• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA

SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR

KABUPATEN BEKASI

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Sastra

oleh

Iis Irmawan Solehah

NIM 1105146

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan, bahwa skripsi dengan judul “Pengakuan Keesaan Tuhan

dalam Mantra Sahadat Sunda Di Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi”

beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak

melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika ilmiah yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan

ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya,

apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran atas etika keilmuan

dalam karya saya ini, atau ada klaim pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2015 Yang membuat pernyataan,

(3)

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Iis Irmawan Solehah NIM 1105146

disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I,

Drs. Memen Durachman, M.Hum. NIP 196306081988031002

Pembimbing II,

Dr. Tedi Permadi, M.Hum. NIP 197006242006041001

Mengetahui

Ketua Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

(4)

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengakuan Keesaan Tuhan dalam Mantra Sahadat Sunda Di Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi

Iis Irmawan Solehah

Abstrak

Mantra Sahadat Sunda (MSS) merupakan suatu serangkaian kalimat yang di dalamnya terdapat fungsi sebagai sistem proyeksi, pendidikan dan hiburan. Adapun kandungan makna pada teks MSS berupa nasehat-nasehat dalam kehidupan sehari-hari mengenai konteks Tuhan. Penggunaan MSS bermaksud agar di jauhkan dari yang akan mendzolimi dan hal yang tidak baik. Penulis melakukan penelitian dengan observasi didapatkan sampel teks Mantra Sahadat Sunda (MSS) di Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi, dengan ruang lingkup tiga desa yaitu desa Serta Jaya, Jati Baru, dan Jati Reja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif analisis. Artinya, peneliti akan mendeskripsikan fakta-fakta yang ada pada teks Mantra Sahadat Sunda (MSS) berdasarkan penjelasan penutur pada setiap desa. Hasil analisis teks Mantra Sahadat Sunda (MSS) berupa analisis kalimat, bunyi, irama, diksi, gaya bahasa, tema, fungsi dan makna. Berdasarkan hasil analisis dari ketiga teks Mantra Sahadat Sunda (MSS) didapatkan tema pada ketiga teks Mantra Sahadat Sunda (MSS) yaitu

“Pengakuan Keesaan Tuhan”. Diksi yang menunjukan mengenai pengakuan keesaan tuhan yaitu diksi tunggal, tuhan, tuan dan pun sapun. Diksi tersebut terdapat pada teks MSS yang dianalisis. Tema tersebut merupakan gambaran besar mengenai makna diksi pada teks Mantra Sahadat Sunda (MSS).

(5)

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Recognition of the Unity of God in the Creed Mantra Sunda In Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi

Iis Irmawan Solehah Abstract

Mantra Creed Sunda (MSS) is a series of sentences in which there are as a function of projection systems, education and entertainment. As for the meaning of the text content of MSS in the form of advice in the daily life of the context of God. Intended for the use of MSS in the going away from reviling and things that are not good. The author conducted the study with observations obtained sample text Mantra Creed Sunda (MSS) in the Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi, with the scope of the three villages of As Serta Jaya, Jati Baru and Jati Reja. The method used in this research is descriptive method of analysis. That is, researchers will describe the facts that existed at the Mantra text Sunda Creed (MSS) based on the explanation of speakers in each village. The results of text analysis Mantra Creed Sunda (MSS) in the form of sentence analysis, sound, rhythm, diction, style, theme, function and meaning. Based on the analysis of three texts Mantra Creed Sunda (MSS) obtained in the third theme text Mantra Creed Sunda (MSS) that "recognition of the Unity of God". Diction which shows the recognition of the oneness of God is a single diction, god, lord and was sapun. The diction MSS contained in the analyzed text. The theme is a big picture of the meaning of the text Mantra diction Creed Sunda (MSS).

(6)

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

iv DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Mantra ... 7

B. Struktur ... 8

C. Formula sintaksis ... 9

D. Fungsi ... 9

E. Kategori ... 10

(7)

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

G. Bentuk ... 11

H. Formula bunyi ... 11

I. Irama ... 11

J. Gaya bahasa ... 12

K. Diksi ... 12

L. Tema ... 13

M. Konteks Penuturan ... 14

N. Proses penciptaan ... 15

O. Fungsi Foklor ... 16

P. Teori Semiotik ... 18

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN ... 19

A. Metode penelitian ... 19

B. Objek penelitian ... 19

C. Teknik penelitian ... 19

1. Prosedur penelitian ... 19

2. Teknik pengumpulan data ... 20

a. Perekaman ... 20

b. Dokumentasi ... 20

c. Wawancara ... 21

d. Pengamatan ... 21

D. Instrumen penelitian ... 21

(8)

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 23

A. Analisis MSS Desa Serta Jaya ... 23

1. Analisis Sturktur Teks MSS ... 23

a. Formula sintaksis ... 25

b. Formula bunyi ... 33

c. Formula irama ... 40

d. Gaya bahasa ... 47

e. Diksi ... 51

f. Tema ... 53

g. Pengakuan keesaan tuhan ... 81

2. Proses Penciptaan Teks MSS ... 81

a. Proses pewarisan ... 81

b. Proses penciptaan ... 82

3. Konteks Penuturan Teks MSS ... 82

4. Fungsi ... 95

5. Makna ... 97

B. Analisis MSS Desa Jati Baru ... 100

1. Analisis Sturktur Teks MSS ... 100

a. Formula sintaksis ... 102

b. Formula bunyi ... 112

c. Formula irama ... 124

d. Gaya bahasa ... 131

e. Diksi ... 133

(9)

