• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUAL TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA : studi pada keluarga yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga di kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUAL TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA : studi pada keluarga yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga di kota Bandung."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUAL

TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

(Studi Pada Keluarga Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kota Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Luar Sekolah Konsentrasi Pelatihan

Oleh:

Resty Rhea Wulandari

1100302

DEPARTEMEN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2015

(2)

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUAL TERHADAP

KEHARMONISAN KELUARGA

(STUDI PADA KELUARGA YANG MENGALAMI KEKERASAN

DALAM RUMAH TANGGA DI KOTA BANDUNG)

Oleh.

Resty Rhea Wulandari 1100302

Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Luar Sekolah

© Resty Rhea Wulandari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

RESTY RHEA WULANDARI

1100302

PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUAL TERHADAP KEHARMONISAN

KELUARGA

(Studi Pada Keluarga Yang Mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di

Kota Bandung)

Disetujui dan disahkan oleh :

PembimbingII

Dr. Sardin, M.Si NIP.197108171998021002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Luar Sekolah FIP UPI

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd NIP.195908261986031003

PembimbingI

(4)

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iv

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh ketertarikan penulis terhadap kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Kota Bandung. Tujuan penelitian ini yaitu 1) mendeskripsikan serta menganalisis program bimbingan individual yang diselenggarakan oleh lembaga P2TP2A Kota Bandung 2) mendeskripsikan serta menganalisis keharmonisan keluarga yang mengikuti program layanan bimbingan individual di lembaga P2TP2A Kota Bandung. Penelitian ini didukung, gagasan konseptual teoritis tentang: konsep keharmonisan keluarga, konsep program bimbingan individual serta konsep KDRT. Hipotesis penelitian ini: program bimbingan individual memberikan pengaruh terhadap keharmonisan keluarga yang mengalami KDRT. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Populasi penelitian ini adalah seluruh korban yang mengikuti program bimbingan individual di P2TP2A Kota Bandung. Sampel penelitian ini adalah 50 korban KDRT yang mengikuti program bimbingan individual. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi linier sederhana melalui koefisien regresi, koefisien korelasi dan koefisien determinasi. Hasil pengujian hipotesis yaitu program bimbingan individual memberikan pengaruh terhadap keharmonisan keluarga

yang mengalami KDRT, ditunjukkan dengan nilai r = 0,356 dengan persamaan Ŷ

(5)

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iv

ABSTRACT

(6)

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Keharmonisan Keluarga... 8

1. Definisi Keharmonisan Keluarga ... 8

2. Ciri-ciri Keluarga Harmonis ... 9

3. Perkawinan ... 10

4. Pengertian Keluarga ... 11

5. Siklus Hidup Keluarga ... 13

6. Fungsi Keluarga ... 15

7. Peranan Keluarga ... 16

8. Tujuan Keluarga ... 17

9. Interaksi dalam Keluarga ... 18

10. Sifat Komunikasi dalam Keluarga ... 18

B. Konsep Bimbingan Individual ... 19

1. Pengertian Bimbingan Individual ... 19

2. Tujuan Bimbingan ... 21

3. Proses Bimbingan (konseling) ... 22

C. Konsep Kekerasan Dalam Rumah Tangga ... 23

1. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga ... 23

2. Kekerasan Terhadap Perempuan ... 24

3. Karakteristik Kekerasan dalam Keluarga... 24

D. Penelitian Dahulu Yang Relevan ... 25

(7)

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vi

BAB III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian ... 30

B. Partisipan Dan Tempat Penelitian ... 32

C. Populasi dan Sampel ... 32

D. Definisi Operasional... 33

E. Instrument Penelitian ... 34

F. Prosedur Penelitian... 40

G. Analisis Data ... 40

BAB IV. TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 43

1. Geografi Lokasi Penelitian ... 43

2. Kelembagaan ... 43

B. Identitas Responden ... 49

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 49

2. Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan ... 50

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 50

1. Deskripsi Mengenai Tanggapan Korban KDRT terhadap Program Bimbingan Individual ... 50

2. Deskripsi Mengenai Keharmonisan Keluarga yang Mengikuti Program Bimbingan Individual ... 53

D. Pengujian Hipotesis ... 56

1. Persyaratan Pengujian Hipotesis ... 56

2. Analisis Data ... 57

E. Pembahasan Penelitian ... 62

1. Pembahasan Tanggapan Korban KDRT terhadap Program Bimbingan Individual ... 63

2. Keharmonisan Keluarga yang telah Mengikuti Program Bimbingan Individual ... 65

3. Pengaruh Program Bimbingan Individual Terhadap Keharmonisan Keluarga ... 67

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 70

B. Rekomendasi ... 71

DAFTAR RUJUKAN ... 72

LAMPIRAN ... 73

(8)

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu vii

DAFTAR TABEL

1.1 Kasus Kekerasan ... 3

1.2 Jenis Kekerasan ... 3

2.1 Siklus Hidup Keluarga ... 13

2.2 Dampak Kekerasan ... 28

3.1 Variabel, Dimensi dan Indikator Penelitian ... 33

3.2 Bentuk Instrumen ... 35

3.3 Hasil Perhitungan Validitas Variabel X ... 37

3.4 Hasil Perhitungan Validitas Variabel Y ... 37

3.5 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X ... 39

3.6 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y ... 40

4.1 Karakteristik Berdasarkan Usia... 49

4.2 Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan ... 50

4.3 Data Tanggapan Program Bimbingan Individual Berdasarkan Usia ... 51

4.4 Data Keharmonisan Keluarga ... 54

4.5 Test Of Normality ... 56

4.6 Koefisien Regresi Linear Sederhana ... 57

4.7 Statistik Deskriptif ... 58

4.8 Koefisien Korelasi ... 59

(9)

