian

KELAS JUMLAH SISWA

8A 34

8B 34

8C 31

8D 32

8E 34

8F 34

8G 32

8H 34

8I 34

8J 34

8K 32

8L 32

(35)

Sampel penelitian ditentukan dengan teknik nonprobability sampling. Nonprobabilitysampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi

peluang/kesempatan bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Secara spesifik teknik yang dilakukan dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan sampling purposive, dimana teknik dalam sampel penelitian ini ditentukan atas pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:124).

Sampel dalam penelitian ini, untuk kelompok kontrol dan kelompok eksperimen masing-masing berjumlah 20 orang. Sejalan dengan pendapat Sugiyono (2012) menyatakan bahwa untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 sampai dengan 20.

Hasil studi pendahuluan tentang profil kendali diri siswa di SMPN 9 Cimahi, diperoleh bahwa profil kendali diri yang rendah banyak dimiliki siswa di kelas 8B dan 8I. Berdasarkan pengamatan peneliti dan wawancara dengan guru BP/BK diperoleh gambaran bahwa di kelas 8B dan 8I prestasi belajar siswa masih banyak yang berada di bawah nilai kriteria ketuntasan minimal dan beberapa kasus dalam interaksi antara siswa terjadi, dibandingkan dengan kelas lainnya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, pengamatan dan wawancara, maka peneliti mengambil sampel penelitian dari kelas 8B dan 8I. Kelas 8B sebagai kelompok

(36)

mengambil 20 siswa dari kelas 8B sebagai kelompok eksperimen dan 20 dari kelas 8I sebagai kelompok kontrol.

Tabel 3.3

Jumlah Sampel Penelitian

Kelompok eksperimen Kelas 8B 20 siswa

Kelompok control Kelas 8I 20 siswa

Pemilihan siswa SMP kelas VIII sebagai populasi dan sampel, didasari oleh beberapa pemikiran sebagai berikut.

1. Siswa kelas VIII berada pada rentang usia 12 – 14 tahun. Pada usia tersebut siswa sudah mengetahui nilai-nilai yang mendasari perilakunya, sehingga upaya pengendalian diri sudah dimiliki oleh siswa. Pada usia itu pula tidak sedikit siswa yang mudah terpengaruh oleh lingkungannya, sehingga tingkat kendali diri siswa dapat berubah.

2. Siswa kelas VIII sudah mengalami proses interaksi dan proses belajar di sekolah menengah selama satu tahun lebih, sehingga upaya untuk menunjukkan jati diri dan konflik dalam pergaulan lebih sering dialami. 3. Program Bimbingan dan Konseling SMP Negeri 9 Cimahi dalam

mengembangkan kendali diri siswa belum memfokuskan pada penggunakan pendekatan Bimbingan dan Konseling Islami.

(37)

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (independent vareiable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel tersebut sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent variable) adalah variabel yang mempengaruhi variabel yang lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Bimbingan dan Konseling Islami (X).

2. Variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kendali Diri (Y).

1. Bimbingan Konseling Islami

Bimbingan dan Konseling Islami adalah bagian dari Bimbingan dan Konseling spiritual. Konseling spiritual merupakan salah satu aliran konseling di samping aliran Konseling Psikodinamika, Behaviorisme, Humanisme, dan Multikultural (M. Surya: 2003)

(38)

Menurut Imam Magid (Syamsu Yusuf: 2008) Bimbingan dan Konseling islami mempunyai beberapa prinsip, yaitu : (a) kerahasiahan (confidentiality), (b) kepercayaan (trust), (c) kecintaan berbuat baik kepada orang lain, (d) mengembangkan sikap persaudaraan atau menciptakan sikap damai di antara sesama, (e) memperhatikan masalah-masalah kaum muslimin, (f) memiliki kebiasaan untuk mendengarkan yang baik, (g) memahami budaya orang lain, (h) adanya kerjasama antara ulama dan konselor, (i) memiliki kesadaran hukum, (j) bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, dan (k) menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai model (uswah hasanah) utama dalam kehidupan.

