i
ANALISIS PERUBAHAN KENAIKKAN PTKP PADA PERHITUNGAN PPh
PASAL 21 PT. ABC DI PT. MANASA SISTEMATIKA INDONESIA
Oleh :
NI KOMANG AYU ARIATI
NIM : 1306043032
Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan
studi pada Program Studi Diploma III Perpajakan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
Denpasar
ii
Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh prnguji dan disetujui oleh Pembimbing,
serta di uji pada tanggal :……….
Tim Penguji Tanda Tangan
1. Ketua : ……… ……… 2. Sekretaris : ……… ………
Mengetahui,
Ketua Program
Drs. I Komang Ardana, MM
NIP. 19561012 198403 1 003
DosenPembimbing,
Dra. Ni Ketut Lely A.M, M.Si.,Ak
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir Studi yang berjudul “Analisis Perubahan Kenaikan PTKP Pada Perhitungan PPh Pasal 21 PT. ABC di PT. Manasa Sistematika
Indonesia”.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan
dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam
penyusunan Tugas Akhir Studi ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa,SE.,M.Si, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S, selaku Pembantu Dekan I
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Bapak Drs. I Komang Ardana, MM selaku Ketua Program Diploma III
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Ibu Dra. Ni Ketut Lely A.M, M.Si.,Ak selaku Dosen Pembimbing Tugas
Akhir Studi (TAS) yang telah meluangkan waktu untuk memberikan
bimbingan dan pengarahan sampai dengan selesainya Tugas Akhir Studi
ini.
5. Bapak Dr. I Gde Ary Wirajaya, SE, M.Si, Ak selaku Pembimbing
Akademik (PA) selama penulis menjalankan kuliah pada Program Studi
Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
iv
6. Bapak dan Ibu Dosen yang mengajar dan membimbing penulis selama
mengikuti perkuliahan pada Program Studi Diploma III Perpajakan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
7. Bapak Drs, I Gde Santana dan I Gde Bujangga Hartawan, SE., selaku
pimpinan PT. Manasa Sistematika Indonesia, Sentana, Bujangga & Rekan
yang telah memberikan penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
(PKL).
8. Ibu Putri, Mbak Arik, Mbak Dewik, Mbak Putu, Bli Leong, Bli Krisna,
Mbak Asih, Mbak Devi, Mbak ayu, Mbak Desak, Bli Kadek, Bli Adi, Bli
Komang, serta seluruh staff karyawan PT. Manasa Sistematika Indonesia
yang telah mendampingi serta memberikan pengarahan pada saat PKL.
9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu karena
berbagai keterbatasan , atas perhatian , semangat, dan motivasi serta segala
bantuan kepada penulis selama penyusunan Tugas Akhir Studi.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir
Studi ini, masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan
karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian
Tugas Akhir Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang
berkepentingan.
Denpasar, Mei 2016
v
Judul : Analisis Perubahan Kenaikan PTKP pada Perhitungan PPh Pasal 21 PT. ABC di PT. Manasa Sistematika Indonesia
Nama : Ni Komang Ayu Ariati
NIM :1306043032
ABSTRAK
Sesuai dengan Pasal 21 Undang-Undang no.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, pemotongan PPh dilakukan jika telah memenuhi syarat yang ditentukan peraturan yang terkait, yaitu pemberi penghasilan memenuhi syarat sebagai pemotong pajak dan penerima penghasilan memenuhi syarat sebagai pihak yang dipotong PPh pasal 21. Transaksi yang dilakukan merupakan objek PPh pasal 21.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana Perhitungan, Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 PT. ABC. Mengetahui perubahan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 PT. ABC akibat adanya penyesuaian PTKP tahun 2015, dan untuk mengetahui dampak perubahan kenaikan PTKP pada Perhitungan PPh Pasal 21 PT. ABC di PT. MSI. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah jenis data primer.
Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa PT. ABC sudah memenuhi kewajiban perpajakan PPh pasal 21 tahun 2015 dengan baik dan benar.
vi DAFTAR ISI
Isi Halaman
JUDUL……….. i
HALAMAN PENGESAHAN………. ii
KATA PENGANTAR………. iii
ABSTRAK……… v
DAFTAR ISI………. vi
DAFTAR TABEL……… vii
DAFTAR LAMPIRAN……… viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah………... 1
1.2Rumusan Masalah………...……….. 3
1.3Tujuan Penelitian………... 4
1.4Kegunaan Penelitian……… 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori………... 5
BAB III METODE PENELITIAN 3. 1Lokasi Penelitian……… ..12
3. 2 Objek Penelitian……… 12
3. 3 Identifikasi Variabel……….…... 12
3. 4 Definisi Operasional Variabel………...……... 12
3. 5 Jenis dan Sumber Data………. 13
3. 6 Metode Pengumpulan Data………... 13
3. 7 Teknik Analisis Data………... 13
BAB IV PEMBAHASAN HASI PENELITIAN 4. 1Gambaran Umum Daerah/Deskripsi Hasil Penelitian………….. 14
4. 2 Pembahasan Hasil Penelitian……… 17
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5. 1Simpulan………... 23
5. 2 Saran………. 23
DAFTAR RUJUKAN………. 24
vii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
4.1 Perhitungan dan Pemotongan PPh Pasal 21 PT. ABC yang dilakukan PT.
MSI …………... ……18
4.2 Rincian Total Gaji & Tunjangan PT. ABC ………... 19
4.3 Tanggal Penyetoran oleh PT. ABC ………... 20
4.4 Perhitungan Pasal 21 PTKP Rp.2.025.000……….. 21
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran
1. Formulir SPT Masa PPh Pasal 21/26 untuk PTKP Rp 24.300.000 per Januari –Desember 2016
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Menjalankan roda pemerintahannya di Negara Republik Indonesia, pemerintah
memiliki beberapa fungsi yang sangat penting. Fungsi-fungsi tersebut antara lain
yaitu.
a. Fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan
ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan dan keamanan.
b. Fungsi alokasi, yaitu fungsi pemerintah sebagai penyedia barang publik, seperti
pembangunan jalan raya, gedung sekolah, penyediaan fasilitas penerangan jalan
dan telephone.
c. Fungsi distribusi, yaitu fungsi pemerintah dalam pemerataan atau distribusi
pendapatan masyarakat.
Untuk menjalankan semua fungsi-fungsi tersebut pastilah pemerintah
memerlukan dana yang sangat besar, dimana belanja Negara tersebut didanai dari
pendapatan Negara (Public Revenue). Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan
terbesar Negara Indonesia saat ini.
Pajak memegang peranan yang sangat penting bagi penerimaan Negara dan
bertujuan untuk pembangunan nasional serta kemakmuran masyarakat. Menurut UU
2
adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan definisi terebut dapat disimpulkan bahwa
pajak adalah iuran wajib kepada Negara yang berdasarkan undang-undang tanpa jasa
timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara lansung dapt ditunjuk yang
digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaran-pengeluaran
yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Meningkatnya penerimaan Negara dari sektor pajak terjadi secara
terus-menerus, dimana hal ini terjadi akibat dari kebijakan dan pembaharuan
peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah. Dimana hal ini akan menyebabkan terjadinya
perubahan di sektor pajak yang salah satu adalah perubahan PTKP.
