• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DI SEKOLAH DALAM MENUNJANG TERCAPAINYA TUJUAN PEMBELAJARAN PAI: (Studi Deskriptif Analisis di SMP Negeri 44 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DI SEKOLAH DALAM MENUNJANG TERCAPAINYA TUJUAN PEMBELAJARAN PAI: (Studi Deskriptif Analisis di SMP Negeri 44 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)."

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 4606/UN.40.2.6.1/PL/2015

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DI SEKOLAH

DALAM MENUNJANG TERCAPAINYA TUJUAN PEMBELAJARAN PAI

(Studi Deskriptif Analisis di SMP Negeri 44 Bandung

Tahun Ajaran 2014/2015)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh

Indah Pratiwi NIM. 1103086

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DI

SEKOLAH DALAM MENUNJANG TERCAPAINYA

TUJUAN PEMBELAJARAN PAI

(Studi Deskriptif Analisis di SMP Negeri 44 Bandung

Tahun Ajaran 2014/2015)

Oleh Indah Pratiwi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

© Indah Pratiwi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

INDAH PRATIWI NIM. 1103086

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DI SEKOLAH

DALAM MENUNJANG TERCAPAINYA TUJUAN PEMBELAJARAN PAI

(Studi Deskriptif Analisis di SMP Negeri 44 Bandung

Tahun Ajaran 2014/2015)

disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Dr. H. Ahmad Syamsu Rizal, M.Pd. NIP 19551002 198601 1 001

Pembimbing II

Drs. A. Toto Suryana A, M.Pd. NIP 19570417 198803 1 001

Mengetahui

Ketua Prodi Ilmu Pendidikan Agama Islam

(4)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan di Sekolah dalam Menunjang Tercapainya Tujuan Pembelajaran PAI (Studi Deskriptif Analisis di SMP

Negeri 44 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)”. Penelitian ini dilakukan karena keberadaan ekstrakurikuler adalah salah satu sarana penunjang dalam keberhasilan sebuah pembelajaran guna tercapainya tujuan pendidikan. Selain itupun berpartisipasi pada kegiatan ekstrakurikuler mempunyai efek positif pada prestasi akademik siswa serta kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dapat menunjang proses belajar mengajar. Sehingga keberadaan ekstrakurikuler keagamaan dipandang perlu guna menunjang ketercapaian tujuan pembelajaran PAI. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di sekolah dalam menunjang tercapainya tujuan pembelajaran PAI yang dilaksanakan di SMP Negeri 44 Bandung. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) pelaksanaan pembelajaran PAI, 2) manajemen program ekstrakurikuler keagamaan, 3) faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dan 4) upaya sekolah dalam mendorong siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan. Peneliti memilih SMP Negeri 44 Bandung karena disamping memiliki ekstrakurikuler keagamaan, sekolah ini juga adalah sekolah SMP negeri yang mengimplementasikan PAI di lingkungan sekolahnya. Untuk mendapatkan hasil penelitian, digunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan teknik observasi partisipasi, wawancara tak terstruktur, teknik dokumentsi serta triangulasi.

Penelitian deskriptif ini memperoleh data dari sumber informasi, yaitu: Kepala Sekolah, Wakasek Urusan Kesiswaan, Guru PAI serta penanggung jawab program ekstrakurikuler keagamaan di SMP Negeri 44 Bandung. Berbagai temuan ditemukan peneliti selama melakukan penelitian di lapangan dari segi pelaksanaan pembelajaran PAI yang dilaksanakan secara umum berjalan dengan lancar dan kondusif, sedangkan untuk pelaksanaan ekstrakurikuler keagamaan yang ada di SMP Negeri 44 Bandung, dalam manajemennya masih belum optimal. Adapun untuk faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMP Negeri 44 Bandung, dalam hal ini sekolah sudah mampu mengoptimalkan faktor pendukung yang ada serta berupaya mengantisipasi faktor penghambat yang terjadi dan secara umum SMP Negeri 44 Bandung sangat mendukung dan mendorong siswanya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan.

(5)

ABSTRACT

This study entitled “Islamic Extracurricular In Supporting Islamic Education Learning Goals (A descriptive analysis study at SMP Negeri 44 Bandung). This research underlies the reason that the existence of extracurricular is one of supporting aspects in achieving the educational goals. Besides, participating in extracurricular activities provide positive effect on students’ academic achievement and support the teaching learning process. Based on the reason, the existence of Islamic extracurricular is considered important to achieve the Islamic Education (PAI) learning goals. The general purpose of this research is to describe Islamic extracurricular in supporting Islamic Education learning goals at SMP Negeri 44 Bandung. The specific purposes of this research is to recognize: 1) the implementation of Islamic Education learning process, 2) the management of Islamic extracurricular programs, 3) the supporting and demotivating factors in implementing Islamic extracurricular, and 4) the school effort in motivating students to follow and participate in Islamic extracurricular activities. The researcher selects SMP Negeri 44 Bandung because the school provides Islamic extracurricular and implement Islamic education in the school surroundings. In order to discover the result of research, the method used in this research is descriptive method based on qualitative approach and the data collecting techniques used is participative observation, structural interview, document analysis, and triangulation. This descriptive research collects data from several resources namely: headmaster, the vice principal of students, Islamic education teacher and also the organizer of Islamic extracurricular at SMP Negeri 44 Bandung. Several findings discovered by researcher during observation are that the implementation of Islamic education at SMP Negeri 44 Bandung considered effective and conducive. Yet the management of Islamic extracurricular considered still not optimal. As for the supporting and demotivating factors in Islamic extracurricular implementation, the school is able to optimize the supporting factors and anticipate the demotivating factors in organizing the Islamic extracurricular. Generally, SMP Negeri 44 Bandung strongly supports and motivates the students to participate in Islamic extracurricular.

(6)

i

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... v

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR BAGAN... xi

PEDOMAN TRASLITERASI DARI ARAB KE LATIN INDONESIA... xii

DAFTAR LAMIRAN... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian... 10

C. Tujuan Penelitian…... 11

D. Manfaat Penelitian... 12

E. Struktur Organsasi Skripsi... 12

BAB II EKSTRAKURIKULER KEAGAMAAN DALAM MENUNJANG PEMBELAJARAN PAI ... 14

A. Pendidikan Islam dalam Membina Kepribadian... 14

1.Pengertian Pendidikan Islam... 14

2.Tujuan Pendidikan Islam... 15

3.Asas-Asas Pendidikan Islam... 17

B. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah ... 18

1.Pengertian Pendidikan Agama Islam (PAI)... 18

2.Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam... 20

3.Fungsi Pendidikan Agama Islam ……... 22

4.Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam... 23

5.Karakteristik Pendidikan Agama Islam... 29

(7)

