• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANSMISI KESENIAN SINTREN DI SANGGAR SEKAR PANDAN KERATON KACIREBONAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRANSMISI KESENIAN SINTREN DI SANGGAR SEKAR PANDAN KERATON KACIREBONAN."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni Tari

Oleh

BERLIYANA AGUSTINE

0700881

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN SENI DAN DESAIN

(2)

Oleh

Berliyana Agustine

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Seni Tari

© Berliyana Agustine 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)
(4)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Transmisi Kesenian Sintren di Sanggar Sekar

Pandan Keraton Kacirebonan”. Pemilihan judul tersebut didasarkan atas perubahan konteks masyarakat yang mengarah kepada gaya hidup modern. Meskipun demikian, kesenian sintren sebagai salah satu kesenian tradisional masih memiliki nilai-nilai luhur yang perlu dilestarikan. Sehubungan dengan itu, Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan masih mengindahkan nilai-nilai tersebut untuk diwariskan kepada generasi muda. Hal ini dilakukan agar kesenian

sintren dapat terhindar dari kepunahan dan tetap terjaga kelestariannya. Oleh

karena itu, kajian tentang pewarisan kesenian sintren yang berlangsung di Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan layak untuk diteliti. Dalam penelitian ini terdapat pemaparan dan pembahasan tentang proses transmisi atau pewarisan kesenian sintren yang berlangsung di Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan. Beberapa sumber terkait yang dijadikan subjek penelitian adalah pelatih dan murid-murid yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran kesenian sintren. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses dan hasil transmisi kesenian sintren yang berlangsung melalui kegiatan pembelajaran di Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah kualitatif. Data-data yang digunakan dalam proses analisis diperoleh melalui teknik observasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Sementara itu, teknik analisis data yang digunakan mengacu pada triangulasi yang dibedakan menjadi triangulasi sumber dan teknik. Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, ditemukan bahwa proses transmisi kesenian sintren yang berlangsung di Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan dilaksanakan secara tegak dan miring. Hal ini bertujuan untuk mengajak generasi muda agar berperan aktif dalam melestarikan kesenian sintren sebagai salah satu kesenian tradisional Cirebon. Selain itu, terdapat pula nilai-nilai yang terkandung dalam proses transmisi kesenian sintren, seperti nilai kemandirian, disiplin, dan tanggung jawab; nilai kekeluargaan dan kebersamaan; nilai keterampilan; serta nilai pendidikan dan pengetahuan. Mengingat pentingnya proses pelestarian, maka diharapkan pihak-pihak terkait dapat bekerja sama dalam mempertahankan keberadaan dan perkembangan kesenian tradisional khususnya kesenian sintren sebagai bagian dari khazanah budaya bangsa Indonesia.

(5)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

This skripsi titled "Transmission Sintren Arts in Studio Sekar Pandan Kacirebonan Palace". The title selection was based on the changes in the social context that led to the modern lifestyle. Nonetheless, art sintren as one of the traditional arts still have noble values that need to be preserved. Accordingly, Studio Sekar Pandan Kacirebonan Palace still heed these values to be passed on to the younger generation. This is done so that the arts can sintren avoid extinction and maintained continuity. Therefore, the study of the inheritance of art sintren held at Studio Sekar Pandan Kacirebonan Palace deserves to be investigated. In this study there is exposure and discussion of the process of transmission or inheritance sintren art that took place in Studio Sekar Pandan Kacirebonan Palace. Several relevant sources were used as research subjects is trainers and students directly involved in the learning process sintren art. This study aims to describe and analyze the process and results of the ongoing transmission sintren art through learning activities in Studio Sekar Pandan Kacirebonan Palace. The method used in this research is descriptive analysis, while the approach used is qualitative. The data used in the analysis process is obtained through observation, interviews, literature, and study documentation. Meanwhile, data analysis technique used is based on a triangulation which is divided into triangulation of sources and techniques. From the results of research and discussion that has been done, it was found that the transmission process that takes place in the art sintren Studio Sekar Pandan Palace Kacirebonan carried upright and slanted. It aims to encourage young people to play an active role in preserving the arts sintren as one of the traditional arts of Cirebon. In addition, there are also the values contained in the transmission process sintren art, such as the value of self-reliance, discipline, and responsibility; the value of family and togetherness; value skills; and the value of education and knowledge. Given the importance of the preservation process, it is expected that the parties can work together to maintain the existence and development of traditional art, especially art sintren as part of the cultural treasures of the nation of Indonesia.

(6)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK .. ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR BAGAN ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Asumsi ... 8

F. Metodologi Penelitian ... 9

G. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 12

H. Sistematika Penelitian ... 13

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Penelitian Terdahulu ... 14

B. Kesenian ... 17

C. Seni dan Masyarakat ... 20

D. Transmisi ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 29

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 30

C. Definisi Operasional ... 31

D. Teknik Penelitian ... 33

(7)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Langkah-Langkah Penelitian ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50

B. Pembahasan ... 78

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 92

B. Rekomendasi ... 94

DAFTAR PUSTAKA . ... 97

LAMPIRAN ... 99

(8)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang memiliki bentuk

keindahan yang dihasilkan dari kreativitas manusia dan dapat memberikan

kepuasan emosional baik bagi penciptanya maupun penikmatnya. Seni tidak

hanya milik seniman, karena pada hakikatnya setiap orang membutuhkan seni

untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya. Melalui kesenian manusia dapat

mengekspresikan perasaannya dan terbebas dari ketegangan hidup yang

dihadapinya sehari-hari. Kepuasan emosional dapat timbul dari kesenangan

mencipta, melihat, serta mendengar bentuk-bentuk dan suara-suara yang indah.

Perasaan estetis dapat diwujudkan melalui ekspresi senang, haru, takjub, dan

bentuk emosi lainnya terhadap karya seni yang diapresiasi.

Seseorang tidak dapat terlepas dari peran orang lain dalam melakukan

kegiatan berkesenian. Suatu karya seni memiliki nilai kebergunaan bagi para

penikmatnya baik secara individual maupun kelompok. Kesenian juga tumbuh

sesuai dengan perkembangan zaman. Kesenian yang berkembang di masyarakat

pedesaan yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian petani dan

masih menggunakan alat-alat sederhana disebut dengan kesenian rakyat. Kesenian

rakyat merupakan kesenian yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat

agraris yang berfungsi sebagai sarana ritual sekaligus sarana hiburan (Caturwati,

2007: 90). Kesenian ini bersifat spontan yang merupakan ekspresi kreatif

masyarakat setempat. Masyarakat dapat ikut terlibat langsung dalam kesenian

yang diadakan di masyarakat pedesaan. Masyarakat tradisi masih menjunjung

tinggi nilai-nilai kesakralan, adat istiadat, dan mitos yang berkembang sebagai

(9)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Seiring perkembangan zaman, seni mengalami pergeseran fungsi dalam

masyarakat. Seni yang berkembang tidak terikat oleh aturan adat yang berlaku.

Para seniman lebih bebas dalam menciptakan karya seni. Hal ini didukung oleh

masyarakat modern yang cenderung lebih memilih hiburan-hiburan praktis

daripada melestarikan kesenian tradisi yang sudah mulai diabaikan oleh generasi

penerusnya. Salah satu faktor penyebabnya adalah keterbatasan waktu luang di

sela-sela kesibukan masyarakat zaman sekarang. Masyarakat tradisional masih

dapat meluangkan waktu untuk berkesenian, berbeda dengan masyarakat modern

yang dalam kesehariannya disibukkan dengan pekerjaan yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya.

