Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN
MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika
Oleh
HILMA NADYA H
055506
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA
DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Disusun oleh: Hilma Nadya Hendryani
NIM 055506
Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I
DrA. Hj. Rini Marwati, M.S. NIP 196606251990012001
Pembimbing II
Utari Wijayanti, S.Kom., M.Si. NIP 197608202010122003
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Penentuan Urutan Prioritas Permasalahan Multikria Dengan
Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process
Oleh
Hilma Nadya H
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Hilma Nadya H 2012
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, di
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN
MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL
HIERARCHY PROCESS
HILMA NADYA H. 055506
ABSTRAK
Setiap hari manusia dihadapkan kepada masalah-masalah yang harus diputuskan solusinya, diantaranya adalah permasalahan pemilihan rute angkot. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dapat dipandang sebagai sarana atau alat bantu untuk mendukung suatu bentuk keputusan. Salah satu metode SPK yang sesuai untuk masalah yang berkriteria majemuk adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP merupakan teknik terstruktur yang menangani masalah-masalah kompleks dan tidak terstruktur untuk disederhanakan dan disusun ke dalam sebuah hirarki. Keunggulan AHP diantaranya adalah masukan subjektif dari pengambil keputusan turut diperhitungkan. Perhitungan AHP melibatkan nilai dan vector eigen yang berperan sebagai ukuran prioritas dalam keluaran AHP. Alternatif dengan nilai prioritas paling besar diambil sebagai solusi masalah.
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PENENTUAN URUTAN PRIORITAS
PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN
METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ".
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Strata I, di Program Studi Matematika, Jurusan Pendidikan
Matematika Universitas Pendidikan Indonesia.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan umumnya bagi semua pihak yang membutuhkan serta bagi
kepentingan pengembangan selanjutnya.
Bandung, September 2012
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Allah SWT Yang Maha Pemurah dan Maha Pemberi Jalan.
2. Ayahanda BENNY HENDARMAN dan Ibunda YANI HERYANI, orang tua
penulis untuk kasih sayang dan cinta yang tiada pernah berhenti mengalir.
3. Drs. TURMUDI, M.Ed.,M.Sc., Ph.D., selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika Universitas Pendidikan Indonesia.
4. Dra. ENTIT PUSPITA, M.Si, selaku Ketua Program Studi Matematika
Universitas Pendidikan Indonesia.
5. Dr. Hj. RINI MARWATI, M.S, selaku dosen Pembimbing I dalam
pengerjaan skripsi ini.
6. UTARI WIJAYANTI, S.Kom., M.Si., selaku dosen pembimbing II dalam
pengerjaan Skripsi ini.
7. FITRIANI AGUSTINA, S.Si., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan telah bersabar mengayomi penulis.
8. Kakak penulis, ISMAIL FIKRI NATADIWIJAYA yang tak pernah berhenti
mengingatkan penulis untuk menjadi orang yang bersabar. Dan Adik penulis
KHAIRUL AMRI NATADIWIJAYA yang penulis sayangi.
9. Teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi ini JULIANTO,
FRANSISCA MARIA, EMA NUR LUTHFIYANI, LIA AMALIA,
terimakasih atas semua bantuannya.
10.Teman-temanku yang berhasil melangkahi garis akhir bersama-sama AGI
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
11.ZETHA ALFIANI SANTOSO, FITRI RACHMAWATI, IMA
PURNAMASARI, SHINTA DEWI LESTARI, dan SISCHA SRI
KUMALADEWI RULIANTO teman terdekat penulis yang tak henti untuk
peduli dan menyayangi saat penulis jatuh dan terpuruk.
12.REALITA RAYMUNDA BUTAR-BUTAR dan TIA SETIANI
WAHYUNINGSIH yang telah bersama menemukan cara pandang baru akan
realitas kehidupan.
13.DWI MELANI, ADILA SANDY, MUHAMMAD NURVIANA, REZA
NYIMAS, ADINDA KHALIL dan semua teman kelas C’05. 14.Dan semua pihak yang tidak bias disebut satu per satu.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Graf berarah dan matriks ketetanggaannya ...
Gambar 2.2 Graf berbobot dan matriks ketetanggaannya ...
Gambar 3.1 Struktur Hirarki AHP...
Gambar 4.1 Lintasan Trayek Angkot Kota Cimahi ...
Gambar 4.2 Graf Trayek Angkot Kota Cimahi ...
Gambar 4.3 Sisi Bayangan dari Titik 1 ke Titik Lainnya pada Graf
Biaya Trayek Padalarang-Cimahi ...