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu viii

DAFTAR GAMBAR

(10)

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Penelitian

... 7 4

Lampiran 2 Angket

... 7 6

Lampiran 3 RekapanAngketData Variabel X

... 8 0

Lampiran 4 RekapanAngket Data Variabel Y

... 8 1

Lampiran 5 Data Interval Variabel X

... 8 2

Lampiran 6 Data Interval Variabel Y

... 8 3

Lampiran 7 FrekuensiBimbinganSkripsi Lampiran 8 SK Pembimbing

(11)

1

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus kekerasan di dalam rumah tangga merupakan hal yang bersifat pribadi dan cenderung dirahasiakan dari dunia luar. Kasus ini dapat merugikan sebagian orang dan terkadang korbannya adalah orang terdekat. Fenomena sosial ini dapat kita jumpai baik secara sadar maupun tidak sadar pada sebuah keluarga. Pada hakikatnya kekerasan tidak mencakup fisik saja yang dapat merugikan seseorang, keadaan jiwa (psikis) seseorang juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental korban. Kekerasan dalam rumah tangga sudah biasa terdengar di Indonesia, adapun bentuk perlindungan yang menjadi payung hukum di atur dalam UU No 23 Tahun 2004 pasal 1 Tentang Penghapusan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga), berbunyi:

1. Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.

2. Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah jaminan yang diberikan oleh negara untuk mencegah terjadinya kekerasan dalam rumah tangga, menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga, dan melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga.

3. Korban adalah orang yang mengalami kekerasan dan/atau ancaman kekerasan dalam lingkup rumah tangga.

4. Perlindungan adalah segala upaya yang ditujukan untuk memberikan rasa aman kepada korban yang dilakukan oleh pihak keluarga, advokat, lembaga sosial, kepolisian, kejaksaan, pengadilan, atau pihak lainnya baik sementaramaupun berdasarkan penetapan pengadilan.

5. Perlindungan Sementara adalah perlindungan yang langsung diberikan oleh kepolisian dan/atau lembaga sosial atau pihak lain, sebelum dikeluarkannya penetapan perintah perlindungan dari pengadilan.

6. Perintah Perlindungan adalah penetapan yang dikeluarkan oleh Pengadilan untuk memberikan perlindungan kepada korban.

7. Menteri adalah menteri yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang pemberdayaan perempuan.

Undang-undang di atas mengatur tentang segala bentuk kekerasan yang ada di dalam rumah tangga di mana diberlakukan agar kasus tersebut tidak terjadi di dalam keluarga, akan tetapi masih banyak yang mengacuhkan UU di atas ini

(12)

2

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

disebabkan oleh beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat tidak peka dan berperilaku menyimpang, sehingga masih banyak kasus kekerasan yang kini terjadi pada dan umumnya yang menjadi korban adalah perempuan. Pemerintah membuat peraturan yang tertulis dalam Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004-2009 yang berbunyi:

“….khususnya terkait masalah masih rendahnya kualitas dan peran perempuan, tingginya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak, rendahnya kesejahteraan, kesenjangan pencapaian pembangunan antara perempuan dan laki-laki, banyaknya hukum dan peraturan perundang-undangan yang bias gender, diskriminatif terhadap perempuan. Perempuan sering kali diartikan sebagai benalu didalam keluarga di sebabkan karena beberapa faktor misalnya dengan rendahnya produktifitas perempuan….” Perkembangan kekerasan telah tercantum dalam berita Bisnis.com di mana Wakil Menteri Agama (Wamenag) Nasaruddin Umar mengungkapkan: “….perceraian di Tanah Air sudah melewati angka 10% dari peristiwa pernikahan setiap tahun. Angka perceraian sudah mencapai 354.000, ini sudah melewati angka 10% dari peristiwa pernikahan setiap tahun….”

Perceraian yang semakin banyak di Indonesia menyebabkan dampak buruk terhadap generasi selanjutnya, serta angka pernikahan yang relatif muda menyebabkan permasalahan tidak dapat diselesaikan dan berujung pada perceraian. Perceraian saat ini sudah menjadi hal yang lumrah di Indonesia khususnya di kalangan artis dan daerah perkotaan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Putri (2014, hlm. 126) mengenai kasus kekerasan dalam rumah tangga yang tercatat di lembaga P2TP2A (pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak) menyebutkan bahwa “Penyuluhan keluarga dengan tujuan pemberdayaan perempuan dalam hukum dan sosial masyarakat ini sengaja dibuat dengan alur yang mudah oleh lembaga. Korban bisa datang kapan saja ke lembaga dan tidak mengeluarkan biaya sedikitpun untuk mendapatkan fasilitas yang disediakan”.

