• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD: Didactical Design Research dan StudiEksperimen pada Kelas III Sekolah Dasar diKota BogorTahunAjaran 2014/2015.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD: Didactical Design Research dan StudiEksperimen pada Kelas III Sekolah Dasar diKota BogorTahunAjaran 2014/2015."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR

KREATIF MATEMATIS SISWA SD

(Didactical Design Research dan Studi Eksperimen pada Kelas III Sekolah Dasar diKota Bogor Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

DiajukanUntukMemenuhiSebagiandari SyaratMemperolehGelarSarjanaPendidikan Program StudiPendidikan Guru SekolahDasar

Oleh AI JULIANI

1102387

PROGRAM STUDIPENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS SERANG

(2)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR

KREATIF MATEMATIS SISWA SD

(Didactical Design Research dan Studi Eksperimen pada Kelas III Sekolah Dasar di Kota Bogor Tahun Ajaran 2014/2015)

Oleh Ai Juliani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Prodi S1 PGSD

© Ai Juliani 2015

Universitas Pendidikan Indonesia Juni 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

(3)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

(4)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

UniversitasPendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI

BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

(Didactical Design Research danStudiEksperimenpadaKelas III SekolahDasar di Kota Bogor TahunAjaran 2014/2015)

Ai Juliani

ImaNi’mahCh

udari

1

Supriadi

2

Pendidikan Guru SekolahDasar, FakultasIlmuPendidikan, Kampus Daerah Serang, UniversitasPendidikan Indonesia.

ai.juliani@student.upi.edu

ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari permasalahanrendahnyahasilbelajarsiswadanbanyaknyasiswayang memilikihambatanbelajarberdasarkanteslearning obstacle di kelas IV dan V SDN Cibeureum 2 dan SDN Sirnagalih 5 sertamelakukanpretestpadakonseppersegidanpersegipanjang di kelas III SDN Cibeureum 2. Dari 146 siswa yang mengikutiteslearning obstacle, 78.6% masihmengalamihambatanbelajarmengenaikonseppersegidanpersegipanjang.Sedangkandari 95 siswa yang megikutipretest, rata-ratanya 27.98.Modelpembelajaranyang digunakanEtnomatematikaSundakemampuanberpikirkreatifmatematis.Tujuanpenelitian, untukmengetahuiperbedaankemampuanberpikirkreatifmatematisantarasiswa yang mendapatkanpembelajaran DDR-EtnomatematikaSunda,EtnomatematikaSunda non DDR, dankonvensionalsertamengetahuidisposisidariketigakelastersebut. Metode yang digunakan DDR daneksperimenpadakelas III SekolahDasar di Kota Bogor. DDR dibuatdesaindidaktikkemudiandiimplimentasikandi SDN Cibeureum 1 dan SDN Sirnagalih 5 denganhasilpencapaian 75.66% danimplementasirevisidesaindidaktik 92.48%. Sedangkanpenelitianeksperimenuntukujianovapretest 0.878 iniberartibahwa 0.878 ≥0.05 maka Hₒ diterimadan Ha ditolak. Ujianovaposttest 0.000iniberarti 0.000≤0.05 maka Hₒ ditolakdan Ha diterima. Nilai rata-rata posttestkelaseksperimen I 82.7447 disposisinya 85.50%eksperimen II 77.0525 dengandisposisi 83.91%,dankelaskontrol 66.3876 dengandisposisi54.70%. Sementarakarakteristik yang ditunjukkankelas DDR-EtnomatematikaSundalebihaktifdanpembelajaransistematis, kelasEtnomatematikaSunda non DDR ceria danpercayadiri, kelaskonvensionalterjadiinteraksisatuarah.Memperhatikan data di atasdapatdisimpulkanbahwaterdapatperbedaanantarakelaseksperimen I, eksperimen II, dankontrol.

Kata Kunci : EtnomatematikaSunda, DDR.

1

Penuliskedua 2

(5)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

UniversitasPendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SUNDANESE ETHNOMATHEMATICS

LEARNINGININCREASINGELEMENTARY SCHOOL

STUDENTS’ ABILITY TO THI

NK MATHEMATICAL AND

CREATIVELY

(Didactical Design Research and Experimental Study on the Class III Primary School Bogor City Academic Year 2014/2015)

ABSTRACT

(6)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi DAFTAR ISI

JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Pembelajaran Etnomatematika Sunda ... 11

B. Permainan Tradisional Sondah ... 16

C. Didactical Design Research (DDR)... 21

D. Pembelajaran Konvensional ... 24

E. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 25

F. Disposisi Berpikir Kreatif Matematis ... 27

G. Konsep Persegi dan Persegi Panjang ... 28

H. Penelitian yang Relevan ... 30

I. Hipotesis Penelitian ... 32

(7)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii

A. Desain Penelitian ... 33

B. Partisipan ... 41

C. Lokasi, Subjek, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 42

D. Instrumen Penelitian... 43

E. Prosedur Penelitian... 49

F. Teknik Pengumpulan Data ... 51

G. Teknik Analisis Data ... 52

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Temuan Didactical Design Research (DDR) ... 58

B. Temuan Penelitian Eksperimen... 86

C. Pembahasan ... 124

D. Jawaban Hipotesis ... 138

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 140

A. Simpulan ... 140

B. Rekomendasi ... 143

BIBLIOGRAFI ... 145 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Desain Penelitian Eksperimen ... 38

Tabel 3.2 Tabel Wenner Penelitian ... 39

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 45

Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 45

Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda ... 46

Tabel 3.6 Hasil Uji Daya Pembeda ... 46

Tabel 3.7 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Soal ... 47

Tabel 3.8 Kriteria Penilaian ... 53

Tabel 3.9 Interpretasi Gain Ternomalisasi ... 57

Tabel 3.10 Interpretasi Skor Skala Disposisi ... 57

Tabel 4.1 Hasil Analisis terhadap Soal Learning Obstacle ... 59

Tabel 4.2 Hasil Rata-rata Nilai Implementasi Desain Didaktik Awal ... 71

Tabel 4.3.Hasil Observasi Implementasi Desain Didaktik Awal ... 72

Tabel 4.4 Hasil Rata-rata Nilai Implementasi Revisi Desain Didaktik ... 79

Tabel 4.5.Hasil Observasi Implementasi Revisi Desain Didaktik ... 84

Tabel 4.6 Deskripsi Statistik Pretest ... 87

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ... 88

Tabel 4.8 Klasifikasi Nilai Pretest ... 89

Tabel 4.9 Hasil Uji Anova Satu Jalur Pretest ... 92

Tabel 4.10 Rata-rata Nilai Skala Disposisi Pretest Kelas Eksperimen I ... 93

Tabel 4.11 Rata-rata Nilai Skala Disposisi Pretest Kelas Eksperimen II ... 94

Tabel 4.12 Rata-rata Nilai Skala Disposisi Pretest Kelas Kontrol ... 95

Tabel 4.13 Deskripsi Statistik Posttest... 97

Tabel 4.14 Hasil Uji Normalitas Posttest ... 98

Tabel 4.15 Klasifikasi Nilai Posttest ... 99

Tabel 4.16 Hasil Uji Anova Satu Jalur Posttest ... 102

Tabel 4.17 Hasil Uji Scheffe Data Posttest ... 104

Tabel 4.18 Klasifikasi Nilai Kelas Eksperimen I ... 106

(9)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix

Tabel 4.20 Hasil Uji Scheffe Kelas Eksperimen I ... 109

Tabel 4.21 Klasifikasi Nilai Kelas Eksperimen II ... 110

Tabel 4.22 Pengelompokkan Nilai Eksperimen II ... 112

Tabel 4.23 Hasil Uji Scheffe Kelas Eksperimen II ... 114

Tabel 4.24 Perbandingan Gain Ternomalisasi ... 115

Tabel 4.25 Ketercapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 116

Tabel 4.26 Rata-rata Nilai Skala Disposisi Posttest Kelas Eksperimen I ... 119

Tabel 4.27 Rata-rata Nilai Skala Disposisi Posttest Kelas Eksperimen II ... 120

Tabel 4.28 Rata-rata Nilai Skala Disposisi Posttest Kelas Kontrol ... 121

(10)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pola Permainan Sondah Masyarakat Bogor ... 18