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii

g. Pengakuan keesaan tuhan ... 157

2. Proses Penciptaan Teks MSS ... 157

a. Proses pewarisan ... 157

b. Proses penciptaan ... 158

3. Konteks Penuturan Teks MSS ... 158

4. Fungsi ... 171

5. Makna ... 173

C. Analisis MSS Desa Jati Reja ... 176

1. Analisis Sturktur Teks MSS ... 176

a. Formula sintaksis ... 177

b. Formula bunyi ... 180

c. Formula irama ... 185

d. Gaya bahasa ... 188

e. Diksi ... 189

f. Tema ... 190

g. Pengakuan keesaan tuhan ... 202

2. Proses Penciptaan Teks MSS ... 202

a. Proses pewarisan ... 202

b. Proses penciptaan ... 203

3. Konteks Penuturan Teks MSS ... 204

4. Fungsi ... 215

5. Makna ... 216

(10)

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

(11)

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Analisis Kalimat kedua MSS Serta Jaya ... 27

Tabel 4.2 Analisis Kalimat ketiga MSS Serta Jaya ... 28

Tabel 4.3 Analisis Kalimat keempat MSS Serta Jaya ... 29

Tabel 4.4 Analisis Kalimat kelima MSS Serta Jaya ... 31

Tabel 4.5 Analisis Kalimat keenam MSS Serta Jaya ... 32

Tabel 4.6 Irama (MSS Desa Serta Jaya) ... 45

Tabel 4.7 Analisis Kalimat pertama MSS Jati Baru ... 104

Tabel 4.8 Analisis Kalimat kedua MSS Jati Baru ... 106

Tabel 4.9 Analisis Kalimat ketiga MSS Jati Baru ... 108

Tabel 4.10 Analisis Kalimat keempat MSS Jati Baru ... 110

Tabel 4.11 Analisis Kalimat kelima MSS Jati Baru ... 112

Tabel 4.12 Irama (MSS Desa Jati Baru) ... 108

Tabel 4.13 Analisis Kalimat kedua MSS Jati Reja ... 178

Tabel 4.14 Analisis Kalimat ketiga MSS Jati Reja ... 179

Tabel 4.15 Analisis Kalimat keempat MSS Jati Reja ... 180

(12)

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Motif Teks MSS Desa Serta Jaya ... 77

Gambar 4.2 Silsilah Keturunan Penutur ... 81

Gambar 4.3 Letak Rumah Penutur MSS Serta Jaya ... 86

Gambar 4.4 Motif Teks MSS Desa Jati Baru ... 154

Gambar 4.5 Silsilah Keturunan Penutur ... 157

Gambar 4.6 Letak Rumah Penutur MSS Jati Baru ... 162

Gambar 4.7 Motif Teks MSS Desa Jati Reja ... 200

Gambar 4.8 Silsilah Keturunan Penutur ... 203

(13)

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

xi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN ... 217

1. Data Narasumber MSS Serta Jaya ... 218

2. Data Narasumber MSS Jati Baru ... 219

(14)

1

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengakuan keesaan Tuhan dalam mantra “Sahadat Sunda” pengakuan keislaman sebagai mana dari kata “Sahadat” itu sendiri. Sahadat diucapkan

dengan lisan dan di yakini dengan hati. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, hlm. 1401) “Syahadat” persaksian dan pengakuan (ikrar) yang benar, diikrarkan dengan lisan dan dibenarkan dengan hati bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah.

Adapun arti “Sahadat” menurut masyarakat tradisional sunda merupakan

suatu istilah bagi sebutan kalimat sakral yang diyakini sebagai bagian dari tertib hidup Budaya Sunda Wiwitan. Sahadat menurut ajaran Sunda Wiwitan diartikan sebagai rangkaian kalimat berisi doa-doa atau jampe-jampe yang disampaikan kepada Sang Pencipta Alam sesuai dengan kebutuhan, kegiatan atau masalah

yang dihadapi, dan diucapkan tidak sembarangan ada kramanya” (Kurnia dkk;

2010: 90). Dari pendifinisian di atas, tentunya memiliki konsekwensi, bahwa jampe-jampe yang memenuhi syarat sebagaimana sahadat dapat dikatagorikan sebagai sahadat dalam pengertian Jampe, bukan dalam pemahaman sahadat dalam pengertian islam.

Tradisi lisan telah berkembang di Indonesia sebelum masyarakat Indonesia mengenal aksara. Tradisi lisan pada awalnya subur dan berkembag di seluruh nusantara dan menjadi salah satu kekayaan budaya masyarakat Indonesia. Setelah aksara masuk ke nusantara, tradisi lisan tidak hilang, teteapi berkembang beriringan dengan tradisi tulisan. Hal-hal yang terlahir dan mentradisi dalam suatu masyarakat yang merupakan warisan nenek moyang. Pada dasarnya, suatu tradisi dapat disebut sebagai tradisi lisan jika tradisi tersebut dikatakan (oleh penutur) dan didengar (oleh penonton).

(15)

2

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

juga tidak dapat lepas dari sejarah karena tradisi merupakan hal yang diwariskan secara turun-temurun. Itu berarti tradisi lisan tentu berhubungan dengan masa lalu atau sejarah suatu daerah.