Pada dasarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah pengurang
penghasilan neto bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menentukan besarnya
penghasilan kena pajak (PKP). PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak
atau awal bagian tahun pajak. Saat ini pemerintah melakukan revisi Peraturan
Menteri Keuangan (PMK) Nomor 162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Besaran
PTKP. Per 1 Juli 2015, batas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) naik dari Rp 24,3
juta per tahun menjadi Rp 36 juta per tahun, atau Rp 3 juta per bulan. Di mana naik
3
Peningkatan PTKP diperoleh setelah dikeluarkannya Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan
Tidak Kena Pajak. Penerbitan Peraturan Menteri Keuangan tersebut dilatarbelakangi
oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi serta perkembangan harga kebutuhan
pokok yang semakin meningkat. Lebih lanjut, kenaikan PTKP tersebut ditujukan
untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan sebagai insentif agar pertumbuhan
ekonomi nasional dapat didorong melalui peningkatan konsumsi masyarakat.
Dampak kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak dalam jangka pendek
mungkin akan menurunkan penerimaan negara dari sektor perpajakan khususnya
Pajak Penghasilan Pasal 21 karena akan mengurangi jumlah Pajak Penghasilan
terutang yang dibayarkan.
Merupakan suatu hal yang menarik untuk kita lihat pengaruh perubahan
Penghasilan Tidak Kena Pajak terkait dengan jumlah Pajak Penghasilan Orang
Pribadi yang masuk ke kas negara.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti bermaksud untuk melakukan
peneltian yang difokuskan kepada perubahan PTKP yang dikemas dengan judul
“Analisis Perubahan Kenaikan PTKP pada Perhitungan PPh Pasal 21 PT. ABC DI
4 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka masalah
penelitian yang dapat dirumuskan adalah.
1) Bagaimanakah Perhitungan, Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal
21 Pegawai Tetap pada PT. ABC di PT. MSI ?
2) Apakah terdapat perubahan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai
Tetap PT. ABC akibat adanya penyesuaian PTKP tahun 2015 di PT. MSI ?
3) Apa saja dampak perubahan kenaikkan PTKP pada pehitungan PPh Pasal 21
Pegawai Tetap PT. ABC di PT. MSI ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk:
1) Mengetahui bagaimana Perhitungan, Pemotongan, Penyetoran, dan
Pelaporan PPh Pasal 21 PT. ABC yang dilakukan PT.MSI.
2) Mengetahui perubahan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 PT. ABC akibat
adanya penyesuaian PTKP tahun 2015 di PT. MSI.
3) Mengetahui dampak perubahan kenaikan PTKP pada Perhitungan PPh Pasal 21
5 1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi:
1) Penulis
Penelitian ini merupakan peluang bagi penulis untuk dapat menerapkan materi
studi yang diterima selama mengenyam pendidikan di Progam Studi Diploma III
Perpajakan Universitas Udayana. Selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengalaman, wawasan, dan pemahaman penulis dalam menganalisis
suatu masalah lain yang mungkin timbul di kemudian hari.
2) Untuk Direktorat Jenderal Pajak
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bisa dijadikan
5 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut Mardiasmo (Edisi Revisi:1) “Pajak adalah
iuran rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada memperoleh jasa timbal (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum. Sedangkan pajak menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah kontribusi wajib kepada Negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Berdasarkan kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pajak memiliki unsur-unsur.
1) Iuran dari rakyat ke Negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah
Negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).
2) Berdasarkan undang, Pajak dipungut dengan kekuatan
6
3) Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari Negara yang secara
langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat
ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.
4) Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat.
2.1.2 Fungsi Pajak
Pajak memiliki fungsi sebagai sumber pendapatan Negara, namun
fungsi tersebut bukanlah merupakan fungsi utama. Ada dua fungsi pajak yang
paling penting antara lain:
1) Fungsi penerimaan (budgetair) yaitu pajak sebagai sumber dana bagi
pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
2) Fungsi mengatur (regulerend) yaitu pajak sebagai alat untuk melaksanakan
atau mengatur kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
2.1.3 Pengelompokkan Pajak
Menurut Waluyo (2011: 12) pajak dapat digolongkan menjadi tiga
kelompok, yaitu.
1) Menurut golongannya terdiri atas.