Bimbingan dan Konseling Islami merupakan proses motivasional kepada manusia agar memiliki kesadaran untuk “come back to religion” karena agama akan memberikan pencerahan terhadap pola sikap, pikir, dan perilakunya kearah kehidupan personal dan sosial yang “Sakinah”, “Mawaddah”, “Rahmah” dan “Ukhuwwah”, sehingga manusia akan terhindar dari mental yang tidak sehat dan

nafsu eksploitatif (tamak atau rakus), materealistik dan hedonistic (hubbud dunya wakaraahiyatul maut), yang menjadi pemicu munculnya malapetaka kehidupan di

muka bumi ini (Alfasaadu fil ardhi). Orang yang mempunyai penyakit rohaniah hubbuddunya wakaraahiyatul maut, dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, atau

(39)

kolusi, berbohong, membunuh orang lain yang dianggap saingannya, dan sebagainya.

Bimbingan dan Konseling Islami mencakup tiga aspek, seperti yang dikemukakan oleh Musfir bin Said (2005).

a. Aspek preventif, maksudnya adalah penjagaan individu dari semua guncangan jiwa dan membentengi mereka dari segala penyimpangan. Hal ini dilakukan dengan banyak cara yang dapat menyeimbangkan perilaku yang ada, diantaranya dengan perintah untuk menyembah Allah, menunaikan shalat dan membayar zakat.

     Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”. (QS. Al-Bayyinah ayat 5).

Juga perintah untuk menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan :

    Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah

mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. Annur: 30).

(40)

c. Aspek Terapi, orientasinya mengarah kepada pembebasan dan pelepasan individu dari segala kekhawatiran dan kegelisahannya serta membantunya dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Bimbingan dan Konseling Islami adalah proses bantuan yang diberikan oleh guru Bimbingan dan Konseling berupa penyampaian informasi dan penugasan dengan menggunakan teknik penyaduran (Attarghib wat Tarhib) dan teknik kisah, dengan tema Bimbingan yang bersumber dari ayat-ayat Alquran tentang janji dan ancaman dan ayat tentang Kisah kepada siswa kelas VIII SMPN 9 Cimahi tahun ajaran 2013/2014 dalam setting kelompok agar siswa memiliki kendali diri yang positif.

Metode dan teknik dari layanan Bimbingan dan Konseling Islami sangat banyak dan variatif, selama metode dan teknik tersebut tidak menyimpang dari nilai-nilai Islam (Syamsu Yusuf LN.: 2008). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemberian informasi dan penugasan dengan teknik penyaduran dan kisah.

Teknik penyaduran adalah penyampaian informasi dengan menggunakan ungkapan-ungkapan At-Targhib wat- Tarhib (janji dan ancaman) yang terdapat dalam Al quran agar siswa memiliki dorongan untuk melaksanakan perintah Allah dan RasulNya.

(41)

Artinya: (1) Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (2) (ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu Lihat manusia dalam Keadaan mabuk, Padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya. (QS. Al-Hajj ayat 1-2)

Sedangkan teknik Kisah adalah penyampaian informasi dengan menggunakan kisah atau cerita yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits, karena Alquran banyak merangkum kisah para nabi. Kisah-kisah ini bisa dijadikan contoh dan model yang mampu menjadi penjelas akan perilaku yang diharapkan, sehingga menjadi kebiasaan positif, dan juga perilaku tercela dapat dihindari.

Kisah merupakan salah satu sarana yang dipergunakan Al-Quran untuk membangkitkan dorongan rasa ingin tahu dan pemusatan perhatian para pendengarnya untuk mengikuti berbagai peristiwa yang dituturkan di dalamnya. Melalui kisah-kisah, Al-Quran berusaha menanamkan aqidah, suri teladan, atau hukum yang hendak diajarkan kepada manusia.













Artinya: “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal…” (QS. Yusuf, ayat 111)

2. Kendali diri

(42)

mampu menilai diri, situasi dan menerima tanggung jawab serta mampu mengontrol emosi.

Berdasarkan pendapat Gangey (1981), kendali diri seseorang dapat tergolong kepada kendali diri negatif atau kendali diri positif. Ketika kendali diri seseorang positif, maka seseorang akan mampu membimbing dirinya sendiri dan memiliki kesadaran diri. Sebaliknya apabila kendali diri negatif, seseorang tidak akan mampu membimbing dirinya, menilai dirinya sendiri dan memandang permasalahan selalu bersumber dari luar dirinya.

Sukartini (2003:77) mendefinisikan kendali diri sebagai upaya siswa untuk mengatur dirinya dalam berpikir dan bertindak berdasarkan keyakinannya bahwa segala yang terjadi atas dirinya merupakan akibat tindakannya. Di dalam kendali diri terdapat usaha individu untuk mengendalikan hal-hal yang terdapat dalam dirinya.