7.Tantangan Pendidikan Agama Islam di Sekolah... 32

C. Kedudukan Ekstrakuriluler dalam Manajemen Persekolahan... 34

1.Pengertian Ekstrakurikuler... 34

2.Fungsi dan Tujuan Ekstrakurikuler... 35

3.Ruang Lingkup Kegiatan Ekstrakurikuler... 35

4.Sasaran Ekstrakurikuler …... 36

5.Bentuk Pelaksanaan Ekstrakurikuler... 36

6.Asas Pelaksanaan Ekstrakurikuler... 36

7.Contoh Kegiatan Ekstrakurikuler... 36

8.Manajemen Kegiatan Ekstrakurikuler... 37

9.Ekstrakurikuler dalam Menunjang Proses Pembelajaran…... 43

BAB III METODE PENELITIAN... 45

A. Desain Penelitian... 45

B. Partisipan dan Tempat Penelitian... 47

C. Pengumpulan Data... 48

D. Teknik Analisis Data... 51

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN... 53

A. Temuan Penelitian... 53

1.Gambaran Umum Sekolah... 63

2.Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMP Negeri 44 Bandung... 60

3.Manajemen Ekstrakurikuler Keagamaan di SMP Negeri 44 Bandung... 63

4.Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakulikuler Keagamaan di SMP Negeri 44 Bandung... 69

5.Upaya Sekolah dalam Mendorong Siswa Mengikuti Kegiatan Ekstrakulikuler di SMP Negeri 44 Bandung... 71

B. Pembahasan... 72

1.Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMP Negeri 44 Bandung... 72

2.Manajemen Ekstrakurikuler Keagamaan di SMP Negeri 44 Bandung... 77

(8)

iii

4.Upaya Sekolah dalam Mendorong Siswa Mengikuti Kegiatan

Ekstrakulikuler di SMP Negeri 44 Bandung... 89

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 91

A. Kesimpulan... 91

B. Rekomendasi... 93

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fungsi-Fungsi Manajemen Menurut Para Ahli... 38

Tabel 4.1 Muatan Kurikulum... 57

Tabel 4.2 Daftar Tenaga Edukatif SMPN 44 Bandung………... 59

(10)

v

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kasus kenakalan remaja di Metro Jaya, DKI Jakarta tahun

2008-2011... 6

Bagan 1.2 Alur Pemikiran Penelitian... 10

Bagan 2.1 Sistematika Ajaran Islam ... 25

Bagan 2.2 Tahap Perencanaan... 39

Bagan 3.1 Langkah-Langkah Penelitian... 45

Bagan 4.1 Tahap Perencanaan... 79

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Berbicara mengenai pendidikan pasti tidak akan pernah selesai-selesai dan akan selalu ada sepanjang masih ada kehidupan manusia. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Tafsir (2008, hlm. 40) bahwa “tidak pernah mendengar ada

suatu masa yang di situ pendidikan tidak dibicarakan”. Selain itupun pendidikan

adalah salah satu hal yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, karena dengan pendidikan, manusia akan mampu menyelesaikan setiap persoalan yang terjadi. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Tafsir (2008, hlm. 39) yang mengatakan bahwa:

Selama manusia masih menghadapi masalah yang harus diselesaikan selama itu pula ia masih menjalani pendidikan, sememtara itu manusia tidak pernah tidak menghadapi masalah. Jadi, karena manusia selalu menghadapi masalah maka selama itu pula ia memerlukan pendidikan.

Dengan demikian pendidikan merupakan solusi untuk semua persoalan-persoalan, termasuk persoalan yang terjadi di negeri ini, selain itupun dengan pendidikan yang maju, mampu meningkatkan kualitas kebudayaan yang ada di

suatu bangsa, sebagaimana Rosyadi (2009, hlm. 3) mengatakan bahwa “…kualitas pendidikan akan menunjukan kualitas budaya…”. Sehingga antara pendidikan dan

kebudayaan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia, karena dengan keduanya mampu meningkatkan kualitas hidup manusia. Hal tersebut ditegaskan kembali oleh Rosyadi (2009, hlm. 3) yang menjelaskan bahwa:

Dua masalah penting yang saling terkait dalam meningkatkan kualitas hidup manusia adalah masalah pendidikan dan kebudayaan. Di satu pihak, pengembangan dan pelestarian kebudayaan berlangsung dalam proses pendidikan dan membutuhkan perekayasaan pendidikan. Sementara itu, pengembangan pendidikan juga membutuhkan suatu sistem kebudayaan sebagai akar dan pendukung berlangsungnya pendidikan tersebut.

(12)

2

Jika menengok fakta sejarah, agenda kebangkitan nasional saat ini terletak pada pendidikan. Mengapa demikian? karena seluruh sektor kehiduapan bangsa merupakan concern sumber daya manusia (human resource) yang dihasilkan dari output dunia pendidikan (Elmubarok, 2009, hlm. 6).

Maka dari itu, untuk menjadikan bangsa ini maju dan mampu bersaing dengan negara lain, perlu adanya komitmen dari semua elemen bangsa terutama pemerintah. Karena seharusnya aparatur negara ini yang harus mampu menjadi ujung tombak dalam memajukan pendidikan demi kemajuan bangsa Indonesia.

Adapun definisi dari pendidikan itu sendiri, sebagaimana yang dikemukakan oleh Mulyasa (2012, hlm. 2) menjelaskan bahwa:

Pendidikan pada hakikatnya adalah proses pematangan kualitas hidup. Melalui proses tersebut diharapkan manusia dapat memahami apa arti dan hakikat hidup, serta untuk apa dan bagaimana menjalankan tugas hidup dan kehidupan secara benar. Karena itulah fokus pendidikan diarahkan pada pembentukan kepribadian unggul dengan menitik beratkan pada proses pematangan kualitas logika, hati, akhlak, dan keimanan. Puncak pendidikan adalah tercapainya titik kesempurnaan kualitas hidup.

Berpijak dari pengertian di atas, pendidikan dapat diartikan sebagai proses menjadikan manusia menjadi dirinya sendiri yang mempunyai kemampuan dan kepribadian unggul sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Hal tersebut sesuai dengan yang diutarakan oleh Tafsir (2008, hlm. 33) yang mengatakan bahwa

“…pendidikan ialah usaha membantu menusia menjadi manusia”. Sementara itu Elmubarok (2009, hlm. 3) memberikan definisi pendidikan adalah “usaha atau poses yang ditujukan untuk membina kualitas sumber daya manusia seutuhnya agar ia dapat melakukan peranannya dalam kehidupan secara fungsional dan

optimal”. Sedangkan dalam Undang-Undang sistem pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadaian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

(13)

3

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadaian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Selanjutnya, untuk menunjang keterlaksanaan sebuah pendidikan maka perlu adanya sarana tempat berlangsungnya sebuah pendidikan dan salah satu sarananya adalah sekolah. Karena pada kenyataannya pendidikan itu identik dengan sistem persekolahan. Hal ini sejalan dengan pendapatnya Suhartono (2009, hlm. 46) yang mengatakan bahwa:

Pendidikan merupakan seluruh kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di lembaga pendidikan sekolah. Pendidikan diartikan sebagai sistem persekolahan. Dalam hal ini pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana yang diselenggarakan oleh istitusi persekolahan (school education) untuk membimbing dan melatih peserta didik agar tumbuh kesadaran tentang eksistensi kehidupan dan kemampuan menyelesaikan setiap persoalan kehidupan yang selalu muncul.