(1) Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat
dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung
7
(2) Pajak tak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain.
2) Menurut sifat
Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan
pembagian berdasarkan ciri-ciri prinsip, yaitu.
(1) Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan
pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan subjeknya.
(2) Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya,
tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
3) Menurut pemungut dan pengelolanya, antara lain.
(1) Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
(2) Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
2.2 Pajak Penghasilan Pasal 21
2.2.1 Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21
Menurut Mardiasmo (Edisi Revisi : 188) “PPh 21 adalah pajak atas
panghasilan berupa gaji, uoah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
8
jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi. Subjek pajak
dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang Undang Pajak
Penghasilan.
Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak
Penghasilan Pasal 21, terdapat pengertian-pengertian yang menjadi dasar
dalam penerapan Pajak Pertambahan Nilai antara lain.
1) Pemotong pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan
oleh.
a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan pegawai atau bukan pegawai.
b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
atau kegiatan.
c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan
pembayaran dengan nama apa pun dalam rangka pensiun.
d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebgai
imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang
9
e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan
dengan pelaksanaan kegiatan.
2) Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib melakukan
pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah
kantor perwakilan Negara asing dan organisasi-organisasi internasional
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 .
3) Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk
setiap bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan
biaya jabatan atau biaya pensiun yang besarnya ditetapkan dengan
peraturan menteri keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena
Pajak.
4) Penghasilan pegawai harian, mingguan, erta pegawai tidak tetap lainnya
yang dipotongpajak adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi
bagian penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan yang besarnya
ditetapkan dengan peraturan menteri keuangan.
5) Tariff pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) adalah tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)
huruf a, kecuali ditetapkan lain dengan peraturan pemerintah.
6) Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang diterapkan
terhadap Wajib Pajak yang tidak memilki Nomor Pokok Wajib Pajak
10
terhadap wajib pajak yang yang dapat menunjukkan Nomor Pokok
Wajib Pajak.
7) Ketentuan mengenai petunjuk palaksanaan pemotongan pajak atas
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan diatur
dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan.
2.3 PTKP
2.3.1 Pengertian PTKP
Menghitung Penghasilan Kena Pajak di SPT Tahunan Orang Pribadi,
jumlah penghasilan neto selama setahun harus dikurangi terlebih dahulu
dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Kemudian untuk
mendapatkan pajak penghasilan terutang, penghasilan kena pajak dikalikan
dengan tarif pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan (UU PPh).
PTKP merupakan pengurangan penghasilan neto yang diperkenankan
oleh undang-undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan.
PTKP hanya diberikan kepada Wajib Pajak orang pribadi / perseorangan
sesuai dengan ketentuan pasal 6 ayat 3 UU PPh.
Besarnya PTKP disesuaikan dari waktu ke waktu dengan Peraturan
11 2.3.2 Status Wajib Pajak
TK : Tidak Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota Keluarga,
K : Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga
K/I : Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang) yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami, ditambah dengan banyaknya
tanggungan anggota keluarga.
PH : Wajib pajk kawin secara tertulis melakukan perjanjian pemisahan harta
dan penghasilan.
HB : Wajib pajak kawin yang telah hidup berpisah ditambah banyaknya
tanggungan anggota keluarga.
2.3.3 Penentuan Besarnya PTKP
Penentuan besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) untuk Orang Pribadi. Untuk
menentukan besarnya PKP, Penghasilan neto dikurangi dengan PTKP untuk diri
sendiri, tambahan untuk yang kawin, dan tambahan untuk setiap anggota keluarga
sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang.
2.3.4 Waktu penentuan besarnya PTKP
Penghitungan besarnya PTKP ditentukan menurut keadaan Wajib Pajak pada
awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak.
Misalnya, pada tanggal 1 Januari 2011 Wajib Pajak B berstatus kawin dengan
12
Januari 2011, maka besarnya PTKP yang diberikan kepada Wajib Pajak B untuk