• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk-Bentuk Perjuangan Tokoh Utama Mengejar Impian Dalam Novel Biru Karya Agnes Jessica: Kajian Psikologi Sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bentuk-Bentuk Perjuangan Tokoh Utama Mengejar Impian Dalam Novel Biru Karya Agnes Jessica: Kajian Psikologi Sastra"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar

bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (KBBI,edisi

ketiga 2007:588). Dalam penelitian ini terdapat beberapa konsep, yaitu:

1. perjuangan

2. tokoh utama

3. mengejar impian

2.1.1 Perjuangan

Perjuangan adalah sebuah motivasi yang menjadi dorongan tunggal untuk mencapai

suatu keberhasilan atau suprioritas untuk menggantikan perasaan inferior atau lemah.

Beberapa orang berjuang meraih suprioritas dengan sedikit atau tanpa memperhatikan

orang lain. Tujuan mereka bersifat personal dan usaha mereka dimotivasi sebagian

besar oleh perasaan inferior yang berlebihan atau munculnya inferiority complex (Adler dalam Feist 2010:85).

Beberapa orang berpendapat bahwa dalam usahanya meraih tujuan yang bersifat

personal dan mungkin secara sadar atau tidak sadar menyembunyikan

kencenderungan sendiri dibalik kepentingan sosial. Individu-individu yang sehat

peduli dengan tujuan-tujuan yang melebihi diri mereka sendiri, mampu untuk

(2)

2.1.2 Tokoh Utama

Fungsi tokoh dalam cerita dapat dibedakan tokoh sentral dan tokoh bawahan. Tokoh

yang memegang peran pemimpin disebut tokoh utama. Tokoh utama selalu menjadi

tokoh yang sentral dalam cerita, ia bahkan menjadi pusat sorotan dalam cerita

(https://id.m.wikipedia.org sudjiman 1988:17-18).

Nurgiyantoro dalam https://id.m.wikipedia.org (1995:176) mengatakan bahwa,

berdasarkan peranan dan tingkat pentingnya, tokoh terdiri atas tokoh utama

dan tokoh tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan

penceritaannya dalam novel yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang

paling banyak diceritakan baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai

kejadian. Tokoh tambahan kejadiannya lebih sedikit dibandingkan tokoh

utama. Kejadiannya hanya ada jika berkaitan dengan tokoh utama secara

langsung.

2.1.3 Mengejar Impian

Mengejar berarti berlari untuk menyusul (KBBI, 2001:526). Mengejar dapat juga

diartikan sebagai suatu usaha untuk mencapai tujuan akhir. Untuk mencapai tujuan

tersebut dibutuhkan proses yang panjang, perjuangan yang keras, dan pengorbanan

fisik maupun materi.

Impian berarti keinginan yang mustahil atau susah untuk dicapai (KBBI,

2001:744).

Mengejar impian dilakukan manusia semenjak beranjak dewasa, dimana

(3)

yang mau tidak mau harus dipenuhi. Di lain sisi manusia mengejar impian untuk

menyenangkan orang disekitarnya, memperjuangkan kehidupan sosial agar lebih baik

dari sebelumnya. Jadi, mengejar impian merupakan suatu keinginan atau ambisi

untuk mencapai tujuan utama.

2.2 Landasan Teori: Psikologi Sastra

Perkembangan kajian sastra yang bersifat interdisipliner telah mempertemukan ilmu

sastra dengan berbagai ilmu lain, seperti psikologi yang sangat erat kaitannya dengan

sastra. Sastra itu muncul dari dalam jiwa dan ditunjukkan dengan berbagai macam

emosi melalui proses imajinasi yang tinggi. Psikologi dan sastra saling

membutuhkan, dimana sastra itu muncul karena adanya rasa yang ingin dicurahkan

dari dalam jiwa manusia. Itulah yang membuat karya sastra itu menarik. Jatman dan

Roekhan dalam Endraswara (2008:87-89) mengatakan bahwa,

Sastra sebagai “gejala kejiwaan”, di dalamnya terkandung fenomena

-fenomena kejiwaan yang tampak lewat prilaku tokoh-tokohnya. Dengan

demikian, karya sastra dapat didekati dengan menggunakan pendekatan

psikologi. Sastra dan psikologi terlalu dekat hubungannya. Meskipun

sastrawan jarang berpikir secara psikologis, namun karyanya tetap bisa

bernuansa kejiwaan. Hal ini dapat diterima karena antara sastra dan psikologi

(4)

Melihat dari perjuangan tokoh utama dalam novel Biru karya Agnes Jessica, penulis menggunakan teori psikologi yang mengkaji tentang aspek kejiwaan.