(13)

3

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keluarganya. Anggota keluarga sering kali merasakan kecemberuan sosial di antara anggota yang satu dengan yang lainnya. Peneliti akan mengungkap gambaran kondisi keluarga yang di dalamnya terjadi kekerasan dalam rumah tangga dan mengikuti bimbingan yang diselenggarakan P2TP2A di mana korban akan diberikan arahan serta bimbingan mengenai kondisi permasalahan yang terjadi di dalam keluarganya.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan ke lembaga P2TP2A diperoleh data tentang korban serta jenis kekerasan, seperti berikut:

Tabel 1.1

Kasus Kekerasan

Tahun Korban Kekerasan yang Melapor Kasus Selesai Isteri Anak Pacar Suami -

2008-2012 163 140 47 1 -

Jumlah 351 156

Sumber: profil P2TP2A

Table 1.2

Jenis Kekerasan

Tahun Jenis Kekerasan yang dilaporkan

Psikis Fisik Seksual Ekonomi Sosial

2008-2012 152 77 13 79 30

Jumlah 351 Sumber: profil P2TP2A

(14)

4

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perempuan khususnya ibu rumah tangga (isteri), di mana perempuan selalu mengandalkan perasaan dibandingkan dengan logika untuk memecahkan suatu permasalahan.

Kegiatan bimbingan individual ini dilakukan berdasarkan kebutuhan klien (korban), karena pada setiap harinya berbeda konselor sesuai dengan bidangnya diantaranya yaitu bidang keagamaan, hukum, ekonomi dan lain sebagainya. Siklus bimbingan individual diawali dengan korban datang ke lembaga, lalu korban mengungkapkan semua permasalahannya, konselor melakukan pertolongan pertama artinya diberikan suatu treatment, selanjutnya akan di proses oleh lembaga P2TP2A dan kasus yang dilaporkan disesuaikan dengan bidangnya, dalam segi penanganannya.

Korban mengikuti bimbingan sesuai dengan kebutuhannya, artinya jangka waktu yang dibutuhkan korban berbeda satu dengan yang lainnya. Setelah korban tidak mengikuti kegiatan bimbingan dari P2TP2A, korban harus memberi kabar ke lembaga mengenai apa yang terjadi setelah mengikuti kegiatan bimbingan. Setiap hari adanya korban yang datang secara bergantian, sesuai dengan kebutuhan untuk menyelesaikan permasalahannya, sehingga sebelum korban akan melakukan bimbingan selanjutnya biasanya ada janji terlebih dahulu dengan konselor sebelumnya, karena ini merupakan tindak lanjut dari kegiatan bimbingan individual bukan penanganan pertama. Konselor memberikan pilihan kepada klien, bukan memberi masukan yang bersifat kecenderungan terhadap salah satu pilihannya, konselor memberikan pilihan serta resiko kemungkinan yang akan terjadi, untuk keputusan konselor memberikannya lagi pada korban.

(15)

5

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Rumusan Masalah

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan, peneliti merumuskan identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bimbingan individual yang diberikan oleh konselor selama ini terpusat pada keluhan yang diungkapkan oleh klien.

2. Bimbingan individual meningkatkan keterbukaan terhadap masyarakat yang mengalami KDRT, sehingga adanya peningkatan jumlah korban yang melapor.

3. Adanya beberapa korban KDRT yang melapor tidak diketahui oleh pelaku maupun keluarganya, hal ini menyebabkan korban sulit meluangkan waktu mengikuti bimbingan.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas selanjutnya peneliti merumuskan masalah dan dijabarkan ke dalam pertanyaan penelitian. Rumusan masalah penelitian ini “bagaimana pengaruh program bimbingan individual terhadap keharmonisan keluarga”. Pertanyaan penelitiannya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tanggapan korban KDRT terhadap program bimbingan individual? 2. Bagaimana keharmonisan keluarga yang telah mengikuti program bimbingan

individual?

3. Bagaimana pengaruh program bimbingan individual terhadap keharmonisan keluarga yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga?

C. Tujuan

1. Memperoleh gambaran mengenai program bimbingan individual yang selama ini diberikan konselor dan di rasakan oleh korban, yang meliputi mediasi kesehatan mental baik dari segi rohani maupun jasmani serta mendapatkan pelayanan hokum yang semestinya.

2. Memperoleh gambaran mengenai kondisi keharmonisan keluarga korban KDRT yang telah mengikuti program bimbingan individual, terutama dalam aspek-aspek pola interaksi yang terjadi di dalam sebuah keluarga.

(16)

6

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Manfaat

Berdasarkan tujuan diatas, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan terhadap praktikan pendidikan luar sekolah untuk dapat memberdayakan kaum yang tertindas dengan mengenal karakteristik korban serta menggali potensi yang ada dalam dirinya.

2. Praktis a. Kebijakan

Penelitian ini diharapkan dapat memunculkan payung hukum bagi permasalahan yang terjadi di dalam keluarga secara jelas dan tersosialisasikan dikarenakan kekerasan yang terjadi di dalam rumah tangga masih saja terjadi. Sehingga Undang-undang No. 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga kini belum terlaksana secara sepenuhnya dikarenakan hingga saat ini kasus ini masih belum dapat terselesaikan.

b. Peneliti

Penelitian ini dapat memberikan informasi dan menambah wawasan akan gambaran program bimbingan individual yang dilakukan oleh lembaga P2TP2A dalam menangani kasus kekerasan.

c. Lembaga

Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam proses pendampingan program bimbingan individual terhadap keharmonisan keluarga korban KDRT.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika kerangka dalam penelitian ini, disusun sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, di dalamnya membahas Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian dan Sistematika Penulisan.

