• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul PKB Senbud SD 2017 KK A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Modul PKB Senbud SD 2017 KK A"

Copied!
264
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

MATA PELAJARAN

Dr. Basuki Sumartono M.Sn. (Seni Rupa) Drs. Sidiq Nugraha, M.Sn (Seni Tari) Drs. Muh Anugraha, M.Pd. (Seni Musik) Dra. Wiwik Pudiastuti, M.Sn. (Keterampilan)

Desain Grafis dan Ilustrasi:

Tim Desain Grafis

Copyright © 2017

Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengcopy sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

(3)

Kata

Sambutan

Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan berkarakter prima. (al tersebut menjadikan guru sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian Pemerintah maupun pemerintah daerah dalam peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut kompetensi guru.

Pengembangan profesionalitas guru melalui Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan merupakan upaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependikan dalam upaya peningkatan kompetensi guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan kompetensi guru telah dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru UKG untuk kompetensi pedagogik dan profesional pada akhir tahun . Peta profil hasil UKG menunjukkan kekuatan dan kelemahan kompetensi guru dalam penguasaan pengetahuan pedagogik dan profesional. Peta kompetensi guru tersebut dikelompokkan menjadi sepuluh kelompok kompetensi. Tindak lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru paska UKG pada tahun dan akan dilanjutkan pada tahun ini dengan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kompetensi guru sebagai agen perubahan dan sumber belajar utama bagi peserta didik. Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru dilaksanakan melalui tiga moda, yaitu: Moda Tatap Muka, Moda Daring Murni (online), dan Moda Daring Kombinasi kombinasi

antara tatap muka dengan daring .

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan PPPPTK , Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Kelautan Perikanan Teknologi )nformasi dan Komunikasi LP TK

(4)

dan melaksanakan peningkatan kompetensi guru sesuai bidangnya. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut adalah modul Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru moda tatap muka dan moda daring untuk semua mata pelajaran dan kelompok kompetensi. Dengan modul ini diharapkan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan memberikan sumbangan yang sangat besar dalam peningkatan kualitas kompetensi guru.

Mari kita sukseskan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan ini untuk mewujudkan Guru Mulia Karena Karya.

Jakarta, April

Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,

SumarnaSurapranata,Ph.D. N)P

(5)

Kata

Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru jenjang Sekolah Dasar Guru Kelas Awal, Guru Kelas Tinggi, mata pelajaran Seni Budaya, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan. Modul ini merupakan dokumen wajib untuk Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru.

Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru merupakan tindak lanjut dari hasil Uji Kompetensi Guru UKG dan bertujuan meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.

Sebagai salah satu upaya untuk mendukung keberhasilan suatu program diklat, Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar pada tahun melaksanakan review, revisi, dan mengembangkan modul paska UKG yang telah terintegrasi Penguatan Pendidikan Karakter PPK dan Penilaian Berbasis Kelas, serta berisi materi pedagogik dan profesional yang akan dipelajari oleh peserta selama mengikuti Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan jenjang Sekolah Dasar ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan wajib bagi para peserta diklat untuk dapat meningkatkan pemahaman tentang kompetensi pedagogik dan profesional terkait

(6)

Terima kasih dan penghargaan yang tinggi disampaikan kepada pimpinan PPPPTK )PA, PPPPTK PKn/)PS, PPPPTK Bahasa, PPPPTK Matematika, PPPPTK Penjas‐BK, dan PPPPTK Seni Budaya yang telah mengijinkan stafnya dalam menyelesaikan modul Pendidikan Dasar jenjang Sekolah Dasar ini. Tidak lupa saya juga sampaikan terima kasih kepada para widyaiswara, Pengembang Teknologi Pembelajaran PTP , dosen perguruan tinggi, dan guru‐guru hebat yang terlibat di dalam penyusunan modul ini.

Semoga Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru ini dapat meningkatkan kompetensi guru sehingga mampu meningkatkan prestasi pendidikan anak didik kita.

Jakarta, April

Direktur Pembinaan Guru Pendidikan Dasar

PoppyDewiPuspitawati

N)P.

(7)

Daftar

Isi

BagianIKompetensiPedagogik...13 

(8)
(9)

BagianIIKompetensiProfesional ...189 

KegiatanPembelajaran5 KarakteristikPesertaDidik...185 

A.  Tujuan ...   B.  Kompetensi dan )ndikator Pencapaian Kompetensi ...   C.  Uraian Materi ...   D.  Aktivitas Pembelajaran ...   E.  Rangkuman ...   F.  Umpan Balik dan Tindak Lanjut ...   G.  Pembahasan Latihan / Tugas / Kasus ...   Evaluasi...185 

Penutup...197 

DaftarPustaka...199 

Glosarium...203   

(10)

Daftar

Gambar

(11)

Gambar . Lukisan piet mondrian ... Gambar . Penerapan prinsip keseimbangan mendatar, vertikal, dan radial ... Gambar . Komposisi dengan menerapkan prinsip harmoni ... Gambar . Komposisi dengan menerapkan prinsip menyatukan ... Gambar . Motif gerak tari Melayu ... Gambar . Memotif gerak tari ngremo Jawa Timur ... Gambar . Posisi tumit jinjit ... Gambar . Posisi lengan merentang ... Gambar . Posisi tangan mengayun ... Gambar . Posisi kepala menengadah ... Gambar . Posisi kepala menunduk ... Gambar . Gerak mengangkat kaki tampak depan ... Gambar . Gerak mengangkat kaki tampak samping ... Gambar . Gerak tangan ke atas tampak depan ... Gambar . Gerak tangan ke atas tampak samping ... Gambar . Gerak membungkuk tampak depan ... Gambar . Gerak membungkuk tampak samping ... Gambar . Gerak duduk tampak depan ... Gambar . Gerak duduk tampak samping ... Gambar . Gerak terlentang ... Gambar . Gerak tengkurap ... Gambar . Jalan ... Gambar . Mengangkat kaki ... Gambar . Gerak mengangkat kaki ... Gambar . Gerak memutar tangan ... Gambar . Gerak tekukan ... Gambar . Gerak melambai ... Gambar . Gerak hentakan tangan ... Gambar . Gerak mengangkat tangan ... Gambar . Gerak memutar badan ke kanan ... Gambar . Gerak memutar badan ke kiri ...

(12)

Gambar . Gerak menengadah ... Gambar . Tangan dipinggang ... Gambar . Kaki gedrug ... Gambar . Tangan ditekuk ... Gambar . Tangan ditekuk siku ... Gambar . Tangan dipinggang ... Gambar . Tangan lurus ke samping ... Gambar . Gerak loncatan ... Gambar . Gerak berjalan ... Gambar . Gerak putaran ke arah kiri ... Gambar . Contoh gerak dengan level rendah ... Gambar . Contoh gerak dengan level sedang ... Gambar . Contoh gerak dengan level atas ... Gambar . Contoh gerak dengan arah hadap ke depan ... Gambar . Contoh gerak dengan arah hadap ke samping ... Gambar . Contoh gerak dengan pola lantai diagonal ... Gambar . Contoh gerak dengan pola lantai zigzag ... Gambar . Rampak ... Gambar . Selang seling ... Gambar . Sebab akibat ...

(13)

Gambar . Saling mengisi ... Gambar . Bergantian ... Gambar . Kontras ... Gambar . Contoh Aksesori/Kalung ... Gambar . Ukuran potongan kertas untuk manik‐manik ... Gambar . Menggulung kertas menjadi manik‐manik ... Gambar . Manik ‐maniK ... Gambar . Rangkaian manik‐manik pada ke tiga senar ... Gambar . Menyatukan rangkaian manik‐manik ... Gambar . menambah rangkaian manik‐manik ... Gambar . Menutup rangkaian manik ... Gambar . Memotong sisa senar ... Gambar . Kalung ... Gambar . Contoh benda kerajinan anyaman ... Gambar . Letak lungsi dan Pakan ... Gambar . Anyaman Tegak ... Gambar . Anyaman Serong ... Gambar . Anyaman Pita ... Gambar . Anyaman Melingkar ... Gambar . Anyaman Kombinasi ... Gambar . Anyaman Truntum ... Gambar . Anyaman Melingkar ... Gambar . Teknik menutup anyaman ... Gambar . Bor ... Gambar .Gergaji Tangan ...

(14)

Gambar . Palu ... Gambar . Membuat lingkaran ... Gambar . Memberi tAnda pada lingkaran ... Gambar . Memotong triplek bentuk lingkaran ... Gambar . Mengebor triplek ... Gambar . Triplek yang sudh dilubangi ... Gambar . Potongan rotan ... Gambar . Memasukkan rotan pada dasaran/triplek ... Gambar . Memasukkan rotan padasemua lubang ... Gambar . Menganyam dengan dua helai rotan ... Gambar . Menganyam secara bergantian ... Gambar . Mengukur hasil anyaman ... Gambar . Menutup anyaman ... Gambar . Menyelipkan sisa lungsi ... Gambar . Menggunting sisa lungsi ... Gambar . Tempat pensil ... Gambar .Urutan LogisPembelajaran Saintifik ...