Gambar 2.2 Segi Tiga Didaktik Kansanen ... 22

Gambar 2.3 Persegi ... 29

Gambar 2.4. Persegi Panjang ... 29

Gambar 3.1 Alur Pelaksanaan Didactical Design... 34

Gambar 3.2 Hubungan Etnomatematika Sunda, Budaya Sunda, dan Matematika ... 37

Gambar 3.3 Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian Eksperimen ... 40

Gambar 4.1 Laerning Obstacle Tipe 1 ... 62

Gambar 4.2 Laerning Obstacle Tipe 2 ... 63

Gambar 4.3 Laerning Obstacle Tipe 3 ... 64

Gambar 4.4 Laerning Obstacle Tipe 4 ... 65

Gambar 4.5 Hasil Implementasi Desain Didaktik Awal Bagian Pertama ... 68

Gambar 4.6 Hasil Implementasi Desain Didaktik Awal Bagian Kedua ... 69

Gambar 4.7 Hasil Implementasi Desain Didaktik Awal Bagian Ketiga ... 70

Gambar 4.8 Jurnal Siswa Implementasi Desain Didaktik Awal ... 74

Gambar 4.9 Hasil Implementasi Revisi Desain Didaktik Bagian Pertama ... 76

Gambar 4.10 Hasil Implementasi Revisi Desain Didaktik Bagian Kedua... 77

Gambar 4.11 Hasil Implementasi Revisi Desain Didaktik Bagian Ketiga ... 78

Gambar 4.12 Posisi Duduk ... 81

Gambar 4.13 Perubahan Posisi Duduk... 82

Gambar 4.14 Jurnal Siswa Implementasi Revisi Desain Didaktik ... 85

Gambar 4.15 Temuan Didaktik ... 128

(11)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xi

DAFTAR GRAFIK

(12)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 148

Lampiran 2. Lembar Kegiatan Siswa dan Instrumen ... 192

Lampiran 3. Hasil Observasi, Wawancara, dan Jurnal ... 213

Lampiran 4. Daftar Nilai dan Analisis Nilai ... 246

Lampiran 5. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 313

Lampiran 6. Surat Keterangan Penelitian ... 319

(13)

Ai Juliani,2016

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Zaman telah berkembang dengan sangat cepat. Globalisasi dan westernisasi telah menyentuh seluruh golongan termasuk anak usia Sekolah Dasar. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada anak SD di kota Bogor, siswa cenderung lebih menyukai bermain game online atau bermain games di

handphone. Dengan kecenderungan tersebut mempengaruhi pergaulan anak di dalam masyarakat, anak lebih bersifat individualis. Anak lebih sering asyik sendiri dari pada berkumpul bersama temannya untuk belajar bersama atau bermain bersama di lapangan. Kebiasaan demikian juga turut mempengaruhi proses berpikir dan kemampuan siswa dalam belajar. Siswa lebih menyukai hal-hal yang bersifat instan dan cepat dalam proses pembelajaran.

(14)

Ai Juliani,2016

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

(15)

Ai Juliani,2016

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan bahan ajar yang akan disampaikan. Proses pembelajaran akan berjalan baik dan produktif apabila guru mimiliki kemampuan dalam menciptakan suasana belajar siswa yang menyenangkan. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan tentunya memerlukan guru yang kreatif dan memiliki kemampuan mengkomunikasikan bahan ajar secara terprogram.

Matematika adalah ilmu dasar yang kehidupan sehari-hari yang berguna untuk memahami dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dewasa ini. Begitu pentingnya matematika untuk kehidupan namun hal tersebut tidak berbanding lurus dengan penguasaan dan keterampilan matematika pada siswa khususnya Sekolah Dasar (SD). Pembelajaran matematika di Indonesia yang terjadi saat ini seperti yang dijelaskan oleh mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia, Wardiman Djojonegoro (dalam Turmudi, 2010, hlm. 2) dalam sebuah seminar nasional pernah mengungkapkan bahwa: Kebanyakan sekolah dan guru-guru (di Indonesia) memperlakukan siswa bagaikan suatu wadah yang siap untuk diisi pengetahuan. Contoh lain yang populer adalah kecenderungan terhadap jawaban salah-benar dalam belajar. Sekolah dan guru umumnya berfokus pada perolehan jawaban siswa yang benar dalam mengembangkan proses dan menurunkan jawaban. Hasilnya, bahwa siswa seringkali hanya untuk pencapaian prestasi dan untuk memahami „kulit-kulitnya‟ saja, karena cara-cara hafalan jatuh dalam kategori belajar seperti ini. Hal-hal seperti di atas memang relevan dengan yang dikemukakan oleh ahli-ahli pendidikan matematika bangsa lain terutama yang berkaitan dengan pembelajaran yang masih dipandang konvensional. Misalkan Silver (dalam Turmudi, 2010, hlm. 3) mengemukakan bahwa pada umumnya dalam pembelajaran matematika, para siswa menonton bagaimana gurunya mendemonstrasikan penyelesaian soal-soal matematika di papan tulis dan siswa mengkopi apa yang telah dituliskan oleh gurunya. Hal serupa dikemukakan oleh Senk dan Thompson (dalam Turmudi, 2010, hlm. 3) bahwa dalam kelas tradisional, umumnya guru-guru menjelaskan pembelajaran matematika dengan mengungkapkan rumus-rumus dan dalil-dalil matematika terlebih dahulu, baru siswa berlatih dengan soal-soal yang disediakan.

(16)

3

Ai Juliani,2016

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan pengalaman lebih bagi siswa, akan menyebabkan sedikitnya pengalaman belajar yang didapatkan siswa sehingga mengakibatkan terbatasnya kemampuan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Keterbatasan pemahaman akan turut mempengaruhi kemampuan kreatif siswa dalam megembangkan suatu konsep yang dipelajari.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di SD Negeri Cibeureum 2 Kota Bogor pada tanggal 13 Februari 2015 dengan cara observasi dan wawancara, observasi dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran di kelas yaitu dengan melihat bagaimana respon siswa dalam mempelajari matematika. Siswa cenderung memiliki banyak kesulitan dalam mempelajari matematika baik dari sisi konsep maupun pengembangannya. Siswa lebih banyak diam tanpa ada aktivitas yang menonjol. Kondisi kelas kurang kondusif karena tidak semua siswa memperhatikan penjelasan guru, ada yang asyik mengobrol dan ada pula yang asyik sendiri dengan mainannya, seperti mencoret-coret buku dan menggambar kartun. Selain mengamati proses belajar siswa, peneliti juga mengamati bagaimana guru menyampaikan pelajaran. Guru hanya menggunakan media seadanya yakni pembelajaran hanya dengan metode ceramah dan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai bahan siswa latihan. Guru menjelaskan materi di papan tulis dan memberikan contoh, selanjutnya siswa mengerjakan latihan soal di LKS yang telah menjadi pegangan masing-masing siswa. Kondisi belajar seperti itu membuat siswa jenuh dan minim pengalaman belajarnya.