(17)

7

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III : Prosedur Penelitian, berisi tentang uraian Metode Penelitian, Subjek Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Prosedur Pengolahan dan Analisis Data.

BAB IV : Deskripsi analisis data hasil penelitian tentang pengaruh program bimbingan individual terhadap keharmonisan keluarga yang mengalami KDRT.

(18)

30

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Peneliti membuat desain penelitian untuk mempermudah alur penelitian. Peneliti menggunakan metode survei dalam penelitiannya seperti yang diungkapkan oleh Siregar (2014, hlm. 4) tentang definisi penelitian survei yang berbunyi “Penelitian survei adalah penelitian dengan tidak melakukan perubahan (tidak ada perlakuan khusus) terhadap variabel-variabel yang diteliti”.

Penelitian survei dalam hal ini mencakup sampel yang akan di teliti yaitu korban KDRT yang telah mengikuti kegiatan program bimbingan individual untuk wilayah Kota Bandung. Pada metode survei peneliti hanya melakukan penyebaran angket terhadap sampel yang akan diteliti, pengolahan data hingga pada tahapan analisis data serta tidak mengubah atau melakukan perubahan kondisi yang ada di lapangan. Data yang dihasilkan adalah murni dari lapangan artinya tidak ada perubahan data sehingga proses analisis menggunakan data asli dari lapangan.

Penghitungan statistika deskriptif juga dipergunakan dalam hal menjawab rumusan masalah. Statistika deskriptif di sini menggambarkan mengenai berbagai tanggapan program bimbingan individual dan keharmonisan keluarga yang timbul dari korban yang telah mengikuti bimbingan dalam kurun waktu tertentu. Tergambarnya beberapa tanggapan mengenai penilaian program bimbingan individual yang diberikan oleh konselor kepada klien serta kehidupan rumah tangga klien pasca mengikuti program bimbingan individual. tanggapan korban KDRT akan tergambar pada saat mereka mengisi angket yang diberikan oleh peneliti, sehingga peneliti hanya mengolah data asli hasil lapangan. Data klien diperoleh dengan bantuan pengelola dari lembaga P2TP2A, disebabkan penelitian ini harus dapat menjaga kerahasiaan yang bersifat pribadi untuk klien.

Adapun alur yang dibuat oleh peneliti di sini bertujuan untuk memudahkan atau membantu dalam proses penelitian serta dalam menjawab rumusan masalah penelitian yang berjudul “Pengaruh Program Bimbingan Individual Terhadap Keharmonisan Keluarga”berikut desain penelitiannya:

(19)

31

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.1 Alur Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan peneliti, bahwa peneliti memiliki anggapan terdapatnya pengaruh tentang program bimbingan individual yang telah dilakukan oleh lembaga P2TP2A terhadap keharmonisan keluarga yang telah mengalami KDRT.

Permasalahan

Keharmonisan keluarga yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga tidak terlihat.

Studi pendahuluan

Teori pendukung:

1. Konsep keharmonisan keluarga

2. Konsep bimbingan individual 3. KDRT

Melaporkan

Rumusan Masalah:

1. Bagaimana tanggapan korban KDRT terhadap bimbingan Individual?

2. Bagaimana keharmonisan keluarga yang telah mengikuti program bimbingan individual?

3. Bagaimana pengaruh program bimbingan individual terhadap keharmonisan di dalam keluarga? pengaruh satu variable yang ditelitinya Pengumpulan data:

1. Angket

(20)

32

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Partisipan

Partisipan dalam penelitian adalah korban kekerasan dalm rumah tangga di mana korbannya peneliti mengambil korban yang menimpa pada perempuan. Adapun kriteria yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah korban KDRT yang terjadi pada perempuan yang menjadi isteri di dalam sebuah keluarga, serta korban yang telah mengikuti program bimbingan individual dilembaga P2TP2A.

Tempat yang dijadikan sebuah penelitian adalah Kota Bandung dengan korban yang telah menerima bimbingan di lembaga P2TP2A Kota Bandung yang beralamat di jl. Ibrahim Adjie (Kiaracondong) No. 84 Kota Bandung.

C. Populasi dan Sampel

Populasi untuk penelitian ini adalan seluruh korban yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga untuk para ibu rumah tangga yang mengikuti program bimbinngan individual di lembaga P2TP2A Kota Bandung yang kini tercatat dalam P2TP2A sebanyak 163 kasus kekerasan yang terjadi pada isteri dan telah mengikuti program bimbingan individual.

Teknik sampling yang digunakan dalan penelitian ini adalah purposive

random sampling atau pemilihan sampel secara acak dengan kriteria tertentu, antara lain: (1) jumlah sampel yang diambil sebesar 50 dari 163 kasus kekerasan dipandang sudah memenuhi syarat minimal analisis kuantitatif, representasi permasalahan, dan kemampuan peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian di lapangan; (2) jumlah sampel yang dipilih mengantisipasi perbedaan variasi berdasarkan antara lain: kepuasan mengikuti program bimbingan, layanan bimbingan yang diberikan, serta perubahan yang terjadi setelah mengikuti program bimbingan individual. Hal ini sesuai dengan rujukan pengambilan sampel dari Hadjar (dalam Purwanto, 2010, hlm. 251), bahwa:

(21)

33

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Definisi Operasional

Penulis menuliskan definisi operasional agar lingkup penelitian ini jelas dan dijabarkan sebagai berikut:

1. Program bimbingan individual dilakukan secara tertutup dimana klien mengungkapkan permasalahan yang terjadi pada dirinya dan konselor menanggapinya serta memberikan arahan dan pilihan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya, akan tetapi konselor tidak memihak ke salah satu rujukan piliihannya karena pilihan berada di tangan klien semua pilihan diserahkan kepada klien artinya klien yang memutuskan.