Daftar

Tabel

Hal. Tabel . Daftar Lembar Kerja Modul ... Tabel . Langkah‐langkah Pembelajaran dengan Pendekatan )lmiah ... Tabel . Tingkatan Bertanya ...

(15)

Pendahuluan

A.

Latar

Belakang

Mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan merupakan mata pelajaran yang sangat strategis. Dengan demikian, diperlukan keseriusan dalam pengelolaan pembelajarannya. Muatan seni budaya dan Keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik )ndonesia Nomor tahun tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri, tetapi terintegrasi dengan pembelajaran seni. Oleh karena itu, mata pelajaran seni budaya dan Keterampilan pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya. Pendidikan seni budaya dan Keterampilan diberikan di sekolah karena keunikan, kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan kecerdasan otak kanan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estetik dalam bentuk kegiatan berekspresi/berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan: belajar dengan seni, belajar melalui seni dan belajar tentang seni.

Domain yang ditegaskan dalam mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan adalah Sensitifitas, Apresiasi dan Kreasi, yang dapat diartikan sebagai kegiatan membangun sensitivitas, memahami dan memberi penilaian penghargaan dan pembuatan karya seni. Salah satu mata pelajaran yang diperlukan dalam mata pelajaran Seni Budaya dan keterampilan, yang berisisikan tentang unsur‐unsur seni rupa; membaca ritme dalam seni musik; memperagakan ritme dengan tepuk tangan; mengenal jenis gerak dasar tari sesuai serta memahami beberapa bahan alam, sintetis, lunak, keras, bahan limbah organik, dan limbah non organik untuk pembuatan karya keterampilan. Serta memahami pengetahuan pedagodig yang berkaitan dengan pemahaman karakteristik peserta didik.

(16)

diantaranya adalah apresiasi seni rupa, cabang‐cabang seni rupa dan unsur‐unsur seni rupa. Pemahaman apresiasi seni dan pengenalan mengeksplorasi unsur‐unsur seni rupa bagi peserta menjadi penting, karena dalam kegiatan tersebut akan melatih peserta memiliki kepekaan tentang nilai‐nilai keindahan

Pada pembelajaran di sekolah, guru menjadi kunci keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru lebih terfokus kepada penciptaan iklim belajar yang menunjang untuk menjadikan suasana belajar lebih menyenangkan, peserta saudara didik, melalui beraneka ragam karya dan gagasan mereka yang bervariasi. Dalam keseluruhan penyelenggaraan kegiatan seni di sekolah, peranan guru adalah memberi inspirasi, memberi kejelasan/klarifikasi, membantu menerjemahkan gagasan perasaan dan reaksi saudara didik ke dalam bentuk‐bentuk karya seni yang terorganisasi secara estetis Jefferson, . Dengan demikian, dalam modul ini pada salah satu kegiatan pembelajarannya juga diberikan materi pedagogik yang menguraikan tentang karakteristik peserta didik dan harus dipelajarinya. Karena guru menjadi ujung tombak dalam aktivitas pembelajaran yang pada akhirnya guru menjadi inspirator dalam kegiatan pembelajaran seni.

Dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus selalu memberikan penguatan pendidikan karakter kepada para peserta didik .

Pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab. Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai enkulturisasi dan sosialisasi . Anak harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi dasar kemanusiaan. Dimensi kemanusiaan itu mencakup sekurang‐kurangnya tiga hal paling mendasar.

Pendidikan karakter sangat penting untuk di mulai pada anak usia dini karena pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang ditujukan untuk mengembangkan nilai‐nilai yang berkaitan dengan maknawi sikap, dan perilaku yang memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur.

Nilai‐nilai positif dan yang dapat diajarkan diantaranya budi pekerti yang luhur adalah amal saleh, amanah, bekerja keras, beradab, berani berbuat benar, berani memikul resiko, berdisiplin, beriman dan bertaqwa, berinisiatif, berkepribadian,

(17)

bersahaja, bersemangat, bersyukur, bertanggung jawab, tenggang rasa, bijaksana, cerdas, cermat, ikhlas, jujur, dan kreatif

B.

Tujuan

Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan mampu:

Memahami karakter peserta didik; mengapresiasi karya seni rupa; mengeksplorasi unsur‐unsur seni rupa; membaca ritme dalam seni musik; memperagakan ritme dengan tepuk tangan; mengenal jenis gerak dasar tari sesuai serta memahami beberapa bahan alam, sintetis, lunak, keras, bahan limbah organik, dan limbah non organik untuk pembuatan karya keterampilan. Serta memahami pengetahuan pedagodig yang berkaitan dengan pemahaman karakteristik peserta didik.

C.

Peta

Kompetensi

Gambar . Peta Kompetensi

(18)

D.

Ruang

Lingkup

Modul ini memberi pengetahuan tentang apresiasi seni rupa dan pengalaman kreatif memalui praktik eksplorasi unsur‐unsur seni rupa; memahami dan mengidentifikasi ketukan lagu, memahami ritme lagu dan memperagakan ritme lagu dengan tepukan; menjelaskan pengertian dasar tari, menguraikan, mengindentifikasi, dan mendeskripsikan jenis dan bentuk gerak dasar tari; dan menguraikan tentang bahan alam, bahan sintetis, bahan lunak, dan bahan keras alam, bahan lunak, dan bahan keras sintetis, bahan limbah organik dan bahan limbah anorganik untuk pembuatan karya keterampilan. Serta memahami pengetahuan pedagodig yang berkaitan dengan pemahaman karakteristik peserta didik.

E.

Cara

Penggunaan

Modul

Secara umum, cara penggunaan modul pada setiap Kegiatan Pembelajaran disesuaikan dengan skenario setiap penyajian mata diklat. Modul ini dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran guru, baik untuk moda tatap muka dengan model tatap muka penuh maupun model tatap muka )n‐On‐)n. Alur model pembelajaran secara umum dapat dilihat pada bagan dibawah.

Gambar . Alur Model Pembelajaran Tatap Muka  

(19)

1. DeskripsiKegiatanDiklatTatapMukaPenuh

Kegiatan pembelajaran diklat tatap muka penuh adalah kegiatan fasilitasi peningkatan kompetensi guru melalui model tatap muka penuh yang dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis dilingkungan ditjen. GTK maupun lembaga diklat lainnya. Kegiatan tatap muka penuh ini dilaksanan secara terstruktur pada suatu waktu yang di pandu oleh fasilitator.

Tatap muka penuh dilaksanakan menggunakan alur pembelajaran yang dapat dilihat pada alur dibawah.

Gambar .Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh  

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model tatap muka penuh dapat dijelaskan sebagai berikut,

 

(20)

a) Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat untuk mempelajari :

. latar belakang yang memuat gambaran materi . tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi

. kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul. . ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran

. langkah‐langkah penggunaan modul

b) MengkajiMateri

Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi seni budaya dan keterampilan, fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

c) Melakukanaktivitaspembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rambu‐rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan yang akan secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan bersama fasilitator dan peserta lainnya, baik itu dengan menggunakan diskusi tentang materi, malaksanakan praktik, dan latihan kasus.

Lembar kerja pada pembelajaran tatap muka penuh adalah bagaimana menerapkan pemahaman materi‐materi yang berada pada kajian materi.

Pada aktivitas pembelajaran materi ini juga peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mengolah data sampai pada peserta dapat membuat kesimpulan kegiatan pembelajaran.

(21)

d) PresentasidanKonfirmasi

Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi hasil kegiatan sedangkan fasilitator melakukan konfirmasi terhadap materi dan dibahas bersama. pada bagian ini juga peserta dan penyaji me‐review materi berdasarkan seluruh

kegiatan pembelajaran

e) PersiapanTesAkhir

Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes akhir.

2. DeskripsiKegiatanDiklatTatapMukaIn‐On‐In

Kegiatan diklat tatap muka dengan model )n‐On‐)n adalan kegiatan fasilitasi peningkatan kompetensi guru yang menggunakan tiga kegiatan utama, yaitu In ServiceLearning )n‐ , on the job learning On , dan InServiceLearning )n‐

. Secara umum, kegiatan pembelajaran diklat tatap muka )n‐On‐)n tergambar pada alur berikut ini.

(22)

Gambar . Alur Pembelajaran Tatap Muka model )n‐On‐)n

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model )n‐On‐)n dapat dijelaskan sebagai berikut,

a) Pendahuluan

Pada kegiatan pendahuluan disampaikan bertepatan pada saat pelaksanaan In service learning fasilitator memberi kesempatan kepada peserta diklat untuk

mempelajari :

. latar belakang yang memuat gambaran materi . tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi

. kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul. . ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran

. langkah‐langkah penggunaan modul

(23)

b) InServiceLearning1(IN‐1)

1) MengkajiMateri

Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi seni budaya dan keterampilan, fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

2) Melakukanaktivitaspembelajaran

Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rambu‐rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan/metode yang secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan, baik itu dengan menggunakan metode berfikir reflektif, diskusi, brainstorming, simulasi, maupun studi kasus yang kesemuanya

dapat melalui Lembar Kerja yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada )N .