Dalam konsep Islam, kendali diri adalah bagian penting dari kepribadian karena memandu arah kehidupan. Kendali diri merupakan penentu keberhasilan seorang muslim. Pengendalian diri ditujukan untuk kebaikan individu dan masyarakat. Sebagai khalifah, seyogyanya manusia memiliki kendali diri yang baik. Kendali diri yang baik merupakan pangkal kesuksesasn yang sejati. Allah SWT berfirman:

……



.

(43)

Kendali diri dalam pandangan Islam merupakan kemampuan individu dalam melaksanakan kebaikan dan menjauhi kemungkaranan sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw. Dalam implementasinya, kendali diri adalah kemampuan individu dalam mengarahkan diri ketika menghadapi situasi, mampu menguasai situasi tersebut dan mampu mengendalikan situasi, memiliki motivasi bertindak yang positif, memiliki kesabarandan memiliki tanggungjawab, seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan kendali diri adalah kemampuan siswa dalam mengarahkan perilakunya ketika belajar dan berinteraksi dengan teman-temannya, dengan cara menguasai situasi yaitu memikirkan cara mengatasi situasi dan mengendalikan situasi, memiliki motivasi internal dalam bertindak, memiliki kesabaran, yaitu perilaku tidak dilandasi amarah dan adanya konsistensi, serta kesediaan menerima resiko, sehingga perilaku siswa memiliki konsekuensi positif, sebagai seorang muslim.

Berdasarkan pengertian kendali diri di atas, aspek-aspek kendali diri meliputi.

a. Penguasaan situasi

Penguasaan situasi merupakan kemampuan individu dalam memikirkan cara-cara untuk menguasai situasi dan mengendalikan situasi.

b. Motivasi bertindak

(44)

c. Kesabaran

Kesabaran adalah bentuk perilaku positif yang tidak didasari oleh amarah dan ditandai dengan adanya konsistensi.

d. Kesediaan menerima resiko

Kesediaan menerima resiko merupakan kemampuan individu dalam menerima akibat atau konsekuensi dari perbuatannya, diikuti dengan adanya penyesalan apabila berbuat salah dan adanya kesediaan untuk meminta maaf, selanjutnya adanya tindakan perbaikan atas perilaku salahnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh peneliti secara sadar, sistematis dan rasional, dengan menggunakan instrumen tertentu guna mendapatkan sejumlah data yang tepat dan objektif dari sumber utama atau sumber lainnya (Sugiyono, 2010:193).

(45)

Dalam angket kendali diri ini, siswa menyatakan jawabannya dengan memilih salah satu alternatif dari empat jawaban yang disediakan. Keempat alternatif jawaban terdiri dari: Sangat sesuai (SS), Sesuai (S), Kurang sesuai (KS) dan Sangat tidak sesuai (STS).Pemberian skor pada masing-masing item dilakukan dengan melihat sifat butir pernyataan. Pemberian skor bergerak dari 4 – 1 untuk item positif dan 1 – 4 untuk item negatif.

E. Pengembangan Instrumen Penelitian

1. Penyusunan kisi-kisi Instrumen penelitian

Kisi-kisi instrumen kendali diri merupakan operasionalisasi dari konsep kendali diri, yaitu berupa kemampuan menguasai situasi, motivasi bertindak, kesabaran dan kesediaan menerima resiko. Instrumen penelitian yang disusun berupa angket kendali diri siswa dalam setting belajar dan berinteraksi. Penggunakan angket dimaksudkan agar orisinalitas jawaban siswa tidak terpengaruh oleh subjektivitas peneliti.

(46)
(47)
(48)

Suryabrata (1999:58) menyebutkan bahwa secara klasik, validitas instrument didefinisikan sebagai sejauhmana instrumen itu mengukur apa yang

dimaksudkan untuk diukur. Validitas instrument merupakan derajat kecermatan ukur suatu instrumen.

Uji validitas dilakukan untuk menentukan tingkat kelayakan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Untuk melakukan uji validitas ini maka dilakukan proses analisis item. Menurut Azwar (2008) analisis item merupakan proses pengujian parameter-parameter item guna mengetahui apakah item memenuhi persyaratan psikometris untuk disertakan sebagai bagian dari skala atau tidak. Sebuah item akan dijadikan bagian dari alat ukur jika item tersebut memiliki korelasi yang cukup baik dengan keseluruhan item pada alat ukur.