Perubahan karena pola hubungan kerja, banyak terjadi dari perkembangan masyarakat agraris ke bentuk masyarakat industri atau masyarakat modern, dinamika kebudayaan masyarakat lokal, yang terjadi akibat modernisasi gaya hidup dan terbentuknya komunitas-komunitas masyarakat komersil dalam kemasan tradisi lokal (Salim, 2002: 158).

Keberadaan kesenian tradisional yang hidup di tengah-tengah masyarakat

modern lambat laun akan punah di makan zaman. Oleh karena itu, kesenian tradisi

yang sering dianggap sebagai kesenian kuno harus dapat menyesuaikan dengan

perubahan zaman agar eksistensinya tetap diterima di masyarakat. Hal ini

membuktikan bahwa antara kesenian dan masyarakat tidak dapat dipisahkan.

Keduanya saling mendukung satu sama lain. Partisipasi masyarakat terhadap

kesenian sangat diperlukan guna kelangsungan hidup kesenian itu sendiri.

Proses transmisi atau pewarisan merupakan salah satu alternatif untuk

menjaga kelestarian kesenian tradisional. Pewarisan budaya dapat dilakukan

melalui model pewarisan tegak, miring, dan mendatar. Pewarisan tegak

berlangsung dari orang tua kepada anak cucunya, pewarisan mendatar diperoleh

melalui proses belajar dari teman sebayanya, dan pewarisan miring dapat

berlangsung melalui proses belajar dari orang lain di luar lingkungannya yang

(10)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Proses pewarisan budaya harus dilakukan, baik di rumah, sekolah, maupun

lembaga-lembaga terkait lainnya agar generasi muda dapat berperan serta dalam

melestarikan kesenian tradisional.

Transmisi dapat berlangsung secara sengaja ataupun tidak sengaja, karena

pada dasarnya setiap orang memiliki keinginan untuk berbagi pengalaman hidup

kepada generasi berikutnya. Demikian pula dengan para seniman yang ingin

menurunkan kesenian tradisionalnya kepada generasi muda agar tetap terjaga

kelestariannya. Oleh karena itu, generasi muda harus dididik untuk mengenal

kesenian daerahnya sendiri agar proses transmisi dapat berjalan dengan lancar.

Pada masa sekarang ini, generasi muda lebih tertarik untuk berinteraksi

melalui gadget yang lebih banyak menyediakan komunikasi di dunia maya.

Mereka disibukkan dengan berbagai macam kemajuan teknologi yang tanpa

disadari dapat membawa dampak negatif bagi perkembangannya. Hal ini juga

berdampak negatif terhadap kesenian tradisional yang sudah jarang diminati oleh

generasi muda. Di sinilah peran pendidikan sebagai agen kebudayaan. Pendidikan

bertugas untuk menyelaraskan kebudayaan sesuai dengan perkembangan zaman

agar tetap dilestarikan oleh generasi penerusnya. Pendidikan ada yang bersifat

informal, formal, dan nonformal (Rasyidin, dkk., 2014: 113). Pendidikan informal

dapat berlangsung secara alami di lingkungan keluarga, bermain, masyarakat, dan

tempat-tempat sosial lainnya. Pendidikan formal dilaksanakan secara terstruktur

dan berjenjang mulai dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah

menengah atas, dan perguruan tinggi. Pendidikan nonformal dapat dilaksanakan

di sanggar, lembaga kursus, lembaga bimbingan belajar, dan lembaga-lembaga

terkait lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan kehidupan sosial individu

yang bersangkutan. Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pendidikan nonformal

adalah mengembangkan minat dan bakat individu untuk diterapkan guna

meningkatkan kehidupan sosialnya. Demikian halnya dengan sanggar yang

(11)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bakat dalam berkesenian, baik seni tari, seni musik, ataupun seni rupa. Sebagai

salah satu lembaga pendidikan nonformal, sanggar membutuhkan dukungan dari

masyarakat sekitarnya demi keberlangsungan sanggar itu sendiri, dan masyarakat

juga membutuhkan sanggar sebagai lembaga yang dapat mentransmisikan

kesenian tradisional kepada generasi penerusnya.

Salah satu sanggar yang berperan aktif dalam melestarikan kesenian

tradisional adalah Sanggar Sekar Pandan yang berada di Komplek Keraton

Kacirebonan Jalan Pulasaren Nomor 74 RT 04/RW 02 Kelurahan Pulasaren

Kecamatan Pekalipan Kota Cirebon. Cirebon memiliki tiga keraton yang dapat

dijadikan sebagai wisata sejarah, yakni Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman,

dan Keraton Kacirebonan. Pertama, Keraton Kasepuhan adalah keraton yang

dipimpin oleh Sultan Sepuh dan merupakan keraton terbesar di Cirebon. Di dalam

Keraton Kasepuhan terdapat museum yang menyimpan kereta Kencana Sunan

Gunung Jati, gamelan Sunan Kalijaga, tombak dan pedang penginggalan zaman

Belanda, baju-baju keraton, foto-foto Sultan, benda-benda pusaka, lukisan

kerajaan, dan lain-lain. Salah satu koleksi museum yang dikeramatkan adalah

kereta Kencana yang dikeluarkan setiap tanggal 1 Syawal untuk dimandikan pada

acara syawalan. Selain itu, Keraton Kasepuhan juga mengadakan muludan dengan

melakukan prosesi panjang jimat, di mana semua benda-benda pusaka keraton

akan dikeluarkan. Kedua, Keraton Kanoman pada awalnya merupakan pusat

peradaban Kesultanan Cirebon. Namun, dikarenakan adanya masalah internal

terpecah menjadi tiga bagian, yaitu Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan

Keraton Kacirebonan. Di dalam Keraton Kanoman terdapat bangunan Witana yang berasal dari kata “awit ana” yang berarti bangunan tempat tinggal pertama yang merupakan cikal bakal keraton di Cirebon. Terdapat pula museum yang

menyimpan kereta Paksi Naga Liman, kereta Jempana, gamelan, serta aneka

senjata seperti keris, tombak, dan lain-lain. Koleksi museum tersebut menjadi

(12)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kacirebonan merupakan keraton termuda di Cirebon. Di dalamnya tersimpan

benda-benda bersejarah seperti keris, wayang, perlengkapan perang, gamelan, dan

lain-lain. Keraton Kacirebonan berperan aktif dalam menyelenggarakan prosesi

panjang jimat yang dilaksanakan di Keraton Kasepuhan. Keraton ini memiliki

kepedulian terhadap kesenian tradisional Cirebon, buktinya adalah dengan adanya

Sanggar Sekar Pandan yang merupakan satu-satunya sanggar seni yang terdapat di

keraton Cirebon. Melalui Sanggar Sekar Pandan, Keraton Kacirebonan memiliki

peran penting dalam menjaga dan melestarikan kesenian tradisional.

Sanggar Sekar Pandan didirikan pada tanggal 05 Mei 1992 oleh Elang

Heri Komarahadi yang menjabat sebagai ketua Sanggar Sekar Pandan

(wawancara, 26 Januari 2014). Semenjak didirikan sampai dengan sekarang,

Sanggar Sekar Pandan mengalami kemajuan yang pesat. Sanggar Sekar Pandan

mengadakan pentas bulanan yang dipergelarkan di alun-alun keraton Kacirebonan

sebagai salah satu bentuk apresiasi seni bagi masyarakat umum. Hal ini dapat

menarik minat masyarakat sekitar untuk mendaftarkan anak-anaknya belajar

kesenian tradisional di Sanggar Sekar Pandan. Kesenian yang dipelajari di

Sanggar Sekar Pandan di antaranya seni tari, seni musik, seni rupa, seni batik, seni

ukir, dan kesenian lainnya yang harus dilestarikan oleh para generasi penerusnya.