1. Psikologi Individual

Alfred Adler yang sering disebut sebagai bapak psikologi individual memiliki

pandangan yang cukup berbeda dengan apa yang telah dikemukakan oleh Sigmund

Freud. Adler melihat manusia lebih banyak dimotivasi oleh pengaruh sosial dan oleh

perjuangan mereka untuk mencapai superiorita atau keberhasilan bukan mereduksi

semua motivasi menjadi seks dan agresi. Freud berasumsi bahwa manusia

mempunyai sedikit pilihan atau tidak mempunyai pilihan sama sekali dalam

membentuk kepribadian mereka, sedangkan Adler percaya bahwa manusia

mempunyai tanggung jawab besar akan siapa diri mereka. Selanjutnya, asumsi Freud

bahwa prilaku saat ini disebabkan oleh pengalaman masa lalu, berlawanan dengan

gagasan Adler, yaitu perilaku saat ini dibentuk oleh pandangan manusia akan masa

depan. Kontras dengan Freud yang sangat menekankan komponen ketidaksadaran

dalam perilaku, Adler percaya bahwa manusia yang sehat secara psikologis biasanya

sadar dengan apa yang mereka lakukan dan mengapa mereka melakukannya (Feist,

2010:76-77).

Psikologi individual Adler terus menekankan nama superiorita. Pengertian dari

superiorita ialah bukan lebih baik dibanding orang lain atau mengalahkan orang lain,

tetapi berjuang menuju kesuksesan. Berarti terus-menerus berusaha menjadi lebih

(5)

orang yang berjuang menjadi superiorita dengan tidak memperhatikan orang lain.

Motivasi dari perjuangan ini jelas merupakan keuntungan pribadi bukan minat sosial.

Perjuangan menjadi superior seharusnya dilatarbelakangi oleh motivasi sosial

sehingga disebut perjuangan menjadi sukses. Motivasi sosial ini disebabkan

keinginan untuk mengangkat atau menyukseskan nilai-nilai kemanusiaan. Keinginan

individu dapat memberi pengaruh besar dalam diri dan sekitarnya. Menurut Adler

(dalam Alwisol, 2009:67), motif utama setiap orang, pria dan wanita, anak dan

dewasa, adalah untuk menjadi kuat, kompeten, berprestasi, dan kreatif. Adler juga

mengartikan protes kejantanan sebagai keinginan wanita memiliki kualitas dan hak

yang oleh budaya diberikan oleh laki-laki, seperti kekuatan, keberanian, indepedensi,

sukses, kebebasan seks, dan hak memiliki partner.

Dalam perjuangan menuju sukses perilaku merupakan hal penting dalam

mencapainya. Adler telah mengemukakan bahwa perilaku penentu masa depan.

Tekad yang kuat akan memberi harapan pada masa yang akan datang. Kepribadian

manusia dibangun bukan oleh realita, tetapi oleh keyakinan mengenai masa

depannya. Keyakinan dan pikiran itulah yang akan membentuk tingkah laku.

Teori psikologi individual menekankan pada kepribadian. Pikiran, perasaan, dan

kegiatan semuanya diarahkan kesatu tujuan tunggal dan mengejar satu tujuan,

sehingga kesemua hal itu akan menghasilkan gaya hidup dari pribadi seseorang.

Gaya hidup tersebut merupakan cara yang unik dalam setiap orang dalam mencapai

(6)

Penjelasan tentang teori kepribadian dari Alfred Adler menjadi landasan teori yang

digunakan dalam penelitian ini. Pemahaman bentuk-bentuk perjuangan dari teori

Alfred Adler mempermudah peneliti utuk mengkaji bentuk-bentuk perjuangan tokoh

utama mengejar impian dalam novel Biru karya Agnes Jessica.

Perjuangan tokoh utama, perempuan cacat yang mengejar impiannya untuk meraih

keberhasilan, yakni mengubah sistem pendidikan di Indonesia melalui metodenya

sendiri merupakan bentuk perjuangan yang diterapkan dalam teori Alfred Adler. Dia

memiliki karakter yang kuat dalam novel ini, pantang menyerah, dan selalu memiliki

pemikiran-pemikiran yang luas tentang kehidupan. Cacat pada kakinya tidak

menurunkan semangatnya untuk berjuang bahkan dia menjadi sumber inspirasi bagi

sekelilingnya. Kecerdasan yang dimilikinya merupakan anugerah yang diberikan

Tuhan sebagai pengganti kakinya untuk melangkah lebih jauh dari yang ia bisa.

Perjuangan tokoh utama mengejar impian mulianya ini membuktikan teori psikologi

kepribadian Alfred Adler dapat memberi kemudahan untuk meneliti bentuk

perjuangannya tesebut.