Pada aktivitas pembelajaran materi ini peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mempersiapkan rencana pembelajaran pada onthejoblearning.

c) OntheJobLearning(ON)

1) MengkajiMateri

Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi seni budaya dan keterampilan, guru sebagai peserta akan mempelajari materi yang telah diuraikan pada inservicelearning )N . Guru sebagai peserta dapat

membuka dan mempelajari kembali materi sebagai bahan dalam mengerjaka tugas‐tugas yang ditagihkan kepada peserta.

2) Melakukanaktivitaspembelajaran

(24)

modul. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan/metode praktik, eksperimen, sosialisasi, implementasi, peerdiscussion yang secara langsung di dilakukan di sekolah

maupun kelompok kerja melalui tagihan berupa Lembar Kerja yang telah disusun sesuai dengan kegiatan pada ON.

Pada aktivitas pembelajaran materi pada ON, peserta secara aktif menggali informasi, mengumpulkan dan mengolah data dengan melakukan pekerjaan dan menyelesaikan tagihan pada onthejoblearning.

d) InServiceLearning2(IN‐2)

Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi produk‐produk tagihan ON yang akan di konfirmasi oleh fasilitator dan dibahas bersama. pada bagian ini juga peserta dan penyaji me‐review materi berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran.

e) PersiapanTesAkhir

Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan layak tes akhir.

(25)

E.1. LembarKerja

Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan kelompok kompetensi seni budaya dan keterampilan teridiri dari beberapa kegiatan pembelajaran yang didalamnya terdapat aktivitas‐aktivitas pembelajaran sebagai pendalaman dan penguatan pemahaman materi yang dipelajari.

Modul ini mempersiapkan lembar kerja yang nantinya akan dikerjakan oleh peserta, lembar kerja tersebut dapat terlihat pada table berikut.

Tabel . Daftar Lembar Kerja Modul

No KodeLK NamaLebarKerja Keterangan

.

LK. . . Setelah mempelajari modul di atas Anda diminta untuk mempraktikkan tentang gerak dasar tari, Anda dapat melakukan latihan pengembangan gerak dasar tari berdasarkan tari tradisi setempat.

TM, ON

LK. . . Lakukan penyusunan gerak dasar tari dengan level dan pola lantai

TM, )N

.

LK. . Uraikan bahan dasar untuk pembuatan kerajinan tangan yang berasal dari bahan sintetis yang keras dan lunak

(26)

No KodeLK NamaLebarKerja Keterangan

LK. . . Uraikan bahan dasar untuk pembuatan kerajinan tangan yang berasal dari bahan anorganik yang keras dan lunak

ON

.

LK. . .

LK. . .

Keterangan.

TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh )N : Digunakan pada )n service learning ON : Digunakan pada on the job learning

(27)

Bagian

I

Kompetensi

Pedagogik

(28)
(29)

Kegiatan

Pembelajaran

1

Apresiasi

dan

Unsur

unsur

Seni

Rupa

Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang untuk melakukan tindakan belajar. Pembelajaran merupakan suatu proses kegiatan belajar mengajar yang juga sangat berperan dalam menentukan keberhasilan pembelajar. Dari proses pembelajaran itu akan terjadi sebuah kegiatan timbal balik antara sumber belajar dengan pembelajar untuk menuju tujuan yang lebih baik.

A.

Tujuan

Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda mampu memahami apresiasi karya seni rupa dan melaksanakan kegiatan kreatif dengan melakukan eksplorasi unsur‐ unsur seni rupa sesuai kaidah‐kaidah pengorganisasiannya.

B.

Kompetensi

dan

Indikator

Pencapaian

Kompetensi

Setelah mempelajari modul ini, Anda mampu: . mengapresiasi karya seni rupa,

. mengidentifikasi unsur‐unsur seni rupa; dan . mengeksplorasi beberapa unsur seni rupa.

C.

Uraian

Materi

1. EsensiPendidikanSeni

Mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan termasuk salah satu pelajaran wajib dalam kurikulum di sekolah. Pendidikan seni budaya dan Keterampilan seolah kehilangan dukungan, arah dan orientasi utamanya. Orientasi utama pendidikan seni di sekolah‐sekolah, antara lain untuk menanamkan nilai‐nilai

(30)

sanggar lebih ditekankan penguasaan keterampilan yang mengarah pada keahlian dan profesionalisme, pendidikan seni di sekolah formal bertujuan menumbuhkan kepekaan rasa estetis dan apresiatif serta pengalaman kreatif yang berfungsi membantu perkembangan siswa dari segi intelektual, emosional, dan spiritualnya. Pemahaman ini yang kurang dimengerti oleh berbagai raktisi dan pejabat di lingkungan dinas pendidikan di berbagai daerah. Pendidikan seni di sekolah cenderung diorientasikan untuk kepentingan pertunjukan demi membangun animo sekolah.

Pendidikan adalah usaha sadar mengembangkan anak dalam segala hal sehingga anak menjadi dewasa, yang meliputi kedewasaan berpikir, merasakan, berperilaku dan kedewasaan menjalankan tugasnya sebagai anggota masyarakat. Potensi yang ada dalam diri manusia dikendalikan oleh tiga hal, yakni: otak, perasaan, dan karsa.

2. PembelajaranSeni

Program pengajaran seni merupakan rambu‐rambu atau pedoman bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran seni di sekolah, yang dilandasi prinsip‐ prinsip kependidikan umum juga dilandasi oleh konsep‐konsep seni yang berkembang. Pada dasarnya, konsep seni yang melandasi program pengajaran seni bisa berubah‐ubah sesuai dengan perkembangan )ptek, sosial, dan budaya masyarakat. (al ini dapat dimaknai bahwa konsep seni yang dipakai di suatu negara dalam kurun waktu tertentu bisa berubah‐ubah dan beragam. Berubah‐ ubahnya konsep seni yang melandasi program pengajaran seni secara tersirat ternyata tidak selalu terurai secara jelas dalam kurikulum pendidikan seni di sekolah. (al ini yang menyulitkan guru untuk mempersepsi konsep seni yang melandasi program pengajaran seni. Padahal pemahaman calon guru atau pendidik seni terhadap konsep seni yang melandasi program pengajaran seni sangat penting untuk diketahui guru karena nanti akan mempengaruhi bagaimana karakteristik kegiatan pembelajaran seni yang akan dilaksanakan di sekolah. Oleh karena itu, para calon guru atau pendidik seni perlu memahami seluruh konsep seni yang melandasi program pengajaran pendidikan seni agar

(31)

sebaiknya dijadikan landasan program pengajaran seni yang akan dilaksanakan. Pemahaman calon guru atau pendidik seni terhadap konsep‐konsep seni yang melandasi program pengajaran seni dapat menghindari kekeliruan yang fatal dalam pembelajaran seni di sekolah yang meliputi:

cara memotivasi kegiatan seni,

cara membimbing dan memberikan sugesti dalam kegiatan seni, memilih bentuk kegiatan pembelajaran,

memilih media pembelajaran seni, dan memilih cara mengevaluasi kegiatan seni.

Seni dan pendidikan sebagai komponen budaya mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan/perubahan pandangan hidup masyarakat. Perubahan di bidang seni dan pendidikan terjadi terutama sejalan dengan lahirnya konsep baru di bidang ilmu pengetahuan khususnya dibidang psikologi dan filsafat. Dari sejarah pertumbuhan dan perkembangan pendidikan seni dapat kita jumpai periode‐periode ketika konsep, tujuan pendidikan dan implementasi pembelajaran seni mengalami perubahan‐perubahan tertentu.

Pendidikan seni dalam perspektif sejarah dalam perjalanannya dimulai dari tradisi di luar sekolah dan kemudian pendidikan seni di sekolah. Sejak zaman Yunani kuno sebenarnya pendidikan seni sudah dikenal masyarakat melalui perekrutan calon‐calon seniman atau pekerja seni di pusat latihan/sekolah seniman. Tradisi pendidikan seni di luar sekolah ini disebut dengan istilah sistem pendidikan seni/kerajinan Soehardjo, meliputi pewarisan, pencantrikan, magang dan sanggar. Sementara itu, pendidikan seni di sekolah biasa disebut dengan istilah pendidikan akademik yaitu untuk tujuan menunjang pendewasaan anak. Berikut disajikan sekilas pendidikan seni dalam perspektif sejarah.