Selain tradisi lisan dan sastra lisan, satu lagi bidang yang berhubungan dengan kelisanan adalah folklor. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008,

hlm. 414) folklor adalah „adat-istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, tetapi tidak dibukukan. Pengertian kedua

adalah „ilmu adat-istiadat tradisional dan cerita rakyat yang dibukukan. Menurut Dundles, folklor adalah kebudayaan yang diturunkan secara turun-temurun oleh sekelompok masyarakat atau dalam suatau komunitas yang kolektif. Ini berkaitan dengan pengertian flok yang berarti komunitas yang kolektif dan lore yang berarti tradisi yang diturunkan secara turun-temurun.

Salah satu tradisi lisan yang hampir punah yaitu mantra “Sahadat Sunda”, mantra “Sahadat Sunda” atau disingkat MSS ini adalah sebuah tradisi di

Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi dari masyarakat Sunda yang penyebarannya turun-temurun melalui lisan. Mantra ini sebenarnya tidak semua masyarakat Sunda mempunyainya, karena tidak semua masyarakat Sunda percaya dengan adanya MSS di samping itu, mantra ini tidak tahu siapa yang menciptakannya, sehingga orang bebas untuk menafsirkan isinya.

(16)

3

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bermantra yang dimiliknya kepada siapa saja. Penutur harus mewariskan mantra kepada orang yang memang cocok untuk mewarisinya.

Dewasa ini, MSS yang merupakan salah satu tradisi lisan yang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi. Melainkan berbeda dengan masyarakat yang berada di pelosok pedesaan, itupun hanya sebagian masyarakat yang masih memegang teguh tradisi leluhur didalam menjalankan kehidupan mereka. Dimana yang kita tahu nenek moyang kiat menciptakan tradisi atau kebudayaan tersebut ada maksud dan tujuannya. Akan tetapi lunturnya tradisi nenek moyang yang selama ini dipegang teguh sebagian besar masyarakat di Kecamatan Cikaranag Timur, Kabupaten Bekasi dikarenakan pesatnya arus kehidupan era globalisasi yang sebagian masyarakat enggan terpaku terhadap ajaran para leluhur meraka dahulu.

Berdasarkan gambaran di atas, mantra ini menarik untuk diteliti. Dalam perjalanannya sastra lisan menemukan tempat dan bentuknya masing-masing di tiap-tiap daerah pada ruang etnik dan suku yang mengusung flok budaya dan adat yang beda-beda. Oleh karenanya, sebagai salah satu data budaya sastra lisan dapat dianggap sebagai pintu untuk memahami salah satu mungkin seluruh unsur kebudayaan yang bersangkutan.

Penelitian mengenai mantra Sahadat Sunda ini pernah dilakukan oleh Iis Irmawan Solehah dalam makalahnya berjudul Analisis Struktur, Fungsi, dan

Makna Sahadat Sunda di Desa Hegar Manah pada tahun 2012. Kajian tersebut

memaparkan mengenai struktur, konteks penuturan, proses penciptaan, dan fungsi.

(17)

4

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Desa, menunjukan bahwa tempat tersebut yakni Kecamatan Cikarang Timur kabupaten Bekasi memiliki tradisi maupun sastra lisan dalam MSS yang menarik untuk diteliti.

B. Identifikasi Masalah

Dalam latar belakang masalah, muncul beberapa permasalah dalam penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Permasalahan-permasalahan itu antara lain, sebagai berikut.

1. Kemajuan pembangunan dan modernisasi menyebabkan perkembangan tradisi lisan terhambat bahkan hampir punah.

2. Tradisi lisan mulai ditinggalkan oleh masyarakat terutama oleh generasi muda.

3. Kurangnya upaya pemerintah dan masyarakat untuk melestarikan tradisi lisan termasuk mantra.

4. Penutur MSS sudah mulai berkurang.

5. Pewarisan mantra terhambat sebab generasi muda tidak tertarik menjadi penutur MSS yang dianggap kuno.

6. Penuturan MSS sudah jarang dilaksanakan.

C. Batasan Masalah

Setelah melihat masalah-masalah yang muncul pada bagian identifikasi masalah, peneliti mencoba untuk membatasi penelitian ini ke dalam ranah-ranah yang dapat peneliti kerjakan, yaitu sebagai berikut.

1. Penelitian ini akan terfokus pada teks MSS.

2. MSS yang akan dianalisis adalah mantra yang dituturkan ketika akan melakukan sesuatu hal yang bersifat positif tergantung kehendak si pemilik mantra tersebut.

(18)

5

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Rumusan Masalah

Dalam penelitian ini akan dibahas beberapa masalah, yaitu:

1. Bagaimana struktur dalam teks MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi?

2. Bagaimana proses penciptaan MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi?

3. Bagaimana konteks penuturan yang terdapat pada MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi?

4. Bagaimana fungsi dari MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi?

5. Apa makna yang terkandung dalam MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi?

6. Bagaimana pembuktian keeasaan tuhan dalam teks MSS di Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi?

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

a. struktur dalam teks MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi;

b. penciptaan MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi; c. konteks penuturan yang terdapat pada MSS di Kecamatan Cikarang

Timur, Kabupaten Bekasi;

d. fungsi dari MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi; e. makna yang terkandung dalam MSS di Kecamatan Cikarang Timur,

(19)

6

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

f. keesaan tuhan dalam MSS di Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi;

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

a. Menambah pengetahuan mengenai MSS yang ada di masyarakat.

b. Memberikan pengetahuan mengenai perkembangan sastra lisan di masyarakat, khususnya MSS.

c. Menambah khazanah ilmu pengetahuan, khususnya sastra lisan. 2. Manfaat Praktis

a. Sebagai langkah pendokumentasian sastra lisan khususnya MSS. b. Menggali kearifan dan nilai di masyarakat yang harus dilestarikan. c. Sebagai acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai sastra

(20)

19

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode tersebut merupakan metode gabungan dari dua metode. Penggabungan dua metode dalam sebuah penelitian diperbolehkan dengan syarat kedua metode yang digabungkan tidak bertentangan (Ratna, 2011, hlm. 53).