2. Keharmonisan keluarga yaitu jalinan keselarasan atau keserasian yang dibangun oleh ayah, ibu dan anak dimana didalamnya memiliki peran yang berbeda dan dapat saling mengisi satu dengan yang lainnya, artinya ada sikap saling menghargai, saling menyayangi sehingga tidak ada salah satu pihak yang dirugikan atau mendapatkan perilaku negatif.

3. Korban di sini adalah para isteri yang telah mengalami kekerasan dalam rumah tangga dan mengikuti program bimbingan di lembaga P2TP2A.

Berdasarkan penjabaran di atas peneliti membuat susunan variabel berserta indikator dari setiap variabelnya, seperti berikut:

Tabel 3.1

Variabel, Dimensi dan Indikator Penelitian

Variabel Dimensi Indikator

Program bimbingan individual

(x)

Tahap awal konseling Tujuan Karakteristik Manfaat

Tahap proses konseling Suasana bimbingan Peran konselor Nasihat Waktu

Pelayanan hukum Tahap akhir konseling Kepuasan

Penyelesaian masalah

(22)

34

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keluarga (y) Waktu

Komunikasi Konflik Penghargaan Keterikatan Peran anggota keluarga Suami

Isteri Anak

E. Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa angket yang dapat menjadi tolak ukur pengaruh kegiatan bimbingan yang diselenggarakan oleh lembaga terhadap keharmonisan keluarga di dalam keluarganya. Berikut alasan peneliti menggunakan angket:

1. Tidak adanya unsur tatap muka peneliti dengan korban, karena korban cenderung tidak ingin bertemu secara langsung dengan pihak luar.

2. Korban akan mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian

3. Waktu yang dibutuhkan korban dalam menjawab pertanyaan tidak akan terlalu lama karena pertanyaan telah tersusun secara sistematis.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan skala likert untuk mempermudah klien dalam menjawab angket yang diberikan oleh peneliti. Likert di sini adalah sebagai penskoran atau pemberian nilai atas pernyataan yang dibuat oleh peneliti di dalam angket. Siregar (2013, hlm 25) mendefinisikan skala likert yaitu “Skala likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang sesuatu objek atau fenomena tertentu”.

Pada penelitian ini skala likert digunakan untuk mengukur sikap korban KDRT yang telah mengikuti bimbingan individual di lembaga P2TP2A. Pengukuran sikap ini peneliti menggunakan kategori sebagai berikut:

Pernyataan Positif 1. Sangat Setuju = 4 2. Setuju = 3

(23)

35

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4. Tidak Setuju = 1

Pernyataan Negatif 1. Sangat Setuju = 1 2. Setuju = 2

3. Kurang Setuju =3 4. Tidak Setuju = 4

Pernyataan/pertanyaan dalam bentuk checklist. Berikut adalah format yang digunakan peneliti :

Tabel 3.2

Bentuk Instrumen

No Pertanyaan/pernyataan Alternatif Jawaban

SS S KS TS

1 2

Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti pada korban KDRT melalui penyebaran angket di lembaga P2TP2A. Angket berisikan tentang sejumlah deretan pernyataan yang tersusun secara sistematis, dengan jawaban yang telah tersedia karena ditentukan melalui skala likert.

Penggunaan angket ini dibantu oleh konselor dan ketua lembaga dalam memberikannya kepada korban KDRT, karena pada hakikatnya korban cenderung lebih tertutup apabila hadirnya seseorang yang baru. Pihak lembaga telah menyelesaikan berbagai bentuk permasalahan yang terjadi pada perempuan, ada kategori kasus yang terselesaikan dan ada pula yang tidak terselesaikan, untuk itu peneliti akan memberikan angket kepada lembaga untuk diberikan pada korban KDRT yang telah mengikuti program bimbingan individual.

Berikut ini adalah tahap penyusunan angket yang dibuat oleh peneliti diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Menyusun kisi-kisi instrumen penelitian

2. Mengembangkan instrumen penelitian menjadi pernyataan-pernyatan 3. Menyusun pernyataan-pernyataan secara sistematis

(24)

36

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6. Memberikan surat pengantar

Berikut adalah tahapan penyebaran angket: 1. Angket diserahkan pada pihak lembaga.