Adapun dalam pelaksanaannya pendidikan yang dilakukan tidak hanya di lingkungan sekolah saja, melainkan di lingkungan keluarga juga lingkungan masyarakat, yang ketiganya memiliki peran dan fungsinya masing-masing yang saling berkaitan satu sama lain dalam membentuk kepribadian anak. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Suhartono (2009, hlm. 50) bahwa:

…pendidikan berlangsung di dalam tiga jenis lingkungan, yaitu lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Setiap lingkungan melaksanakan kegiatan pendidikan dengan sasaran berbeda. Lingkungan pendidikan keluarga menyelenggarakan kegiatan pembimbingan dengan sasaran menumbuhkan potensi spiritual. Lingkungan pendidikan sekolah sasarannya adalah bimbingan potensi intelektual. Sedangkan lingkungan masyarakat kegiatan pendidikannya berpusat pada bimbingan potensi moral. Berpijak dari pengertian di atas, dapat ditarik pengertian, bahwa penyelenggaraan pendidikan itu terbagi kedalam dua jalur, yaitu pendidikan yang dilaksanakan di sekolah dan pendidikan yang dilaksanakan di luar sekoah. Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasioanal No. 3

Tahun 1989 pasal 10 ayat 1 menjelaskan bahwa “Penyelenggaraan pendidikan

(14)

4

pendidikan luar sekolah”. Jalur pendidikan luar sekolah ini, salah satunya memuat

di dalamnya mengenai pendidikan keluarga, dan tentang hal ini, lebih lanjut ayat 4

menerangkan bahwa: “pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur

pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga dan memberikan

keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral, dan keterampilan”.

Berbicara mengenai sistem pendidikan pasti tidak akan terlepas dengan adanya kurikulum. Karena kurikulum bisa diartikan juga sebgai jalur lintasan yang harus dilewati oleh peserta didik untuk sampai kepada tujuan pendidikan yang diharapkan. Mujib dan Mudzakkir (2008, hlm. 122) menjelskan bahwa “kurikulum adalah seperangkat perencanaan dan media untuk mengantar lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan”. Sejalan dengan hal tersebut Άbd Allah (dalam Nata, 2012, hlm. 122) menyebutkan bahwa “kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang disiapkan berdasarkan rancangan yang sistematik dan koordinatif dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang

ditetapkan”. Kemudian Tafsir (2010, hlm. 53) menegaskan bahwa:

…kurikulum lebih dari sekedar rencana pelajaran atau bidang studi. Kurikulum dalam pandangan modern ialah semua yang secara nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah. Pandangan ini bertolak sesuatu yang aktual, yang nyata, yaitu yang aktual terjadi di sekolah dalam proses belajar. Dari pengertian-pengertian di atas dapat ditarik pengertian bahwa kurikulum adalah seperangkat perencanaan, media, dan mata pelajaran yang disampaikan secara sistematik dan koordinatif serta bertolak pada sesuatu yang aktual, yang nyata, yang terjadi di sekolah dalam proses belajar dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang ditetapkan. Sejalan dengan hal tersebut, Allah swt menegaskan di dalam Al-Qur’ān, terdapat beberapa ayat pendukung yang ada hubungannya dengan kurikulum diantara ayat-ayat tersebut adalah:

(15)

5

Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji"

(QS. Luqmān [31]: 12).

Dari ayat-ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah swt mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya, kemudian Allah mengajarkan nama-nama tentang segala sesuatu, pengetahuan dan hakikat segala sesuatu, akhlak mulia berupa mencintai Nabi Muhammad saw dan keluarganya, membaca Al-Qur’ān, menulis, berenang, berkuda. Termasuk Allah swt mengajarkan kepada manusia untuk senantiasa bersyukur. Berdasarkan hal tersebut Nata (2012, hlm. 126) menjelaskan bahwa:

Adanya bidang ilmu yang harus diajarkan tersebut menggambarkan bahwa, muatan yang harus tercantum dalam kurikulum meliputi berbagai bidang ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia, baik yang berkaitan dengan pembinaan mental spiritual, intelektual, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan fisik, dan psikis lainnya. Dengan memberikan berbagai macam pengetahuan tersebut, maka akan tercipta manusia yang seutuhnya.

Jika pendapat tersebut dikaitkan dengan kurikulum sekolah saat ini, hal tersebut sudah sesuai dengan pelaksanaannya, karena kurikulum yang ada saat ini sudah dirancang sedemikian rupa sehingga sudah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, hal tersebut dipertegas oleh Ramayulis (2008, hlm. 40) yang menjelaskan bahwa:

Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, seni dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan (kejuruan) dan muatan lokal. Berdasarkan hal tesebut bahwa pendidikan agama termasuk di dalamnya PAI merupakan dasar dan inti dari kurikulum pendidikan nasional. Oleh karena itu, pendidikan agama Islam menjadi terpadu dalam sistem pendidikan Nasional.

(16)

6

tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan yang kita cita-citakan tersebut masih belum mampu diwujudkan. Karena pada kenyataannya, masih banyak remaja yang berprilaku anti sosial, seperti tauran, pencurian, penyalahgunaan narkoba, serta perbuatan amoral lainnya. Berikut kasus kenakalan remaja bersasarkan data dari Crime Polda Metro Jaya, yang dihimpun oleh Detik News.com:

Bagan 1.1 Kasus kenakalan remaja di Metro Jaya, DKI Jakarta tahun 2008 -2011

Dengan demikian, dalam rangka mengantisipasi berbagai persoalan itulah, maka pembelajaran pendidikan agama di sekolah harus menunjukan kontribusinya. Hanya saja perlu disadari bahwa selama ini terdapat berbagai kritik terhadap pelaksanaan pembelajaran pendidikan agama Islam yang terjadi. Sebagaimana Buchori (dalam Muhaimin, 2004, hlm. 88) menilai bahwa:

...kegagalan pendidikan agama disebabkan karena prakti pendidikannya hanya memperhatikan aspek kognitif semata dari pertumbuhan kesadaran nilai-nilai (agama), dan mengabaikan pembinaan aspek afektif dan konatif-volutif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Akibatnya

0

(17)

7

terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengalaman, antara gnosis dan

praxis dalam kehidupan nilai agama.