Metode deskriptif analisis ialah cara mendeskripsikan fakta-fakta pada objek penelitian kemudian dianalisis. Penelitian ini akan mendekripsikan MSS, kemudian hasil deskripsi tersebut akan dilakukan analisis mengenai MSS baik struktur, konteks pertunjukan, proses penciptaan, fungsi dan maknanya.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian berupa penuturan MSS yang dituturkan oleh pemilik MSS tersebut. Penuturan mantra tersebut direkam untuk kemudian menjadi data penelitian yang akan dianalisis. Teks mantra yang digunakan dalam peneltian ini ialah tiga teks MSS yang berada di Desa Jati Reja, Desa Sertajaya, dan Desa Jati Baru Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi. Teks MSS tersebut menggunakan bahasa Sunda, terdapat pula kalimat berbahasa Jawa dan Arab. Informan juga menyatakan bahwa saat ini, hanya informan yang masih menuturkan mantra di keluarganya. Generasi penerusnya belum ada yang mau dan dianggap belum ada yang cocok untuk menjadi penutur selanjutnya.

C. Teknik Penelitian 1. Prosedur Penelitian

(21)

20

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendapatkan data penelitian. Alat yang digunakan untuk perekaman tersebut ialah alat rekam atau handphone yang kompatibel. Kedua, melakukan transkripsi data. Transkripsi ialah kegiatan mengalihkan tuturan dalam bentuk bunyi ke dalam tulisan dengan menggunakan lambang-lambang bunyi. Ketiga, melakukan penerjemahan MSS, berbahasa Sunda pada umumnya, ada beberapa diksi sebagai serapan yang berbahasa Jawa dan Arab, penerjemahan yang akan dilakukan ialah menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Keempat, analisis MSS. Analisis dalam penelitian ini akan menggunakan teori struktur yang digunakan dalam analisis teks. Selain itu pula akan dianalisis bagaimana konteks penuturan dan proses penciptaan juga apa fungsi dan makna MSS bagi masyarakat pemiliknya denga menggunakan teori semiotika. Terakhir, menyimpulkan hasil analisis. MSS yang akan dianalisis berjumlah tiga teks mantra, dari analisis tiap teks mantra akan ditarik kesimpulan secara keseluruhan.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian MSS di Desa Serta Jaya, Desa Jati Baru, dan Desa Jati Reja, Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi, yaitu:

a. Perekaman

Perekaman dilakukan untuk menyimpan data karena data pada penelitian ini berupa data visual dan audio visual sebagai data yang nantinya akan dijadikan landasan penelitian.

Perekaman dilakukan ketika informan menuturkan mantra. Perekaman berupa rekaman audio visual. Perekaman tersebut dilakukan untuk mengambil data asli penuturan langsung dari penutur, selain itu juga sebagai dokumentasi data.

b. Dokumentasi

(22)

21

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam proses analisis. Pengambilan foto bertujuan untuk mengabadikan proses perekaman dan mengambil foto informan.

c. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berlandaskan kepada tujuan penelitian (Lerbin,1992 dalam Hadi, 2007). Tanya jawab

‘sepihak’ berarti bahwa pengumpul data yang aktif bertanya, sermentara

pihak yang ditanya aktif memberikan jawaban atau tanggapan. Dari definisi itu, kita juga dapat mengetahui bahwa tanya jawab dilakukan secara sistematis, telah terencana, dan mengacu pada tujuan penelitian yang dilakukan.

Wawancara yang dilakukan merupakan wawancara sederhana untuk mengetahui informasi mengenai teks mantra. Daftar pertanyaan yang diajukan ialah daftar pertanyaan bebas terkait informasi yang diperlukan dalam penelitian.

d. Pengamatan

Pengamatan dilakukan untuk melihat penuturan mantra yang dilaksanakan sesuai konteks penuturannya. Dalam hal ini, pengamatan dilakukan untuk mengetahui kebenaran data dan fakta di lapangan apakah MSS masih digunakan atau sudah mulai ditinggalkan.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah berupa lembar pengamatan. Berupa lembar pengamatan dan lembar pertanyaan. Moleong (2007, hlm. 168) mengatakan bahwa manusia (peneliti) merupakan instrumen penelitian kualitatif karena manusia merupakan alat pengumpul data.

E. Pendekatan Penelitian

(23)

22

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

holistik. Pendekatan holistik banyak digunakan oleh para ahli folklor modern. Pendekatan ini memperhatikan kedua aspek yang ada dalam folklor, yaitu folk dan lore-nya (Danandjaja dalam Pudentia, 2008, hlm. 61).