Beberapa seni tari yang dipelajari antara lain tari topeng, sintren, tari jaga regol,

tari topeng beling, tari sekar keputren, tari batik, tari kuda lumping, dan tarian

lainnya. Dari beberapa kesenian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih

jauh tentang kesenian sintren yang merupakan kesenian khas daerah Cirebon.

Sintren adalah sebutan bagi pemeran utama dalam satu jenis kesenian yang

pada akhirnya menjadi nama dari kesenian tersebut. Sintren berasal dari kata

sintiran atau santrian yang artinya permainan rakyat yang mengandung unsur

magis (Tanpa nama, 2009: 210). Unsur magis tersebut dapat dilihat dari beberapa

unsur pertunjukannya. Salah satunya adalah pemeran sintren yang diharuskan

(13)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

seorang sintren tidak lagi perawan, konon bidadari yang dipanggil dari kayangan

tidak akan turun ke dalam arena pertunjukan dan rohnya tidak akan merasuk ke

dalam diri sintren tersebut.

Pertunjukan sintren biasanya dilakukan di lapangan atau halaman terbuka,

misalnya pada acara ritual, acara hajatan, ataupun hari jadi kota atau kabupaten

tertentu. Sintren dapat ditemui di daerah pesisir Jawa Barat, seperti di Cirebon,

Majalengka, Indramayu, Pamanukan, dan Kuningan. Sintren juga dapat ditemui di

Jawa Tengah, seperti di Pekalongan, Pemalang, Tegal, dan Batang. Pertunjukan

sintren diiringi oleh alat musik tradisional yang awalnya merupakan alat-alat

gerabah yang digunakan sebagai peralatan dapur yang mencerminkan

kesederhanaan masyarakat pesisir seperti buyung, gentong, kecrek, dan ketuk.

Seiring perkembangan zaman, sintren sudah jarang ditemui dan mulai

tersisih oleh bentuk kesenian dan hiburan modern. Banyak kesenian tradisional

yang sudah melakukan inovasi guna mengimbangi minat masyarakat yang

sebagian besar hanya mengutamakan nilai hiburan semata. Masyarakat modern

lebih memilih hiburan-hiburan praktis daripada melestarikan kesenian tradisional

daerahnya masing-masing. Namun, tidak demikian dengan kesenian sintren yang

terdapat di Sanggar Sekar Pandan yang masih mengindahkan aturan-aturan yang

harus dijalankan dalam pertunjukannya. Pelaku seniman Sanggar Sekar Pandan

sangat peduli terhadap kelestarian kesenian tradisional termasuk di dalamnya

kesenian sintren. Salah satu bentuk kepeduliannya adalah dengan mewariskan

kesenian-kesenian tersebut kepada generasi muda karena merekalah yang akan

menentukan perkembangan kesenian selanjutnya.

Pada umumnya, proses pewarisan yang terjadi pada kesenian tradisional

menggunakan model pewarisan tegak. Para seniman terdahulu beranggapan

bahwa kesenian tradisional merupakan sesuatu yang sakral, sehingga hanya dapat

berkembang di lingkungan keluarga dan keturunan seniman tersebut. Akan tetapi,

(14)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan model pewarisan tegak dan miring. Berawal dari kepedulian Elang Heri

Komarahadi sebagai pelatih sekaligus pemimpin Sanggar Sekar Pandan yang

memiliki tekad untuk melestarikan kesenian tradisional baik dengan melakukan

pewarisan secara tegak ataupun miring. Demikian pula dengan proses pewarisan

kesenian sintren yang dilakukan baik kepada anaknya sendiri maupun anak murid

yang belajar di Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan. Hal ini merupakan

sebuah pemikiran terbuka dari Elang Heri Komarahadi untuk melakukan

pembaruan dalam proses pewarisan kesenian sintren. Oleh karena itu, peneliti

akan melakukan penelitian tentang proses transmisi atau pewarisan sintren yang

terdapat di Sanggar Sekar Pandan dalam rangka melestarikan kesenian tradisional

sebagai khazanah budaya bangsa.

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka terhadap penelitian terdahulu, peneliti

menemukan beberapa judul yang telah diteliti, di antaranya adalah skripsi yang

berjudul Peranan Pawang dalam Pertunjukan Sintren di Kotamadya Cirebon

(Tinjauan Deskriptif tentang Pertunjukan Sintren Grup Sinar Bahari Kecamatan

Lemahwungkuk Kotamadya Cirebon) yang ditulis oleh Lely Avianingsih

(Bandung: UPI, 2001), skripsi yang berjudul Kemasan Seni Wisata Group Sintren

Sekar Laras di Sumberjaya Kabupaten Majalengka yang ditulis oleh Windi

Handayani (Bandung: UPI, 2007), dan skripsi yang brjudul Profil Penari Sintren

Komalasari Saefudin pada Grup Sekar Pandan Keraton Kacirebonan di Era

Globalisasi yang ditulis oleh Tresna Susilawati (Bandung: UPI, 2009). Oleh

karena itu, untuk menghindari perilaku peniruan peneliti akan melakukan

penelitian lebih lanjut dan mendeskripsikannya dalam sebuah laporan penelitian yang berjudul “Transmisi Kesenian Sintren di Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan”.

(15)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, peneliti

membatasi masalah-masalah yang akan diteliti agar lebih terarah dan terfokus

dengan merumuskannya dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana proses transmisi kesenian sintren di Sanggar Sekar Pandan

Keraton Kacirebonan?

2. Bagaimana hasil transmisi kesenian sintren di Sanggar Sekar Pandan Keraton

Kacirebonan?

C. Tujuan Penelitian

Menjawab dan memecahkan masalah yang ada merupakan tujuan utama

yang dilakukan peneliti. Berikut adalah uraian tujuan penelitian yang dilakukan

secara rinci.

1. Mendeskripsikan proses transmisi kesenian sintren di Sanggar Sekar Pandan

Keraton Kacirebonan.

2. Mendeskripsikan hasil transmisi kesenian sintren di Sanggar Sekar Pandan

Keraton Kacirebonan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang berjudul “Transmisi Kesenian Sintren di Sanggar Sekar

Pandan Keraton Kacirebonan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pihak-pihak terkait, baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran

dan sebagai sumber referensi dalam pengembangan ilmu tentang kelestarian

kesenian sintren sebagai salah satu warisan budaya tradisional yang terdapat di

(16)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan

Memberikan motivasi kepada para pelaku seni, khususnya seniman sintren

untuk tetap melestarikan dan mengembangkan kualitas seni, sehingga sintren

dapat hadir sebagai seni yang digemari masyarakat.

b. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Cirebon

Memberikan pembinaan secara rutin dan memberdayakan kesenian sintren

sebagai salah satu aset wisata yang dimiliki kota Cirebon.

c. Civitas Akademik Universitas Pendidikan Indonesia

Menambah sumber referensi yang dapat dijadikan bahan kajian dan bacaan

bagi para mahasiswa, khususnya Departemen Pendidikan Seni Tari, dan

umumnya seluruh civitas akademik Universitas Pendidikan Indonesia.

d. Lembaga-lembaga terkait lainnya

Menambah data inventarisasi kesenian tradisional yang terdapat di Cirebon,

serta dapat melakukan pelestarian dan pengembangan terhadap kesenian

sintren tersebut.