(17)

Ai Juliani,2016

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan dalam LKS tersebut. Materi dan latihan yang disajikan dalam LKS kadang kurang mendukung siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Setiap guru juga mengakui bahwa siswa SD sebagian besar kesulitan dalam mengembangkan konsep dan terbatas pada konsep yang diberikan guru tanpa mau berkreasi untuk mengembangkan konsep. Siswa hanya terbiasa pada soal-soal rutin sehingga ketika mendapatkan masalah yang lebih kompleks (soal non rutin) siswa akan mengalami banyak kesulitan dan cenderung menghafal daripada memahami. Begitu pula hasil pengamatan guru yang telah dilakukan bahwa siswa zaman sekarang lebih senang bermain game online secara individu daripada bermain secara bersama-sama atau belajar kelompok.

Permasalahan tersebut terjadi tidak hanya di satu sekolah melainkan terjadi secara merata hampir dibeberapa wilayah, baik di pedesaan maupun di kota. Kondisi seperti ini tentu tidak dapsat dibiarkan namun perlu adanya penanganan yang tepat agar masalah tersebut tidak berlarut-larut. Kemampuan berpikir kreatif pada siswa perlu ditingkatkan karena proses berpikir kreatif dapat membantu siswa dalam pemecahan masalah secara efisien dan efektif (Susanto, 2014, hlm. 109). Sikap siswa yang turut disoroti dalam masalah ini adalah sikap sosial yang terlihat kurang baik yang ditunjukkan dengan rasa individualis juga turut harus dicarikan solusi. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial dimana satu sama lain saling membutuhkan. Tidak akan terjadi hubungan yang harmonis jika orang-orang disekitar hanya mementingkan diri sendiri. Disisi lain, siswa SD merupakan usia dimana terbentuk sifat-sifat dan karakter baik yang sangat perlu dikembangkan. Jiwa cinta tanah air dan budaya turut menjadi sorotan yang perlu dikembangkan pada diri siswa.

Hasil uji tes learning obstacle dengan jumlah empat soal yang dilakukan pada tanggal 14-16 Februari 2015 pada siswa-siswi SD Negeri Cibeureum 2 dan SD Negeri Sirna Galih 5 ditemukan beberapa hambatan belajar mengenai konsep persegi dan persegi panjang yaitu:

1. Learning obstacle terkait konsep image mengenai persegi

2. Learning obstacle terkait menentukan panjang dan lebar dari luas suatu persegi panjang

(18)

5

Ai Juliani,2016

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Learning obstacle terkait menentukan persegi dan persegi panjang dari suatu gambar

Begitu kompleksnya masalah yang terjadi saat ini. Zaman semakin modern namun tidak serta merta menyelesaikan berbagai masalah kehidupan, namun terkadang ada beberpa perkembangan zaman yang justru memberikan dampak negatif. Agar masalah tersebut tidak berlarut-larut tanpa adanya penyelesaian, maka sebagai insan pendidik yang dapat memberikan perubahan hendaknya mencari solusi atas masalah yang terjadi seperti masalah yang telah dipaparkan di atas.

Untuk memperoleh kualitas proses pembelajaran yang baik, salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan menentukan metode pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar. Metode, model atau pendekatan yang baik dirasa cukup membantu siswa dalam memahami suatu materi, namun pada kenyataannya suatu metode tidak akan berjalan baik jika peranan guru tidak terlibat secara penuh.

Menurut teori kognitif Piaget (dalam Suwangsih dan Tiurlina, 20114, hlm. 82) bahwa fase berpikir siswa sekolah dasar berada pada operasional konkret. Berdasarkan perkembangan kognitif ini, maka anak usia sekolah dasar pada umumnya mengalami kesulitan dalam memahami matematika yang bersifat abstrak. Karena keabstrakannya matematika relatif tidak mudah untuk dipahami oleh siswa sekolah dasar pada umumnya (Susanto, 2014, hlm.184). Dengan sifat matematika yang abstrak, maka tugas guru adalah membuat strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam memahami matematika tersebut.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 disebutkan bahwa salah satu Standar Kompetensi Lulusan (SKL) satuan pendidikan Sekolah Dasar adalah siswa dapat menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif sekaligus dapat menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif.

(19)

Ai Juliani,2016

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sunda berpijak pada hakikat pembelajaran bahasa dan sastra. Belajar bahasa pada dasarnya adalah belajar berkomunikasi, luasnya aspek budaya Sunda seyogyanya dipelajari secara lintas kurikulum, meliputi beberapa mata pelajaran yang diajarkan di sekolah (kecuali mata pelajaran bahasa Inggris).

Peluang memasukkan aspek-aspek budaya Sunda ke dalam kurikulum tiap-tiap mata pelajaran terbuka lebar dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam KTSP, sekolah diarahkan untuk memasukkan keunggulan lokal sebagai salah satu basisnya. Pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah pendidikan yang diselenggarakan setelah memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan keunggulan kompetitif dan/atau komparatif daerah. Desentralisasi terutama dalam pengembangan silabus dan pelaksanaannya yang disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah, dan kondisi sekolah atau daerah, seharusnya mampu dimanfaatkan secara maksimal dengan mendesain kurikulum yang melibatkan potensi dan kearifan lokal yang bersumber dari kehidupan alam dan masyarakat setempat (Sunda). Disisi lain, budaya merupakan suatu warisan tradisi yang perlu untuk dikembangkan dan dijaga kelestariannya (Endraswara, 2006, hlm. 4) hal ini pula disebutkan dalam salah satu bait pupuh Sunda dengan judul “Tanah Sunda” yang berbunyi “Miara pakaya mémang sawajibna, Getén titén rumawat tanah pusaka”.

Yang artinya bahwa memelihara kekayaan adalah kewajiban, Semangat merawat tanah pusaka. Kekayaan yang dimaksud adalah kebudayaan.

Melalui integrasi ke dalam setiap mata pelajaan, Pembelajaran Budaya Sunda (Etno Sunda) dilaksanakan dengan proses membangun visi, misi dan tujuan sekolah, grand desain pendidikan berbasis budaya Sunda, keterkaitan antara Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD), nilai budaya dan karakter, serta bentuk budaya Sunda. Desain kurikulum yang melibatkan budaya Sunda sebagai pijakannya, sudah tentu memerlukan perhatian dan kesungguhan dari berbagai pihak.

(20)

7

Ai Juliani,2016

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang kemukakan Dimyati (dalam Susanto, 2014, hlm.186) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Pembelajaran berarti aktivitas guru dalam merancang bahan pengajaran agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, yakni siswa dapat belajar secara aktif dan bermakna.

Pembelajaran kontekstual berbasis budaya Sunda dirasa sangat cocok dengan permasalahan dalam pembelajaran matematika. Hal ini seperti yang diungkapkan Brooks dkk. (dalam Wahyuni,dkk, 2013, hlm. 115) dalam pembelajaran berbasis budaya, budaya menjadi sebuah metode bagi siswa untuk mentransformasikan hasil observasi mereka ke dalam bentuk dan prinsip yang kreatif tentang bidang ilmu. Salah satu wujud pembelajaran berbasis budaya adalah Etnomatematika (Ethnomathematics). Pembelajaran Etnomatematika Sunda akan membawa siswa pada lingkungan sekitarnya sehingga siswa merasa hanya berinteraksi dengan lingkungan. Disamping itu, pembelajaran Etnomatematika Sunda dapat dipandang sebagai usaha pelestarian budaya. Dalam Budaya Sunda banyak sekali hal-hal yang dapat diadopsi ke dalam pembelajaran, salah satunya permainan sondah. Permainan sondah dapat mengajarkan siswa mengenai persegi dan persegi panjang serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, hal ini karena permaian sondah yang berhubungan dengan persegi dan persegi panjang dan dituntut pemikiran kreatif dalam strategi permainannya. Dengan permainan diharapkan siswa dapat belajar matematika lebih menyenangkan, aktif, dan terjadi proses penanaman nilai-nilai budaya.