(24)

219

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V SIMPULAN A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis Keesaan Tuhan dalam Mantra Sahadat Sunda Di Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut:

1) Simpulan Struktur

Dalam menganalisis struktur kita menganalisis formula sintaksis yang mendominasi dari ketiga teks MSS di Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi adalah fungsi subjek dan keterangan (tempat dan suasana perasaan). Dominasi fungsi subjek dalam teks MSS menandakan teks mantra dini mendeskripsikan (perasaan) pelaku sebagai penutur MSS. Sedangkan fungsi keterangan (tempat dan suasana perasaan) merepresentasikan tempat dan keadaan yang diharapkan penutur MSS. Setiap kata yang merujuk pada keterangan tempat dijadikan sebagai metaforis untuk mencapai tujuan. Dominasi fungsi keterangan dalam teks MSS menandakan jika teks in berisi harapan dari penuturnya. Berdasarkan kategori kata, kelas kata frasa nomina mendominasi teks MSS. Dominasi kelas kata frasa nomina berkaitan dengan alat ‘sahadat’ yang dijadikan media penyampaian harapan. Dalam keseluruhan teks MSS tidak ada kaliamat repetisi.

Berdasarkan peran dalam kalimat, kata dalam teks MSS mendominasi sasaran, perbuatan dan pelaku. Dominasi ini berkaitan dengan dominasi fungsi pada teks MSS. Peran pelaku dipengaruhi oleh banyaknya fungsi subjek. Sedangkan peran pelaku dipengaruhi oleh fungsi keterangan.

Pola kalimat yang sederhana pada teks MSS membantu dalam proses penciptaan dan pewarisan. Struktur seperti ini memudahkan dalam proses penciptaan karena memiliki susunan kalimat yang rapih. Hal tersebut dikarenakan teks MSS dibentuk dengan kata-kata yang mudah dituturkan dan diingat.

(25)

220

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berisi doa dari penutur yang menginginkan doanya di kabul oleh Allah. Artinya tidak mengherankan jika asonansi /a/ menjadi asonansi yang dominan, karena teks MSS mencerminkan harapan dan keinginan penutur (dominasi vokal /a/ menimbulkan kesan khusyuk). Aliterasi yang mendominasi bunyi-bunyi parau, menghasilkan suasana yang berkaitan dengan kesedihan, namun kombinasi bunyi-bunyi parau dalam teks MSS tidak selalu berkaitan dengan suasana kesedihan, karena dalam teks MSS bunyi parau membangun berbagai suasana, seperti kekuatan dan suasana khusyuk (penuh pengharapan, berkaitan dengan proses berdoa). Konsonan yang dominan muncul yaitu bunyi liquida, efek dari kombinasi bunyi ini menghasilkan bunyi enak didengar dan mudah dituturkan. Repetisi pada suku kata tertentu memudahkan proses penciptaan dan penghafalan, karena dengan pengulangan kata dan suku kata mempermudah pada saat penuturan dan pada saat proses menghafal.

Formula irama yang mendominasi dari ketiga teks MSS di Kecamatan Cikarang Timur kabupaten Bekasi adalah didominasi oleh nada-nada bernada pedek, hal tersebut mengindikasikan teks MSS termasuk dalam mantra yang menyertai aktivitas. Dari ketiga teks MSS tidak ditemukan kekhasan (lagam) ketika dituturkan. Pola suku kata yang tidak beraturan menandakan jika teks MSS tidak termasuk dalam ciri-ciri rarakitan dan wawangsulan (termasuk dalam sisindiran Sunda, dengan pola a,b,a,b atau a,a,b,b larik pertama dan kedua berupa sampiran, larik ketiga dan keempat merupakan isi) dalam sastra melayu disebut dengan pantun melayu. Artinya mantra memiliki pola irama dan struktur larik tersendiri. Penempatan larik yang berperan sebagai pembuka, isi, tujuan, penuturan, dan penutup mantra dapat disimpan secara bebas, karena tidak terikat dengan patokan-patokan tertentu.

(26)

221

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bentuk pola irama yang tidak terikat dengan lagam tertentu, mempermudah penutur pada proses penciptaan dan pewarisan. Hal tersebut dikarenakan penutur tidak harus menghafal mantra beserta lagamnya. Untuk diketahui hasil dari kombinasi bunyi dan repitisi kata pada teks MSS, dengan sendirinya membentuk pola irama tertentu (lagam penuturan dengan nada-nada pendek dengan kombinasi beberapa penekanan pada bunyi-bunyi sengau). Penempatan bunyi sengau seperti /ng/ /n/ /m/ pada akhir larik menghasilkan bunyi dan irama purwakanti, sehingga memberikan kesan artistik pada teks MSS. Adapun repitisi kata dan pengulangan bunyi-bunyi vokal dam teks MSS, memberikan kemudahan pada penutur, khususnya pada saat proses penciptaan dan pewarisan, karena teks MSS lebih mudah diingat dan dituturkan.

Gaya bahasa yang mendominasi dari tiga teks MSS di Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi adalah metafora, hiperbol, dan personifikasi. Gaya bahasa dalam teks MSS memberikan pengaruh terhadap sugesti penggunanya. Hal tersebut dikarenakan diksi-diksi yang membentuk gaya bahasa tertentu berdampak pada rasa dan suasana yang ditimbulkan. Pada tiga teks MSS terdapat larik-larik yang mendeskripsikan suasana perasaan seseorang dengan menggunakan bahasa yang kontraktif, hal ini sangat menarik karena maksud dan tujuan penuturan MSS tersurat dalam ungkapan-ungkapan doa yang berupa permohonan. Berbagai gaya bahasa yang terkandung dalam teks MSS memberikan kontribusi pada proses penuturan dan proses pewarisan. Teks MSS yang terbentuk dari berbagai gaya bahasa seperti metafora, hiperbol, personofokasi memberikan kesan artistik (keindahan bahasa) pada teks MSS. Pemilihan diksi pada gaya bahasa tersebut menghasilkan bunyi yang ritmis dan makna yang mendalam. Penggunaan gaya bahasa dalam teks MSS mempermudah pada saat pewarisan dan penuturan.