E. Asumsi

Asumsi merupakan anggapan dasar yang dijadikan pijakan dalam berpikir

dan bertindak dalam penelitian ini adalah proses transmisi atau pewarisan

kesenian sintren yang dilakukan di Sanggar Sekar Pandan sebagai lembaga

pendidikan nonformal yang berada di Komplek Keraton Kacirebonan yang

bertujuan untuk melestarikan keberadaan kesenian sintren, khususnya di Cirebon,

sebagai kesenian tradisional yang dapat memperkuat khazanah budaya bangsa.

F. Metodologi Penelitian

(17)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Metode adalah cara kerja sistematis untuk memahami subjek penelitian

sebagai upaya untuk mencapai tujuan penelitian, sehingga dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya. Peneliti menggunakan metode deskriptif

analisis untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini.

Metode deskriptif analisis merupakan suatu metode yang tidak hanya melakukan

penyusunan dan penyajian data saja, tetapi lebih kepada proses analisis dan

interpretasi terhadap temuan-temuan data yang diperoleh di lapangan. Dalam

penelitian ini, metode deskriptif analisis digunakan untuk mendeskripsikan

data-data yang bersifat aktual secara sistematis, dan menganalisisnya, sehingga dapat

menjawab pertanyaan penelitian dan menarik kesimpulan tentang proses transmisi

kesenian sintren yang berlangsung di Sanggar Sekar Pandan Keraton

Kacirebonan.

Selain metode yang telah disebutkan di atas, penelitian ini juga

menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif, penelitian

dilakukan untuk membahas permasalahan yang ada sekarang ini, dan data yang

diperoleh sesuai dengan realitas yang ada tanpa ditambah ataupun dikurangi. Hal

ini menegaskan bahwa pendekatan kualitatif digunakan untuk meneliti kondisi

subjek yang alamiah, di mana peneliti sebagai instrumen kunci (Sugiyono, 2013:

1). Pendekatan kualitatif dipilih karena kesenian sintren dilihat sebagai subjek

yang berkembang secara alami, tidak dimanipulasi oleh peneliti, dan peneliti

dapat berperan langsung dalam proses pengambilan data tentang transmisi

kesenian sintren yang dilakukan di Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan.

2. Teknik Pegumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mengumpulkan sejumlah data lapangan yang diperlukan untuk menjawab

(18)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

landasan dalam mengambil keputusan. Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Observasi

Observasi dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi dan data

yang nyata dari subjek penelitian. Peneliti dapat melakukan pertimbangan dan

penilaian terhadap subjek yang diteliti. Dalam penelitian ini, kegiatan observasi

difokuskan pada proses transmisi kesenian sintren yang berlangsung di Sanggar

Sekar Pandan Keraton Kacirebonan agar data yang diperoleh tidak melebar dan

lebih relevan, sehingga dapat mempermudah proses analisis data yang akan

dilakukan pada langkah selanjutnya.

b. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terkait

kepada narasumber yang dijadikan subjek penelitian. Wawancara dapat dilakukan

sebagai langkah awal dalam menentukan permasalahan dan subjek penelitian yang

akan diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan para pelaku kesenian

sintren sebagai narasumber yang dapat memberikan informasi dalam menjawab

pertanyaan penelitian. Peneliti dapat memperoleh data secara lebih mendalam dan

menginterpretasikannya agar lebih mudah dipahami dalam membahas dan

menganalisis proses transmisi kesenian sintren yang terdapat di Sanggar Sekar

Pandan Keraton Kacirebonan.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mencari beberapa sumber data yang

akurat, yakni berupa buku, makalah, artikel, maupun hasil penelitian terdahulu

yang berkaitan dengan kesenian sintren. Informasi yang didapat dari

sumber-sumber tersebut akan digunakan sebagai rujukan untuk memperkuat argumentasi

peneliti dalam menjawab masalah penelitian.

(19)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Studi dokumentasi dilakukan dengan cara mengabadikan kegiatan

penelitian pada subjek yang diteliti baik menggunakan foto maupun video.

Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara mengamati proses transmisi kesenian

sintren yang dilakukan di Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan. Selain itu,

peneliti juga mengamati dokumen-dokumen yang telah ada sebelumnya baik yang

terdapat dalam surat kabar, majalah, maupun penelitian-penelitian terdahulu.

3. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian digunakan untuk memperoleh data mengenai subjek

penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai. Sebelum terjun ke

subjek penelitian secara langsung, peneliti harus menyiapkan beberapa pedoman

penelitian yang akan digunakan di antaranya sebagai berikut.

a. Pedoman Observasi

Pedoman observasi disusun ke dalam beberapa bagian yang disesuaikan

dengan banyaknya pertemuan pada proses transmisi kesenian sintren. Pedoman

ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam menganalisis proses

transmisi kesenian sintren di Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan.

b. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisi pertanyaan-pertanyaan terkait yang akan

diajukan kepada narasumber sebagai pelaku kesenian sintren. Pertanyaan tersebut

terdiri dari pertanyaan tentang proses transmisi kesenian sintren dan hasil dari

transmisi kesenian sintren yang dilakukan di Sanggar Sekar Pandan Keraton

Kacirebonan.

c. Pedoman Dokumentasi

Pedoman dokumentasi yang digunakan berupa foto, video, rekaman suara,

dan dokumen-dokumen terkait tentang proses transmisi kesenian sintren yang

dilakukan di Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan.

(20)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Analisis data merupakan proses menyusun kembali secara sistematis

data-data yang telah diperoleh dan menganalisisnya ke dalam sebuah laporan

penelitian, sehingga lebih mudah dipahami oleh orang lain yang membacanya.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan triangulasi untuk menganalisis data

yang telah diperoleh. Triangulasi merupakan langkah-langkah untuk memperoleh

data dengan menggunakan berbagai sumber data dan teknik pengumpulan data

secara bersamaan. Penggunaan triangulasi dimaksudkan untuk menjamin tingkat

validitas dan kredibilitas data hasil peneitian. Hal ini dapat dilakukan dengan

membandingkan data yang diperoleh melalui trianggulasi sumber dan teknik.

Pertama, triangulasi sumber berarti penggunaan berbagai sumber data

untuk memperoleh data dengan teknik yang sama. Sumber data yang digunakan

dalam penelitian ini terdiri dari sumber primer yaitu Elang Heri Komarahadi dan

sumber sekunder yaitu penari sintren di Sanggar Sekar Pandan Keraton

Kacirebonan. Kedua, triangulasi teknik adalah proses pengumpulan data

menggunakan teknik yang berbeda-beda dengan sumber data yang sama. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah observasi secara langsung di lokasi

penelitian, wawancara dengan informan yang kompeten tentang kesenian sintren,

dan dokumentasi dengan cara menganalisis arsip, foto, video kesenian sintren

yang diperoleh di Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan.

Pada hakikatnya, triangulasi merupakan pendekatan multimetode yang

dilakukan pada saat mengumpulkan dan menganalisis data. Keabsahan suatu data

akan dipertinggi dengan menggunakan lebih dari satu pendekatan dalam proses

menggali dan menganalisis hasil temuan di lapangan. Dalam penelitian ini,

triangulasi digunakan untuk menganalisis data secara utuh dan komprehensif yang

kemudian akan dideskripsikan ke dalam sebuah hasil penelitian tentang proses

transmisi kesenian sintren yang berlangsung di Sanggar Sekar Pandan Keraton

Kacirebonan agar dapat lebih mudah dibaca dan dipahami oleh peneliti

(21)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sanggar Sekar Pandan

yang terletak di Komplek Keraton Kacirebonan yang beralamat di Jalan Pulasaren

Nomor 74 RT 04/RW 02 Kelurahan Pulasaren Kecamatan Pekapilan Kota

Cirebon.