Sebelum menerapkan suatu metode atau strategi pembelajaran hendaknya seorang guru harus mampu membuat bahan ajar yang baik sehingga proses pembelajaran dapat berjalan optimal. Maka dengan hal tersebut dibutuhkan

(21)

Ai Juliani,2016

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ketiga aspek pembelajaran. Suryadi (2013, hlm. 3) menjelaskan hubungan didaktis dan pedagogis tidak bisa dipandang secara parsial melainkan perlu dipahami secara utuh karena pada kenyataannya kedua hubungan tersebut dapat terjadi secara bersamaan.

Dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya memberikan pelajaran agar tercapai tujuan yang ditentukan. Seorang guru harus mengetahui bagaimana kecenderungan-kecenderungan dalam berperilaku yang ditunjukkan siswa dalam menyelesaikan masalah selama proses pembelajaran atau sering disebut disposisi. Dengan pemaparan di atas maka diperlukan penelitian mengenai desain didaktik dan studi eksperimen pada konsep persegi dan persegi panjang di kelas III. Untuk itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “Pembelajaran Etnomatematika Sunda dalam Meningkatkan Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kreatif Matematis Siswa SD”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, masalah pembelajaran matematika sangat luas sehingga membutuhkan pemecahan atau solusi yang banyak pula. Peranan guru dalam memperhatikan kesulitan-kesulitan belajar siswa juga turut berkontribusi dalam kegagalan siswa dalam memahami pembelajaran matematika. Metode yang kurang tepat menjadi akar permasalahan yang berkontribusi besar terhadap pemahaman siswa. Pembelajaran yang konvensional terus dilakukan tanpa adanya inovasi yang dapat membantu siswa meminimalisir kesulitan belajarnya menjadi masalah utama. Bahan ajar berupa LKS tidak cukup menunjang pembelajaran yang lebih optimal. Disamping itu, hubungan didaktik dan pedagogik perlu mendapatkan tempat dalam proses pembelajaran. Hubungan guru- siswa (hubungan pedagogis) dan hubungan siswa-materi (hubungan didaktik) perlu dirancang sedemikian rupa guna menghasilkan pembelajaran yang optimal, produktif, dan efisien.

(22)

9

Ai Juliani,2016

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disusun dengan diawali learning obstacle dalam rangka mengetahui kesulitan belajar siswa yang akan menjadi pertimbangan bagi guru dalam membuat bahan ajar yang efektif. Setelah bahan ajar dirasa optimal, maka peneliti melakukan kegiatan membandingkan proses pembelajaran melakului penelitian eksperimen dengan kelas eksperimen I adalah kelas yang mendapatkan pembelajaran DDR-Etnomatematika Sunda, kelas eksperimen II dengan pembelajaran Etnomatematika Sunda non DDR, dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah dan batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran DDR-Etnomatematika dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran Etnomatematika Sunda non DDR?

2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran Etnomatematika dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?

3. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran DDR-Etnomatematika Sunda dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional?

4. Bagaimana disposisi matematis siswa terhadap pembelajaran Etnomatematika Sunda?

D. Tujuan Penelitian

Sebagaimana latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

(23)

Ai Juliani,2016

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran Etnomatematika Sunda dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional.

3. Untuk mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang mendapatkan pembelajaran DDR-Etnomatematika Sunda dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran konvensional. 4. Untuk mengetahui disposisi matematis siswa terhadap pembelajaran

Etnomatematika Sunda.

E. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua kalangan, diantaranya:

1. Bagi siswa

Penelitian ini bermanfaat bagi siswa yakni untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis sehingga mampu menghasilkan gagasan-gagasan dan ide yang baru, unik serta dapat membantunya dalam mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi.

2. Bagi guru

a. Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui desain didaktik pembelajaran Etnomatematika Sunda yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika khususnya pada konsep persegi dan persegi panjang.

b. Penelitian ini bermanfaat bagi guru yakni untuk dapat berinovasi dalam kegiatan pembelajaran yang tujuan utamanya adalah membantu siswa dalam memahami materi pelajaran serta mencapai tujuan pendidikan.

3. Bagi Lembaga

(24)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengkombinasikan atau menggabungkan antara Didactical Design Research (DDR) dan penelitian eksperimen yang dilakukan secara bersama-sama dalam satu penelitian. Penelitian ini diharapkan memperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel dan objektif. DDR dilakukan untuk mengetahui hambatan belajar siswa dan menghasilkan bahan ajar yang optimal sehingga bahan tersebut dapat digunakan dalam penelitian eksperimen.

Sugiyono (2013, hlm. 18) menjelaskan bahwa penelitian kombinasi berlandaskan pada filsafat pragmatism (kombinasi positivisme dan postpositivisme) digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah maupun buatan (laboratorium) dimana peneliti bisa sebagai instrumen dan menggunakan instrumen untuk pengukuran, teknik pengumpulan data dapat menggunakan tes, kuesioner dan triangulasi (gabungan).

Desain penelitian ini diawali dengan kegiatan Didactical Design Research

(25)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

Adapun alur Didactical Design Research (DDR) adalah sebagai berikut:

Tes LO Prediksi Respon Siswa

Identifikasi LO Membuat Instrumen Tes

Learning Obstacle (LO)

Semua Sesuai

Sebagian Sesuai

Tidak Sesuai Desain Didaktik Awal

Repersonalisasi

Identifikasi Karakteristik Siswa, Wawancara, dan Tes

Implementasi di Kelas

Membuat Prediksi Respon Siswa

Analisis Metapedadikdaktik dan Antisipasi Pedagogik dan

Didaktik

Identifikasi LO, Wawancara, Lembar Observasi, dan Skala

Pendapat

Revisi Desain Didaktik

Analisis Retrospektif/ Identifikasi Hasil Semua Sesuai Sebagian Sesuai Tidak Sesuai Perbaikan Studi Literatur

Membuat Prediksi Respon Siswa

(26)

35

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

DDR merupakan sebuah metodologi yang dikembangkan Suryadi tahun 2010 yang terdiri dari tiga tahapan, yaitu analisis situasi didaktis, analisis metapedadidaktik, dan analisis retrosfektif (Suryadi dalam Supriadi, 2014,hlm. 54). Kegiatan tahapan tersebut harus dilaksanakan oleh peneliti/guru guna mendapatkan hasil yang optimal. Analisis situasi didaktis dilaksanakan oleh guru dalam pengembangan bahan ajar yang didesain sebelum diujicobakan dalam proses pembelajaran. Hasil analisis situasi didaktis (ASD) diwujudkan dalam bentuk Desain Didaktik Hipotesis (ADH) termasuk dibuat pula antisipasi-antisipasi Didaktik dan Pedagogik (ADP) yang akan termuat dalam desain bahan ajar. Analisis situasi didaktik berupa sintesis hasil pemikiran guru tentang berbagai kemungkinan yang terjadi selama proses pembelajaran serta langkah-langkah antisipasinya (Supriadi, 2014, hlm.54).

Proses pembelajaran yang dilakukan melalui pendekatan Desain Didaktik berbeda dengan kegatan pembelajaran pada umumnya. Dalam DDR, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan memandang peristiwa pembelajaran secara utuh (Analisis Metapedadidaktik). Mengidentifikasi dan menganalisis hal-hal yang dianggap penting dan melakukan tindakan yang cepat dan tepat dalam memengatasi hambatan belajar yang dialami siswa sehingga pembelajaran tetap dapat berjalan lancar dan mendapatkan hasil yang optimal.