Berdasarkan tinjauan singkat tentang pandangan konsep pendidikan seni, dapat dikatakan bahwa arahan konsep pendidikan seni secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitusebagai berikut:

(32)

Jenis konsep pendidikan seni pertama lebih tepat diterapkan dan dikembangkan di sekolah‐sekolah pendidikan kejuruan seni/ perguruan tinggi seni, karena akan melatih keterampilan dan ekspresi artistik anak, sedangkan konsep kedua lebih tepat diterapkan dan dikembangkan di sekolah‐sekolah umum karena dimaksudkan dalam upaya membantu tumbuhkembangnya potensi pribadi anak secara utuh.

Dampak pengalaman seni atau fungsi pendidikan seni dapat diidentifikasi sebagai berikut.

a Seni sebagai sarana berekspresi

Ekspresi merupakan pernyataan kejiwaan yang berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam mencari kepuasan. Ekspresi juga merupakan kebutuhan manusia dalam mengkomunikasikan isi hatinya kepada pihak lain. Berekspresi dalam seni berarti menuangkan isi hati dengan menggunakan sarana gambar, gerak, nada suara atau kata Soehardjo, . Bagi anak‐anak seni bisa dijadikan alat/sarana untuk berekspresi ameansofexpression Lowenfeld, . Dalam berekspresi isi

pikiran, perasaan dan emosi anak ikut berperan.

b Seni sebagai sarana pengembangan/pembinaan kreativitas

Pembinaan ekspresi dapat menunjang pembinaan kreativitas. Pada umumnya, kreativitas diartikan sebagai daya atau kemampuan untuk mencipta. Melalui kegiatan berolah seni kreatifitas atau daya cipta anak dapat dikembangkan. Berolah seni yang dimaksudkan adalah melakukan kegiatan pengenalan, eksperimen dalam berbagai bentuk jenis alat/bahan dan teknik mewujudkan/menampilkan karya seni, baik melalui rupa, gerak, nada suara maupun kata. Membangkitkan dan membebaskan anak untuk melakukan kegiatan berolah seni sesuai kemampuan dan minatnya serta memberi kesempatan kepada anak‐anak untuk mencoba memecahkan masalah ketika berolah seni sehingga menghasilkan hal‐hal baru dan unik baginya merupakan sarana yang baik dalam upaya membina dan mengembangkan kreativitas. Sebagaimana dikatakan oleh tokoh‐tokoh

(33)

seperti Dewey, Read dan Ross bahwa melalui pembelajaran seni dapat membantu meningkatkan daya kreativitas anak.

c Seni sebagai sarana pengembangan bakat anak

Secara umum orang berpendapat bahwa bakat anak dibawa sejak lahir, tetapi bakat anak ini sulit berkembang jika tidak dipupuk. Bakat anak di bidang seni dapat dipupuk melalui pembelajaran seni. Pendidikan seni yang memberikan kesempatan pada anak untuk mengenal dan menjelajah berbagai media seni serta sikap/dukungan dan motivasi guru yang positif terhadap anak‐anak berpeluang memelihara dan mengembangkan bakatnya.

d Seni sebagai sarana pembinaan keterampilan.

Keterampilan berasal dari kata terampil yang berarti cekatan dalam melakukan sesuatu. Untuk membantu menyalurkan dorongan ekspresi dan kreativitas anak dibutuhkan suatu keterampilan dasar. Dalam seni latihan keterampilan ini bukan tujuan utama, tetapi hanya sebagai sarana untuk menunjang kelancaran berekspresi atau berkreativitas. Keterampilan yang diberikan bukanlah keterampilan yang bersifat statis, tetapi lebih diarahkan pada keterampilan yang bersifat kondisional. Arti keterampilan yang kondisional bersifat kreatif, produktif, dinamis dan mampu untuk tumbuh. Jenis keterampilan ini cocok untuk dikembangkan di sekolah‐sekolah umum. Melalui kegiatan berolah seni yang memberi cukup kebebasan pada anak untuk melatih skill sejalan dengan dorongan ekspresi dan kreativitasnya

akan sangat bermanfaat bagi anak untuk membina dan mengembangkan potensi keterampilannya.

e Seni sabagai sarana pembentukan kepribadian.

Kebiasaan berolah seni yang memperhatikan dan memberi keleluasaan yang cukup terhadap subjek didik untuk menampilkan sifat‐sifat kepribadian, memberi peluang yang luas untuk pembentukan kepribadian Soenarjo, . Kepribadian dalam seni lebih diarahkan kepada tumbuhnya rasa cinta terhadap kesenian bangsanya dan mau menerima kesenian asing yang terseleksi. Dengan pengenalan benda‐benda seni dan tokoh‐tokoh seniman

(34)

telah mengurangi timbulnya penyimpangan‐penyimpangan sifat kepribadian yang merusak moral dan identitas jati diri bangsa.

f Seni sebagai sarana pembinaan impuls estetik

Secara naluri setiap anak memiliki impuls estetik Read, . Jika naluri ini tidak mendapat kesempatan tumbuh dan berkembang, naluri tersebut bisa mati atau tumbuh kerdil. Melalui program pendidikan seni naluri/kepekaan cita rasa keindahan dapat dibina dan ditumbuh kembangkan. Caranya dimulai dari pengakraban dengan objek yang bermuatan estetik maka seseorang akan semakin peka estetiknya. Kepekaan itu merupakan modal dasar dalam mengapresiasi seni, berolah seni dan menghargai hasil budaya bangsa sendiri maupun bangsa lain.

Pandangan ahli tentang pendidikan seni yang diberikan di sekolah umum memiliki fungsi yang beragam sesuai dengan perkembangan dinamika dan kondisi sosial‐budaya masyarakat. Namun beberapa ahli mencoba mengklasifikasikan keberagaman fungsi pendidikan seni tersebut menjadi beberapa fungsi. Menurut Eisner : keunikan fungsi pendidikan seni dalam orientasi pengajaran seni dapat dipetakan dalam sebuah hubungan

triadik, yaitu: pandangan pendidikan seni berbasis anak, pandangan

pendidikan seni berbasis subjek disiplin ilmu , dan pandangan pendidikan seni berbasis kebutuhan masyarakat. Dalam sudut pandang kebutuhan anak, secara psikologis keunikan mata pelajaran pendidikan seni utamanya berkaitan dengan kontribusi seni terhadap kebermaknaan dan kebermanfaatan bagi kebutuhan perkembangan pembelajar, yakni terletak pada pemberian pengalaman estetik secara alamiah dalam bentuk kegiatan berekspresi diri secara kreatif dan berapresiasi respon kreatif sehingga dapat membantu menumbuhkembangkan keseluruhan potensi kepribadian utuh holistik pembelajar, baik aspek pribadi, sosial, intelek, emosi maupun fisik.

Konsep pengalaman estetik, antara lain diungkapkan oleh Munro

bahwa pengalaman estetik merupakan suatu proses psikologis, yaitu cara merespon terhadap stimulus, terutama lewat persepsi indra, tetapi juga berkaitan dengan proses kejiwaan, seperti asosiasi, pemahaman, imajinasi,

(35)

dan emosi. Langer dan Goodman dalam Smith and Smith, : mempertegas pandangan yang dikemukakan Munro bahwa pengalaman estetik tersebut mencakup pengalaman kognitif maupun pengalaman rasa yang melibatkan kemampuan berpikir logis, kepekaan rasa, dan peran aktif dari emosi.

Selanjutnya, Dewey : dalam teorinya artasexperience mengatakan

bahwa pengalaman estetik menggambarkan sejenis pengalaman yang spesial karena terjadinya sentuhan dengan gejala keindahan yang ditentukan oleh pengetahuan, pengalaman, cita rasa dan konteks budaya. Pengalaman estetik sebagai pengalaman spesial juga diungkapkan oleh Clive Bell dalam Sutrisno. : ‐ bahwa pengalaman estetik merupakan pengalaman yang dirasakan secara pribadi dan istimewa.

Kesimpulan yang dapat dikemukakan bahwa hakikat pendidikan seni diberikan di sekolah umum adalah sebagai upaya untuk membina pengalaman estetik pembelajar. Pemberian pengalaman estetik dapat dimaknai lebih menekankan pada segi proses kegiatan dari pada segi hasil pemahaman seni maupun hasil karya seni. Pengalaman estetik yang menekankan pada hasil karya seni, lebih sesuai diberikan di sekolah kejuruan seni.

Lebih lanjut Dewey dalam Read, menguraikan bahwa penekanan proses pengalaman belajar seni tersebut melibatkan kesadaran dan kepekaan estetik yang dianggap sebagai kulminasi pengalaman yang sulit diperoleh dari jenis pengalaman yang lain. Dewey mengatakan hakekat seni adalah pengalaman. (akikat pengalaman adalah interaksi individu anak dengan lingkungannya. (akikat pengalaman belajar adalah interaksi individu anak dengan lingkungan yang menyebabkan perubahan perilaku. Jadi hakikat pengalaman belajar seni adalah seni merupakan lingkungan belajar. )nteraksi individu anak dengan lingkungan seni menghasilkan pengalaman seni berupa pengalaman estetik timbulnya kesadaran, kepekaan dan sikap estetik pada individu pembelajar.