Disamping itu, Rosdianah (dalam Muhaimin, 2004, hlm. 89) mengemukakan beberapa kelemahan lainnya dari pendidikan agama Islam di sekolah, baik dalam pemahaman materi pendidikan agama Islam, maupun dalam pelaksanaannya. Diantaranya yaitu:

... (4) dalam bidang hukum (fiqih) cenderung dipelajari sebagai tata aturan yang tidak akan berubah sepanjang masa, dan kurang memahami dinamika dan jiwa hukum Islam; (5) agama Islam cenderung diajarkan sebagai dogma dan kurang mengembangkan rasionalitas serta kecintaan pada kemajuan ilmu pengetahuan; (6) orientasi mempelajari Al-Qur’ān masih cenderung pada kemampuan membaca teks, belum mengarah pada pemahaman arti dari penggalian makna.

Selain permasalahan di atas, jika kita tengok pada realita yang sebenarnya terdapat kekurangan jam pelajaran untuk pengajaran agama Islam yang disediakan di sekolah-sekolah umum seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Umum dan seterusnya. Masalah inilah yang dianggap sebagai penyebab utama timbulnya kekurangan para pelajar dalam memahammi, meghayati dan mengamalkan ajaran agama. Sebagai akibat dari kekurangan ini, Nata (2010, hlm. 18) mengatakan

”para pelajar tidak memiliki bekal yang memadai untuk membentengi dirinya dari berbagai pengaruh negatif akibat globalisasi yang menerpa kehidupan”.

Maka dari itu, harus ada solusi dari permasalahan pengajaran pendidikan agama Islam tersebut, agar pendidikan agama Islam yang ada mampu menunjukan kontribusi nyata dalam menunjang keberhasilan sebuah pendidikan dan sampai

kepada visi dari pendidikan agama islam itu sendiri, yaitu ”Menjadikan

pendidikan Islam sebagai pranata yang kuat, berwibawa, efektif, dan kredibel, dalam mewujudkan cita-cita ajaran Islam” (Nata, 2012, hlm. 44). Selain itupun dengan pengajaran pendidikan Islam yang baik, diharapkan mampu membantu sekolah dalam mencetak generasi penerus yang menjadi harapan bagi bangsanya. Adapun Tafsir (2010, hlm. 158-159) menjelaskan bahwa:

(18)

8

dalam rumah tangga. Inti pendidikan agama dalam rumah tangga itu ialah hormat kepada Tuhan, kepada orang tua, kepada guru. Di sekolah hormat kepada guru inilah kuncinya. Bila anak didik tidak hormat kepada guru, berarti ia juga tidak akan menghormati agama. Bila agama Islam dan guru agama tidak dihormati, maka metode pendidikan agama yang baikpun tidak akan ada artinya.

Pendukung lainnya, guna menunjang keberhasilan sebuah pendidikan agama Islam, siswa sebaiknya disibukkan dengan berbagai macam aktivitas keagamaan, salah satunya adalah kegiatan ekstrakurikuler keagamaan. Ekstrakurikuler keagamaan ini bisa dikatakan juga sebagai kegiatan tambahan di sekolah, yang dilaksanakan di luar kegiatan kurikuler. Meskipun kegiatan ini bersifat ekstra, namun tidak sedikit dari kegiatan ekstrakurikuler keagamaan ini berhasil mengembangkan bakat siswa, bahkan dalam kegiatan ekstrakurikuler inilah siswa mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya, karena dalam ekstrakulikuler tersebut, siswa akan mendapatkan pelatihan soft skill yang tidak didapatkan di

dalam kelas. Contohnya diskusi wawasan keislaman, taħsin Al-Qur’ān, kesenian islami, public speking dan lain sebagainya.

Selain menjadi tempat untuk mengembangkan bakat dan keterampilan, kegiatan ekstrakurikuler ini juga adalah salah satu sarana bagi siswa dalam mengisi waktu luangnya dengan kegiatan-kegiatan positif. Selain itupun dengan adanya kegiatan ekstrakurikuler mampu menjadikan siswa saling kenal mengenal satu sama lain tidak hanya dalam satu sekolah saja, tetapi juga lintas sekolah, lintas daerah, bahkan lintas negara. Sehingga kegiatan ekstrakurikuler ini selain wadah untuk mengembangkan bakat dan keterampilan juga bisa dijadikan sebagai ajang silaturahmi antar siswa. Hal tersebut sejalan dengan tujuan ekstrakurikuler yang tercantum dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No. 62 Tahun 2014 pasal 2 yang berbunyi:

Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.

(19)

9

Indah Pratiwi, 2015

Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan D i Sekolah D alam Menunjang Tercapainya Tujuan Pembelajaran PAI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

tercapainya tujuan pendidikan. Hal tersebut didukung oleh pendapat dari Sopiatin (2010, hlm. 104) yang menyebutkan bahwa:

…kegiatan ekstrakurikuler menghasilkan perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa kegiatan ekstrakurikuler berpengaruh signifikan sebesar 0.385, determinan 14,8 %. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ekstraklikuler merupakan unsur penting yang dapat berpengaruh terhadap mutu proses belajar mengajar.

Dari pendapat tersebut dapat ditarik pengertian bahwa berpartisipasi pada kegiatan ekstraklikuler mempunyai efek positif pada prestasi akademik siswa serta kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dapat menunjang proses pembelajaran. Sehingga keberadaan ekstrakurikuler keagamaan dipandang perlu guna menunjang tercapainya tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam.

Dalam hal ini, salah satu sekolah yang berusaha secara nyata untuk membina akhlak siswa adalah SMP Negeri 44 Bandung. Sekolah ini berupaya mengejawantahkan nilai-nilai Islam di lingkungan sekolah yang diwujudkan dengan menjadikan SMP Negeri 44 bandung menjadi sekolah yang mengimplementasikan PAI. Hal tersebut di aplikasikan dalam program pembiasaan PAI diantaranya program one day one ayat, peringatan hari besar keagamaan, pembacaan sholawat, raja istigfar dan asmaul husna, kemuadian

sholat duha, sholat dzuhur berjama’ah, membaca juz amma sebelum sholat dzuhur berjamaa’ah dan mabit bagi kelas dan kegiatan ini wajib diikuti oleh selurh siswa yang beragama Islam.

Berdasarkan permasalahan yang dikemukaan di atas, penulis sangat tertarik untuk mengkaji dan meneliti lebih lanjut tentang keterkaitan antara pembelajaran PAI dengan ekstrakurikuler Keagamaan tersebut. Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian yang dituangkan dalam bentuk karya tulis dengan judul “Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan di Sekolah dalam Menunjang Tercapainya Tujuan Pembelajaran PAI (Studi Deskriptif

Analisis di SMP Negeri 44 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015)”.