Alfred Adler mereduksikan seluruh perjuangan keinginan merupakan dorongan

tunggal dalam diri untuk mencapai tujuan akhir atau keberhasilan. Perjuangan yang

juga merupakan sebuah ambisi untuk mencapai tujuan, dijabarkan dalam empat

bentuk, yaitu:

1. Berjuang Mencapai Tujuan akhir

Semua manusia berjuang demi sebuah tujuan akhir, entah itu untuk kepentingan

(7)

karena dapat mempersatukan pribadi dan membuat semua prilaku dapat dipahami.

Sebagai manusia, secara bebas membentuk perilakunya dan menciptakan kepribadian

mereka sendiri sehingga menghasilkan daya kreatif untuk menuju tujuan yang

diinginkan.

2. Daya Juang sebagai Kompensasi

Adler berpendapat bahwa perjuangan untuk meraih keberhasilan tidak lepas

disebabkan oleh perasaan lemah atau kecil, tetapi hal itu yang membuat daya juang

itu meningkat. Setiap manusia tidak lepas dari kekurangan, tetapi hal itu bisa menjadi

dorongan untuk mencapai tujuan. Manusia berjuang meraih superioritas atau

keberhasilan sebagai cara untuk mengganti perasaan inferior atau lemah. Kelemahan

ini memicu perasaan lemah untuk memiliki kecenderungangan bawaan untuk meraih

sesuatu yang utuh atau lengkap. Manusia secara utuh terus menerus didorong

keinginan untuk menjadi utuh. (Feist, 2010:83).

Hampir setiap insan memiliki keinginan untuk mengubah sesuatu yang lemah dalam

diri ke arah yang lebih baik. Hal itu terpacu oleh adanya kelemahan. Dalam hal karya

sastra tercermin dari tokoh-tokoh yang tertulis. Sebagai tokoh yang mencerminkan

kehidupan masyarakat sesungguhnya. Perjuangan demi sesuatu yang diinginkan

dapat digambarkan seorang pengarang ke dalam sebuah karya sastra.

Daya juang itu sendiri merupakan bawaan, tetapi sifat dan daya juang ini ditentukan

oleh perasaan lemah dan tujuan mendapatkan keunggulan. Tanpa sebuah kelemahan

(8)

Keberhasilan merupakan konsep yang dibuat secara individu dan setiap orang

memiliki pengertiannya masing-masing tentang keberhasilan. Tujuan tersebut

memberikan panduan untuk memotivasi, membentuk perkembangan psikologis, dan

memberikannya sasaran.

Dalam daya juang sebagai kompensasi juga terbentuk oleh faktor keturunan dan

lingkungan. Faktor keturunan menentukan potensi untuk memperbaiki atau

mengubah yang terus bejalan, sedangkan faktor lingkungan terbentuk oleh minat

sosial untuk lingkungan sekitar.

3. Berjuang Meraih Superioritas Pribadi

Hal yang menyatakan bahwa motivasi untuk berjuang meraih keberhasilan tanpa

memerhatikan orang lain. Tujuan ini bersifat personal dan usaha termotivasi sebagian

besar oleh perasaan lemah. Hal ini banyak membuat usaha yang berlebihan untuk

mendapatkan kepuasan personal atau memikirkan diri sendiri dibalik tirai

keprihatinan sosial. Keadaan ini timbul oleh perasaan lemah atau takut akan sesuatu,

sehingga menghasilkan memikirkan diri sendiri.

4. Berjuang Meraih Keberhasilan

Orang-orang yang sehat secara utuh meraih keberhasilan demi minat sosial. Dalam

hal ini kemajuan sosial lebih penting daripada kebanggan pribadi. Individu ini peduli

dengan tujuan-tujuan yang melebihi diri mereka sendiri, mampu menolong orang lain

tanpa mengharap imbalan dan mampu melihat orang lain tidak sebagai lawan, tetapi

(9)

Semua bentuk perjuangan ini melihat dari perkembangan masyarakat atau

kepentingan umum, bukan atas pribadi. Hal ini mereka yang terdorong oleh

perjuangan ini memberikan kontribusi mereka pada sekitarnya.