(36)

Pendidikan Seni Budaya dikatakan memiliki fungsi dan tujuan untuk menumbuhkan sikap toleransi, demokrasi, beradab, dan mampu hidup rukun dalam masyarakat yang majemuk, mengembangkan kemampuan imajinatif, intelektual, dan ekspresi melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa, keterampilan, dan kemampuan menerapkan teknologi dalam berkreasi seni, memamerkan dan mempergelarkannya menciptakan kondisi yang menunjang keakraban siswa dengan seni budaya di lingkungannya; mengoptimalkan budaya lokal; terpadu dan terkorelasi; dikembangkan di dalam kelas dan di luar kelas; memberi kegiatan bervariasi, kesempatan aktif, kreatif, menantang, dan menyenangkan; memperkenalkan keragaman budaya; dan menanamkan kesadaran kritis.

g Seni membantu pengembangan daya pikir, rasa, dan karsa

Karya seni anak juga mempunyai arti fisik dan simbolis. Mempunyai arti fisik karena karya ciptaan itu merupakan ungkapan ide, kemampuan rasa maupun kemanfatannya dalam kehidupan sehari‐hari.Karya seni mempunyai

(37)

arti simbolis karena dalam proses berkarya berproduksi anak menggerakkan seluruh indera rasa, pikir, dan karsa.

3. DasarPendidikanseni

Prinsip dasarnya adalah memanusiakan manusia humanisasi

Optimalisasi kecakapan hidup melalui cipta, rasa, dan karsa sesuai potensi yang dimiliki peserta didik

Pendidikan seni diarahkan untuk membentuk sikap apresiatif, kritis sensitif dan kreatif. Prinsip pendidikan seni adalah:

Menyeimbangkan kemampuan kecerdasan logika dan emosional. Mengembangkan kemampuan imajinasi kreatif.

Meningkatkan kemampuan apresiasi terhadap hasil seni dan budaya bangsa. Meningkatkan kepedulian terhadap kondisi lingkungan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran, pembinaan pengalaman estetis untuk mengembangkan potensi impuls estetik pembelajar dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan. Menurut Wickiser pengalaman estetik pembelajar dapat dilakukan melalui empat tipe kegiatan, yakni: kegiatan ekspresi, kegiatan konstruksi, kegiatan apresiasi dan kegiatan sosial. Dalam bahasa yang berbeda Eisner mengembangkan potensi pengalaman estetik pembelajar tersebut dalam empat tipe kegiatan meliputi perseptual, produksi, kritik, dan pengalaman kultural. Selanjutnya, Salam : mengelompokkan pengembangan potensi pengalaman estetik intinya dapat dilakukan melalui kegiatan penciptaan creation , pelakonan performance , dan

penanggapan response . Apabila disarikan lagi hakikat pembinaan pengalaman

estetik tersebut dapat dilakukan melalui dua inti kegiatan, yakni kegiatan ekspresi/kreasi dan kegiatan apresiasi.

Sebagaimana Dewey, Wickiser juga mengatakan bahwa pembinaan pengalaman artistik di sekolah umum dapat dilakukan melalui kumpulan kegiatan artistic, yakni merupakan kegiatan individu pembelajar yang utuh holistic atau kegiatan individu yang terpadu terintegrasi dengan masalah

(38)

lebih ditekankan pada pengalaman pembelajar dengan lingkungan belajar seni dan hasil yang diharapkan akan dapat menumbuhkembangkan impuls estetik pembelajar.

Pendidikan Seni Budaya juga dikatakan memiliki peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multikecerdasan. Menurut Gardner dkk Dryden & Vos, multiple intelligence terdiri atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logik matematik, naturalis, adversitas, kreativitas, kecerdasan spiritual, moral, dan kecerdasan emosional. Pembelajaran seni budaya yang mengintegrasikan pengembangan multikecerdasan tersebut akan dapat berperan menyeimbangkan belahan otak kanan dan otak kiri pembelajar.

Secara konseptual hakikat pendidikan seni budaya diberikan di sekolah sejalan dengan pandangan ahli di atas, yakni untuk mengembangkan potensi estetik siswa pembenaran esensial dan dampak ikutannya dapat berfungsi untuk menumbuhkembangkan potensi pribadi dan sosial siswa, baik intelek, emosi maupun fisik siswa pembenaran kontekstual . Namun, konsepsi/hakikat pendidikan seni tersebut belum bisa memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana cara mengimplementasikannya di lapangan/di kelas. Akibatnya, masih sering dijumpai berbagai persoalan dalam pelaksanaan pembelajaran seni bervariasi bahkan tereduksi dan tidak sesuai dengan hakikat, tujuan, prinsip maupun pendekatan pembelajarannya. Persoalan pengembangan hakikat pendidikan seni tersebut menjadi prinsip‐prinsip, alternatif‐alternatif model/pendekatan pembelajaran yang jelas dan konkret merupakan hal penting dan mendesak dibutuhkan para guru pendidikan seni di lapangan.

Pembelajaran Seni Budaya diupayakan dilaksanakan secara terpadu dan kolaboratif antar cabang seni sebagai suatu keutuhan pelajaran tersendiri. Pembelajaran seni budaya juga bisa dikaitkan dengan pembelajaran bidang studi lain jika dimungkinkan dan dilaksanakan secara kolaboratif. Pembelajaran seni budaya perlu dikaitkan dengan kehidupan masyarakat )ndonesia yang majemuk, dengan latar belakang budaya yang beraneka ragam. Dalam hal ini pembelajaran seni perlu memperkenalkan keanekaragaman budaya )ndonesia

(39)

dan strategi pembelajaran yang dapat mendukung pelestarian budaya tradisi. Pembelajaran seni budaya juga perlu mengembangkan kesadaran ekonomi siswa, mempertimbangkan aspek moral, etika, hukum di samping aspek artistik, estetik dan kreatif. Pembelajaran seni budaya juga perlu memperkenalkan sejarah kesenian manca negara terutama berbagai kebudayaan yang memberikan pengaruh terhadap kesenian )ndonesia.

Saat ini kondisi perkembangan sosial‐budaya masyarakat mengarah pada globalisasi, perkembangan teknologi serta pluralisme. Oleh karena itu pendidikan seni budaya sebaiknya memperhatikan pendekatan pembelajaran yang dapat mengako‐modasi secara fleksibel terhadap perkembangan tersebut. Pendekatan pembelajaran yang cocok adalah pendekatan yang dapat mengembangkan pembinaan potensi estetik‐artistik siswa dan dapat menumbuhkembangkan kepribadian anak secara utuh sebagaimana hakikat pendidikan Seni Budaya. Pendekatan pembelajaran untuk mengembangkan potensi estetik‐artistik siswa merupakan hal yang membedakan jenis pendekatan pembelajaran seni dengan jenis pendekatan mata pelajaran lain. Wickiser lewat Soehardjo, mengatakan bahwa bidang studi seni merupakan kumpulan kegiatan artistik, yakni kegiatan individu yang utuh holistik , ataupun kegiatan individu yang terpadu integrasi dengan masalah sosial. Salam juga mengatakan bahwa pembelajaran seni ada keunikan tersendiri yang berkaiatan dengan ekspresi kreatif sebagai dampak dari aktivitas pengalaman estetik yang sulit dilakukan dengan pendekatan sebagaimana mata pelajaran lain. Oleh karena itu dapatlah dikatakan model/pendekatan pembelajaran pendidikan seni memiliki jenis pendekatan yang bervariasi dan memiliki karakteristik sendiri sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran.

Menurut Primadi, apresiasi seni sebagai aktivitas mental terdiri dari beberapa tahapan: Kejutan surprise , yakni respon emosional terhadap sensasi indrawi yang menarik, aneh, unik, dan sebagainya. Empati, yakni suatu proses intuitif yang diiringi rasa estetis dalam wilayah ambang sadar. Rasa estetis, yakni

(40)

pesan, dan fungsi karya. Rasa‐benar‐etis, yakni kemampuan menangkap dimensi etis karya seni sebagai akibat dari ilmu pengetahuan apresiator. Pesona dan haru, yakni efek dari penghayatan dan penerapan ciri kreasi yang sering kali melampaui batas‐batas formal karya seni secara integral terakumulasi dari aktivitas indrawi dan psikologi apresiator.

Seni sebagai media ekspresi pendidikan seni melatih anak mengungkap isi hati dan pikiran yang sulit diungkapkan melalui kata‐kata. Pendidikan seni adalah pendidikan kreatif, yaitu pendidikan untuk memberikan kesempatan anak untuk berkembang sesuai dengan naluri dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehari‐hari secara mandiri.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:

Berdasarkan substansinya, materi seni budaya diperuntukan melatih sensitivitas, apresiasi seni, dan ekspresi atau berkarya seni. Dalam hal ini, apresiasi dan ekspresi dapat dijadikan sarana melatih sensitivitas yang mengarah pada mengenal, memahami, dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis terhadap karya seni; berkarya seni pada dasarnya proses membentuk gagasan dan mengolah media seni untuk mewujudkan bentuk baru; penyajian karya seni rupa meliputi penyajian dalam bentuk pergelaran dan pameran karya.