Hasil analisis item menjadi dasar dalam seleksi item. Item-item yang tidak memenuhi kriteria akan dibuang terlebih dahulu sebelum dapat menjadi bagian dari skala. Langkah selanjutnya adalah memilih item yang memiliki daya beda item tertinggi. Jika ada komponen yang berisi item yang berkoefisien korelasi rendah menunjukkan komponen yang bersangkutan memang tidak relevan (Azwar, 2008).

(49)

memprediksi skor tes secara keseluruhan. Jika alat tes dan item akan mengukur suatu atribut yang sama, maka tampilan item harus dikorelasikan dengan skor total alat tes. Koefisien item total corelations ini diperoleh dengan menggunakan formula Spearman.

Uji validitas instrumen dihitung melalui penghitungan berdasarkan rumus Pearson Product Moment (Azwar: 2008) dengan menggunakan bantuan microsoft

excel 2000 dan SPSS for Windows versi 18.0.

Uji validitas item menggunakan teknik uji korelasi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menghitung total skor dari setiap responden. 2) Mencatat skor item yang akan diuji.

3) Mencari koefisien korelasi skor para responden pada item tersebut dengan perhitungan sebagai berikut:

4) Item yang mempunyai koefisien korelasi di bawah rtabel (0,17) tidak dapat digunakan dan dinyatakan tidak valid.

Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

1) Jika rhitung ≥ rtabel, maka instrumen atau item-item pernyataan berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

2) Jika rhitung< rtabel, maka instrumen atau item-item pernyataan tidak r =

(50)

Prinsip utama dalam penggunaan item adalah menggunakan item yang memiliki koefisien korelasi yang setinggi mungkin dan membuang item yang memiliki korelasi rendah.Alat ukur kendali diri siswa dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian A yang berisi kendali diri siswa dalam belajar serta bagian B yang berisi kendali diri siswa dalam berinteraksi dengan teman-temannya. Proses uji validitas ini dilakukan secara terpisah berdasarkan kedua bagian tersebut.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai validitas, dapat diketahui bahwa item-item kendali diri dalam belajar yang tidak valid adalah sebanyak 7 item-item dari 41 sub item, yaitu nomor 4, 5, 8, 9, 13, 21, dan 22. Sedangkan item yang valid adalah sebanyak 34 item. Sedangkan untuk item-item kendali diri dalam berinteraksi diperoleh 7 item yang tidak valid, yaitu nomor 1,6,9, 15, 18, 22, dan 25. Sedangkan item yang valid sebanyak 28 item.

3. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas instrumen merupakan penunjuk sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan instrumen tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas intrumen ditunjukkan sebagai derajat keajegan (konsistensi) skor yang diperoleh oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda.

(51)

Uji reliabilitas digunakan untuk menentukan ketepatan instrumen yang digunakan dalam penelitian.Reliabilitas menunjukkan sejauh mana alat ukur yang digunakan memiliki taraf kepercayaan, ketelitian dan kestabilan.

Untuk mengetahui reliabilitas alat ukur dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Split-Half Reliability, yaitu nilai reliabilitas skala ditentukan dengan mencari indeks korelasi antara variabel jumlah skor tiap individu pada item-item ganjil dan genap dengan menggunakan formula Rank Spearman..

rstot : angka reliabilitas keseluruhan item

rstt : angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

Berdasarkan hasil perhitungan, nilai reliabilitas instrumen kendali diri siswa dalam belajar dan berinteraksi dapat dilihat pada tabel berikut:

Reliabilitas instrumen kendali diri belajar

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.883 41

Reliabilitas instrumen kendali diri dalam berinteraksi

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.793 35

(52)

sampai dengan +1, harga reliabilitas yang diperoleh berada di antara rentangan tersebut. Dimana makin tinggi harga reliabilitas instrumen maka semakin kecil kesalahan yang terjadi, dan makin kecil harga reliabilitas maka semakin tinggi kesalahan yang terjadi.

Dalam aplikasinya, reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00 semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas (Azwar, 2008).