Dalam penelitian ini, subjek penelitian yang digunakan adalah kesenian

sintren yang terdapat di Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan. Sanggar

Sekar Pandan merupakan salah satu lembaga pendidikan nonformal yang

memberikan proses pembelajaran kesenian sintren yang terdapat di Cirebon.

Pemilihan Sanggar Sekar Pandan didasarkan pada teknik purposive sampling,

yakni dengan mempertimbangkan alasan-alasan tertentu. Salah satu alasan yang

menjadi garis besar pemilihan sampel adalah keberadaan Sanggar Sekar Pandan di

Keraton Kacirebonan merupakan satu-satunya sanggar di antara ketiga keraton

yang terdapat di Cirebon. Dengan adanya Sanggar Sekar Pandan, Keraton

Kacirebonan dapat lebih terfokus dalam melestarikan kesenian tradisional

Cirebon.

H. Sistematika Penulisan

Hasil yang diperoleh melalui observasi, wawancara, studi pustaka, dan

studi dokumentasi, dikumpulkan dan dianalisis, kemudian disusun ke dalam

sebuah laporan dengan sistematika sebagai berikut.

BAB I, berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi, metodologi penelitian,

lokasi dan subjek penelitian, dan diakhiri dengan sistematika penulisan.

BAB II, berisi tentang kajian pustaka atau landasan teoretis yang

(22)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

maupun sumber-sumber lain yang menunjang dalam pembahasan tentang

kesenian sintren.

BAB III, menjelaskan tentang metodologi yang digunakan dalam

memecahkan masalah penelitian.

BAB IV, menjelaskan tentang hasil penelitian dan pembahasan, terutama

mengenai transmisi kesenian sintren di Sanggar Sekar Pandan Keraton

Kacirebonan.

BAB V, berisi tentang kesimpulan dan implikasi dari hasil penelitian

(23)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian merupakan cara ilmiah yang bersifat rasional, empiris, dan

sistematis untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Suatu

penelitian membutuhkan teknik-teknik tertentu, seperti metode dan pendekatan

untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Metode merupakan cara,

strategi, dan langkah-langkah sistematis untuk menyederhanakan masalah,

sehingga lebih mudah dibaca, dipahami, dan diinterpretasikan. Pendekatan adalah

usaha yang dilakukan untuk mengadakan hubungan dengan subjek penelitian agar

dapat menemukan jawaban dari masalah penelitian yang diajukan. Pada

umumnya, banyak yang menyamakan antara metode dan pendekatan. Metode

dapat didefinisikan sebagai cara-cara dalam mengumpulkan, menyajikan, dan

menganalisis data, sedangkan pendekatan adalah cara-cara yang digunakan untuk

mengenal, mempelajari, dan memahami suatu subjek penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

analisis. Metode deskriptif analisis adalah metode yang dalam pelaksanaannya

tidak terbatas pada pengumpulan dan penyusunan data saja, tetapi juga meliputi

analisis dan interpretasi tentang arti data itu sendiri (Surakhmad, 1982: 139).

Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan data-data secara aktual, realistis,

dan sistematis mengenai transmisi kesenian sintren di Sanggar Sekar Pandan

Keraton Kacirebonan yang ditemukan pada proses penelitian dan kemudian

dianalisis agar data tersebut lebih valid dan mudah dipahami. Hal ini senada

dengan ciri-ciri metode deskriptif analisis yaitu sebagai berikut.

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual.

(24)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2012: 6).

Pendekatan kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat

penemuan. Mengingat semua jenis penelitian memiliki tujuan yang ingin dicapai,

maka peneliti memilih pendekatan kualitatif sebagai langkah untuk mencapai

tujuan tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrumen kunci.

Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas agar

dapat menyusun dan menganalisis data-data yang diperoleh dari subjek penelitian

menjadi lebih jelas dan mudah dipahami. Peneliti melihat kesenian sintren sebagai

subjek alami yang berkembang apa adanya dan keberadaan peneliti tidak

mempengaruhi rutinitas yang terjadi di Sanggar Sekar Pandan Keraton

Kacirebonan. Data yang diperoleh dari subjek penelitian merupakan data induktif

berdasarkan fakta-fakta yang terjadi di lapangan yang kemudian akan

diinterpretasi dan dikonstruksikan menjadi sebuah penemuan. Hal ini

menunjukkan bahwa pendekatan kualitatif bersifat perspektif emik, yakni

memandang kesenian sintren sebagai subjek yang alami, sesuai dengan apa yang

diucapkan, dialami, dirasakan, dan dilakukan oleh sumber data yang dianggap

kompeten dalam penelitian tentang proses transmisi kesenian sintren di Sanggar

Sekar Pandan Keraton Kacirebonan.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sanggar Sekar Pandan yang berada di Komplek

Keraton Kacirebonan yang beralamat di Jalan Pulasaren Nomor 74 RT 04/RW 02

(25)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kesenian

sintren yang terdapat di Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan. Sanggar

Sekar Pandan merupakan salah satu lembaga pendidikan nonformal yang bergerak

di bidang pelestarian kesenian tradisional khususnya yang terdapat di Cirebon.

Salah satu kesenian tradisional yang dipelajari adalah kesenian sintren. Oleh

karena itu, peneliti memilih Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan sebagai

lembaga yang mempelajari kesenian sintren yang didasarkan pada teknik

purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data

dengan pertimbangan tertentu” (Sugiyono, 2013: 53).

Proses pemilihan sampel pada teknik purposive sampling didasarkan atas

karakteristik tertentu yang dipandang mempunyai keterkaitan dengan kesenian

sintren yang akan diteliti. Dari ketiga keraton yang terdapat di Cirebon, yakni

Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, dan Keraton Kacirebonan, hanya Keraton

Kacirebonan yang memiliki sanggar sebagai wadah dalam melestarikan kesenian

tradisional termasuk kesenian sintren yang terdapat di Cirebon. Keraton

Kacirebonan memiliki konsentrasi untuk melestarikan dan mengembangkan

kesenian tradisional Cirebon. Beberapa bentuk kepedulian Keraton Kacirebonan

terhadap kesenian tradisional adalah lahirnya inovasi-inovasi baru dalam proses

pelestarian seni tradisional, adanya pentas seni bulanan yang diadakan di

alun-alun Keraton Kacirebonan, dan menyelenggarakan pertunjukan seni pada prosesi

Panjang Jimat yang dilaksanakan di Keraton Kasepuhan. Melalui pertimbangan

di atas, diharapkan sampel yang diambil dapat memenuhi kriteria sesuai dengan

tujuan penelitian, sehingga mempermudah proses pengambilan data guna

menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan.

C. Definisi Operasional

Untuk memperjelas istilah dan menghindari terjadinya salah penafsiran

(26)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keraton Kacirebonan”, maka peneliti akan memberikan batasan istilah yang

terdapat dalam judul penelitian tersebut.

Transmisi secara umum dapat diartikan sebagai proses pengiriman atau

penerusan pesan dari seseorang kepada orang lain. Transmisi kesenian adalah

proses menurunkan kemampuan dan nilai-nilai seni dari satu generasi kepada

generasi berikutnya. Salah satu tujuan dari proses transmisi adalah untuk

melestarikan kesenian tradisional agar mampu bertahan di tengah-tengah

kemajuan zaman yang serba modern sekarang ini.