Berdasarkan beberapa pandangan tentang konsep seni, pada dasarnya mencakup dua kutub kecenderungan konsep, yaitu seni sebagai keterampilan dan seni sebagai ekspresi. Arahan konsep pendidikan seni secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: yang dikaitkan dengan aspek ekspresi artistik seni dalam pendidikan , dan yang ada hubungannya dengan tujuan pendidikan seni sebagai alat/media pendidikan .

(akikat fungsi pendidikan seni diberikan di sekolah umum adalah untuk membantu menumbuhkembangkan potensi estetik dan kepribadian anak didik. Fungsi tersebut meliputi seni sebagai wahana ekspresi, seni sebagai sarana pengembangan/ pembinaan kreativitas, seni sebagai sarana pengembangan bakat anak, seni sebagai sarana pembinaan

(41)

keterampilan, seni sabagai sarana pembentukan kepribadian, dan seni sebagai sarana pembinaan impuls estetik.

(akikat fungsi pendidikan seni diberikan di sekolah umum secara filosofi, psikologis maupun sosiologis memiliki fungsi ganda, yaitu dapat difungsikan untuk seni itu sendiri maupun seni untuk nonseni seni sebagai media pendidikan .

Pendidikan Seni Budaya dikatakan memiliki fungsi dan tujuan untuk menumbuhkan sikap toleransi, demokrasi, beradab, dan mampu hidup rukun dalam masyarakat yang majemuk, mengembangkan kemampuan imajinatif intelektual dan ekspresi melalui seni, mengembangkan kepekaan rasa, keterampilan, dan kemampuan menerapkan teknologi dalam berkreasi seni, memamerkan dan mempergelarkannya juga menciptakan kondisi yang menunjang keakraban siswa dengan seni budaya dilingkungannya; mengoptimalkan budaya lokal; terpadu dan terkorelasi; dikembangkan di dalam kelas dan di luar kelas; memberi kegiatan bervariasi, kesempatan aktif, kreatif, menantang, dan menyenangkan; memperkenalkan keragaman budaya; dan menanamkan kesadaran kritis. Dalam proses produksi seni anak akan menggunakan pengetahuan kognisi, yaitu pengetahuan yang sistematis dan mampu diungkapkan pada suatu ketika, serta memanfaatkan pemahamannya tentang bentuk secara apresiatif.

Menurut John Dewey dalam Salam, : bahwa kegiatan seni rupa sebagai kegiatan pengalaman estetis mampu menimbulkan kegairahan dan menimbulkan kesadaran akan sesuatu pengalaman yang khas dalam kehidupan. Pada akhirnya akan menjadikan manusia yang utuh, mandiri, dan bertanggung jawab.

4. ApresiasiSeni

Pembelajaran apresiasi berfokus pada pengembangan pembinaan aspek afektif sikap dan kepekaan rasa . Pembelajaran ini diwarnai dengan kegiatan latihan pengamatan untuk merasakan nilai‐nilai keindahan, baik yang terdapat dalam

(42)

penilaian kualitas keindahan dari karya tersebut merupakan aspek yang penting dalam proses pembelajaran apresiasi seni rupa.

Namun, dalam praktiknya kegiatan di sekolah banyak didominasi oleh pembelajaran kreasi, sedangkan pembelajaran apresiasi terabaikan. Pembelajaran apresiasi kadangkala menjadi kegiatan yang tidak penting dan dianggap subordinasi. Pembelajaran seni rupa lebih mementingkan kreasi daripada apresiasi. Bahkan, kehadirannya kadang tidak pernah dilakukan dengan alasan kurangnya waktu Salam, : .

Rohidi : menyatakan pandangannya bahwa pendidikan modern yang berlangsung di )ndonesia telah mengabaikan aspek‐aspek imaginasi, estetis, intuisi, dan kreatif, yang sesungguhnya potensial dalam diri manusia. Penyimpangan tersebut ironisnya terjadi pada pendidikan seni yang seharusnya bertindak seperti di atas menjadi tidak berdaya. Akibatnya, secara keseluruhan telah terjadi "rasionalisasi" pendidikan dengan kebenaran tunggal. Jarang menyentuh aspek sensibilitas.

Materi pelajaran apresiasi seni pada pendidikan dasar dan menengah meliputi pengenalan terhadap budaya lokal, budaya daerah lain, dan budaya mancanegara, baik yang bercorak primitif, tradisional, klasik, modern maupun kontemporer. Selain pengenalan bentuk‐bentuk seni rupa, materi apresiasi juga meliputi pengenalan tentang latar belakang sosial, budaya, dan sejarah di mana karya seni rupa dihasilkan serta makna‐makna dan nilai‐nilai pada seni rupa tersebut.

Apresiasi seni merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran di sekolah, baik tingkat dasar maupun menengah karena apresiasi akan meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan ekspresi dalam menciptakan suatu karya seni. Pembelajaran apresiasi bertujuan untuk mengembangkan kesadaran estetis walaupun seringkali salah satu pertanyaan yang selalu diperdebatkan, yaitu apakah rasa dapat diajarkan. Pengembangan kemampuan untuk melakukan seleksi atau penilaian berdasarkan suatu kriteria yang telah ditetapkan harus disertai dengan rasa keindahan yang baik. Dengan demikian, dapat dengan mudah menyeleksi dan menilai atau menghargai suatu karya seni

Lowenfeld, : .

(43)

Kesenian dan keindahan menyiratkan nilai rasa dalam arti luas. Kemanunggalan budi dan badan pada diri seorang manusia tidak mampu mengungkapkan pengalaman secara mandiri dengan akal yang murni. Rasa memiliki kepekaan terhadap kenyataan yang tidak ditemukan oleh akal, misalnya ketika pengamat aktif mengamati hasil seni, perasaannya akan tergetar. Dengan modal pengalamannya ia mendeskripsi, menganalisis dan menginterpretasikan secara objektif tentang nilai‐nilai yang terkandung di dalam hasil seni sehingga ia memperoleh pengalaman seni. Pengamat pada tahap itu mulai menampilkan argumentasi terhadap objek seni Bastomi, : . Menurut Primadi : ‐ rasa apresiasi seseorang ketika dihadapkan terhadap suatu karya seni, berhubungan dengan ciri‐ciri kreasi karya tersebut, dengan urutan sebagai berikut: . kejutan; . empati; . rasa estetis; . simpati; . rasa etis; . terpesona; dan . terharu.

Kejutan surprise ; rasa apresiasi kejutan terjadi ketika permulaan

berhadapan dengan karya seni. Kejutan tersebut dapat disebabkan karya tersebut berbeda dengan yang lain, atau karya tersebut hanya memancing kejutan saat melihat pertama kali, tetapi bisa jadi membosankan setelah dua tiga kali melihatnya.

Empati; bila kejutan jatuh cinta pada pandangan atau pendengaran pertama pada suatu karya, selanjutnya manusia mengalami rasa apresiasi empati‐ utama atas ciri‐kreasi kelayakan karya tersebut. Empati merupakan suatu proses intuitif diiringi rasa estetis feeling into dan berada antara tidak

sadar dan ambang sadar. Mereka yang terlalu rasional, akan mendapatkan kesulitan untuk dapat jatuh cinta pada pandangan atau pendengaran pertama atas suatu karya.

Rasa‐estetis; mereka yang terlalu rasional akan mendapat kesulitan mencapai empati, tetapi mereka masih dapat mencapai rasa‐betul‐estetis melalui proses rasional karena memang estetika dapat juga didekati sebagai suatu ilmu pengetahuan. Bagi orang‐orang yang tidak berkecimpung dalam bidang seni sudah cukup mempelajari seni secara rasional, tetapi bagi Anda

(44)

Simpati; suatu karya seni selain membangkitkan rasa apresiasi empati, juga membangkitkan apresiasi simpati. Simpati terjadi atas ciri kreasi kelayakan etis karya tersebut. Simpati merupakan intuitif yang lebih milik ambang bawah sadar, yaitu ketika manusia sudah mulai merasakan meningkatnya perasaan terhanyut simpati = feelingwithcontent .

Rasa etis; mereka yang terlalu rasional akan mendapat kesulitan mencapai empati, tetapi mereka masih dapat mencapai rasa‐benar‐etis melalui proses rasional, seperti estetika, maka etika juga dapat didekati sebagai ilmu pengetahuan.