2. Pengisian angket diberikan pada responden oleh pihak lembaga.

3. Pengisian angket dilakukan secara berangsur-angsur sesuai dengan sampel yang dibutuhkan oleh peneliti.

4. Responden angket yaitu korban KDRT yang mengikuti program bimbingan individual.

Berikut adalah pengumpulan angket:

1. Angket yang telah di isi dikumpulkan oleh pihak lembaga.

2. Pengambilan angket dilakukan pengecekan oleh peneliti selama dua minggu sekali.

3. Angket diserahkan oleh pihak lembaga kepada peneliti secara berangsur-angsur.

Peneliti menggunakan uji instrumen dengan cara berikut ini: 1. Validitas

Uji validitas ini digunakan untuk menguji instrumen yang dibuat oleh peneliti mengenai variabel-variabel yang akan diukur. Apabila seorang peneliti telah menyelesaikan instrumen, maka harus di uji validitas dan reliabilitasnya, untuk mengukur uji validitas dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

�ℎ� �� = � ∑ − ∑ ∑

√[� ∑ − ∑ |� ∑ − ∑ ]

(Sumber: Siregar (2014, hlm. 48)) Keterangan:

n = jumlah responden

x = skor variabel (jawaban responden)

y = skor total dari variabel (jawaban responden)

(25)

37

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.3

Hasil Perhitungan Validitas Variabel X

No � > � ��(0,374) No � > � ��(0,374)

1 0,787 Valid 14 0,361 Tidak Valid

2 0,686 Valid 15 0,647 Valid

3 0,667 Valid 16 0,466 Valid

4 0,382 Valid 17 0,409 Valid

5 0,667 Valid 18 0,209 Tidak Valid

6 0,539 Valid 19 0,460 Valid

7 0,456 Valid 20 0,425 Valid

8 0,590 Valid 21 0,443 Valid

9 0,599 Valid 22 0,433 Valid

10 0,451 Valid 23 0,336 Tidak Valid

11 0,638 Valid 24 0,312 Tidak Valid

12 0,431 Valid 25 0,473 Valid

13 0,514 Valid

Berdasarkan hasil penghitungan validitas variabel X (program bimbingan individual), diperoleh nilai � �� dengan tingkat kesalahan 5% dan dk = 30-2 = 28 yakni � �� sebesar 0,374. Hasil yang diperoleh melalui perhitungan dengan bantuan SPSS 17 for windows terdapat 25 item pernyataan pada angket, 21 item dinyatakan valid, sedangkan empat item dinyatakan tidak valid. Item yang dinyatakan tidak valid tidak digunakan sehingga pernyataan yang digunakan dalam penelitian sebanyak 21 item.

Tabel 3.4

Hasil Perhitungan Validitas Variabel Y

No � > � �� No � > � ��

1 0,623 Valid 17 0,674 Valid

2 0,510 Valid 18 0,473 Valid

3 0,544 Valid 19 0,265 Tidak Valid

(26)

38

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5 0,604 Valid 21 0,474 Valid

Berdasarkan hasil penghitungan validitas variabel X (program bimbingan individual), diperoleh nilai � �� dengan tingkat kesalahan 5% dan dk = 30-2 = 28 yakni � �� sebesar 0,374. Hasil yang diperoleh melalui perhitungan dengan bantuan SPSS 17 for windows terdapat 32 item pernyataan pada angket, 30 item dinyatakan valid, sedangkan dua item dinyatakan tidak valid. Item yang dinyatakan tidak valid tidak digunakan sehingga pernyataan yang digunakan dalam penelitian sebanyak 30 item.

2. Uji reliabilitas

Uji reliabilitas ini digunakan untuk menguji kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti yang berisi indikator dimana turunan dari suatu variabel. Berikut adalah rumus yang digunakan dalam menentukan reliabilitas:

a. Menentukan nilai variansi setiap butir pertanyaan

� = ∑ − ∑

� � �

(Sumber: Siregar (2014, hlm. 58) b. Menentukan nilai varians total

� = ∑

(27)

39

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu (Sumber: Siregar (2014, hlm. 58)

c. Menentukan reliabilitas instrumen

� = [� − 1] [1 − � ∑ � ]

(Sumber: Siregar (2014, hlm. 58) keterangan:

n = jumlah sampel

Xi = jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan ∑X = total jawaban responden untuk setiap butir pertanyaan � = varians total

∑ � = jumlah varians butir k = jumlah butir pertanyaan

r11 = koefisien reliabilitas instrumen Interpretasinya adalah sebagai berikut:

 0,80 < r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi  0,60 < r11 0,80 reliabilitas tinggi

 0,40 < r11 0,60 reliabilitas sedang  0,20 < r11 0,40 reliabilitas rendah

 -1,00 r11 0,20 reliabilitas sangat rendah (tidak reliabel)

Menghitung reliabilitas instrument menggunakan program SPSS 17 for windows, sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.879 25

(28)

40

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.6

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.910 32

Hasil perhitungan reliabilitas variabel Y dengan menggunakan SPSS 17, maka diperoleh r hitung = 0,910, sehingga tingkat reliabilitas instrumen variabel y dapat dikategorikan sangat tinggi karena masuk pada kategori 0,80 < r11 1,00.

F. Prosedur Penelitian

Peneliti menggunakan prosedur penelitian sebagai berikut: 1. Penelitian studi kasus ini menggunakan pendekatan kuantitatif

2. Populasi berjumlah 163 sehingga peneliti mengambil sampel 50 responden 3. Responden akan dibagikan angket untuk dijawab oleh masing-masing

berdasarkan waktu yang telah ditentukan.