Gambar 4.4 Struktur Hirarki Permasalahan Pemilihan Rute Angkot ...
Halaman
8
8
19
28
29
33
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan ...
Tabel 3.2 Nilai Indeks acak/ Random Index (R.I) ...
Tabel 4.1 Keterangan Titik Pada Graf Trayek Angkot Kota Cimahi ....
Tabel 4.2 Trayek Angkot Kota Cimahi dan Representasi Warnanya
Dalam Graf ...
Tabel 4.3 Data Jarak, Biaya Dan Waktu Rute Trayek Angkot Cimahi
Tabel 4.4 Rute pada Trayek Cimahi-Padalarang ...
Tabel 4.5 Nilai kriteria Tiap Lintasan ...
Tabel 4.6 Perbandingan Berpasangan Kriteria ...
Tabel 4.7 Matriks Normalisasi Kriteria ...
Tabel 4.8 Perbandingan Jarak ...
Tabel 4.9 Matriks Normalisasi Jarak ...
Tabel 4.10 Perbandingan Waktu ...
Tabel 4.11 Matriks Normalisasi Waktu ...
Tabel 4.12 Perbandingan Biaya ...
Tabel 4.13 Matriks Normalisasi Biaya ...
Halaman
20
25
30
31
31
33 35
38
39
42 42
43
43
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.14 Skor Prioritas Masing-masing Lintasan ...
Tabel 4.15 Nilai Prioritas Kriteria Masing-masing Lintasan ...
Tabel 4.16 Hasil Prioritas Menyeluruh ...
Tabel 4.17 Perbandingan Berpasangan Kriteria Penilaian 2 ...
Tabel 4.18 Matriks Normalisasi Kriteria Penilaian 2 ...
Tabel 4.19 Nilai Prioritas Kriteria Masing-masing Lintasan dan Hasil
Prioritas Menyeluruh untuk Penilaian 2 ...
Tabel 4.20 Perbandingan Prioritas Menyeluruh ...
Tabel 4.21 Perbandingan Berpasangan Kriteria Penilaian 3 ...
Tabel 4.22 Matriks Normalisasi Kriteria Penilaian 3 ...
Tabel 4.23 Nilai Prioritas Kriteria Masing-masing Lintasan dan Hasil
Prioritas Menyeluruh untuk Penilaian 3 ...
Tabel 4.24 Perbandingan Prioritas Menyeluruh ...
45
45
46
48
48
49
49 51
51
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Representasi Graf ke dalam Matriks Jarak ...
Lampiran B. Representasi Graf ke dalam Matriks Waktu...
Lampiran C. Representasi Graf ke dalam Matriks Biaya ...
Halaman
58
59
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ………..
1.1 Latar Belakang Masalah ...………
1.2 Rumusan Masalah ……….
1.3 Batasan Masalah ………
1.4 Tujuan Penelitian………...
1.5 Manfaat Penelitian……….
1.6 Metode Penelitian ………..
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………...
2.1 Graf …...……….…….. 2.1.1 Teori Dasar Graf ……….. 2.1.2 Lintasan (Path) …...………..
2.1.3 Representasi Graf ………...…..
2.2 Matriks …...……….… 2.1.1 Teori Dasar Matriks ……….
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
2.1.2 Sifat-sifat Aritmetika Matriks …...………...… 2.1.3 Nilai dan Vektor Eigen ……….
BAB III LANDASAN TEORI ...………..
3.1 Sistem Pendukung Keputusan …..………. 3.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan ………...
3.1.2 Konsep Pengambilan Keputusan …..………...
3.1.2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan ...……… 3.1.2.2 Dasar-dasar Pengambilan Keputusan …..…... 3.1.2.3 Komponen Pengambilan Keputusan …... 3.1.3 Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan .……….. 3.1.4 Komponen Sistem Pendukung Keputusan ....………..
3.2 Analytical Hierachy Process(AHP) ……….
3.2.1 Multi-Criteria Decision Analysis (MCDA)/ Multi-Criteria Decision Making (MCDM) ………...
3.2.2 Pengertian Analitical Hierarchy Process (AHP) ... 3.2.3 Prinsip-prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP)
………..
3.2.4 Perbandingan Berpasangan (Pairwise Comparison) ... 3.2.5 Perhitungan Bobot Elemen ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……….……
4.1 Data ………...………
4.1.1 Peta dan Graf Lintasan Angkot ………...
4.1.2 Trayek-trayek yang Beroperasi ……….
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
4.1.3 Data Jarak, Waktu dan Biaya Trayek-trayek yang
Beroperasi …...………...