Terpesona; umumnya empati muncul terlebih dahulu kemudian simpati. Suatu karya yang mampu membawa apresiator mencapai empati dan simpati sehingga terjadi integrasi rasa‐indah‐estetis maka karya tersebut akan segera membawa apresiator tersebut mencapai rasa apresiasi terpesona. Terpesona atas suatu karya merupakan penghayatan atas ciri kreasi transformasi suatu karya.

Terharu; terpesona belum mencapai puncak rasa‐apresiasi atas suatu karya. Suatu karya yang mampu menyebabkan mencapai puncak rasa‐apresiasi, yaitu terharu, manusia terbawa hanyut sampai ke dalam karya tersebut sehingga manusia bisa tertawa atau menangis.

Orang dewasa menanggapi karya seni anak adalah hal yang sangat penting, tetapi merupakan sesuatu yang penting pula bagi orang dewasa untuk tidak memproyeksikan ide‐idenya sendiri pada karya tersebut Beal, : . Guru harus berusaha untuk mengerti apa tujuan anak dan dapat membantu untuk mencapainya dengan memberikan perhatian yang cermat pada apa yang sedang terjadi.

5. PengertianSeniRupa

Seni rupa dengan jenis seni lain intinya adalah sama, yaitu sama‐sama buatan manusia yang mengandung ekspresi dan/atau keindahan. Namun, seni rupa utamanya dinikmati oleh indra penglihatan. (al yang dinikmati dalam seni rupa adalah seperti yang telah diuraikan sebelumnya, yakni kualitas unsur‐unsur rupa yang disusun dan memiliki kualitas harmoni, kesatuan, dan ekspresi. Jadi

(45)

seni rupa adalah seni yang tampak oleh indra penglihatan dan wujudnya terdiri dari unsur rupa berupa titik, garis, bidang atau ruang, bentuk atau wujud, warna, gelap terang, dan tekstur. Seni rupa dapat digunakan sebagai properti pendukung jenis seni lainnya seperti seni tari dan teater. Apabila membahas kedua jenis seni tersebut, tidak lepas membahas aspek seni rupanya. Berdasarkan wujud dan bahannya seni rupa dibedakan menjadi dua, yaitu seni rupa dua dimensional dan seni rupa tiga dimensional. Selanjutnya, berdasarkan jenisnya seni rupa terdiri dari beberapa cabang seni, yakni seni lukis, seni grafis, seni patung, seni dekorasi, seni komunikasi visual, dan seni kriya atau seni kerajinan. Pada saat ini seni kriya berkembang menjadi seni kriya murni dan seni kriya terpakai. Dalam buku ini tidak dibahas masing‐masing cabang seni tersebut karena cakupannya sangat luas.

6. CabangSeniRupa

Berdasarkan latar belakang penciptaannya, seni dibedakan menjadi dua jenis, yaitu seni murni dan seni terapan. Sebuah karya seni disebut seni murni karena proses awal penciptaannya bukan dimasudkan untuk keperluan tertentu, seperti untuk ilustrasi, propaganda, dan wadah. Jadi, seni murni semata‐mata dinikmati nilai keindahan dan artistiknya. Sebaliknya, seni terapan pada proses awal penciptaannya sudah dimaksudkan untuk keperluan tertentu/keperluan praktis. Seni murni lebih dominan mengungkapkan kualitas estetik dan karakter objek penciptaan serta seniman sebagai subjek penciptanya. Namun, uniknya setelah seni murni itu selesai diciptakan dapat digunakan untuk keperluan lainnya, seperti untuk ilustrasi, penghias ruang atau halaman. Jadi, perbedaannya terutama terletak pada awal prosesnya, dalam sikap batin seniman pembuatnya. Seni murni tujuan pembuatannya untuk mengekspresikan dan menunjukan pribadi senimannya, sedangkan seni pakai mempunyai tujuan tertentu. Pada gambar a patung ’Peniup Seruling’ bukan digunakan untuk tujuan tertentu namun secara fungsional sulit digunakan,

(46)

Karya seni rupa dapat ditelaah dari beberapa segi, yaitu berdasarkan jasa atau manfaatnya, wujudnya, mediumnya, berdasarkan objeknya, dan alirannya.

a Seni rupa berdasarkan wujudnya

Berdasarkan wujudnya, seni rupa memiliki dua bentuk. Bentuk‐bentuk tersebut antara lain:

. Bentuk fisik

Bentuk fisik yaitu bentuk karya yang dapat kita lihat dengan indera penglihatan yang merupakan satu kesatuan dari unsur‐unsur pendukung karya seni rupa, yang terdiri atas materi bahan yang telah diolah dengan suatu proses kreatif.

. Bentuk nonfisik

Bentuk nonfisik karya seni rupa merupakan suatu bentuk yang dapat dirasakan dengan perasaan. Dengan kata lain, bentuk nonfisik merupakan hasil dari hubungan timbal balik antara nilai‐nilai yang muncul dari keadaan bentuk fisik suatu karya. Untuk lebih jelasnya bentuk nonfisik ini dapat dipahami sebagai "makna/arti" atau "kesan" yang hadir dalam benak penikmat setelah mengamati suatu karya seni.

b Seni rupa berdasarkan fungsinya

Seni rupa berdasarkan fungsinya bagi kebutuhan manusia atau masyarakat, seni rupa karya seni rupa dibedakan menjadi dua kategori. Kategori yang pertama, seni rupa yang hanya dapat dinikmati sebagai sesuatu yang dilihat indah estetis dan bermakna untuk memenuhi kebutuhan psikologis tanpa memiliki fungsi praktis membantu manusia memenuhi kebutuhan hidup sehari‐hari . Kategori kedua, seni rupa yang dapat dinikmati keindahannya estetis dan memiliki fungsi praktis. Kategori pertama biasa disebut dengan seni rupa murni, sedangkan kategori kedua biasa disebut dengan seni rupa terapan.

 

(47)

Seni rupa murni adalah seni rupa yang tidak mempertimbangkan fungsi praktis, yang diutamakan adalah ekspresi atau kebutuhan psikis. Seni rupa yang dapat dimasukkan ke dalam kategori seni rupa murni, antara lain:

a seni lukis b seni grafis c seni patung

Seni rupa terapan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:

a desain

desain grafis/desain komunikasi visual, desain interior, dan

desain eksterior b kriya

seni kriya dapat dibedakan berdasarkan teknis atau bahannya, antara lain: kriya tekstil,

Pengetahuan tentang unsur‐unsur seni rupa merupakan materi yang sangat penting dan mendasar untuk membekali pembelajar membuat karya seni rupa, baik seni rupa terapan maupun seni rupa murni. Dengan mempelajari dan memahami unsur‐unsur seni rupa yang terdiri dari titik, garis, warna, bentuk, bidang, ruang, dan tekstur maka pembelajar akan memiliki kepekaan terhadap bahasa rupa/visual sehingga dapat menghasilkan karya seni yang baik. Pemahaman tentang unsur rupa dapat diawali dengan mengenal unsur‐unsur seni rupa, kemudian mengidentifikasi unsur‐unsur rupa yang ada pada benda

(48)

teknik dan kepekaan estetik. Sebuah karya seni rupa dapat terwujud karena adanya beberapa unsur yang membentuknya.

Menurut (arry Broudy, karya seni rupa mengandung beberapa properti, yaitu

sensory properties, formal properties, technical properties, dan expressive

properties (al ini hampir sama dengan apa yang dikemukan oleh Read, guna

mengetahui kandungan estetik suatu karya seni dapat dianalisis berdasarkan aspek properti tersebut. Berbeda dengan Marian L. Davis formal property

disebutnya sebagai principles of organization atau prinsip pengorganisasian

unsur yang dikelompokkan menjadi tiga, yaitu prinsip yang bersifat mengarahkan, memusatkan, dan menyatukan perhatian. Prinsip mengarahkan terdiri dari beberapa prinsip, yaitu pengulangan, selang‐seling, rangkaian, irama, transisi, gradasi, dan radiasi. Prinsip memusatkan terdiri dari tiga jenis, yaitu penekanan, konsentrasi, dan kontras.

Prinsip menyatukan terdiri dari prinsip proporsi, keseimbangan, harmoni, dan kesatuan. Tujuan dari prinsip pengorganisasian adalah untuk mendapatkan susunan atau komposisi yang harmonis dan memiliki kesatuan antara unsur‐ unsur yang disusun dengan ide penciptaan.

Unsur‐unsur yang membentuk karya seni rupa berupa elemen‐elemen dasar yang disebut dengan unsur‐unsur rupa, yang terdiri dari:

Titik

Sebuah bentuk disebut titik karena ukurannya relatif kecil, titik akan tampak besar bila berada dalam bingkai yang kecil. Namun sebaliknya titik akan tampak kecil bila berada pada bingkai yang besar. Wujud titik dapat berupa bulatan, bujur sangkar, segitiga, dan lain sebagainya. Sebuah titik relatif belum memiliki fungsi apa‐apa sebelum disusun ke dalam sebuah komposisi tertentu.