Supriadi (2014, hlm. 55) menjelaskan analisis metapedadidaktik dalam proses DDR sebagai berikut:

“Analisis Metapedadidaktik (AM) meliputi tiga komponen yang terintegrasi, yaitu: 1) Kesatuan, artinya selama proses pembelajaran berjalan guru akan senantiasa berpikir tentang keterkaitan antara ADP, HD, dan HP; 2) Fleksibilitas, artinya antisipasi yang sudah disiapkan guru perlu disesuaikan dengan situasi didaktis maupun pedagogis yang terjadi; dan 3) Koherensi, artinya setiap situasi didaktis-pedagogis yang dimunculkan dalam pembelajaran harus mendorong dan memfasilitasi aktivitas belajar siswa yang kondusif dan mengarah pada pencapaian hasil belajar yang optimal.”

Setelah proses pembelajaran, guru melakukan analisis retrospektif (AR) yakni menganalisis hasil situasi didaktik hipotesis dengan proses pengembangan situasi

(27)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

didaktik dan situasi belajar yang terjadi yang meliputi kegiatan siswa dan keputusan-keputusan yang diambil guru selama proses pembelajaran (analisis metapedadidaktik). Setelah dilakukan AR maka dilanjutkan dengan pembuatan revisi bahan ajar yang telah dikembangkan sebelumnya sehingga bahan ajar yang telah direvisi menjadi bahan ajar yang ideal, sesuai dengan kebutuhan siswa dan dapat membantu mengatasi hambatan belajar siswa.

Penelitian dengan pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat (Riduwan, 2013, hlm. 50). Dalam sebuah penelitian tentu tidak terlepas dari variabel yang akan diukur. Burhan Bugin (2005, hlm.69) menjelaskan bahwa variabel adalah fenomena yang bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu, dan standar. Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat dua variabel dalam penelitian ini, diantaranya:

a. Variabel bebas : Pembelajaran Etnomatematika Sunda

b. Variabel terikat : Kemampuan dan Disposisi Berpikir Kreatif Matematis Penelitian eksperimen menggunakan tiga kelas yang terdiri dari kelas IIIA sebagai kelas eksperimen I, kelas IIIB sebagai kelas eksperimen II, dan kelas IIIC sebagai kelas kontrol. Sebelum melaksanakan eksperimen, peneliti melaksanakan

learning obstacle, setelah didapatkan hasil, kemudian peneliti menyusun desain bahan ajar. Setelah dibuat bahan ajar barulah dilaksanakan eksperimen. Tahapan eksperimen adalah seluruh kelas ekperimen dan kelas kontrol diberikan tes uji I (pretest). Setelah itu dilakukan eksperimen yakni pemberian perlakuan bagi kelas eksperimen. Perlakuan yang diberikan bagi kelas eksperimen I dengan pembelajaran DDR-Etnomatematika Sunda, kelas eksperimen II dengan pembelajaran Etnomatematika Sunda non DDR, dan kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Setelah itu ketiga kelas diberikan uji tes II (posttest) untuk mengetahui peningkatan yang terjadi pada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa SD.

(28)

37

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

Sunda) yang dikembangkan melalui proses berpikir matematika, dengan memandang bahwa matematika adalah produk budaya (Supriadi, 2014, hlm. 37).

Gambar 3.2 Hubungan Etnomatematika Sunda, Budaya Sunda dan Matematika Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa Etnomatematika menjadi irisan antara Budaya Sunda dan pelajaran Matematika yang didesain sedemikian rupa sehingga pembelajaran matematika bersifat kontekstual dengan Budaya Sunda yang ada di sekitar lingkungan siswa.

Budaya Sunda beririsan dengan matematika sehingga terbentuk Etnomatematika Sunda. Etnomatematika inilah yang akan membantu siswa dalam proses belajar matematika. Siswa akan belajar matematika sesuai dengan budaya Sunda yang biasa dilakukan oleh siswa. Pembelajaran seperti ini diharapkan dapat membatu siswa dalam meningkatkan kemampuan pada bidang matematika karena proses pembelajaran berlangsung secara kontekstual. Budaya Sunda dapat menjadi alat belajar siswa dalam memahami materi matematika.

Matematika adalah produk dari budaya yang berbasis kegiatan sosial manusia dan semua masyarakat memiliki praktek-praktek matematika yang dianggap paling sesuai dengan kehidupan sehari-hari dan budayanya. Sistem ini disebut

(29)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

Pembelajaran dengan menggunakan Etnomatematika Sunda selain sebagai media yang membantu proses belajar siswa, diharapkan pembelajaran Etnomatematika Sunda turut membantu dalam pelestarian budaya Sunda serta menanamkan nilai-nilai budaya pada siswa Sekolah Dasar. Disamping itu, pembelajaran Etnomatematika Sunda diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa karena proses pembelajaran disesuaikan dengan aktivitas kehidupan siswa (kontekstual) seperti yang diungkapkan Nurhadi (dalam Supriadi, 2014, hlm. 450) that contextual learning is learning that promotes the activity of linking between the material being studied

with the real situation (context) are given, so that learning is more meaningful.

Maksud dari pernyataan di atas yaitu, pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mempromosikan aktivitas yang menghubungkan antara materi yang dipelajari dengan situasi nyata (konteks) yang diberikan, sehingga pembelajaran yang lebih bermakna. Dengan pembelajaran yang bermakna diharapkan siswa lebih memahami materi yang disampaikan.

Dari penjelasan di atas, maka penelitian ini menggunakan desain penelitian

Quasi Ekperimental Design p Pretest-Postest Control Group Design yang dapat digambarkan sebagai berikut (Sugiyono, 2012, hlm.116).

Tabel 3.1.

Desain Penelitian Eksperimen

Keterangan:

O

1,

O

3,

O

5` = Pretest

O

2,

O

4,

O

6 = Posttest

X

1,

X

2,

X

3 = Treatment

O

1

X

1

O

2

O

3

X

2

O

4
(30)

39

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

Penelitian ini terdiri dari tiga kelas yaitu, dua kelas eksperimen dengan pembelajaran yang berbeda dan satu kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Kelas eksperimen I mendapatkan pembelajaran (treatment) DDR-Etnomatematika Sunda. Kelas eksperimen II mendapatkan pembelajaran Etnomatematika Sunda non DDR. Sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. Selain dengan desain penelitian di atas, penelitian ini dapat dibuat ke dalam tabel wenner untuk dapat menjelaskan spesifikasi kelas yang digunakan.

Tabel 3.2

Tabel Wenner Penelitian PEMBELAJARAN

KEMAMPUAN KBK

PES-EDDR

KBK PES-ENDDR

KBK PK DISPOSISI DBK

PES-EDDR

DBK PES-ENDDR

DBK PK

Keterangan:

KBK : Kemampuan Berpikir Kreatif

PES-EDDR : Pembelajaran Etnomatematika Sunda-Etnomatematika DDR PES-ENDDR : Pembelajaran Etnomatematika Sunda- Etnomatematika Sunda

non DDR

PK : Pembelajaran Konvensional DBK : Disposisi Berpikir Kreatif

[image:30.595.113.511.196.600.2]
(31)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

disposisi berpikir kreatif matematis. Dengan kedua data tersebut diharapkan saling menguatkan dan didapatkan data penelitian yang valid.

Setiap siswa pada masing-masing kelas yang menjadi sampel penelitian dilakukan pengukuran kemampuan dan disposisi berpikir kreatif matematis. Kegiatan penelitian eksperimen dilakukan secara sistematis sesuai dengan rancangan yang telah dibuat. Penelitian eksperimen akan menggunakan bahan ajar hasil Didactical Design Research (DDR) pada salah satu kelas yaitu kelas eksperimen I. Sedangkan untuk kelas yang lain, menggunakan bahan ajar yang dibuat tanpa proses DDR. Desain penelitian eksperimen dibuat dalam gambar untuk memudahkan melakukan kegiatan penelitian.