Bagan 1.2 Alur Pemikiran Penelitian

(20)

10

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus penelitian adalah bagaimana kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di sekolah dalam menunjang tercapainya tujuan pembelajaran PAI (Studi Deskriptif Analisis di SMP Negeri 44 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015).

SOLUSI 1. Mengubah orientasi PAI

2. Mengubah metode pembelajaran PAI 3. Optimalisasi Ekstrakulikuler Keagamaan

VISI DAN MISI SEKOLAH

EKSTRAKULIKULER INTRAKULIKULER

EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN KBM PAI

(21)

11

Adapun untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian, maka peneliti mencoba untuk merumuskan permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian ini, adapun permasalahan tersebut dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran PAI di SMP Negeri 44 Bandung? 2. Bagaimana manajemen program ekstrakurikuler keagamaan di SMP Negeri

44 Bandung?

3. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan diSMP Negeri 44 Bandung?

4. Bagaimana upaya sekolah dalam mendorong siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan diSMP Negeri 44 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Perumusan tujuan merupakan bagian yang penting dalam melakukan sebuah penelitian, dengan harapan agar penelitian yang akan dilakukan dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di sekolah dalam menunjang tercapainya tujuan pembelajaran PAI yang di laksanakan di SMP Negeri 44 Bandung.

Sesuai dengan tujuan umum di atas, maka peneliti merumuskan beberapa tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu:

1. Mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran PAI di SMP Negeri 44 Bandung. 2. Mendeskripsikan manajemen program ekstrakurikuler keagamaan di SMP

Negeri 44 Bandung.

3. Mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan diSMP Negeri 44 Bandung.

4. Mendeskripsikan upaya sekolah dalam mendorong siswa mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan diSMP Negeri 44 Bandung.

(22)

12

Dari hasil penelitian ini, diharapkan membawa manfaat untuk berbagai pihak, dan manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontibusi terhadap bidang keilmuan yang terus berkembang. Penelitian ini juga bisa dijadikan sebagai contoh serta referensi atau masukan bagi pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan. Khususnya mengenai manajemen kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di sekolah.

2. Manfaat praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak- yang terkait. Adapun manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut: a. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

Bagi guru PAI, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam meningkatkan ketercapaian tujuan pembelajaran PAI.

b. Kepala Sekolah

Bagi pihak sekolah diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam pengoptimalan program ekstrakurikuler keagamaan di sekolah.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Untuk memudahkan penulis dalam pemahaman dan pemecahan masalah secara sistematis, maka dibuatlah struktur organisasi skripsi dalam penelitian skripsi ini, adapun sistematikanya penulis uraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi Latar Belakang Penelitian, Rumusan Masalah Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Struktur Organisasi Skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

(23)

13

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian diantaranya: Desain Penelitian, Partisipan, Tempat Penelitian, Pengumpulan Data dan Analisis Data.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan kajian tentang temuan penelitian serta kajian pembahasan dari hasil penelitian tentang Pelaksanaan Pembelajaran PAI di SMP Negeri 44 Bandung, Manajemen Program Ekstrakurikuler Keagamaan di SMP Negeri 44 Bandung, Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan di SMP Negeri 44 Bandung, dan Upaya Sekolah dalam Mendorong Siswa Mengikuti Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMP Negeri 44 Bandung.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

(24)

45

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, desain penelitian yang dirancang oleh peneliti dibuat dengan menggambarkan langsung langkah-langkah penelitian yang akan di tempuh, adapun langkah-langkah penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Bagan 3.1 Langkah-Langkah Penelitian

Adapun gambar langkah- langkah penelitian di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahan ini ada beberapa hal yang peneliti lakukan, diantaranya: a. Studi Pendahuluan dan Observasi Awal

Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dalam rangka mengetahui visi dan misi sekolah, program dan proses pembelajaran PAI serta kegiatan ekstrakurikuler keagamaan yang akan menjadi tempat penelitian ini berlangsung.

b. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Langkah- Langkah

Hasil akhir berupa: Laporan dan saran tentang:

“Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan di Sekolah dalam Menunjang Tercapainya Tujuan Pembelajaran PAI”

(25)

46

Berdasarkan hasil dari informasi yang didapatkan ketika studi pendahuluan, maka disusunlah pelaksanaan penelitian yang difokuskan kepada rumusan masalah penelitian, tentang kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dalam menunjang tercapainya tujuan pembelajaran PAI di SMP Negeri 44 Bandung. Kemudian langkah selanjutnya adalah menyusun panduan pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan ini merupakan tahap pengumpulan data di lapangan tempat penelitian ini berlangsung. Adapun pelaksanaan ini akan dilakukan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2014-2015. Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan, diantaranya:

a. Tahap Orientasi

Tahap orientasi ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang masalah-masalah yang akan diteliti. Adapun kegiatan yang dilakukan mengarah pada usaha untuk memperoleh informasi yang sebanyak-banyaknya mengenai hal-hal yang sifatnya masih umum, namun masih berada dalam kerangka penelitian. Adapun aktivitas yang dilakukan adalah melakukan kunjungan dan perkenalan dengan Kepala Sekolah, Guru PAI, Penanggung Jawab Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan dan Wakasek Urusan Kesiswaan.

Tujuan dari kunjungan tersebut adalah mengutarakan maksud dari penelitian yang akan dilakukan, prosedur pengumpulan data dan perhitungan waktu yang akan digunakan dalam mengumpulkan data dan informasi. pada tahap ini juga peneliti melakukan pendekatan kepada para responden dengan cara menjelaskan bahwa keberadaan peneliti bukan untuk mengevaluasi atau mengawasi, melaikan kegiatan belajar yang diperoleh dari kegiatan pengalaman lapangan. Selanjutnya menjelaskan bahwa informasi yang didapatkan bukan untuk menilai Kepala Sekolah, Guru maupun pihak lainnya, serta tidak mempunyai pengaruh terhadap posisi responden.

b. Tahap Eksplorasi

(26)

47

sebanyak-banyaknya tentang apa, bagaimana dan mengapa ekstrakurikuler keagamaan dilakukan serta ada hubungan atau tidak dengan proses pembelajaran PAI. Adapun proses pengumpulan data yang dilakukan menggunakan teknik observasi partisipasi, wawancara mendalam tak terstuktur, studi dokumentasi dan triangulasi.

3. Tahap Analisis Data dan Laporan

Pada tahap ini data yang diperoleh akan dianalisis, dimulai dengan menelaah semua data yang sudah dikumpulkan melalui observasi partisipasi, wawancara mendalam tak terstuktur, studi dokumentasi dan triangulasi. Selanjutnya data tersebut direduksi dengan memperhatikan pokok-pokok penting dengan maksud menggolongkan dan mengeliminir data yang tidak diperlukan agar mempermudah peneliti dalam melakukan analisis. Setelah data tersebut direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data secara jelas dan langkah terakhir adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Setelah semua tahap dilaksanakan barulah hasil dari analisis tersebut dibuat berupa deskripsi tentang rumusan yang menjadi maslah penelitian, yaitu: Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan di Sekolah dalam Menunjang Tercapainya Tujuan Pembelajaran PAI. (Studi Deskriptif Analisis di SMP Negeri 44 Bandung Tahun Ajaran 2014/2015).