(49)

Gambar . Komposisi titik, bahan ballpoint

Gambar . Komposisi titik, bahan tinta, alat cotton butt

Garis

Garis adalah suatu goresan yang memiliki dimensi memanjang lurus, lengkung ataupun berkelok‐kelok. Garis juga dapat berupa batas limit dari suatu bidang,

(50)

Gambar . Komposisi garis lurus

Gambar . Komposisi garis lengkung

Garis memiliki beberapa fungsi, antara lain kesan keselarasan, gerak, irama, sugesti, pesan simbolik, kode ilusi, dan bersifat maya. Pada dasarnya, garis ada dua, yaitu garis lurus dan garis lengkung. Garis‐garis lainnya merupakan pengembangan dan variasi dari kedua jenis garis tersebut. Garis itu sederhana, tetapi dapat menyampaikan suatu perasaan. Sebuah garis lengkung tebal memiliki kesan yang berbeda dibanding dengan garis lengkung tipis, apalagi dengan garis lurus. Terwujudnya sebuah bentuk disebabkan adanya garis yang

(51)

membatasi ruang, baik nyata maupun sugestif. Sifat‐sifat garis yang membatasi itu menentukan pula sifat bentuk yang dihasilkannya. Oleh sebab itu, keterampilan dalam membuat garis erat hubungannya dengan keterampilan membuat bentuk.

Gambar . Lingkaran warna

Warna

Banyak teori tentang warna, di antaranya menurut Teori Sir )saac Newton, warna adalah suatu kesan yang ditimbulkan oleh cahaya terhadap mata. Terjadinya warna karena getaran cahaya putih. Sementara itu, menurut (erbert )vens, dengan teori lingkaran warnanya, membagi warna menjadi warna primer merah, kuning, dan biru , warna sekunder hijau, oranye, dan violet , serta warna tertier percampuran warna primer dan sekender . Warna Primer merupakan warna pokok yang tidak dapat dihasilkan melalui percampuran dua warna atau lebih, sedangkan warna sekunder merupakan hasil percampuran dari dua warna primer. Sementara itu warna tertier merupakan percampuran satu warna sekunder dengan satu warna primer. Pada gambar

(52)

warna tersier. Warna menurut teori ilmu bahan adalah pigmen yang dihasilkan dari percampuran bahan alam dengan zat kimia.

Dimensiwarna

Value, adalah istilah untuk menunjukkan terang gelapnya warna. Suatu warna

apabila ditambah dengan warna putih akan menjadi lebih terang dari warna aslinya, sedangkan untuk mendapatkan warna yang lebih gelap dari warna aslinya dapat ditambahkan dengan sedikit warna hitam. Apabila sebuah warna ditambah sedikit demi sedikit dengan warna putih maka akan terjadi beberapa tingkatan warna yang mengarah ke warna terang, yang sering disebut dengan istilah ‘Tint’. Namun, bila suatu warna ditambah sedikit demi sedikit dengan

sedikit warna hitam maka akan terjadi beberapa tingkatan warna yang mengarah ke gelap yang sering disebut dengan istilah shade.

Intensity, adalah suatu istilah untuk menyebut cerah suramnya warna. Warna

yang cerah memiliki intensitas yang tinggi, sedangkan warna yang suram memiliki intensitas yang rendah. (itam, putih dan abu‐abu adalah warna‐warna yang tidak memiliki intensitas hue maka warna‐warna ini berperan sebagai

warna yang netral sehingga sering dipakai untuk menetralisasikan sebuah komposisi warna yang terdiri banyak warna.

Setelah memahami tentang teori warna, berikut ini contoh beberapa komposisi warna, yang terdiri dari komposisi warna primer, komposisi warna sekunder, dan komposisi warna tersier. Semua komposisi dibuat dalam bentuk susunan bidang‐bidang geometris. Setelah mencermati silahkan mencoba membuat sendiri

(53)

Gambar . Komposisi warna primer

(54)

Gambar . Positif‐negatif dan Positif negatif simultan Sumber : A. Agung Suryahadi, Seni Rupa jilid

Ruang

Unsur rupa yang berkaitan dengan dimensi adalah ruang. Ruang dibedakan menjadi dua, yaitu ruang dua dimensional bidang dan tiga dimensional. Menurut A.A.K. Suryahadi, sebuah titik di atas kertas dapat dikatakan bahwa titik tersebut ada pada ruang datar ruang dua dimensional , sedangkan kita ada pada ruang berongga ruang tiga dimensional . Penggunaan ruang pada permukaan datar menyangkut hubungan antara latar belakang dengan figur bentuk . Dalam istilah keruangan hal ini disebut sebagai ruang positif bentuk dan ruang negatif, yaitu ruang di belakang atau di sekitar bentuk. Apabila bentuk datar dan latar belakang datar ukurannya sama, dapat menimbulkan bentuk yang simultan dan penglihatan mata kita dipaksa untuk melihat kedua bentuk secara bersamaan. Efek ini dapat menyebabkan mata kelelahan untuk mengidentifikasikannya. Gambar adalah contoh gambar ruang positif dan ruang negatif, serta contoh positif negatif simultan.

Mengorganisasikan unsur ruang positif dan ruang negatif, merupakan bagian kegiatan dari membuat karya seni rupa dalam susunan yang baik interaksi keduanya dapat mencapai harmoni.

Dengan ditemukannya perspektif, pengorganisasian ruang dalam bidang dua dimensional semakin berkembang sebab dengan menggunakan prinsip

(55)

perspektif dimungkinkan untuk dapat menggambarkan ilusi ruang dengan kedalaman pada bidang datar.

Gambar . Linier perspektif

Sumber : A. Agung Suryahadi, Seni Rupa jilid

Pada prinsipnya ada dua jenis perspektif, yaitu:

pertama, benda‐benda yang posisinya sejajar semakin menjauh akan kelihatan semakin mengecil menuju kepada titik lenyap pada garis batas pandangan hal ini disebut linear perspektif.

kedua, benda‐benda yang menjauh akan semakin kabur karena pengaruh atmosfer, sedangkan benda yang dekat terlihat lebih terang dan besar, prinsip ini disebut areal perspektif

(56)

Gambar . Areal perspektif

Sumber: A. Agung Suryahadi, Seni Rupa jilid

Penggunaan perspektif sangat penting bagi pelukis naturalis dan realis, kedua jenis perspektif terkadang digunakan secara bersamaan untuk mendapatkan ilusi tiga dimensi lebih efektif. Perhatikan gambar pepohonan semakin jauh semakin mengecil, begitu pula warna semakin jauh semakin melemah intensitasnya.

Bentuk

Bentuk adalah raut yang memiliki ukuran, warna dan garis tekstur . Dalam bahasa )nggris bentuk dibedakan menjadi dua, yaitu shape dan form. Kedua

istilah ini dipakai untuk membedakan dimensinya. Shape memiliki dimensi

panjang dan lebar saja, tidak memiliki volume dua dimensi , sedangkan form

memiliki dimensi panjang, lebar, dan tinggi sehingga membentuk atau memiliki volume tiga dimensi . )stilah bentuk sering disebut dengan istilah wujud untuk membedakan antara image dua dimensional yang memiliki panjang dan lebar

pada area yang datar dengan image tiga dimensional yang memiliki panjang,

lebar, dan volume pada area dengan kedalaman. Bentuk merupakan salah satu unsur seni rupa yang menentukan keberhasilan sebuah karya seni rupa dan kriya.

Gambar

Gambar �. Peta Kompetensi
Gambar �. Alur Model Pembelajaran Tatap Muka
Gambar ��.  Selang‐seling
Gambar ��. Motif gerak tari Melayu Sumber: Materi pembelajaran gerak dasar tari Dinas Pendidikan Deli Serdang
+7

Referensi

Dokumen terkait

kombinasi pola gerak dominan statis untuk membentuk keterampilan dasar senam menggunakan alat. 3.6.2

Setelah mempelajari Kegiatan Pembelajaran 1 (KP-1) ini Anda diharapkan dapat mengidentifikasi fokus tujuan mata pelajaran yang akan dicapai dalam kaitannya dengan muatan suatu

proses pengembangan profesionalisme keberlanjutan guru. Dengan demikian refleksi pembelajaran merupakan tindakan guru untuk me- review dan introspeksi terhadap proses belajar

kurikulum yang dikembangkan dengan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan.. sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi:

penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan karakteristik mata pelajaran yang diampu. 8.2 Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting

b. Bersifat lintas muatan atau mata pelajaran. Berkaitan dengan kemampuan peserta didik. Berbasis kinerja peserta didik. Memotivasi belajar peserta didik. Menekankan pada kegiatan

Kompetensi inti yang diharapkan setelah Anda belajar modul ini adalah dapat “ Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik ”.. Kompetensi Guru Mata Pelajaran dan

Setelah mempelajari modul dan mengikuti kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Mata Pelajaran Fisika SMA Kelompok Kompetensi F Pedagogik, peserta dapat