• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk-Bentuk Perjuangan Tokoh Utama Mengejar Impian Dalam Novel Biru Karya Agnes Jessica: Kajian Psikologi Sastra

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bentuk-Bentuk Perjuangan Tokoh Utama Mengejar Impian Dalam Novel Biru Karya Agnes Jessica: Kajian Psikologi Sastra"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Novel merupakan karya fiksi yang diceritakan secara panjang lebar oleh pengarang

dengan menyuguhkan tokoh atau karakter, serangkaian peristiwa, serta latar yang

biasanya terdiri dari 35.000 kata bahkan lebih. Novel juga merupakan hasil imajinasi

pengarang yang mengandung nilai-nilai estetik dan nilai moral dari aspek-aspek

kehidupan manusia. Dewasa ini, novel memiliki peran penting di dalam kehidupan

manusia atau masyarakat di suatu negara. Novel berperan sebagai aspirasi

masyarakat, media pendidikan, moral, dan budaya, serta sebagai hiburan di dalam

masyarakat dan juga merupakan bagian dari karya sastra yang memiliki peran besar

dalam memperkenalkan sastra pada kalangan masyarakat pada zaman sekarang ini.

Dalam novel terdapat unsur-unsur intrinsik, salah satunya yaitu tokoh.

Tokoh dalam novel terdiri dari tokoh utama dan tokoh bawahan. Secara sederhana

dapat dikatakan bahwa tokoh utama dalam karya sastra adalah sosok yang

benar-benar mengambil peran dalam cerita tersebut. Peran tokoh utama biasanya paling

menonjol, mulai dari permasalahan atau konflik di lingkungan sosial bahkan dari

dalam diri sendiri atau kejiwaan tokoh utama tersebut. Sering kita jumpai dalam suatu

cerita (novel) tentang kejiwaan tokoh utama, dimana tokoh utama memiliki banyak

permasalahan dari dalam diri sendiri yang terkadang sulit dimengerti pembaca, maka

(2)

kehadiran psikologi sastra dengan berbagai acuan kejiwaan, kemungkinan

pemahaman sastra akan timpang. Pemunculan psikologi sastra yang masih

terseok-seok ini perlu mendapat sambutan, paling tidak sisi lain dari sastra akan dipahami

secara mendalam.

Psikologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang berkaitan dengan

unsur-unsur kejiwaan tokoh-tokoh fiksional yang terkandung dalam sastra. Aspek-aspek

kemanusiaan inilah yang merupakan objek utama psikologi sastra sebab semata-mata

dalam diri manusia itulah unsur kejiwaan dicangkokkan dan ditanamkan.

Novel Biru karya Agnes Jessica menceritakan bagaimana seorang tokoh utama

bernama Evelyn yang hidup dalam keadaan fisik yang tidak sempurna, dia cacat pada

bagian kaki dan menjalani hidupnya hanya di atas kursi roda tua. Namun, semua itu

tidak membuatnya terpuruk melainkan dia tetap tegar. Banyak permasalahan yang

dihadapinya dalam lingkungan misalnya, sindiran dari teman-teman sekitar maupun

keluarganya sendiri. Sejak dalam kandungan kehadirannya tidak diharapkan oleh

ibunya karena merupakan hasil hubungan gelap dari ayah yang merupakan paman

ibunya sendiri yang telah pergi meninggalkan mereka tanpa kabar. Ketika Evelyn

lahir, dia langsung dititipkan kepada tetangganya untuk dibesarkan sembari

menunggu ibunya mendapatkan pekerjaan. Seiring berjalannya waktu Evelyn pun

dikembalikan kepada ibu kandungnya pada usia delapan tahun sesuai dengan janji

mereka. Kemudian dia disekolahkan oleh ibunya. Di bangku sekolah dasar Evelyn

telah menunjukkan keinginannya untuk menjadi seoorang guru, terbukti dari cara

(3)

Perjuangan tokoh utama untuk meraih mimpinya menjadi seorang guru tidak pernah

goyah meskipun menghadapi berbagai macam rintangan salah satunya keadaan

fisiknya yang tidak normal. Hal ini terlihat dalam novel Biru karya Agnes Jessica

dimana tokoh utama berhasil masuk ke Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP)

Jakarta karena mendapatkan beasiswa sebagai siswa terbaik di Sekolah Menengah

Atas.

Bentuk-bentuk perjuangan yang akan diteliti adalah bagaimana perjuangan tokoh

utama mengalahkan perasaan inferiornya (lemah) untuk meraih tujuan akhirnya.

Manusia berjuang meraih keberhasilan (impian) untuk mengganti perasaan inferior.

Akan tetapi, sikap juang mereka tidak ditentukan oleh kenyataan, namun oleh

persepsi subjektif mereka akan kenyataan, yaitu oleh fiksi mereka, atau harapan masa

depan (Feist, 2010:85).

Adler (1929/1969) mengatakan bahwa semua umat manusia “dikaruniai” kelemahan

anggota tubuh. Keterbatasan fisik sedikit atau bahkan tidak berarti sama sekali bagi

manusia, kecuali keterbatasan ini menstimulasi perasaan subjektif tentang inferioritas,

yang berfungsi sebagai dorongan menuju kesempurnaan atau keutuhan. Beberapa

orang mengganti perasaan inferior ini dengan bergerak menuju keadaan psikologis

yang sehat dan gaya hidup yang bermanfaat, sementara yang lain melakukan

kompensasi secara berlebihan dan termotivasi untuk menaklukkan orang lain atau

menarik diri dari orang lain.

Sejarah memberikan banyak contoh, seperti Demosthenes atau beethoven yang

(4)

Adler sendiri lemah dan sakit-sakitan ketika ia masih kecil, dan penyakitnya ini

mendorongnya untuk mengalahkan kematian dengan menjadi seorang dokter serta

mendorongnya bersaing dengan kakak laki-lakinya dan Sigmun Freud. Sama halnya

dengan tokoh utama Evelyn yang terus berjuang meraih impiannya dengan keadaan

fisik yang tidak sempurna, ia berjuang untuk memperbaiki sistem pendidikan di

Indonesia yang selama ini sangat memprihatinkan. Tokoh utama melakukan berbagai

cara untuk mewujudkan impian mulianya itu, perjuangan selalu beriringan dengan

impian. Adanya impian membuat manusia semakin gigih berjuang untuk

mewujudkannya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI edisi ketiga) impian

adalah sesuatu yang diinginkan, sesuatu yang didambakan. Karena manusia selalu

memiliki kebutuhan maka hal tersebut dapat menjadi impian bagi manusia sebagai

individu. Manusia yang memiliki sifat yang tidak pernah mendapat kepuasan akhir,

hal ini menjadikan manusia selalu memiliki impian yang menjadi fokus utama dalam

memmenuhinya. Impian ini juga dapat terus muncul, berkembang bahkan berubah

seiring perjalanan hidup manusia sebagai individu Sehingga sangat tidak mungkin

rasanya bila seseorang dapat hidup tanpa ada impian. Selain itu impian setiap

individu juga dapat dipengaruhi lingkungan yang ada di sekitarnya. Dilihat dari

perjuangan tokoh utama dalam novel Biru sangat menyentuh dan memberikan

motivasi bagi pembaca. Inilah sebabnya peneliti tertarik untuk mendeskripsikan

bentuk-bentuk perjuangan tokoh utama meraih impiannya untuk memajukan sistem

(5)

1.2Rumusan Masalah

Adapun masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk-bentuk

perjuangan tokoh utama untuk meraih impiannya dalam Novel Biru karya Agnes

Jessica?.

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk perjuangan

tokoh utama dalam novel Biru karya Agnes Jessica.

1.3.2 Manfaat Penelitian 1.3.2.1 Manfaat Teoretis

1. Menambah pengetahuan kepada pembaca tentang teori-teori psikologi dan

pengembangan Sastra Indonesia.

2. Memberi pemahaman pembaca tentang karya sastra, khususnya novel Biru karya

Agnes Jessica.

1.3.2.2 Manfaat Praktis

1. Memberikan informasi kepada pembaca tentang psikologi individual dari Alfred

Adler yang terdapat dalam novel Biru karya Agnes Jessica.

2. Memberikan pemahaman terhadap pembaca tentang bentuk-bentuk perjuangan

tokoh utama demi meraih mimpinya.

3. Memberikan pemahaman kepada pembaca tentang menganalisis psikologi tokoh

Referensi

Dokumen terkait

i English Department Student Association State University of Yogyakarta. 08th - 11th of August,

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA.. FAKULTAS

Sejalan dengan kewajibannya memberdayakan ketahanan pangan di daerah, hal paling pokok yang harus diketahui adalah (1) daerah (kecamatan) mana saja yang mengalami surplus

Pemerintah Kota Binjai dalam mempersiapkan pembangunan Kota Binjai dalam lima tahun kedepan akan dibangun dalam perwujudan Kota Cerdas (Smart City) yang melingkupi pemerintahan yang

Menurut Weiss dan Underwood (2002), penurunan.. 49 NDF disebabkan oleh rusaknya hemiselulosa. Lebih dari itu, kecernaan selulosa pun meningkat karena dengan rusaknya selulosa

[r]

menjadi tepung glukomannan dilakukan dengan metode Sugiyama (1972) dengan merendam dalam etanol 50% selama 3 hari yang selanjutnya diekstraksi dipisahkan antara cairan dan bahan

[r]