Berdasarkan analisis diketahui bahwa koefisien reliabilitas alat ukur kendali diri bagian A adalah sebesar 0,883, sedangkan untuk bagian B adalah sebesar 0,793. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua alat ukur tersebut memiliki reliabilitas yang cukup kuat untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

F. Teknik Pengolahan Data

1. Skoring

(53)

Tabel 3.6 STS (Sangat Tidak Sesuai)

4

2. Penentuan Kriteria Kendali Diri

Skor kendali diri siswa yang sudah diolah akan diklasifikasikan ke dalam tiga kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah dengan cara sebagai berikut:

(54)

Skor maksimal ideal = Jumlah soal X skor tertinggi.

b. Menentukan skor minimal ideal yang diperoleh sampel dengan rumus Skor minimal ideal = Jumlah soal X skor terendah.

c. Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel dengan rumus: Rentang skor ideal = skor maksimal ideal - skor minimal ideal. d. Mencari interval skor dengan rumus:

Interval skor = rentang skor / 3

Dari perhitungan skor, diperoleh nilai sebagai berikut: Skor maksimal ideal 248 Skor minimal ideal 62 Rentang skor ideal 186 Interval skor 62

Adapun klasifikasi profil kendali diri siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Cimahi ditinjau dari kategori dapat dilihat pada tabel 3.8.

Tabel 3.8

Klasifikasi Skor Profil Kendali Diri Siswa

No. Kriteria Kategori

1. X > 186 Tinggi

2. 124 < X < 186 Sedang

3. X < 124 Rendah

Penafsiran dari klasifikasi profil kendali diri siswa adalah sebagai berikut.

Tabel 3.9

Penafsiran Profil Kendali Diri Siswa

No.

Klasifikasi Profil

Penafsiran

1. Tinggi Siswa sudah memiliki kendali diri yang positif

sebagai seorang muslim, baik dalam

penguasaan situasi ketika belajar dan

(55)

positif, memiliki kesabaran yang memadai dan

dapat menerima konsekuensi dari

perbuatannya, memiliki keinginan untuk memperbaiki perilaku ke arah yang lebih baik.

2. Sedang Siswa sudah memiliki kendali diri positif

sebagai seorang muslim dalam belajar dan berinteraksi dengan teman-temannya, akan tetapi kendali diri positif tersebut harus selalu

ditumbuhkan melalui penbinaan dan

pengkondisian.

3. Rendah Siswa belum memiliki kendali diri positif

yang memadai, artinya siswa belum bisa mengarahkan dirinya ketika belajar dan berinteraksi sesuai dengan nilai-nilai Islami. Siswa kemungkinan belum mengenal atau belum membiasakan perilaku positif dalam belajar dan berinteraksi.

3. Prosedur dan Pengolahan Data

a. Uji Normalitas data

Hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji dengan statistik Parametrik yaitu uji-t. Uji-t mensyaratkan bahwa data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal (Sugiyono, 2008). Oleh karena itu sebelum pengujian hipotesis dilakukan, maka terlebih dulu dilakukan uji normalitas data.

Langkah-langkah pengujian normalitas data dengan uji Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S) adalah sebagai berikut.

1) urutkan nilai galat ei dari terkecil sampai terbesar.

2) transformasi nilai ei menjadi zi dengan zi = dimana e dan s adalah rata-rata

dan simpangan baku nilai galat.

(56)

5) tentukan nilai statistik Kolmogorov Smirnov D = maksimum |S(zi)-P(zi)| atau |S(zi-1)- P(zi)|

6) bandingkan nilai D dengan Dα(n).

7) keputusan jika D > Dα(n), maka tolak Ho artinya nilai variabel galat tidak normal.

b. Uji efektivitas Program Bimbingan dan Konseling Islami

Untuk menjawab rumusan pertanyaan penelitian ketiga, yaitu apakah Bimbingan dan Konseling Islami efektif dalam mengembangkan kendali diri siswa, maka data penelitian diolah melalui uji perbedaan rata-rata, yaitu dengan menggunakan uji-t (t-test).

Teknik uji-t digunakan untuk mengetahui apakah dua rerata antara skor kendali diri siswa sebelum dan sesudah mendapat perlakuan secara statistik signifikan. Teknik uji-t digunakan setelah memenuhi persyaratan: distribusi data bersifat normal dan adanya variansi yang homogen. Skor sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakuan (posttest) diperoleh dalam desain eksperimen. Tujuan uji t adalah untuk membandingkan kedua data pretest dan posttest tersebut sama atau berbeda, gunanya untuk menguji kemampuan generalisasi yang berupa dua variabel berbeda dengan mengggunakan rumus dari Arikunto (2006:306) sebagai berikut.