4. Peneliti meminta bantuan kepada pihak lembaga untuk memberikan angket pada responden yang telah mengikuti program.

5. Penyebaran angket dilakukan dengan waktu yang berangsur-angsur.

6. Peneliti mengolah hasil lapangan ke dalam sebuah rumus serta dengan deskripsi.

7. Hasil penelitian dapat disimpulkan berdasarkan analisis data yang dilakukan oleh peneliti.

Variabel dalam penelitian ini yaitu:

X = program bimbingan individual (independen) Y = keharmonisan keluarga (dependen)

G. Analisis Data

1. Method Succesive Interval (MSI)

(29)

41

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

langkah dalam mentransformasikan nilai data ordinal menjadi interval peneliti menggunakan ms.excel 2010.

2. Pengujian Hipotesis

a. Persyaratan Pengujian Hipotesis 1) Uji Normalitas Data

Pengujian normalitas ini digunakan untuk menggambarkan suatu perolehan data berdistribusi normal. Penghitungan normalitas ini menggunakan kolmogorov smirnov dengan bantuan program SPSS 17 For Windows.

b. Analisis Data

1) Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi ini digunakan sebagai syarat mengetahui berapa besar hubungan yang ditimbulkan oleh satu variabel terhadap satu variabel yang akan diteliti.

a) Koefesien Regresi

Siregar (2013, hlm. 284) regresi linier sederhana digunakan hanya untuk satu variabel bebas (independent) dan satu variabel tak bebas (dependent). Adapun rumus regresi linier sederhana adalah sebagai berikut:

Y = a + b. X

(Sumber: Siregar (2014, hlm. 284) Keterangan :

Y = keharmonisan keluarga X = program bimbingan individual (1) Uji linearitas regresi

Salah satu asumsi dari analisis regresi adalah linearitas. Maksudnya apakah garis regresi antara X dan Y membentuk garis linear atau tidak. Peneliti menggunakan langkah-langkah rumus menggunakan software SPSS.

(2) Daftar analisis varians (Anova) regresi linear sederhana menggunakan langkah-langkah rumus menggunakan software SPSS.

(3) Menghitung Harga a dan b dengan rumus:

= (∑ �)(∑ � ) − ∑ � � �

(30)

42

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu = � ∑ � � − ∑ � ∑ �

� ∑ � − ∑ �

(Sumber: Sugiyono (2009, hlm. 262) b) Koefisien Korelasi

Siregar (2013, hlm. 250) analisis hubungan (korelasi) adalah suatu bentuk analisis data dalam penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kekuatan atau bentuk arah hubungan di antara dua variabel atau lebih. Nilai korelasi (r) = (-1 ≤ 0 ≤ 1)

c) Uji Koefisien Determinasi

Siregar (2014, hlm. 252) Koefisien determinasi (KD) adalah langkah yang menyatakan atau digunakan untuk mengetahui kontribusi atau sumbangan yang diberikan oleh sebuah variabel atau lebih X (bebas) terhadap Y (terikat).

Rumus: KD = (r)2 x 100%

(Sumber: Siregar (2014, hlm. 252) Di mana:

(31)

69

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Peneliti memaparkan kesimpulan dan rekomendasi untuk penelitiannya dalam bab ini, berdasarkan referensi dan temuan di lapangan yang tertuang dalam beberapa bab sebelumnya mengenai permasalahan yang di teliti yaitu “Pengaruh Program Bimbingan Individual Terhadap Keharmonisan Keluarga”.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang dituangkan di dalam analisis pada bab IV, yaitu terdapatnya pengaruh program bimbingan individual terhadap keharmonisan keluarga, di mana suatu keluarga yang mengalami KDRT dapat menjaga keutuhan di dalam rumah tangganya melalui mediasi yang disebut dengan bimbingan individual yang diselenggarakan oleh lembaga P2TP2A. Keharmonisan keluarga korban mengalami peningkatan berdasarkan keikutsertaan korban dalam proses mediasi.

1. Tanggapan Korban KDRT terhadap Program Bimbingan Individual

Secara spesifik pada kelas usia 41-45 tahun diketahui bahwa bimbingan individual sangat bermanfaat bagi terjadinya pola interaksi dalam sebuah keluarga. Hal ini terjadi akibat penilaian yang baik terhadap program bimbingan individual di mana klien merasa puas terhadap layanan yang diberikan, yaitu berupa arahan/masukan konselor kepada klien yang dapat membantu dalam memecahkan permasalahan keluarganya. Sedangkan pada usia 15-20 memiliki kecenderungan pola interaksi terendah. Hal ini diakibatkan pada usia muda tidak memiliki keterbukaan pada saat proses bimbingan, sehingga konselor merasa kebingungan untuk memberikan arahan kepada klien.

2. Keharmonisan Keluarga yang telah Mengikuti Program Bimbingan Individual Secara spesifik pada usia 36-40 tahun diketahui bahwa pola interaksi yang terjadi di dalam keluarga membaik. Hal ini terjadi karena adanya arahan yang diberikan oleh konselor serta motivasi yang tinggi dari klien untuk mempertahankan keutuhan rumah tangganya. Sedangakan keharmonisan keluarga terendah berada pada kelas usia 45-50 tahun. Hal ini terjadi karena, klien pada usia lanjut memiliki kesulitan untuk memahami arahan yang diberikan oleh konselor.