Desain penelitian eksperimen akan dijelaskan pada gambar berikut ini:

Studi Kepustakaan dan studi Pendahuluan

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Etnomatematika non DDR

Uji Instrumen untuk Validitas, Daya Pembeda, Tingkat Kesukaran Soal

Pelaksanaan Pembelajaran Konvensional (Kelas Kontrol) Tes awal (Pretest)

Implementasi Desain Didaktik (Kelas

Eksperimen 1)

Pembelajaran Etnomatemataika Sunda non DDR (Kelas Eksperimen 2)

Tes Akhir (Posttest)

Tes awal (Pretest) Tes awal (Pretest)

Pengumpulan Data Uji Instrumen untuk Validitas, Daya

(32)

41

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

[image:32.595.112.510.215.721.2]

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

Gambar 3.3 Skema Prosedur Pelaksanaan Penelitian Eksperimen

B. Partisipan

Penelitian ini melibatkan beberapa partisipan yang ikut terlibat dalam

berbagai kegiatan penelitian mengenai “Pembelajaran Etnomatematika Sunda

dalam Meningkatkan Kemampuan dan Disposisi Berpikit Kreatif Matematis

Siswa”. Partisipan yang terlibat, yaitu:

1. Kepala Sekolah

a. Ibu Oneng, S.Pd selaku kepala sekolah SD Negeri Cibeureum 1 b. Ibu Tati Rohaeti, S.Pd. SD, MM selaku kepala sekolah SD Negeri

Cibeureum 2

c. Ibu Tatik Mulyati, S.Pd.SD selaku kepala sekolah SD Negeri Sirna Galih 5

2. Guru

a. Ibu Yuhaeni , S.Pd. selaku guru di SD negeri Cibeureum 1 b. Ibu Uning, S.Pd.SD. selaku guru di SD Negeri Cibeureum 2 c. Ibu Siti Rahmah, S.Pd. selaku guru di SD Negeri Cibereum 2 d. Ibu Yuli, S.Pd. selaku guru di SD Negeri Cibeureum 2

(33)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

3. Siswa

a. Siswa kelas III SD Negeri Cibeureum 1 sebagai kelas implementasi Desain Didaktik Awal (DDA)

b. Siswa kelas III SD Negeri Cibeureum 2 Sebagai kelas eksperimen dan kontrol

c. Siswa kelas III SD Negeri Sirna Galih 5 sebagai kelas implementasi Desain Didaktik Revisi

d. Siswa kelas IV SD Negeri Cibeureum 1 sebagai kelas uji validitas instrumen

e. Siswa kelas IV SD Negeri Cibeureum 2 sebagai kelas uji learning obstacle

f. Siswa kelas IV SD Negeri Sirna Galih 5 sebagai kelas uji learning obstacle

g. Siswa kelas V SD Negeri Cibeureum 2 sebagai kelas uji learning obstacle

4. Masyarakat

a. Bapak Royani S.Pd, M.Si selaku tokoh masyarakat di Kampung Budaya Sindang Barang

b. Masyarakat Kampung Budaya Sindang Barang

Seluruh partisipan dirasa sangat membantu dalam proses penelitian sehingga peneliti mendapatkan data-data yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas akhir. C. Lokasi, Subjek, Populasi, dan Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian

(34)

43

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan subjek pada kegiatan uji instrumen learning obstacle dan implimentasi desain didaktik awal dan desain didaktik revisi. Subjek pada learning obstacle adalah siswa kelas IVB, VA, VB SDN Cibeureum 2 dan IVA, VB SDN Sirnagalih 5 serta untuk implementasi desain didaktik dilaksanakan di SDN Cibeureum 1 dan SDN Sirnagalih 5 khusus kelas III.

3. Populasi

Menurut Sugiono (2012, hlm. 117) menjelaskan populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Pada penelitian ini populasi yang diambil adalah siswa kelas III Sekolah Dasar di Bogor.

4. Sampel

Sampel adalah bagian yang mewakili populasi, kelompok kecil yang akan diteliti dan akan ditarik kesimpulan dari wakil populasi tersebut. Menutut Sugiyono (2012, hlm. 118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian mengenai kemapuan berpikir kreatif matematis siswa Sekolah Dasar kelas III dilaksanakan di seluruh SD se- Bogor. Dalam populasi dalam penelitian ini telah dipilih SD se-Bogor. Namun dengan adanya keterbatasan tenaga, waktu, dan dana yang tidak memungkinkan diambilnya seluruh SD se-Bogor, maka diambillah sebagai sampel penelitian ini adalah SD Negeri Cibeureum 2 di Kelas IIIA, IIIB, dan IIIC untuk kelas eksperimen, serta SDN Cibeureum 1 dan SDN Sirna Galih 5 untuk implementasi desain didaktik awal dan revisi.

(35)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian DidacticalDesign Research

(DDR) adalah tes uraian sebanyak empat soal sesuai dengan indikator pada kemampuan berpikir kreatif matematis. Soal tersebut digunakan pada kegiatan

learning obstacle. Adapun bentuk instrumen lainnya yaitu bahan ajar desain didaktik awal, revisi desain didaktik, wawancara, lembar observasi, dan jurnal untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.

2. Instrumen Penelitian Eksperimen

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen berupa tes dan non tes. Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada ketiga kelas yang menjadi sampel dalam penelitian. Sedangkan non tes digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran DDR-Etnomatematika Sunda, Etnomatematika Sunda non DDR dan pembelajaran konvensional. Instrumen non tes berupa lembar disposisi, observasi, wawancara, dan jurnal.

a. Instrumen Tes

Instrumen tes pada penelitian ini terdiri dari pretest dan posttest. Pretest

diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebelum diberikannya pengajaran, hal ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, sedangkan posttest diberikan setelah siswa mendapatkan pembelajaran. Sebelum menyusunan tes kemampuan berpikir kreatif matematis, peneliti membuat kisi-kisi soal terlebih dahulu yang mencangkup sub pokok bahasan, kompetensi dasar, indikator, aspek kemampuan berpikir kreatif matematis yang akan diukur, serta jumlah butir soal yang akan diujikan. Setelah kisi-kisi selesai dibuat lalu dilanjutkan dengan membuat butir-butir soal beserta kunci jawabannya. Disamping itu dibuat pula pedoman penskoran pada tiap butir soal.

(36)

45

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

dengan mudah peneliti menemukan kesalahan maupun kesulitan yang dialami siswa sehingga memungkinkan untuk dilaksanakan proses perbaikan. Adapun analisis tes menggunakan rubrik penilaian kemampuan berpikir kreatif matematis yang diadopsi dari Williams.

Sebelum uji tes dilaksanakan, soal tersebut akan diujikan terlebih dahulu kepada siswa yang bukan menjadi sampel penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui validitas tes, tingkat kesukaran tes serta daya pembeda pada tes tersebut. Berikut adalah tes yang akan dilakukan:

1) Validitas tes

[image:36.595.113.510.169.612.2]

Validitas tes adalah sebuah tes yang hasilnya valid atau sesuai dengan kriteria. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah teknik korelasi product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh pearson, Sugiyono (2010, hlm.242). Uji validitas ini menggunakan sampel sebanyak 30 siswa di kelas IV dengan jumlah soal empat butir uraian. Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan software Anates yang dikembangkan oleh Drs. Karno To, M.Pd dan Yudi Wibisono ST. Adapun hasil uji validitas instrumen yang didapat setelah mengujicobakan tes , yaitu:

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Instrumen No. Soal Korelasi Keterangan

1. 0.789 Sangat signifikan/Kuat 2. 0.677 Signifikan/Kuat 3. 0.635 Signifikan/Kuat 4. 0.587 Signifikan/Cukup