(27)

222

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

doa-doa atau jampe-jampe yang disampaikan kepada Sang Pencipta Alam sesuai dengan kebutuhan, kegiatan atau masalah yang dihadapi, dan diucapkan tidak sembarangan ada kramanya. (Asep Kurnia, dkk. 2010. Hlm. 90). Pengertian Sahadat Buhun berbeda dengan maksud Sahadat (Syahadat) yang dimaksud dalam agama Islam. Berdasarkan kamus bahasa Indonesia Sahadat (Syahadat) berarti (1) pengakuan kesaksian (2) pengakuan atau kesaksian iman-islam sebagai rukun yang pertama. Bahasa Sunda disebutkan, bahwa Sahadat merupakan pernyataan kayakinan Islam. Sahadat yang terbentuk dari kombinasi konsonan /s/ /h/ /d/ /t/ dengan vokal /a/ menghasilkan bunyi yang enak didengar dan mudah pada saat diucapkan. Berbeda dengan kata syahadat yang terbentuk dari kombinasi konsonan /s/ /y/ /h/ /d/ /t/ dengan vokal /a/ menghasilkan bunyi yang sedikit berat, karena terdapat penekanan pada konsonan /y/.

Penggunaan diksi yang termasuk dalam bahasa Jawa ragam sedang yaitu kata wong manusa. Kata ini merupakan kata yang berasal dari bahasa Jawa, dalam undak usuk bahasa Jawa kata wong manusa termasuk dalam bahasa krama ngoko atau bahasa sedang (Coolsma, 1985, hlm. 22-24). Pengaruh bahasa Jawa terhadap bahasa Sunda memang sangat terlihat, sehingga tidak mengherankan jika banyak diksi atau kata-kata bahasa Sunda yang sebenarnya serapan dari bahasa Jawa. Adapun pemilihan diksi wong manusa pada teks MSS memberikan nilai rasa yang berbeda, karena memberikan efek yang lebih dramatis (kesan mendalam). Lain halnya jika diksi wong manusa diganti dengan diksi kaula (sinonim dari kata wong manusa), maka rasa yang ditimbulkan akan berbeda, karena diksi kaula lebih memperlihatkan sisi keangkuhan sehingga terkesan sombong. Meskipun maknanya sama namun kesan yang ditimbulkan jauh berbeda. Hal ini menunjukan jika pemilihan diksi sangat berpengaruh pada keseluruhan makna.

Mengacu pada tiga teks MSS terdapat tiga kombinasi bahasa terlihat saling berkorelasi, karena sesuai dengan konteks dan koteks MSS. Misalnya diksi-diksi yang mencerminkan harapan penutur, dipilih diksi yang bernuansa keteguhan, sehingga efek yang ditimbulkan terkesan artistik (indah). Adapun diksi-diksi yang mendeskripsikan perasaan bahagia (sasaran penutur), terlihat menggunakan diksi yang bernuansa ceria, seperti kata pulau napas, sehingga memberikan kesan kebingungan dan kegundahan.

(28)

223

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

perumusan dari gabungan motif yang terkandung dalam teks MS. Setiap kata dalam tema tersebut mewakili gagasan utama dalam enam motif yaitu

“pengakuan keesaan Tuhan”, (merupakan frasa yang mewakili harapan penutur MSS).

Dalam konteks berdoa, MSS termasuk ke dalam rangkaian doa, karena tujuan penuturan MSS, yaitu untuk mengutarakan harapaan penutur kepada Allah Swt. Harapan yang diinginkan penutur, merupakan sistem proyeksi yang sifatnya sederhana, yaitu ingin doanya di kabulkan oleh Allah. Manusia pada teks MSS merupakan pelaku yang melakukan aktivitas berdoa. Jika dideskripsikan, tema MSS adalah keagungan Tuhan, setelah menuturkan MSS yang berupa rangkaian doa (kepada Allah), agar doanya di kabulkan oleh Allah karena Allah itu maha agung.

Pembentukan tema MSS merupakan proses panjang dalam mencari gagasan pokok teks MSS. Tema MSS bersifat kompleks, karena menyangkut sistem yang melatarbelakangi kelahiran MSS. Hasil analisis tema MSS, membuktikan jika masyarakat Sunda merupakan masyarakat yang mempercayai kekuatan doa, sehingga tidak mengherankan jika mantra-mantra seperti ini tumbuh dan berbaur dalam kehidupan masyarakat Sunda.

Berdasarkan berbagai formula peneliti dapat menyimpulkan bahwa pemilihan struktur kalimat yang jelas dan pemilihan diksi yang tepat membuat tema yang terkandung dalam teks MSS sampai pada pembaca. Bunyi-bunyi yang dihasilkan pada teks MSS juga mudah diingat dan dilafalkan. Irama pada teks MSS ini menggunakan nada pendek sehingga mudah di ucapkan. Diksi yang digunakan dalam teks MSS menggunakan bahasa Sunda, bahasa Jawa, dan bahasa Arab, akan tetapi di dominasi oleh bahasa Sunda. Gaya bahasa yang terkandung dalam teks MSS ini beragam seperti: hiperbola, metafora, personifikasi, simile atau perumpamaan, dan repitisi. Tema yang terbentuk dari teks MSS keagungan Tuhan.