(57)

Pengembangan produk dari sebuah penelitian merupakan salah satu tahapan yang harus dilakukan. Tahapan dalam pengembangan produk yang berupa program Bimbingan dan Konseling Islami dalam mengembangkan kendali diri siswa dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan Draf Program

Setelah mempelajari beberapa konsep Bimbingan dan Konseling Islami, serta mendapatkan data awal profil kendali diri siswa, maka kegiatan berikutnya dalam pengembangan program adalah menyusun draft program berisi pedoman umum operasional program yang meliputi :(1) Rasional; (2) Asumsi; (3) Tujuan; (4) Rencana Operasional; (5) Prosedur Pelaksanaan Intervensi; (6) Kompetensi Konselor; (7) Indikator Keberhasilan / Evaluasi; (8) SKLBK.

Sedangkan perangkat program yang berisi pedoman khusus operasional program meliputi: (1) Modul Satuan Layanan BK dan (2) Modul materi yang

berkaitan dengan program Bimbingan dan Konseling Islami dalam

mengembangkan kendali diri siswa.

2. Uji Rasional

Uji rasional program dalam penelitian ini melalui dua jenis pengujian yaitu: uji validasi isi program dan uji empris.

a. Uji Validasi Isi program

(58)

Pengembangan dilakukan melalui tiga tahapan yang dipakai untuk mengumpulkan informasi penyusunan program.

Tahap 1: Tahap pertama dimulai dengan membuat kuesioner terbuka berfungsi

sebagai landasan meminta informasi spesifik tentang isi program Bimbingan dan Konseling Islami. Setelah menerima tanggapan penimbang, peneliti mengubah dan menyusun informasi ke dalam draft program.

Tahap 2: Pada tahap kedua, setiap penimbang menerima draft progam untuk

ditinjau kelayakan program secara rasional dan diminta untuk meninjau item kelayakan program.

Tahap 3 : Pada tahap ketiga, hasil penilaian penimbang yang dapat bervariasi dari

tiga penimbang diolah oleh peneliti menggunakan ukuran tendensi sentral (mean, median, dan modus). Dalam uji kelayakan untuk pengembangan program dalam penelitian ini menggunakan ukuran mean.

b. Uji Empiris

Uji empris dilakukan melalui uji keterbacaan dan uji kepraktisan program Bimbingan dan Konseling Islami dalam mengembangkan kendali diri siswa dari para praktisi bimbingan dan konseling. Dalam penelitian ini uji kepraktisan dilakukan oleh kordinator BK SMPN 9 Cimahi.

Berikut ini disajikan kisi-kisi instrumen uji rasional, yang terdiri dari:

Tabel 3.10

Kuesioner Terbuka Uji Validasi Isi Program Bimbingan dan Konseling Islami dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa

No Aspek yang Dinilai Saran

1. Rumusan Rasional

2. Asumsi

(59)

4. Tujuan

5. Rencana Operasional

6. Prosedur Pelaksanaan Intervensi

7. Kompetensi Konselor

8. Indikator Keberharhasilan

9. Satuan Layanan BK

Instrumen untuk uji validasi isi program pada tahap dua berbentuk kuesioner tertutup memakai dua alternatif skala penilaian yaitu: memadai = satu; dan tidak memadai = dua. Kisi-kisi instrumen berbentuk kusioner tertutup dapat dilihat pada Tabel 3.11 berikut:

Tabel 3.11

Kuesioner Tertutup Uji Validasi lsi Program Bimbingan dan Konseling Islami dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa

No Aspek yang Dinilai Item

1. Rumusan Rasional

2. Asumsi

3 Pengertian 3

4. Tujuan 4

5. Rencana Operasional 5

6. Prosedur Pelaksanaan intervensi 6

7. Kompetensi Konselor 7

8. Indikator Keberhasilan / evaluasi 8

9. Satuan Layanan BK 9

(Sumber Data: Ahli BK & Praktisi)

Kisi-Kisi validasi kepraktisan program berbentuk penilaian deskriptif berisi

empat pernyataan sebagai berikut : tidak dapat melaksanakan/

(60)

melaksanakan / mempraktekkan program. Kisi-kisi validasi kepraktisan program dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut.