2) Reliabilitas Suatu Tes

(37)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

terjadi dapat dikatakan tidak berarti (Febriani, 2014, hlm.27). untuk mengetahui tingkat reliabilitas pada tes kemampuan uraian, digunakan aplikasi Anates. Uji reliabilitas tes ini menggunakan sampel sebanyak 30 siswa di kelas IV dengan jumlah soal empat butir uraian. Data kemudian ditafsirkan dengan kriteria Cece Rakhmat dan Solehuddin (2012, hlm. 75):

 Kurang dari 0.20 : Hubungan dapat dikatakan tidak ada  0.20 - 0.39 : Hubungan rendah

[image:37.595.111.510.189.569.2]

 0.40 – 0.69 : Hubungan cukup  0.70 – 0.89 : Hubungan tinggi  0.90 – 1.00 : Hubungan sangat tinggi Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas:

Tabel 3.4

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

No. Jenis Uji Hasil

1. Rata-rata 62.27

2. Simpangan Baku 16.81

3. Korelasi XY 0.28

4. Reliabilitas Tes 0.43/Cukup

3) Daya Pembeda Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

(38)

47

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

[image:38.595.121.508.100.545.2]

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

Tabel 3.5

Kriteria Daya Pembeda Soal Daya Pembeda Item Keterangan

0 – 0,20 item soal memiliki daya pembeda lemah 0,21 – 0,40 item soal memiliki daya pembeda sedang 0,41 – 0,70 item soal memiliki daya pembeda baik 0,71 – 1,00 item soal memiliki daya pembeda sangat kuat Bertanda negatif item soal memiliki daya pembeda sangat jelek

Cece Rakhmat dan Solehudin ( 2012. Hlm. 78) Berikut ini hasil analisis mengenai daya pembeda soal:

Tabel 3.6

Hasil Uji Daya Pembeda Soal

No. Soal Hasil Analisis Keterangan

1. 0.418 Baik

2. 0.45 Baik

3. 0.276 Sedang

4. 0.492 Baik

4) Tingkat Kesukaran Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

Cece Rakhmat dan Solehuddin (2012, hlm. 75) menjelaskan Tingkat kesukaran (difficulty index) menunjukkan derajat kesulitan suatu soal untuk diselesaikan siswa. Secara empiris, suatu soal dikatakan sukar jika sebagian besar testi gagal menyelesaikannya, sebaliknya dikatakan mudah jika sebagian besar testi mampu menyelesaikannya. Dalam analisis tingkat kesukaran soal, peneliti menggunakan aplikasi Anates. Berikut hasil analis yang didapat:

Tabel 3.7

(39)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

No. Soal Tingkat Kesukaran Keretangan

1. 66.75 Sedang

2. 81.75 Mudah

3. 29.25 Sukar

4. 60.50 Sedang

b) Instrumen non Tes 1) Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara mendalam kepada responden dalam hal ini guru kelas dan siswa. Wawancara dilakukan sebelum, selama, dan setelah proses pembelajaran berlangsung. Wawancara yang dilakukan terkait mengenai masalah yang dihadapi dalam pembelajaran, respon setelah mendapatkan tes uji, dan setelah mendapatkan pembelajaran yang diberikan serta hal-hal lain yang relevan dengan tujuan penelitian. Wawancara dilakukan kepada guru kelas dan beberapa siswa yang dianggap dapat mewakili. 2) Pedoman Observasi

Menurut Nasution (dalam Sugiyono, 2013, hlm.310) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Kegiatan observasi ini dilakukan secara terus terang. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersifat tingkah laku/tindakan yang tidak dinilai dalam tes atau instrumen lainnya.

Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai aktivitas siswa dan guru dalam pembelajaran, interaksi antar siswa serta respon siswa terhadap pembelajaran Etnomatematika Sunda. Lembar observasi diisi oleh guru kelas selain peneliti.

(40)

49

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

dengan pembelajaran, keaktifan siswa dalam pembelajaran, serta aktivitas-aktivitas siswa yang dipandang kurang relevan dengan KBM selama pembelajaran.

Adapun aktivitas guru yang diamati antara lain: pembuatan rencana pembelajaran dan desain pembelajaran, proses menyampaikan tujuan pembelajaran, motivasi, menyampaikan apersepsi, menjelaskan materi secara lisan dan tulisan, ketepatan penggunaan media, mengajukan pertanyaan, memberikan petunjuk dalam selama pembelajaran, proses membimbing siswa dan proses, evaluasi serta aktivitas-aktivitas guru yang mungkin tidak relevan dengan KBM selama pembelajaran.

3) Jurnal

Jurnal merupakan karangan bebas yang berisi kesan-kesan siswa selama pembelajaran berlangsung. Jurnal dibuat pada setiap akhir pertemuan. Guru hanya memberikan kertas kosong dan siswa diberikan kebebasan untuk menulis apapun yang berkaitan dengan kesan-kesannya selama pembelajaran berlangsung.

4) Skala Disposisi Berpikir Kreatif

Skala disposisi berpikir kreatif merupakan lembar isian berupa angket yang berisi kecenderungan-kecenderungan dalam berperilaku yang ditunjukkan dalam menyelesaikan masalah matematis. Dalam hal ini, yang akan diukur dalam skala disposisi adalah indikator fleksibilitas dalam mengeksplor ide-ide dan mencoba berbagai metode alternatif untuk memecahkan masalah. Dengan skala disposisi, peneliti dapat mengetahui disposisi siswa pada pembelajaran Etnomatematika Sunda.

5) Pengembangan Bahan Ajar

(41)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

bosan. Bahan ajar ini dikembangkan dalam bentuk rencana pembelajaran yang disusun oleh peneliti. Rencana pembelajaran yang dibuat terlebih dahulu dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru-guru di sekolah yang menjadi sampel penelitian.

Rencana pembelajaran yang disusun dikembangkan sesuai dengan pembelajaran kontekstual Etnomatematika Sunda. Setiap rencana pembelajaran dilengkapi dengan LKS. LKS tersebut disertai pertanyaan-pertanyaan yang harus diselesaikan oleh individu maupun secara berkelompok. Lembar Kerja Siswa terlebih dahulu diujicobakan dalam beberapa pertemuan dengan menggunakan metode Didactical Design Research (DDR) agar pembelajaran yang dilaksanakan mendapatkan hasil yang optimal.

E. Prosedur Penelitian 1. Tahap Pendahuluan

Tahap pendahuluan diawali dengan kegiatan kepustakaan yakni mengumpulkan berbagai data dan sumber informasi mengenai pembelajaran Etnomatematika Sunda serta memilih jenis kemampuan yang akan diteliti. Pada kegiatan pendahuluan ini dihasilkan sebuah proposal penelitian.

Setelah proposal selesai disusun selanjutnya peneliti mengembangkan

learning obstacle, bahan ajar, dan instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Laerning obstacle dilakukan dengan memberikan tes matematika kepada siswa yang telah memperoleh materi yang menjadi garapan peneliti yaitu konsep persegi dan persegi panjang. hal ini dilakukan untuk mengetahui hambatan belajar yang dialami siswa.

Instrumen yang disusun berupa soal-soal tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala disposisi dan jurnal serta Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disusun menggunakan metode DDR (Didactical Design Research). Instrumen tersebut diperuntukkan baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Soal tes yang telah dibuat diberikan kepada siswa yang menjadi sampel penelitian.

(42)

51

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

Pelaksanaan Didactical Design Research (DDR)diawali dengan penyebaran soal learning obstacle. Setelah didapatkan data kemudian dianalisis dan dibuat bahan ajar terkait hambatan belajar yang dialami siswa dengan menggunakan pembelajaran Etnomatematika Sunda kemampuan berpikir kreatif matematis. Bahan ajar yang telah dibuat kemudian diimplementasikan dan direvisi sesuai dengan kebutuhan. Setelah hasil implementasi revisi desain didaktik dirasa optimal, langkah selanjutnya adalah melakukan penelitian eksperimen.