B. Partisipan dan Tempat Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian merupakan lokasi dimana penelitian akan dilakukan. Adapun tempat penelitian ini dilaksankan yaitu di SMP Negeri 44 Bandung yang berlokasi di JL.Cimanuk No.1 Kota Bandung No telepon (022) 4205409.

2. Partisipan

Parsisipan dalam penelitian dapat diartikan sebagai orang yang ikut berperan serta dalam proses penelitian tersebut. Adapun yang menjadi partisipan dalam penelitian ini terdiri dari Kepala Sekolah, Guru PAI, Penanggung Jawab Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan dan Wakasek Urusan Kesiswaan di SMP Negeri 44 Bandung.

C. Pengumpulan Data

(27)

48

penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah dengan cara observasi partisipatif, wawancara, studi dokumentasi dan triangulasi. Berikut penjabaran teknik-teknik pengumpulan data tersebut:

1. Observasi

Observasi bisa diartikan juga sebagai teknik pengumpulan data yang langsung melibatkan peneliti sebagai subjek dalam pengamatannya. Selanjutnya Fathoni (2006, hlm. 104) menjelaskan bahwa:

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Orang yang melakukan observasi disebut pengobservasi (observer) dan pihak yang diobservasi disebut terobservasi (observe).

Adapun Faisal (dalam Sugiono, 2010, hlm. 226) mengklasifikasikan teknik observasi menjadi tiga, yaitu: observasi partisipasi (participant observation), observasi terang-teragan dan tersamar (over observation dan covert observation) dan observasi tidak berstruktur (unstructured observation).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi partisipasi. Disini peneliti terlibat langsung dengan kegiatan yang sedang diamati. Teknik observasi partisipasi ini digunakan peneliti untuk mengamati beberapa hal terkait pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dalam menunjang tercapainya tujuan pembelajaran PAI di SMP Negeri 44 Bandung, diantaranya:

a. Situasi dan kondisi sekolah yang meliputi visi dan misi Sekolah, sarana dan prasarana yang ada di Sekolah tersebut.

b. Situasi kegiatan pembelajaran PAI yang dilakukan di dalam dan diluar kelas. c. Situasi kegiatan ekstrakurikuler keagamaan meliputi jadwal kegiatan jenis

kegiatan dan pelaksanaan kegiatan. 2. Wawancara

(28)

49

Ditinjau dari segi cara untuk mengadakan pendekatan, wawancara dibedakan menadi dua macam yaitu: 1) wawancara langsung, ialah wawancara yang dilakukan secara tatap muka. Dalam cara ini pewawancara langsung bertatap muka dengan pihak yang diwawancara. 2) wawancara tidak langsung, ialah wawancara yang dilakukan bukan secara tatap muka melainkan melalui saluran komunikasi jarak jauh, misalnya melalui telepon, melalui radio dan sebagainya.

Sedangkan Estenberg (dalam Sugiono, 2010, 233) membagi jenis wawancara menjadi tiga macam, diantaranya yaitu:

a. Wawancara Terstruktur (Structured Interview)

Wawancara ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data, ketika peneliti atau pengumpul data sudah mengetahui dengan pasti tentang informasi yang akan diperoleh. Maka dari itu, dalam melakukan wawancara, terlebih dahulu pengumpul data telah menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya telah disampaikan. Dengan wawancara terstuktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya.

b. Wawancara Semistruktur (Semistucture Interview)

Wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, karena dalam pelaksanaannya lebih bebas tatkala dibandingkan dengan wawancara terstuktur. Tujuan dari wawancara semistuktur ini adalah untuk menemukan permasalahan-permasalahan secara lebih terbuka, dengan cara pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya.

c. Wawancara Tidak Terstuktur (Unstructured Interview)

Wawancara ini adalah wawancara yang bebas, yaitu peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Namun pedoman wawancara yang digunakan hanya garis-garis besar dari permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun Fathoni (2006, hlm. 109-111) menyebutkan bahwa:

(29)

50

3) wawancara setengarh tertutup ialah wawancara yang menggunakan kuesioner setengah tertutup, artinya kuesioner yang memberikan kesempatan kepada responden untuk mengemukan jawaban lain, atau keterangan tembahan di samping alternatif jawaban yang telah disediakan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan teknik wawancara tidak terstuktur (Unstructured Interview) dengan bentuk pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan terbuka. Adapun informan yang diambil oleh peneliti untuk mengetahui tentang kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dalam menunjang tercapainya tujuan pembelajaran PAI di SMP Negeri 44 Bandung adalah Kepala Sekolah, guru mata pelajaran PAI, Guru atau Penanggung jawab program ekstrakurikuler kaagamaan dan Wakasek Urusan Kesiswaan di SMP Negeri 44 Bandung.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi bisa diartikan juga sebagai salah satu teknik dalam mengumpulkan data dari sumber-sumber yang telah terdokumentasikan, baik dalam bentuk tulisan ataupun dalam bentuk dokumen lainnya. Sejalan dengan hal tersebut Arikunto dan Suharsimi (2009, hlm. 244) menjelaskan bahwa:

Penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan, dalam rekaman, baik gambar, suara, tulisan ataupun lain-lain, dalam bentuk rekaman biasa dikenal dengan penelitian analisis dokumen atau analisis isi (content analiysis).

Maka dari itu, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik studi dokumentasi dengan maksud untuk memperkuat data-data yang diolah yang kemudian akan menjadi hasil dari penelitian ini. Adapun dokumentasi yang dicari oleh peneliti berupa gambaran umum sekolah yang mencangkup profil sekolah, visi, misi serta program kerja sekolah. Adapun dokumentasi untuk pembelajaran PAI diantaranya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Selain itupun dokumen-dokumen tentang perencanaan program kegiatan ekstrakurikuler keagamaan di SMP Negeri 44 Bandung.

4. Triangulasi

(30)

51

triangulasi itu setara dengan “cek dan ricek” yaitu pemeriksaan kembali data dengan tiga cara, yaitu triangulasi sumber, metode dan waktu. Triangulasi

sumber berarti mencari sumber-sumber lain disamping sumber yang telah kita dapatkan. Triangulasi metode menujuk pada penggunaan metode yang berbeda untuk melakukan “cek dan ricek”. Triangulasi waktu bisa berarti melakukan pengamatan/wawancara dalam waktu yang berbeda, misalnya pagi, siang, sore dan malam, atau waktu orang itu sendiri, berdua dan di keramaian.

