• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Hubungan Antara Derajat Insomnia Dengan Derajat Hipertensi Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Hubungan Antara Derajat Insomnia Dengan Derajat Hipertensi Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan."

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Insomnia merupakan gangguan tidur yang paling sering ditemukan. Setiap

tahun diperkirakan sekitar 20-50 % orang dewasa melaporkan adanya gangguan

tidur dan sekitar 17 % mengalami gangguan tidur serius. Berdasarkan survei yang

ada, prevalensi insomnia yang terjadi di Amerika mencapai 60-70 kasus orang

dewasa. Di Indonesia, prevalensi insomnia sekitar 10 %, yang berarti 28 juta

orang dari total 238 juta penduduk Indonesia menderita insomnia (Amir, 2010).

Insomnia dapat menimbulkan dampak bagi kesehatan fisik antara lain

peningkatan nafsu makan yang dapat mengakibatkan obesitas, diabetes, penyakit

jantung koroner, hipertensi, gangguan sistem imun, dan penurunan gairah seksual.

Insomnia juga dikaitkan dengan gangguan psikologik misalnya terjadinya

terjadinya depresi, ansietas, dan penurunan daya ingat karena pada dasarnya tidur

berguna untuk resusitasi otak dan konsolidasi daya ingat (Amir, 2010).

Hasil penelitian Vgontzas dkk.(2009) menunjukkan bahwa orang dengan

insomnia berisiko besar terkena tekanan darah tinggi. Penderita insomnia yang

tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki risiko 5 kali lebih besar menderita

hipertensi daripada mereka yang tidur dalam porsi cukup. Hal ini berkaitan

dengan hubungan antara hormon stres dan tekanan darah tinggi. Kombinasi durasi

tidur yang rendah dan insomnia atau bangun di malam hari atau memiliki

kesulitan untuk tidur secara kronis sangat berkaitan dengan hipertensi.

Sebaliknya, responden yang tidur dalam porsi cukup selama lebih dari 6 jam tidak

memiliki risiko peningkatan tekanan darah tinggi.

Hasil penelitian Javaheri dkk. (2008) menyebutkan bahwa remaja dengan

efisiensi tidur yang buruk (sulit tidur dan sulit bangun, tidur < 6,5 jam) mengalami

(2)

2

percentile untuk umur, jenis kelamin dan tinggi badan). Bahkan setelah

melakukan penyesuaian terhadap faktor-faktor lainnya yang berhubungan, remaja

dengan pola tidur yang buruk mengalami peningkatan tekanan darah sistolik

4 + 1,2 mmHg lebih tinggi dibandingkan dengan remaja lainnya (p<0,01).

Hipertensi dan komplikasinya adalah salah satu penyebab kematian nomor

satu secara global. Komplikasi pembuluh darah yang disebabkan hipertensi dapat

menyebabkan penyakit jantung koroner, infark (kerusakan jaringan) jantung,

stroke, dan gagal ginjal. Komplikasi pada organ tubuh menyebabkan angka

kematian yang tinggi. Gangguan kerja organ, selain menyebabkan penderita,

keluarga dan negara harus mengeluarkan lebih banyak biaya pengobatan dan

perawatan, tentu pula menurunkan kualitas hidup penderita (Depkes RI, 2007).

Stroke, hipertensi, dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga

penyebab kematian, stroke menjadi penyebab kematian terbanyak 15,4 %,

hipertensi 6,8 %, penyakit jantung iskemik 5,1 %, dan penyakit jantung 4,6 %.

Dalam data Riskesdas (2007) juga disebutkan prevalensi hipertensi di Indonesia

berkisar 30 persen dengan insiden komplikasi penyakit kardiovaskuler lebih

banyak pada perempuan 52 % dibandingkan 48 % (Depkes RI, 2009).

Prevalensi hipertensi akan meningkat secara progresif dari tahun ke tahun

(Gutierrez dkk., 2011). Diperkirakan sekitar 80 persen kenaikan kasus hipertensi

terutama di negara berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun

2000, diperkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini

didasarkan pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk

saat ini (Armilawaty dkk., 2007). Menurut Kemenkes (2010), bahwa hipertensi

merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni

mencapai 6,7 % dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia.

Propinsi Jawa Tengah berdasarkan laporan dari rumah sakit dan

puskesmas tahun 2006, kasus hipertensi sebesar 166,07 per 1.000 penduduk,

mengalami peningkatan dibanding tahun 2005. Kasus hipertensi tahun 2005

(3)

3

Provinsi Jawa Tengah menduduki peringkat ketiga setelah Provinsi Riau dan

Bangka Belitung (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, 2011).

Data dari Kabupaten Grobogan pada tahun 2010 menunjukkan bahwa

penderita hipertensi sebanyak 18.796 orang. Kabupaten Grobogan menduduki

peringkat ketiga dengan penderita hipertensi terbanyak setelah Kabupaten

Temanggung dan Kabupaten Sragen (Dinkes Propinsi Jawa Tengah, 2009).

Jumlah penderita hipertensi di Puskesmas Gubug I pada tahun 2010 sebanyak 730

orang yang menduduki peringkat kelimabelas dari tigapuluh Puskesmas yang ada

di Kabupaten Grobogan (Dinkes Kabupaten Grobogan, 2010).

Mengamati data penderita hipertensi di Indonesia yang semakin

meningkat, penulis tertarik untuk mengkaji hubungan antara derajat insomnia

dengan derajat hipertensi pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten

Grobogan.

B.Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara derajat insomnia dengan derajat hipertensi pasien

rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan?

C.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui adanya hubungan antara derajat insomnia dengan derajat

hipertensi pasien rawat jalan di Puskesmas Gubug I Kabupaten Grobogan.

2. Tujuan Khusus

Mengetahui angka kejadian insomnia dan hipertensi di Puskesmas Gubug I

Kabupaten Grobogan

D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Sebagai referensi tentang hubungan antara derajat insomnia dengan derajat

(4)

4

2. Manfaat Praktis

Dapat mengetahui kejadian insomnia yang terjadi pada pasien, sehingga

insomnia tersebut dapat diatasi dan tidak berlanjut menyebabkan hipertensi,

selain itu petugas kesehatan lebih memperhatikan keadaan pasien apakah

mengalami insomnia atau tidak yang nantinya akan berdampak pada proses

Referensi

Dokumen terkait

Bagian 1, merupakan pertanyaan mengenai tingkat kepentingan (importance) atau tingkat harapan yang diinginkan konsumen pada Rumah Makan Kangen Desa.. Setiap pertanyaan diberi

[r]

menunjukan bahwa tidak ada perbedaan nyata pada setiap aktivitas antara individu jantan dan betina pada kedua pasangan owa jawa rehabilitan, kecuali pada aktivitas sosial

anak-anak tidak diberi kesempatan mempelajari keterampilan tertentu, mereka akan memiliki dasar ketermpilan yang telah dipelajari oleh teman-teman sebayanya, dan

Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui identitas sosial pada penggemar K-Pop yang tergabung dalam komunitas KFM (K-Pop Fandom Malang), (2)

Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut (1) pada lirik lagu Dewa 19 album The Best Of Dewa 19 , ditemukan 3 data gaya bahasa persamaan atau simile, 76 data

[r]

Dalam penulisan ini ditujukan untuk mengetahui persyaratan apa saja yang harus dipenuhi UKM untuk menjadi client anjak piutang dan manfaat apa yang diberikan serta