Pada tahap pelaksanaan eksperimen diawali dengan memilih sampel sebanyak tiga kelas. Satu kelas eksperimen untuk pembelajaran DDR-Etnomatematika Sunda, satu kelas eksperimen untuk pembelajaran Etnomatematika Sunda non DDR, dan satu kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional. Tempat penelitian yang dipilih adalah SDN Cibeureum 2 Kota Bogor.

Pelaksanaan awal di dalam kelas diawali dengan memberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan diajarkan. Kegiatan selanjutnya yaitu pelaksanaan pembelajaran seperti ketentuan di atas yakni dua kelas eksperimen dan satu kelas kontol dengan masing-masing kelas menggunakan pembelajaran yang berbeda. Selama pembelajaran dilakukan observasi baik kepada siswa maupun guru pengajar sesuai dengan pedoman observasi yang telah dibuat. Selanjutnya pada kegiatan akhir dilakukan wawancara mengenai dan skala disposisi bagi kelompok eksperimen yang menggunakan pembelajaran DDR-Etnomatematika Sunda dan Etnomatmatika Sunda non DDR. Setelah data terkumpul selanjutnya peneliti menganalisis data yang diperoleh dan kemudian dibuat penafsiran dan kesimpulan hasil penelitian.

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data DDR

(43)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

Tes diberikan kepada siswa pada saat learning obstacle (LO) yakni untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa. Tes diberikan saat implementasi dalam bentuk lembar kegiatan siswa pada pembelajaran Etnomatematika Sunda kemampuan berpikir kreatif matematis.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan setelah learning obstacle untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dirasakan siswa pada materi konsep persegi dan persegi panjang. Wawancara juga dilakukan setelah dilaksanakan implementasi desain didaktik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui hal-hal yang dirasakan siswa setelah diberikan pembelajaran menggunakan bahan ajar (desain didaktik) dan apakah siswa masih merasakan kesulitan atau mendapatkan kemudahan.

c. Lembar Observasi

Observasi merupakan kegiatan mengamati. Dalam hal ini subjek penelitian yang akan diamati. Lembar observasi pelaksanaan pembelajaran dan respon siswa diisi oleh observer yakni guru kelas selain peneliti.

d. Jurnal

Jurnal diisi oleh subjek penelitian yaitu siswa yang menjadi responden dalam implementasi desain didaktik. Jurnal ini bersisi data mengenai kesan-kesan siswa setelah implementasi desain didaktik. Dari jurnal tersebut peneliti dapat mengetaui hal-hal apa saja yang dirasakan subjek penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data Eksperimen

a. Tes, dilakukan sebelum (pretes) dan setelah (posttest) proses pembelajaran terhadap ketiga kelompok baik eksperimen I, eksperimen II, dan kelas kontrol. Pelaksanaan tes dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah diizinkan oleh sekolah mitra.

(44)

53

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

c. Lembar observasi diisi oleh guru kelas pada setiap pembelajaran berlangsung. Lembar observasi yang harus diisi adalah lembar observasi guru dan lembar observasi siswa

d. Jurnal diisi oleh siswa setelah pembelajaran selesai. Jurnal ini berisi karangan siswa mengenai kesan-kesan selama pembelajaran.

e. Skala Disposisi diberikan kepada seluruh siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran. Skala disposisi bertujuan untuk mengetahui kecenderungan untuk berperilaku dalam menyelesaikan masalah matematis.

G. Teknik Analisis Data

Setelah data berhasil dikumpulkan, maka data tersebut selanjutnya akan dianalisis berdasarkan kebutuhannya. Analisis yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Teknik Analisis Data Didactical Design Research (DDR) a. Tes

Dalam analisis data tes learning obstacle yang telah dilakukan dimaksudkan untuk melihat hambatan-hambatan belajar yang dialami siswa pada konsep persegi dan persegi panjang. Dengan cara melihat respon dari jawaban siswa apakah sesuai dengan prediksi guru yang telah dibuat sebelumnya. Dari respon siswa tersebut kemudian dibedakan ke dalam beberapa kategori, yaitu seluruhnya sesuai, sebagian sesuai, dan tidak sesuai dengan prediksi guru. Setiap respon siswa pada tes learning obstacle

dianalisis untuk menemukan hambatan belajar yang dialami siswa. Setelah dianalisis, kemudian disimpulkan untuk selanjutnya dibuat desain didaktik pada kemampuan berpikir kreatif matematis dengan pembelajaran Etnomatematika Sunda.

(45)

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

1) Mengukur per-soal tes kemampuan berpikir kreatif matematis berdasarkan indikator yang digunakan yaitu:

Skor ideal tiap soal dalam tes ini adalah 20 poin Skor ideal keseluruhan dalam tes ini adalah 100 poin

2) Mengukur hasil tes kemampuan berpikir kreatif matematis

Kegiatan mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dilakukan dalam bentuk tes tertulis. Dalam kegiatan ini akan dihitung persentase rata-rata keseluruhan. Adapun pengolahan data yang dilakukan, yaitu:

Keterangan:

Skor ideal = jumlah siswa x 100

[image:45.595.119.514.102.700.2]

Selanjutnya data tersebut diklasifikasikan berdasarkan kriteria penilaian sehingga didapat kriteria persentase rata-rata keseluruhan pada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang menjadi sampel penelitian. Berikut adalah kriteria penilaian.

Tabel 3.8 Kriteria Penilaian

Persentase Kriteria

90% ≤ A ≤ 100% Sangat Tinggi

75% ≤ B < 90% Tinggi

55% ≤ C < 75% Cukup

40% ≤ D < 55% Rendah

00% ≤ E < 40% Sangat Rendah

(46)

55

Ai Juliani,2015

PEMBELAJARAN ETNOMATEMATIKA SUNDA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN DAN DISPOSISI BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SD

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.e

b. Observasi

Observasi dilakukan dalam dua jenis, yaitu observasi terstruktur dan observasi tidak terstruktur. Observasi terstruktur berdasarkan lembar observasi yang dibuat yakni lembar observasi bagi guru dan lembar observasi

Gambar

Tabel 4.20 Hasil Uji Scheffe Kelas Eksperimen I  .......................................................
Grafik 4.3 Perbandingan Uji Gain Ternomalisasi .........................................................
Gambar 3.2 Hubungan Etnomatematika Sunda, Budaya Sunda dan Matematika Etnomatematika Sunda
Tabel 3.1.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uji Koefisien Regresi Parsial (Uji t) Uji t bertujuan untuk menguji signi- fikansi pengaruh secara parsial kecerdasan emosional, komitmen organisasi, dan motivasi

Linda Tiasa Marisi Lumban Tobing untuk menggugat Tergugat I dan Tergugat II, hal tersebut untuk menghindarkan kemungkinan terjadi dikemudian hari hal yang sama,

Persepsi Orang Tua Terhadap Perilaku Bermain Anak Berdasarkan Gender Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu|

Dinding penahan tanah adalah suatu struktur yang digunakan untuk menahan gerakan tanah arah lateral yang dapat menimbulkan kelongsoran.. Pembangunan dinding penahan tanah

Kalau terdakwa dalam perkara pidana korupsi tidak dapat memberikan keterangan yang memuaskan tentang sumber kekayaannya yang tidak seimbang dengan penghasilannya atau sumber

mengenai hubungan brand trust rumah sakit dengan self efficacy pasien untuk

Dari hasil analisis data dapat diketahui bahwa subjek penelitian mempunyai kecerdasan emosi yang cenderung tinggi, dan memiliki stres kerja yang cenderung sedang ini menunjukkan

Di sisi lain, hasil penelitian berbeda diperoleh oleh Evanny Indri Hapsari (2012), dalam penelitiannya menunjukkan bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh terhadap financial