Kesenian adalah bentuk keindahan yang dihasilkan dari imajjinasi kreatif

berupa ide, nilai, dan norma yang berlaku di masyarakat yang ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan emosional manusia. Dalam hal ini, kesenian juga dapat

diartikan sebagai hasil dari masyarakat yang tumbuh sesuai dengan perkembangan

zaman. Kesenian mencerminkan adat istiadat dan nilai-nilai yang dianut oleh

suatu masyarakat yang kemudian akan diwariskan kepada generasi berikutnya.

Dengan berkesenian, seseorang dapat mengekspresikan rasa dari dalam jiwa untuk

memenuhi kebutuhan emosionalnya. Hal ini dapat dilihat dari ekspresi senang,

haru, takjub, dan perasaan emosi lainnya terhadap karya seni yang diapresiasi.

Karya seni tersebut dapat berupa lukisan, drama, musik, ataupun tari-tarian yang

dipertunjukan oleh para seniman.

Sintren merupakan salah satu kesenian rakyat yang tumbuh dan

berkembang di kalangan masyarakat pesisir. Kesenian sintren memiliki keunikan

tersendiri, yakni mengandung unsur magis di dalam pertunjukannya. Unsur magis

tersebut dapat dilihat dari adanya pawang sintren yang membawa pendupaan

sambil terus membaca doa untuk memanggil roh bidadari dari kayangan agar

turun ke arena pertunjukan. Pemeran sintren diharuskan perempuan yang masih

gadis belia dan masih perawan (Hutari, 2011: 58). Konon jika tidak demikian, roh

bidadari tersebut tidak akan merasuk ke dalam diri sintren. Namun, di zaman yang

serba maju seperti sekarang ini, kesenian sintren sudah jarang ditemui dan mulai

(27)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak menutup kemungkinan kesenian sintren akan punah seiring perkembangan

zaman. Dalam hal ini, peran generasi muda sangat dibutuhkan untuk melestarikan

kesenian tradisional, baik melalui proses pembelajaran di rumah, sekolah, ataupun

di lembaga-lembaga pendidikan lainnya.

Sanggar Sekar Pandan termasuk ke dalam lembaga pendidikan nonformal

yang kegiatannya terfokus untuk melestarikan kesenian-kesenian tradisional, baik

seni tari, seni musik, ataupun seni rupa. Masyarakat dapat mengekspresikan diri

serta mengembangkan minat dan bakatnya di dalam sanggar, sehingga dapat

mengukir prestasi di luar pendidikan formal. Sanggar Sekar Pandan terletak di

Komplek Keraton Kacirebonan Jalan Pulasaren Nomor 74 RT 04/RW 02

Kelurahan Pulasaren Kecamatan Pekalipan Kota Cirebon.

Keraton Kacirebonan adalah salah satu dari tiga keraton yang terdapat di

Cirebon, dua di antaranya adalah Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman.

Cirebon sendiri dikenal sebagai kota wali. Wali di sini dapat diartikan sebagai

sebutan untuk penyebar agama Islam dan dianggap sebagai orang saleh. Hal ini

tidak lepas dari adanya salah satu Wali Songo yang terdapat di Cirebon, yaitu

Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal dengan Sunan Gunung Jati. Dalam

menyebarkan agama Islam, para wali memanfaatkan kesenian tradisional sebagai

media dakwah agar lebih mudah diterima oleh masyarakat. Sebagai contohnya

kesenian sintren yang berperan dalam penyebaran agama Islam di Cirebon.

Kesenian tradisional tersebut tetap dipelajari dengan cara mewariskannya kepada

generasi muda yang dapat berlangsung di lembaga pendidikan nonformal seperti

Sanggar Sekar Pandan yang terdapat di Keraton Kacirebonan sebagai pelestari

kesenian tradisional Cirebon.

D. Teknik Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan strategi untuk mendapatkan data

(28)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memperoleh bahan-bahan, keterangan serta informasi yang benar dan dapat

dipercaya. Teknik ini merupakan langkah utama dalam proses penelitian untuk

menentukan keberhasilan dalam proses analisis data guna menjawab pertanyaan

penelitian. Untuk memperoleh data tersebut, peneliti menggunakan teknik-teknik

tertentu di antaranya observasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumentasi.

a. Observasi

Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan

pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau

mengamati individu atau kelompok secara langsung (Purwanto dalam Basrowi &

Suwandi, 2008: 93). Dalam melakukan observasi, peneliti tidak hanya bertujuan

untuk mengumpulkan data dari segi kuantitasnya saja, tetapi juga berusaha untuk

mencatat, menganalisis, dan menyimpulkan data yang ditemukan agar

menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam, sehingga data yang diperoleh

dapat lebih valid dan dapat dipertanggungjawabkan.

Peneliti melakukan observasi dalam beberapa tahap yang di antaranya

akan dijabarkan sebagai berikut.

Pada tanggal 21 Januari 2014, peneliti melakukan observasi awal sebagai

studi pendahuluan tentang permasalahan yang akan diteliti. Dalam observasi ini,

peneliti melakukan survei lokasi untuk mengetahui situasi dan kondisi Sanggar

Sekar Pandan Keraton Kacirebonan sebagai tempat berlangsungnya penelitian.

Selain itu, peneliti juga memastikan keberadaan kesenian sintren di Sanggar Sekar

Pandan untuk mengajukan judul penelitian yang akan diteliti.

Pada tanggal 09 Februari 2014, peneliti mengamati proses apresiasi

melalui video pertunjukan sintren yang telah dilaksanakan sebagai langkah awal

dalam mempelajari kesenian sintren. Proses ini bertujuan agar para murid dapat

mengetahui, mengenal, dan melihat secara langsung kesenian sintren yang

dipertunjukkan oleh para seniornya.

Pada tanggal 23 Februari 2014, peneliti melakukan observasi yang

(29)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keraton Kacirebonan. Berberapa hal yang diamati pada tahap ini adalah proses

latihan yang sedang berlangsung, sarana dan prasarana yang mendukung proses

latihan, serta rutinitas di Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan.

Pada tanggal 04 Mei 2014, peneliti memfokuskan observasi pada proses

transmisi kesenian sintren yang terjadi antara pelatih dengan muridnya. Proses

pengamatan tidak hanya terfokus pada tarinya saja, tetapi juga pada musik,

sinden, tata rias, tata busana, aksesoris, dan pembuatan properti yang digunakan

dalam kesenian sintren.

Pada tanggal 09 Mei 2014, peneliti melakukan pengamatan terhadap

pertunjukan sintren yang dilaksanakan pada acara peringatan hari ulang tahun

Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan yang ke-22. Melalui observasi

tersebut, peneliti dapat mengamati keselarasan dari semua unsur pendukung

kesenian sintren, sehingga dapat menyimpulkan hasil transmisi kesenian sintren

yang berlangsung di Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan.

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan yang terjadi antara dua pihak, yakni

pewawancara dan yang diwawancarai dengan maksud tertentu. Dalam hal ini,

pewawancara adalah peneliti yang ingin memperoleh informasi dengan

mengajukan pertanyaan, sedangkan yang diwawancarai adalah informan yang

akan menjawab pertanyaan yang diajukan. Peneliti melakukan wawancara untuk

mengetahui hal-hal yang terkait dengan proses transmisi kesenian sintren secara

lebih mendalam. Oleh karena itu, peneliti melakukan wawancara dengan Elang

Heri Komarahadi selaku ketua Sanggar Sekar Pandan yang dianggap sebagai

seniman yang menguasai tentang seluk beluk kesenian sintren khususnya yang

terdapat di Cirebon. Namun, sebelum melakukan wawancara peneliti harus

memahami situasi dan kondisi di Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan

(30)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

demikian, suasana wawancara akan lebih kondusif, sehingga data yang diperoleh

lebih lengkap dan terpercaya.