4.1.4 Representasi Graf ke dalam Matriks ………... 4.2 Pembahasan ...
4.2.1 Pencarian Semua Lintasan Sederhana yang Mungkin 4.2.2 Pengambilan Keputusan dengan Metode AHP... 4.2.2.1 Membuat Susunan Hirarki ...
4.2.2.2 Melakukan Perbandingan Berpasangan ...
4.2.2.3 Menentukan Prioritas dan Kekonsistenan ...
4.2.3 Pengaruh Comparative Judgement terhadap solusi ....
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………
5.1 Kesimpulan ………...
5.2 Saran ………..
DAFTAR PUSTAKA ………
LAMPIRAN ………...……….
RIWAYAT HIDUP ………...
31 32 34 35 35 35 36
37 45
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis
pada suatu masalah, pengumpulan fakta-fakta, penentuan yang matang dari
alternatif yang dihadapi, dan pengambilan tindakan yang menurut perhitungan
merupakan tindakan yang paling tepat. Sistem Pendukung Keputusan (SPK) dapat
dipandang sebagai sarana atau alat bantu untuk mendukung suatu bentuk
keputusan. SPK merupakan integrasi dari perangkat keras, perangkat lunak, dan
proses keputusan yang dibangun dalam upaya untuk memperbaiki kualitas
keputusan dengan lebih cepat dan cermat.
Tujuan pembentukan SPK yang efektif adalah memanfaatkan keunggulan
dua unsur, yaitu manusia dan elektronik. Penentuan keputusan yang terlalu
banyak menggunakan komputer akan menghasilkan pemecahan yang bersifat
mekanis, reaksi yang tidak fleksibel, dan keputusan yang dangkal. Sedangkan
penentuan keputusan yang terlalu banyak menggunakan manusia akan
memunculkan reaksi yang lamban, pemanfaatan data yang terbatas, dan
kelambanan dalam mengkaji alternatif yang relevan (Suryadi dan Ramdhani,
2002). Pada prakteknya, penentuan keputusan oleh manusia cenderung bersifat
objektif dengan sudut pandang yang memihak kepentingan individu/kelompok
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Penggunaan SPK dapat diaplikasikan pada berbagai masalah dalam
kehidupan. Misalnya: pemilihan CEO perusahaan yang baru; pemilihan kamera
digital; dan pemilihan rute angkot yang ideal.
Setiap hari ribuan orang di Indonesia menggunakan angkutan kota (angkot)
sebagai sarana transportasi utama, oleh karenanya keberadaan angkot menjadi
sangat vital bagi keberlangsungan ekonomi suatu daerah. Setiap tahunnya jumlah
pengguna angkot di Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal
ini dipicu oleh banyak faktor, satu diantaranya adalah ketidakteraturan lalu lintas
yang disebabkan oleh terlalu banyaknya trayek angkot.
Rute yang paling ideal bagi setiap individu tentu berbeda, tetapi pada
dasarnya semua pengguna transportasi menginginkan efisiensi jarak, waktu dan
biaya. Ketiga hal inilah yang akan menjadi kriteria-kriteria yang melandasi
pengambilan keputusan dalam permasalahan pemilihan rute angkot.
Salah satu metode SPK yang sesuai untuk masalah yang berkriteria
majemuk adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP merupakan teknik
terstruktur yang menangani masalah-masalah kompleks dan tidak terstruktur
untuk disederhanakan dan disusun ke dalam sebuah hirarki.
AHP tidak memberi pengambil keputusan satu solusi yang benar. AHP
hanya membantu menyediakan alternatif-alternatif bagi pengambil keputusan
untuk memilih solusi yang paling dekat dengan tujuan utama mereka.
Dengan metode AHP ini penulis merancang sebuah SPK pemilihan rute
angkot yang diharapkan nantinya dapat membantu para pengguna angkot dalam
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
judul skripsi yang penulis ambil untuk penelitian ini adalah PENENTUAN
URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN
MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh dua rumusan masalah untuk
melakukan penelitian tentang SPK untuk pemilihan rute angkot dengan
menggunakan metode AHP ini, yakni sebagai berikut:
1. Bagaimana metode AHP dapat membantu memberikan solusi dalam
permasalahan pemilihan rute angkot?
2. Bagaimana pengaruh Comparative Judgement atau penilaian
perbandingan pada kriteria dalam memberikan solusi dalam
permasalahan rute angkot?
1.3 Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian, maka dibuat batasan dari perumusan
masalah di atas, diantaranya sebagai berikut:
1. Parameter atau kriteria pemilihan pengambilan keputusan yang
digunakan adalah jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya yang
dikeluarkan.
2. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode AHP dengan
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:
1. Mengkaji metode AHP untuk mencari solusi dalam permasalahan
pemilihan rute angkot.
2. Mengetahui pengaruh Comparative Judgement atau penilaian
perbandingan pada kriteria dalam memberikan solusi dalam
permasalahan rute angkot.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat
diantaranya:
1. Memudahkan pengguna angkot dalam mengambil keputusan untuk
pemilihan rute angkot yang dikehendaki.
2. Memotivasi untuk melakukan penelitian berikutnya, baik untuk
permasalahan serupa maupun permasalahan lainnya dengan
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
1.6 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Menentukan topik atau masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini.
2. Studi pustaka, mengumpulkan informasi dari berbagai referensi literatur untuk mendapatkan teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan permasalahan yang akan diselesaikan.
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Sistem Pendukung Keputusan
3.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan integrasi dari perangkat
keras, perangkat lunak, dan proses keputusan yang memungkinkan pengguna
untuk melakukan pengambilan keputusan dengan lebih cepat dan cermat.
Konsep Sistem Pendukung Keputusan pertama kali diperkenalkan pada
awal tahun 1970-an oleh Michael S. Scott Morton dengan istilah Management
Decision System. Konsep Sistem Pendukung Keputusan ditandai dengan sistem
interaktif berbasis komputer yang membantu pengambilan keputusan
memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan masalah-masalah yang tidak
terstruktur. (Suryadi dan Ramdhani, 2002, hal.30-31)
3.1.2 Konsep Pengambilan Keputusan
3.1.2.1 Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah pemikiran yang menghasilkan “pilihan”
(choice) dari beberapa alternatif bertindak. Sebaliknya pilihan itu terjadi dalam
proses penyelesaian masalah karena dalam menyelesaikan suatu masalah, setiap
langkah yang ditempuh mencangkup aspek pengambilan keputusan. (Salusu,
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
3.1.2.2 Dasar-dasar Pengambilan Keputusan
Di balik suatu keputusan ada unsur prosedur, yaitu pertama-tama pembuat
keputusan mengidentifikasi masalah, mengklasifikasi tujuan-tujuan khusus yang
diinginkan, memeriksa berbagai kemungkinan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, dan mengakhiri proses itu dengan menetapkan pilihan bertindak. Jadi,
suatu keputusan sebenarnya didasarkan atas fakta dan nilai (facts and values).
(Salusu, 2002, hal. 52)
Simon mengajukan model yang menggambarkan proses pengambilan
keputusan. Proses ini terdiri dari tiga fase, yaitu sebagai berikut:
a. Intelligence
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari
lingkup problematika serta proses pengenalan masalah. Data masukan
diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka mengindentifikasi masalah.
b. Design
Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan
menganalisis alternatif tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini
meliputi proses untuk mengerti masalah, menurunkan solusi, dan
menguji kelayakan solusi.
c. Choice
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif
tindakan yang mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Meskipun implementasi termasuk tahap ketiga, namun ada beberapa pihak
berpendapat bahwa tahap ini perlu dipandang sebagai bagian yang terpisah guna
menggambarkan hubungan antar fase secara lebih komprehensif. (Suryadi dan
Ramdhani, 2002, hal. 15-16)
3.1.2.3 Komponen Pengambilan Keputusan
Menurut Ibnu Syamsi (2007, hal. 15), komponen-komponen pengambilan
keputusan terdiri atas:
1. Tujuan pengambilan keputusan.
2. Identifikasi alternatif-alternatif.
3. Faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya.
4. Alat atau sarana untuk mengevaluasi dan mengukur hasil yang dicapai
dari keputusan yang diambil.
3.1.3 Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan
Peranan SPK dalam konteks keseluruhan sistem informasi ditujukan untuk
memperbaiki kinerja melalui aplikasi teknologi informasi. Terdapat sepuluh
karakteristik dasar SPK yang efektif, yaitu sebagai berikut:
a. Mendukung proses pengambilan keputusan, menitikberatkan pada
management by perception.
b. Adanya interface manusia/mesin di mana manusia (user) tetap
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
c. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah-masalah
terstruktur, semi terstruktur, dan tidak terstruktur.
d. Menggunakan model-model matematis dan statistik yang sesuai.
e. Memiliki kapabilitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan
kebutuhan –model interaktif.
f. Output ditujukan untuk personil organisasi dalam semua tingkatan.
g. Memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa
sehingga dapat berfungsi sebagai kesatuan sistem.
h. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani
kebutuhan informasi seluruh tingkatan manajemen.
i. Pendekatan easy to use. Ciri suatu SPK yang efektif adalah
kemudahannya untuk digunakan dan memungkinkan keleluasaan
pemakai untuk memilih atau mengembangkan pendekatan-pendekatan
baru dalam membahas sistem yang dihadapi.
j. Kemampuan sistem beradaptasi secara cepat, dimana pengambil
keputusan dapat menghadapi masalah-masalah baru dan pada saat yang
sama dapat menanganinya dengan cara mengadapatasikan sistem
terhadap kondisi-kondisi perubahan yang terjadi.
(Suryadi dan Ramdhani, 2002, hal.30-31)
3.1.4 Komponen Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) memiliki tiga subsistem utama yang
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
1. Subsistem manajemen basis data
Kemampuan yang dibutuhkan dari manajemen basis data dapat diringkas
sebagai berikut:
a. Kemampuan untuk mengkombinasikan berbagai variasi data melalui
pengambilan keputusan dan ekstraksi data.
b. Kemampuan untuk menambahkan sumber data secara cepat dan
mudah.
c. Kemampuan untuk menggambarkan struktur data logikal sesuai
dengan pengertian pemakai sehingga pemakai mengetahui apa yang
tersedia dan dapat menentukan kebutuhan penambahan dan
pengurangan.
d. Kemampuan untuk menangani data secara personil sehingga pemakai
dapat mencoba berbagai alternatif pertimbangan personil.
e. Kemampuan untuk mengelola berbagai variasi data.
2. Subsistem manajemen basis model
Kemampuan yang dimiliki subsistem basis model diantaranya sebagai
berikut:
a. Kemampuan untuk menciptakan model-model baru secara cepat dan
mudah.
b. Kemampuan untuk mengakses dan mengintegrasikan model-model
keputusan.
c. Kemampuan untuk mengelola basis model dengan fungsi manajemen
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
menyimpan, membuat dialog, menghubungkan, dan mengakses
model).
3. Subsistem perangkat lunak penyelenggara dialog
Bennet mendefinisikan pemakai, terminal, dan sistem perangkat lunak
sebagai komponen-komponen dari sistem dialog. Bennet membagi subsistem
dialog menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Bahasa aksi, meliputi apa yang dapat digunakan oleh pemakai dalam
berkomunikasi dengan sistem.
b. Bahasa tampilan atau presentasi, meliputi apa yang harus diketahui
oleh pemakai.
c. Basis pengetahuan, meliputi apa yang harus diketahui oleh pemakai
agar pemakaian sistem bisa efektif.
Kombinasi dari kemampuan-kemampuan di atas terdiri dari apa yang
disebut gaya dialog, misalnya, yang meliputi pendekatan tanya jawab, bahasa
perintah, menu-menu, dan mengisi tempat kosong.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh SPK untuk mendukung dialog
pemakai/sistem meliputi:
a. Kemampuan untuk menangani berbagai variasi gaya dialog, bahkan
jika mungkin untuk mengkombinasikan berbagai gaya dialog sesuai
dengan pilihan pemakai.
b. Kemampuan untuk mengakomodasi tindakan pemakai dengan
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
c. Kemampuan untuk menampilkan data dengan berbagai variasi format
dan peralatan keluaran.
d. Kemampuan untuk memberikan dukungan yang fleksibel untuk
mengetahui basis pengetahuan pemakai.
(Suryadi dan Ramdhani, 2002, hal.30-31)
3.2 Analitical Hierarchy Process (AHP)
3.2.1 Multi-Criteria Decision Analysis (MCDA)/ Multi-Criteria Decision Making (MCDM)
Multi-Criteria Decision Analysis (MCDA)/ Multi-Criteria Decision
Making (MCDM) atau analisis pengambilan keputusan kriteria majemuk adalah
bagian dari riset operasi yang secara tegas mempertimbangkan beberapa kriteria
dalam lingkungan pengambilan keputusan.
Proses analisis kebijakan membutuhkan adanya kriteria sebelum
memutuskan pilihan dari berbagai alternatif yang ada. Kriteria menunjukan
definisi masalah dalam bentuk yang konkret dan kadang-kadang dianggap sebagai
sasaran yang akan dicapai. Analisis atas kriteria penilaian dilakukan untuk
memperoleh seperangkat standar pengukuran, untuk kemudian dijadikan sebagai
alat dalam membandingkan berbagai alternatif.