(32)

70

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Pengaruh Program Bimbingan Individual Terhadap Keharmonisan Keluarga yang mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Pada hal ini terdapat pengaruh antara bimbingan individual terhadap keharmonisan keluarga. Besarnya pengaruh yang dihasilkan 13%, sehingga hal ini memberikan arti bahwa program bimbingan individual sebagai salah satu hal yang penting untuk pembentukan keharmonisan di dalam keluarga.

B. Rekomendasi

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai “pengaruh program bimbingan individual terhadap keharmonisan keluarga” peneliti mengajukan rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi klien

Klien tidak menitik beratkan program bimbingan individual sebagai solusi untuk memecahkan permasalahan di dalam keluarga. Kemandirian serta pola pikir klien yang dewasa lebih berpengaruh terhadap keharmonisan di dalam keluarga. 2. Bagi lembaga

Proses bimbingan individual perlu lebih spesifik pada strategi pemecahan masalah, karena kliennya mayoritas ibu-ibu muda yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga, sehingga menjadikan proses bimbingan lebih fokus dan efektif. 3. Bagi peneliti selanjutnya

(33)

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 71

DAFTAR RUJUKAN

As-subki, Ali Yusuf. (2010). Fiqh Keluarga. Jakarta: Amzah

Basri, Hasan. (1996). Merawat Cinta Kasih. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

El-hammad Azzam. (2008). Kesehatan Mental Orang Dewasa. Bandung: Restu Agung

Gladding, Samuel T. (2012). Konseling. Jakarta: PT Indeks

Goode, J. William (2007). Sosiologi Keluarga. Jakarta: PT Bumi Aksara

Hawari, Dadang. (2004). Al-quran Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta : Dan Bhakti Primayasa

Hendrya, Pepi. (2011). Pemberdayaan Perempuan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dalam Perspektif Ketahanan Individu. Thesis Pada Program Pasca Sarjana Kajian Strategik Ketahanan Nasional UI Jakarta:

Tidak Diterbitkan.

Huraerah, Abu. (2012). Kekerasan Terhadap Anak. Bandung: Nuansa Cendekia Kodir & Mukarnawati. (2008). Referensi Bagi Hakim Peradilan Agama Tentang

Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Jakarta: Komnas Perempuan.

Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Mahmud, H., Gunawan, Heri., & Yulianingsih, Yuyun. (2013). Pendidikan

Agama Islam dalam Keluarga. Jakarta: Akademia Permata

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.

Purwanto. (2010). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Pustaka Pelajar Putri, Dian K. (2014). Program Penyuluhan Keluarga Pada Korban KDRT.

Skripsi Pada FIP UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Rakhmat, Jalaludin. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Shochib, Moh. (2012). Pola Asuh Orang Tua: untuk Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: PT. Rineka Cipta

(34)

Resty Rhea Wulandari, 2015

PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 72

Soelaeman, M.I . (1994). Pendidikan Dalam Keluarga. Bandung: Cv Alfabeta Springer, Dianne & Brubaker Timothy H. (1990). Family Caregivers and

Dependent Elderly. Newbury Park London New Delhi: SAGE Publications.

Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sulaeman, Munandar & Homzah. (Penyunting). (2010). Kekerasan Terhadap Perempuan. Bandung: PT Refika Aditama.

UU No 23 tahun 2004 pasal 1 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Walgito, Bimo. (2002). Bimbingan Dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta:ANDI

Willis, Sofyan S. (2004). Konseling Individual. Bandung: Alfabeta Willis, Sofyan S. (2011). Konseling Keluarga. Bandung: Alfabeta Web

Maskur, Fatkhul. (2014). Angka Perceraian. Tersedia :

http://news.bisnis.com/read/20140814/79/249942/angka-perceraian-lewati- angka-10 (02-09-2014).

Gambar

Tabel 1.1 Kasus Kekerasan
Gambar 3.1 Alur Penelitian
Tabel 3.1
Tabel 3.2
+4

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu dalam penelitian Anwer et al (2012) dengan pemberian ekstrak protein spirulina sebanyak 50 mg/kg berat badan tikus dan 50 µg/kg berat badan tikus

Dari arah taman, dia ngeliat * ke dapur, dan melihat wajan yang ditinggal. * Miranda masuk ke

Pemberian Informasi Obat dapat meningkatkan pengetahuan pasien dalam penggunaan obat yang tepat dan memotivasi pasien untuk menggunakan obat sesuai dengan anjuran

3HQXOLVDQ VNULSVL EHUMXGXO PENGENAAN RETRIBUSI OLEH PEMERINTAH KOTA SURABAYA KEPADA TVRI DITINJAU DARI PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 1997 TENTANG IZIN PEMAKAIAN

ini direkomendasikan pada kasus akromegali yang tidak dapat dikontrol dengan terapi. pembedahan, pemberian agonis dopamin, maupun analog

Konsentrasi yang digunakan dalam pengujian ini adalah 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% dimana pada konsentrasi tersebut hasil zona hambat ekstrak aur bunga dan daun kecombrang

Dalam praktek pembiayaan murabahah dana tambahan pembelian rumah di BPR Syari'ah Artha Surya Barokah nasabah datang untuk mengajukan permohonan pembiayaan

Pemodelan pada kondisi steady state menghasilkan output berupa grafik variabel gerak belok (radius, yaw rate, dan sudut slip) terhadap kecepatan kendaraan, serta visualisasi