Dengan menggunakan teknik triangulasi ini, sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data. yaitu mengecek kredibilitas data yang sudah didapatkan melalui berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Adapun triangulasi teknik yang peneliti gunakan adalah observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi untuk sumber data yang sama. Sedangkan triangulasi sumber peneliti mendapatkannya dari Kepala Sekolah, guru mata pelajaran PAI, Guru atau Penanggung jawab program ekstrakurikuler keagamaan serta Wakasek Urusan Kesiswaan yang dilakukan dengan menggunakan teknik yang sama.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data bisa diartikan juga sebagai proses penelaahan terhadap data-data yang telah diperoleh selama penelitian yang dalam pelaksanaannya memerlukan ketelitian dan kekritisan dari peneliti. Sedangkan Sugiono (2010, hlm. 335) menjelaskan bahwa analisis data kualitatif adalah:

Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, angket observasi, dokumentasi dan studi pustaka/literasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri dan orang lain.

Dalam penelitian ini, tahap-tahap analisis data yang digunakan peneliti berpegang pada pendapat Sugiono (2010, hlm. 338-345) yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

(31)

52

direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan akan lebih mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Setelah data tersebut direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data secara jelas dan singkat. Hal ini bertujuan untuk melihat gambaran secara keseluruhan dari hasil penelitian tersebut. Penyajian data dilakukan secara bertahap yaitu dengan dikatagorisasikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Selanjutnya disajikan dalam bentuk deskripsi dan interpretasi yang menggambarkan perspektif sesuai data yang diperoleh di lapangan.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (conlusion Drawing)

(32)

91

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, serta hasil analisis pembahasan hasil penelitian, maka diperoleh beberapa kesimpulan terkait kegiatan ekstrakurikuer keagamaan dalam menunjang tercapainya tujuan pembelajaran PAI di SMP Negeri 44 Bandung, yaitu pada pelaksanaan PAI yang diselenggarakan di SMP Negeri 44 Bandung secara umum berjalan dengan lancar dan kondusif. Hal ini ditandai dengan kondisi guru yang sudah dalam keadaan siap ketika akan melaksanakan pembelajaran. Salah satunya dengan membawa perangkat pembelajaran yang lengkap ketika masuk kelas. Kemudian dalam penyampaian materi yang dilaksanakan menggunakan metode yang bervariatif mulai dengan menggunakan metode ceramah, diskusi, demonstrasi ataupun lainnya yang disesuaikan dengan materi yang disampaikan. Selanjutnya dalam kelaspun sudah terpasang perangkat infokus yang dalam hal ini bisa menjadi salah satu faktor pendukung keberhasilan pembelajaran PAI yang diselenggarakan di SMP Negeri 44 Bandung.

Selaian itu, guna mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh siswanya khususnya dalam bidan keagamaan, SMP Negeri 44 Bandung mewadahinya dengan kegiatan ekstraurikuler yang dinamakan ekstrakurikuler BTAQ (Baca Tulis Al-Qur’ān). Ekstrakurikuler BTAQ ini dalam manajemennya masih belum optimal. Adapun fungsi manajemen yang diaplikasikan oleh ekstrakurikuler BTAQ ini adalah sebagai berikut:

Pada tahap perencanaan, ekstrakurikuler BTAQ tidak membuat Visi dan Misi dari kegiatan ekstrakurikuler ini namun hanya menentukan tujuan dari organisasi tersebut,

(33)

92

ekstrakurikuler BTAQ ini yaitu dengan sistem halaqoh, kemudian tutor sebaya, dan sistem kelompok baca Al-Qur’ān atau klasikal. Selanjutnya adalah menentukan jadwal kegiatan ekstrakulikuler BTAQ yaitu setiap Senin pukul 13.00 s.d 14.30, Rabu pukul 13.00 s.d 14.30 dan Sabtu pukul 08.00 s.d 10.00. Namun pada pelaksanaannya perencanaan ekstrakurikuler BTAQ belum tertata dengan baik, terbukti dengan belum terlaksanaanya beberapa program kerja serta belum termaksinalkannya jadwal latihan yang telah dibuat.

Pada tahap pengorganisasian, posisi dan pembagian tanggung jawab dalam struktur organisasi ekstrakurikuler BTAQ ini disesuaikan dengan jabatan dan kemampuan dari setiap orang yang tergabung dalam keorganisasian ini. Namun struktur keoraganisasian yang telah ada tidak dibuat secara tertulis.

Pada tahap pelaksanaan, kegiatan yang berjalan terus secara konsisten baru program membaca Al-Qur’ān yang dilaksanakan setiap hari Senin pukul 13.00-14.30 dan hari Sabtu pukul 08.00-10.00. dalam pelaksanaannya ternyata hanya program tersebut saja yang baru dilaksanakan hingga saat ini. Untuk meningkatkan antusiasme siswa yang hadir, penanggung jawab kegiatan ekstrakurikuler ini melakukan beberapa uapaya salah satunya dengan mengambil pelatih atau kakak pembimbing dari luar untuk membimbing anak-anak dalam hafalan dan membaca Al-Qur’ānnya.

Pada tahap pengawasan, standar yang dilakukan sekolah ialah dengan melakukan monitoring, dengan cara Wakasek Urusan Kesiswaan turun langsung melihat absensi Pembina serta pelatih ekstrakurikuler BTAQ. Kemudian Wakasek Urusan Kesiswaan yang melapor kepada Kepala Sekolah terkait pelaksanaan ekstrakurikuler BTAQ di SMP Negeri 44 Bandung. Karena sampai saat ini Wakasek Urusan Kesiswaan belum meminta laporan secara tertulis kepada penanggung jawab ekstrakurikuler BTAQ, sehingga selama ini penanggung jawab ekstrakurikuler BTAQ belum pernah membuat laporan pertanggungjawaban secara tertulis.

(34)

93

menjadi faktor penghambat kegiatan ekstrakurikuler BTAQ ini terletak pada fluktuasi kehadiran siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, adanya ekstrakurikuler lain yang diikuti siswa, serta sustainability gurunya. Dalam hal ini sekolah sudah mampu mengoptimalkan faktor pendukung yang ada serta berupaya mengantisipasi faktor penghambat yang terjadi.

Secara umum SMP Negeri 44 Bandung sangat mendukung dan mendorong siswanya untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler keagamaan, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan memasukan ekstrakurikuler keagamaan yang dinamanak ekstrakurikuler BTAQ (Baca Tulis Al-Qur’ān) dalam program kurikulum yang masuk pada kegitan pengembangan diri bidang pengembangan minat dan bakat dan masuk dalam bidang non akademik. Selain itu sekolah memberlakukan kebijakan bahwa siswa yang sudah mengikuti kegiatan ekstrakurikuler BTAQ akan mendapatkan nilai tambahan dalam pelajaran PAInya. Disamping itu ekstrakurikuler BTAQ mendapatkan bagian untuk mempromosikan kegiatannya pada acara demo ekskul yang dilaksanakan ketika MOS.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan yang diambil, penulis merasa perlu untuk menyampaikan rekomendasi yang kiranya bisa dijadikan masukan serta perbaikan dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuer keagamaan di sekolah dalam menunjang tercapainya tujuan pembelajaran PAI, adapun rekomendasi yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Kepala Sekolah

Hendaknya Kepala Sekolah sekali-kali mengagendakan waktu untuk memantau kegiatan ekstrakurikuler keagamaan secara langsung, agar dapat mengetahui perkembangan ekstrakurikuler keagamaan dilapangan.

2. Bagi Wakasek Urusan Kesiswaan

(35)

94

perkembangakan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dari tahun ketahun bisa dilihat dari laporan yang telah dibuat.

3. Bagi Penanggung Jawab Kegiatan Ekstrakurikuler Keagamaan

Hendaknya melengkapi administrasi keorganisasian mulai dari visi dan misi serta membuat struktur organisasi ekstrakurikuler keagamaan secara tertulis dan memajangnya di ruangan yang berada di masjid agar setiap orang bisa melihat serta mengetahui siapa saja yang masuk dalam keorganisasian ekstrakurikuler keagamaan ini. Disamping itu penanggung jawab ekstrakurikuler keagamaan hendaknya membukukan data dari setiap perencanaan yang telah dibuat, agar bisa menjadi pedoman dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler keagamaan ini.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

(36)

95

DAFTAR PUSTAKA

____________. (2010). Al-Qur’ān dan terjemah. Penerjemah: Tim Penerjemah Depag RI. Jakarta: CV Darus Sunnah.

Abdushomad, A. (2010). Mencari tipologi format pendidikan ideal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ahmad, M.A. (2008). Metodologi pengajaran agama Islam. Jakarta: Rineka Cipta.

Arifin, M. (2008). Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin, M. (2010). Kapita selekta pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arifin, M. (2012). Filsafat pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, & Suharsimi. (2009). Manajemen penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.

Brantas. (2009). Dasar-dasar manajemen. Bandung: Alfabeta.

Budimansyah, D. (2003). Model pembelajaran berbasis portofolio pendidikan agama Islam. Bandung: Genesindo.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (1989). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 3 Tahun 1989. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

(37)

96

Departemen pendidikan dan Kebudayaan (2014). Permendikbud No.62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Depdikbud.

Daradjat, Z. (2006). Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara

Elmubarok, Z. (2009). Membumikan pendidikan nilai. Bandung: Alfabeta.

Fathoni, A. (2011). Metodologi penelitian dan teknik penyusunan skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.

Handoko, U. (2003). Manajemen. Yogyakarta: BPFE.

Majid, A. (2012). Belajar dan pembelajaran pendidikan agama Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Majid, A. & Andayani, D. (2005). Pendidikan agama Islam berbasis kompetensi.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mazhahiri, H. (2003). Pintar mendidik anak. Jakarta: Lentera Basritama.

Muhaimin. (2004). Paradigma pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muhaimin. & Mujib, A. (2007). Kawasan dan wawasan studi Islam. Jakarta: Kencana.

Muhaimin. (2009). Pengembangan kurikulum pendidikan agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Mujib, A. & Mudzakkir, J. (2008). Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

(38)

97

Mulyasa. (2012). Manajemen berbasis sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyono. (2008). Manajemen administrasi dan organisasi pendidikan.

Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Nata, A. (2009). Ilmu pendidikan Islam dengan pendekatan multidisipliner. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Nata, A. (2010 ). Manajemen pendidikanmengatasi kelemahan pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana.

Nata, A. (2012). Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nasih, A.M. & Andayani, L.N. (2009). Metode dan teknik pembelajaran pendidikan agama Islam. Bandung: Refika Aditama.

Putra, N. & Lisnawati, S. (2012). Penelitian kualitataif pendidikan agama Islam.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rosyadi, K. (2009). Pendidikan profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ramayulis. (2008). Ilmu pendidikan Islam (edisi revisi). Jakarta: Kalam Mulia.

Schwartz, J.D. (2017). Berfikir dan berjiwa besar. Batam: Binarupa Aksara.

Silalahi, U. (2011). Asas-asas manajemen. Bandung: Refika Aditama.

Siswanto. (2010). Pengantar manajemen. Bandung: Bumi Aksara.

Sihombing, U. (2000). Pendidikan luar sekolah manajemen strategi. Jakarta: PD. Mahkota.

(39)

98

Sopiatin, P. (2010). Manajemen belajar berbasis kepuasan siswa . Bogor: Gahlia

Sugiono. (2010). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sule, E.T. & Saefullah, K. (2009). Pengantar manajemen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Syahidin. (2009). Menelusuri metode pendidikan dalam al-Quran. Bandung: Alfabeta.

Tafsir, A. (2008). Filsafat pendidikan islami. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tafsir, A. (2010). Ilmu pendidikan dalam perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tafsir, A. (2012). Ilmu pendidikan islami. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Toriq, A. (2011). 11 kasus kejahatan yang marak di Jakarta sepanjang tahun 2011. [Online]. Diakses dari http://detiknews.com/2011/12/11-Kasus-Kejahatan-yang-Marak-di-Jakarta-Sepanjang-Tahun-2011.

Terry, G.R. & Rue, L.W. (2009). Principles of management. Jakarta: Bumi Aksara.

Usman, U. & Setiawati, L. (1993). Upaya optimalisasi kegiatan belajar mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

lempar terdiri dari tolak peluru, lempar peluru, lempar lembing, dan lempar cakram. Nomor lompat tediri dari lompat tinggi, lompat galah, lompat jauh, dan lompat ganda.. Lari

Universitas Sumatera Utara... Universitas

Alasan penggunaan FGD dalam penelitian ini adalah agar peneliti memperoleh pandangan kritis baik dari pelaku (pimpinan sekolah STP Trisakti) maupun dengan pihak

DAMPAK PENERAPAN POLA PELATIHAN HARNESS MENGGUNAKAN METODE INTERVAL DAN REPETISI TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN SPEED.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan. © Yuni Maya Sari 2014

Maka dari itu pihak bank harus menyadari bahwa promosi jabatan dapat dijadikan sarana dalam meningkatkan efektivitas kerja karyawan atau sebagai motivasi yang mendorong karyawan

Kualitas pendidikan sekolah swasta mengajar agama Islam sebagaimana tercantum dalam pasal 15 (1) dan 15 (2) belum mencapai level yang maksimal. Oleh karena itu harus

Apabila besar sudut H lebih besar 15º maka bentuk profil wajah adalah cembung, sedangkan bila lebih kecil dari 7º maka bentuk profil wajah adalah cekung karena letak Pog’ lebih