2) Simpulan Proses Penciptaan

(29)

224

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara lisan, dilakukan secara turun-temurun. Teks MSS bisa bertahan dari generasi ke generasi karena MSS ini diturunkan kepada generasi si penutur. Hal ini yang menjadi sebuah ciri tradisi lisan.

Proses penciptaan tiga teks MSS di Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi adalah sama seperti ciri tradisi lisan lainnya, MSS disebarkan secara regenerasi (turun temurun), lahir dari masyarakat bercorak pedesaan dan tidak diketahui pengarangnya atau anonim. Yang jelas MSS tersebar dan menjadi penting di masyarakat sunda. Tentu penyebaran MSS ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan pribadi atau keluarga sunda pada masa itu. Untuk mempertahankan tradisi generasi tersebut dan lebih khusus MSS di gunakan untuk menjaga keluarganya. Proses penciptaan teks MSS oleh penutur, yaitu dilakukan secara tekstual dengan adanya alat bantu, seperti kertas atau catatan. Isi MSS yang cukup panjang mencakup sebelas larik mungkin saja menjadi salah satu faktornya.

3) Simpulan Konteks Penuturan

Konteks penuturan Waktu dituturkannya mantra ini adalah pada waktu dimana saja asalkan tidak ditempat kotor dan sesuka hati penutur untuk membacakannya. Alat yang dipakai untuk penuturan hanyalah alat ucap penutur itu sendiri. Biasanya tuturan ini dilakukan seorang diri. Tuturan dilakukan di rumah peneliti yang dominann masyarakat sekitarnya adalah masyarakat modern dengann budaya yang berbeda tetapi tetap sahaja dan kondisi sosial yang dominan adalah masyarakat kelas menenggah keatas.

4) Simpulan Fungsi

Terdapat dua fungsi pada MSS ini. Fungsi pertama dari tradisi lisan ini mencakup beberapa aspek, baik dari segi aspek masyarakat sebagai penggunaanya maupun aspek sosial budaya. Fungsi kedua adalah fungsi pendidikan pada teks MSS berkaitan dengan masalah kemistikan, kebudayaan, dan kedisiplinan hidup.

Berdasarkan analisis tiga teks MSS di Kecamatan Cikarang Timur Kabupaten Bekasi terdapat dua fungsi sastra lisan. Fungsi pertama sebagai sistem proyeksi. Seperti kita ketahui pada MSS sistem proyeksi merupakan sebuah tujuan ataupun niat yang disampaikan kepada Tuhan. Seperti larik /Nur putih sahadat sunda,

tunggal gusti kalawan kaula, kaulaku kalawan pangeran/. Kata sunda jika dilihat

(30)

225

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tradisi yang khas berkenaan dengan penghambaan dirinya kepada sang pencipta. Hal tersebut terlihat pada diksi penghambaan keagungan sang pencipta yang terdapat pada frasa kaulaku kalawan pangeran yang mempunyai arti saya selalu bersama tuhan. Makna frasa yang terkandung dalam arti kalimat tersebut sangatlah besar. Mengingat dalam MSS, penutur selalu menyerahkan dirinya hanya kepada Tuhannya (Allah SWT) sebagai tujuan akhir dari segala akhir kehidupannya. Serta mantra ini mempunyai fungsi dan peranan penting dalam kehidupan manusia, terlebih pada saaat menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari. Kekuatan magis yang terdapat pada mantra ini dipergunakan untuk kepentingan pribadi. Khususnya teks mantra digunakan untuk kita yang memang orang sunda.

Fungsi kedua adalah sebagai pendidikan. Fungsi pendidikan pada teks-teks di atas berkaitan dengan masalah kemistikan, kebudayaan, dan kedisplinan hidup. Adapaun fungsi ini terdapat pada teks /pangeranku kersa ning Allah/. Frasa pangeran merupakan denotasi menggambarkan sang pencipta yang patut disembah dan diagungkan ialah Allah. Hal ini sejalan dengan isotopi keyakinan pada frasa Allah yang mempunyai komponen makna bersama sifat yang gaib dan kekal. Sehingga patut dikatakan zat Allah merupakan Maha Kuasa dan Maha Perkasa.

Fungsi pendidikan yang berkaitan dengan masalah kemistikan dapat ditinjau dari sejarah kepercayaan dan mentalitas masyarakat pada masa lampau. Fungsi pendidikan mengenai masalah kemistikan ini berkaitan dengan fungsi pendidikan di bidang sejarah. Bahwa sejarah tentang kepercayaan masyarakat lampau berasal dari kepercayaan animisme dan dinamisme yang berawal dari kesadaran akan adanya jiwa. Jadi fungsi pendidikan dalam masalah kemistikan dapat ditinjau apabila kita mempelajari sejarah masyarakat lampau. Fungsi pendidikan tentang masalah kemistikan itu diketahui dari teks-teks di atas yang mengupas tentang adanya kekuatan gaib.

Fungsi pendidikan yang berkaitan dengan masalah kebudayaan dapat ditinjau dari struktur puisi-puisi mantra. Hal ini menimbulkan kekayaan budaya Indonesia khususnya budaya Sunda dalam hal tradisi lisan. Kebudayaan itu juga tergantung pada tradisi masyaakat Sunda pada zaman dahulu.