Sifat-sifat yang harus diperhatikan dalam memilih kriteria pada setiap
persoalan pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Lengkap, sehingga dapat mencakup seluruh aspek penting dalam
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
2. Operasional, sehingga dapat digunakan dalam analisis.
3. Tidak berlebihan, sehingga menghindarkan perhitungan berulang.
4. Minimum, agar lebih mengkomprehensifkan persoalan.
(Suryadi dan Ramdhani, 2002, hal.130)
3.2.2 Pengertian Analitical Hierarchy Process (AHP)
Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan analisis keputusan
dengan multi-kriteria. AHP merupakan salah satu model atau metode yang efektif
untuk mengambil keputusan dalam memecahkan persoalan yang komplek dan
tidak terstruktur.
AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada awal tahun 1970. Sesuai
dengan namanya, pada prinsipnya AHP menyederhanakan masalah kompleks
yang tidak terstruktur menjadi bagian yang terstruktur ke dalam
bagian-bagian bersusun atau hirarki.
3.2.3 Prinsip-prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP)
Prinsip dasar dalam penerapan menyelesaikan masalah pengambilan
keputusan adalah:
a. Dekomposisi (prinsip menyusun hirarki)
Pada prinsip ini permasalahan diuraikan secara hirarki yaitu memecahkan
persoalan yang utuh menjadi elemen-elemen yang terpisah. Pengertian hiarki
dalam kehidupan sehari-hari adalah tingkatan atau level. Hirarki merupakan alat
elemen-Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
elemen suatu persoalan, mengelompokan elemen-elemen itu ke dalam beberapa
kumpulan yang homogen dan menata kumpulan-kumpulan itu pada tingkat yang
berbeda. Suatu hirarki dalam AHP merupakan kumpulan elemen-elemen yang
tersusun dalam beberapa tingkat, dimana tiap tingkat mencakup beberapa elemen
yang homogen. Adapun struktur hirarki AHP ditampilkan pada gambar sebagai
berikut:
Gambar 3.1 Struktur Hirarki AHP
b. Comparative Judgement
Comparative Judgement artinya membuat penilaian tentang kepentingan
relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dengan kaitannya dengan tingkat di
atasnya. Hasil penilaian disajikan dalam bentuk Pairwise Comparisons Matrix
(matriks perbandingan berpasangan). Perbandingan berpasangan dilakukan
dengan menggunakan skala, dimulai dari skala 1 yang menunjukkan tingkatan
yang paling rendah sampai dengan skala 9 yang menunjukkan tingkatan yang
paling tinggi. Saaty, menetapkan skala kuantitatif 1 sampai 9 untuk menilai secara
perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen dengan elemen lain, seperti
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Keterangan Penjelasan
1 Kedua elemen sama pentingnya
Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan
3 Elemen baris sedikit lebih penting daripada elemen kolom
Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya
5 Elemen baris lebih penting daripada elemen kolom
Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan atas elemen lainnya
7 Elemen baris sangat lebih penting daripada elemen kolom
Satu elemen sangat kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktek
9 Elemen baris mutlak lebih penting daripada elemen kolom
Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbanagan yang berdekatan
Nilai ini diberikan bila ada kompromi diantara dua pilihan
Jika untuk aktivitas aij mendapat suatu angka bila dibandingkan dengan aktivitas
aji maka aji mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan aij (aji =
1/aij)
c. Synthesis of Priority (penyusunan dan penetapan prioritas)
Penyusunan dan penetapan prioritas maksudnya menentukan peringkat
elemen-elemen menurut relatif pentingnya dengan melakukan perbandingan
secara berpasangan terhadap elemen-elemen tersebut. Prioritas elemen-elemen
kriteria dapat dipandang sebagai bobot elemen terhadap tujuan. Prioritas ini
ditentukan berdasarkan pandangan para pakar dan pihak-pihak yang
berkepentingan terhadap pengambilan keputusan, maupun secara langsung
maupun tidak langsung. Bobot didefenisikan sebagai sebuah nilai yang ditetapkan
pada suatu kriteria evaluasi yang mengindikasikan kepentingannya relatif
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
perbandingan berpasangan dicari prioritas lokalnya atau local priority. Karena
matriks perbandingan berpasangan terdapat pada setiap tingkat maka untuk
mendapatkan global priority harus dilakukan sintesis (perpaduan) diantara local
priority.
d. Logical Consistensy (konsistensi logis)
Konsistensi logis maksudnya menjamin bahwa semua elemen
dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan
kriteria yang logis. Secara umum, para pengambil keputusan dalam melakukan
perbandingan elemen, jika A > B dan B > C maka secara logis dinyatakan bahwa
A > C, berdasarkan nilai numerik yang sudah ditetapkan.