2.3Tinjauan Pustaka

Ernawati (2009), dalam skripsinya yang berjudul “Novel Rojak Karya Fira

Basuki : Analisis Psikologisastra” mengungkapkan dan memaparkan keadaan

psikologis tokoh-tokoh yang terdapat dalam novel Rojak dan unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel tersebut. Untuk mencapai tujuan telah dikumpulkan data

dari novel Rojak dengan menggunakan metode membaca heuristik dan juga hermeneutik. Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa

karakter manusia suatu saat dapat berubah apabila berada dalam keadaan emosi

yang tidak stabil dimana perubahan karakter itu dapat membuat kita menjadi lebih

baik atau buruk, tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Slamet (2013), dalam skripsinya yang berjudul “Perjuangan Perempuan dan Nilai

Pendidikan dalam Novel Air Mata Terakhir Bunda karya Kirana Kejora

mendeskripsikan dan menjelaskan: (1) perjuangan perempuan dalam membela gender

dalam novel, (2) keadaan sosial masyarakat yang terdapat dalam novel, dan (3)

nilai-nilai pendidikan yang ada pada novel. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode analisis konten. Sumber data primer berupa hasil telaah dokumen

Novel Air Mata Terakhir Bunda karya Kirana Kejora. Data sekunder jurnal

(10)

terhadap pembaca. Prosedur penelitiannya mengikuti prosedur penelitian kualitatif

yaitu, meliputi pengumpulan data, melakukan dua tahap pembacaan sastra, dan

menganalisis objek data penelitian. Penyajian data direduksi berdasarkan rumusan

masalah, penarikan kesimpulan secara deskriptif, dan pengecekan keabstrakan data.

Budiarti (2013), dalam skripsinya yang berjudul “Perjuangan Tokoh Utama Wanita

dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere-Liye dan Skenario

Pembelajarannya di kelas XI SMA” mendeskripsikan wujud perjuangan tokoh utama

wanita dalam Novel Bidadari-Bidadari Surga; dan mendeskripsikan skenario

pembelajaran Novel Bidadari-Bidadari Surga di kelas XI SMA. Penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode yang digunakan adalah content analisis atau analisis isi. Sumber data penelitian ini berupa Novel Bidadari-Bidadari Surga karya Tere-Liye. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara observasi langsung dan dokumentasi eksternal.

Sinaga (2006), dalam skripsinya yang berjudul “Gadis Pantai karya

Pramoedya Ananta Toer: Analisis Psikologi”, memperoleh gambaran bagaimana

novel Gadis Pantai karya Pramoedya Toer melaluli analisis struktural dan psikologis diketahui sikap hidup tokoh utama yang dikomunikasikan pengarang kepada

pembaca. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penelitian

kepustakaan atau library research. Unsur-unsur psikologis yang tercermin melalui sikap hidup tokoh utama dalam novel ini adalah ketakutan, keterasingan, kecurigaan,

(11)

Santora (2012), dalam skipsinya yang berjudul “Perjuangan Hidup dan

Kemandirian Tokoh Utama dalam Novel Padang Bulankarya Andrea Hirata”:

Sebuah Tinjauan Psikologi Sastra. Novel Padang Bulan adalah salah satu novel karya Andrea Hirata yang merupakan potret perjuangan hidup di Indonesia. Dalam novel

ini Andrea Hiarata melukiskan perjuangan dan kerja keras seorang anak kecil yang

menjadi tulang punggung keluarga. Berbagai peristiwa dan konflik terjadi dalam

novel ini, konflik-konflik tersebut menimbulkan aspek psikologi yaitu melalui

kepribadiaanya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap kaitan antar unsur

struktur dan mengungkapkan aspek psikologi yang lebih khusus kepribadiaanya

dalam Novel Padang Bulan. Hasil analisis Novel Padang Bulan adalah kepribadian tokoh utama dalam mengendalikan tingkah laku memenuhi kategori Carl Gustav Jung

Referensi

Dokumen terkait

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA.. FAKULTAS

Sejalan dengan kewajibannya memberdayakan ketahanan pangan di daerah, hal paling pokok yang harus diketahui adalah (1) daerah (kecamatan) mana saja yang mengalami surplus

Pemerintah Kota Binjai dalam mempersiapkan pembangunan Kota Binjai dalam lima tahun kedepan akan dibangun dalam perwujudan Kota Cerdas (Smart City) yang melingkupi pemerintahan yang

Menurut Weiss dan Underwood (2002), penurunan.. 49 NDF disebabkan oleh rusaknya hemiselulosa. Lebih dari itu, kecernaan selulosa pun meningkat karena dengan rusaknya selulosa

[r]

menjadi tepung glukomannan dilakukan dengan metode Sugiyama (1972) dengan merendam dalam etanol 50% selama 3 hari yang selanjutnya diekstraksi dipisahkan antara cairan dan bahan

[r]

Sementara itu, jumlah seluruh tenaga medis dan paramedis yang bekerja di Kota Binjai pada tahun 2015 terdiri dari 194 dokter umum, 144 dokter spesialis, 50 dokter gigi, 139 bidan