Tabel 3.12

Kisi-Kisi Uji Kepraktisan Program Bimbingan dan Konseling Islami dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa SMPN 9 Cimahi

Tahap dan Jenis Kemampuan Item

A. Tahap kegiatan awal

Kisi-kisi lembar observasi aktivitas peserta didik pada pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islami dalam mengembangkan kendali diri siswa.

Tabel 3.13.

Kisi-kisi Lembar Observasi Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islami dalam Mengembangkan Kendali Diri Siswa Kelas VIII SMPN 9 Cimahi

NO AKTIVITAS YA TIDAK

1 Memperhatikan saat guru BK/konselor menjelaskan

2 Mau mengikuti permainan kelompok

3 Menunjukkan antusiasme atau semangat dalam

mengikuti aktivitas 4 Aktif bertanya

5 Menjawab pertanyaan dari guru atau teman

6 Memberikan pendapat dalam kelompok

(61)

8 Mengerjakan tugas yang diberikan guru BK/ konselor

9 Menyelesaikan tugas tepat waktu

10 Mengisi jurnal harian dengan sungguh-sungguh

H. Persiapan dan pelaksanaan penelitian

Prosedur penelitian merupakan urutan kegiatan yang harus dilakukan dalam kegiatan penelitian. Adapun prosedur kegiatan penelitian yang dilakukan adalah.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal dari penelitian. Kelancaran penelitian ditentukan oleh persiapan yang matan.Adapun tahap persiapan yang dilakukan adalah.

a. Melakukan penjajagan terhadap lokasi dan subjek penelitian untuk memperoleh data awal sehingga mendapat gambaran yang lengkap dan jelas mengenai masalah yang akan diteliti.

b. Penyusunan disain penelitian.

c. Menyusun kisi-kisi dan instrumen penelitian.

(62)

f. Membuat perbaikan instrumen kendali diri siswa agar dapat digunakan untuk mengambil data yang sesungguhnya.

g. Melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan gambaran awal tentang profil kendali diri siswa.

h. Merancang program Bimbingan dan Konseling Islami yang akan diberikan kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Cimahi.

i. Meminta judgmen kepada 3 (tiga) oang ahli tentang program Bimbingan dan Konseling Islami yang telah dibuat.

3. Tahap Pelaksanaan

a. Memilih dua kelas untuk dijadikan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.

b. Memberikan pretest kepada kelompok kontrol dan kelompok

eksperimen.

c. Melaksanakan layanan Bimbingan dan Konseling Islami kepada kelompok eksperimen.

d. Melakukan posttest terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

e. Mengumpulkan dan mengolah data.

f. Membuat kesimpulan hasil penelitian.

4. Tahap Akhir

a. Menyusun laporan penelitian.

(63)

c. Memperbaiki dan menyempurnakan laporan penelitian secara menyeluruh.

d. Merekomendasikan hasil penelitian kepada pihak yang

Gambar

Tabel 3.2 Jumlah Populasi Penelitian
Tabel 3.3  Jumlah Sampel Penelitian
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3.6  Pola Penyekoran Butir Pernyataan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penulisan ilmiah ini akan dibahas mengenai pembuatan aplikasi yang dapat mempermudah seseorang dalam mempelajari atau menambah informasi

Kerusakan minyak goreng akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi dari bahan pangan yang digoreng, minyak tersebut rusak akibat adanya proses oksidasi dan polimerisasi yang

namanya tidak tercantum dalam akta pendirian/anggaran dsar, sepanjang pihak lain tersebut adalah pengurus/karyawan perusahaan/karyawan koperasi yang berstatus sebbagai

PENGUMUMAN HASIL PEMILIHAN LANGSUNG PENGADAAN BARANG /JASA PEKERJAAN KONSTRUKSI DINAS TATA RUANG DAN PERMUKIMAN KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN. NOMOR

4 des Gesetzes über die Hochschulen des Landes Nordrhein-Westfalen (Hochschulgesetz – HG) in der Fassung des Hochschulfreiheitsgesetzes (HFG) vom 31. 308) in Verbindung mit

Sugiantoro., (2002), Mesin Perajang Umbi Singkong Multiguna, Universitas Muhammadiyah, Malang.. Suga., 2002.Dasar perencanaan dan Pemilihan

Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan. dimensi

Sebelum melakukan proses pembelajaran pendidikan agama Islam, guru selalu mempersiapkan atau membuat silabus, hal tersebut dilakukan untuk menerapkan kurikulum