3.2.4 Perbandingan Berpasangan (Pairwise Comparison)
Metode AHP memungkinkan untuk menggabungkan unsur-unsur yang
bersifat subjektif dan objektif, karena AHP menggunakan perbandingan
berpasangan yang memungkinkan diperhitungkannya penilaian pesonal individu
pada masalah yang akan dipecahkan. Hal-hal yang bersifat subjektif ini diberi
nilai yang dilakukan dengan memberikan persepsi perbandingan yang diskalakan
secara berpasangan (Pairwise Comparison Scale).
3.2.5 Perhitungan Bobot Elemen
Proses perhitungan matematis dalam metode AHP dilakukan dengan
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
elemen operasi yaitu A1, A2, ..., An maka hasil perbandingan dari elemen-elemen
operasi tersebut akan membentuk matriks perbandingan A berukuran n × n:
nn
dapat direprenstasikan seperti matriks ij j
ini matriks perbandingan adalah matriks A dengan unsur-unsurnya adalah aij
dengan i, j = 1, 2, ..., n.
Unsur-unsur matriks tersebut diperoleh dengan membandingkan satu
elemen operasi terhadap elemen operasi lainnya untuk tingkat hirarki yang sama.
Misalnya unsur a11 adalah perbandingan kepentingan elemen operasi A1 dengan
elemen operasi A1 sendiri, sehingga dengan sendirinya nilai unsur a11 adalah sama
dengan 1. Dengan cara yang sama maka diperoleh semua unsur diagonal matriks
perbandingan sama dengan 1. Nilai unsur a12 adalah perbandingan kepentingan
elemen operasi A1 terhadap A2. Besarnya nilai A21 adalah 1/a12, yang menyatakan
tingkat intensitas kepentingan elemen operasi A2 terhadap elemen operasi A1.
Bila vektor pembobotan elemen-elemen operasi A1, A2, ..., An tersebut
dinyatakan sebagai vektor W, dengan W = (w1,w2, ..., wn), maka nilai intensitas
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
perbandingan bobot elemen operasi A1 terhadap A2 yakni w1/w2 yang sama dengan
a12, sehingga matriks perbandingan dapat pula dinyatakan sebagai berikut:
n
(Suryadi dan Ramdhani, 2002, hal.133-134)
Misalkan kita memiliki 3 kriteria, yaitu : Soleh, Cerdas, dan Sabar untuk
penentuan pasangan hidup yang paling bahagia. Matriks perbandingannya
dinyatakan sebagai berikut:
Soleh Cerdas Sabar Soleh 1 1/2 ¼ Cerdas 2 1 ½ Sabar 4 2 1
Berdasarkan matriks perbandingan berpasangan tersebut dilakukan
normalisasi penjumlahan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menjumlahkan nilai setiap kolom dalam matriks perbandingan
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
b. Membagi nilai aij pada setiap kolom dengan jumlah nilai pada kolom
dinormalisasi dan membaginya dengan jumlah elemen tiap baris
Soleh Cerdas Sabar Eigen/Prioritas Soleh 0,14 0,14 0,14 0,14 Cerdas 0,29 0,29 0,29 0,29 Sabar 0,57 0,57 0,57 0,57
Hasil pembagian tersebut menunjukkan nilai prioritas untuk
masing-masing elemen. (Parapat, 2009)
3.2.6 Konsistensi
Perbandingan berpasangan dari masing-masing elemen dapat diperoleh
melalui pengukuran aktual maupun pengukuran relatif dalam preferensi seorang
pengambil keputusan (responden). Pada kenyataan sebenarnya penilaian
perbandingan berpasangan sering terjadi ketidak-konsistenan dari
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
diketahui bahwa kesalahan kecil pada koefisien akan menyebabkan
penyimpangan kecil pula pada nilai eigen.
Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan CI= Consistency Index
(Indek konsistensi), dengan persamaan
1
n n
CI maks
, di mana λmax adalah nilai
eigen maksimum dan n adalah ukuran matriks. Nilai eigen maksimum didapat
dengan menjumlahkan hasil perkalian matriks perbandingan dengan eigen vector
utama (vector prioritas) dan membaginya dengan jumlah elemen.