5) Simpulan Makna

(31)

226

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang sudah memberikan kenikmatan hidup yang begitu berlimpah sehingga selayaknya seorang hamba memberikan pengorbanan dengan rasa ikhlas sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhannya. Hal tersebut dikarenakan setiap larik atau kalimat terdapat diksi yang jelas menggambarkan peranan Tuhan untuk hambanya yang harus diaplikasikan pada kehidupan sehari-hari.

B. SARAN

Berdasarkan seluruh kegiatan penelitian teks MSS Desa Serta Jaya, Desa Jati Baru dan Desa Jati Reja yang sudah di analisis. Maka Penulis memberikan saran untuk kedepannya mengenai penelitian selanjutnya. Adapun saran yang diajukan oleh penulis sebagai berikut:

1. Universitas Pendidikan Indonesia, dapat digunakan sebagai acuan atau referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian atau menganalisis puisi lama. 2. Penulis selanjutnya, untuk menganalisis puisi lama penulis selanjutnya harus

menguasai teori semiotika dikarenakan pada proses analisis mantra khususnya teks MSS yang merupakan mantra yang menggambarkan tentang kehidupan sehari-hari. Teori sintaksis yang digunakan untuk memperjelas setiap kata perkata pada teks, gaya bahasa, bunyi, irama, proses penciptaan, proses pewarisan agar dalam melakukan penelitian penulis dapat memehami semua teori yang akan digunakan, dan mengetahui narasumber yang tepat.

(32)

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 227

DAFTAR PUSTAKA

Analisis struktur, makna, dan proses penciptaan mantra “Sahadat Sunda” makalah

Folklore. Bandung: Tidak diterbitkan.

Badrun, Ahmad. 2003. Patu Mbojo: Struktur, Konteks Pertunjukan, Proses. Coolsma, S. 1985. Tata Bahasa Sunda. Jakarta: Djambatan,

Damaianti, Viesmaia S. dan Nunung Sitaresmi. 2005. Sintaksis Bahasa Indonesia. Bandung: Pusat Studi Literasi.Penciptaan, dan Fungsi Disertasi Program

Studi Ilmu Susastra FIB UI. Jakarta: Tidak diterbitkan.

Danandjaja, James. 1984. Folklor Indonesia; ilmu gosip, dongeng dan lain-lain. Jakarta: PT Grafiti Pers.

Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa edisi keempat. Jakarta: Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga). Jakarta: Gramedia Pustaka.

Kurnia, Asep, dkk. 2010. Saatnya Baduy Berbicara. Bumi Aksara.

Pradopo, Rahmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University PreMSS.

Ramlan. M. 2005. Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.

Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusyana, Yus. 1970. Bagbagan Mantra Sunda. Bandung: Proyek Penelitian Pantun dan Folklore Sunda.

Sibarani, Robert. 2013. “Folklor sebagai Media dan Sumber Pendidikan: Sebuah

Ancangan Kurikulum dalam Pembentukan Karakter Siswa Berbasis Nilai

Budaya Batak Toba” dalam Suwardi Endraswara. Folklor Nusantara. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Sukatman. 2009. Butir-Butir Tradisi Lisan Indonesia. Yogyakarta: LaksBang PreMSSindo.

(33)

Iis Irmawan Solehah, 2015

PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 228

Suryani, N.S Elis dan A.Marzuki. 2005. Kamus Bahasa Sunda Buhun. Jatinangor: Alqaprint jatinangor

Soeganda, R. Akip Prawira. 1982. Upacara Adat Di Pasundan. Bandung: Sumur Bandung.

Teeuw, A. 1994. Indonesia antara Kelisanan dan Keberaksaraan. Jakarta: Pustaka Jaya.

Umsari, Sofyan Oyon. 2001. Kamus Dwi Bahasa Indonesia-Sunda. Bandung: Proyek pelestarian Bahasa, sastra dan tatakrama Sunda Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat.

Prawiroatmojo, S. 1981. Bausastra Jawa-Indonesia. Jakarta: PT. Gunung Agung. Zaimar Okke K.S. 1991. Meneusuri Makna Ziarah karya Iwan Simatupang.

Jakarta: Intermasa.

________________. 2008. “Metodologi Penelitian Tradisi Lisan” dalam Pudentia. Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan.

_______________. 2008. “Pendekatan Folklor dalam Penelitian

Bahan-BahanTradisi Lisan” dalam Pudentia. Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Asosasi Tradisi Lisan.

Gambar

Gambar 4.1  Motif Teks MSS Desa Serta Jaya  ...........................................

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini pemakaian jasa internet sebagai sarana untuk memperoleh informasi semakin banyak digunakan karena jangkuannya yang luas, internet sangat ideal bila digunakan sebagai

perjuangan tokoh utama untuk meraih impiannya dalam Novel Biru karya

Melihat dari perjuangan tokoh utama dalam novel Biru karya Agnes Jessica, penulis menggunakan teori psikologi yang mengkaji tentang aspek kejiwaan..

Aspek Geografis yang Melatarbelakangi Pemberian Toponimi di Kota Cirebon... Makna Geografis Toponimi di

Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi ketiga).Jakarta:

Hal ini mendukung pernyataan Smith [8], bahwa tujuan PCA adalah untuk mentransformasi dataset ke arah koordinat fitur yang memiliki korelasi tinggi sehingga memungkinkan

Peningkatan Hasil Belajar Mahasiswa pada Mata Kuliah Pendidikan IPS SD dengan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Program Studi

Chaetognatha dikenal dengan nama cacing panah, adalah sebuah filum dari cacing Chaetognatha dikenal dengan nama cacing panah, adalah sebuah filum dari cacing