Secara keseluruhan, wawancara dilaksanakan di Sanggar Sekar Pandan

Keraton Kacirebonan yang dilakukan dalam beberapa tahap yang di antaranya

sebagai berikut.

Pada tanggal 26 Januari 2014, peneliti melakukan wawancara yang

ditujukan kepada Bang Heri sebagai pemimpin sekaligus pelatih di Sanggar Sekar

Pandan Keraton Kacirebonan. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan

gambaran lokasi penelitian yang mencakup sejarah berdirinya sanggar, struktur

organisasi, logo yang digunakan, jenis kesenian yang dipelajari, jadwal latihan,

dan jadwal pementasan yang akan dilaksanakan.

Pada tanggal 02 Februari 2014, peneliti melakukan wawancara dengan

Bang Heri mengenai kontribusi dan partisipasi baik dari masyarakat maupun

pemerintah setempat terhadap keberadaan dan kemajuan Sanggar Sekar Pandan

Keraton Kacirebonan.

Pada tanggal 09 Februari 2014, peneliti melakukan wawancara dengan

para murid yang mempelajari kesenian sintren di Sanggar Sekar Pandan Keraton

Kacirebonan. Beberapa hal yang menjadi inti permasalahan dalam wawancara ini

adalah alasan yang melatarbelakangi, motivasi yang mendorong untuk belajar,

sudah berapa lama waktu yang digunakan, dan kendala yang dihadapi dalam

mempelajari kesenian sintren.

Pada tanggal 04 Mei 2014, peneliti melakukan wawancara kepada Bang

Heri dan istrinya, Kamelia sebagai penata rias dan kostum di Sanggar Sekar

Pandan Keraton Kacirebonan. Pertanyaan yang diajukan kepada Bang Heri

berkenaan tentang proses transmisi kesenian sintren yang mencakup pawang,

penari sintren, penari dayang, sinden, dan pemain musik, sedangkan pertanyaan

yang diajukan kepada Kamelia berkaitan dengan proses transmisi dalam menata

rias dan busana, serta pemakaian aksesoris dan properti yang digunakan dalam

(31)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada tanggal 09 Mei 2014, peneliti melakukan wawancara yang ditujukan

kepada Bang Heri tentang hasil transmisi kesenian sintren yang telah

dilaksanakan di Sanggar Sekar Pandan Keraton Kacirebonan. Beberapa

pertanyaan yang diajukan terfokus pada pertunjukan sintren sebagai perwujudan

dari hasil transmisi kesenian sintren. Selain itu, peneliti juga mengajukan

pertanyaan yang bersifat lintas waktu. Artinya peneliti mengajukan pertanyaan

tentang sejarah kesenian sintren yang berkaitan dengan masa lampau, pertanyaan

tentang keberadaan sintren pada masa sekarang, serta pertanyaan tentang harapan

dan tujuan untuk kesenian sintren yang akan datang.

c. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan proses membaca, mengklasifikasi, dan

mengevaluasi data-data terkait yang akan dijadikan rujukan untuk memperkuat

argumentasi tentang penelitian sintren yang dilakukan peneliti. Beberapa rujukan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku “Psikologi Lintas Budaya: Riset

dan Aplikasi” karya John W. Berry, dkk. (1999), “Deskripsi Kesenian Daerah

Cirebon” yang diterbitkan oleh Disbudparpora Kabupaten Cirebon (2009), dan

Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal: Kumpulan Esai Seni, Budaya, dan Sejarah Indonesia” karya Fandy Hutari (2011).

Pertama, dalam buku “Psikologi Lintas Budaya: Riset dan Aplikasi” yang

ditulis oleh John W. Berry, dkk. (1999) terdapat pembahasan tentang pewarisan

budaya. Pewarisan budaya pertama kali dikemukakan oleh Cavalli-Sforza dan

Feldman (1981) untuk disejajarkan dengan pewarisan biologis (biological

transmission). Hal ini didasarkan atas pendapat bahwa melalui pewarisan budaya,

suatu kelompok dapat mewariskan ciri-ciri perilaku kepada generasi selanjutnya

melalui mekanisme mengajar dan belajar. Pewarisan budaya satu generasi ke

generasi ini diistilahkan Cavalli-Sforza dan Feldman (1981) sebagai “pewarisan

(32)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tua ke anak-cucu. Selain itu, pewarisan budaya masih memiliki model pewarisan

yang lainnya, yakni mendatar dan miring.

Pewarisan tegak berlangsung dari orang tua yang mewariskan nilai,

keterampilan, keyakinan, motif budaya, dan sebagainya kepada anak cucunya.

Pewarisan mendatar terjadi jika seseorang belajar dari sebayanya semasa

perkembangan, sejak lahir sampai dewasa. Pewarisan miring dapat dilakukan

melalui proses belajar dari seseorang kepada orang dewasa atau lembaga-lembaga

pendidikan terkait, tanpa memandang hal itu berkaitan dengan budaya sendiri

ataupun budaya lain. Jika proses tersebut berkaitan dengan budaya sendiri, maka

dapat diistilahkan sebagai enkulturasi dan sosialisasi. Namun, jika proses tersebut

berkaitan dengan budaya luar, maka istilah yang tepat adalah akulturasi dan

resosialisasi.

Proses pewarisan budaya tidak mengarah pada pengulangan budaya secara

utuh. Setiap generasi memiliki interpretasi tersendiri dalam melestarikan budaya

pada zamannya. Mereka muda lebih terbuka terhadap pembaruan dan perubahan

yang terjadi di masyarakat. Meskipun demikian, mereka tetap selektif dalam

menghadapi pengaruh dari luar demi terjaganya kelestarian budaya tradisional

yang sudah ada secara turun-temurun.

Kedua, dalam buku “Deskripsi Kesenian Daerah Cirebon” yang

diterbitkan oleh Disbudparpora Kabupaten Cirebon (2009), terdapat bab yang

membahas tentang kesenian sintren yang berkembang di Cirebon. Cirebon

merupakan kota yang memiliki banyak kesenian tradisional, salah satunya adalah

sintren. Sintren berasal dari kata “sintiran” atau “santrian” yang artinya suatu

permainan rakyat yang mengandung unsur magis. Sintren hidup di kalangan

masyarakat biasa sebagai seni pertunjukan rakyat. Hal ini dapat dilihat dari

kesederhanaan perlengkapan pertunjukan yang digunakan, baik alat musik,

busana, syair lagu, maupun tata cara pertunjukannya. Sintren hidup dan

berkembang mengikuti arus perkembangan zaman, sehingga dapat dimanfaatkan

(33)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

zaman perkembangan agama Islam, Syarif Hidayatullah atau yang lebih dikenal

dengan Sunan Gunung Jati adalah salah satu Wali Songo yang bertugas untuk

menyebarkan agama Islam di wilayah Cirebon. Para wali memanfaatkan kesenian

tradisional termasuk sintren sebagai media dakwah dalam menyebarkan agama

Islam dengan tujuan agar lebih mudah diterima oleh masyarakat di sekitarnya.

Berbeda dengan pada zaman merebut kemerdekaan Republik Indonesia. Sintren

digunakan sebagai alat perjuangan untuk melawan penjajah. Pertunjukan sintren

berisi sandi (ungkapan terselubung), yang tersirat dan tersurat di dalam syair lagu

yang dilantunkan. Gerakan-gerakan sintren menggambarkan keadaan bangsa

Indonesia pada saat dikuasai oleh negara lain. Pada saat sintren diikat dan

dimasukkan ke dalam kurungan melambangkan kekejaman penjajah yang

merampas kebebasan rakyat Indonesia, dan ketika sintren terlepas dari tali yang

mengikatnya melambangkan rakyat Indonesia telah meraih kemerdekaan bangsa

Indonesia.

Kesenian sintren pada zaman sekarang mengalami perubahan sesuai

dengan kebutuhan dan perkembangan zaman yang serba modern. Hal ini tampak

dari adanya perpaduan antara kesenian sintren tradisional dengan kesenian

modern seperti gitar, keyboard, dan lagu-lagu berirama dangdut. Seniman tersebut

menjadikan sintren sebagai matapencaharian mereka, sehingga mereka mengikuti

minat masyarakat yang hanya mementingkan unsur hiburan semata. Namun,

masih ada seniman sintren yang mempertahankan nilai-nilai tradisional sebagai

warisan budaya yang bernilai luhur. Oleh karena itu, baik seniman maupun

instansi yang terkait harus dapat bekerja sama dalam menjaga kelestarian kesenian

sintren sebagai aset budaya bagi daerah yang bersangkutan.

Ketiga, dalam buku “Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal: Kumpulan

Esai Seni, Budaya, dan Sejarah Indonesia” yang ditulis oleh Fandy Hutari (2011)

terdapat esai yang berjudul “Sintren, Kesenian Magis yang Menyejarah”. Ada beberapa pengertian tentang sintren. Ada yang menafsirkan bahwa sintren berasal

(34)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pula yang menafsirkan sintren itu berasal dari kata sintru, yang artinya angker.

Hal ini berkaitan dengan unsur magis yang muncul dalam kesenian sintren.

Kesenian sintren terdiri dari sintren, pawang, sinden, dan nayaga. Sebelum

pertunjukan dimulai, seorang sinden menyanyikan sebuah tembang yang

dimaksudkan untuk memanggil para penonton agar segera berkumpul. Setelah itu,

sinden melantunkan nyanyian yang menarasikan jalannya pertunjukan. Pemain

sintren diharuskan seorang gadis belia dan masih perawan. Konon, jika seorang

sintren bukan seorang gadis, roh bidadari yang dipanggil dari kayangan tidak akan

merasuk ke dalam diri sintren tersebut. Diiringi tetabuhan khas daerah pesisir,

sintren diikat dengan seutas tali mulai dari leher hingga kaki. Sintren dibaringkan

di atas tikar dan dibungkus dengan tikar tersebut, lalu dimasukkan ke dalam

kurungan ayam yang telah ditutup kain, yang sebelumnya telah dibekali pakaian

pengganti. Pawang sintren membawa pendupaan sambil terus-menerus membaca

doa. Setelah kurungan dibuka, sintren telah terlepas dari tali yang mengikatnya

dan telah berganti pakaian yang dilengkapi dengan kacamata hitam. Sintren

menari dengan gerakan yang monoton. Para penonton mulai melempari uang ke

arah sintren, dan begitu mengenai tubuhnya, sintren akan jatuh pingsan. Sintren

akan sadar dan kembali menari setelah diberi jampi-jampi oleh pawang.

Belum ada kesepakatan tentang kapan kesenian sintren ini muncul.

“Transformasi kekuasaan di pesisir dari kekuasaan Mataram ke pemerintah kolonial ditengarai sebagai munculnya kesenian sintren” (Setyadi dalam Hutari,

2011: 59). Kesenian sintren sudah ada sejak zaman penjajahan kolonial terhadap

bangsa Indonesia. Namun, sintren mulai dikenal masyarakat dan populer pada

tahun 1940-an (Hutari, 2011: 60). Sintren pernah dijadikan alat perlawanan pada

masa kolonial melalui syair-syair dalam lagunya. Kesenian sintren melambangkan

kebebasan. Adegan sintren yang diikat dengan seutas tali dan dimasukkan ke

dalam kurungan merupakan lambang kebebasan yang direnggut oleh pemerintah

kolonial. Saat sintren terbebas dari tali yang mengikatnya, menyiratkan simbol

(35)

Berliyana Agustine, 2014

Transmisi kesenian sintren di sanggar sekar pandan keraton kacirebonan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dengan

menghimpun dan menganalisis sumber data yang dapat memberikan informasi

bagi proses penelitian. Sumber data tersebut sudah tersedia dalam catatan

dokumen yang berupa catatan tertulis, gambar (foto), film (video), surat kabar,

majalah, prasasti, ataupun karya-karya monumental, sehingga data yang

dihasilkan bukan berdasarkan perkiraan melainkan bukti nyata dari subjek yang

diteliti. Studi dokumentasi tidak sekedar mengumpulkan, menuliskan, dan

melaporkan dalam bentuk tulisan-tulisan tentang sejumlah dokumen, tetapi lebih

kepada hasil analisis terhadap dokumen-dokumen tersebut. Dokumen yang telah

diperoleh kemudian dipadukan dan dianalisis, sehingga menghasilkan satu kajian

yang sinkron.

Data yang dihasilkan dari studi dokumentasi berfungsi sebagai data

pendukung karena penggunaan studi dokumentasi merupakan pelengkap dari

metode observasi dan wawancara. Meskipun demikian, peneliti berpendapat

bahwa penggunaan studi dokumentasi dalam penelitian tentang proses transmisi

kesenian sintren sangat bermanfaat karena dapat membantu peneliti dalam

menyimpan sumber data yang akan dianalisis pada tahap selanjutnya.

Dalam pelaksanaannya di lapangan, peneliti lebih banyak mendapatkan

dokumen berupa foto dan video yang digunakan sebagai sumber data sekaligus

sebagai subjek penelitian yang akan dikaji dalam hasil penelitian tentang proses

transmisi kesenian sintren yang dilakukan di Sanggar Sekar Pandan Keraton

Kacirebonan. Peneliti menggunakan dua jenis foto sebagai sumber informasi,

yakni foto yang dihasilkan langsung oleh peneliti dalam pengamatan di lapangan

dan foto yang sudah ada pada penelitian-penelitian terdahulu. Penggalian

informasi melalui foto dan video dapat meningkatkan kredibilitas hasil penelitian

sintren karena data yang diperoleh tidak hanya dideskripsikan tetapi juga dapat

Referensi

Dokumen terkait

Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Deputi Bidang Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen.. Acuan Sediaan Herbal

néangan ide tur kudu miboga kandaga kecap nu jembar sarta maké ejahan jeung kekecapan nu merenah katitén tina hasil pancén nulis, loba kénéh siswa nu can

Gambar helai dan simplisia kubis ungu (Brassica oleracea L.var. capitata f.rubra).. Gambar helai

[r]

dicindekkeun saperti ieu di handap. 1) Kamampuh nulis warta siswa kelas IX-B SMPN 45 Bandung saméméh. ngagunakeun modél Mind Mapping téh kurang nyugemakeun. Tina jumlah

Gambar C.1 Foto Proses Pembuatan Perekat LSK 50 Gambar C.2 Foto Proses Penambahan Resorsinol 50 Gambar C.3 Foto Analisa Kenampakan 51 Gambar C.4 Foto Analisa pH 51

Analytical Model for Fiber Reinforced Polymer Jacketed Square Concrete Columns in Axial Compression.. ACI Structural

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana, perlu menetapkan Peraturan