Nilai CI tidak akan berarti bila tidak terdapat acuan untuk menyatakan
apakah CI menunjukkan suatu matriks yang konsisten atau tidak konsisten. Saaty
memberikan acuan dari 500 buah sample matriks acak dengan perbandingan 1-9,
untuk beberapa orde matriks. Saaty (1980) mendapatkan nilai rata-rata Random
Index (RI) sebagai berikut:
Tabel 3. 2 Nilai Indeks acak/ Random Index (R.I)
Ordo Matriks
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
RI 0 0,52 0,89 1,11 1,25 1,35 1,4 1,45 1,49 1,51 1,54 1,56
Konsistensi dari penilaian berpasangan tersebut dievaluasi dengan
menghitung Consistency Ratio (CR). Saaty menetapkan apabila nilai CR lebih
kecil atau sama dengan 10% (CR ≤ 0, 1) maka hasil penilaian tersebut dikatakan
konsisten. Formulasi untuk menghitung adalah : CR = CI/RI. Dimana, CI=
Consistency Index (Indek konsistensi) dan RI = Random Consistency Index.
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
Dari contoh kriteria calon pasangan di atas, akan dicari konsistensinya
sebagai berikut:
1. Matriks perbandingan dikalikan vektor prioritas:
didapatkan nilai tiap elemen yang disebut lamda (), yaitu:
3. Menentukan maks sebagai berikut:
3
4. Menghitung indeks konsistensi (Ci) dan rasio konsistensi (Cr)
0
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
AHP dapat dipergunakan untuk mencari solusi dalam permasalahan pencarian
rute angkot. Hasil pencarian solusi pada permasalahan pemilihan rute angkot dari
jembatan Leuwigajah ke Pintu Barat Statsiun Kereta Api Cimahi dengan
menggunakan metode AHP memberikan solusi Lintasan 2 yaitu rute yang melewati
Gereja Santo Ignasius dan persimpangan Jl. Dustira – Jl. Jendral Urip Sumoharjo.
Lintasan 2 tersebut merupakan lintasan dengan nilai Jarak, Waktu dan Biaya yang
lebih kecil dibandingkan alternatif lintasan yang lainnya.
Penilaian perbandingan yang dilakukan berulang menunjukkan bahwa selisih
prioritas biasa terjadi. Walaupun pada contoh kasus yang dipakai urutan prioritas
tidak berubah, tetapi kecenderungan naik-turunnya selisih dan besar rata-rata selisih
mungkin dapat menyebabkan urutan prioritas yang berubah. Tetapi hal tersebut masih
harus dibuktikan kebenarannya.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas, saran yang dapat penulis sampaikan
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
1. Penggunaan AHP dalam pencarian solusi permasalahan rute angkot,
disarankan untuk menggunakan data masukan yang selalu terbarukan dan
besar sehingga hasil yang didapatkan dapat lebih akurat.
2. Bagi pembaca yang tertarik untuk melanjutkan penelitian mengenai
pengaruh penilaian perbandingan terhadap solusi dalam permasalahan
pemilihan rute angkot, dianjurkan untuk menggunakan data yang lebih
besar dengan alternatif yang lebih banyak untuk mengantisipasi terjadinya
hasil yang sama pada urutan prioritas solusi.
3. Pemilihan rute angkot dengan menggunakan metode AHP yang
diimplementasikan ke dalam sistem pendukung keputusan dapat
membantu menyelesaikan masalah pemilihan alternatif rute angkot secara
lebih cepat dan efisien. Diharapkan dengan optimalnya solusi yang dipilih,
metode ini mampu mengurangi penggunaan rute yang tidak perlu
sehingga akan menekan kemungkinan terjadinya kemacetan yang
Hilma Nadya H, 2014
PENENTUAN URUTAN PRIORITAS PERMASALAHAN MULTIKRITERIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS
Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.upi.edu | Perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Anton, H. dan Chris R.. (2002). Aljabar Linear Elementer Versi Aplikasi Jilid 1
(Edisi Kedelapan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Damai Insan Citra. (2003). Peta Jalan Bandung Raya (Edisi Pertama). Bandung; PT.
Damai Insan Citra.
Leon, S. J.. (2001). Aljabar Linear dan Aplikasinya (Edisi Kelima). Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Munir, R.. (2005). Matematika Diskrit. Bandung: Informatika.
Parapat, D.. (2009). Model Penentuan Prioritas dalam AHP Melalui Koefisien
Korelasi. Tesis mahasiswa Universitas Sumatra Utara. [Online]. Tersedia:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6057/1/09E01493.PDF
Salusu, J.. (2002). Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan
Organisasi Non-Profit. Jakarta: Grasindo.
Suryadi, K. dan M. Ali R.. (2000). Sistem Pendukung Keputusan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Syamsi, I.. (2007). Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi